Bacaan Warga K SA
Pengantar Analisis Real
Introduction to real analy sis
Dikumpulkan dari berbagai sumber oleh: Abu Abdillah
KOMUNITAS STUDI ALKWARIZMI
PERSEMBAHAN
Untuk bahan bacaan warga KSA (Komunitas Studi Al Khwarizmi).
Pesan
Janganlah kesibukan duniamu melalaikan untuk menuntut ilmu Agama,
KATA PENGANTAR
uku ini ditulis dalam rangka pengadaan buku ajar mata kuliah
Analisis Real I dan II, yang merupakan mata kuliah wajib.
Buku ini berisi materi yang diperuntukan bagi mahasiswa
yang telah mengambil mata Kalkulus I dan Kalkulus II. Topik-topik dalam
buku ini sebenarnya sudah dikenal oleh mahasiswa yang telah mengambil
kedua mata kuliah tersebut. Hanya saja, materi pada buku ini lebih abstrak,
teoritis, dan mendalam. Materi pada buku ini merupakan materi dasar analisis
real. Analisis real merupakan alat yang esensial, baik di dalam berbagai
cabang dari matematika maupun bidang ilmu-ilmu lain, seperti fisika, kimia,
dan ekonomi. Mata kuliah Analisis I adalah gerbang menuju mata kuliah yang
lebih lanjut, baik di dalam maupun di luar jurusan Matematika. Jika mata
kuliah ini dapat dipahami dengan baik maka mahasiswa mempunyai modal
yang sangat berharga untuk memahami mata kuliah lain. Diharapkan, setelah
mempelajari materi pada buku ini, mahasiswa mempunyai kedewasaan
dalam bermatematika, yang meliputi antara lain kemampuan berpikir secara
deduktif, logis, dan runtut, serta memiliki kemampuan menganalisis masalah
dan mengomunikasikan penyelesaiannya secara akurat dan rigorous.
Buku ini terdiri dari lima bab. Bab I membahas tentang aljabar
himpunan, fungsi, dan induksi matematika. Sebagaimana kita ketahui bahwa
materi pada bab ini adalah materi penunjang pemahaman pada bab-bab
selanjutnya, maka diharapkan para pembaca dan pengajar tidak
mengabaikan penyampaian bab I ini. Bab II membahas tentang himpunan
bilangan real. Di dalamnya, dibicarakan tentang sifat aljabar (lapangan), sifat
terurut, dan sifat kelengkapan dari himpunan bilangan real. Kemudian,
dikonstruksi berdasarkan sifat terurutnya, yang disebut sebagai interval.
Dijelaskan pula tentang representasi desimal dari bilangan real dan
menggunakannya untuk membuktikan Teorema Cantor. Selanjutnya, bab III
berisi tentang barisan bilangan real, yang meliputi definisi dan sifat-sifat
barisan, Teorema Bolzano-Weierstrass, kriteria Cauchy, barisan divergen,
dan sekilas tentang deret tak hingga. Kemudian, bab IV mendiskusikan
tentang definisi limit fungsi (termasuk limit sepihak, limit di tak hingga, dan
limit tak hingga) dan sifat-sifatnya. Lalu, bab V membahas kekontinuan fungsi,
yang meliputi definisi fungsi kontinu dan sifat-sifatnya, fungsi kontinu pada
interval, kekontinuan seragam, serta fungsi monoton dan fungsi invers.
Buku ini masih dalam proses pengembangan dan tentunya masih jauh
dari sempurna. Untuk itu, penulis membuka diri terhadap saran dan kritik dari
pembaca, demi semakin baiknya buku ini sebagai buku ajar mata kuliah wajib
Analisis I.
Unaaha, April 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
PERSEMBAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Aljabar Himpunan ... 1
1.2 Fungsi ... 8
1.3. Induksi Matematika ... 17
BAB II HIMPUNAN BILANGAN REAL 2.1 Sifat Aljabar dari R... 27
2.2 Sifat Terurut dari R ... 29
2.3. Sifat Kelengkapan dari R ... 38
2.4. Interval ... 48
2.5 Representasi Desimal dari Bilangan Real ... 51
BAB III BARISAN BILANGAN REAL 3.1 Definisi Barisan Bilangan real ... 54
3.2 Sifat-Sifat Barisan Bilangan Real ... 57
3.3 Teorema Bolzano-Weierstrass ... 64
3.4 Kriteria Cauchy ... 65
3.5 Barisan Divergen ... 68
3.6 Deret Tak Hingga ... 71
BAB IV LIMIT FUNGSI 4.1 Titik Timbun ... 80
BAB V KEKONTINUAN FUNGSI
5.1 Definisi Fungsi Kontinu ... 89
5.2 Sifat-Sifat Fungsi Kontinu ... 92
5.3 Fungsi Kontinu pada Interval ... 94
5.4 Kekontinuan Seragam ... 97
5.5 Fungsi Monoton dan Fungsi Invers ... 100
BAB I
HIMPUNAN BILANGAN REAL
ada bab ini, kita akan membahas beberapa prasyarat yang diperlukan untuk mempelajari analisis real. Bagian 1.1 dan 1.2 kita akan mengulang sekilas tentang aljabar himpunan dan fungsi, yang keduanya merupakan perkakas penting untuk semua cabang matematika.
Pada bagian selanjutnya yakni bagian 1.3 kita akan mengulas mengenai induksi matematika. Sebagaimana kita ketahui bahwa induksi matematika berhubungan dengan sifat dasar sistem bilangan asli yang akan sering kita gunakan pada pembuktian beberapa masalah khusus dalam bab selanjutnya.
1.1 ALJABAR HIMPUNAN
Bila Amenyatakan suatu himpunan, maka untuk suatu unsur
x
kita akan menuliskannya menjadiA
x , ■ untuk menyatakan
x
suatu unsur di A,x
anggota A, ataux
termuat di A, atau A memuatx
. Selanjutnya bila kita ingin menyatakan bahwax
suatu unsur yang bukan di A maka dapat kita tuliskan menjadi:A
x , ■ Selanjutnya bila A dan B keduanya adalah himpunan sehingga untuk setiap unsur xA mengakibatkan xB ( setiap unsur di A juga unsur di B), maka kita katakan A termuat di B, atau B memuat A, atau A suatu subhimpunan dari B, dan kita menuliskannya dengan:
B
A
atauB
A
, ■Bila
A
B
dan terdapat unsur di B yang bukan anggota A maka kita1.1.1. Definisi Kesamaan Dua Himpunan
Dua buah himpunan A dan B dikatakan sama bila keduanya memuat unsur yang sama. Dengan kata lain untuk setiap unsur
x
anggota himpunan Amaka
x
juga merupakan anggota himpunan B, dan juga sebaliknya untuk setiap unsur y anggota himpunan B maka y juga merupakan anggota himpunan A.Selanjutnya kedua buah himpunan A dan B dikatakan sama maka kita menuliskannya dengan:
B
A ■ Untuk menunjukkan bahwa AB , kita harus menunjukkan bahwa
B
A
danB
A
.Suatu himpunan dapat ditulis dengan mendaftar anggota-anggotanya, atau dengan menyatakan sifat keanggotaannya. Kata “sifat keanggotaan” memang menimbulkan keragu-raguan, akan tetapi bila P menyatakan sifat keanggotaan (yang tak bias maknanya) maka suatu himpunan
x
yang memenuhi P akan kita tuliskan dengan cara:
x P(x)
■ Notasi diatas kita baca: “himpunan semuax
yang memenuhi (sedemikian sehingga) P”. Bila perlu untuk menyatakan subhimpunan S yang memenuhiP, maka kita dapat menuliskannya dalam bentuk:
xS P(x)
■ Beberapa himpunan tertentu akan banyak digunakan dalam buku ini, dan akan kita tuliskan dengan penulisan standar yakni sebagai berikut: Himpunan bilangan asli,
N
1
,
2
,
3
,...
Himpunan bilangan bulat
Ζ
0
,
1
,
1
,
2
,
2
,...
Himpunan bilangan rasional
m
,
n
,
n
0
n
m
Contoh-contoh:
1. Himpunan
xN x2 3x20
, menyatakan himpunan bilangan asli yang memenuhi persamaan kuadratx
2
3
x
2
0
. Karena yang memenuhi hanya x1 dan x2 , maka himpunan tersebut dapat juga dituliskan menjadi
1
,
2
.2. Terkadang formula dapat pula digunakan untuk menyingkat penulisan himpunan. Sebagai contoh himpunan bilangan genap positif sering dituliskan
dengan cara
2x xN
, dari pada kita menuliskannya
yN y2x,xN
.Operasi Himpunan
Pada bagian ini kita akan mendefinisikan aturan untuk membangun (mengkonstruksi) himpunan baru dari himpunan yang sudah ada.
1.1.2. Definisi
a. Bila A dan B keduanya adalah himpunan, maka irisan (interseksi) dari A
dan Bdituliskan dengan AB , merupakan himpunan yang unsur-unsurnya adalah anggota himpunan A dan juga merupakan anggota himpunan B.
xx A x B
BA dan ■
b. Gabungan dari himpunan A dan Badalah himpunan yang unsurnya paling tidak termuat di salah satu dari himpunan A atau B . Gabungan dari himpunan A dan Bdituliskan dengan AB.
xx A x B
BA atau ■
1.1.3. Definisi
1.1.4. Teorema
Misalkan
A,
B
dan C sebarang himpunan, maka:a)
A
A
A
,
A
A
A
Idempotenb)
A
B
B
A
,
A
B
B
A
Komutatifc)
A
B
C
A
B
C
,
A
B
C
A
B
C
Asosiatifd)
A
B
C
A
B
A
C
,
A
B
C
A
B
A
C
Distributif.
Bukti teorema diatas diserahkan kepada pembaca!
Dimungkinkan juga untuk menunjukkan bahwa bila
A
1,
A
2,...,
A
n
merupakan koleksi himpunan, maka terdapat sebuah himpunan, maka terdapat sebuah himpunan A yang memuat unsur yang merupakan unsur semua himpunan Aj, j1,2,...,n ; dan terdapat sebuah himpunan B yang unsurnya paling tidak unsur dari suatu Aj, j1,2,...,n. Dengan menanggalkan kurung,
kita tuliskan dengan
n
A
A
A
A
1
2
...
n
B
B
B
B
1
2
...
Untuk mempersingkat penulisan, A dan B di atas sering dituliskan dengan
nj j
A
A
1
nj j
A
B
1
1.1.5. Definisi
Misalkan A dan B suatu himpunan, maka komplemen dari B relatif terhadap
A, dituliskan dengan A \B (baca “A minus B”) adalah himpunan yang unsur-unsurnya adalah semua unsur di A tetapi bukan anggota B. Dibeberapa buku ditulis menggunakan notasi AB atau AB.
xx A anx B
BA\ d ■
Seringkali A tidak dinyatakan secara eksplisit, karena sudah dimengerti/disepakati. Dalam situasi begini A \B sering dituliskan dengan
C
A
.1.1.6. Teorema
Misalkan
A
,
B
,
C
sebarang himpunan, makaA
\
(
B
C
)
(
A
\
B
)
(
A
\
C
)
,)
\
(
)
\
(
)
(
\
B
C
A
B
A
C
A
.Bukti:
Kita akan membuktikan kesamaan pertama dan meninggalkan bagian kedua pada pembaca sebagai bahan latihan.
Untuk menunjukkan
A
\
(
B
C
)
(
A
\
B
)
(
A
\
C
)
, berarti yang harusditunjukkan adalah:
A
\
(
B
C
)
(
A
\
B
)
(
A
\
C
)
dan)
\
(
)
\
(
)
(
\
B
C
A
B
A
C
A
Akan ditunjukkan
A
\
(
B
C
)
(
A
\
B
)
(
A
\
C
)
Ambil sebarang
x
A
\
(
B
C
)
, maka xAdanx
B
C
, ini berarti bahwax
di A tetapix
bukan unsur B atau C, karenanyax
di A tetapix
tidak di B danx
di A tetapix
tidak di C, sehingga dapat dituliskan
A
B
x
\
danx
A
\
C
, hal ini berarti bahwax
A
\
B
A
\
C
,sehingga terbuktilah bahwa
A
\
(
B
C
)
(
A
\
B
)
(
A
\
C
)
Ambil sebarang
y
(
A
\
B
)
(
A
\
C
)
, makay
A
\
B
dany
A
\
C
,maka
y
A
tetapiy
B
dany
A
tetapiy
C
. Jadiy
A
tetapi bukananggota dari B atau C . Akibatnya
y
A
dany
B
C
, ini berarti
A
\
(
B
C
)
y
, sehingga terbukti bahwaA
\
(
B
C
)
(
A
\
B
)
(
A
\
C
)
.Dari dua bukti diatas dapat disimpulkan bahwa
)
\
(
)
\
(
)
(
\
B
C
A
B
A
C
A
.Produk (hasil kali) kartesius
Berikut ini kita definisikan produk kartesius yang akan kita gunakan pada pembahasan tentang fungsi pada bagian selanjutnya.
1.1.7. Definisi
Bila A dan B keduanya adalah himpunan-himpunan tak kosong, maka produk kartesius dari A dan Byang selanjutnya akan kita tuliskan menggunakan notasi
B
A adalah himpunan pasangan berurut
a,
b
dengan aA dan bB
a b a A anb B
BA , d ■
Sehingga bila
A
1
,
2
,
3
danB
4
,
5
, maka
1
,
4
,
1
,
5
,
2
,
4
,
2
,
5
,
3
,
4
,
3
,
5
B
A
Latihan 1.1.
1. Gambarkan diagram yang menyatakan masing-masing himpunan pada Teorema 1.1.4
2. Buktikan teorema 1.1.4.
3. Buktikan bahwa
A
B
jika dan hanya jika AB A.Himpunan D ini sering disebut selisih simetris dari A dan B. Nyatakan dalam diagram.
5. Tunjukkan bahwa selisih simetris D pada soal nomor 4, juga diberikan oleh:
A
B
A
B
D
\
6. Jika
A
B
tunjukkanB
A
\
A
\
B
7. Diberikan himpunan A dan B , tunjukkan bahwa AB dan A \B saling asing dan bahwa
A
A
B
A
\
B
.8. Diberikan sebarang himpunan A dan B, tunjukkan
A
B
A
\
A
\
B
.9. Bila
A
1,
A
2,...,
A
n
suatu koleksi himpunan, dan E sebarang himpunan,tunjukkan bahwa
n
j
j n
j
j
E
A
A
E
1
1
, dan
n
j
j n
j
j
E
A
A
E
1 1
.10. Mengacu pada soal nomor 9 tunjukkan bahwa
n
j
j n
j
j
E
A
A
E
1
1
, dan
n j j n jj
E
A
A
E
1 1
.11. Mengacu pada soal nomor 9 buktikan hukum de morgan
n
j
n
j
j
j
E
A
A
E
1 1\
\
,
n j j n jj
E
A
A
E
1 1\
\
Catatan bila E \Aj dituliskan dengan C
Aj , maka kesamaan diatasmempunyai bentuk
n j j n j jA
A
1 1
C
C
,
n j j n j j
A
A
1 1
C
C
12. Misalkan J suatu himpunan dan untuk setiap
j
J
, Aj termuat di E .13. Bila
B
1 danB
2 subhimpunan dari B danB
B
1
B
2 tunjukkan bahwa
A
B
1
A
B
2
B
A
1.2 FUNGSI
Pada bagian ini kita akan membahas gagasan fundamental suatu fungsi atau pemetaan. Selanjutnya akan kita ketahui bahwa fungsi merupakan suatu jenis khusus dari himpunan, walaupun terdapat visualisasi lain yang sering lebih bersifat sugesti. Pada bagian terakhir ini kita akan banyak membahas mengenai jenis-jenis fungsi, tetapi sedikit lebih abstrak dibandingkan bagian ini.
Bagi matematikawan abad terdahulu kata “fungsi” biasanya berarti formula tertentu, seperti
2
3
5
x
x
x
f
yang bersesuaian dengan masing-masing bilangan real
x
dan bilangan lain
x
f
. Mungkin juga seseorang memunculkan kontroversi, apakah nilai mutlak
x xh
dari suatu bilangan real merupakan “fungsi sejati” atau bukan. Selain itu definisi
x diberikan pula yakni:
0
,
0
,
x
x
x
x
x
bila bila
Definisi pertama:
suatu fungsi
f
dari himpunan A ke himpunan B adalah aturankorespodensi yang memasangkan masing-masing unsur
x
di A secara tunggal dengan unsurf
x
di B.Definisi di atas mungkin saja tidak jelas, dikarenakan tidak jelasnya makna frase “aturan korespondensi”. Untuk mengatasi hal ini kita akan mendefinisikan fungsi dengan menggunakan himpunan seperti yang telah dibahas pada bagian sebelumnya.
Berikut ini adalah definisi yang mungkin saja dapat membuat kita kehilangan kandungan intuitif dari definisi terdahulu, tetapi kita dapatkan kejelasan.
[image:15.595.190.433.463.650.2]Ide dasar pendefinisian berikut ini adalah memikirkan gambar dari suatu fungsi; yaitu, suatu korelasi dari pasangan berurut. Bila kita perhatikan tidak setiap koleksi pasangan berurut merupakan gambar suatu fungsi, karena sekali unsur pertama dalam pasangan berurut diambil, unsur keduanya ditentukan secara tunggal.
Gambar 1.1 Gambar grafik sebuah fungsi
masing aA terdapat bB yang tunggal dengan
a
,
b
,
a
,
b
'
f
, maka'
b
b . Himpunan A dari unsur-unsur pertama dari
f
disebut daerah asal“domain” dari
f
, dan dituliskanD
f
. Sedangkan unsur-unsur dari B yangmenjadi unsur kedua di
f
disebut “range” darif
dan dituliskan denganR
f
. NotasiB
A
f
:
Menunjukkan bahwa
f
suatu fungsi dari A ke B ; akan sering kitakatakan bahwa
f
suatu pemetaan dari A ke B atauf
memetakan dari A kedalam B. Bila
a
,
b
f
, sering ditulis dengan:
a
f
b
Pembatasan dan Perluasan Fungsi
Bila
f
suatu fungsi dengan domainD
f
danD
1 suatu subhimpunandari
D
f
, sehing kali bermanfaat untuk mendefinisikan fungsi baruf
1 dengandomain
D
1 danf
1
x
f
x
untuk setiapx
D
1 . Fungsif
1 ini disebutpembatasan fungsi
f
padaD
1 . Sehingga menurut definisi 1.2.1, kitamempunyai
1
1 a,b f a D
f
Terkadang kita tuliskan f1 f D1 untuk menyatakan pembatasan fungsi
f
pada himpunanD
1.Konstruksi yang serupa untuk gagasan perluasan. Bila suatu fungsi g
dengan domain
D
g
danD
2
D
g
, maka sebarang fungsig
2 dengandomain
D
2 sedemikian sehinggag
2
x
g
x
untuk setiapx
D
g
disebutBayangan Langsung dan Bayangan Invers
1.2.2. Definisi
Misalkan
f
:
A
B
suatu fungsi dengan domain A dan range B . Bila Esubhimpunan A , maka bayangan langsung dari E terhadap
f
adalahsubhimpunan
f
E
dari A yang diberikan oleh
E
f
x
x
E
f
:
Bila H subhimpunan B, maka bayangan invers dari H terhadap
f
adalahsubhimpunan
f
1
H
dari A, yang diberikan oleh
H
x
A
f
x
H
f
1
:
Jadi bila diberikan himpunan
E
A
,
maka titiky
1
B
di bayangan langsung
E
f
jika dan hanya jika terdapat paling tidak sebuah titikx
1
E
sedemikiansehingga
y
1
f
x
1 . Secara sama bila diberikanH
B
, titikx
2
A
di dalambayangan invers
f
1
H
jika dan hanya jikay
f
x
2 di H.1.2.3. Contoh
a. Misalkan
f
:
R
R
didefinisikan denganf
x
x
2 . Bayangan langsunghimpunan E
x0x2
adalah himpunan f
E
y0 y4
. Bila
0 4
y y
G , maka bayangan invers G adalah himpunan
2 2
1
G x x
f . Jadi
f
1f
E
E
.Disatu pihak kita mempunyai
f
f
1
G
G
. Tetapi bila H
y1 y1
, maka kita peroleh f
f 1
H
x0x1
HPada buku ini kita akan bahas
f
1
G
H
f
1
G
f
1
H
dan meninggalkan yang sebaliknya yakni
G
H
f
G
f
H
f
1
1
1sebagai latihan bagi pembaca.
i. Akan dibuktikan
f
1
G
H
f
1
G
f
1
H
Ambil sebarang
x
f
1
G
H
, ini berarti bahwa
f
x
G
H
, halini mengakibatkan
f
x
G
danf
x
H
, sehingga ini mengakibatkan
G
f
x
1 danx
f
1
H
, karena itux
f
1
G
f
1
H
bukti selesai.ii. Bukti sebaliknya diserahkan pada pembaca.
Sifat-sifat Fungsi
1.2.4. Definisi
Suatu fungsi
f
:
A
B
dikatakan injektif atau satu-satu bila untuksetiap
x
1,
x
2
A
demikian sehinggax
1
x
2 mengakibatkanf
x
1
f
x
2 . Bilaf
satu-satu, kita katakanf
suatu injeksi.Secara ekivalen,
f
injektif jika dan hanya jikaf
x
1
f
x
2mengakibatkan
x
1
x
2 untuk setiapx
1,
x
2
A
.1.2.5. Definisi
Suatu fungsi
f
:
A
B
dikatakan surjektif atau memetakan A pada Bbila
f
A
B
. Bilaf
surjektif, maka kita sebutf
suatu surjeksi.Secara ekivalen,
f
:
A
B
surjektif bilaR
f
B
, yaitu untuk setiapB
y
terdapat xA sedemikian sehinggaf
x
y
.1.2.6. Definisi
Suatu fungsi
f
:
A
B
dikatakan bijektif bila bersifat injektif dansurjektif. Bila suatu fungsi
f
bijektif, kita sebutf
suatu bijeksi.Fungsi-Fungsi Invers
Bila
f
:
A
B
suatu fungsi dari A ke B , (karenanya, subhimpunan khusus dari AB ), maka pasangan berurut BA diperoleh dengan saling menukar unsur pertama dan kedua dif
. Secara umum hasil penukaran tersebutbukanlah fungsi. Tetapi bila
f
injektif, maka penukaran ini menghasilkan fungsiyang disebut invers dari
f
.1.2.7. Definisi
Misalkan
f
:
A
B
suatu fungsi injektif dengan domain A danR
f
diB . Bila g
b,a BA
a,b f
, maka g suatu fungsi injektif dengan
g
R
f
D
dan range A. Fungsi g disebut fungsi invers darif
dan dituliskan.
1
f
Dalam penulisan fungsi yang standar, fungsi
f
1 berelasi denganf
sebagai berikut:
x
f
1
y
jika dan hanya jikay
f
x
.1.2.8. Contoh
Suatu fungsi
1
x x x
f dengan D
f
xRx1
bersifat injektif(buktikan
f
suatu injeksi untuk latihan pembaca). Selanjutnya kita akan perolehFungsi Komposisi
Sering kita ingin mengkomposisikan dua buah fungsi dengan mencari
x
f
terlebih dahulu, kemudian menggunakan g untuk memperolehg
f
x
,akan tetapi hal ini bisa dilakukan bila
f
x
ada didalam domain g. Jadi kitaharus mengasumsikan bahwa
R
f
D
g
1.2.9. Definisi
Untuk fungsi
f
:
A
B
dang
:
B
C
, komposisig
f
adalah fungsi dari A ke C yang didefinisikan dengang
f
x
g
f
x
untuk setiap xA.1.2.10. Teorema
Bila
f
:
A
B
dang
:
B
C
fungsi dan H suatu subhimpunan dari C.Maka
f g
1 H
g1 f 1
H g1
f1
H
.1.2.11. Teorema
Bila
f
:
A
B
dang
:
B
C
keduanya bersifat injektif, makakomposisi
g
f
juga bersifat injektif.(Bukti teorema diberikan sebagai latihan bagi pembaca)
Barisan
Fungsi dengan Ν sebagai domain memainkan aturan yang sangat khusus dalam analisis, yang akan kita perkenalkan daalam konsep barisan berikut ini.
1.2.12. Definisi
Suatu barisan dalam himpunan S adalah suatu fungsi yang domannya himpunan bilangan asli Ν dan rangenya termuat di S.
Untuk barisan X :ΝS , nilai X di nΝ sering ditulis dengan
x
ndaripada
x
n , dan nilainya sering kita sebut suku ke-n
barisan tersebut. BarisanSebagai contoh, barisan di R yang dituliskan dengan
n
n
Ν
sama artinya dengan fungsi X :ΝR dengan X
n n.Penting sekali untuk membedakan antara barisan
xn nΝ
dengan nilainya
xn nΝ
, yang merupakan subhimpunan dari S. Suku barisan harusdipandang mempunyai urutan yang diinduksi dari urutan bilangan asli, sedangkan range dari barisan hanya merupakan subhimpunan dari S. Sebagai
contoh, suku-suku dari barisan
1
nn
Ν
berganti-ganti 1 dan 1, tetapi range dari barisan tersebut adalah
1
,
1
, memuat dua unsur dari RLatihan 1.2.
1. Misalkan AB
xR1 x1
dan subhimpunan R dari R , apakah himpunan ini fungsi?2. Misalkan
f
fungsi fungsi pada Ryang didefinisikan denganf
x
x
2, dan
1 0
x R x
E dan F
xR0 x1
tunjukkan bahwa
0
F
E
danf
E
F
0
. Sementara f
E f F
yR0 x1
.Disini
f
E
F
adalah subhimpunan sejati darif
E
f
F
. Apa yangterjadi bila 0 dibuang dari E dan F?
3. Bila E dan F seperti soal nomor 2. Tentukan E \F dan
f
E
\
f
F
dantunjukkan bahwa
f
E
\
F
f
E
\
f
F
salah!4. Tunjukkan bahwa bila
f
:
A
B
dan E ,F subhimpunan dari A, maka
E
F
f
E
f
F
f
danf
E
F
f
E
f
F
.5. Tunjukkan bila
f
:
A
B
, dan G , H subhimpunan dari B , maka
G
H
f
G
f
H
6. Misalkan
f
didefinisikan dengan
x
R
x
x
x
f
,
1
2 . Tunjukkan bahwa
f
bijektif dari R pada
y
:
1
y
1
.7. Untuk
a
,
b
R
dengan ab, tentukan bijeksi dari A
xa xb
pada
0 1
y y
B .
8. Tunjukkan bahwa bila
f
:
A
B
bersifat injektif dariE
A
, maka
f
E
E
f
1
. Berikan suatu contoh untuk menunjukkan kesamaan tidakdipenuhi bila
f
tidak injektif.9. Tunjukkan bahwa bila
f
:
A
B
bersifat surjektif, danH
B
, maka
f
H
H
f
1
. Berikan satu contoh untuk menunjukkan kesamaan tidak
dipenuhi bila
f
tidak surjektif.10. Buktikan bila
f
:
A
B
suatu injeksi, maka f 1
b,a a,b R
suatu fungsi dengan domainR
f
. Kemudian buktikan bahwaf
1 injektif danf
invers dari
f
1.11. Misalkan
f
:
A
B
injektif, tunjukkan bahwaf
1f
x
x
untuk setiap
f
D
x
danf
f
1
y
y
untuk setiapy
R
f
.12. Berikan contoh dua buah fungsi
f
:
A
B
,f
:
A
B
darif
:
A
B
padaB
A
f
:
sehinggaf
:
A
B
, tetapif
:
A
B
13. Buktikan teorema 1.2.10 dan 1.2.11
14. Misalkan
f ,
g
fungsi dang
f
x
x
untuk semuax
diD
f
. Tunjukkan bahwaf
injektif danR
f
D
f
danR
g
D
g
.15. Misalkan
f ,
g
fungsi dan dang
f
x
x
untuk semuax
diD
f
dan
y
g
1.3 INDUKSI MATEMATIKA
Induksi matematika merupakan metode pembuktian penting yang akan sering digunakan dalam buku ini. Metode ini digunakan untuk menguji kebenaran suatu pernyataan yang diberikan dalam suku-suku bilangan asli. Walaupun kegunaannya terbatas pada masalah tertentu, tetapi induksi matematika sangat dibutuhkan disemua cabang matematika. Karena banyak bukti induksi matematika sangat diperlukan disemua cabang matematika. Karena banyak bukti induksi mengikuti urutan formal argumen yang sama, kita akan sering menyebutkan “hasilnya mengikuti induksi matematika” dan meninggalkan bukti lengkapnya kepada pembaca. Dalam bagian ini kita akan membahas prinsip induksi matematika dan memberi beberapa contoh untuk mengilustrasikan bagaimana proses bukti induksi.
Kita akan mengasumsikan kebiasaan (pembaca) dengan himpunan bilangan asli
1
,
2
,
3
,...
Ν
Dengan operasi matematika penjumlahan dan perkalian seperti biasa dan dengan arti suatu bilangan kurang dari bilangan lain. Kita juga akan mengasumsikan sifat fundamental dari Ν berikut ini
1.3.1. Sifat urutan dengan baik di Ν
Setiap subhimpunan tak kosong dari Ν mempunyai unsur terkecil.
Pernyataan yang lebih detail dari sifat ini sebagai berikut: bila S sub himpunan dari Ν dan S , maka terdapat unsur mS sedemikian sehingga
k
m untuk setiap kS.
1.3.2. Prinsip Induksi Matematika
Misalkan S sub himpunan dari Ν yang mempunyai sifat: i. 1S
ii. Jika kS, maka k1S. Maka S Ν
Bukti:
Andaikan S Ν. Maka Ν\S . Karenanya berdasar sifat urutan dengan baik, maka Ν\S mempunyai unsur terkecil, sebut
m
. Karena 1S , maka m1. Karena itu m1 dengan m1 juga bilangan asli. Karena m1m danm
unsur terkecil di N \S, maka m1 haruslah di S.
Sekarang kita gunakan hipotesis (2) terhadap unsur k m1 di S, yang berakibat
k
1
m
1
1
m
di S . Kesimpulan ini kontradiksi dengan pernyataan bahwam
tidak di S . Karenam
diperoleh dengan pengandaianS
\
Ν tidak kosong, kita dipaksa pada kesimpulan bahwa Ν\S kosong. Karena itu kita telah buktikan bahwa S Ν.
Prinsip induksi matematika sering dinyatakan dalam kerangka sifat atay pernyataan tentang bilangan asli. Bila
P
n
berarti pernyataan tentang nΝ, makaP
n
benar untuk beberapa nilain
, tetapi belum tentu benar untuk yanglain. Sebagai contoh, bila
P
n
pernyataan “n
2
n
”, maka
P
1
benar,sementara
P
n
salah untuk semua n1, nN dalam konteks ini prinsip induksi matematika dapat dirumuskan sebagai berikut:Untuk setiap nΝ , misalkan
P
n
pernyataan tentangn
, misalkan bahwaa)
P
1
benarb) Jika
P
k
benar, makaP
k
1
benar.Maka
P
n
benar untuk semua nΝ.Dalam kaitannya dengan versi induksi matematika terdahulu yang
Dalam (b) asumsi “jika
P
k
benar” disebut hipotesis induksi. Disini, kitatidak memandang pada benar salahnya
P
k
, tetapi hanya pada validitasimplikasi “ jika
P
k
benar, makaP
k
1
benar”.1.3.3. Contoh
a. Untuk setiap nN, jumlah
n
pertama bilangan asli diberikan oleh
12 1 ...
2
1 n n n
Untuk membuktikan kesamaan ini, kita misalkan S himpunan nΝ , sehingga kesamaan tersebut benar. Kita harus membuktikan kondisi (1) dan (2) pada 1.3.2 dipenuhi.
i. Bila n1, maka kita mempunyai
.1.
1 1 21 1 :
1
P , jadi
P
1
benarii. Bila
P
k
kita asumsikan benar yakni
1. 2 1 ...
2
1 k k k
Bila kita tambahkan pada kedua ruas dengan
k
1
,maka menjadi:
.
1 12 1 1 ...
2
1 k k k k k
1
1
2
1
1
...
2
1
k
k
k
k
2
12 1 1 ...
2
1 k k k k
1 2
2 1 1 ...
2
1 k k k k
1
1 1
2 1 1 ...
2
1 k k k k
Dari persamaan terakhir kita ketahui bahwa karena
P
k
berimplikasi padab. Untuk setiap nΝ, jumlah kuadrat dari
n
bilangan pertama asli adalah sebagai berikut:
6 1 2 1 ... 212 2 n2 nn n
Untuk membuktikan formula diatas, maka pertama-tama kita buktikan kebenaran formula diatas untuk n1, selanjutnya jika benar untuk nk, maka akan dibuktikan benar pula untuk
n
k
1
i. Bila n1, maka kita mempunyai
1 6 6 6 1 1 . 2 1 1 1 1 :1
P , jadi
1
P
benarii. Bila
P
k
kita asumsikan benar yakni
6 1 2 1 ... 212 2 k2 k k k
Bila kita tambahkan pada kedua ruas dengan
k12,maka menjadi:
2
22 2 2 1 6 1 2 1 1 ... 2
1 k k k k k k
1
6
1
2
1
1
...
2
1
2 2k
2k
2k
k
k
k
6
6
6
1
2
1
1
...
2
1
2 2k
2k
2k
k
k
k
6 6 6 2 1 1 ... 2 1 2 2 2 22 k k k
k k k
6 6 7 2 1 1 ... 2 1 2 2 2 22 k k
k k k
6 6 7 2 1 1 ... 2 1 2 2 2 22 k k
k k k
6
3
2
2
1
1
...
2
1
2 2k
2k
2k
k
k
6
1
1
2
1
1
1
1
...
2
Hasil terakhir memiliki arti bahwa
P
k
1
bernilai benar sebagai implikasidari
P
k
yang bernilai benar, mengikuti induksi matematika, maka validitasformula diatas berlaku untuk setiap nΝ
c. Diberikan
a,
b
, kita akan buktikan pernyataan
a
b
adalah faktor darin n
b
a
untuk setiap nΝ.Pertama-tama kita akan melihat untuk n1, maka kita ketahui bahwa pernyataan matematika bernilai benar karena
a
b
adalah faktor dari
a
1
b
1
a
b
.Selanjutnya asumsikan bahwa pernyataan juga bernilai benar untuk nk, sehingga
a
b
adalah faktor dari
a
k
b
k
.Selanjutnya perhatikan bahwa:
1 1
1 1
k k k k k kb
ab
ab
a
b
a
a
k1
b
k1
a
a
k
b
k
b
k
a
b
Berdasarkan hipotesis maka kita ketahui bahwa
a
b
faktor daria
a
k
b
k
,selain itu kita ketahui bahwa
a
b
adalah faktor darib
k
a
b
, sehinggadari sini kita simpulkan bahwa
a
b
adalah faktor dari
a
k1
b
k1
. Denganinduksi matematika dapat kita simpulkan bahwa
a
b
adalah faktor dari
n n
b
a
untuk setiap nΝd. Untuk setiap nΝ buktikanlah bahwa ketaksamaan berikut benar
1
!
2
n
n
Untuk membuktikan, pertama kita lihat untuk n1 yakni
2
1
1
1
!
2
bernilai benar.
Selanjutnya kita asumsikan bahwa
2
k
k
1
!
. Dengan menggunakan fakta2
2k , diperoleh:
1
!
2
.
1
!
2
!
1
1
!
2
2
.
2
Jadi, bila ketaksamaan tersebut berlaku untuk k, maka berlaku pula untuk
1
k . Karenanya dengan induksi matematika, kita simpulkan bahwa ketaksamaan tersebut benar untuk setiap nΝ.
e. Bila rR, r1 dan nΝ, maka
r
r
r
r
r
n n
1
1
...
1
1 2Ini merupakan jumlah
n
suku deret geometri. Untuk membuktikan kesamaandiatas, kita misalkan n1, maka kita mempunyai
r
r
r
1
1
1
2, jadi formula
diatas benar untuk n1. Selanjutnya kita asumsikan benar untuk nk ,
sehingga
r
r
r
r
r
k k
1
1
...
1
1 2benar. Selanjutnya pada kedua ruas
kita tambahkan
r
k1, sehingga menjadi:1 1 1 2
1
1
...
1
k k k kr
r
r
r
r
r
r
r
r
r
r
r
r
r
r
r
r
r
r
r
r
r
r
k k k k k k k k
1
1
1
1
1
1
1
1
1
...
1
2 2 1 1 1 1 1 2 r
r
r
r
r
r
k k k
1
1
...
1
1 1 1 2Hasil terakhir memiliki arti formula tersebut juga berlaku untuk nk1, sehingga mengikuti prinsip induksi matematika, maka formula tersebut benar untuk setiap nΝ.
Pada sekolah menengah kita sudah diajarkan membuktikan kesamaan diatas tanpa menggunakan induksi matematika yakni:
Misalkan Sn 1rr2 ...rn
, maka 2 ... n n1
n r r r r
rS ,
2
2 1
... ...
1
n n n
n
n rS r r r r r r r
S
11 1r Sn rn
f. Penggunaan prinsip induksi matematika secara ceroboh dapat menghasilkan kesimpulan yang salah. Pembaca diharapkan mencari kesalahan pada “Bukti Teorema” berikut.
Bila
n
sebarang bilangan asli dan bila maksimum dari dua bilangan asli p dan q adalahn
, maka pq. (akibatnya bila p dan q dua bilangan asli sebarang, maka pq).Bukti:
Misalkan S sub himpunan dari bilangan asli sehingga pernyataan tersebut benar. maka 1S, karena p,q di Ν dan maksimumnya 1. Maka maksimum
1
p
danq
1
adalah k, karenanyap
1
q
1
, karena kS , dari sini kita simpulkan pq. Jadi
k
1
S
dan kita simpulkan bahwa pernyataan tersebut benar untuk setiap nΝ.g. Terdapat juga beberapa pernyataan yang benar untuk beberapa bilangan asli, tetapi tidak untuk semua. Sebagai contoh formula
P
n
n
2
n
41
memberikan bilangan prima untuk
n
1
,
2
,
3
,...,
41
. Tetapi,P
1
bukan bilangan prima.Prinsip induksi matematika memiliki bentuk dalam versi lain yang kadang-kadang sangat berguna. Sering disebut prinsip induksi kuat, walaupun sebenarnya ekivalen dengan versi terdahulu.
1.3.4. Prinsip Induksi Kuat.
Misalkan S sub himpunan Ν sedemikian hingga 1S, dan bila
1
,
2
,...,
k
S
maka
k
1
S
. Maka S Ν.Latihan 1.3.
Buktikan bahwa yang berikut ini berlaku untuk semua nΝ
1.
1
1
1
...
3
.
2
1
2
.
1
1
n
n
n
n
2.
2 3 3 3 1 2 1 ... 2 1
n n n
3.
2 1 1 ... 3 2
12 2 n1 n n
4.
n
3
5
n
dapat dibagi 65.
5
2n
1
dapat dibagi 86.
5
n
4
n
1
dapat dibagi 16.7. Buktikan bahwa jumlah pangkat tiga dari bilangan asli berurutan,
2
,
1
,
n
n
n
habis dibagi 9.8. Buktikan bahwa
n
2
n untuk semua nΝ9. Tentukan suatu formula untuk jumlah
2
1
2
1
1
...
5
.
3
1
3
.
1
1
n
n
Dan buktikan dugaan tersebut dengan menggunakan induksi matematika. (dugaan terhadap pernyataan matematika, sebelum dibuktikan sering disebut
“Conjecture”)
10. Tentukan suatu formula untuk jumlah
n
buah bilangan ganjil pertama
2
1
...
3
1
n
11. Buktikan variasi dari 1.3.2 berikut: misalkan S subhimpunan tak kosong dari
Ν sedemikian sehingga untuk suatu
n
0
Ν
berlaku (a)n
0
S
, dan (b) bila0
k dan kS, maka k1S. Maka S memuat himpunan
nΝnn0
.12. Buktikan bahwa
2
n
n
!
Untuk setiap n4, nΝ (lihat latihan 11).13. Buktikan bahwa
2
n
3
2
n2 untuk setiap n5, nΝ (lihat latihan 11). 14. Untuk bilangan asli yang manan
2
2
n ? Buktikan pernyataanmu (lihatlatihan 11)
15. Buktikan bahwa
n
n
...
1
2
1
1
1
untuk setiap nΝ.
16. Misalkan S sub himpunan dari N sedemikian sehingga (a) k
S
2
untuk setiap kN , dan (b) bila kS , dan k2 , maka k1S . BuktikanΝ
S .
17. Misalkan barisan
x
n didefinisikan sebagai berikut:x
1
1
,x
2
2
, dan
n n
n x x
x 2 1 2
1
untuk nN. Gunakan prinsip induksi kuat 1.3.4. untuk
BAB II
HIMPUNAN BILANGAN REAL
ab ini menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dengan sistem bilangan real sebagai suatu sistem matematika yang memiliki sifat-sifat sebagai suatu lapangan yang terurut dan lengkap. Yang dimaksud dengan sistem bilangan real sebagai suatu lapangan di sini adalah bahwa pada himpunan semua bilangan real R yang dilengkapi dengan operasi penjumlahan dan perkalian berlaku sifat-sifat aljabar dari lapangan. Sifat terurut dari R berkaitan dengan konsep kepositifan dan ketidaksamaan antara dua bilangan real, sedangkan sifatnya yang lengkap berkaitan dengan konsep supremum atau batas atas terkecil. Teorema-teorema dasar dalam kalkulus elementer, seperti Teorema Eksistensi Titik Maksimum dan Minimum, Teorema Nilai Tengah, Teorema Rolle, Teorema Nilai Rata-Rata, dan sebagainya, didasarkan atas sifat kelengkapan dariRini. Sifat ini berkaitan erat dengan konsep limit dan kekontinuan. Dapat dikatakan bahwa sifat kelengkapan dari R
mempunyai peran yang sangat besar di dalam analisis real.
Bab ini terdiri dari beberapa sub bab. Sub bab 2.1 membahas sifat lapangan dari
R. Sub bab 2.2 menjelaskan sifat terurut dari R, dan di dalamnya dibahas juga tentang konsep nilai mutlak. Pada sub bab 2.3 didiskusikan tentang sifat kelengkapan dari R. Pada sub bab ini dibahas mengenai sifat Archimedean dan sifat kerapatan dari himpunan bilangan rasional. Selanjutnya, sub bab 2.4, menjelaskan tentang interval, sebagai suatu himpunan bagian dari R yang dikonstruksi berdasarkan sifat terurut dari R . Yang terakhir, sub bab 2.5 membahas tentang representasi desimal dari bilangan real. Pada sub bab ini, juga dipaparkan bagaimana membuktikan Teorema Cantor dengan menggunakan konsep representasi desimal dari bilangan real ini. Teorema Cantor mengatakan bahwa himpunan R merupakan himpunan yang tak terhitung (uncountable).
2.1 Sifat Aljabar dari R
Sifat 2.1 (Sifat Aljabar dari R ). Pada himpunan bilangan real R yang dilengkapi operasi penjumlahan (
) dan operasi perkalian () berlaku sifat-sifat, terhadap operasi penjumlahan :T1. a b b a untuk setiap
a,
b
R
T2.
a b
c a
b c
untuk setiapa ,
,
b
c
R
T3. Terdapat elemen 0R sedemikian sehingga 0 a a 0 a untuk setiap
R
a
T4. Terdapat elemen aR sedemikian sehingga a a a
a 0 untuk setiap aRterhadap operasi perkalian :
K1. a b b a untuk setiap
a,
b
R
K2.
a b c a b c
untuk setiapa ,
,
b
c
R
K3. Terdapat elemen 1R sedemikian sehingga 1 a a 1 a untuk setiap
a
K4. Terdapat elemen 1/aR sedemikian sehingga
1/a a a
1/a 1untuk setiap aR, dan
D. a b
c
a b a c dan
b c
a b a c a untuk setiapa ,
,
b
c
R
.Terkait dengan elemen identitas 0 (terhadap operasi penjumlahan) dan 1 (terhadap operasi perkalian), kita memiliki fakta bahwa kedua elemen ini merupakan elemen yang unik atau tunggal. Selain itu, perkalian setiap elemen di
R dengan elemen 0 hasilnya adalah 0. Fakta-fakta ini, secara formal matematis, dapat direpresentasikan dalam teorema berikut ini.
Teorema 2.2.
a. Jika
z,
a
R
danz
a
a
maka z0.b. Jika u b b dengan
u,
b
R
dan b0 maka u1.c. a 0 0 untuk setiap aR. Bukti.
a. Berdasarkan sifat T3, T4, T2, dan hipotesis
z
a
a
,
0 0
z z z a a z a a a a . b. Berdasarkan sifat K1, K2, K3, dan hipotesis u b b, b0,
1 1/ 1/ 1/ 1
u u u b b u b b b b . c. Berdasarkan sifat K3, D, dan T3,
0 1 0 1 0 1
a a a a a a a.
Berdasarkan a., diperoleh bahwa a 0 0. ■
Selain fakta di atas, kita juga memiliki fakta berikut ini.
Teorema 2.3.
a. Jika
a,
b
R
, a0, dan a b 1 maka b1/a. b. Jika a b 0 maka a0 atau b0.Bukti.
a. Berdasarkan sifat K3, K4, K2, dan hipotesis a0, dan a b 1,
1 1/ 1/ 1 1/ 1/
b b b a a b a a a a.
b. Andaikan a0 dan b0 . Akibatnya,
a b
1/ a b
1. Berdasarkan hipotesis, yaitu a b 0, dan Teorema 2.2.c., kita memiliki bahwaTerjadi kontradiksi di sini, yaitu antara pernyataan
a b
1/ a b
1 dan
a b
1/ a b
0. Dengan demikian, haruslah bahwa a0 atau b0.■Teorema 2.3.a. mengatakan bahwa eksistensi invers dari suatu elemen di R
adalah unik. Sedangkan Teorema 2.3.b. mengandung arti bahwa perkalian dua elemen tak nol di R tidaklah mungkin menghasilkan elemen nol.
Di dalam himpunan bilangan real R dikenal pula operasi lain, yaitu operasi pengurangan () dan pembagian (
:
). Jikaa,
b
R
maka operasi pengurangan didefinisikan dengan a b : a
b sedangkan operasi pembagian didefinisikan dengan a b: : a
1/b , b0.2.2 SIFAT TERURUT DARI R
Seperti yang telah disinggung pada pendahuluan bab ini, sifat terurut dari R
berkaitan dengan konsep kepositifan dan ketidaksamaan antara dua bilangan real. Seperti apa kedua konsep tersebut? Di sini, kita akan membahasnya. Terlebih dahulu kita akan membahas konsep kepositifannya.
Sifat 2.4 (Sifat Kepositifan). Terdapat himpunan bagian tak kosong dari R, yang dinamakan himpunan bilangan real positif
R
, yang memenuhi sifat-sifat :a. Jika
a,
b
R
makaa
b
R
.b. Jika
a,
b
R
makaa
b
R
.c. Jika aR maka salah satu diantara tiga hal, yaitu
a
R
, a0, dan
a
R
, pasti terpenuhi.Sifat 2.4.c. disebut juga sebagai sifat Trichotomy. Sifat ini mengatakan bahwa R
dibangun oleh tiga buah himpunan yang disjoin. Tiga buah himpunan tersebut
bisa juga dituliskan dengan
R
. Jikaa
R
maka a0 dana
dikatakan sebagai bilangan real positif. Jikaa
R
0
maka a0 dana
dikatakan sebagai bilangan real nonnegatif. Jikaa
R
maka a0 dana
dikatakan sebagai bilangan real negatif. Jikaa
R
0
maka a0 dana
dikatakan sebagai bilangan real nonpositif.Penjumlahan k buah suku elemen 1 menghasilkan bilangan k . Himpunan bilangan k yang dikonstruksi dengan cara demikian disebut sebagai himpunan bilangan asli, dinotasikan dengan N. Himpunan N ini merupakan himpunan
bagian dari himpunan
R
. Himpunan ini memiliki sifat fundamental, yakni bahwa setiap himpunan bagian tak kosong dari N memiliki elemen terkecil. Sifat yang demikian disebut sebagai sifat well-ordering dari N.