BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Generasi muda terutama usia remaja merupakan masa transisi/peralihan dari
kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa peralihan itulah terjadi perubahan yang cepat pada diri seseorang baik secara fisik, biologis maupun psikologis. Berbagai perubahan yang dialami remaja sering kali menimbulkan serangkaian konflik, baik
dari dalam individu yang bersangkutan ataupun dalam berhubungan dengan orang lain disekitarnya. Keadaan tersebut dapat berakibat buruk pada kehidupan intelektual
dan kesehatan remaja serta manimbulkan konflik dalam kehidupan (Sarlito, 2005:15). Salah satu konflik yang paling besar terjadi di kalangan remaja adalah
penyalahgunaan narkoba, yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat-zat adiktif lainnya.
Penyalahgunaan atau ketergantungan narkoba dari tahun ketahun semakin meningkat, sementara fenomena narkoba itu sendiri bagaikan gunung es (Ice Berg) artinya yang tampak dipermukaan lebih kecil dibandingkan yang tidak tampak atau di bawah
permukaan laut (Hawari, 2001:6).
Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di dunia
sungguh luar biasa dahsyat. Berdasarkan data dari Word Drugs Report yang
dikeluarkan oleh United Nations Office on Drug and Crime (UNODC) menunjukkan bahwa setiap tahunnya negara-negara di seluruh dunia dibanjiri 1.000 ton heroin,
(ATS). Selain itu jumlah current users di seluruh dunia pada tahun 2005/2006 diperkirakan mencapai sekitar 200 juta orang dan pada tahun 2006/2007 meningkat
menjadi 208 juta orang dan terus akan meningkat. Dengan fakta ini, maka
diperkirakan tingkat pertumbuhan penyalahgunaan narkoba di dunia mencapai 4 %
per tahun. Kemudian diperkirakan antara 155 sampai dengan 250 juta orang (3,5 s/d 5,7% dari penduduk yang berumur 15-64 tahun) menggunakan narkoba minimal sekali dalam setahun (BNN Sumatera Utara, 2013:9)
Menurut laporan UNODC pada tahun 2013 menyatakan 149 sampai 272 juta penduduk dunia usia 15-64 tahun yang menyalahgunakan obat setidaknya satu kali
dalam 12 bulan terakhir. Dari semua jenis obat terlarang ganja merupakan zat yang paling banyak digunakan di seluruh dunia yaitu 125 juta sampai dengan 203 juta penduduk dunia dengan prevalensi sebesar 2,8%-4,5% (UNODC, 2013:16).
Dalam lingkup Asia Tenggara, semua negara ASEAN telah mengakui adanya masalah yang mereka hadapi terkait dengan penyalahgunaan narkoba. Asia tenggara
memiliki potensi besar untuk menjadi lahan subur penyalahgunaan narkoba
dikarenakan adanya segitiga emas penghasil dan penyalur gelap narkoba di wilayah ini yang terdiri dari Myanmar, Kamboja, dan Thailand yang memungkinkan distribusi
produk narkotika melalui media transport darat, laut, maupun udara ke semua negara di wilayah ini, tak luput juga Indonesia (BNN Sumatera Utara, 2013:13)
Indonesia telah sampai pada titik yang menghawatirkan. Berdasarkan data yang dihimpun Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus narkoba meningkat dari
sebanyak 3. 478 kasus pada tahun 2000 menjadi 8.401 pada tahun 2004, atau
meningkat 28,9% pertahun. Berdasarkan hasil survei BNN bekerjasama dengan Pusat
Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI) memperkirakan prevalensi penyalahgunaan narkoba pada tahun 2009 sebesar 1,99% dari penduduk Indonesia berumur 10-59 tahun. Pada tahun 2010 prevalensi tersebut diproyeksikan naik
menjadi 2,21% dan tahun 2015 naik menjadi 2,8% atau setara dengan 5,1-5,6% juta orang (BNN, 2011:18).
Seluruh provinsi di Indonesia tidak ada yang bersih dari kasus narkoba. Provinsi Sumatera Utara menjadi provinsi terbesar ketiga pengguna narkotika dan zat adiktif lain di Indonesia setelah DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Pada tahun tahun
2010 jumlah penyalahgunaan narkotika mencapai 2,2 persen dari 12 juta penduduk. Sedangkan berdasarkan data kejahatan narkoba yang diungkapkan Polda Sumut dan
jajarannya, tahun 2010 ada 2.718 kasus dan 3.736 tersangka. Sedangkan pada tahun 2011 terdapat 2.728 kasus dan 3.514 tersangka (BNN Sumatera Utara, 2013:15).
Berdasarkan data yang didapatkan dari Polda Sumut diketahui bahwa pada
tahun 2012 jumlah tersangka kasus narkoba sebanyak 3.237 tersangka. Angka ini meningkat pada tahun 2013 menjadi 4.209 tersangka. Dari data tersebut juga
didapatkan oleh kepolisian resort kota Medan sektor Medan baru dan 4 tersangka merupakan pelajar dan mahasiswa (Kepolisian Resort Kota Medan Sektor Medan
Baru, 2014). Hasil temuan BNN provinsi Sumatera Utara tahun 2013 diketahui diantara 525 siswa yang di test urinenya, 21 diantaranya terindikasi menggunakan
narkoba (BNN, 2014).
Hasil survei BNN diperkirakan jumlah penyalahguna coba pakai sekitar 807 ribu sampai 938 ribu orang, dimana sekitar 90%-nya adalah kelompok
pelajar/mahasiswa. Pada tahun 2008 diperkirakan terdapat sebanyak 16.9 juta pelajar/mahasiswa. Sekitar 4.6% dari total jumlah pelajar/mahasiswa diperkirakan
menyalahgunakan narkotika dan zat adiktif lain. Disamping itu, hasil survei juga menunjukkan bahwa usia pertama kali pakai narkotika dan zat adiktif pada usia 16-18 tahun (41%) atau setara dengan mereka yang sedang duduk di bangku Sekolah
Menengah Atas (SMA). Pada usia ini, didapati remaja mendapat tekanan begitu besar baik dari kelompok pergaulannya (peer group), rasa keingintahuan atau coba-coba,
serta rasa ego yang mendorong untuk pakai narkotika dan zat adiktif (BNN, 2008:15).
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak dan
masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila
muda (remaja) merupakan usia produktif yang membutuhkan perhatian khusus, karena pada posisi ini, taraf pencarian jati diri dan cenderung masih bersifat labil.
Pola pikir kaum muda kadang kala hanya bersifat instan, dan mencari yang termudah mana kala menghadapi sesuatu yang sulit. Walaupun semua kecenderungan itu
wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan narkoba (Soetjiningsih, 2007:3).
Ada beberapa faktor sebagai penyebab atau yang mempengaruhi perilaku
seorang remaja, diantaranya : faktor pertemanan, perkembangan teknologi informasi, pengaruh budaya, gaya hidup hedonis. Beberapa faktor itulah sebagai pemicu dalam
setiap pola hidup maupun dasar pemikiran seseorang, termasuk dalam hal penyalahgunaan narkoba. seringkali seorang anak muda terjebak kedalam lembah hitam narkoba hanya karena faktor pertemanan sehingga memunculkan keinginan
coba-coba. Jika di analisa pengaruh teman sebaya menjadi metode paling ampuh untuk urusan peredaran gelap narkoba (BNN, 2013:6).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Afiatin (2008:15) bahwa ada beberapa alasan yang menyebabkan banyaknya remaja terjerumus ke dalam bahaya narkoba. Pertama, karena dorongan ingin tahu, kedua keadaan keluarga yang tidak kondusif
atau dengan kata lain disfungsi keluarga mempunyai resiko relatif anak/ remaja yang kurang perhatian dari orang tuanya cenderung terlibat kedalam bahaya
yang berada dilingkungan sekolahnya. Penolakan terhadap tekanan ini sering mengakibatkan ia dikucilkan oleh kelompoknya. Hal ini membuat remaja menjadi
merasa tidak memiliki pergaulan, akibatnya remaja harus mengikuti bujukan teman dan terjerumus kedalam penyalahgunaan narkoba.
Fenomena di atas jelas menggambarkan akan adanya bahaya bagi
kelangsungan pembangunan nasional apabila generasi penerus bangsa menjadi rusak karena penyalahgunaan narkoba. Apabila seorang pelajar menyalahgunakan narkoba
maka akan sangat merugikan bagi dirinya sendiri karena sering tertidur di kelas, tidak dapat mengikuti pelajaran dengan kontinu dan sering bolos sekolah, sehingga banyak
penyalahguna narkoba menjadi putus sekolah dan akhirnya mereka merasa tidak punya harapan akan masa depan. Jika dibiarkan berlanjut penyalahguna narkoba akan menjadi beban keluarga yang sangat berat, dan berdampak kepada masyarakat dan
negara (BNN, 2013:34)
Menurut Rahayuwati (2004:23) pada siswa di sekolah, teman merupakan
orang yang tepat untuk berbagi informasi tentang narkoba, namun hampir keseluruhan siswa tidak mendapat informasi yang memadai padahal sekolah merupakan tempat yang tepat untuk memberikan informasi tentang narkoba untuk
menghindari siswa dari penyalahgunaan narkoba. Sekolah adalah lembaga yang sangat penting dalam upaya pencegahan narkoba, mengingat pemakainya sebagian
kalangan pelajar melalui Anti Drugs Compaign Goes To School dalam rangka membentengi generasi penerus bangsa dari bahaya penyalahgunaan narkoba.
Upaya perubahan perilaku sehat telah dilaksanakan melalui program Pendidikan Kesehatan (Health Education) atau Promosi Kesehatan. Promosi
Kesehatan kemudian dilakukan dalam bentuk kegiatan Penyuluhan. Penyuluhan merupakan metode pendididkan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat agar dapat
menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat dalam upaya kesehatan, sesuai dengan sosial budaya setempat. Upaya
penyuluhan dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya metode ceramah dan metode lainnya. Pada metode ceramah peran komunikator sebagai sumber pesan sangat penting. Selain metode, penggunaan media seperti media cetak seperti leaflet,
ataupun elektronik seperti pemutaran video, maupun media ruang sangat mendukung. Dalam hal ini media digunakan untuk membuat suasana yang kondusif terhadap
perubahan perilaku yang positif (Notoatmodjo, 2007).
Pilihan terhadap remaja sebagai target sasaran penyuluhan, didasari pada asumsi bahwa secara psikologis karakteristik kepribadian remaja bersifat labil. Oleh
karenanya dalam rangka merubah persepsi yang keliru tentang narkoba perlu dicegah dengan pemberian informasi tentang narkoba. Adapun tujuan dari sadar cegah
dalam membentengi diri, lingkungan, pergaulan dari bahaya penyalahgunaan narkoba (Depkes, 2006).
Penyuluhan narkoba merupakan salah satu program kegiatan yang sering dilakukan oleh BNN. BNN merupakan suatu badan non kementrian yang bertugas
untuk mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba. Upaya yang dilakukan untuk melaksanakan tugas yang diemban antara lain dengan melakukan
pemberdayaaan dengan membentuk kader-kader pemberantasan penyalahgunaan Narkoba dan juga melakukan berbagai penyuluhan tentang bahaya narkoba (BNN
Provinsi Sumatera Utara, 2013 : 5).
SMA Raksana Medan merupakan salah satu sekolah yang berada di Kota Medan. Berdasarkan informasi yang didapat dari kantor BNN Provinsi Sumatera
Utara diketahui bahwa sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah yang berada di daerah rawan penyalahgunaan dan peredaran narkoba. Hal ini disebabkan karena di
sekitar sekolah tersebut adalah kuburan atau dikenal masyarakat dengan sebutan “Kampung Kubur” yang sering dijadikan sebagai tempat transaksi narkoba dan tempat tongkrongan remaja. Kondisi ini diperburuk karena di lingkungan tersebut ada
tempat pelacuran yang beroperasi sampai pagi hari. Lingkungan SMA Raksana Medan tersebut menjadikan siswa SMA Raksana Medan mempunyai resiko besar
staff BNN dan kepala sekolah juga diketahui bahwa belum pernah dilakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba di sekolah ini.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba untuk memberikan pengetahuan kepada siswa. Untuk itu perlu dilakukan
penelitian mengenai pengaruh penyuluhan tentang bahaya narkoba terhadap pengetahuan dan sikap siswa SMA Raksana Medan Tahun 2014.
1.2 Permasalahan
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah siswa SMA Raksana Medan mempunyai resiko besar untuk terjerumus dalam penyalahgunaan
narkoba dan belum pernah dilakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba sehingga peneliti ingin mengetahui “bagaimana pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah tentang bahaya narkoba terhadap pengetahuan dan sikap siswa SMA Raksana Medan
Tahun 2014”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh penyuluhan dengan
1.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh penyuluhan dengan
metode ceramah tentang bahaya narkoba terhadap pengetahuan dan sikap siswa SMA Raksana Medan Tahun 2014
1.5. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam perencanaan program pencegahan dan penanganan narkoba secara lebih komprehensif dan integratif.
2. Bagi Dinas Pendidikan Kota Medan, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam pembuatan kebijakan dalam mencegah dan menangani narkoba
di lingkungan sekolah.
3. Sebagai masukan bagi pihak sekolah SMA Raksana dalam penanganan dan pencegahan siswa mengonsumsi narkoba.