• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Pemekaran Desa Pasca Konflik: studi Kasus Desa Bale dan Desa Ori T1 352008006 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Pemekaran Desa Pasca Konflik: studi Kasus Desa Bale dan Desa Ori T1 352008006 BAB II"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Konflik

Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Menurut Karl Marx (Bernard Raho 2007:73) konflik adalah pertentangan antara segmen-segmen masyarakat untuk memperebutkan aset-aset yang bernilai. Hugh Miall (2000:26) konflik adalah suatu pengejaran tujuan yang saling bertentangan dari kelompok-kelompok yang berbeda. Killman & Thomas (Sutarto. 1993; 4) menjelaskan bahwa konflik merupakan kondisi terjadinya ketidak cocokan antar nilai atau tujuan yang dicapai, baik yang ada didalam diri individu maupun dalam hubungan dengan orang lain. Menurut Webster (Dean & jeffrey,2004:9) konflik merupakan ketidak sepakatan yang tajam atau oposisi atas barbagai kepentingan, ide, dan lain-lain. Dengan kata lain bahwa konflik merupakan suatu benturan atau pertentangan kepentingan, keinginan, pendapat, tujuan dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih. Konflik sosial tidak hanya berakar pada ketidakpuasan batin, kecemburuan, kebencian, masalah perut, masalah tanah, masalah tempat tinggal, masalah pekerjaan, dan masalah kekuasaan, tetapi emosi manusia sesaat pun dapat memicu terjadinya konflik.

Menurut Coser (Noer dan Firdaus.2008;425) konflik adalah salah satu komponen penting dalam interaksi sosial. Oleh karena itu, konflik tidak perlu dihindari, sebab konflik tidak selalu negatif atau merusak. Dalam batas tertentu, konflik juga dapat menyumbang bagi kelestarian kehidupan sosial dan mempererat hubungan antar anggota. Beberapa fungsi konflik menurut Coser antara lain:

a) Konflik dapat memperkuat solidaritas kelompok atau masyarakat yang agak longgar. Dalam masyarakat yang terancam disintegrasi, konflik dengan masyarakat lain bisa menjadi kekuatan yang mempersatukan.

b) Konflik dengan kelompok atau masyarakat lain dapat menghasilkan solidaritas didalam kelompok tersebut dan solidaritas itu bisa menghantarkan kepada aliansi-aliansi dengan kelompok atau masyarakat yang lain.

c) Konflik juga bisa menyebabkan anggota-anggota masyarakat yang terisolir menjadi berperan secara aktif.

(2)

2 apabila konflik dapat dikelola dengan baik sampai batas tertentu dapat dipakai sebagai alat perekat dalam kehidupan masyarakat (kehidupan bangsa).

Dari beberapa definisi diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa konflik dapat mencangkup segala tindakan atau situasi yang tidak sesuai dengan keinginan, tujuan, sikap, atau perilaku yang dapat menimbulkan perpecahan, atau perkelahian antara kedua bela pihak atau lebih. Dalam penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan definisi konflik menurut Karl Marx (Bernard Raho 2007:73) konflik adalah pertentangan antara segmen-segmen masyarakat untuk memperebutkan aset-aset yang bernilai. Karena pada dasarnya konflik yang terjadi di Maluku Utara disebabkan karena perebutan wilayah, yang kemudian berubah dengan mengatas namakan agama.

2.2 Tipe-tipe Konflik

Menurut Abdul Syani(1987;35) ada beberapa tipe pertentangan atau konflik yang terjadi didalam kehidupan masyarakat, yaitu antara lain:

a. Konflik individu, artinya konflik atau pertentangan yang hanya terbatas dalam hubungan interaksi antara dua orang.

b. Pertentangan atau konflik kesukuan, artinya pertentangan yang terjadi karena adanya perbedaan suku, hal ini memungkinkan karena masing-masing merasa bahwa sukunyalah yang lebih baik.

c. Pertentangan atau konflik kelas sosial, artinya pertentangan yang biasanya disebabkan oleh perbedaan-perbedaan pendapat atau kepentingan.

Menurut Fisher(2001) ada beberapa tipe-tipe konflik antara lain:

a. Tanpa konflik adalah situasi yang menggambarkan hubungan-hubungan antara kelompok relatif stabil dalam artian bisa saling memenuhi dan damai.

b. Konflik Laten adalah suatu keadaan yang didalamnya terdapat banyak persoalan, sifatnya tersembunyi dan perlu diangkat kepermukaan agar bisa ditangani.

c. Konflik Terbuka adalah situasi ketika konflik sosial telah muncul kepermukaan yang berakar dalam dan sangat nyata, dan memerlukan berbagai tindakan untuk mengatasi akar penyebab dan berbagai efeknya.

d. Konflik dipermukaan adalah konflik yang memiliki akar yang dangkal atau tidak berakar dan muncul karena kesalahpahaman mengenai sasaran, yang dapat diatasi dengan meningkatkan komunikasi (dialog terbuka).

(3)

3 penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuniarti, DKK (2004) yang menemukan bahwa konflik di maluku utara pada tahap awal adalah konflik yang bernuansa suku yang kemudian menyebar menjadi konflik yang bernuansa agama serta adanya nilai dan norma budaya yang direduksi dan dipolitisasi untuk kepentingan ekonomi dan politik kelompok.

2.3 Konflik Maluku Utara

Menurut Sri Yuniarti, DKK (2004:89) bahwa konflik Maluku Utara bermula dari perkelahian antara warga desa Tahane, dan Matsa (suku Makian) melawan warga desa Sosol dan Wangeotak (suku Kao) pada tangga 19 agustus lebih tepat dianggap sebagai pertikaian antar etnis dari pada konflik agama. pada tahapan konflik berikut konflik terjadi didaerah Tobelo, Galela, Jailolo, dan Tidore sangat terlihat nuansa perpecahan agama (Kristen dan Islam). Dalam penelitiannya Jan Nanere, dkk (2000;54) menemukan sebagian orang berpendapat bahwa pertikaian bernuansa SARA di Halmahera. Bermula dari Malifut, tetepi kalau dilihat dan ditelusuri kembali ternyata pertikaian yang bernuansa SARA di Maluku Utara setelah peristiwa di Ambon, telah terjadi terlebih dahulu di Desa Talaga Kecamatan Ibu Halmahera. Pada pertengahan juni 1999 peristiwa didesa tersebut berlangsung singkat, dan beritanya tidak banyak disebarluaskan, sehingga sebagian masyarakat termasuk yang berada di Halmahera pun tidak mengetahuinya. Sebulan kemudian, pertikaian antara warga kao dan warga makian terjadi di Malifut yang merambat hampir keseluruh pelosok Maluku Utara yang berdampak sangat fatal terhadap kahidupan masyarakat setempat. Menurut Ahmad dan Oesman (2000;126) konflik yang terjadi di Maluku Utara ini telah memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan masyarakat setempat dan infastruktur ekonomi yang esensial selain dari itu masih banyak dampak negatif lain yang ditimbulkan konflik ini seperti dampak psikologis, sosial,pendidikan,dll.

2.4 Pemekaran Wilayah

(4)

4 kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial, budaya, dan pertimbangan lain yang memungkinkan mendukung terselenggaranya otonomi daerah. Sama halnya dalam peraturan pemerintah No. 129 Tahun 2000 tentang persyaratan pembentukan wilayah dan kriteria pemekaran, penghapusan dan penggabungan wilayah dinyatakan bahwa daerah dapat dibentuk atau dimekarkan jika memenihu syarat-syarat antaralain; kemampuan ekonomi, potensi daerah, social budaya, social politik, jumblah penduduk, luas daerah, serta pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya pemekaran daerah.

Tri Ratnawati (2009) menyatakan hasil studi dari tim Bank Dunia menyimpulkan adanya empat faktor utama pemekaran wilayah di masa reformasi, yaitu :

a. Motif untuk efektivitas dan efisiensi administrasi pemerintahan mengingat wilayah daerah yang begitu luas, penduduk yang menyebar, dan ketertinggalan pembangunan.

b. Kecenderungan untuk homogenitas (etnis, bahasa, agama, tingkat pendapatan, dan lain-lain). c. Adanya kemanjaan fiscal yang dijamin oleh Undang-Undang (disediakannya Dana Alokasi

Umum/ DAU, bagi hasil dari sumber daya alam, dan disediakannya Pendapatan Asli Daerah/ PAD).

d. Motif pemburu rente (bureaucratic and political rent- seeking) para elit.

Disamping itu masih ada satu motif tersembunyi dari pemekaran daerah, yang oleh Ikrar Nusa bhakti disebut sebagai gerrymander, yaitu usaha pembelahan/ pemekaran daerah untuk kepentingan parpol tertentu.

2.5 Perubahan Sosial

Menurut kamus besar bahasa Indonesia perubahan berarti hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran. Sedangkan sosial adalah hal yang berkenaan dengan masyarakat. Perubahan sosial

(5)

5 didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya termasuk didalamnya nila-nilai, sikap, dan pola perilaku antara kelompok dalam masyarakat. Dan bahwa perubahan sosial merupakan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Menurutnya perubahan social dapat dianalisa dari berbagai segi, yaitu: a. kearah mana perubahan tersebut bergerak (direction of change), yang mempertanyakan

apakah perubahan tersebut bergerak kearah suatu bentuk yang sebelumnya telah ada

b. bagaimana pembentukan perubahan sosial dan kebudayaan terjadi dalam kehidupan masyarakat.

Faktor yang mendorong jalannya proses perubahan social: 1. Kontak dengan kebudayaan lain.

2. Pendidikan formal yang maju. 3. Menghargai inovasi.

4. Toleransi terhadap penyimpangan. 5. Sistem pelapisan sosial yang terbuka. 6. Penduduk yang heterogen. dan

7. Selalu berusaha yang pantang menyerah guna meningkatkan taraf hidup ke arah yang lebih baik. (http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id)

(6)

6 Desa Bale

(sebelum konflik)

Agama Kristen Konflik (1999)

Agama Islam

Desa Bale

(pasca konflik)

1. Proses pembagian wilayah didesa Bale dan Desa Ori pasca konflik

2 Dampak sosial masyarakat desa Bale dan desa Ori setelah pembagian wilayah pasca konflik

Desa Ori

(100% beragama Islam)

Desa Bale

(99% beragama Kristen) 2.6 Kerangka Pikir

Terpecah menjadi dua

perdamaian Perdamaian

pemekaran

tahun 2003

Ket:

Referensi

Dokumen terkait

Saran, diharapkan agar aparatur Pemerintah Desa khususnya Kepala Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Instrumen tes yaitu alat yang digunakan peneliti untuk mengetahui tingkat ketelitian siswa dalam menerima dan merespon materi dari guru. Soal tes ini berupa masalah

Hasil pengukuran menggunakan sensor pergeser- an berbasis serat optik plastik yang terbaik diperoleh pada pegas jenis kedua dan jumlah rol adalah 9.. Pada kondisi tersebut

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, efektivitas visum et repertum dalam pembuktian tindak pidana perkosaan sangat berguna dan bermanfaat guna membuktikan

Berdasarkan pengertian tentang Student worksheet atau LKS tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa lembar kerja siswa adalah suatu alat bantu dalam bentuk

Tawuran antar warga manggarai dan warga tambak selalu menjadi agenda perbincangan karena konfliknya yang terus berulang, masalah ini bukan perkara baru dan jangan

Skripsi dengan judul “ Analisis Kesenjangan Pendapatan Kota/Kabupaten Propinsi Jawa Timur 2008 - 2012 ” adalah hasil karya saya, dan dalam naskah skripsi ini tidak

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas