1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
2
Kanker payudara menempati peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker (522.000 kematian) dan sementara itu merupakan penyebab paling sering kematian akibat kanker pada wanita di daerah-daerah yang kurang berkembang (324.000 kematian, 14,3% dari total), juga merupakan penyebab kedua kematian akibat kanker di daerah-daerah yang lebih berkembang (198.000 kematian, 15,4% dari total) setelah kanker paru-paru. Kanker payudara adalah kanker yang umum kedua di dunia, dan sejauh ini, merupakan kanker yang paling sering dijumpai pada wanita dengan perkiraan sebanyak 1,67 juta kasus kanker baru yang terdiagnosis pada tahun 2012 (25% dari seluruh kanker). Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2009, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia 21,69%, disusul kanker leher rahim 17%. Laporan kanker dunia memperkirakan angka kejadian kanker akan meningkat menjadi 15 juta kasus baru di tahun 2020 (Ashton, et al., 2009; IRCA, 2012; Rasjidi, 2009).
3
Hilangnya fungsi apoptosis menyebabkan ketidakmampuan mendeteksi kerusakan sel akibat kerusakan DNA (Indrati, 2005).
Pada dasarnya regimen kemoterapi FAS (fluorourasil, adriamisin, siklofosfamid) dapat menyebabkan lesi pada deoxyribonucleic acid (DNA) melalui mekanisme yang berbeda. Lesi tersebut akan menyebabkan kerusakan DNA. Kerusakan DNA yang tidak dapat diperbaiki dapat menginduksi apoptosis. Kerusakan DNA akibat pemberian kemoterapi FAS akan merangsang gen p53 menginduksi apoptosis. Sel yang mempunyai mutasi p53 akan resisten terhadap stimuli apoptosis kemoterapi. Kejadian mutasi p53 pada karsinoma payudara dihubungkan dengan sifat agresif dan buruknya ketahanan hidup. Mutasi p53 akan menyebabkan gangguan stabilitas serta integritas genom dan sel akan terus berproliferasi (Muhartono, 2012).
Samuel (2011) mengatakan bahwa pasien kanker seringkali tidak patuh terhadap pengobatan dengan berbagai alasan, antara lain masalah biaya, ingin mencoba pengobatan alternatif serta tidak tahan terhadap efek samping seperti kerontokan rambut, daya tahan tubuh yang menurun, sariawan, mual dan muntah. Di samping itu, proses pengobatan kanker yang memakan waktu tidak sebentar, takut akan kematian serta tidak adanya dukungan keluarga seringkali juga membuat pasien frustasi dan akhirnya berhenti berobat (drop-out).
4
kesalahan-kesalahan tindakan, atau kebutuhan akan pengobatan tambahan, sinergis, atau preventif, serta masalah ketidakpatuhan (Strand, et al., 1990).
DRPs pada pasien kanker payudara yang pernah dipublikasikan adalah DRPs pada pasien kanker payudara di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2004 – Juni 2005. Dari 25 kasus yang diteliti, terdapat 11 kasus yang mengalami DRPs, dengan perincian 4 kasus butuh terapi obat tambahan (need for additional therapy), 1 kasus tidak perlu terapi obat (unnecessary drug therapy), 6 kasus dosis kurang atau dosis terlalu rendah (dosage too low), dan 1 kasus dosis terlalu tinggi (dosage too high) (Damayanti, 2006).
Sejauh yang diketahui penulis, penelitian tentang DRPs pada pasien kanker payudara di RSU Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi DRP pada pasien kanker payudara di RSU Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2011 – 2012 yang meliputi interaksi obat, kesalahan pemberian obat (wrong drug) dan tidak adanya terapi tambahan (adjuvant) bagi pasien. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk penerapan farmasi klinis di Instalasi Farmasi RSU Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung dalam penanganan obat sitostatika (handling of cytotoxic drugs).
1.2 Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang identifikasi DRPs pada pasien kanker
payudara di instalasi rawat inap RSU Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
Tahun 2011 – 2012. Dalam penelitian ini, obat-obat yang tercatat dalam rekam
5
dan DRPs kategori interaksi obat, pemberian obat yang salah dan ketiadaan terapi
tambahan sebagai variabel terikat (dependent variable). Hubungan kedua variabel
tersebut digambarkan dalam kerangka pikir penelitian seperti ditunjukkan pada
Gambar 1.1.
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 1.1 Skema hubungan variabel bebas dengan variabel terikat
1.3.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
a.apakah terjadi DRP kategori interaksi obat secara farmakologi pada pasien kanker payudara di instalasi rawat inap di RSU Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung?
b.apakah terjadi DRP kategori pemberian obat yang salah pada pasien kanker payudara di instalasi rawat inap di RSU Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung?
c.apakah terjadi DRP kategori ketiadaan terapi tambahan pada pasien kanker payudara di instalasi rawat inap di RSU Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung?
2. Pemberian obat yang salah 3. Ketiadaan terapi tambahan
6
1.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:
a.terjadi DRP kategori interaksi obat secara farmakologi pada pasien kanker payudara di instalasi rawat inap di RSU Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
b.terjadi DRP kategori pemberian obat yang salah pada pasien kanker payudara di instalasi rawat inap di RSU Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
c.terjadi DRP kategori ketiadaan terapi tambahan pada pasien kanker payudara di instalasi rawat inap di RSU Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
a.mengetahui adanya interaksi obat pada pasien kanker payudara di instalasi rawat inap di RSU Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
b.mengetahui adanya pemberian obat yang salah pada pasien kanker payudara di instalasi rawat inap di RSU Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
7
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk:
a. peneliti, dapat menambah pengetahuan peneliti tentang DRPs.
b.masyarakat, dapat memperoleh gambaran kejadian DRPs pada penyakit kanker payudara.
c. rumah sakit, diharapkan dari hasil penelitian dapat digunakan untuk bahan evaluasi bagi pihak rumah sakit mengenai pelaksanaan pengobatan kanker payudara dalam praktik di rumah sakit tersebut.