M
ANAJEMEN KEUANGAN
Pendahuluan
Pengeluaran modal adalah pengeluaran dana
oleh perusahaan yang diharapkan
menghasilkan manfaat selama jangka waktu lebih dari 1 tahun
Pengeluaran operasi adalah pengeluaran
yang menghasilkan manfaat untuk jangka waktu kurang dari 1 tahun
Pengeluaran aktiva tetap adalah pengeluaran
Contoh pengeluaran modal :
Pengeluaran modal sebesar Rp 60
juta untuk pembelian mesin baru
dengan umur ekonomis 15 tahun ->
pengeluaran aktiva tetap
Pengeluaran untuk periklanan
sebesar Rp 60 juta -> pengeluaran
bukan aktiva tetap
Motivasi penganggaran modal
Ekspansi
Penggantian
Perbaikan
Langkah penganggaran modal
Tahap penyusunan proposal
Review dan analisis
Pengambilan keputusan
Implementasi
1. Proyek Independent vs Mutually Exclusive
Proyek-proyek independen adalah proyek yang arus kasnya
tidak saling tergantung atau independen satu sama lain. Penerimaan satu proyek tidak meniadakan kesempatan proyek lain untuk dipilih. Bila perusahaan memiliki dana yang tidak terbatas untuk diinvestasikan, semua proyek independen yang memenuhi kriteria penerimaan dapat diimplementasikan.
Contoh: Tiga proyek independen yang dapat dipilih
perusahaan adalah: 1. Instalasi AC,
2. Akuisisi pemasok kecil, 3. Membeli sistem komputer.
Proyek-proyek mutually exclusive adalah proyek yang memiliki fungsi yang sama sehingga bersaing satu sama lain. Penerimaan satu proyek akan meniadakan kesempatan bagi proyek lain untuk dipilih.
Contoh: Untuk meningkatkan kapasitas produksinya, perusahan dapat melakukan:
1. Ekspansi pabrik,
2. Akuisisi perusahaan lain, 3. Sub-kontrakting.
Jelas bahwa penerimaan satu proyek akan menghilangkan kesempatan bagi proyek lain untuk dipilih.
2. Dana tidak terbatas vs Pembatasan modal
Bila perusahaan memiliki dana yang tidak
terbatas untuk berinvestasi -> terima semua proyek yang memenuhi kriteria penerimaan
Tetapi pada kenyataanya perusahaan
3. Pendekatan Penerimaan-Penolakan vs Perankingan
Pendekatan penerimaan-penolakan mencakup
evaluasi pengeluaran modal yang diajukan untuk
menentukan apakah pengeluaran tersebut
memenuhi kriteria penerimaan minimal dari perusahaan. Untuk kasus ini, hanya proyek-proyek yang diterima yang akan dipertimbangkan.
Pendekatan perankingan mencakup
4. Pola konvensional vs non-konvensional
Pola arus kas konvensional terdiri dari
investasi awal yang diikuti dengan serangkaian arus kas masuk.
Pola arus kas non-konvensional adalah arus
kas yang mana investasi awal tidak diikuti oleh hanya satu rangkaian arus kas masuk.
5.
Anuitas vs arus kas yang beragam
Anuitas adalah serangkaian arus kas
tahunan yang sama besarnya.
Arus kas beragam: serangkaian arus
Arus kas masuk incremental
Melambangkan tambahan arus kas, baik
kas masuk maupun kas keluar, yang
diharapkan
memberikan
hasil
dari
pengeluaran modal yang diajukan.
Komponen utama arus kas
(untuk penggantian aktiva lama ke aktiva
baru)
Arus kas investasi awal : Selisih antara investasi awal yang dibutuhkan untuk memperoleh aktiva baru dan semua arus kas masuk setelah pajak yang diharapkan dari aktiva lama.
Arus kas operasi : Selisih antara arus kas masuk operasi dari aktiva baru dan aktiva lama.
1. Arus kas ekspansi vs arus kas penggantian
Sesungguhnya semua keputusan
penganggaran modal dapat dipandang sebagai keputusan penggantian. Ekspansi adalah keputusan penggantian di mana semua arus kas dari aktiva lama = 0.
2.
Sunk Cost dan Opportunity Cost
Sunk cost adalah pengeluaran kas yang
Opportunity cost adalah arus kas yang dapat
dihasilkan dari alternatif penggunaaan terbaik dari aktiva yang dimiliki. Oleh karena itu opportunity cost melambangkan arus kas yang tidak terealisasi karena digunakannya aktiva untuk proyek yang diajukan. Konsekuensinya, opportunity cost harus dimasukkan sebagai arus kas keluar ketika menentukan arus kas incremental suatu proyek.
3. Penganggaran Modal Internasional dan Investasi jangka Panjang
Penyebab perbedaan penganggaran modal
internasional dari penganggaran modal domestik adalah sbb:
Perbedaan denominasi mata uang
Resiko politik termasuk resiko
Investasi awal adalah arus kas keluar yang
relevan untuk dipertimbangkan ketika mengevaluasi suatu pengeluaran modal yang berprospek.
Investasi awal dihitung dengan mengurangkan
seluruh arus kas masuk yang terjadi pada tahun ke 0 dengan semua arus kas keluar yang terjadi pada periode yang sama.
Format perhitungan investasi awal:
Biaya perolehan aktiva baru =
Biaya pembelian aktiva baru
+Biaya instalasi
- Penerimaan setelah pajak dari aktiva lama =
Contoh
Diketahui :
Harga beli mesin baru : Rp 380.000 dan biaya
instalasi : Rp 20.000
Metode depresiasi : garis lurus dan usia
ekonomis 5 tahun
mesin lama dibeli 3 tahun lalu ; harga beli =
Rp 240.000 (metode depresiasi : garis lurus; usia ekonomis 5 tahun)
Harga jual mesin lama 280.000
Peningkatan NWC (Modal Kerja Bersih) : Rp
17.000
Tingkat pajak yang berlaku : 40%
Ditanya: Berapa besar Investasi Awal?
Jawab :
Biaya perolehan untuk mesin baru
= Harga beli mesin baru + biaya instalasi = Rp. 380.000 + 20.000 = 400.000
Penerimaan penjualan setelah pajak
= Harga jual mesin lama – pajak *
= Rp.280.000 – Rp 73.600 = Rp 206.400
Perubahan modal kerja bersih = Rp 17.000 Total investasi awal
Perhitungan pajak *:
Depresiasi mesin lama / tahun =
Rp 240.000 / 5 = Rp 48.000
Akumulasi depresiasi
3 tahun x Rp 48.000 = Rp 144.000
Nilai buku =
Rp 240.000 – Rp 144.000 = Rp 96.000
Pajak =
40% x (Rp 280.000 – Rp 96.000) = 73.600
Tabel 7.2
Data Penerimaan dan Pengeluaran Perusahaan ABC
Tahun Penerimaan (Rp) Pengeluaran (Rp)
Tak termasuk depresiasi
Tabel 7.3
Depresiasi Mesin Baru Dengan Metode Garis Lurus
Tahun Biaya Depresiasi/tahun Nilai Buku
Mesin Baru Depresiasi /tahun = Rp 400.000/5 = Rp 80.000
Depresiasi untuk mesin baru dan lama dengan mengggunakan garis lurus adalah:
Tabel 7.4
Depresiasi Mesin Lama Dengan Metode Garis Lurus
Mesin Lama
Mesin Lama : Depresiasi/tahun = Rp 240.000/5 : 48.000
Akumulasi Depresiasi s/d tahun 3 = 3 x Rp 48.000 =Rp 144.000 Nilai buku akhir tahun ke 3 = Rp 240.000-144.000= Rp 96.000
Tahun Biaya Depresiasi Nilai Buku
1 (=4) 96.000 48.000 48.000
2 (=5) 48.000 48.000 0
3 0 0 0
4 0 0 0
Tabel 7.5
Arus Kas Mesin Baru
1 2 3 4 5
Penerimaan 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000 2.520.000 -Pengeluaran
(exc.depr)
2.300.000 2.300.000 2.300.000 2.300.000 2.300.000
Laba sebelum
depr.&pajak 220.000 220.000 220.000 220.000 220.000 -Depresiasi 80.000 80.000 80.000 80.000 80.000 Laba sebelum
pajak 140.000 140.000 140.000 140.000 140.000 -Pajak (40%) 56.000 56.000 56.000 56.000 56.000 Laba setelah
pajak 84.000 84.000 84.000 84.000 84.000 +Depresiasi 80.000 80.000 80.000 80.000 80.000
Arus kas
masuk operasi 164.000 164.000 164.000 164.000 164.000
Berdasarkan data tersebut, perhitungan arus kas operasi :
Tabel 7.6
Arus Kas Mesin Lama
1 2 3 4 5
Penerimaan 2.200.000 2.300.000 2.400.000 2.400.000 2.250.000 -Pengeluaran
(exc.depr) 1.990.000 2.110.000 2.230.000 2.250.000 2.120.000 Laba sebelum
depr.&pajak 210.000 190.000 170.000 150.000 130.000
-Depresiasi 48.000 48.000 0 0 0
Laba sebelum pajak
162.000 142.000 170.000 150.000 130.000
-Pajak (40%) 64.800 56.800 68.000 60.000 52.000 Laba setelah pajak 97.200 85.200 102.000 90.000 78.000
Tabel 7.7
Arus Kas Masuk Operasi
Arus kas masuk operasi
Tahun Mesin Baru Mesin lama Incremental
1 164.000 145.200 18.800
2 164.000 133.200 30.800
3 164.000 102.000 62.000
4 164.000 90.000 74.000
5 164.000 78.000 86.000
Sebagai tahap akhir dari perkiraan arus kas operasional, dihitung tambahan arus kas dari penggantian mesin. Untuk kasus perusahaan ABC hasilnya adalah:
Contoh:
Dengan menggunakan kasus PT ABC diasumsikan
Untuk kasus perusahaan ABC, ringkasan perhitungan arus kas adalah sebagai berikut:
Tabel 7.9
Ringkasan Perhitungan Arus Kas
Jenis Arus Kas Jumlah
Arus Kas Investasi Awal Rp 210.600
Arus Kas Operasional Rp 18.800 (Tahun 1) Rp 30.800 (Tahun 2) Rp 62.000 (Tahun 3) Rp 74.000 (Tahun 4) Rp 86.000 (Tahun 5)
Arus Kas Akhir Rp 47.000
Jenis Arus Kas Jumlah PV (biaya modal 10%)
Arus Kas Investasi Awal Rp 210.600 - 210.600
Arus Kas Operasional Rp 18.800 (Tahun 1) Rp 30.800 (Tahun 2)
Arus Kas Akhir Rp 47.000 29.183,30
NPV = 11.652,48