• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS AKAD MUKHABARAH PADA PRAKTEK PAROH DUWEK (PARON) DI KECAMATAN SUKOWONO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS AKAD MUKHABARAH PADA PRAKTEK PAROH DUWEK (PARON) DI KECAMATAN SUKOWONO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS AKAD MUKHABARAH PADA PRAKTEK PAROH DUWEK (PARON) DI KECAMATAN SUKOWONO

KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana (S.E) Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

Program Studi Ekonomi Syariah

Oleh:

Azizah NIM : E20182172

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

JANUARI 2023

(2)

ii

ANALISIS AKAD MUKHABARAH PADA PRAKTEK PAROH DUWEK (PARON) DI KECAMATAN SUKOWONO

KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana (S.E) Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

Program Studi Ekonomi Syariah

Oleh:

Azizah NIM : E20182172

Disetujui Pembimbing

HJ. Mariyah Ulfah, M.E.I NIP: 197709142005012004

(3)

iii

ANALISIS AKAD MUKHABARAH PADA PRAKTEK PAROH DUWEK (PARON) DI KECAMATAN SUKOWONO

KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI

telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Program Studi Ekonomi Syariah

Hari : Kamis

Tanggal : 29 Desember 2022 Tim Penguji

Ketua Sekretaris

Dr. Nurul Widyawati Islami Rahayu, S.Sos.,M.Si Hj. Mariyah Ulfah, M.E.I NIP: 197509052005012003 NIP: 197709142005012004

Anggota

1. Dr. Nikmatul Masruroh, S.H.I, M.E.I ( ) 2. Hj. Mariyah Ulfah, M.E.I ( )

Menyetujui,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Dr. Khamdan Rifa’i, S.E., M.Si.

NIP. 196808072000031001

(4)

iv

MOTTO

















































Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S. An Nisa (4) :29) 1

1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2006), 333.

(5)

v

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan alhamdulilla serta segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas karunia yang telah diberikan kepada kita semua berupa nikmat sehat, nikmat ihsan maupun iman. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammah SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan seluruh pengikutnya akhirnya dapat terselesaikan tanggung jawab ini dengan penuh semangat, kesabaran dan ketelatenan dalam pembuatannya serta tulus dari hati yang paling dalam dan penuh keikhlasan hasil skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Kepada kedua orang tua saya yang tiada duanya Abi Sunito dan Umi Asiya yang begitu luar biasa dalam mendidik, menjaga dan membesarkan saya dengan penuh kasih sayangnya, serta yang selalu mendukung penuh cita-cita saya sehingga dengan kerja keras, doa beliau saya bisa sampai dititik keberhasilan saya pada hari ini.

2. Kepada kakak dan adik saya Holiviyah, Vina, Vivi. Yang menjadi penyemangat saya dan motivasi saya untuk memberikan warna dalam kehidupan keluarga saya.

3. Kepada Dosen dan Guru saya yang selalu menjadi orang tua kedua saya dikampus yang dengan sabar dan ikhlas mengajar dan membimbing saya dengan banyak ilmu, serta sang motivator terbaik dalam bidang keilmuan.

Semoga ilmu yang saya dapat menjadi barokah dan bermanfaat.

(6)

vi

4. Kepada besti-besti saya yaitu Navisa Salsabila, Kismaturrohmah, yang begitu baiknya menemani, membantu dan memberikan support kepada saya sehingga terlaksanalah siding skripsi hari ini.

5. Kepada Saudara-saudara saya yaitu Kumpulan Mahasiswa Netral KUMAN) yang menjadi rumah kedua saya, Komando dan Kumanita yang begitu mendukung, memberikan semangat dan yang selalu menemani saya pada saat suka maupun duka.

6. Kepadsa seluruh teman seperjuangan keluarga besar kelas ES 4 angkatan 2018 yang selama perkuliahan dari awal sampai akhir selalu menemani dalam suka maupun duka. Serta yang selalu memberi kritik dan saran serta memberi motivasi – motivasi selama perkuliahan.

7. Kepada Almamater Universitas Khiai Ahmad Siddiq Negeri Jember Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi Ekonomi Syariah yang telah menaungi saya selama menempuh studi.

(7)

vii

KATA PENGANTAR مْيِحَّرلا ِنَمْحَّرلا ِللها ِمْسِب

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat, taufik, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatka gelar Sarjana Ekonomi.

Dapat terselesaikan dengan lanccar. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang nantinya kita nantika syafaatnya kelak di hari kiamat.

Penulisan skripsi ini merupakan bentuk wujud dari hasil pemahaman penulis dari beragam literasi yang telah penulis baca dan teliti. Penulis berupaya menyajikan skripsi dengan baik dengan arahan dosen pembimbing. Skripsi ini penulis susun dengan judul “Analisis Akad Mukhabarah Pada Praktek Paroh Duwek (Paron) Di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember”.

Kelancaran ini penulis dapatkan karena dukungan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis menyadari dan menyampaikan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto., SE, MM selaku Rektor UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

2. Bapak Dr. Khamdan Rifai, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Kiai Achmad Siddiq Jember.

3. Bapak M.F Hidayatullah, S.H.I., M.S.I selaku Ketua Prodi Ekonomi Syariah 4. Ibu Hj. Mariyah Ulfahn, M.E.I selaku Dosen Pembimbing

(8)

viii

5. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Kiai Achmad Siddiq Jember.

6. Seluruh dosen UIN Kiai Achmad Siddiq Jember yang telah ikhlas mengajari dan menyalurkan ilmunya kepadaku. Semoga Allah SWT membalas jasa-jasa kalian dengan dengan pahala yang tak terhingga. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.

7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa terima kasih peneliti.

Demikian skripsi ini penulis susun, semoga berguna dan dapat memberikan banyak manfaat khususnya pada penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca guna menambah wawasan secara luas.

Jember, 29 Desember 2022

Azizah

NIM. E20182172

(9)

ix ABSTRAK

Azizah, HJ. Mariyah Ulfah, M.E.I. 2022: Analisis Akad Mukhabarah Pada Praktek Paroh Duwek (Paron) Di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.

Kerja sama dengan sistem bagi hasil telah banyak dilakukan oleh masyarakat dengan berdasarkan pada adat atau kebiasaan yang sering dilakukan.

Masyarakat pada pelaku usaha pertanian tembakau pun banyak yang melakukan kerja sama tersebut sebagai jalan keluar untuk masalah permodalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi penerapan akad mukhabarah sebagai model kerja sama dengan system paron dan untuk mengalisis perhitungan laba penjualan pada usaha pertanian tembakau di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.

Fokus penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana Praktek Paroh Duwek (Paron) Di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember?, 2) Bagaimana Analisis Akad Mukhabarah Pada Praktek Paroh Duwek (Paron) dikecamatan Sukowono Kabupaten Jember.

Tujuan Penelitian ini Adalah Untuk Mengetahui :1) Untuk mengetahui bagaimana Praktek Paroh Duwek (Paron) Di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. 2) Untuk mengetahui Analisis Akad Mukhabarah pada Praktek Paroh Duwek (Paron) dikecamatan sukowono kabupaten jember.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif – deskriptif. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sumber Wringin yang berada di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Informan pada lokasi penelitian tersebut ditentukan dengan metode purposive. Jenis data pada penelitian ini ialah data primer (dikumpulkan dengan metode wawancara yang mendalam, observasi, dan dokumentasi). Penelitian berperan sebagai instrument kunci. Keabsahan data diuji dengan teknik triangulasi kemudian data dianilisis menggunakan analisis interaktif dan analisis pendapatan.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah 1) Praktek paroh duwek (paron) yang dilakukan di Dessa Sumber Wringin Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember, Akad kerjasama bagi hasil yang dilakukan secara lisan, tidak tertulis dan tanpa adanya saksi-saksi. Dimana petani pemilik lahan menyerahkan seluruhnya lahan kepada petani penggarap lahan, dan pengelola lahan yang menanggung semua biaya yang yang dibutuhkan. 2) Pelaksanaan akad mukhabrah pada praktek paroh duwek (paron) di Desa Sumber Wringin Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember, yaitu Tidak ada syarat dalam melakukan sistem bagi hasil paroh duwek, batas waktu yang ditentukaan satu kali musim masa tanam. Dalam menghitung pembagian hasil di akhir kerjasama atau setelah panen hasil tersebut harus dikurangi biaya awal atau modal, kemudian sisanya akan dibagi anatar pemilik lahan dan penggarap lahan sesuai kesepakatan yang telah ditetapkan pada saat akad atau awal perjanjian tanpa memberatkan salah satu pihak antara pemilik lahan dan pengelola lahan.

Kata kunci : Akad Mukhabarah, Praktik, Paroh Duwek

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Istilah ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 11

A. Penelitian Terdahulu ... 11

B. Kajian Teori ... 21

1. Teori Akad Mukhabarah ... 21

(11)

xi

a. Definisi Akad Mukhabarah ... 21

b. Dasar Hukum ... 24

c. Rukun Mukhabarah ... 25

d. Syarat-syarat Mukhabarah ... 27

e. Hal- hal yang membatalkan Mukhabarah ... 33

2. Bagi Hasil ... 34

a. Definisi Bagi Hasil ... 34

b. Mekanisme Bagi Hasil ... 35

c. Prinsip dalam menjalankan Bagi Hasil ... 36

d. Kelebihan dan kekurangan Bagi Hasil ... 38

BAB III METDOE PENELITIAN ... 39

A. Pendekatan dan jenis penelitian ... 39

B. Lokasi penelitian ... 40

C. Subyek penelitian ... 40

D. Teknik pengumpulan data ... 41

1. Observasi ... 41

2. Wawancara ... 42

3. Dokumentasi ... 43

E. Analisis data ... 43

1. Reduksi data ... 44

2. Penyajian data ... 45

3. Kesimpulan ... 45

F. Keabsahan data... 46

G. Tahap-tahap penelitian ... 48

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 53

A. Gambaran Obyek Penelitian ... 53

1. Peta ... 53

2. Letak Geografis Desa Sumber Wringin ... 53

3. Susunan organisasi ... 55

4. Batas wilayah Desa Sumber Wringin ... 56

(12)

xii

B. PenyajiandanAnalisis Data... 56

1. Praktek Paroh Duwek (Paron) di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember ... 59

2. Pelaksanaan Akad Mukhabarah Pada Praktek Paroh Duwek (Paron) di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember ... 67

C. PembahasanTemuan ... 79

1. Praktek Paroh Duwek (Paron) di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember ... 79

2. Pelaksanaan Akad Mukhabarah Pada Praktek Paroh Duwek (Paron) di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember ... 82

BAB V PENUTUP ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Surat Pernyataan Keaslian Tulisan 2. Matrik Penelitian

3. Pedoman Pengumpulan Data 4. Surat Izin Penelitian

5. Surat Keterangan Selesai Penelitian 6. Jurnal Kegiatan Penelitian

7. Dokumentasi

8. Surat Selesai Bimbingan 9. Biodata Penulis

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Kecamatan ... 53 Gambar 4.2 Struktur Organisasi Desa ... 55

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Table 1.2 Tabel Mapping Penelitian Terdahulu ... 18

Table 4.1 Data Profil Desa ... 54

Table 4.2 Data Pemilik & Penggarap Lahan ... 58

Tabel 4.3 Tabulasi pengelolaan lahan Ibu Nuriyah & Bpk Hadi ... 69

Tabel 4.4 Tabulasi pengelolaan lahan Bpk Rozak & Ibu Tuyani ... 70

Tabel 4.5 Tabulasi pengelolaan lahan Bpk Sunito & Ibu Yati ... 71

Tabel 4.6 Tabulasi pengelolaan lahan Ibu Asiya & Bpk Rasi ... 72

Tabel 4.7 Tabulasi pengelolaan lahan Bpk Saiful & Ibu Shiji ... 73

Table 4.8 Tabulasi pengelolaan lahan Ibu Nadirah & Bpk Karim ... 75

Tabel 4.9 Tabulasi pengelolaan lahan Bpk Abdullah & Ibu Rit ... 76

Tabel 4.10 Tabulasi pengelolaan lahan Ibu Nurul & Ibu Nur... 77

Tabel 4.11Tabulasi pengelolaan lahan Bpk Hatep & Bpk Marzuki ... 78

(15)

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Islam sebagai islam yang sempurna mengatur segala aspek kehidupan manusia secara menyeluruh yaitu hubungan manusia dengan Allah SWT (hablu min Allah) diatur dalam bidang ibadah yang menyangkut dengan kehidupan akhirat dan hubungan secara timbal balik atau lebih sederhananya yaitu hubungan antara seseorang dengan orang lain (hablu min an-nas) dalam pergaulan hubungan dunia atau bisa juga disebut sebagai kegiatan muamalah.2

Aktivitas berusaha dan bekerja sangat dipengaruhi oleh kondisi suatu daerah dimana masyarakat hidup, kenyataan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia hidup dan bermukim di daerah pedesaan dan menggantungkan hidup mereka di sektor pertanian dan perkebunan. Tak terkecuali di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember yang wilayahnya terletak antar perkebunan dan persawahan, akan tetapi di Kecamatan ini bercocok tanam adalah sebagai mata pencaharian penduduk baik sebagai petani dilahan sendiri maupun sebagi petani pengelola dilahan milik orang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak lepas dari kegiatan muamalah. Muamalah yang dimaksud merupakan suatu kegiatan yang mengatur perkara yang berhubungan dengan tata cara hidup sesama manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari.3

2 Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh (Jakarta: Kencana, 2013),174.

3 Huzaimah Tahido Yanggo, Kajian Hukum Islam (Jakarta: Kencana, 2026), 75.

(16)

Salah satu bentuk kerja sama yang dilakukan masyarakat pada masa sekarang ini adalah dalam lingkup penggarapan lahan. Penggarapan lahan ini sendiri pada dasarnya memiliki dua metode, yaitu: (1) dapat diolah sendiri oleh pemilik lahan, yang mana ia harus menyediakan sendiri modal dan tenaganya dalam mengelola; atau (2) dengan cara meminjamkan lahan tersebut kepada orang lain untuk dikelola dan hasilnya akan dibagi berdasarkan konsep akad yang disepakati, salah satunya adalah menggunakan metode mukhabarah.4

Mukhabarah adalah suatu akad kerja sama dalam bidang pertanian atau perkebunan antara pemilik lahan dan pengelola, dimana pemilik lahan akan menyerahkan sebidang lahan kepada pengelola untuk di kelola dan hasilnya akan dibagi sesuai kesepakatan.

Secara teori, mukhabarah sering diartikan dengana muzara’ah karrna keduannya sama-sama akad yang dilakukan dalam pengelolaan lahan.

Perbedaan dua akad tersebut hanya terletak dari pengadaan bibit, di mana muzara’ah bibitnya berasal dari si pemilik lahan (tanah) yang benihnya berasal dari si pengelola dan diharapkan dapat memberikan hasil di kemudian hari.

Berikut penjelasan menurut ulama Syafi’iyah: mukhabarah adalah mengelola tanah diatas sesuatu yang dihasilkannya dan benihnya berasal dari pengelola. Adapun muzara’ah sama seperti mukhabarah, hanya saja benihnya berasal dari pemilik lahan.5

4 Hendi Syuhendi, Fiqih Muamalah (Membahas Ekonomi Islam, Kedudukan Harta, Hak milik, Jual Beli, Bunga dan Riba, Musyarakah, Ijarah, Koperasi, ansuransi, Etika Bisnis dan lain-lain) (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), 156

5 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), 206

(17)

Mukhabarah memiliki syarat yang sama dengan muzara’ah, di mana keduanya merupakan akad pekerjaan yang hanya boleh dilakukan setelah tercukupinya syarat-syarat yang telah ditentukan oleh syara’, yaitu (1) mukhabarah merupakan akad pekerjaan, maka akad dilaksanakan terlebih dahulu sebelum dibuatkan perjanjian dan kesepakatan; (2) tanaman yang dipelihara hendaknya jelas dan dapat diketahui oleh kedua belah pihak; (3) waktu pengelolaan atau pemeliharaan harus jelas batasnya, apakah satu tahun, satu musim, satu kali panen, atau lebih dari itu, hal ini maksudkan agar tidak ada pihak yang dirugikan dan terhindar dari unsur penipuan oleh satu pihak;

(4) persentase pembagian harus jelas dan pasti, baik bagi pengelola maupum pemilik lahan.6

Sumber Wringin yang merupakan sebuah pedesaan yang berada di ujung utara kabupaten jember tepatnya di Provinsi Jawa Timur. Dipertengahan bulan seiring bergantinya musim kemarau adalah waktu, yang ditunggu-tunggu para petani tembakau khususnya di Kecamatan Sukowono, masyarakat Sumber Wringin rata-rata menanami lahannya dengan tembakau karena ketika musim kemarau kondisi tersebut dimanfaatkan penuh oleh para petani untuk menanam tembakau, daripada menanam tanaman lain seperti buah-buahan dan sayuran yang keuntungannya tidak begitu menjanjikan, jauh jika dibandingkan dengan apabila menanam tembakau. Semua itu dilakukan dengan tujuan untuk memanfaatkan lahan yang ada untuk memperbaiki kesejahteraan hidup para petani, yaitu dengan menanam tembakau. Hampir semua petani yang memiliki

6 Ibid., 208-209.

(18)

lahan persawahan berusaha memanfaatkan kesempatan dimusim kemarau untuk menanam tembakau karena dengan menananam tembakau masyarakat memiliki harapan penuh akan meningkatkan kualitas ekonominya

Dalam kehidupan masyarakat Desa Sumber Wringin terdapat sisitem bagi hasil dalam pertanian yang sering dilakukan oleh petani tembakau masyarakat sukowono sering menyebutnya dengan sisitem paron atau yang dikenal dengan bahasa maduranya masyrakat Desa Sumber Wringin yaitu paroh duwek. Sistem paron digunakan masyarakat Sumber Wringin sebagai sarana pembagian hasil kerjasama antara petani dan pemilik lahan. Sistem paron yang mendekati konsep bagi hasil dalam ekonomi Islam ini menjadi sisitem perhitungan antara pemilik modal (lahan pertanian) dengan pengelola.

Pemilik lahan biasanya meminta kepada pengelola untuk mengelola sawahnya hingga musim panen tiba. Setelah musim panen tiba kemudian padi yang sudah menjadi gabah dijual yang kemudian hasil dari penjualan tersebut dibagi hasil 50%:50% antar pemilik sawah dengan pengelola. Perjanjian yang dilakukan diatas adalah perjanjian setiap kali panen, dan itu terjadi setahun sekali. Terjadinya akad tersebut kebanyakan pemilik lahan yang meminta kepada petani pengelola untuk mengerjakan lahan pertaniaanya, dikarenakan banyaknya lahan yang menganggur dan pamilik lahan tidak mempunyai keahlian dalam mengelola lahan tersebut yang berdasarkan kepercayaan tanpa pengawasan langsung. Bagi petani yang tidak memiliki sifat amanah, dengan tidak adanya pengawasan tersebut maka dapat dimanfaatkan dalam mengambil keuntungan sendiri. Pembagian pertanian disepakati paron atau paroh duwek

(19)

(setengah hasil) setengah dari pengelola sawah dan setengah dari pemilik sawah, artinya disini apabila rugi akan ditanggung bersama. Semua itu dilakukan pada awal terjadinya akad.

Melihat pelaksanaan pembagian hasil dengan sisitem paron , yang apabila mengalami keuntungan akan dibagi dengan jumlah yang sama antara pemilik dengan pengelola dan apabila mengalami kerugian akan ditanggung bersama, namun beda halnya dengan kasus yang ada. Contoh dapat dilihat dari salah seorang pemilik lahan menyerahkan lahannya tanpa pengawasan. Setelah tembakau panen pengelola langsung memberikan hasil panen tersebut tanpa mengikut sertakan si pemilik lahan, atau dengan kata lain sipengelola tidak memberitahu kepada sipemilik lahan berapa banyak hasil panen yang didapatnya. Dalam hal ini ditemukan juga jika terja kerugian kadang-kadang sering terjadi perselisihan antara pemilik sawah dengan pengelola, karena tidak adanya keterbukaan antara pengelola dengan pemilik sawah pada saat musim panen. Hal ini menunjukkan bahwa dapat berpotensi merugikan salah satu pihak, yang dalam hal ini cenderung kepada pemilik lahan. Hal ini jelas bertentangan dengan konsep mukhabarah yang dianjurkan oleh islam , dimana kedua belah pihak seharusnya melakukan kerjasama dengan tujuan saling menguntungkan dan tolong-menolong, bukan untuk merugikan salah satunya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan mengenai pelaksanaan kerjasama bagi hasil Mukhabarah. Untuk itu penulis akan membahas hal tersebut dalam bentuk penelitian yang berjudul “Analisis Akad Mukhabarah Pada Praktek Paroh

(20)

Duwek (Paron) Di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember” (Study pada Desa Sumber Wringin Kecamatan Sukowono).

B. Fokus Penelitian

Perumusan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan istilah fokus penelitian. Bagian ini mencantumkan semua rumusan masalah yang dicari jawabannya melalui proses penelitian. Perumusan masalah harus disusun secara singkat, jelas tegas, spesifik, operasional yang dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Adapun fokus penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktek paroh puwek (paron) di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember?

2. Bagaimana analisis akad Mukhabarah pada praktek paroh duwek (paron) di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember?

C. Tujuan Penekitian

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus mengacu pada masalah- masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.7 Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui praktek paroh puwek (Paron) di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember

2. Untuk mengetahui analisis akad Mukhabarah pada praktek paroh duwek (paron) di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.

D. Manfaat Penelitian

Dalam sebuah penelitian tentu diharapkan memiliki beberapa manfaat yang diperoleh dari suatu penelitian sebagai bentuk aplikasi dari hasil penelitian. Manfaat penelitian ini berisi tentang kontribusi apa yang akan

7 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 44.

(21)

diberikan setelah selesai melakukan penelitian. Manfaatnya berupa manfaat secara teoritis dan praktis, seperti halnya bagi penulis, instansi dan masyarakat secara luas.8 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran ilmu pengetahuan, serta memperluas pengetahuan terutama yang berhubungan dengan muamalah secara islami tentang sistem bagi hasil paroh duwek (paron). Dapat dijadikan rujukan bagi penelitian lebih lanjut, baik bagi peneliti yang bersangkutan maupun oleh peneliti lain sehingga kegiatan penelitian dapat dilakukan secara berkesinambungan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti

Manfaat untuk peneliti sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar S1, juga untuk menambah wawasan pengetahuan dalam bidang ekonomi khususnya dalam pembagian hasil dengan menggunakan akad mukhabarah.

b. Bagi akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan atau menambah referensi penelitian di bidang manajemen terutama yang berhubungan dengan muamalah secara islami tentang sistem bagi hasil (akad mukhabarah).

8 Ibid., 45.

(22)

c. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan tentang melakukan usaha secara islami atau ber- muamalah di bidang pertanian terutama mengenai akad mukhabarah padapraktek paroh duwek (paron) yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

E. Definisi Istilah

Ada beberapa istilah yang perlu di jelaskan untuk menghindari interprestasi lain yang dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam memahaminya antara pembaca dan peneliti. Adapun definisi istilah judul tersebut adalah sebagai berikut :

1. Akad Mukhabarah

Menurut terminology ulama fiqih, akad dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara umum dan secara khusus. Secara umum akad dalam arti luas sama dengan pengertian akad dari segi bahasa. Menurut pendapat ulama Syafi’iyah, Malikiyah, Hanabilah yaitu:9“Segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang berdasarkan keimanannya sendiri, seperti wakaf talak, pembebasan, atau sesuatu yang pembentukannya membutuhkan keinginan dua orang seperti Jual-Beli, perwakilan, dan gadai”.

9 Ibnu Tamiyah Nazhariyah, Al- Aqdi, 18-21, 78

(23)

Sedangkan akad dalam pengertian khusus yang dikemukan oleh ulama fiqih yaitu: 10 “Perikatan yang dengan ijab qobul nberdasarkan ketentuan syara’ yang berdampak pada objeknya”.

2. Praktik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata praktik adalah pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori.

3. Bagi Hasil

Sistem bagi hasilmerupakn sisitem diaman dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama didalam melakukan kegiatan usaha. Didalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atau keuntungan yang didapat antara kedua belah pihak atau lebih. Perjanjian bagi hasil adalah suatu bentuk perjanjian antara seseorang yang berhak atas suatu bidang tanah pertanian dan dan orang alin yang disebut penggarap, berdasarka perj,anjian dimana penggarap diperkenankan mengusahakan tanah yang bersangkutan pembagian hasilnya antar penggarap dan yang berhak atas tanah tersebut menurut imbangan yang telah disetujui bersama.

F. SISTEMATIKA Pembahasan

Sistematika Pembahasan berisi tentang diskripsi alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga penutup. Sistematika pemabahsan dari penelitian adalah sebagai berikut:

10 Ibn Abidin, Fiqih Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 97.

(24)

BAB I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II: Kajian Kepustakaan

Bab ini menguraikan tentang ringkasan kajian terdahulu yang memiliki relevensi dengan penelitian yang akan dilakukan pada saat ini serta mumuat tentang kajian teori.

BAB III: Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang pendekatan dan jenis penelitian yang dilakukan, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data dan tahap-tahap penelitian yang dilakukan.

BAB IV: Penyajian Data dan Analisis Data

Bab ini menguraikan dan memaparkan tentang gambaran objek penelitian, penyajian data, serta pembahasan hasil temuan penelitian

BAB V: Penutup

Bab ini berisi intisari atau kesimpulan hasil penelitian. Dari kesimpulan itulah penulis memberikan saran kepada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. Selanjutnya skripsi ini diakhiri dengan daftar pustaka dan berupa lampiran-lampiran sebagai pendukung pemenuhan kelengkapan data skripsi.

(25)

11 BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah terpublikasi atau belum terpublikasi.11 Hasil penelitian terdahulu yang hampir sama dengan penelitian yang akan diangkat oleh peneliti di antaranya :

1. Dewi Ayu Lestari “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Kerjasama Lahan Pertanian Dengan Sistem Paron Di Desa Sidodadi Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro” (2018) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Dalam penelitian dihasilkan bahwa, yang pertama kerjasama lahan pertanian dengan sistem paron di Desa Sidodadi Bojonegoro antara pemilik sawah dan penggarap yaitu dalam melakukan perjanjian mereka tidak melakukannya secara tertulis, melainkan memakai cara kekeluargaan dengan rasa saling percaya antara pemilik sawah dan penggarap dan saat panen hasilnya akan dibagi menurut kesepakatan, dalam hal ini bibit, pupuk, dan seluruh biaya penggarap sawah ditanggung oleh penggarap, kemudian juga tidak menentukan tentang jangka waktu pelaksanaan kerjasama dan juga tidak menentukan pembagian bagi hasilnya, Kedua yaitu menurut hukum islam bahwa praktek kerja sama

11 Tim Penyusun, Pedoman Karya Tulis Ilmiah, 45.

(26)

tersebut telah memenuhi rukun dan syarat Mukhabarah yakni pelaksaankerjasama tersebut bibit, pupuk, dan seluruh biaya perawatan sawah ditanggung oleh penggarap, dam sudah menjadi adat kebiasaan yang tidak bertentangan dengan dalil syara’ serta memenuhi syarat maka penggunaan system paron tersebut diperbolehkan dan termasuk ‘Urf yang shahih.12

2. Ade Intan Surahmi “Implementasi Akad Muzara’ah Dan Mukhabarah Pada Masyarakat Tani Di Desa Blang Kreung Dan Desa Lam San Kabupaten Aceh Besar” (2019) Universitas Islam Negeri Arraniry Banda Aceh. Hasil penelitian ini dalah akad muzara’ah maupun mukhabarah telah dilakukan secara islami. Dari segi kalitatif, umumnya kehidupan masyarakat Desa Lam Asan Kecamatan Kuta Baroe Kabupaten Aceh Besar dan masyarakat desa Blang Krueng Kecamatan Bitussalam Kabupaten Aceh Besar berada pada taraf Keluarga sejahtera I (KS I) adalah keluarga yag sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya dalam hal sandang, pangan, papan.13

3. Susilawati ”Sistem Bagi Hasil Tanaman Padi Yang Masih Dibatang Ditinjau Dari Ekonomi islam (Studi Kasus Desa Kpahyong Kecamatan Luas Kabupaten Kaur)” (2019) Institut Agama Islam Negeri Bengkulu.

Pada penelitian ini ditemukan hasil penelitian bahwa praktek system bagi

12 Dewi Ayu Lestari, ”Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Kerjasama Lahan Pertanian Dengan Sistem Paron Di Desa Sidodadi Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro” (Skripsi:

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2018)

13 Ade Intan Surahmi, “Implementasi Akad Muzara’ah dan Mukhabarah Pada Masyarakat Tani Di Desa Blang Krueng dan Desa Lam Asab Kabupaten Aceh Besar” (Skripsi : Universitas Islam Negeri Arraniry Banda Aceh, 2019)

(27)

hasil tanaman padi yang msih di batang di Desa Kpahyang Kecamatan Luas Kabupaten Kaur dilakukan atas dasar keterpaksaan karena tidak mempunyai lahan sawah dan tidak ada system bagi hasil yang digunakan yaitu muzara’ah. Praktek bagi hasil tanaman padi yang masih di batang di Desa Kepahyang Kecamatan Kaur ditinjau dari beberapa segi perjanjian atau akad, cara pembagian hasil tanaman padi yang masih dibatang, serta biaya ynag dikeluarkan dan kerugian ynag ditanggung.14

4. Desi Suryani Siregar “Implementasi Bagi Hasil Mukhabarah Di Desa Perupuk Jae Kecamatan Padang Bolak Julu Kabupaten Padang Lawas Utara Ditinjau Dari Fiqih Muamalah” (2019) Instutut Agama Islam Negeri Padang Sidimpun. Hasil penelitian yang diperoleh adalah (1) akad yang dilakukan secra lisan tanpa dihadiri oleh saksi, dalm kesepakatan tersebut kesepakatan dibuat bhawa pemilik tanah hanya menyerahkan tanahnya dan biaya penggarapan ditanggung oleh penggarap. (2) bagi hasil yang dilakukan adalah 50%:50% dari muatan sawah tanpa mempertimbangkan hasil panen (berhasil atau tidak) tanpa dikurangi biaya penggarapan. (3) alas an pemilik tanah melakukan mikhabarah adalah karena pemilik tanah sudah tidak sanggup menggarap tanahnya, pemilik tanah tidak mau rugi karena pengaruh pendapatan yang tidak bagus.15

14 Susilawati, “Sistem Bagi Hasil Tananan Padi Yang Masih Dibatang, Ditinjau Dari Ekonomi Islam (Studi Kasus Desa Kepoahyang Kecamatan Luas Kabupaten Kaur” (Skripsi Institut Agama Islam Negeri Bengkulu. 2019)

15 Desi Suryani Siregar, “Implementasi Bagi Hasil Mukhabarah Di Desa Parapuk Jae Kecamatan Padang Bolak Julu Kabupaten Padang Lawas Utara Ditinjau Dari Fiqih Muamalah”, (Skripsi : Institut Agama Islam Negeri Padang Simpuan, 2019)

(28)

5. Miftahurrahmi “Pelaksanaan Akad Mukhabrah Pada Kerjasama Usaha Pertanian Padi Ditinjau Menurut Fiqih Muamalah” (2020) Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Negeri Sultan Syarif Kasim Pekanbaru Riau. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kerjasama dalam usaha pertanian ini menunjukkkan dalam usaha pertanian dengan menggunakan akad mukhabarahi sudah sesuai dengan hukum islam lkarena dalam kerjasama ini terdapat saling ridho, saling menguntungkan, dan tolong menolong. bentuk perjanjian penggarapan lahan pertanian melalui system kerjasama yang di ikuti dengan sistem bagi hasil tidak dibuat dalam bentuk tertulis karena masih menggunakan adat kebiasaan, dimana pihak pemilik lahan menyerahkan kepada orang lain dengan ketentuan bagi hasil.16

6. Siti Komisiah “Implementasi Sistem Bagi Hasil Pada Petani Sawah Di Desa Wonerejo Kecamatan Mangkutana Tinjauan Ekonomi Islam” 2020 Institut Agama Islam Negeri Palopo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa system bagi hasil kerjasma antar petani pemilik lahan dan penggarap dalam bentuk persyataan secara lisan, atas dasar saling percaya tanpa menghadirkan sanksi dan jangka waktu yang tidak ditentukan. Akad perjanjian kerjasma bertujuan untuk salling tolong menolong. Namun jika ada keruguan ditanggaung salah satu belah pihak dan itu bertentang

16 Miftahurrahmani, ”Pelaksanaan Akad Mukhabrah Pada Kerjasama Usaha Pertanian Padi Ditinjau Menurut Fiqih Muamalah” (Skripsi : Universitas Negeri Sultan Syarif Kasim Pekanbaru Riau, 2020)

(29)

dengan jumhur ulama, akan tetapi kedua belah pihak menerima itu karena factor kebutuhan.17

7. Maymunah “Analisis Penerapan Pola Bagi Hasil Pemilik Kebun Dan Prakerja Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Ditinjau Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Kampung Bima Sakti Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan)” 2018, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kerjasama bagi hasil yang dilakukan oleh masyarakat di Kampung Bima Sakti dengan 2 cara kerjasama yaitu pihak pemilik kebun menyerahkan tanah kosong kepada petani pekerja untuk dijadikan kebun karet. Sistem bagi hasil dengan ketentuan hasil dibagi menjadi 60%-40%, 60% untuk pemilik kebun dan 40% untuk petani pekerja. Selain itu menggunakan sistem pembagian hasil sataran yang disesuaikan dengan hasil perkebunan, adapun segala biaya yang dibuthkan pada saat proses pelaksanaa di tanggung oleh petani pekerja. Pelaksanaan kerjasama bagi hasil yang diterapkan di Kampung Bima Sakti merupakan kerjasama yang dibolehkan dalam Islam karena saling mengandung prinsip muamalah.18

8. Siswadi "Pemerataan Perekonomian Umat (Petani) Melalui Praktik Mukhabarah Dalam Perspektif Ekonomi Islam" (2018) Institud Pesantren

17 Siti Komisiah, “Implementasi Sistem Bagi Hasil Pada Petani Sawah Di Desa Wonerejo Kecamatan Mangkutana Tinjauan Ekonomi Islam (Skripsi : Insitut Agama Islam Negeri Palopo”, 2020)

18 Maymunah, “Analisis Penerapan Pola Bagi Hasil Pemilik Kebun Dan Prakerja Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Ditinjau Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Kampung Bima Sakti Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan)” (Skripsi : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2018)

(30)

Sunan Drajat Lamongan. Dalam banyak kasus, pihak buruh memiliki keahlian mengolah tanah namun tidak memiliki tanah, dan ada pemilik tanah tidak mempunyai keahlian dalam mengolah tanah tersebut.

Mukhabarah merupakan kegiatan mengerjakan tanah (orang lain) seperti sawah atau ladang dengan imbalan sebagian hasilnya (seperdua, sepertiga atau seperempat). Sedangkan biaya pengerjaan dan benihnya ditanggung orang yang mengerjakan. Mukhabarah diperbolehkan oleh sebagian besar para sahabat rodhiyallohuanhum tabiin dan para imam serta tidak diperbolehkan oleh sebagian yang lain.

Dalil orang-orang yang membolehkannya adalah muamalah Rosululloh shollallohualaihi wa sallam dengan penduduk khaibar. Syarat secara umum dalam mukhabarah diantaranya : Pemilik kebun dan penggarap harus orang yang baligh dan berakal, Benih yang akan ditanam harusjelas dan menghasilkan, Lahan merupakan lahan yang menghasilkan,jelas batas batasnya,dan diserahkan sepenuhnya kepada penggarap, Pembagian untuk masing-masing harus jelas penentuannya, Jangka waktu harus jelas menurut kebiasaan. Pemerataan perekonomian dapat berlangsung dengan merata dengan adanya aqad Mukhobarah.19 9. Desi Suryani Siregar “Implementasi Bagi Hasil Mukhabarah Di Desa

Perupuk Jae Kecamatan Padang Bolak Julu Kabupaten Padang Lawas Utara Ditinjau Dari Fiqih Muamalah” (2019) Instutut Agama Islam Negeri Padang Sidimpun. Hasil penelitian yang diperoleh adalah (1) akad yang

19 Siswadi, “Pemerataan Perekonomian umat (Petani) Melalui Praktik Mukhabarah Dalam Perspektif Ekonomi Islam, Institud Pesantren Sunan Drajat Lamonga n”, Jurnal Ummul Qura Vol.

12 No. 2, 2018.

(31)

dilakukan secra lisan tanpa dihadiri oleh saksi, dalm kesepakatan tersebut kesepakatan dibuat bhawa pemilik tanah hanya menyerahkan tanahnya dan biaya penggarapan ditanggung oleh penggarap. (2) bagi hasil yang dilakukan adalah 50%:50% dari muatan sawah tanpa mempertimbangkan hasil panen (berhasil atau tidak) tanpa dikurangi biaya penggarapan. (3) alas an pemilik tanah melakukan mikhabarah adalah karena pemilik tanah sudah tidak sanggup menggarap tanahnya, pemilik tanah tidak mau rugi karena pengaruh pendapatan yang tidak bagus.20

10. Mastina “Penerapan Sistem Mukhabarah Daalam Kegiatan Pertanian Di Kelurahan Palingkau Lama Kecamatan Murung Kabupaten Kapuas”

(2019) Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Palngka Raya. Bagi hasil dalam penelitian ini menuunjukkan bahwa system mukhabarah bagi hasil antara pemilik lahan denagn petani penggarap demgan modal sepenuhnya dari penggarap dan kemudian hasilnya akan dibagi sesuai dengan akad yang ditentukan di awal kerjasama, kerjasama ini ditinjau dari ekonomi islam yaitu hukumnya sah karena saling mengandung prinsip muamalah dan saling rela serta sudah menjadi alat kebiasaan yang tidak bertentangan dengan Al-Quran dan hadits serta tidak mengandung unsur mudharat.21

20 Desi Suryani Siregar, “Implementasi Bagi Hasil Mukhabarah Di Desa Parapuk Jae Kecamatan Padang Bolak Julu Kabupaten Padang Lawas Utara Ditinjau Dari Fiqih Muamalah”, (Skripsi : Institut Agama Islam N egeri Padang Simpuan, 2019)

21 Mastina, “Penerapan Sistem Mukhabarah Daalam Kegiatan Pertanian Di Kelurahan Palingkau Lama Kecamatan Murung Kabupaten Kapuas” (Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Palngka Raya, 2019).

(32)

Table 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Persamaan Perbedaan

1. Dewi Ayu Lestari (2018)

Tinjauan hukum islam terhadap praktek kerjasama lahan pertanian dengan sistem paron di Desa Sidodadi Kec.

Sukosewu Kab.

Bojonegoro

a. Analisa akad yang digunakan sudah sesuai dengan hukum islam, dan melaksanakann ya sama seperti adat kebiasaan masyarakat setempat.

b. Menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan deskriptif.

a. Subjek dan fokus dari penelitiannya.

b. Lebih banyak mengulas tentang

hukum islam dibandingkan kerjasama atau pembagian hasil kerjanya.

2. Ade Intan Surahmi (2019)

Implementasi akad muzara’ah dan mukhabarah pada masyarakat TANI DI DESA BLANG

KRUENG DAN DESA LAM ASAN,

KABUPATEN ACEH BESAR

a. Menguraikan variabel Mukhabarah/

Bagi hasil b. Menggunakan

metode

kualitatif – deskriptif

a. Objek penelitian b. Pengguna’an

lahan dalam penelitian ini adalah lahan yang sudah tidak terpakai atausudah tidak dirawat lagi oleh pemiliknya.

3. Susilawati (2019)

Sistem bagi hasil tanaman padi yang masih dibatang, ditinjau dari ekonomi islam (studi kasus Desa Kepahyong Kecamatan Luas Kabupaten Kaur

a. Menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan deskriptif.

b. Variabel yang digunakan adalah bagi hasil

pendapatan lahan antara pemilik dan pekerja/

pengarap

a. Fokus

pertanian yang diteliti.

b. Subjek yang diteliti.

c. Tinjauan dalam ekonomi islam.

(33)

No Nama Judul Persamaan Perbedaan 4. Desi

Suryani Siregar (2019)

Implementasi bagi hasil mukhabarah di Desa Parupuk Jae Kec. Padang Bolak Julu Kab.

Padang Lawas Utara ditinjau dari fiqh muamalah

a. Menguraikan tentang bagi hasil

Mukhabarah b. Menggunakan

metode

kualitatif – deskriptif

a. Objek penelitian b. Variabel yang

digunakan yakni dengan menentukan sistem bagi hasil tanpa pertimbangan untung ruginya.

5. Miftahurrah mi

(2020

Pelaksanaan Akad Mukhabarah Pada Kerjasama Usaha Pertanian Padi Ditinjau Menurut Fiqih Muamlah

a. Akad yang digunakan sesuai dengan hukum

islam akad

mukhabrah yang terdapat saling ridho, sal;ing menguntungkan, dan saling tolong menioilong.

b. Menggunakan metode kualitatif deskriptif

a. Fikus

Penelitian

b. Subjek yang diteliti

6. Siti Komisiah (2020)

Implementasi Sistem Bagi Hasil Pada Pada Petani Sawah Di Desa Wonerejo Kecamatan Mangkutana (Tinjauan Ekonomi Islam)

a. Menguraikan variabe bagi hasil b. Menggunkan Metode Kualitatif

a. Objek

Penelitian

b. Metode

pendekatan yang digunakn dalam penelitiannya

7. Maymunah (2018)

Analisis penerapan pola bagi hasil pemilik kebun dan prakerja dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat ditinjau dalam perspektif ekonomi islam

a. Mendeskripsika n variabel bagi hasil

b. Menggunakan metode

kualitatif – deskriptif

a. Metode pembagian hasil kerja yakni 60%

pemilik dan 40%

penggarap.

b. Fokus permasalahan nya pada petani karet.

(34)

No Nama Judul Persamaan Perbedaan (Studi Pada

Kampung Bima Sakti Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan)

8. Siswadi (2018)

Pemerataan perekonomian umat (petani) melalui praktik mukhabarah dalam perspektif ekonomi islam.

a. Menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan deskriptif.

b. Praktek akad yang digunakan dalam

penelitian.

a. Beban permodalan ditanggung oleh penggarap.

b. Subjek penelitian daan fokus penelitian.

9. Desi Suryani (2019)

Implementasi Bagi Hasil Mukhabrah Di Desa Perupuk Kecamatan Padang Bolak Julu Kabupaten Padang Lawas Utara Ditinjau Dari Fiqih Muamalah

a.

Menggunakan pendekatan kualitatif Deskriptif b.Mendeskripsi kan variable bagi hasil dan akad kerjasama

a. Metode pembagian hasil kerja a. Subjek yang dituju

10. Mastina (2019)

Penerapan Sistem Mukhabrah Dalam Kegiatan Pertanian Di Kelureahan Palingkau Lama Kecamatan Kapuas Murung Kabupaten Kapuas

a. Praktek akad yang digunanaka b. Menguraikan tentang bagi hasil mukhabarah

a. Objek penelitian b. Variabel yang

digunakan yakni dengan menentukan sistem bagi hasil tabpa pertimbangan untung ruginya (Sumber Data: Kajian Terdahulu)

(35)

B. Kajian Teori

Kajian teori adalah pembahasan sebuah teori yang akan dijadikan sebagai prespektif dalam melakukan suatu penelitian, dan membahas teori secara lebih jelas dan juga semakin memperdalam dengan sangat luas dalam wawasan suatu penelitian yang akan dikaji pada sebuah permasalahan yang akan dipecahkan untuk menanggulanginya yang sesuai dengan rumusan masalah dalam fokus suatu kajian.22

1. Teori Akad Mukhabarah a. Definisi Mukhabarah

Mukhabarah adalah bentuk kerja sama antara pemilik sawah/tanah dan penggarap dengan perjanjian bahwa hasilnya akan dibagi antara pemilik tanah dan penggarap menurut kesepakatan bersama seperti seperdua, sepertiga atau lebih, atau kurang dari itu, sedangkan biaya, dan benihnya dari petani penggarap.23

Satu hal yang sangat penting dalam menjalankan suatu usaha atau bisnis ialah akad (perjanjian). Salah satu cara dalam islam untuk memperoleh harta ialah dengan menggunakan akad dalam kehidupan sehari-hari. Akad merupakan cara yang diridhai Allah dan harus ditegakkan isinya. Dalam Al-Qur‟an surah al-Maaidah (5) ayat 1 disebutkan:

22 Nur Solikin, Pedoman Karya Ilmiah (Jember: IAIN JemberPress, 2018), 52.

23 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana, 2010), 117.

(36)

















































Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji.

Hewan ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah).

Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki.”(Q,S. Al-Maidah:1)

Kata “akad” berasal dari bahasa Arab al-aqdu dalam bentuk jamak disebut al-uquud yang berarti ikatan atau simpul tali. Kata akad didefinisikan oleh para ulama fiqh sebagai hubungan antara ijab dan kabul sesuai dengan kehendak syariat yang menyebabkan adanya hukum dalam objek perikatan. Rumusan akad di atas mengindikasikan bahwa perjanjian tersebut harus merupakan dari kedua belah pihak yang saling terikat terkait perbuatan yang akandilakukan dalam suatu hal yang khusus. Perwujudan pertama dari akad ialah ijab dan kabul.

Perwujudan kedua yakni sesuai dengan kehendak syariat. Perwujudan ketiga ialah adanya akibat hukum pada objek perikatan.

Akad (perjanjian atau transaksi) dapat diartikan sebagai kemitraan yang terbingkai dengan nilai-nilai syariah. Secara umum, akad dalam istilah fiqh berarti sesuatu yang menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan, baik tekad yang muncul dari satu pihak seperti wakaf dan talak maupun yang mucul dari dua pihak seperti jual beli,

(37)

sewa, dan gadai. Secara khusus, akad berarti kesetaraan antara ijab dan kabul dalam lingkup yang disyariatkan dan berpengaruh pada sesuatu.

Menurut al‟Qadhi Abu Thouib, mukhabarah dan muzara’ah memiliki menyebutkan bahwa mukhabarah sering kali diidentikkan dengan muzar’ah, akan tetapi keduanya memiliki sedikit perbedaan.

Perbedaan tersebut terletak pada permodalan atau pemberi benih.

Modal (benih) apabila berasal dari penggarap sawah maka disebut dengan mukhabarah¸ jika modal (benih) berasal dari pemilik sawah tersebut dengan muzara’ah.

Menurut Syafi‟iyah, mukhabarah merupakan akad untuk bercocok tanam dengan sebagian yang keluar dari bumi. Imam Syafi‟i mengatakan bahwa mukhabarah merupakan kegiatan menggarap tanah terhadap apa yang dikeluarkan dari tanah tersebut. Mukhabarah berarti mengerjakan tanah atau menggarap ladang/ sawah lalu mengambil sebagian hasil panennya dengan benih tanaman berasal dari pekerja.

Mukhabarah dan muzara’ah memiliki perbedaan yang jelas yakni dari segi permodalan. Pemilik tanah/ sawah apabila memberikan modal yang diperlukan untuk penggarapan sawah (kecuali tenaga), praktek tersebut dinamakan muzara’ah. Apabila modal ditanggung oleh petani penggarap, praktek tersebut dinamakan mukhabarah.

Pengertian tentang mukhabarah terdiri dari beberapa kesimpulan yang dapat diambil ialah bahwa mukhabarah merupakan sebuah akad kerja sama antara penggarap sawah dan pemilik tanah.

(38)

Pemilik tanah/ sawah menyerahkan tanahnya kepada petani penggarap untuk dikelola, ditanami tanaman dengan benihnya berasal dari penggarap.

b. Dasar Hukum Mukhabarah Dalam Hadist disebutkan :

ُهاَخَأ اَهْعَرْزَ يْلَ ف اَهْعَرْزَ ي َْلَ ْنِإَف اَهُعَرْزَ يْلَ ف ٌضْرَأ ُهَل ْتَناَك ْنَم

Artinya:“Barang siapa yang mempunyai tanah, hendaklah ia menanaminya atau hendaklah ia menyuruh saudaranya untuk menanaminya.” (Hadits Riwayat Bukhari).24

Dalil al-Qur’an atau hadist tersebut diatas merupaka landasan hukum yang dipakai oleh para ulama’ yang membolehkan akad perjanjian muzara’ah atau mukhabarah.Menurut para ulama’ akad ini bertujuan untuk saling membantu antara petani dengan pemilik tanah pertanian.Pemilik tanah tidak mampu mengerjakan tanahnya, sedang petani tidak mempunya tanah atau lahan pertanian.25

Menurut riwayat dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW pernah memberikan tanah Khaibar kepada penduduknya (waktu itu mereka masih yahudi) untuk digarap dengan imbalan pembagian hasil buah- buahan dan tanaman – tanaman.

Mukhabarah adalah salah satu bentuk ta'awun antar petani dan pemilik sawah dan saling menguntungkan antara kedua belah pihak.

Seringkali kali ada orang yang ahli dalam masalah pertanian tetapi dia

24 Achmad Sunarto dan Syamsudin, Himpunan Hadits Shahih (Jakarta: Annur Press, 2008), 227

25 Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 277.

(39)

tidak punya lahan,26 dan sebaliknya banyak orang yang punya lahan tetapi tidak mampu menanaminya. Maka Islam mensyari'atkan mukhabarah sebagai jalan tengah bagi keduanya. Itulah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dan mentradisi di tengah para sahabat dan kaum muslimin setelahnya. Ibnu 'abbas menceritakan bahwa Rasululah SAW bekerjasama (mukhabarah) dengan penduduk Khaibar untuk berbagi hasil atas panenan, makanan dan buah-buahan.

Bahkan Muhammad Albakir bin Ali bin Al-Husain mengatakan bahwa tidak ada seorang muhajirin yang berpindah ke Madinah kecuali mereka bersepakat untuk membagi hasil pertanian sepertiga atau seperempat. Para sahabat yang tercatat melakukan mukhabarah antara lain adalah Ali bin Abi Thalib, Sa'ad bin Malik, Abdullah bin Mas'ud dan yang lainnya.

Mukhabarah adalah masyru’ (disyariatkan) berdasarkan ijma dan nash, di antaranya Imam as-Sadiq, mukhabarah dapat dilakukan dengan sepertiga, seperempat, seperlima.” juga ucapan beliau, “ketika menaklukkan khaibar, Rasulullah saw menyerahkannya (yakni pengelolaan tanah perkebunan khaibar) kepada mereka dengan (pembangian hasil) separuh.

c. Rukun Mukhabarah

Rukun Mukhabarah menurut Hanafiah adalah ijab dan qabul, yaitu berupa pernyataan pemilik tanah, “Saya serahkan tanah ini

26 Djamil, F. Hukum Ekonomi Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2013)

(40)

kepada anda untuk digarap dengan imbalan separuh dari hasilnya” dan pernyataan pengarap “Saya terima atau saya setuju”. Sedangkan menurut jumhur ulama, sebagaimana dalam akad-akad yang lain, rukun Mukhabarah ada empat, yaitu:

1) Pemilik tanah, yaitu orang yang memiliki lahan tetapi tidak memiliki kemampuan atau kesempatan dalam mengelola lahannya.

2) Petani penggarap, yaitu orang yang memiliki kemampuan untuk mengelola lahan dan kesempatan tetapi tidak memiliki lahan.

3) Objek Mukhabarah, yaitu antara manfaat lahan dan hasil kerja pengelola.

4) Ijab dan Kabul

Rukun akad berdasarkan jumhur fuqaha secara umum ialah:

1) Aqid: orang yang melakukan kesepakatan dengan jumlah yang terdiri atas dua orang atau lebih.

2) Ma’qud ‘alaih: benda-benda (objek) yang diakadkan.

3) Maudhu’ al-‘aqd: tujuan pokok dari diadakannya akad.

4) Shighat al-‘aqd: terdiri dari ijab dan qabul

Ulama Hanabilah menyebutkan bahwa untuk rukun mukhabarah tidak memerlukan melafalkan qabul, cukup dengan langsung mengerjakan tanah sudah dianggap sebagai qabul. Sedangkan ulama Hanafiah menyebutkan bahwa rukun mukhabarah ialah akad (ijab dan qabul) antara

pemilik tanah dan penggarap. Secara rinci, rukun mukhabarah

diklasifikasikan menjadi 4, antara lain:

(41)

1) Tanah;

2) Perbuatan pekerja;

3) Modal; dan

4) Alat-alat untuk menanam

Menurut ulama Malikiah, muzara’ah diharuskan menaburkan benih di atas lahan yang telah disediakan. Namun apabila itu mukhabarah, maka benih yang akan ditaburkan tersebut berasal dari pengelola. Menurut pendapat paling kuat, perkongsian mukhabarah yang dikemukakan oleh jumhur ulama, ialah:

1) Pemilik lahan;

2) Petani penggarap (pengelola);

3) Objek mukhabarah, yaitu antara manfaat lahan dan hasil kerja petani;

4) Ijab (ungkapan penyerahan mencari lahan untuk diolah dari petani).

d. Syarat-syarat Mukhabarah

Setiap pembentukan akad, terdapat beberapa syarat yang harus ditentukan dan disempurnakan, yaitu:

1) Syarat yang bersifat umum, maksudnya adalah syarat-syarat tersebut harus sempurna wujudnya dalam setiap akad.

2) Syarat yang bersifat khusus, yaitu syarat yang tidak diwajibkan dalam setiap akad. Maksudnya, wujud syarat tersebut hanya ada pada sebagian akad. Syarat khusus ini disebut juga syarat tambahan

(42)

(idhafi) yang harus berdampingan dengan syarat-syarat umum, seperti syarat adanya saksi dalam pernikahan

Berikut adalah syarat yang harus dipenuhi dalam rukun mukhabarah, antara lain:

1) Syarat pihak yang melakukan akad

a) Berakal, yaitu akad tidak sah apabila dilakukan oleh orang gila atau anak kecil yang belum mumayyiz. Sebab akal ini merupakan syarat kelayakan dalam melakukan tindakan nantinya.

Menurut ulama Hanafiah, mumayyiz atau baligh bukanlah termasuk syarat bolehnya muzara’ah atau mukhabarah. Sebab, anak yang belum baligh namun telah diberi izin maka boleh melakukan akad tersebut, karena muzara’ah atau mukhabarah ini dianggap sama dengan memperkerjakan atau mengupah orang lain dari sebagian hasil panen.

Menurut ulama Syafi’iyah tidak menysaratkan persamaan hasil yang diperoleh oleh kedua aqid dalam mujara’ah yang mengikui dan berkaitan dengan musyaqah.

Mereka berpendapat bahwa mujara’ah adalah pengelolaan tanah atas apa yang keluar dari bumi, sedangkan benihnya berasal dari pemilik tanah.

(43)

b) Bukan orang murtad. Hal ini dikemukakan oleh Imam Abu Hanifah, sebab menurutnya tindakan orang murtad adalah ditangguhkan (mauquuf), sehingga tidak bisa langsung sah seketika itu juga. Namun, tidak semua rekan Imam Abu Hanifah setuju dengan pendapat ini. Ada juga yang berpendapat bahwa akad muzara’ah atau mukhabarah yang dilakukan orang murtad statusnya adalah berlaku efektif (naafidz) seketika.

2) Syarat penanaman

Salah satu yang harus jelas dalam syarat penanam adalah jenis benih yang hendak ditanam. Benih yang ditanam tersebut harus sesuatu yang aktivitas pengolahan dan penggarapannya dapat berkembang, yaitu mengalami pertambahan dan pertumbuhan.

3) Syarat lahan yang akan ditanami

a) Harus dipahami apakah lahan layak untuk ditanami dan dijadikan lahan pertanian atau tidak. Seandainya lahan tersebut tidak layak untuk ditanami, misal lahan mengandung garam atau berlumpur sehingga sulit ditanami, maka akad menjadi tidak sah.

b) Lahan harus diketahui dengan jelas dan pasti, yaitu milik siapa dan bagaimana status hukumnya. Karena apabila tidak diketahui dengan jelas, akad tidak sah karena berpotensi menyebabkan terjadinya perselisihan.

(44)

c) Lahan yang hendak ditanami diserahkan sepenuhnya kepada pengelola (at-takhliyah). Apabila disyaratkan sesuatu yang masih mengandung campur tangan pemilik lahan, maka akad diangap tidak sah, karena tidak terpenuhinya syarat at- takhliyah.

4) Syarat masa mukhabarah

Masa atau jangka waktu dalam mukhabarah harus jelas dan pasti. Patokan dari masa disesuaikan dengan masa yang sewajarnya. Syarat – syarat mukhabarah menurut jumhur ulama, yaitu sebagai berikut:

a) Para pihak yang berakad (pemilik tanah dan penggarap), syarat bagi keduanya harus cakap melakuan perbuatan hukum (baligh dan berakal sehat).

b) Objek yang dijadikan tujuan akad (lahan pertanian), disyaratkan agar tempat tersebut layak untuk ditanami dan dapat menghasilkan sesuai kebiasaan serta tempat tersebut sudah ditetapkan secara pasti.

c) Hasil atau sewa yang ditetapkan harus jelas dan pembagiannya ditentukan saat akad.

d) Shighat (ijab kabul), yaitu ungkapan khusus yang menunjukkan adanya akad.

(45)

5) Hikmah Akad Mukhabarah

Akad mukhabarah memiliki hikmah atau manfaat apabila diterapkan bagi pelakunya, baik pemilik lahan maupun petani penggarap. Hal ini dikarenakan dalam akad mukhabarah terdapat asas kerja sama dan saling tolong menolong atau ta’awun. Akad mukhabarah pun terdapat bagi hasil, sedangkan untuk hal yang bersifat teknis kemudian disesuaikan dengan syirkah. Syirkah tersebut merupakan konsep kerja sama untuk menyinergikan potensi-potensi yang ada pada pihak terkait dengan visi saling menguntungkan.Terwujudnya kerjasama yang saling menguntungkan antara pemilik tanah dengan petani dan penggarap Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Tertanggulanginya kemiskinan Terbukanya lapangan pekerjaan,terutama bagi petani yang memiliki kemampuan bertani tetapi tidak memiliki tanah garapan.27

Potensi tersebut secara umum dilatarbelakangi oleh keadaan dari pemilik lahan dan petani penggarap. Banyak petani penggarap yang memiki kemampuan atau keahlian dalam bertani seperti pada komoditas tembakau tetapi tidak memiliki lahan.

Banyak pula pemilik lahan yang tidak mampu untuk menggarap sendiri lahannya karena tidak memiliki keahlian bertani ataupun alasan lainnya. Sehingga perlunya untuk menyinergikan potensi

27 Rachmat Syafe’i, M.A, Fiqh Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2010)

(46)

tersebut agar tidak ada kemudharatan atau kemubadziran karena tanah/ lahan yang tidak dikelola.

Anjuran menyinergikan potensi tersebut berdasarkan perintah dari Rasulullah Muhammad SAW dalam sebuah hadits, beliau bersabda: “Hendaklah menanami atau menyerahkannya untuk digarap. Barangsiapa tidak melakukan salah satu dari keduanya, tahanlah tanahnya”.

Perintah yang Rasulullah Muhammad SAW sampaikan pasti akan membawa kemaslahatan bagi umatnya, yang mana pemilik lahan/ tanah diperintah untuk menanami lahannya. Pemilik lahan jika tidak mampu untuk menanami lahannya, hendaklah diserahkan kepada orang lain untuk ditanami. Sehingga kekosongan lahan yang tidak ditanami oleh pemiliknya dapat memanfaatkan potensi petani penggarap yang memang meiliki keahlian dalam bertani tetapi tidak memiliki lahan.

Hikmah lainnya dari penerapan akad mukhabarah selain sebagai bentuk tolong menolong bagi pemilik lahan dan petani penggarap serta sebagai pemanfaatan lahan ialah dapat menambah ataupun meningkatkan pendapatan bagi pemilik lahan dan petani penggarap. Mengurangi pengangguran, dapat meningkatkan produksi pertanian dari dalam negeri, dan dapat menopang pertumbuhan ekonomi makro karena terdorongnya berkembangnya sektor riel.

(47)

e. Hal- Hal Yang Membatalkan Mukhabarah

Manusia banyak yang mempunyai binatang ternak seperti kerbau, sapi, dan lainnya.Dia sanggup untuk berladang dan bertani untuk mencukupi keperluan hidupnya, tetapi tidak memilki tanah.

Sebaliknya, banyak diantara manusia mempunyai sawah, tanah, ladang dan lainnya, yang layak untuk ditanami (bertani), tetapi ia tidak memiliki binatang untuk mengelola sawah dan ladangnya tersebut atau ia sendiri tidak sempat untuk mengerjakannya, sehingga ia bekerjasama dengan pihak lain untuk mengelolanya, dalam istilah ekonomi Islam disebut dengan al-muzara’ah atau mukhabarah28. Beberapa hal yang menyebabkan batalnya muzara’ahatau mukhabarah adalah sebagai berikut :

1) Habis masa muzara’ah danmukhabarah, Yakni jika masa atau waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak telah habis maka, muuzara’ah yang dilakukan oleh kedua belah pihak itu secara otomatis berakhir. Jika diiantara keduanya akan melanjutkan muzara’ah tersebut maka kedua belah pihak harus melakukan akad kembali.

2) Salah seorang yang berakad meninggal dunia Jika salah satu diantara orang yang berakad meninggal dunia maka akad muzara’ah yang telah dilaksanakan atau yang baru akan dilaksanakan secara otomatis berakhir, karena muzara’ah adalah

28Ibid., 211

(48)

akad kerja sama dalam hal percocok tanama, jadi kedua belah pihak memiliki tanggung jawab masiing-masing.

3) Adanya uzur Menurut ulama Hanafiyah, diantara uzur yang menyebabkan batalnya muzara’ah antara lain :tanah garapan terpaksa dijual , misalnya untuk membayar utang atau keperluan lain oleh pemilik tanah. Penggarapan tidak dapat mengelola tanah, seperti sakit, jihat dijalan Allah SWT dan lain sebagainya.

2. Bagi Hasil

a. Definisi Bagi Hasil

Bagi hasil adalah suatu akad dengan memberikan pohon kepada penggarap agar dikelola dan hasilnya dibagi diantara keduanya29. Bagi hasil selain sebagai sebuah kesepakatan dagang, juga merupakan sistem yang dijalankan bank syariah. Sebenarnya keduanya hampir sama karena ada kesepakatan antara kedua belah pihak atau lebih untuk membagikan hasil usahanya. Bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana.

Jumlah yang dibagikan bergantung dengan kesepakatan tingkat rasio atau nisbah. Dari sisi bisnis sendiri, hal ini merupakan bentuk dari perjanjian kerja sama antara pemodal dengan yang menjalankan usaha untuk menjalankan kegiatannya. Hal ini menjadi ikatan kontrak

29 Sohari Sahrani, Ru’fah Abdullah, Fiqih Muamalah untuk Mahasiswa, UIN/IAIN/STAIN/PTAIS dan Umum, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 213

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan dalam penelitian ini adalah penggunaan alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar lompat tinggi gaya straddle pada siswa kelas X TP 1 SMK

Kebalikan dari hubungan positif adalah hubungan negatif, yaitu apabila terjadi perubahan nilai dalam sejumlah satuan tertentu (X), akan diikuti oleh perubahan nilai dalam

Hasil menunjukkan pada sinar tampak adanya bercak warna biru pada asam galat sebagai pembanding, kehijauan pada ekstrak etanol daun sirih, warna biru pucat pada

Hasil dari pengujian hipotesis berdasarkan persamaan regresi (2) dengan menggunakan uji residual menunjukkan bahwa QLODL TOBINS (nilai perusahaan) hasilnya sebesar

シZテムρ吻 蜥 歴 考憲乙た1柵 (1)あるプロセスに投 入され た財 の持ち込 むCO2配 分量 とその プロセスに おいて発 生する∞2量 の 和 は

Realisasi tidak mencapai sasaran dikarenakan pada kegiatan Penelitian Proses Pengerasan Permukaan (Hard Facing) Dengan Material Nano Terhadap Baja Karbon Rendah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat defoliasi batang atas memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap panjang tunas bibit durian hasil grafting pada umur

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa Rezim HKI tidak mampu mengakomodasi perlindungan hukum terhadap masyarakat hukum adat atas