• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DAN NHT (NUMBERED HEADS

TOGETHER) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU DARI

KECERDASAN MAJEMUK SISWA PADA POKOK BAHASAN FUNGSI KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN NGAWI

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh: Indra Puji Astuti

S851308027

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2015

(2)

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DAN NHT (NUMBERED HEADS

TOGETHER) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU DARI

KECERDASAN MAJEMUK SISWA PADA POKOK BAHASAN FUNGSI KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN NGAWI

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh: Indra Puji Astuti

S851308027

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2015

(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar ( Q.S Al Baqarah : 153)

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),

kerjakanlah dengan sungguh-sunguh (urusan) yang lain (Q.S Al Insyiroh : 5-6)

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri (Q.S Ar Ra’du : 11)

(7)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT, karya ini saya persembahkan untuk Ayah dan Ibu tercinta (Iskandar, S.Pd ,SD dan Latifah), Adek (Rosiana M.R) dan keluarga besar di Ngawi terimakasih

atas do’a dan semangat yang selama ini telah diberikan yang selalu mengiringi setiap langkahku.

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,

Alhamdulillahirobbil’alamien, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis telah menyelesaikan tesis yang berjudul “EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DAN NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK SISWA PADA POKOK BAHASAN FUNGSI KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN NGAWI TAHUN PELAJARAN 2014/2015”. Tesis ini disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar kemagisteran pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Berbagai pihak telah banyak membantu selama proses penyusunan tesis ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih banyak kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.Si, Rektor Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh studi pada Program Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang berkenan memberikan ijin penelitian kepada penulis.

3. Prof. Dr. Budiyono, M,Sc, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah banyak membimbing dan memberikan motivasi dalam penyusunan tesis ini.

4. Dr. Mardiyana, M.Si, Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan pengarahan dalam penyelesaian tesis ini .

5. Dr. Sri Subanti, M,Si, Pembimbing II yang telah membimbing dengan penuh kesabaran sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak/Ibu dosen Program Studi Magister Pendidikan Matematika Program Pascasarjana yang telah memberikan ilmu dan bekal dalam penyusunan tesis ini. 7. H. Darto, S.Pd, M.Pd, Wahyudi, S.Pd, M.Si, Wisnu Broto, S.Pd, M.Si, dan

(9)

Negeri 1 Paron, SMP Negeri 2 Geneng dan SMP Negeri 4 Ngawi yang berkenan memberikan ijinnya kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan mengumpulkan data di sekolah tersebut.

8. Bapak dan Ibu Guru bidang studi matematika di SMP Negeri 1 Ngawi, SMP Negeri 1 Paron, SMP Negeri 2 Geneng, dan SMP Negeri 4 Ngawi yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan kepada penulis selama penelitian.

9. Getut Pramesti, M.Si, Dra. N.Setyaningsih, M.Si, Cicilia Budi Ardiani, S.Pd, Choiriyah Widyasari, M.Psi, Psi, Maslichah R, Janah, S.Psi, M.Psi dan Nur Fauziyah, S.Psi, Psi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memvalidasi dan memberikan saran-saran untuk instrument penelitian.

10. Siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 1 Ngawi, SMP Negeri 1 Paron, dan SMP Negeri 2 Geneng yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk penelitian.

11. Keluarga tercinta, terimakasih atas do’a, motivasi dan kesabaran serta bimbingan yang selalu mengiringi langkah penulis.

12. Teman-teman mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2013 atas segala kebersamaan dan dukungannya.

13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.

Penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Billahi taufik wal hidayah,

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Surakarta, 2015 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERNYATAAN iv

HALAMAN MOTTO v

HALAMAN PERSEMBAHAN vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

ABSTRAK xvi

ABSTRACT xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 7

D. Manfaat Penelitian 8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 9

1. Prestasi Belajar Matematika 9

a. Belajar 9

b. Prestasi Belajar 10

c. Matematika 10

d. Prestasi Belajar Matematika 11

2. Pendekatan Pembelajaran 11

3. Model Pembelajaran 14

a. Model Pembelajaran Kooperatif 14 b. Model Pembelajaran Klasikal dengan Pendekatan

Saintifik (klasikal-PS) 22

(11)

a. Teori Kecerdasan Majemuk 25 b. Eksistensi Teori Kecerdasan Majemuk 32

B. Penelitian yang Relevan 33

C. Kerangka Berfikir 37

D. Hipotesis Penelitian 43

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 46

1. Tempat Penelitian 46

2. Waktu Penelitian 46

B. Jenis Penelitian 46

C. Populasi dan Sampel 48

1. Populasi 48

2. Sampel 48

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 50

1. Variabel Bebas 50

2. Variabel Terikat 51

E. Teknik Pengumpulan Data 52

1. Metode Angket 52

2. Metode Tes 52

3. Metode Dokumentasi 52

F. Teknik dan Instrumen untuk Mengumpulkan Data 52

1. Tahap Penyusunan 52

2. Uji Coba Instrumen 54

G. Teknik Analisis Data 59

1. Uji Prasyarat Analisis 59

2. Uji Hipotesis 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 71

1. Penentuan Sampel Penelitian 71 2. Analisis Kemampuan Awal Siswa 72 3. Analisis Instrumen Penelitian 74 4. Pelaksanaan Penelitian commit to user 79

(12)

5. Data-Data Penelitian 80

6. Analisis Uji Prasyarat 82

7. Analisis Uji Hipotesis 83

B. Pembahasan Hasil 93 1. Hipotesis Pertama 93 2. Hipotesis Kedua 94 3. Hipotesis Ketiga 96 4. Hipotesis Keempat 98 C. Keterbatasan Penelitian 101

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan 102 B. Implikasi 104 C. Saran 104 DAFTAR PUSTAKA 106 LAMPIRAN 110 commit to user

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keterkaitan Antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar

dan Maknanya 16

Tabel 2.2 Identifikasi Kecerdasan Majemuk Gardner 26

Tabel 2.3 Karakteristik Kecerdasan Majemuk 32

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian 47

Tabel 3.2 Kategori Pengelompokan Sekolah 49

Tabel 3.3 Kriteria Pemberian Skor Angket 53

Tabel 3.4 Kategori Tingkat Kesukaran 58

Tabel 3.5 Tabel Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan 67

Tabel 4.1 Kategori Pengelompokan Sekolah 71

Tabel 4.2 Daftar Kelas Penelitian 72

Tabel 4.3 Deskripsi Data Nilai Ujian Akhir Semester Genap Tahun Pelajaran

2013/2014 72

Tabel 4.4 Rangkuman Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa 73 Tabel 4.5 Rangkuman Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa 73 Tabel 4.6 Rangkuman Perhitungan Konsistensi Internal Angket Kecerdasan

Majemuk 75

Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas Angket

Kecerdasan Majemuk 76

Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Tes Prestasi

Belajar Matematika 78

Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Perhitungan Daya Beda Tes Prestasi Belajar

Matematika 78

Tabel 4.10 Rangkuman Data Kecerdasan Majemuk Berdasarkan Model

Pembelajaran 80

Tabel 4.11 Rangkuman Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan

Model Pembelajaran 81

Tabel 4.12 Rangkuman Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan

Kecerdasan Majemuk 81

(14)

Model Pembelajaran dan Kecerdasan Majemuk 82

Tabel 4.14 Rangkuman Uji Normalitas Data 83

Tabel 4.15 Rangkuman Uji Homogenitas Data 83

Tabel 4.16 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama 84

Tabel 4.17 Rerata dan Rerata Marginal 85

Tabel 4.18 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata antar Baris 85 Tabel 4.19 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata antar Kolom 87 Tabel 4.20 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata antarsel Pada Baris

yang Sama 88

Tabel 4.21 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata antarsel Pada Kolom

yang Sama 91

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Peringkat SMP di Kabupaten Ngawi 110

Lampiran 2 Daftar Pengkategorian Sekolah 111

Lampiran 3 Daftar Siswa dan Nilai Ulangan Semester Genap 112

Lampiran 4 Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa 119

Lampiran 5 Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa 124

Lampiran 6 Uji Keseimbangan Kemampuan Awal siswa 126

Lampiran 7 Kisi-Kisi Angket Kecerdasan Majemuk 129

Lampiran 8 Uji Coba Angket Kecerdasan Majemuk 130

Lampiran 9 Lembar Validasi Angket Kecerdasan Majemuk 132

Lampiran 10 Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Kecerdasan Majemuk 144

Lampiran 11 Angket Kecerdasan Majemuk 150

Lampiran 12 Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Matematika 152

Lampiran 13 Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika 153

Lampiran 14 Lembar Validasi Tes Prestasi Belajar Matematika 158

Lampiran 15 Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Matematika .. 170

Lampiran 16 Tes Prestasi Belajar Matematika 179

Lampiran 17 Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar Matematika 182

Lampiran 18 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 183

Lampiran 19 Lembar Kerja Siswa 201

Lampiran 20 Data Induk Penelitian 203

Lampiran 21 Uji Normalitas Data 210

Lampiran 22 Uji Homogenitas Data 216

Lampiran 23 Uji Hipotesis 220

Lampiran 24 Uji Komparasi Ganda 225

Surat keterangan penelitian 231

(16)

ABSTRAK

Indra Puji Astuti. S851308027. 2015. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) dan NHT (Numbered Heads Together) dengan Pendekatan Saintifik Ditinjau dari Kecerdasan Majemuk Siswa

Pada Pokok Bahasan Fungsi Kelas VIII SMP Negeri Se-Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2014/2015. TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Budiyono, M. Sc., Pembimbing II: Dr. Sri Subanti, M. Si. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara model pembelajaran TAI dengan pendekatan saintifik (TAI-PS), NHT dengan pendekatan saintifik (NHT-PS) atau klasikal dengan pendekatan saintifik (klasikal-PS), (2) manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa yang memiliki kecerdasan matematis-logis, linguistik atau interpersonal, (3) pada masing-masing kategori kecerdasan, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik, model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS atau klasikal-PS, (4) pada masing-masing kategori model pembelajaran, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa yang memiliki kecerdasan matematis-logis, linguistik, atau interpersonal.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan rancangan faktorial 3x3. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri yang ada di Kabupaten Ngawi tahun ajaran 2014/2015. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan stratified cluster random sampling. Sampel penelitian sebanyak 275 siswa. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah dengan metode angket, metode tes, dan metode dokumentasi. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama yang kemudian dilanjutkan dengan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Sebelumnya dilakukan uji prasyarat analisis terlebih dahulu yaitu uji normalitas menggunakan uji Liliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Bartlett.

Hasil penelitian dengan menggunakan taraf signifikansi 5% adalah: (1) prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS lebih

baik daripada model pembelajaran NHT-PS dan klasikal-PS, dan model pembelajaran NHT-PS memberikan prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan model pembelajaran klasikal-PS, (2) prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan interpersonal lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan linguistik, dan prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis sama baiknya dengan siswa dengan kecerdasan interpersonal, (3) pada model pembelajaran TAI-PS, siswa dengan kecerdasan matematis-logis, linguistik, dan interpersonal mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya, pada model pembelajaran NHT-PS siswa dengan kecerdasan matematis-logis, linguistik, dan interpersonal mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya, pada model pembelajaran klasikal-PS siswa dengan kecerdasan matematis logis dan interpersonal mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan linguistik, dan siswa dengan kecerdasan matematis-logis mempunyai prestasi belajar matematika sama baiknya dengan siswa dengan kecerdasan interpersonal, (4) pada kecerdasan matematis-logis, model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS dan klasikal-PS commit to user

(17)

memberikan prestasi belajar matematika yang sama baiknya, pada kecerdasan linguistik, model pembelajaran TAI-PS memberikan presasi belajar matemaika yang sama baiknya dengan NHT-PS , model pembelajaran NHT-PS dan TAI-PS memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada klasikal-PS, dan pada kecerdasan interpersonal model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS dan klasikal-PS memberikan prestasi belajar matematika yang sama baiknya.

Kata Kunci : Kecerdasan Majemuk, Klasikal-PS, NHT-PS, Prestasi Belajar Matematika, TAI-PS

(18)

ABSTRACT

Indra Puji Astuti. S851308027. 2015. Experimentation of Cooperative Learning Model of TAI (Team Assisted Individualization) and NHT (Numbered Heads Together) with Scientific Approach Viewed from Multiple Intelligence on the Topic of Function of the Students in Grade VIII of State Junior High Schools of Ngawi Regency in Academic Year 2014/2015. THESIS. Advisor I: Prof. Dr Budiyono, M. Sc., Advisor II: Dr. Sri Subanti, M. Si. Mathematics Education Study Program, Teacher Training and Education Faculty, Graduate Program, Sebelas Maret University Surakarta.

The aim of this research was to determine: (1) which gives better mathematics learning achievement between learning model of TAI with scientific approach (TAI-PS), NHT with scientific approach (NHT-PS) or classical with scientific approach (classical-PS), (2) which have better mathematics learning achievement between students whose logical-mathematical, linguistic or interpersonal intelligence, (3) in each category of intelligence, which gives better mathematics learning achievement, TAI-PS, NHT-PS or classical-PS, (4) in each category learning model, which have better mathematics learning achievement, students whose logical-mathematical, linguistic, or interpersonal intelligence.

This research was a quasi-experimental research with 3x3 factorial design. The population of this research was all students in Grade VIII of Junior High School of Ngawi Regency in academic year 2014/2015. This research used stratified cluster random sampling technique. The sample of research consist of 275 students. The data of this research were collected by questionnaire, test methods, and documentation. The data analysis techniques of this research were used by two-way analysis of variance with unequal cells, followed by a multiple comparison test with Scheffe method. Prerequisite tests is a test for normality with Liliefors test and homogeneity test with Bartlett's test.

With the 5% level of significance the result were as follows. (1) TAI-PS gave better mathematics learning achievement than NHT-PS and classical-PS. In addition, NHT-PS gave the same mathematics learning achievement as classical-PS. (2) Students with logical-mathematical and interpersonal intelligence had better mathematics learning achievement than students with linguistic intelligence. Students with logical-mathematical intelligence had the same mathematics learning achievement as students with interpersonal intelligence. (3) At the TAI-PS, students with logical-mathematical, linguistic, and interpersonal intelligence got same mathematics learning achievement. At the NHT-PS, students with logical-mathematical, linguistic, and interpersonal intelligence got same mathematics learning achievement. At the classical-PS, students with logical-mathematical and interpersonal intelligence had better mathematics learning achievement than linguistic intelligence. In addition, students with logical-mathematical intelligence had the same mathematics learning achievement as students with interpersonal intelligence. (4) At the logical-mathematical intelligence, TAI-PS, NHT-PS, and classical-PS gave the same mathematics learning achievement. At the linguistic intelligence, TAI-PS gave the same mathematics learning achievement as NHT-PS. In addition, NHT-PS and TAI-PS gave better mathematics learning achievement than classical-PS. At the interpersonal intelligence, TAI-PS, NHT-PS, and classical-PS gave the same mathematics learning achievement.

(19)

Keywords: Multiple Intelligences, Classical-PS, NHT-PS, Mathematics Achievement, TAI-PS

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peran penting dalam mengembangkan daya pikir manusia. Oleh karena itu, matematika diberikan di setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Tujuan dari pendidikan matematika di sekolah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan-perubahan keadaan dalam kehidupan melalui pemikiran logis, rasional, cermat, kritis dan efisien. Matematika merupakan suatu pelajaran yang tersusun secara hierarkis dari konsep yang sederhana/dasar ke konsep yang lebih rumit. Dalam pembelajarannya siswa harus menguasai konsep yang sederhana/dasar terlebih dahulu. Jika siswa belum menguasai konsep yang sederhana/dasar, maka siswa akan mengalami kesulitan menguasai konsep-konsep selanjutnya. Hal tersebut banyak dirasakan oleh siswa sehingga muncul anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit yang menyebabkan siswa cenderung menunjukkan minat dan aktivitas yang rendah dalam matematika sehingga menyebabkan prestasi belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan.

Pada setiap jenjang pendidikan matematika diajarkan dengan jumlah jam pelajaran yang paling banyak dibandingkan mata pelajaran lainnya, tetapi rata-rata prestasi belajar siswa di Kabupaten Ngawi masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai ujian nasional mata pelajaran matematika tingkat SMP/MTs tahun pelajaran 2012/2013 dari Badan Standar Nasional Pendidikan secara nasional adalah 5,74 dan pada tingkat provinsi adalah sebesar 6,15. Dari Badan Standar Nasional Pendidikan juga diketahui bahwa Kabupaten Ngawi berada di posisi terendah kedua bila dibandingkan dengan kota dan kabupaten lainnya di Provinsi Jawa Timur dengan rata-rata nilai ujian nasional matematika adalah 4,6. Data tersebut menyatakan bahwa rata-rata nilai ujian nasional untuk mata pelajaran matematika di Kabupaten Ngawi termasuk dalam kategori yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika sehingga prestasi belajarnya rendah. Sementara itu daya serap mata pelajaran matematika khususnya commit to user

(21)

pada pokok bahasan fungsi di Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012/2013 masih rendah hanya sebesar 43,94% bila dibandingkan daya serap tingkat provinsi sebesar 63,69% dan daya serap tingkat nasional sebesar 55,63%.

Kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh siswa SMP di Kabupaten Ngawi dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan fungsi dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) maupun dari luar diri siswa (faktor eksternal). Salah satu fakor penyebab dari diri siswa adalah matematika yang memiliki banyak rumus dalam materi pembelajarannya sehingga dimungkinkan siswa mengalami kesulitan dalam menerapkan pada soal. Sementara itu dalam penerapannya untuk menyelesaikan soal-soal dengan tingkat kesulitan yang berbeda masih kurang. Siswa cenderung menyukai soal-soal yang mudah dan akan merasa kesulitan jika menemui soal yang merupakan pengembangan yang membutuhkan penalaran. Sehingga prestasi belajar yang didapat oleh siswa belum dapat optimal. Oleh karena itu tugas guru untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa agar siswa dapat mencapai nilai yang telah ditetapkan secara nasional.

Pemerintah telah melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah dengan pengembangan kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik di dalam pembelajarannya. Proses pembelajaran pada kurikulum ini lebih menekankan kreativitas guru dan siswa dengan menggunakan prinsip 5M yaitu melalui kegiatan mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), dan mengkomunikasikan (networking). Selain itu juga menekankan pengembangan kemampuan siswa pada ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan siswa. Suwarsono (2013) menyatakan untuk pembelajaran IPA dan ilmu-ilmu empiris yang lain, daftar urutan kegiatan tersebut sangat sesuai. Tetapi, untuk pembelajaran matematika rincian kegiatan dalam pendekatan saintifik tersebut masih perlu dibahas lebih lanjut mengenai kesesuaiannya, khususnya pada bagian mencoba

(experimenting) mengingat matematika bukanlah ilmu empiris. Oleh karena itu

kreatifitas dari guru sangat diperlukan untuk menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika.

(22)

Keberhasilan dalam pembelajaran matematika dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya kecerdasan majemuk dan model pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan berdampak positif terhadap prestasi belajar matematika. Masih banyak yang terjadi di sekolah-sekolah, guru masih menggunakan pembelajaran klasikal. Pembelajaran ini dirasa kurang dapat mengeksplor kreatifitas yang dimiliki siswa karena pembelajaran ini bersifat

teacher center sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai secara optimal.

Guru harus mampu memilih dan menerapkan model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Selain itu juga harus sesuai dengan pembentukan karakter dan pengembangan kreativitas yang sesuai dengan kurikulum 2013 dengan prinsip 5M. Chianson et al. (2011) menunjukkan bahwa pembelajaran matematika lebih efektif sejak penerapan pembelajaran kooperatif dan juga dibutuhkan kekreatifan guru untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu inovasi pembelajaran yang membuat siswa belajar lebih aktif, berfikir lebih kritis, dan mampu berinteraksi dengan siswa yang lainnya serta mampu mengembangkan kecerdasan yang dimilikinya. Model pembelajaran yang seharusnya, hendaknya selalu ada kegiatan interaksi timbal balik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya yang saling menguntungkan sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat dipilih adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Assisted Individualization (TAI) dan Numbered Heads Together (NHT).

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa. Sebelum membentuk kelompok tersebut, guru terlebih dahulu memberikan tes secara individu yang nantinya hasil pekerjaan masing-masing siswa akan menjadi bahan untuk diskusi. Selama kegiatan diskusi tersebut siswa aktif untuk memahami dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Dalam model pembelajaran ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang pandai. Hal ini dilakukan untuk keberhasilan kelompoknya karena pada tahap selanjutnya guru akan memberikan kuis secara invidividual. Selain itu guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya. Sehingga siswa akan lebih commit to user

(23)

mempunyai tanggung jawab individual untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.

Penelitian yang mendukung penerapan model pembelajaran TAI antara lain Atit Indriyani (2011) menunjukkan pembelajaran yang penyajiannya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan pembelajaran yang penyajiannya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Reza Kusumah Setyansah (2012) menunjukkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe GI. Awofala & Nneji (2013) dalam jurnalnya menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih efektif dalam pembelajaran matematika.

Model pembelajaran NHT adalah model pembelajaran yang membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. La Suha Ishabu (2013) menunjukkan penerapan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Model pembelajaran ini mendorong siswa untuk aktif dalam mengolah, mencari dan melaporkan hasil diskusinya. Dalam pelaporan hasil diskusi melalui presentasi di depan kelas guru memilih secara acak berdasarkan nomor anggota dari masing-masing kelompok. Peran guru dalam model pembelajarn ini hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri. Dengan cara ini diharapkan siswa siap untuk menyampaikan hasil diskusinya dan harus aktif serta bertanggung jawab kepada kelompoknya.

Penelitian yang mendukung penerapan model pembelajaran NHT antara lain Isna Farahsanti (2012) yang menunjukkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan quantum learning dapat meningkatkan prestasi siswa ditinjau dari kecerdasan matematis logis. Raodatul Jannah (2013) menunjukkan prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan model NHT dengan pendekatan realistik mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode langsung. Maheadi et al. (2006) menunjukkan penerapan model pembelajaran koperatif NHT dengan pemberian penghargaan lebih

(24)

efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dibandingkan model pembelajaran koperatif NHT tanpa pemberian penghargaan.

Faktor lain yang mempengaruhi adalah kecerdasan majemuk. Kecerdasan majemuk merupakan kemampuan atau keterampilan dalam berbagai bidang yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan. Yalmanci & Gozum (2013) menyatakan Gardner membagi kecerdasan manusia dalam delapan kategori yaitu: (1) kecerdasan linguistik (verbal-linguistic intelligence), (2) kecerdasan matematis-logis (logical-mathematical intelligence), (3) kecerdasan ruang-visual (visual

spatial inteligence), (4) kecerdasan kinestetik-badani (bodily kinesthetic intelligence), (5) kecerdasan musikal (musical rhythmic intelligence), (6)

kecerdasan sosial (interpersonal intelligence), (7) kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence), (8) kecerdasan lingkungan/naturalis (naturalistic

intelligence). Setiap orang mempunyai semua tipe kecerdasan majemuk. Tetapi

masing-masing tipe kecerdasan tersebut dimiliki setiap orang dengan kadar yang berbeda beda. Visser et al. (2006) dalam penelitiannya menunjukkan diantara 8 tipe kecerdasan majemuk terdapat tipe kecerdasan yang domain dimiliki oleh seseorang ada kecerdasan yang lebih menonjol dan kecerdasan yang kurang menonjol. Meskipun demikian diharapkan dalam pembelajaran di sekolah guru mampu untuk menembangkan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa agar tujuan belajar dapat tercapai maksimal.

Penelitian tentang kecerdasan majemuk dalam pembelajaran matematika matematika telah banyak dilakukan. Fransiskus Gatot Iman Santoso (2010) meneliti tentang empat tipe kecerdasan (linguistik, matematis-logis, ruang visual dan interpersonal) pada pokok bahasan segitiga menunjukkan ada pengaruh kecerdasan majemuk terhadap prestasi belajar matematika. Endang Hariyati (2013) meneliti tentang tiga tipe kecerdasan (matematis-logis, linguistik dan interpersonal) pada pokok bahasan bangun ruang menunjukkan ada pengaruh kecerdasan majemuk terhadap prestasi belajar matematika. Rosa Rosdiana Retno Handayani (2013) meneliti tentang tiga tipe kecerdasan (matematis-logis, linguistik dan interpersonal) pada pokok bahasan aritmetika sosial menunjukkan ada pengaruh kecerdasan majemuk terhadap prestasi belajar matematika. Jemani (2013) meneliti tentang tiga tipe kecerdasan (linguistik, matematis-logis dan ruang visual) pada materi commit to user

(25)

persamaan garis lurus menunjukkan ada pengaruh kecerdasan majemuk terhadap prestasi belajar matematika. Dari penelitian-penelitian tentang kecerdasan majemuk tersebut, secara umum hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kecerdasan terhadap prestasi belajar matematika. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang kecerdasan majemuk pada materi fungsi.

Peneliti hanya akan membatasi penelitian ini dengan mengambil tiga tipe kecerdasan majemuk yaitu kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik, dan kecerdasan interpersonal berdasarkan penelitian-penelitian relevan dan permasalahan dalam pembelajaran matematika di Kabupaten Ngawi,. Ketiga tipe kecerdasan tersebut sangat cocok dengan materi fungsi dan juga penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan NHT. Siswa berkecerdasan matematis-logis akan mudah mamahami materi fungsi dan penerapannya dalam soal dengan kemampuan yang dimilikinya. Siswa yang siswa yang suka membaca cenderung menggunakan kecerdasan linguistik. Siswa berkecerdasan linguistik cenderung mudah memahami suatu soal cerita sehingga memudahkan mengerjakan soal. Siswa berkecerdasan interpersonal cenderung suka kegiatan berkelompok dan mudah menyesuaikan diri dalam kelompok-kelompok belajar. Mereka lebih nyaman belajar secara berkelompok dan mudah menerima informasi dari teman sejawatnya.

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka menyikapi penerapan Kurikulum 2013 peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik yang ditinjau dari kecerdasan majemuk siswa pada pokok bahasan fungsi kelas VIII SMP Negeri se-Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2014/2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS, model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS atau model pembelajaran

(26)

2. Manakah yang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik, siswa yang memiliki kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik, atau kecerdasan interpersonal?

3. Pada masing-masing kategori model pembelajaran, manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, siswa yang memiliki kecerdasan matematis- logis, kecerdasan linguistik, atau kecerdasan interpersonal?

4. Pada masing-masing kategori kecerdasan, manakah yang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik, model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS, model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS atau model pembelajaan klasikal-PS?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menguji pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS, model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS atau model pembelajaran klasikal-PS terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari kecerdasan majemuk siswa. Sedangkan secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik antara pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS, model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS atau model pembelajaan klasikal-PS.

2. Untuk mengetahui manakah yang mempunyai prestasi belajar lebih baik antara siswa yang memiliki kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik, atau kecerdasan interpersonal.

3. Untuk mengetahui pada masing-masing kategori model pembelajaran, manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, antara siswa yang memiliki kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik, atau kecerdasan interpersonal.

4. Untuk mengetahui pada masing-masing kategori kecerdasan, manakah yang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS, model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS atau model pembelajaan klasikal-PS.

(27)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS, model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS atau model pembelajaan klasikal-PS terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari kecerdasan majemuk siswa. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, memberikan masukan dan bahan pertimbangan dalam memperluas pengetahuan dan wawasan tentang pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kecerdasan siswa dalam proses pembelajaran.

b. Bagi siswa, meningkatkan keaktifan, minat, motivasi dan kemandiriannya dalam pembelajaran matematika.

c. Bagi sekolah, memberikan masukan dalam mengambil kebijakan yang tepat untuk menumbuhkan keaktifan, motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran matematika.

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Prestasi Belajar Matematika a. Belajar

Konstruktivisme merupakan respons terhadap berkembangnya harapan-harapan baru berkaitan dengan proses pembelajaran yang menginginkan peran aktif siswa dalam kegiatan belajar. Konstruktivisme merupakan filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi kita sendiri. Pengetahuan merupakan akibat dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang. Dalam mencermati realitas kehidupan sehari-hari, konstruktivis mempercayai bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang berusaha mengetahui. Pengetahuan tidak hanya dipindahkan begitu saja dari guru kepada siswa. Siswa sendirilah yang mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan dengan pengalaman yang mereka peroleh. Siswa sendiri yang mengolah informasi yang diperoleh untuk selanjutnya menjadi pengetahuan yang ia bangun sendiri.

Konstruktivisme memandang kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam upaya menemukan pengetahuan, konsep, kesimpulan, bukan merupakan kegiatan mekanistik untuk mengumpulkan informasi atau fakta. Terdapat beberapa definisi tentang belajar, antara lain diungkapkan Aunurrahman (2010:18) belajar merupakan suatu proses mengkonstruksi pengetahuan melalui keterlibatan fisik dan mental siswa secara aktif. Belajar juga merupakan suatu proses mengasimilasi dan menghubungkan bahan yang dipelajari dengan pengalaman-pengalaman yang dimiliki seseorang sehingga pengetahuannya menjadi lebih kokoh. Ketika siswa aktif membangun pengetahuan mereka sendiri, maka guru membantu berperan sebagai mediator untuk membangun pengetahuan mereka tersebut. Driver & Bell (dalam Suyono & Hariyanto, 2011:13) belajar adalah suatu proses aktif menyusun makna melalui setiap interaksi dengan lingkungan, dengan membangun hubungan antara konsepsi yag telah dimiliki dengan fenomena yang sedang dipelajari. Rusman (2012:113) belajar adalah kegiatan aktif siswa untuk

(29)

membangun pengetahuannya. Siswa sendiri yang bertanggungjawab atas peristiwa belajar dan hasil belajarnya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan aktif siswa untuk membangun pengetahuannya melalui latihan, pengalaman dan pengembangan.

b. Prestasi Belajar

Prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Abdurrahman Mulyono (2003: 37) mengemukakan bahwa prestasi belajar atau hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1991:23), prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dari dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Menurut Sutartinah Tirtonegoro (1998:43), prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka maupun huruf yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:895) menyatakan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa pada periode tertentu setelah proses pembelajaran.

c. Matematika

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Berikut ini akan dipaparkan beberapa definisi matematika oleh para ahli. Jujun S. Suriasumantri (2007:190) mengatakan, matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat commit to user

(30)

artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya. Tanpa itu matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.

Sedangkan menurut Evawati Alisah (2007:23) matematika adalah sebuah bahasa, ini artinya matematika merupakan sebuah cara mengungkapkan atau menerangkan dengan cara tertentu. Dalam hal ini yang dipakai oleh bahasa matematika ialah dengan menggunakan simbol-simbol. Menurut James dan James (1976) dalam Erman Suherman (2001:16) matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain yang terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, serta geometri.

Menurut Sutama (2010:82) matematika adalam bahasa simbolis yang mengekspresikan ide-ide, struktur, atau hubungan yang logis termasuk konsep-konsep abstrak sehingga memudahkan manusia untuk berfikir. Menurut Ibrahim dan Suparni (2009:35) matematika memiliki beberapa unit yang satu sama lain saling berkaitan, maka yang penting dalam belajar matematika adalah bagaimana kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah matematika. Hal ini didasarkan pada salah satu pemikiran bahwa materi matematika merupakan materi yang abstrak yang memiliki karakteristik berbeda dengan materi ilmu lainnya.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan secara sederhana, bahwa matematika adalah ilmu yang memepelajari tentang perhitungan, pengkajian dan menggunakan kemampuan berpikir seseorang secara nalar dan pikiran yang jernih.

d. Prestasi Belajar Matematika

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa pada periode tertentu setelah proses pembelajaran matematika berlangsung yang dinyatakan dalam hasil tes berupa nilai.

2. Pendekatan Pembelajaran

Corey (dalam Syaiful Sagala, 2011) mendefinisikan pembelajaran ialah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Menurut Syaiful Sagala commit to user

(31)

(2011:61) pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar, merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.

Tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Soedjadi (2000: 43), mengacu pada fungsi matematika dan tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Diungkapkan dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika, bahwa tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi dua hal yaitu:

1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien. 2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir

matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari ilmu pengetahuan.

Dalam pembelajaran matematika dengan paradigma belajar, guru harus mampu bertindak sebagai pembimbing, pemimpin, dan fasilitator belajar bagi siswa. Dalam hal ini guru harus melakukan pemilihan pendekatan atau model pembelajaran yang tepat sehingga memungkinkan siswa dapat terlibat aktif sebagai pelaku utama dalam pembelajaran. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah upaya-upaya yang dilakukan guru untuk melibatkan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran matematika agar mereka langsung dapat memperoleh pengalaman sekaligus sebagai penerima manfaat dari proses dan hasil pembelajaran tersebut.

Menurut Arif Rahman (2009:180) pendekatan pembelajaran merupakan strategi yang dipakai guru atau pengajar agar murid atau pembelajar bisa dengan mudah belajar dalam rangka menyerap materi ajar secara lebih cepat. Dalam kurikulum 2013 ini pendekatan pembelajaran yang dikembangkan adalah pendekatan saintifik. Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2014:33-34) menyatakan pengembangan kurikulum 2013 berdasarkan pandangan filsafat eksperimentalis commit to user

(32)

harus dapat mendekatkan apa yang dipelajari siswa di sekolah dengan apa yang terjadi di masyarakat. Penerapan pendekatan ilmiah atau saintifik dalam proses pembelajaran sering disebut sebagai ciri khas Kurikulun 2013. Pendekatan ilmiah tersebut terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut.

a. Mengamati (observing)

Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran. Kegiatan ini memiliki keunggulan tertentu, seperti dapat menyajikan media obyek secara nyata, siswa lebih merasa tertantang dalam pembelajaran, dan mudah pelaksanaannya. Kegiatan mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dengan kegiatan mengamati ini siswa menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran.

b. Menanya (questioning)

Guru perlu membimbig peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan mengenai hasil pengamatan obyek yang kongkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, atau prosedur. Melalui kegiatan bertanya, karakter rasa ingin tau siswa dapat dikembangkan.

c. Mengumpulkan informasi (experimenting)

Kegiatan ini mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi-informasi yang berhubungan dengan materi pembelajaran melalui kegiatan berdiskusi, membaca sumber selain buku teks maupun mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket ataupun wawancara.

d. Menalar (associating)

Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, kegiatan menalar dalam Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan commit to user

(33)

di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar.

e. Mengkomunikasikan/membentuk jejaring (networking)

Pada pendekatan saintifik, guru diharapkan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan kembali apa yang sudah ditemukan pada tahap menanya, menalar dan mencoba. Hasil tersebut dapat disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar individu atau kelompok.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam Tabel 2.1.

3. Model Pembelajaran

Joice dan Weil dalam Isjoni (2010:50) menyatakan model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas. Arends dalam Agus Suprijono (2012:46) menyatakan model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Sedangkan Agus Suprijono (2012:46) mendefinisikan model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah seperangkat cara yang digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan rencana yang telah disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran.

a. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerja sama atau gotong royong. Kelompok yang terbentuk bukanlah commit to user

(34)

semata-mata kumpulan orang, tetapi menurut Shaw dalam Agus Suprijono (2009:57) memberikan pengertian kelompok “as two or more people who interact

with and influence one another” yang artinya kelompok adalah dua orang atau lebih

yang saling berinteraksi, saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain. Slavin (2009: 10) menyatakan bahwa semua model pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar lebih baik.

Slavin (2009:10) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif terdapat tiga konsep utama, yaitu:

1) Penghargaan tim

Tim akan mendapat penghargaan tim jika tim tersebut dapat melampaui kriteria yang telah ditentukan.

2) Tanggung jawab individual

Kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota tim. Tanggung jawab difokuskan pada kegiatan anggota tim dalam membentu satu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap orang dalam tim siap untuk mengerjakan kuis atau bentuk penilaian lainnya yang dilakukan siswa tanpa bantuan satu timnya.

3) Kesempatan sukses yang sama

Semua siswa mempunyai kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah semuanya sama-sama ditantang untuk melakukan yang terbaik dan kontribusi dari semua anggota tim ada nilainya.

Model pembelajaran kooperatif merupakan aplikasi dari teori konstruktivisme. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompoknya untuk saling membantu memecahkan masalah. Interaksi sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

(35)

Tabel 2.1 Katerkaitan Antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya

Langkah

Pembelajaran Kegiatan Belajar Kompetensi yang dikembangkan

Mengamati Membaca, mendengar, menyimak,

melihat (tanpa atau dengan alat)

Melatih kesungguhan, ketelitian,

mencari informasi.

Menanya Mengajukan pertanyaan tentang

informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan

untuk mendapatkan informasi

tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)

Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

Mengumpulkan informasi/ eksperimen

 Melakukan eksperimen

 Membaca sumber lain selain

buku teks

 Mengamati

objek/kejadian/aktivitas

 Wawancara dengan nara sumber

Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengum-pulkan informasi melalui berbagai

cara yang dipelajari,

mengem-bangkan kebiasaan belajar dan

belajar sepanjang hayat. Mengasosiasi/

mengolah informasi

Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen

maupun hasil dari kegiatan

mengamati

Pengolahan informasi yang

dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki

pendapat yang berbeda sampai

kepada yang bertentangan

Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam penyimpulan.

Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil pengamatan,

kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis atau media lainnya.

Mengembangkan sikap jujur, teliti,

toleransi, kemampuan berpikir

sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan ber-bahasa yang baik dan benar.

(36)

Dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalahm model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik.

1) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dengan Pendekatan Saintifik (TAI-PS)

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok-kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan. Dalam model pembelajaran ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang pandai. Di samping itu juga dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang kurang pandai dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki 8 komponen (Amin Suyitno, 2006:10) sebagai berikut.

a) Tim (teams) yaitu pembentukan kelompok yang terdiri atas 4-5 siswa.

b) Tes penempatan (placement test) yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.

c) Siswa kreatif (student creative) yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

d) Pembelajaran kelompok (team study) yaitu tahapan tindak belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok. Dalam tahap ini guru dapat memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkannya.

e) Skor tim dan rekognisi tim (team scores and team recognition) yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

f) Kelompok pengajaran (teaching group) yaitu pemberian materi singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.

(37)

g) Tes fakta (facts test) yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.

h) Unit seluruh kelas (whole class units) yaitu pemberian materi oleh guru kembali pada akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI sangat tergantung kepada penguasaan materi sebelumnya yang menjadi prasyarat untuk melanjutkan materi pelajaran berikutnya, sehingga dimungkinkan bagi siswa yang menguasai materi prasyarat akan lebih mudah menerima pembelajaran.

Kelebihan model pembelajaran TAI adalah sebagai berikut.

a) Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dalam pengelolaan rutin.

b) Guru setidaknya akan menghabiskan waktunya untuk mengajar kelompok-kelompok kecil.

c) Pelaksanaan model pembelajaran cukup sederhana. Siswa akan termotivasi mempelajari materi secara cepat dan akurat dan tidak akan bisa berbuat curang. d) Para siswa dapat melakukan pengecekan satu sama lain.

e) Model pembelajaran ini akan membagun kondisi untuk terbentuknya sikap positif terhadap siswa berkemampuan di bawahnya.

Kekurangan model pembelajaran TAI adalah sebagai berikut.

a) Membutuhkan waktu yang tidak sedikit dalam membuat perangkat pembelajaran.

b) Dalam kelas yang besar dengan jumlah siswa yang banyak, guru akan kesulitan dalam membimbing mereka.

Menyikapi implementasi kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik, maka dalam penelitian ini digunakan pula model pembelajaran yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik, sehingga sintaks model pembelajaran TAI tersebut dimodifikasi sebagai berikut.

a) Siswa membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan  4-5 orang (mengadopsi komponen teams).

b) Siswa diberikan tugas untuk mempelajari materi pembelajaran secara individu melalui pengamatan misalkan siswa diminta untuk mengamati peristiwa yang berhubungan dengan pokok bahasan fungsi misalnya antara siswa dengan commit to user

(38)

dengan jenis menu makanan yang disukai di kantin sekolah atau siswa dengan mata pelajaran yang disukainya. Hubungan tersebut kemudian disajikan dalam tabel. Dari tabel tersebut siswa akan menemukan sebuat permasalahan tentang relasi. (mengamati).

c) Melalui kegiatan mengamati, akan muncul pertanyaan-pertanyaan dari siswa, misal: apa yang dimaksud dengan relasi, fungsi, bagaimana cara pernyajian fungsi dan lain sebagainya (menanya). Kemudian siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan pamahaman tentang fungsi.

d) Guru memberikan materi secara singkat (mengadopsi komponen teaching

group).

e) Siswa diberikan LKS yang berisi pertanyaan atau masalah dan guru mengarahkan dan membimbing siswa untuk menemukan sendiri penyelesaian masalah tersebut. Dalam hal ini siswa mencatat hal-hal yang penting dalam diskusi kelas tersebut (mencoba). Kemudian siswa diberikan kuis secara individual untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal (mengadopsi komponen

placement test).

f) Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok dan setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok. Setiap siswa diminta mengungkapkan apa yang didapat dari hasil diskusi kelas untuk mengkoreski jawaban yang diberikan dengan menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya (mengasosiasi). Guru memberikan tugas kelompok berupa LKS (mengadopsi komponen student

creative).

g) Masing-masing kelompok diminta untuk menampilkan jawabannya di depan kelas dan mempresentasikan jawabannya kepada seluruh anggota kelas dan kelompok lain diminta untuk memberikan tanggapan (mengkomunikasikan). Dalam hal ini guru memberikan bimbingan jika ada yang belum dipahami (mengadopsi team study).

h) Ketua kelompok harus dapat menentukan bahwa setiap anggota telah memahami materi dan siap diberikan tes oleh guru (mengadopsi komponen teams scores

and team recognition).

(39)

i) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya. j) Guru memberikan tes secara individu untuk mengukur seberapa paham siswa

terhadap materi yang telah dipelajari (mengadopsi komponen fact test).

k) Menjelang akhir pembelajaran, guru memberikan latihan pendalaman secara klasikal dengan menekankan strategi pemecahan masalah (mengadopsi komponen whole class unit).

2) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Pendekatan Saintifik (NHT-PS)

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) ini dikembangkan oleh Spenser Kagan. Model pembelajaran ini melibatkan banyak aktivitas siswa dalam pembelajaran terutama dalam mereview, saling bertukar ide dan mendiskusikan suatu permasalahan yang diberikan oleh guru. Selain itu model pembelajaran ini juga dapat mendorong semangat siswa untuk meningkatkan kerja sama dalam kelompok. Model pembelajaran ini dapat digunakan pada semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik.

Pada dasarnya, model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan variasi dari diskusi kelompok. Teknis pelaksanaanya hampir sama dengan diskusi kelompok. Pertama-tama, guru meminta siswa untuk berkelompok. Masing-masing anggota kelompok diberi nomor. Setelah selesai berdiskusi, guru memanggil nomor tertentu untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Guru tidak memberitahukan nomor berapa yang akan menyampaikan hasil diskusi selanjutnya. Pemangggilan secara acak ini akan memastikan semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi serta fokus pada pembelajaran. Selain itu juga menumbuhkan sikap tanggung jawab pada diri siswa.

Menurut Trianto (2007:62) dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai berikut.

a) Fase 1 : penomoran (numbering)

Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.

(40)

Guru mengajukan pertanyaan kepada kelompok melalui LKS dan kepada setiap kelompok mendiskusikan jawabannya.

c) Fase 3 : berfikir bersama (heads together)

Siswa menyatakan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

d) Fase 4 : menjawab pertanyaan (answering)

Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan hasil kerjasama mereka.

Menurut Miftahul A’la (2010:101) pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut.

a) Siswa menjadi siap dalam pembelajaran. Setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama untuk menjawab pertanyaan.

b) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

c) Siswa yang kurang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut.

a) Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru. b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

c) Tidak semua anggota kelompok mempunyai kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut, guru dapat membuat catatan kecil terkait dengan nomor-nomor yang sudah dipanggil dalam setiap pertemuan. Untuk nomor yang belum dipanggil, dapat dipanggil pada pertemuan berikutnya.

Menyikapi implementasi kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik, maka dalam penelitian ini digunakan pula model pembelajaran yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik, sehingga sintaks model pembelajaran NHT tersebut dimodifikasi sebagai berikut.

a) Siswa membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 orang secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok mendapat nomor yang berbeda satu sama lain (fase numbering).

(41)

b) Masing-masing kelompok mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru melalui pengamatan dengan tujuan siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan pemahamannya (fase questioning). Misalkan siswa diminta untuk mengamati peristiwa yang berhubungan dengan materi fungsi misalnya antara siswa dengan dengan jenis menu makanan yang disukai di kantin sekolah atau siswa dengan mata pelajaran yang disukainya. Hubungan tersebut kemudian disajikan dalam tabel. Dari tabel tersebut siswa akan menemukan sebuat permasalahan tentang fungsi. (mengamati).

c) Melalui kegiatan mengamati, akan muncul pertanyaan-pertanyaan dari siswa, misal: apa yang dimaksud dengan relasi, fungsi, bagaimana cara pernyajian fungsi dan lain sebagainya (menanya).

d) Masing-masing kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengerti jawaban tersebut (fase heads together). Dalam tahap ini guru mengarahkan dan membimbing siswa untuk menemukan sendiri penyelesaian masalah tersebut. Selama kegiatan diskusi berlangsung, guru berperan sebagai fasilitator. (mencoba)

e) Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil mengungkapkan apa yang didapat dari hasil diskusi kelas untuk menyelesaikan masalah yang diberikan dengan menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari (fase answering dan mengasosiasi)

f) Siswa dari kelompok lain yang masih belum paham atau berbeda pendapat boleh menampilkan dan mempresentasikan jawabannya kepada seluruh anggota kelas dan siswa lain diminta untuk memberikan tanggapan. (mengkomunikasikan) g) Guru memberikan evaluasi.

b. Model Pembelajaran Klasikal dengan Pendekatan Saintifik (klasikal-PS) Pembelajaran klasikal adalah kegiatan mengajar guru yang menitik beratkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu secara umum. Dimyati dan Mudjiono (2009:162) menyatakan ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran klasikal dapat ditinjau dari segi-segi berikut ini.

(42)

1) Tujuan pengajaran

Perilaku belajar mengajar di sekolah yang menganut sistem klasikal tampak serupa. Dalam kelas terdapat siswa yang rata-rata berjumlah empat puluhan siswa. Guru membantu siswa menghadapi kesukaran. Tujuan pembelajaran yang menonjol adalah pemberian kesempatan dan keleluasaan siswa untuk belajar berdasarkan kemampuan sendiri. Dalam pengajaran klasikal guru menggunakan ukuran kemampuan rata-rata kelas.

2) Siswa dalam pembelajaran

Dalam pembelajaran klasikal guru mempunyai mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membelajarkan siswa.

3) Guru sebagai pembelajar

Peran guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran sangat besar. Peran guru tersebut adalah membantu merencanakan kegiatan belajar siswa, dengan musyawarah guru membantu siswa menetapkan tujuan belajar, membuat program belajar sesuai kemampuan siswa, membicarakan pelaksanaan belajar, menentukan kriteria keberhasilan belajar, menentukan waktu dan kondisi belajar; berperan sebagai penasehat atau pembimbing dan membantu siswa dalam penilaian hasil belajar.

Dalam pembelajaran klasikal berarti melaksanakan dua kegiatan sekaligus yaitu pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar dengan baik. Pengelolaan pembelajaran bertujuan mencapai tujuan belajar. Tekanan utama pembelajaran adalah seluruh anggota kelas.

Kelebihan model pembelajaran klasikal adalah sebagai berikut. 1) Secara ekonomis pembiayaan kelas lebih murah.

2) Mudah digunakan dalam kelas dengan jumlah siswa besar.

Kelemahan model pembelajaran klasikal adalah sebagai berikut. 1) Gangguan belajar dapat berasal dari individu maupun sekelompok individu. 2) Dalam pengelolaan kelas dapat terjadi masalah yang bersumber dari kondisi

tempat belajar misal ruang kelas kotor, papan tulis rusak, meja & kursi rusak yang dapat mengganggu pembelajaran.

Gambar

Tabel 4.14 Rangkuman Uji Normalitas Data         83
Tabel 2.1 Katerkaitan Antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan  Belajar dan Maknanya
Tabel 2.2 Identifikasi Kecerdasan Majemuk Gardner
Tabel 2.3 Karakteristik Kecerdasan Majemuk  Tipe Kecerdasan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) Untuk mengetahui manakah model pembelajaran matematika yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada peserta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, siswa yang menggunakan model pembelajaran MEAs, kooperatif

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, model TAI dengan pendekatan saintifik, TPS dengan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) manakah yang memiliki prestasi belajar lebih baik, siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe

(4) pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dan model pembelajaran konvensional, manakah yang menghasilkan prestasi belajar

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) manakah pembelajaran matematika menghasilkan prestasi belajar lebih baik, siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara model pembelajaran TAI dengan metode