• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM MANAGEMEN KEUANGAN KOPERASI AT TA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SISTEM MANAGEMEN KEUANGAN KOPERASI AT TA (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

RUSNAENA

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Parepare

ST. JAMILAH AMIN

Program Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Parepare

DAMIRAH

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Parepare

a

bstract

This article discusses the Cooperative Financial Management System At-MT STAIN Pare Pare, where the main focus of study to see if the cooperative at-MT attention to the welfare of its members and adhered to the establishment of cooperative goals are: to help improve the welfare of its members, not to maximize profit cooperative enterprise. Initial observations the authors see that cooperative At-MT STAIN Pare Pare very helpful members. On the other hand, criticism and complaints from sebahagian members, as well as distrust in terms of capital and profits in the can through the division of SHU annually. This research is a field research, data sources used in this study are: primary data, secondary data, and financial management of the cooperative.This study uses data collection techniques: (1). Observation, (2). Interviews, and (3). Document. To analyze the data that has been collected, the data is processed by qualitative analysis techniques.The results of this study indicate that: 1. Systems cooperative capital STAIN Pare Pare At-MT consists of principal, save mandatory and voluntary savings of the members of the cooperative. 2. The financial performance of cooperative inadequate and has not been managed well seen by the presence of some of the bad loans that have not been resolved by the cooperative management STAIN Pare Pare. 3. The health cooperative AT-MT STAIN Pare Pare is still very far from the standard assessment when returning to the assessment ratio cooperative financial services cooperatives (KJK) both in terms of capital, asset quality, profitability, and the quantification of management aspects.

Keywords:Financial Management and Cooperative

a

bstrak

Artikel ini membahas tentang sistem manajemen keuangan koperasi At Tarbiyah STAIN Parepare, dimana fokus utama dari studi ini adalah untuk melihat apakah sistem manajemen keuangan yang ada memperhatikan kesejahteraan anggotanya dan berpegang pada tujuan utama pendirian koperasi yaitu untuk membantu meningkatkan kesejahteraan anggotanya, bukan untuk menarik keuntungan bagi koperasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksistensi koperasi At Tarbiyah sangat membantu. Akan tetapi, Di sisi lain, muncul kritik dan keluhan dari sebagian anggota serta ketidakpercayaan dalam hal modal dan keuntungan yang di dapat melalui pembagian SHU per tahun. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data: (1). Observasi, (2). Wawancara, dan (3). Dokumentasi. Untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan, data tersebut diolah dengan teknik analisis kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. Sistem simpanan yang ada dalam koperasi STAIN adalah simpanan pokok, wajib dan sukarela, 2. Manajemen keuangan koperasi yang tidak dikelola dengan baik yang dapat dilihat dari adanya kredit macet yang belum diselesaikan secara manajerial, 3. Standarisasi sehatnya pengelolaan keuangan masih belum dipenuhi baik dari segi permodalan, pengelolaan aset, dan profesionalisme manajerial.

(2)

P

enDahuluan

Tujuan utama didirikannya koperasi adalah membantu meningkatkan kesejah-teraan anggota, bukan memaksimalkan keuntungan perusahaan koperasi. Sifat tujuan koperasi seperti itu mengharuskan cara-cara memperoleh dana, menggunakan dana, dan pengukuran kinerja keuangan dilakukan secara berbeda dengan perusahaan non koperasi yang bertujuan memaksimalkan keuntungan.

Fokus pada upaya peningkatan kesejahteraan anggota memungkinkan perusahaan koperasi menggali dana lebih banyak, memanfaatkan potensi anggota sebagai pemilik, dan mengalokasikan dana tersebut kepada anggota. Keuntungan perusahaan koperasi yang diperoleh melalui bisnis dengan anggota tidaklah perlu terlalu besar agar anggota benar-benar menikmati harga atau bunga murah dan mendapatkan manfaat langsung dari koperasi miliknya.

Orientasi bisnis koperasi pada anggota yang bersifat service dan bukan provit orientet memungkinkan pengukuran-pengukuran rasio profitabilitas pada koperasi didesain secara berbeda dengan perusahaan non koperasi yang berorientasi maksimalisasi profit. Kinerja koperasi tidak boleh diperhitungkan hanya berdasarkan laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi), tetapi aspek manfaaat langsung keanggotaan juga harus diperhitungkan dalam pengukuran kinerja keuangan koperasi.

Persoalan kedua yang mengharuskan dibedakannya manajemen keuangan koperasi dengan non koperasi adalah adanya perbedaan dasar hukumnya. Koperasi adalah organisasi bisnis yang beranggotakan orang-orang, masing-masing anggota hanya memiliki satu suara, keanggotaan tidak bisa dipindahtangankan, dan pembagian surplus berdasarkan jasa anggota. Perusahaan non koperasi (misalnya Perseroan Terbatas) adalah organisasi bisnis yang merupakan kumpulan suara tergantung pada banyaknya modal

yang di setor anggotanya, keanggotaan bisa dipindahtangankan, dan pembagian surplus berdasarkan jumlah modal yang di setor. Masing-masing perbedaan tersebut membawa konsekuensi tersendiri perlunya perbedaaan pengelolaan keuangan perusahaan koperasi dengan non koperasi.

Koperasi STAIN Parepare sangat membantu para anggotanya terutama ketika mereka membutuhkan tambahan dana untuk suatu keperluan tertentu dan itulah salah satu jenis usaha yang dilakukan yaitu simpan pinjam untuk kesejahteraan anggotannya. Namun di satu sisi sering mendapat kritikan dan keluhan dari anggotanya karena ada rasa ketidak percayaan dari koperasi tersebut baik dari segi permodalan maupun dari segi keuntungan yang didapat melalui pembagian SHU setiap tahunnya. Terdapat ketidak seimbangan antara modal dengan SHU yang di dapat setiap tahunnya. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan informasi tentang kinerja manajemen keuangan koperasi At- Tarbiyah STAIN Parepare.

Penelitian ini didasari pada beberapa teori tentang perkoperasian. Pada Undang-Undang Perkoperasian No. 25 tahun 1992 dijelaskan bahwa modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah. Sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari anggota, koperasi lain dan atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, dan sumber-sumber lain yang sah.

(3)

usaha dan badan-badan usaha lainnya (PP No. 33 Tahun 1998).

Koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkan dana tersebut melalui kegiatan usaha simpan pinjam dan untuk anggoat koperasi yang bersangkutan dan koperasi lain atau anggotanya (UU No. 25 Tahun 1992). Kegiatan usaha simpan pinjam adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, calon anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain atau anggotanya (PP No. 9 Tahun 1995).

Kegiatan usaha simpan pinjam dapat dilaksanakan oleh Koperasi Simpan Pinjam atau Unit Simpan Pinjam. Koperasi Simpan Pinjam dapat berbentuk Koperasi Primer atau Koperasi Sekunder, demikian juga Unit Simpan Pinjam dapat di bentuk oleh Koperasi Primer atau Koperasi Sekunder. Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan yang beranggotakan orang seorang, sedangkan Koperasi Sekunder adalah koperasi yang didirikan yang beranggotakan koperasi.

Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang kegiatannya hanya usaha simpan pijam. Sedangkan Unit Simpan Pinjam (USP) adalah unit koperasi yang bergerak di bidang usaha simpan pinjam sebagai bagian dari kegaiatan usaha koperasi yang bersangkutan. Kegiatan usaha Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam adalah: menghimpun simpanan koperasi berjangka dan tabungan koperasi dari anggota dan calon anggotanya, koperasi lain atau anggotanya dan memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggotanya, koperasi lain dan atau anggotanya.

Etika bisnis usaha Koperasi Simpan Pinjam atau Unit Simpan Pinjam harus di bangun dengan kesadaran perhatian utama pada anggotanya. Apabila anggota sudah mendapat pelayanan sepenuhnya, barulah calon anggota dapat dilayani. Apabila anggota dan calon anggota sudah mendapat pelayanan sepenuhnya, koperasi lain dan anggotanya

dapat dilayani berdasarkan perjanjian kerjasama koperasi yang bersangkutan (PP No. 9 Tahun 1995).

Pada saat pendirian, setiap KSP wajib menyediakan modal disetor dan setiap pembentukan USP wajib menyediakan modal tetap dalam bentuk deposito pada Bank Pemerintah atas nama menteri untuk membiayai investasi maupun modal kerjanya. Modal yang disetor pada pendirian KSP terdiri dari simpanan pokok dan dapat ditambah dengan simpanan wajib, serta hibah yang besarnya ditetapkan paling sedikit Rp 15.000.000,00 untuk KSP Primer dan Rp 50.000.000,00 untuk pendirian KSP Sekunder.

Sedangkan modal awal pembentukan USP Koperasi yang sering disebut modal tetap, dipisahkan dari harta kekayaan koperasi yang besarnya ditetapkan paling sedikit Rp 15.000.000,00 untuk pendirian USP pada Koperasi Primer, dan paling sedikit Rp 50.000.000,00 untuk pendirian USP pada Koperasi Sekunder. Modal disetor atau modal tetap tersebut tidak boleh bekurang jumlahya dan tidak boleh diambil sebelum adanya modal pengganti (Pemen Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI No. 19 Tahun 2008).

Saham Koperasi (Simpanan Pokok)

Sumber pertama modal dasar untuk membiayai koperasi ialah konstribusi para anggotanya. Konstribusi keuangan ini tentu sebab saham dalam koperasi bukanlah penanaman modal seperti saham dalam perusahaan perseroan. Seorang anggota koperasi tidak menanam sebagian uangnya dalam saham, sebab ia tidak ingin memperoleh keuntungan dari modalnya itu dalam bentuk pembagian sisa hasil usaha atau untuk perspekulasi. Saham koperasi adalah sejumlah uang yang disediakan oleh para anggota untuk koperasinya selama keanggotaan itu dapat membantu membiayai fasilitas bersama.

(4)

anggota secara otomatis ikut memliki perusahaan koperasi. Meskipun demikian, untuk beberapa koperasi tertentu masalah kepemilikan ini dapat dimodifikasi. Koperasi dapat menetukan kriteria anggota khusus dan anggota biasa.

Setiap anggota harus membayar konstribusi keuangan dan hanya para anggota yang dapat mengambil alih saham. Kesatuan keanggotaan dan konstribusi modal saham minimun ini merupakan alasan mengapa keanggotaan berubah-ubah dan menyebabkan modal saham berubah-ubah pula.

Berbeda dengan saham pada perusahaan non koperasi, simpanan anggota (saham koperasi) akan terus dimiliki anggotanya selama ia menjadi anggota koperasi. Simpanan anggota tidak boleh dipindahtangankan karena koperasi adalah kumpulan orang, bukan kumpulan modal. Jika anggota keluar dari keanggotaan koperasi, maka semua simpanan yang dimiliki akan diambil, termasuk simpanan pokok, dan ketika simpanan pokok diambil, pada saat itu pula ia bukan lagi sebagai anggota koperasi. Saham koperasi juga tidak dapat dijual kecuali dengan persetujuan Dewan Pengurus. Saham koperasi hanya dapat diperoleh seorang pada waktu bersamaan diterima keanggotaan atau sudah menjadi anggota.

Suatu saham koperasi diterbitkan sebagai saham pribadi, tidak dapat di bagi, tidak dapat dipindahtangankan, dan tidak dapat diwariskan. Keuntungan atas modal saham biasanya dibatasi oleh undang-undang, sehingga saham koperasi bukanlah suatu objek yang menarik untuk dijadikan spekulasi dalam menanam modal.

Simpanan Wajib

Simpanan wajib berkaitan dengan jumlah uang tertentu yang tidak harus sama wajib di bayar anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu yang tidak dapat diambil kembali selama bersangkutan masih menjadi anggota. Meskipun secara umum banyak koperasi yang menetapkan jumlah

simpanan wajib yang sama bagi semua anggota, namun secara hukum jumlah simpanan itu tidak harus sama. Hal ini sangat tergantung pada ketentuan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, kemampuan masing-masing anggota secara individual, dan kesempatan awal ketika masuk menjadi anggota koperasi.

Simpanan wajib adalah bentuk simpanan yang rutin dilakukan anggota koperasi setiap priode tertentu tapi bukan sebagai dasar penentuan hak miliknya atas koperasi. Besarnya simpanan wajib dapat berubah sewaktu-waktu tergantung dari kesepakatan anggota pada saat rapat anggota dilakukan, namun simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi.

Simpanan wajib adalah modal utama koperasi. Oleh karena itu konsekuensi dari simpanan ini adalah harus dilakukan oleh semua anggota koperasi dan besarnya simpanan harus dapat disesuaikan dengan tujuan usaha koperasi dan kebutuhan dana yang hendak dikumpulkan. Simpanan wajib sebenarnya adalah hutang perusahaan koperasi terhadap anggotanya. Hutang yang dimaksud cenderung berjangka panjang karena baru akan dikembalikan pada saat anggota mengundurkan diri dari keanggotaan koperasi atau pada saat koperasi dilikuidasi.

Simpanan pokok dan wajib merupakan sebuah kewajiban anggota terhadap koperasi karena di dukung oleh anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sehingga manajemen tidak membutuhkan daya motivasi yang kuat,pengumpulan dana melalui simpanan sukarela membutuhkan daya motivasi yang sangat kuat. Pihak manajemen perlu memberikan rangsangan-rangsangan yang sangat kuat agar anggota secara sukarela menabung di koperasinya.

Modal Penyertaan

(5)

di nilai dengan uang yang di tanamkan oleh pemodal untuk menambah dan memperkuat struktur permodalan koperasi dalam meningkatkan kegiatan usahanya (PP Nomor 33 tahun 1998).

Cadangan Koperasi

Maksud pembentukan PP Nomor 33 tahun 1998 adalah untuk memperkuat struktur pemodalan koperasi. Pemupukan modal penyertaan dapat berasal dari pemerintah, anggota masyarakat, badan usaha atau dari badan-badan lainnya. Pemupukan modal penyertaan harus di lakukan berdasarkan perjanjian secara tertulis antara koperasi dan pemodal. Perjanjian tersebut sekurang-kurangnya : nama koperasi dan pemodal, besarnya modal penyertaaan, usaha hak dan kewajiban pemodal dan koperasi, pengelolaan dan pengawasan, hak dan kewajiban pemodal dan koperasi, pembagian keuntungan, tata cara pengaliahan modal penyertaan yang dimiliki pemodal dan koperasi dan perselisihan.

Di samping itu untuk memupuk modal penyertaan, koperasi sekurang-kurangnya harus memenuhi persyaratan di antaranya: telah memperoleh status sebagai badan hukum, membuat rencana kegiatan dari usaha yang akan di biayai dari modal penyertaan dan mendapat persetujuan rapat anggota.

Utang Jangka Panjang

Usaha untuk mendapatkan modal pinjaman bagi koperasi biasanya sangat sulit. Bank atau para kreditur lain menyadari kenyataan bahwa perusahaan kopersi sering dikelola oleh pengurus yang kurang berpengalaman dalam berusaha.

Utang Jangka Pendek

Utang jangka pendek adalah utang yang jangka waktunyan pakling lama satu tahun. Sebagian besar utang jangka pendek terdiri dari kredit perdagangan, yaitu kredit yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan usahanya (Bambang Riyanto, 2001).

Pengukuran Kinerja Keuangan

Koperasi

Perlukan untuk mengukur keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota serta kemampuan untuk utang. Kinerja keuangan koperasi dapat di ketahui melalui analisis Rasio Keuangan Seperti rasio yaang diuraikan di bawah ini. Ada 12 rasio pokok yang harus dipahami oleh kooperator.

Analisis rasio adalah tehnik yang menunjukkan antara hubungan antara dua unsur akunting yang memungkinkan pemilik bisnis menganalisis kinerja keuangan perusahaan. Secara umum rasio-rasiokeuangan dikelompokkan menjadi rasio likuiditas, rasio utang (solvabilitas,rasio operasi, dan rasio kemampulabaan/frofitabilitas).

Tingkat perputaran persediaan adalah ukuran berapa kali persediaan perusahaan terjual habis, atau berputar selama satu periode akuntansi. Rasio ini memberikan petunjuk pada anggota dan manajemen koperasi apakah persediaan dikelola dengan baik atau tidak.

Rasio ini diukur dengan rumus: tingkat perputaran persediaan = (HP Persediaan)/ (Persediaan rata-rata).

Persediaan rata-rata adalah jumlah persediaan awal dan akhir dibagi dua. Tingkat perputaran persediaan sebesar empat kali berarti dana yang tertanam dalam persediaan berputar rata-rata empat kali dalam setahun. Rasio ini menunjukkan seberapa cepat barang dagangan bergerak melalui bisnis itu dan menyeimbangkan persediaan koperasi pada garis tipis antara kelebihan dan kekurangan.

Rasio umur piutang adalah rasio untuk mengukur banyaknya hari yang diperlukan untuk menguangkan piutang dagangannya. Rumusnya adalah rasio umur piutang = (365 hari) / (Rasio Putaran Piutang).

(6)

putaran piutang, semakin pendek waktu antara penjualan kredit dan penerimaan kas.

Rasio putaran piutang = (Penjualan kredit)/ (Piutang dagang)

Rasio umur piutang sebanyak 15 hari berarti piutang dikumpulkan rata-rata 15 hari sekali. Makin kecil harinya semakin baik. Umumnya semakin tinggi rasio umur piutang semakin tinggi kemungkinan kerugian akibat piutang ragu-ragu.

Salah satu penerapan yang paling bermanfaat dari rasio umur piutang, adalah membandingkannya dengan rasio rata-rata industri.

Perbandingan ini akan menunjukkan tingkat pengendalian perusahaan koperasi terhadap penjualan kredit dan nama penagihannya. Tapi petunjuk yang paling mudah adalah agar rasio piutang tidak melebihi sepertiga persyaratan kredit. Misal, persyaratan kredit yang diberikan 45 hari maka rasio umur piutang tidak lebih dari 60 hari.

Rasio umur utang adalah rasio untuk pengukuran jumlah hari yang diperlukian perusahaan koperasi untuk membayar utang dagangannya. Rasio umur utang yang berlebihan tingginya jelas menunjukkan bahwa banyak utang yang telah jatuh tempo. Idealnya, rasio utang sama dengan waktu yang diperlukan untuk mencairkan persediaan dalam bentuk penjualan sampai menjadi uang tunai.

Rumusnya adalah:

Rasio umur utang = (365 hari)/ (Rasio Putaran Utang)

Rasio Putaran utang = (Pembelian)/ (Utang Dagang)

Rasio penjualan Bersih atas harta total atau rasio perputaran harta adalah ukuran umum dari pernghasilan penjualan sehubungan dengan harta yang dipunyainya. Rasio ini menunjukkan seberapa produktif perusahaan ini memanfaatkan harta yang dipunyainya untuk menghasilkan penjualan.

Rumusnya adalah :

Rasio Putaran Harta = (Penjualan Bersih)/ (Harta Bersih Total).

Rasio putaran harta sebesar 1,5 kali berarti dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva rata-rata dalam satu tahun berputar 1,5 kali atau setiap rupiah aktiva selama satu tahun dapat menghasilkan pendapatan sebesar 1,50. Rasio ini bermanfaat hanya bila dibandingkan dengan koperasi sejenis. Rasio yang berada di bawah rata-rata industri menunjukkan bahwa perusahaan kioperasi tidak dapat menghasikan penjualan yang cukup dari harta yang dimiliki.

Rasio penjualan bersih atas modal kerja adalah rasio untuk mengukur seberapa rupiah penjualan yang dihasilkan UKM dengan menggunakan setiap rupiah modal kerja (Harta Lancar) – Utang Lancar. Rasio ini akan menunjukkan sejauh mana efisiensi penggunaan modal kerja untuk menghasilkan penjualan.

Rumusnya adalah:

Rasio penjualan bersih atas modal kerja = (Penjualan bersih) / (Modal Kerja)

Rasio penjualan bersih atas modal kerja sebesar 4,8 kali berarti dana yang tertanam dalam modal kerja berputar rata-rata 4,8 kali dalam setahun. Rasio penjualan bersih atas modal kerja yang sangat rendah menunjukkan perusahaan koperasi tidak memanfaatkan modal kerja secara efisien atau menguntungkan. Rasio manfaat atas penjualan digunakan untuk mengukur manfaat per rupiah penjualan. Rasio ini dihitung dengan rumus: rasio manfaat atas penjualan = (SHU+Manfaat Langsung )/ (Penjualan)

(7)

kuncinya adalah mengetahui SHU + manfaat langsung untuk setiap usaha tertentu. Bila SHU + Manfaat langsung terlalu rendah, akan membawa langsung masa depan koperasi ke arah bahaya.

Rasio manfaat atas modal (Ekuitas) diguinakan untuk mengukur tingkat pengembalian terhadap investasi anggota. Rasio ini merupakan salah satu indikato yang paling penting mengenai efisiensi manajemen koperasi.

Rumusnya adalah rasio manfaat atas ekuitas = (SHU + Manfaat Langsung)/ (Ekuitas Pemilik). Rasio manfaat atas ekuitas sebesar 13 % berarti setiap rupiah modal sendiri anggota yang ditanamkan pada perusahaan akan menghasilkan SHU + Manfaat langsung Netto sebesar 0,13 yang tersedia bagi anggota pemilik.Bila rasio ini terlalu kecil, bagi pemilik (anggota) modal ini lebih baik dimanfaatkan di tempat lain.

Menilai Tingkat Kesehatan Koperasi

Pada tingkat penilaian kesehatan koperasi khususnya pada koperasi simpan pinjam dan koperasi yang menyelenggarakan unit simpan pinjam atau yang sering disebut koperasi jasa keuangan (KJK). Fokus kajian pada KJK karena koperasi jenis ini adalah koperasi yang cukup berkembangn akhir-akhir ini namun sangan rentan terhadap kebangkrutan apabila tidak dikelola secara profesional. Bahkan kebangkrutan salah satu KJK akibat pengelolaan yang tidak profesional sehingga menyebabkan koperasi tersebut tidak sehat akan membawa dampak yang lebih luas pada industri KJK khususnya penurunan kepercayaan masyarakat tehadap koperasi.

Kesehatan KJK merupakan suatu indikator untuk kinerja pengurus/ pengelola KJK yang dinnyatakan dalam kategori sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Hasil penilaian KJK menjadi satu sarana dalam menetapkan strategi usaha KJK di waktu yang akan datang dan bagi pemerintah khususnya kementerian

koperasi dan UKM dan dinas yang membidangi koperasi di daerah dapat digunakans ebagai sarana dan penetapan dan implementasi strategi pembinaan dan pengawasan.

Penilaian KJK diarahkan kepada tujuan sebagai berikut: menjaga dan meningkatkan tingkat kepercayaan dari masyarakat terhadap KJK, mengetahui kinerja KJK, melindungi harta kekayaan dan para penabung, mengetahui tingkat kepatuhan KJK pada peraturan yang berlaku dan mengetahui bussiness plan jasa keuangan yang akan dikelola KJK.

Aspek penilaian yang dipertimbangkan dalam penentuan penilaian kesehatan koperasi sebagai berikut: permodalan (bobot penilaian 20 %), kualitas Aktiva Produktif (bobot penilaian 30 %), manajemen (bobot penilaian 25 %), rentabilitas (bobot penilaian 15%) dan likuiditas (bobot penilaian 10%).

Menghitung Rasio Penilaian Tingkat

Kesehatan KJKPermodalan

Rasio antara Modal Sendiri terhadap modal Asset, ditetapkan sebagai berikut :

Modal Sendiri/Total Asset x 100 %

Pada Penilaian Tingkat Kesehatan KJK ditetapkan nilai kredit sebagai berikut : rasio permodalan lebih kecil atau sama dengan 0, diberikan nilai kredit 0, setiap kenaikan rasio modal 1% mulai dari 0%, nilai kredit ditambah 5 dengan maksimum nilai 100 dan nilai kredit dikalikan bobot sebesar 10% diperoleh skor permodalan

(8)

Kualitas Aktiva Produktif

Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif didasarkan pada 3 (tiga) rasio, yaitu rasio volume pinjaman kepada anggota terhadap total volume pinjamanyang diberikan, rasio risiko pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan, dan rasio cadangan risiko terhadap pinjaman bermasalah.

Suatu pinjaman dikatakan bermasalah jika memiliki karakteristik sebagaiberikut :pinjaman kurang lancar, pinjaman yang diragukan, dan pinjaman yang macet.

Rasio dari kualitas aktiva produksi dapat dihitung sebagai berikut :

Rasio antara volume pinjaman kepada Anggota terhadap Total Volume Pinjaman Diberikan.

(Pinjaman kepada Anggota/Pinjaman yang Diberikan) x 100%

Pada penilaian tingkat kesehatan KJK ditetapkan nilai kredit sebagai berikut: untuk rasio sama dengan atau lebih besar dari 60% diberikan nilai kredit 100, untuk rasio lebih kecil 60% diberikan nilai kredit 0 dan nilai kredit dikalikan bobot 10 % diperoleh skor.

Rasio antara Risiko pinjaman Bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan, ditetapkan sebagai:(Risiko Pinjaman Bermasalah/ Pinjaman yang Diberikan) x 100%.

Menghitung perkiraan besarnya risiko pinjaman bermasalah yaitu sebesar jumlah :50% dari pinjaman diberikan yang kurang lancar, 75% dari pinjaman diberikan yang diragukan dan 100% dari pinjaman diberikan yang macet. Hasil penjumlahan tersebut dibagi dengan pinjaman yang diberikan

Perhitungan Penilaian

Rasio 50% atau lebih diberi nilai kredit 0, setiap penurunan rasio 1% nilai kredit ditambah 2 dengan masksimal nilai 100 dan nilai dikalikan dengan bobot 10% diperoleh skor

Rasio Cadangan Risiko terhadap risiko Pinjaman Bermasalah, dihitung dengan cara penilaian sebagai berikut:

(Cadangan Risiko/Risiko Pinjaman Bermasalah) x 100%. Pada penilaian tingkat kesehatan KJK ditetapkan nilai kredit sebagai berikut:Rasio 0 (tidak mempunyai cadangan penghapusan) diberi nilai 0, setiap kenaikan 1% mulai dari 0%, maka nilai kredit tersebut ditambah 1 sampai dengan maksimum 100 dan nilai kredit dikalikan bobot sebesar 10% diperolah skor.

Rentabilitas

Penilaian kuantitatif terhadap rentabilitas didasarkan pada 3 (tiga) rasio yaitu rasio SHU sebelum pajak terhadap pendapatan operasional, SHU sebelum dikenakan pajak terhadap total asset tersebut, dan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional.

Cara perhitungan rasio SHU sebelum dikenakan pajak terhadap pendapatan operasional ditetapkan sebagai berikut:

(SHU sebelum pajak/Pendapatan Operasional) x 100%. Pada penilaian tingkat kesehatan KJK ditetapkan nilai kredit sebagai berikut: rasio 0% atau negatif diberi nilai kredit 0, setiap kenaikan rasio 1% mulai dari 0% nilai kredit ditambah 20 dengan maksimum nilai 100 dan nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 5% diperoleh skor.

Perhitungan nilai Rasio SHU sebelum dikenakan pajak terhadap total asset, ditetapkan sebagai berikut:(SHU Sebelum Pajak/Total Asset) x 100%. Pada penilaian tingkat kesehatan KJK ditetapkan nilai kredit sebagai berikut: rasio 0% atau negatif diberi nilai kredit 0, setiap kenaikan 1 rasio 1% mulai dari 0% nilai kredit ditambahkan 10 dengan maksimum nilai 100 dan nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 5% diperoleh skor

(9)

ditambahkan 10 sampai dengan maksimum 100 dan nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 5% diperoleh skor

Likuiditas

Penilaian kuantitatif terhadap likuiditas didasarkan atas rasio antara pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima. Dana yang diterima terdiri dari:modal sendiri, simpanan anggota (Tabungan Koperasi dan Simpanan Berjangka), modal pinjaman dan modal penyertaan.

Kuantifikasi Aspek Manajemen

Penilaian aspek manajemen bersifat kuantitatif, yaitu :penilaian manajemen meliputo beberapa komponen yaitu permodalan, kualitas aktiva produktif, pengelolaan, rentabilitas, dan lingkungan dan perhitungan nilai kredit didasarkan kepada hasil penilaian atas jawabanpertanyaan manajemen sebanyak 25 (dua puluh lima)

Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan koperasi At-Tarbiyah STAIN Parepare, dan lama penelitian dilakukan selama 6 bulan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara dan studi dokumentasi.

P

embahasan

Sumber Permodalan Koperasi At

Tarbiyah STAIN Parepare

Simpanan Wajib Anggota

Sumber pertama modal dasar untutk membiayai koperasi ialah konstribusi para anggotanya. Konstribusi keuangan ini tentu sebab saham dalam koperasi bukanlah penanaman modal seperti saham dalam perusahaan perseroan. Seorang anggota koperasi tidak menanam sebagian uangnya dalam saham, sebab ia tidak ingin memperoleh keuntungan dari modalnya itu dalam bentuk pembagian sisa hasil usaha atau untuk perspekulasi. Saham koperasi adalah sejumlah uang yang disediakan oleh para anggota untuk

koperasinya selama keanggotaan itu dapat membantu mebiayai fasilitas bersama.

Simpanan pokok pada dasarnya adalah saham koperasi karena dengan memiliki simpanan pokok pada koperasi, seorang anggota secara otomatis ikut memliki perusahaan koperasi. Meskipun demikian, untuk beberapa koperasi tertentu masalah kepemilikan ini dapat dimodifikasi. Koperasi dapat menetukan kriteria anggota khusus dan anggota biasa. Anggota khusus biasanya adalah mereka yang mempunyai konstribusi modal yang besar terhadap koperasi dan biasanya mereka adalah pediri organisasi koperasi. Mereka pada umumnya selain ingin memanfaatkan pelayanan koperasi demi kepentingan bisnisnya, juga karena koperasi mempunyai potensi untuk berkembang. Anggota khusus ini biasanya diprioritaskan dalam pembagian SHU dan diberikan proporsi yang lebih besar sebagai imbalan jasa konstribusi modal yang besar terhadap koperasi. Mereka juga merupakan anggota yang mewarnai keputusan-keputusan pengembangan koperasi kedepannya. Ketentuan mengenai anggota khusus ini biasanya diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi.

Anggota biasa adalah anggota yang keikutsertaannya mengikuti prosedur umum yang ditentukan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Biasanya anggota biasa ini adalah anggota yang keikutsertaannya hanya ingin memanfaatkan pelayanan yang disediakan koperasi, seperti ingin mendapat bantuan kredit, ingin mendapatkan bahan baku murah, ingin memasarkan barang-barang dagangannya melalui koperasi dan lain-lain.

(10)

biasa saja, dan menurut data terakhir yang berhasil kami himpun sampai dengan tahun 2012 sebanyak 143 0rang dan masing-masing anggota membayar 50000/orang artinya jumlah saham anggota sampai 2012 dengan anggota tersebut di atas berjumlah Rp 7.150.000 ( tujuh juta seratus lima puluh ribu rupiah).

Berbeda dengan saham pada perusahaan nonkoperasi, simpanan anggota (saham koperasi) akan terus dimiliki anggotanya selama ia menjadi anggota koperasi. Simpanan anggota tidak boleh dipindahtangankan karena koperasi adalah kumpulan orang, bukan kumpulan modal. Jika anggota keluar dari keanggotaan koperasi, maka semua simpanan yang dimiliki akan diambil, termasuk simpanan pokok, dan ketika simpanan pokok diambil, pada saat itu pula ia bukan lagi sebagai anggota koperasi. Surah saham koperasi juga tidak dapat dijual kecuali dengan persetujuan Dewan Pengurus. Saham koperasi hanya dapat diperoleh seorang pada waktu bersamaan diterima keanggotaan atau sudah menjadi anggota.

Suatu saham koperasi diterbitkan sebagai saham pribadi, tidak dapat dibagi, tidak dapat dipindahtangankan, dan tidak dapat diwariskan,. Keuntungan atas modal saham biasanya dibatasi oleh undang-undang, sehingga saham koperasi bukanlah suatu objek yang menarik untuk dijadikan spekulasi dalam menanam modal.

Karena koperasi bukan objek yang menarik untuk menanamkan modal, beberapa kemungkinan yang dapat digunakan untuk mendapatkan dana yang cukup adalah: pembayaran saham dapat dilakukan dengan dicicil atau dengan membedakan jumlah yang harus disetor ketika menjadi anggota dan tinggi daripada pembayaran minimum atau meningkatkan konstribusi minimum wajib sebanding dengan penggunaan fasilitas koperasi yang harus dibiayai, misalnya pada koperasi perusahaan susu: satu saham untuk 10 ekor sapi yang pertama, jumlah saham yang

harus disetujui oleh anggota dan yang lebih dan satu saham tambahan bagi setiap tambahan 5 ekor sapi.

Simpanan Pokok Anggota

Simpanan wajib berkaitan dengan jumlah uang tertentu yang tidak harus sama wajib dibayar anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu yang tidak dapat diambil kembali selama bersangkutan masih menjasdi anggota. Meskipun secara umum banyak koperasi yang menetapkan jumlah simpanan wajib yang sama bagi semua anggota, namun secara hukum jumlah simpanan itu tidak harus sama. Hal ini sangat tergantung pada ketentuan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, kemampuan masing-masing anggota secara individual, dan kesempatan awal ketika masuk menjadi anggota koperasi.

Berbeda dengan simpanan pokok koperasi yang hanya dilakukan satu kali selama ia menjadi anggota koperasi dan menjadi dasar kepemilikannya atas perusahaan koperasi, simpanan wajib adalah bentuk simpanan yang rutin dilakukan anggota koperasi setiap priode tertentu tapi bukan sebagai dasar penentuan hak miliknya atas koperasi. Besarnya simpanan wajib dapat berubah sewaktu-waktu tergantung dari kesepakatan anggota pada saat rapat anggota dilakukan, namun simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi.

Simpanan wajib adalah modal utama koperasi. Oleh karena itu konsekuensi dari simpanan ini adalah harus dilakukan oleh semua anggota koperasi dan besarnya simpanan harus dapat disesuaikan dengan tujuan usaha koperasi dan kebutuhan dana yang hendak dikumpulkan. Manajemen koperasi perlu memotivasi anggota untuk mengumpulkan segera simpanan ini, sehingga akumulasi simpanan wajib para anggota dapat diarahkan pada kegiatan pencapaian tujuan koperasi.

(11)

panjang karena baru akan dikembalikan pada saat anggota mengundurkan diri dari keanggotaan koperasi atau pada saat koperasi dilikuidasi. Atas simpanan wajib yang dilakukan anggota, koperasi menetapkan tingkat bunga tertentu sesuai dengan kesepakatan rapat anggota. Tingkat bunga ini sekaligus akan dibayarkan ketika anggota mengundurkan diri dari keanggotaan koperasi atau koperasi likuidasi.

Pada koperasi At-Tarbiyah stain Parepare simpanan wajib anggota menurut data terakhir yang berhasil kami himpun sejak 2012 data ahit dari anggota yg berjumlah 143 orang dengan iuran setiap anggota 100.000 ( seratus ribu rupiah)/anggota berjumlah 508.873.500 (lima ratus delapan juta delapan ratus tujuh puluh tiga ribu lima ratus rupih)

Simpanan Sukarela Anggota

Simpanan sukarelah adalah simpanan yang besarnya tidak ditentukan, tetapi tergantung dari kemauan anggota .Simpanan sukarelah dapat disetorkan dan diambil setiap saat. Terhadap simpanan sualarela koperasi menetapkan tingkat bunga tertentu yang di sepakati anggota .

Jika simpanan pokok dan wajib merupakan sebuah kewajiban anggota terhadap koperasi karena di dukung oleh anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sehingga manajemen tidak membutuhkan daya motivasi yang kuat, pengumpulan dana melalui simpanan sukarela membutuhkan daya motivasi yang sangat kuat. Pihak manajemen perlu memberikan rangsangan-rangsangan yang sangat kuat agar anggota secara sukarela menabung di koperasinya.

Tugas manajemen dalam hal ini akan menjadi sangat berat, karena pesaing-pesaing koperasi juga memberikan rangsangan-rangsangan yang sangat kuuat untuk menarik anggota koperasi menabung di perusahaannya. Paling tidak untuk menarik anggota berpartisipasi aktif dalam simpanan sukarela ini, perusahaan koperasi harus

mampu memberikan rangsangan manfaat ( tingkat bunga atau bagi hasil) yang lebih baik di abnding perusahaan pesaingannya atau paling tidak sama dengan pesaingnya.

Pada koperasi At-Tarbiyah simpanan sukarela sampai dengan 2012 dari anggotanya yg berjumlah 143 0rang dengan jumlah simpanan sukarela sebanyak Rp 29.523.834 (dua puluh sembilan juta lima ratus dua puluh tiga ribu delapan ratus tiga puluh empat rupiah).

Koperasi Attarbiyah STAIN Parepare telah memiliki modal / saham sampai 2012 dari ke 3 sumber modal yang di miliki yaitu simpanan wajib, simpanan pokok, dan simpanan sukarela sebanyak Rp 534.897.334 ( lima ratus tigapuluh empat juta delapan ratus sembilan puluh tujuh tiga ratus tigapuluh empat)

Kinerja Keuangan Koperasi

At-Tarbiyah STAIN Parepare

Diperlukan untuk mengukur keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota serta kemampuan untuk utang. Kinerja keuangan koperasi dapat di ketahui melalui analisis Rasio Keuangan , seperti rasio yaang diuraikan di bawah ini. Ada 12 rasio pokok yang harus dipahami oleh kooperator.

Analisis rasio adalah tehnik yang menunjukkan antara hubungan antara dua unsur akunting yang memungkinkan pemilik bisnis menganalisis kinerja keuangan perusahaan. Secara umum rasio-rasiokeuangan dikelompokkan menjadi rasio likuiditas, rasio utangn (solvabilitas 0, rasio operasi, dan rasio kemampulabaan/frofitabilitas).

Rasio-Rasio likuiditas menunjukkan apakah suatu koperasi akan mampu menutup kewajiban jangka pendek ketika jatuh tempo. Ukuran likuiditas utama adalah rasio lancar (current ratio) dan rasio cepat (quick ratio)

(12)

Pada koperasi At-Tarbiyah STAIN parepare kinerja keuangan dari segi rasio likuiditas ini tidak sesuai dengan rumus di atas karna sesuai dengan pengalaman teman-teman yang keluar dari keanggotaan koperasi mereka menunggu kadang sampai satu bulan baru kemudian diberikan uangnya yang tersimpan, baik simpanan pokok maupun simpanan wajib dan sukarela yang merupakan utang jangka pendek koperasi, yang seharusnya kopereasi tersebut senantiasa menyiapkan sebesar 2,50% untuk mengantisipasi manakala ada anggota/utang jangka pendek yang harus dibayar

Rasio lancar kaang-kadang disebut rasio modal kerja dan merupakan ukuran kemampuan koperasi dalam membayar utang-utang lancarnya yang paling sering digunakan. Umumnya penganalisis keuangan menyarankan koperasi agar menjaga rasio ini paling sedikit 200% untuk menjaga tingkat modal kerja yang cukup.

Rasio operasi (Operating Rasio)

digunankan untuk mengukur sejauh mana efektivitas koperasi dalam memanfaatkan sumberdayanya. Operating rasio terdiri dari tingkat perputaran persediaan, rasio umur piutang, rasio umur utang, rasio penjualan bersih atas harta total, rasio penjualan bersi atas modal kerja.

Tingkat perputaran persediaan maksudnya ukuran berapakali persediaan perusahaan terjual habis atau berpurtar satu priode akuntansi. Rasio ini memberikan petunjuk pada anggota dan manejeman koperasi apakah perusahaan di kelola dengan baik atau tidak. Khususnya pada koperasi AT-Tarbiyah Stain Parpare hal ini tidak berjalan efektif karena sesuai dengan keterangan dari bendahara koperasi At-Tarbiyah STAIN Parepare (wawancara tgl 5 maret 2014) ternyata beberapa anggota yang pembayarannya menunggak alias terjadi kredit macet.Sehingga menyebabkan perputaran modal yang tidak lancar makanya ketika angota koperasi At-Tarbiyah mau pinjam maka harus menungu sampai ada modal yang kembali. Kondisi ini

di perkuat dengan keterangan dari sekertaris koperasi At-Tarbiyah (tgl 7 maret 2014) Parepare.

Rasio kemampulabaan (Profitabilitas) adalah rasio untuk menunjukkan seberapa efisien suatu perusahaan koperasi, atau seberapa besar kemampuan koperasi memberikan manfaat atas modal yang diinvestasikan anggotanya, rasio ini terdiri dari rasio manfaat keanggotaan atas penjualan (profit margin) dan rasio manfaat keanggotaan atas modal. Manfaat masuknya anggota dalam koperasi dapat berupa manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung adalah selisih nilai harga umum dengan harga koperasi dikalikan kuantitas dengan yang di perjual belikan. Sedangkan manfaat tidak langsung akan di terima anggota pada saat pembagian SHU.

Pada koperasi STAIN Parepare pembagian SHU pada setiap tahunnya hampir semua anggota tidak meraskan manfaat tersebut karena menurut keterangan dari laporan RAT (Rapat Anggota Tahunan) setiap tahunnya setiap anggota rata-rata SHU yang mereka terima hanya sekitar 25000 sangat tidak sebanding dengan jumlah modal yang ada dari setiap anggota.

Tingkat kesehatan Koperasi

At-Tarbiyah STAIN Parepare

Menghitung Rasio Penilaian Tingkat

Kesehatan KoperasiPermodalan.

Rasio modal sendiri terhadap total aset, ditetapkan sebagai berikut: [modal sendiri/ total Asset] x 100% dan rasio modal sendiri terhadap pinjaman di berikan yang beresiko ditet apkan sebagai berikut :[modal sendiri/ pinjaman di berikan beresiko]x 100%

(13)

Akan tetapi tingkat pertumbuhan modal sendiri yang berasal dari anggota 10% di banding tahun sebelumnya.

Kualitas aktiva produktif

Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif di dasarkan pada 3 [tiga] rasio , yaitu rasio volume pinjaman kepada anggota terhadap total volume pinjaman yang diberikan, rasio resiko pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang di berikan dan resio cadangan resiko terhadap pinjaman bermasalah.

Suatu pinjaman dikatakan bermasalah apabila memenuhi kriteria di bawah ini: pengembalian pinjaman dikatakan bermasalah jika memiliki kriteria sebagai berikut:

Pinjaman kurang lancar

Pada STAIN ParePare pinjaman kurang lancar karena terdapat beberapa anggota yangmembayar tidak tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah di sepakati.

Pinjaman yang macet

Menurut keterangan dari Bendahara Koperasi STAIN ParePare [wawancara tgl 15 April 2014] ada beberapa kredit macet pada koperasi ini sekitar 30% kredit macet dan pengembalian dari kredit macet tersbut sangat di ragukan oleh pengurus koperasi. Hal ini ada indikasi kalau koperasi tersebut memang kurang sehat.

Kuntifikasi Aspek Manajemen

Penilaian aspek manajemen meliputi beberapa komponen yaitu permodalan, kualitas aktiva produktif, pengelolaan, rentabilitas dan likuiditas. Kelima hal ini dapat dijabarkan ke dalam 24 pertanyaan dan setiap pertanyaan dilakukan kuantifikasi dengan cara memberi nilai kredit 4 [empat] untuk setiap aspek yang dinilai positif. Nilai kredit di kalikan bobot sebesar25% diperoleh skor manajemen.

Ke 24 pertanyaan manajemen yang di maksud dalam hal ini terkait dengan Koperasi STAIN Parepare yaitu:1) tingkat pertumbuhan modal sendiri sama atau lebih besar dari tingkat

(14)

pinjaman koperasi lebih menitikberatkan atau kemampuan peminjam untuk mengembalikan pinjaman dari pada tersedianya agunan, 21) memiliki kebijaksanaan tertulis mengenai pengendalian likuiditas, 22) memiliki fasilitas pinjaman yang akan diterima dari lembaga lain untuk menjaga likuiditasnya, 23) memiliki pedoman administrasi yang efektif untuk memantau kewajiban yang jatuh tempo, 24) memiliki ketentuan yang mengatur hubungan antara jumlah pemberian pinjaman dengan jumlah dana yang ada dan memiliki sistem informasi manajemen yang memadai untuk pemantauan likuiditas

Dari 24 pertanyaan diatas,sesuai dengan hasil wawancara dari pengurus koperasi peneliti tidak menemukan satu pertanyaan yang bisa diberikan nilai 4 [empat] untuk pengelolaan mamajemen kuantifikasi koperasi At-Tarbiyah STAIN Parepare artinya koperasi At-Tarbiyah STAIN Parepare belum dapat dikategorikan sebagai koperasi yang sehat.

s

ImPulan

Berdasarkan hasil penelitian dan kajian dapat disimpulkan bahwa :a) Sistem permodalan koperasi At-Tarbiyah STAIN parepare terdiri dari simpanan pokok, simpan wajib dan simpanan sukarela dari para anggota koperasi tersebut, b) Kinerja keuangan koperasi belum memadai dan belum terkelola dengan baik terlihat dengan masih

peng adanya beberapa kredit macet yang belum terselesaikan oleh pengurus koperasi STAIN Parepare dan c) Tingkat kesehatan koperasi At-Tarbiyah STAIN Parepare masih sangat jauh dari standar penilaian bila kembali kepada rasio penilaian koperasi jasa keuangan koperasi [KJK] baik dari segi permodalan, kualitas aktiva produktif, retabilitas, dan kuantifikasi aspek manajemen.

D

aftar

P

ustaka

Partomo, Sartika Tiktik dan Abdurrahman soejoedono. 2004. Ekonomi Skala Kecil/ Menengah dan Koperasi, Bogor Selatan : Ghalia Indonesia

Widiyanti, Ninik. 2007. Manejemen Koperasi.

Jakarta : PT. Rineka Cipta

Hendar. 2010. Manajemen Perusahaan Koperasi. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

Irma, Suwandi. 1985. Koperasi Organisasi Ekonomi yang Berwatak Sosial. Jakarta : Batara Karya Aksara

Simamora, Hendry. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jogjakarta : Bag. Penerbitan STIE YKPN

Hendar dan Kusnadi. 2005. Ekonomi Koperasi Untuk Perguruan Tinggi.

Jakarta : Lembaga Penerbit FE Universitas Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil verifikasi terhadap penerimaan bahan baku yang diterima Auditee dalam periode Bulan Oktober 2014 – September 2015, seluruhnya telah didukung dokumen

Investor percaya bahwa pasar dalam kondisi yang efisien akan menerapkan strategi aktif. Investor secara aktif melakukan perdagangan di pasar agar bisa

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh karakteristik pemerintah daerah (ukuran daerah, tingkat kekayaan daerah, tingkat ketergantungan

Ada perbedaan keefektifan antara metode mengajar wetonan dan sorogan dalam penelaahan pelajaran fiqh di Pondok Pesantren Asy-Syafiiyah “metode mengajar sorogan

Penulis terinspirasi untuk membuat inovasi motif baru dengan tumbuhan Kaca piring (Gardenia augusta). Motif batik bukan hanya sekedar hasil karya seorang seniman

Selanjutnya untuk menjelaskan bagaimana melaksanakan keseluruhan use case dan hubungan serta keterkaitan antar use case tersebut, digunakan analisis Class

Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam9. Infak