SKRIPSI
Oleh :
FEBIASTRI SUPRABA KHAMID
NPM. 0643010216
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Proposal dengan judul “SIKAP PEMBACA TENTANG PEMBERITAAN CIPTAKAN KAMPUNG AMAN DI HARIAN JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pembaca Harian Jawa Pos Tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman)”
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih pada
semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan Proposal ini,antara lain:
1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan selaku
pembimbing utama
2. Bapak Juwito, S.Sos, MSi Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.
3. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, MSi Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi
dan seluruh dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.
4. Bapak Zainal Abidin, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing utama.
5. Mama, papa terima kasih atas semua dukungan baik moril dan materiil
6. Moh. Iffan Wicaksono Judodihardjo makasih banget buat semuanya.
7. Buat Mbak Mega (Meme) thanks ya buat bantuannya.
8. Buat teman seperjuangan, Mbak Binyok dan Septian (Pencenk), mas Dedy
tatto, mas Andika, mas Reno, mas Anton terimakasih bantuannya dan
ii
9. Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang secara
langsung telah banyak membantu dalam penyusunan Proposal ini.
Penulis menyadari bahwa Proposal ini masih jauh dari kesempurnaan,
karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun
demi kesempurnaan Proposal ini. Dan penulis berharap agar Proposal ini
bermanfaat bagi semua pihak.
Surabaya,
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI …… ... v
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... ABSTRAKSI ... BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Kegunaan Penelitian ... 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 8
2.1. Landasan Teori ... 8
2.1.1. Pengertian Sikap ... 8
2.1.2. Pembaca Sebagai Khalayak Media Massa ... 11
2.1.3. Program Ciptakan Kampung Aman ... 12
2.2. Surat Kabar ... 13
2.2.1. Definisi Surat Kabar ... 13
iv
2.2.3. Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial ... 17
2.3. Teori S-O-R ... 19
2.4. Kerangka Berpikir ... 21
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operaisonal ... 24
3.1.1. Sikap dan Pengukurannya ... 25
3.1.2. Pembaca Jawa Pos ... 29
3.1.3. Berita Ciptakan Kampung Aman ... 30
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 32
3.2.1. Populasi ... 32
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 33
3.3. Sumber dan Jenis Data ... 34
3.3.1. Sumber Data ... 34
3.3.2. Jenis Data ... 35
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 36
3.5. Metode Analisis Data ... 36
3.6. Analisis Deskriptif ... 38
BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 39
4.1.1. Gambaran Umum Jawa Pos ……….……….. 39
4.1.2. Berita Ciptakan Kampung Aman ……….….. 45
4.2. Penyajian Data dan Analisis Data ………... 47
v
4.2.1.1. Usia Responden ……….………… 48
4.2.1.2. Jenis Kelamin Responden ……….……… 50
4.2.1.3. Pendidikan terakhir responden ………… 50
4.2.1.4. Pekerjaan Responden ………….……….. 51
4.3. Deskripsi Subyek ……… 52
4.3.1. Aspek Kognitif ... 52
4.3.1.1. Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman
di Harian Jawa Pos Membuat Masyarakat
akan Pentingnya Menjaga Keamanan
Lingkungan ……….………. 53
4.3.1.2. Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman
di Jawa Pos dDapat Diketahui Adanya
Roadshow di Beberapa
Kecamatan ………..………….. 55
4.3.1.3. Pemberitaan Ciptakan Kampung
Aman di Harian Jawa Pos Dapat Diketahui
Bahwa Kegiatan Ini Lebih Menfokuskan
Pada Sistem – sistem Keamanan ... . 56
4.3.1.4. Pemberitaan Kampung Aman
di Harian Jawa Pos Dapat Membawa
Positif Bagi Kondisi Keamanan
Lingkungan Saat ini ... 57
vi
Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman
di Harian Jawa Pos ……….…….……….. 58
4.3.2. Aspek Afektif ………….……….. 59
4.3.2.1. Sikap Responden Senang Pihak Pemkot
dan Polrestabes Surabaya Mengkampanyekan
Program Ciptakan Kampung Aman …….. 60
4.3.2.2. Sikap Responden Senang dengan Program
Pos Kamling dengan Sistem Sentralisasi
di Lingkungan Rumah Tangga …………... 61
4.3.2.3. Sikap Responden Merasa Nyaman dengan
Adanya Program Pos Kamling di Lingkungan
Sekitar ………. 62
4.3.2.4. Sikap Responden Merasa Senang dengan
Pemanfaatan Program Keamanan
yang ada di Lingkungan Tempat Tinggal
pada Program Ciptakan Kampung Aman … 64
4.3.2.5. Sikap Responden Merasa Senang dengan
Kebiasaan Warga Dalam Menjaga
Keamanan Lingkungan ……… 65
4.3.2.6. Sikap Responden Merasa Nyaman Bila
Pengelolahan Keamanan Lingkungan
Dapat Ditangani dengan Baik ……….……. 67
vii
Pembuatan Spanduk dan Banner Kamtibnas
di Lingkungan Tempat Tinggal …..……… 68
4.3.2.8. Aspek Afektif Pembaca Tentang
Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman
di Harian Jawa Pos ………. 70
4.3.3. Aspek Konatif ………...… 71
4.3.3.1. Sikap Responden akan Mengadakan
Program Siskamling di Lingkungan
Tempat Tinggal ………..… 72
4.3.3.2. Sikap Responden akan Mengelolah Pos
Kamling Sedemikian Rupa Agar Dapat
Bermanfaat Bagi Keamanan
Lingkungan ... 73
4.3.3.3. eSikap Responden akan Membiasakan
diri Menjaga Keamanan Lingkungan …… 75
4.3.3.4. Sikap Responden akan Ikut Serta Dalam
Program Pos Kamling dan Program-program
Keamanan lainnya ………..… 76
4.3.3.5. Sikap Responden Akan Mensosialisasikan
Program Pos Kamling Kepada Warga …… 77
4.3.3.6. Sikap Responden akan Memanfaatkan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
viii
Sekuriti dalam Menjaga Keamanan …….. 79
4.3.3.7. Sikap Responden akan Membuat Spanduk dan Banner Kamtibnas di Lingkungan Tempat Tinggal agar Warga Tetap Waspada ……….. 80
4.3.3.8. Sikap Konatif Pembaca Tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman ………...… 81
4.4. Sikap Pembaca Tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa Pos ………. 82
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ………. 86
5.2. Saran ………...… 87
DAFTAR PUSTAK ... 89
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. : Usia Responden ... 49
Tabel 2. : Jenis Kelamin Responden ……….. 50
Tabel 3 : Pendidikan Terakhir Responden ... 51
Tabel 4 : Pekerjaan Responden ... 51
Tabel 5 : Masyarakat Tahu akan Pentingnya Menjaga Keamanan dan Ketertiban ... 54
tabel 6 : Masyarakat Tahu akan Pentingnya Menjaga Keamanan dan Ketertiban Lingkungan ... 55
Tabel 7 : Pemberitaan CKA Dapat Diketahui Bahw Kegiatan ini Lebih Menfokuskan pads Sistem-sistem Keamanan ... 56
Tabel 8 : Pemberitaan CKA di harian Jawa Pos dapat Membawa Positif bagi Kondisi Keamanan Lingkungan Saat ini ... 57
Tabel 9 : Aspek Kognitif Pembaca Tentang Pemberitaan CKA di Harian Jawa Pos ... 58
tabel 10 : Responden Senang Pihak Pemkot dan Polrestabes Surabaya Mengkampanyekan program CKA ... 60
Tabel 11 : Responden Senang dengan Program Pos Kamling dengan Sistem Sentralisasi di Lingkungan Rumah Tangga ... 61
x
Tabel 13 : Responden Merasa Senang dengan Pemanfaatan
Program-program Keamanan Pada Program CKA ... 64
Tabel 14 : Responden Merasa Senang dengan Kebiasaan Warga
Dalam Menjaga Keamanan Lingkungan ... 66
Tabel 15 : Responden Merasa Nyaman Bila Pengelolahan Keamanan
Lingkungan dapat Ditangani dengan Baik ... 67
Tabel 16 : Responden Merasa Nyaman dengan Pembuatan Spanduk
Dan Banner Kamtibnas di Lingkungan Tempat Tinggal ... 69
Tabel 17 : Aspek Afektif Pembaca Tentang Pemberitaan CKA di
Harian Jawa Pos ... 70
Tabel 18 : Responden akan Mengadakan Program Siskamling di
Lingkungan Tempat Tinggal ... 72
Tabel 19 : Responden akan Mengelolah Pos Kamling Sedemikian
Rupa Agar dapat Bermanfaat bagi Keamanan Lingkungan ... 74
Tabel 20 : Responden akan Membiasakan Diri Menjaga Keamanan
Lingkungan ... 75
Tabel 21 : Responden akan Ikut Serta Dalam Program Pos Kamling
dan Program Keamanan Lainnya ... 76
Tabel 22 : Responden akan Mensosialisasikan Program Pos Kamling
Kepada Warga ... 78
Tabel 23 : Responden akan Memanfaatkan IPTEK terutama Internet
untuk Menambah Referensi Sekuriti Dalam Menjaga
xi
Tabel 24 : Responden akan Membuat Spanduk dan Banner
Kamtibnas di Lingkungan Tempat Tinggal agar
Warga Tetap Waspada ... 80
Tabel 25 : Aspek Konatif Pembaca Tentang Pemberitaan CKA
di Harian Jawa Pos ... 81
Tabel 26 : Sikap Pembaca Tentang Pemberitaan CKA
di Harian Jawa Pos ... 84
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuisioner ... 40
Lampiran 2. Kliping Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Surat
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Teori S-O-R ... 20 Gambar 2.2. Kerangka Berpikir ... 22
Gambar 3.1. Banner Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Surat
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuisioner ... 40
Lampiran 2. Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa
Pos Tanggal 14 Juni 2010 ... 96
Lampiran 3. Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa
Pos Tanggal 5 Juli 2010 ... 97
Lampiran 4. Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa
Pos Tanggal 10 Juli 2010 ... 98
Lampiran 5. Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa
Pos Tanggal 12 Juli 2010 ... 99
Lampiran 6. Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa
Pos Tanggal 19 Juli 2010 ... 100
Lampiran 7. Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa
Pos Tanggal 24 Juli 2010 ... 101
Lampiran 8. Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa
Pos Tanggal 28 Juli 2010 ... 102
Lampiran 9. Aspek Kognitif Sikap Pembaca Tentang Pemberitaan
CKA di Harian Jawa Pos... 103
Lampiran 10. Aspek Afektif Sikap Pembaca Tentang Pemberitaan
CKA di Harian Jawa Pos... 106
Lampiran 11. Aspek Konatif Sikap Pembaca Tentang Pemberitaan
CKA di Harian Jawa Pos... 109
Lampiran 12. Rekapitulasi Jawaban Pembaca Tentang Sikap Pembaca
xvi
(Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pembaca Tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa Pos).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap pembaca terhadap pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa Pos yang mengulas bagaimana sikap masyarakat setelah membaca pemberitaan tersebut dan adanya program-program keamanan yang dapat dimanfaatkan oleh pembaca dalam menjaga keamanan lingkungan.
Landasan teori yang dipakai, diantaranya adalah pengertian sikap, pembaca sebagai khalayak media massa, surat kabar sebagai media komunikasi massa, surat kabar sebagai kontrol sosial, dan teori SOR (Stimulus, Organisme, dan Response)
Metode penelitian yang dipakai adalah menggunakan metode deskriptif, dengan satu variable. Populasi dalam penelitian ini adalah pembaca Jawa Pos yang berusia 17 – 40 tahun, berdomisili di Surabaya, memiliki KTP Surabaya, dan tinggal di daerah-daerah yang dimuat dalam pemberitaan Ciptakan Kampung Aman. Teknik penarikan sampel dengan menggunakan metode Purposive Sampling dengan kriteria responden pembaca Jawa Pos yang telah berusia 17 – 40 tahun, berdomisili di Surabaya, memiliki KTP Surabaya, dan tinggal di daerah-daerah yang dimuat dalam pemberitaan Ciptakan Kampung Aman. Penelitian ini melibatkan 100 responden.
Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa sikap pembaca tentang pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Harian Jawa Pos adalah positif. Hal ini disebabkan karena tingginya angka kejahatan dan kriminalitas yang terjadi di Surabaya sehingga menuntut masyarakat untuk menjaga lingkungan tempat tinggalnya dan selalu waspada.
xvii
Kampung Aman in Jawa Pos Daily Newspaper that reviews how public attitudes after reading the news and the security programs that can be utilized by the reader in maintaining environmental safety.
The foundation of the theory is used, such as understanding the attitude, the reader as the audience of mass media, newspapers as a medium of mass communication, newspapers as social control, and the theory of SOR (Stimulus, Organism, and Response)
The research method used is descriptive method, with one variable. The population in this study is Jawa Pos readers aged 17-40 years, based in Surabaya, Surabaya have ID cards, and live in areas that appeared in the news Ciptakan Kampung Aman. The sampling technique using purposive sampling method with criteria respondents Jawa Pos readers who have been aged 17-40 years, based in Surabaya, Surabaya have ID cards, and live in areas that appeared in the news Ciptakan Kampung Aman. The study involved 100 respondents.
From this study showed that attitudes about the news reader on the Ciptakan Kampung Aman in Jawa Pos Daily Newspaper is positive. This is due to high rates of crime and criminality that occurred in Surabaya, so that the public demands to preserve the neighborhood and always vigilant
1 1.1. Latar Belakang Masalah
Keberadaan media massa pada saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari,media massa tersebut bisa berupa surat kabar, majalah, televisi, radio dan film. Media massa menyajikan
berbagai realitas kehidupan dalam bentuk informasi kepada masyarakat. Munculnya kesadaran tentang arti dan nilai dari informasi membuat masyarakat
tidak dapat melepaskan diri dari informasi yang sisajikan oleh media massa. (Sobur, 2004:162)
Media massa memiliki peran sangat penting dan peran yang cukup besar
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan karena media massa merupakan salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan akan informasi.
Informasi itu sendiri disajikan secara benar yang terjadi didalam hidup manusia, antara manusia dan media massa keduanya saling membutuhkan media massa untuk memenuhi kebutuhannya akan informasi dengan mengkonsumsi
berita-berita yang disajikan oleh media massa tersebut.
Dalam perkembangannya media massa dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu media cetak yang disebut sebagai pers dalam arti sempit dan media elektronik serta media komunikasi lainnya yang disebut sebagai pers dalam arti luas. Media cetak seperti surat kabar saat ini menjadi bagian yang tak terpisahkan
media elektronik. Oleh karena itu media massa sering digunakan sebagai alat mentransformasikan informasi kearah masyarakat atau mentransformasikan
informasi diantara masyarakat itu sendiri.
Beberapa kelebihan dari surat kabar diantaranya yaitu bisa disimpan lebih
lama atau di ulang dan jelas berbeda dengan media elektronik yang hanya bisa menginformasikan sepintas dan membutuhkan perhatian dari komunikan untuk bisa memahami isi dan pesan. Pada saat ini surat kabar bukan hanya sekedar
untuk mengetahui suatu peristiwa, mengetahui kejadian yang sedang terjadi, memberikan informasi yang akurat mengenai perkembangan suatu pengetahuan,
selain itu masyarakat luas berharap agar surat kabar dapat berfungsi sebagai mediasi yaitu sebagai pengaruh atau penghubung dalam menyelesaikan atau memecahkan suatu masalah.
Pers sebagai lembaga kemasyarakatan yang bergerak dibidang pengumpulan dan penyebaran informasi mempunyai misi ikut mencerdaskan
masyarakat. Selama melaksanakan tugasnya, pers terkait dengan tata nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Untuk itulah, Pers sebagai lembaga kemasyrakatan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi
masyarakatnya. (Djuroto, 2002:8)
Tidak dapat dipungkiri bahwa Pers termasuk media massa yang amat
sebagai alat kontrol dalam membatasi kekuasaan, memberdayakan yang yang tertindas dari tindakan anarkhis (Suroso, 2001:176).
Meskipun peranan Pers ditengah-tengah mayarakat mempunyai “otonomi” bukan berarti ia mempunyai eksistensi yang mandiri. Intensitas Pers ditengah
masyarakat diperlukan oleh masyarakat itu sendiri. Karena kehidupan pers itu ada keterikatan organisator dengan lembaga-lembaga atau anggota masyarakat itu sendiri.
Surat kabar tanpa adanya berita yang faktual mungkin akan ditinggalkan oleh masyarakat dan berpaling ke media massa lainnya. Muatan berita disurat
kabar sekitar 60-70% (Koesworo, Margantoro, Viko, 1994:72). Surat kabar cukup mudah didapatkan dan didokumentasi sebagai referensi pencarian informasi sehingga beritanya menjadi muatan yang sangat penting bagi media cetak.
Surat kabar sebagai bagian dari media massa dapat menjadi instrument untuk mempengaruhi kesadaran masyarakat. Sesuatu yang sebenarnya tidak
berarti, dapat menjadi berita melalui penciptaan berbagai cerita dan data-data yang disajikan oleh media massa, sekalipun data tersebut hanya merupakan rekaan-rekaan imajiner dari sang penulis berita atau sumber berita. Hal ini sering
terjadi ditengah masyarakat yang masih kuat dihinggapi budaya isu dan intrik, dimana berita yang dianggap masyarakat yang masih kuat dihinggapi budaya isu
dan intrik, dimana berita yang dianggap sebagai kenyataan dan kebenaran tanpa reserve. Pada intinya berita-berita yang ada dalam sebuah surat kabar bisa mengarahkan pada kesadaran masyarakat (Winarko dalam Sugiharto, 2002:1).
karena Jawa Pos merupakan surat kabar yang mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan kota Surabaya, selain itu Jawa Pos merupakan surat kabar
yang memiliki oplah besar diantara oplah surat kabar lain yang ada di Indonesia. Oleh karena itu pada bulan Juni – Juli 2010 Jawa Pos bersama Pemerintah
kota Surabaya dan Polwiltabes Surabaya punya kegiatan untuk keamanan. Namanya Ciptakan Kampung Aman (CKA). Inti dari program ini adalah mengajak warga Surabaya untuk peduli menjaga keamanan lingkungan dari
berbagai macam tindak kriminalitas. Peduli disini tidak hanya cukup dengan kata – kata, tetapi harus dengan tindakan konkret meski itu dimulai dari tindakan kecil.
Hal ini dirasakan sangat bagus dimana media massa dalam hal ini surat kabar Jawa Pos disamping menyebarkan pesan juga berfungsi sebagai control social agar dampak yang dihasilkan menjadi positif dan direspon oleh masyarakat
Surabaya.
Peniliti mengambil penelitian sikap pembaca Jawa Pos tentang
Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman dikarenakan ketertarikan peneliti terhadap banyaknya masyarakat yang kurang peduli terhadap keamanan lingkungan. Masyarakat cenderung mengabaikan keamanan di lingkungan sekitar
tempat tinggalnya. Masyarakat juga cenderung egois, dengan alasan kesibukan bekerja dan memilih menyerahkan kepada pihak-pihak tertentu. ini dapat
keamanan di lingkungan tempat tinggalnya untuk mencegah terjadinya tindak kriminalitas.
Menurut Kepala Satuan Pembinaan Masyarakat (Kasatbinmas) Polrestabes Surabaya AKBP Sri Setyo Rahayu bahwa dalam enam bulan terakhir terjadi 4.270
kasus kriminalitas, padahal, enam bulan sebelumnya tercatat 7.359 kasus. Ada penurunan sekitar 50 persen. Selain itu kinerja polisi patut diacungi jempol, selama enam bulan terakhir berhasil mengungkap 5.614 kasus, padahal enam
bulan sebelumnya polisi hanya mengungkap 3.159 kasus. (Jawa Pos, 5 Juli 2010). Permasalahan yang ingin diteliti adalah seluruh aspek baik itu kognitif,
afektif maupun konatif yang mana masing-masing akan diuraikan seperti aspek kognitif adalah mengukur seberapa paham pengetahuan masyarakat khususnya pembaca tentang program Ciptakan Kampung Aman, aspek afektif mengukur
bagaimana perasaan pembaca dengan adanya program ini mulai dari masing-masing poin sedangkan aspek konatif mengukur sejauh mana pembaca mau
melakukan program tersebut secara berkelanjutan kontinyu di lingkungan mereka. Program Ciptakan Kampung Aman adalah program yang meliputi bagaimana warga bekerjasama dalam mengelolah kegiatan untuk menciptakan
lingkungan yang aman dan bebas dari tindak kriminalitas. Kali ini pihak Jawa Pos yang bekerjasama dengan Pemerintah kota Surabaya dan Polwiltabes kota
Kesadaran masyarakat sangat dibutuhkan bagi terciptanya Surabaya yang aman dari semua tindak kriminalitas, dan kesadaran tersebut akan tumbuh bila ada
pengetahuan yang baik terhadap keamanan lingkungan khususnya lingkungan Surabaya. Sehingga pada akhirnya masyarakat Surabaya diharapkan dapat
berperan serta aktif dalam melakukan kepedulian keamanan lingkungan. Dan dengan adanya fenomena penggunaan surat kabar Jawa Pos bagi khalayak pembaca tentang informasi program Ciptakan Kampung Aman yang ditujukan
bagi masyarakat Surabaya, maka peneliti bermaksud melihat bagaimana sikap pembaca Jawa Pos Surabaya tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman.
Alasan peneliti menggunakan surat kabar Jawa Pos karena Jawa Pos merupakan satu – satunya media cetak yang mengadakan program Ciptakan Kampung Aman serta sebagai pihak yang mepelopori program tersebut.
Responden dalam penelitian adalah masyarakat yang membaca berita Ciptakan Kampung Aman di Jawa Pos yang berusia 17 tahun keatas dengan
alasan karena pada usia ini seseorang telah memiliki kemampuan intelektual maupun keterampilan dalam menganalisa sebuah berita dan ditunjang dengan sikap pandangan yang lebih realistis terhadap lingkungan sosialnya sehingga
dapat mengikuti perubahan zaman (Dariyo, 2004:66).
Alasan dipilihnya kota Surabaya sebagai objek penelitian dikarenakan
dapat menjadikan inspirasi dan memotivasi daerah lainnya untuk menjaga keamanan lingkungan kita.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:
“Bagaimana Sikap Pembaca Jawa Pos Tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung
Aman?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap pembaca Jawa Pos tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman.
1.4. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis
Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi ilmu komunikasi diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan,
penerapan teori – teori penelitian di bidang ilmu komunikasi dengan keadaan nyata di lapangan berkaitan dengan kajian masalah sikap masyarakat.
2. Secara praktis
Penelitian ini diharapkan memberikan bantuan kepada masyarakat umum untuk lebih memahami isi berita / informasi yang terkandung dalam
atau bahan masukkan bagi surat kabar dalam rangka penyebaran informasi dalam menyusun kebijakan yang lebih baik yang berkaitan dengan hak
8 2.1. Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Sikap
Sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberikan reaksi yang menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral terhadap suatu objek atau sebuah
kumpulan objek. Sikap relatif menetap, berbagai studi menunjukkan bahwa sikap kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan (Rakhmat,
2002:39).
Dapat dipahami bahwa setiap manusia dilingkupi dengan masalah-masalah yang mengharuskan untuk memiliki sikap. Sikap dikatakan sebagai respon yang
akan timbul bila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individu, respon yang timbul terjadi sangat evaluatif berarti
bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberikan kesimpulan nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik atau buruk, positif atau negative, menyenangkan atau tidak
menyenangkan, suka atau tidak suka, yang kemudian mengkristalkan sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Rakhmat, 2001:40).
komunikasi dan lain sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang (Rakhmat, 2001:42).
Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada tiga(3), yakni:
1. Komponen Kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informarsi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya, dari pengetahuan ini
kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tentang objek sikap tersebut. 2. Komponen Afektif
Yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi, sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sytem nilai yang dimilikinya.
3. Komponen Konotatif
Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang
berhubungan dengan objek sikapnya (Mar’at dalam dayakisni, 2003:96) Bagaimana caranya agar suatu pesan (isi atau contents) yang disampaikan oleh komunikator tersebut mampu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada
komunikan. Adapun dampak yang ditimbulkan tersebut dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu:
a. Dampak kognitif adalah dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan seseorang menjadi tahu. Disini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan kata lain
komunikan, apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi oleh komunikan tersebut.
b. Dampak afektif adalah dampak yang timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak .disini tujuan
komunikator bukan hanya sekedar komunikan tahu tetapi juga tergerak hatinya.
c. Dampak konatif (behavioral), merupakan dampak yang merujuk pada
perilaku nyata yang dapat diamati, meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku (Rakhmat, 2005:219).
Adapun tolak ukur terjadinya pengaruh terhadap sikap seseorang dapat diketahui melalui respon ataupun tanggapan yang dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu : (a) respon positif, jika seseorang menyatakan setuju ; (b) respon negative,
jika seseorang menyatakan tidak setuju ; (c) respon netral, jika seseorang tidak memberikan pendapatnya tentang suatu objek. (Effendy, 1993:6-7).
Sikap positif, netral dan negatif pembaca yang dimaksud adalah respon masyarakat terhadap stimulus tentang program Ciptakan kampung aman yang mengacu pada skala sikap yang dikemukakan oleh Likert yang terdiri dari:
1. Sikap sangat menerima, masyarakat tidak saja menerima berita namun juga setuju dengan tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman.
3. Sikap tidak menerima, masyarakat menolak berita tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Amana tau menganggap hanya sebagai
pengetahuan saja.
4. Sikap sangat tidak menerima, masyarakat tidak hanya menolak namun
juga tidak menyetujui berita tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dijelaskan bahwa akan terjadi
perubahan sikap komunikan apabila komunikasi yang dilakukan antara komunikator dengan komunikan mempunyai efek, apabila komunikasi dilakukan
antara komunikator dengan komunikan “gagal” maka tidak akan terjadi perubahan sikap pada komunikan. Dalam penelitian ini menunjukkan kecenderungan sikap positif, netral, atau negative dengan melihat jumlah skor yakni sangat tidak
setujun (STS), tidak setuju (TS), setuju (S) dan sangat setuju (SS). Dengan demikian dapat dipertegas bahwa untuk mengetahui sikap komunikan dapat
diketahui melalui efek komunikasi.
2.1.2 Pembaca Sebagai Khalayak Media Massa
Dinamika masyarakat dalam memperoleh serta membaca suatu informasi atau berita di media massa jelas menentukan seberapa jauh media massa tersebut
dalam hal ini adalah media massa cetak (surat kabar) itu mempunyai dampak yang menyentuh dalam kehidupan masyarakat, meliputi: aspek kepribadian khalayak secara emosional, intelektual maupun social. Setiap proses komunikasi selalu
komunikator. Masyarakat disini adalah mereka yang menjadi pembaca dari media massa cetak (surat kabar) yang bersangkutan dimana pembaca tersebut heterogen,
anonim dan banyak sekali jumlahnya, serta berasal dari semua lapisan social dalam sosiologi komunikasi massa (Sutaryo, 2005:114).
Khalayak sasaran (target audience) dalam penelitian ini adalah pembaca surat kabar Jawa Pos akan di dalam penelitian ini dilakukan pada responden berusia 17 tahun keatas. Dengan alasan karena pada usia ini seseorang telah
memiliki kemampuan intelektual maupun keterampilan dalam menganalisa sebuah berita dan ditunjang dengan sikap pandangan yang lebih realistis terhadap
lingkungan sosialnya sehingga dapat mengikuti perubahan zaman (Dariyo, 2004:66).
2.1.3 Program Ciptakan Kampung Aman
Jawa Pos sebagai surat kabar harian masyarakat Surabaya bersama dengan
Polwiltabes Surabaya dan pemkot Surabaya mensosialisasikan program Ciptakan Kampung Aman. Inti dari program ini adalah mengajak warga untuk peduli dan menjaga keamanan lingkungan dengan menciptakan program-program keamanan
baru untuk menjaga lingkungannya dari segala bentuk tindak kriminalitas. Program Ciptakan Kampung Aman akan memberikan penghargaan bagi
kecamatan yang menciptakan program keamanan paling menarik dan bermanfaat agar dapat menjadi panutan bagi kecamatan-kecamatan lainnya. Program Ciptakan Kampung Aman juga mengadakan road show ke beberapa kecamatan,
lomba jula-juli serta talk show yang menjadi ajang curhat warga dengan pemimpin kepolisian dam pemkot. Program Ciptakan Kampung Aman ini
terselenggara atas dukungan dari beberapa sponsor. Dengan adanya program ini diharapkan timbul kepedulian warga untuk menciptakan lingkungan yang aman
dari segala tindak kriminalitas sehingga tercipta lingkungan yang nyaman. Peduli disini tidak hanya cukup dengan kata-kata tetapi harus diikuti tindakan konkret, meski itu dimulai dari tindakan kecil.
Program Ciptakan Kampung Aman ini selama 1 bulan (Juni – Juli) mengulas tentang kegiatan warga di beberapa kecamatan dalam menjaga
keamanan lingkungan, serta kegiatan road show yang diselenggarakan di beberapa kecamatan di Surabaya dan dicetak di halamanbagian metropolis halaman ke-2 dari halaman belakang di media Jawa Pos.
2.2. Surat Kabar
2.2.1. Definisi Surat Kabar
Menurut Junaedi (2002: 12) pers disebut sebagai surat kabar, sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak seperti lembaran kerja
berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan dan diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum. Sedangkan surat
2.2.2. Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa
Dalam bukunya onong menyebutkan bahwa media massa diartikan sebagai
media yang mampu menimbulkan keserempakan diantara khalayak yang sedang memperhatikan pesan-pesan yang sedang dilancarkan oleh media tersebut
sedangkan media cetak diasumsikan sebagai media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan visual, media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar atau foto dalam tat warna dan halaman hitam putih (Kasali, 1992:99)
Karena obyek penelitian ini adalh surat kabar, maka penelitian mengkhususkan pembahasan hanya pada surat kabar. Menurut Mc.Quail memberi
pengertian surat kabar dalam arti sempit adalah suatu lembaga atau organisasi yang termasuk dalam media massa cetak, yang menyebarkan berita sebagai karya jurnalistik berupa lembaran, karangan, dan iklan yang disebarluaskan secara
umum (Mc.Quail, 1994:153).
Saat ini kabar telah berkembang hingga terdapat beberapa jenis, yang
dapat dibedakan menurut berbagai kriteria, misalnya menurut frekuensi terbit (harian, mingguan, bulanan), bentuk (standart atau tabloid), kelas ekonomi pembacanya, peredarannya (local atau nasional), penekanan isinya (ekonomi,
kriminal, agama atau umum) dan sebagainya (Kasali, 1992:100)
Disamping itu pada dasarnya surat kabar tersebut mempunyai cirri-ciri
sebagai berikut (Effendy, 2003:91): 1. Publisitas
Yang dimaksud dengan publisitas (publicity) ialah penyebaran pada
kabar adalah umum. Isi surat kabar terdiri dari berbagai hal yang erat kaitannya dengan kepentingan umum. Ditinjau dari segi lembarannya
jika surat kabar mempunyai halaman yang banyak, isinya juga dengan sendirinya pula akan memenuhi kepentingan khalayak yang lebih
banyak. 2. Perioderitas
Perioderitas (periodicity) adalah cirri-ciri surat kabar yang kedua.
Keteraturan terbitnya surat kabar bisa satu kali sehari, bisa dua kali sehari, dapat pula satu kali atau dua kali seminggu. Penerbit lainnya
seperti buku umpamanya, tidak disebarkan secara periodic, tidak teratur, karena terbitnya itu tidak teratur. Jadi terbitan seperti buku tidak mempunyai cirri khas periodesitas, meskipun disebarkan kepada
khalayak dan isinya menyangkut kepentingan umum. 3. Universalitas
Yang dimaksud dengan universalitas (universality) sebagai cirri ketiga surat kabar ialah kemestaan isinya, aneka ragam dan dari seluruh dunia. Sebuah penerbitan berkala yang isinya mengkhususkan diri
pada suatu profesi atau aspek kehidupan, seperti majalah kedokteran, arsitektur, koperasi atau pertanian, tidak termasuk pada surat kabar.
4. Aktualitas
Aktualitas (actuality) sebagai cirri dari surat kabar adalah mengenai
berita yang disiarkannya. Aktualitas menurut kata asalnya berarti ‘kini’ dan ‘keadaan sebenarnya’. Kedua-keduanya sangat erat sekali sangkut
pautnya dengan berita yang disiarkan surat kabar. berita adalah laporan mengenai peristiwa yang terjadi kini, dengan kata lain perkataan: laporan mengenai peristiwa yang baru terjadi dan yang dilaporkan
harus benar. Tetapi yang dimaksudkan dengan aktualitas sebagi ciri khas surat kabar adalah pertama, yakni kecepatan laporan, tanpa
mengesampingkan pentingnya kebenaran berita. Hal-hal yang disiarkan media cetak lainnya bisa saja mengandung kebenaran, tetapi belum tentu mengenai sesuatu yang baru terjadi. Diantara media cetak,
hanyalah surat kabar yang menyiarkan hal-hal yang baru terjadi. Pada kenyataannya, memang isi surat kabar beraneka ragam, selain berita
juga terdapat artikel, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang dan lain-lain yang bukan merupakan laporan cepat. Kesemuanya itu sekedar untuk menunjang upaya membangkitkan minat agar surat
kabar yang bersangkutan di beli orang.
Demikian empat ciri surat kabar, dapat juga dikatakan empat syarat yang harus
2.2.3. Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial
Idealism yang melekat pada pers dijabarkan dalam perlaksanaan
fungsinya, selain menyiarkan informasi yang obyektif dan edukatif, menghibur, melakukan control social yang konstruktif dengan menyalurkan segala aspirasi
masyarakat, serta mempengaruhi masyarakat dengan melakukan komunikasi dan peran serta positif dari masyarakat itu sendiri (Effendy, 1994:149).
Sementara (Rahmadi, 1990:78) dalam perbandingan system pers
menunjukkan empat fungsi pers, yaitu:
a. Fungsi mendidik, sebagai sarana pendidikan massa (mass education) surat
kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya atau dapat dikatakan fungsi surat kabar yang pertama ini adalah untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa melalui informasi-informasi yang disampaikan.
b. Fungsi menghibur, maksudnya disini adalah hal-hal yang bersifat hiburan
sering dimuat oleh surat kabar untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bergambar, teka-teki silang
dan karikatur. Meskipun pemuat isi mengandung hiburan, itu semata-mata melemaskan ketegangan pikiran setelah pembaca dihidangi berita atau
artikel yang berat.
d. Fumgsi control social, kekuatan utama media massa sebagai alat control social terletak pada fungsinya sebagai pengawas lingkungan sekitar
masyarakat.
Kontrol sosial menurut J.S Roucek dalam pengadilan social (1987:2)
adalah sekumpulan proses yang direncanakan atau tidak yang mana individu diajarkan atau dipaksa untuk menerima cara-cara dan nilai-nilai kehidupan kelompok. Dari definisi ini menonjol sifat kolektif dan usaha
Kelompok untuk mempengaruhi individu agar tidak menyimpang dari apa yang oleh kelompok dinilai baik, dalam hubungan ini individu bahkan dapat dipaksa
untuk kalau perlu bertindak bertentangan dengan keinginannya untuk mengikuti nilai-nilai yang benar menurut kepentingan bersama.
Sedangkan pengertian lain dari control sosial adalah mencakup segala
proses yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan yang bersifat mendidik, mengajak, dan bahkan juga memaksa warga masyarakat untuk
mematuhi norma-norma serta nilai-nilai sosial yang berlaku (Soekanto, 1990:193). Dalam hal ini sebenarnya control sosial bertujuan agar individu mau untuk mematuhi nilai-nilai yaitu norma aturan yang ada serta cara-cara yang
sesuai dengan kelompok.
Pelaksanaan dari control sosial sendiri terkait dengan memberikan sesuatu
terulang kembali dan kesadaran berbuat baik serta mentaati peraturan (Abrar, 1995:50).
2.3. Teori S – O – R
Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini berasal dari kajian psikologi. Teori masuk ke dalam salah satu teori komunikasi sebab objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu
intinya meliputi komponen sikap, opini, perilaku, dan konasi. (Effendy, 1993 : 253).
Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus tertentu, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi khalayak. Selain itu, teori ini menjelaskan
mengenai pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari proses komunikasi. (McQuail, 1991 : 234).
Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh itu terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus
tersebut. Unsur-unsur dalam model ini adalah :
1. Pesan (stimulus/message). Merupakan rangsangan yang disampaikan
komunikator kepada komunikannya. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda atau lambing.
3. Efek (response). Merupakan dampak yang muncul akibat dari proses komunikasi. Efek dari perubahan sikap adalah kognitif, afektif, dan konatif.
(Effendy, 1993 : 254).
Mengutip pendapat dari Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan
bahwa dalam menelaah opini yang baru, ada 3 variabel penting, yaitu : 1. Perhatian
2. Pengertian
3. Penerimaan
Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1. Teori S-O-R
Gambar di atas menunjukkan hubungan teori ini dengan penelitian,
dimana stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa “Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman” di Jawa Pos,
mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan yang
telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk STIMULUS ORGANISM :
mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi (Effendy, 2003:256).
2.4. Kerangka Berpikir
Suarabaya sebagai kota metropolitan atau kota terbesar kedua setelah Jakarta sudah dapat dipastikan banyak permasalhan yang terjadi atau timbul dikota ini, mulai dari masalah ekonomi, kebersihan hingga permasalahan
keamanan lingkungan dikota Surabaya ini sungguh memprihatikan, tingginya angka kriminalitas setiap harinya akibat dari kurangnya kesadaran masyarakat
untuk menjaga keamanan lingkungan sekitarnya. faktor tingginya jumlah penduduk di Surabaya membuat pencurian kendaraan bermotor kerap terjadi. Selain tindak kriminilitas pencurian kendaraan bermotor, tindak kriminilitas yang
kerap terjadi adalah pencurian di siang hari, perampokan, penjambretan. Akibat dari tingginya tingkat kriminalitas, masyarakat Surabaya jadi semakin resah
karena merasa tidak aman lagi tinggal di kota terbesar kedua setelah Jakarta. Maka dalam hal inilah media massa khusunya media cetak surat kabar Jawa Pos memberitakan mengenai sebuah program untuk lebih bisa membuat
masyarakat peduli terhadap keamanan lingkungan serta mengelola program-program untuk menjaga keamanan lingkungan di Surabaya, yaitu: program-program
Ciptakan Kampung Aman (CKA. Dalam hal ini Jawa Pos kembali bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surabaya dan Polwiltabes Surabaya mengadakan atau mensosialisasikan Program Surabaya Ciptakan Kampung Aman, program tersebut
masyarakat untuk menjaga keamanan lingkungannya Program Ciptakan Kampung Aman juga mengadakan roadshow di beberapa kecamatan untuk memberi
semangat untuk terus membuat inovasi dan program baru yang kreatif dan efektif untuk menjaga keamanan lingkungan sekitarnya sehingga dapat mengurangi
tingkat kriminalitas di kota Surabaya.
Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan
komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang, dan gambar kepada komunikan. Organism berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau
informasi dari komunikator. Setelah komunikan memperhatikan tanda, lambang maupun gambar. Kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya Response diartikan efek
sebagai akhir dalam proses komunikasi. Keberhasilan dalam proses komunikasi adalah menimbulkan perubahan konatif, afektif, dan kognitif pada diri
komunikan. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. (Sendjaja, 1999:71) Dan definisi dari efek kognisi tersebut adalah perubahan pengetahuan.
kabar Jawa Pos periode
Di dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti sikap masyarakat surabaya karena stimuli yang dalam hal ini pesan akan diterima bila ada perhatian,
pengertian dan penerimaan dari khalayak yang menjadi obyek dalam peneliti ini, selanjutnya setelah menerima pesan atau stimulus berikutnya akan terjadi
24
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif.
Adapun pengertian dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa (Rakhmat, 2002: 24). Metode deskriptif bertujuan melukiskan secara sistematis fakta ataupun karakteristik populasi
tertentu secara faktual dan cermat (Rakhmat, 2002: 22). Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yaitu data yang kongkrit (tangible) dan terukur
(Ruslan, 2003: 28).
3.1. Definisi Operasional
Definisi operasional disini untuk menjelaskan indikator dari variable penelitian. Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada
karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang dapat di uji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain. (Koentjaraningrat, 1991:23).
Penelitian ini didasarkan konsep yang terdapat pada perumusan masalah, perlu kiranya di uraikan menjadi beberapa definisi operasional, tujuan inti
3.1.1. Sikap dan Pengukurannya
Sikap pembaca yang berumur 17 tahun keatas tentang Pemberitaan
Ciptakan Kampung Aman (CKA) di Jawa Pos dilihat dari seluruh aspek sikap meliputi kognitif yaitu pengetahuan pembaca tentang program Ciptakan Kampung
Aman atau sejauh mana pembaca mengerti informasi program tersebut. Pada aspek afektif yaitu mengetahui bagaimana perasaan pembaca tentang diadakannya program Ciptakan Kampung Aman apakah senang atau tidak senang sedangkan
aspek konatif adalah sejauh mana pembaca mau melakukan program tersebut. Sehingga pada akhir penelitian didapatkan hasil akhir berupa penilaian dari
keseluruhan aspek apakah itu positif, netral atau negatif.
Adapun sikap pembaca Jawa Pos dapat dibedakan dalam tiga hal, yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif .
1. Komponen kognitif berkaitan dengan keyakinan atau kepercayaan masyarakat mengenai Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman.
Pengetahuan seseorang didasarkan pada tingkat pendidikan. Jika tingkat pendidikan seseorang tinggi maka akan mudah untuk memahami suatu informasi. Pengetahuan ini kemudian akan memberikan keyakinan tertentu
dalam diri individu terhadap objek sikap. Pengetahuan disini berupa pengetahuan mengenai keamanan lingkungan, pengetahuan adanya
roadshow Ciptakan kampung aman, pengetahuan masyarakat tentang program Ciptakan Kampung Aman yang lebih memfokuskan pada system-sistem keamanan lingkungan, serta kesadaran masyarakat akan menjaga
mensosialisasikan kepada masyarakat melalui penyuluhan ataupun memasang spanduk-spanduk untuk tetap waspada, tertib dan menjaga
keamanan lingkungan sekitar untuk mengurangi terjadinya tindak kriminalitas serta dampak positif lainnya dari Pemberitaan Ciptakan
Kampung Aman.
2. Komponen afektif dibentuk oleh aspek perasaan terhadap objek
komponen ini berkaitan dengan aspek emosional dari pembaca Jawa Pos tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman. Seperti misalnya,
perasaan suka atau tidak suka, nyaman dan tidak nyaman terhadap adanya Pemberitaan Ciptakan Kampug Aman. Adapun perasaan- perasaan tersebut seperti nyaman dengan adanya pos kamling, penyuluhan-
penyuluhan keamanan yang ditangani dengan baik, serta adanya roadshow di beberapa kecamatan.
3. Komponen konatif berkaitan dengan kecenderungan masyarakat
memberikan respon positif, netral atau negatif tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman. Pada aspek ini seseorang berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. Jika program ini membawa dampak yang
baik maka mereka akan melakukan program tersebut. Jika respon yang diterima itu positif maka masyarakat mendukung serta melakukan
melakukan tindakan dari Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman. Tindakan – tindakan dalam hal ini seperti tindakan membiasakan diri
untuk menjaga keamanan lingkungan dengan cara mengadakan program siskamling, mengelolah pos kamling sedemikian rupa, keikutsertaan dalam
program-program tersebut, dan mensosialisasikan program tersebut.
Untuk mengetahui sikap pembaca Jawa Pos tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman (CKA) disurat kabar Jawa Pos diukur dengan alternatif pilihan yang dinyatakan dalam pernyataan untuk mengukur komponen kognitif,
komponen afektif, dan komponen konatif dinyatakan dengan jumlah skor. Dalam pemberian skor pernyataan sikap yang bersifat mendukung atau memihak pada
objek sikap (Azwar, 1997:161) sebagai berikut
1. Sangat tidak setuju (diberi skor 1) 2. Tidak setuju (diberi skor 2)
3. Setuju (diberi skor 3)
4. Sangat setuju (diberi skor 4)
Untuk pilihan jawaban “Netral” sengaja tidak dicantumkan dalam kuesioner, responden di arahkan untuk tidak menjawab “Netral” dengan alasan:
1. Jawaban ini memiliki arti ganda, bias diartikan belum dapat memberikan jawaban, netral atau ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda
ini tidak diharapkan dalam instrumen.
3. Jawaban “Netral” akan menghilangkan banyak data penelitian, sehingga mengurangi banyak informasi yang dapat dijaring dari responden (Hadi,
2000: 20).
Berdasarkan jumlah skor jawaban yang diterima dari masing-masing
pertanyaan, maka selanjutnya diberikan batasan-batasan dalam menentukan lebar interval dari sikap yang diukur dari tiap aspek sikap yang terbentuk apakah positif, netral atau negatif, selanjutnya dari penilaian 3 aspek tersebut dapat ditentukan
sikap pembaca yang terbentuk apakah itu positif, netral atau negatif. Jika aspek yang terbentuk positif maka sikap yang terbentuk menyatakan sikap positif, Jika
aspek yang terbentuk netral maka sikap yang terbentuk menyatakan sikap netral, dan Jika aspek yang terbentuk negatif dalam artian tidak mendukung maka sikap yang terbentuk menyatakan sikap negatif. Untuk mengetahui tingkatan tersebut
dengan menggunakan rumus :
Skor Jawaban Tertinggi – Skor Jawaban terendah Jenjang yang diinginkan
Range = 72 – 18 3 = 54 = 18
3
Nilai skor tertinggi = 4 (pilihan SS) x 18 (Jumlah pertanyaan) = 72
Jadi penentuan kategorinya adalah :
1. sikap negatif = 18 – 36 (terendah) : Dikatakan negatif apabila pembaca
sikap tidak mendukung adanya program ini.
2. sikap netral = 36 – 54 (sedang) : Dikatakan netral apabila pembaca hanya menunjukkan sikap netral 3. sikap positif = 54 – 72 (tertinggi) : Dikatakan positif apabila pembaca
menunjukkan sikap mendukung adanya program ini.
Kemudian apabila skor dan tingkat interval dari tiap-tiap kategori diketahui, maka hasil yang diperoleh akan diinterpretasikan dan di analisis.
Sikap pembaca Jawa Pos yang berusia 17 tahun keatas terhadap program Ciptakan
Kampung Aman dikategorikan ke dalam tiga (3) kategori yaitu positif, negatif dan netral. Dikatakan positif jika masyarakat Surabaya tersebut melakukan tindakan
dari point-point Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di surat kabar Jawa Pos, sementara dikatakan negatif jika masyarakat Surabaya tidak melakukan tindakan sama sekali dari point-point Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di surat kabar
Jawa Pos dan dikatakan netral jika masyarakat Surabaya tidak konsisten dalam melakukan tindakan dari point-point Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman.
3.1.2. Pembaca Jawa Pos
Pembaca Jawa Pos yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat
Surabaya), yang membaca harian Jawa Pos berusia dari 17 tahun – 40 tahun. Pembaca Jawa Pos ini merupakan khalayak sasaran (target audience). Dengan
alasan karena pada usia ini seseorang telah memiliki kemampuan intelektual maupun keterampilan dalam menganalisa sebuah berita dan ditunjang dengan
sikap pandangan yang lebih realistis terhadap lingkungan sosialnya sehingga dapat mengikuti perubahan zaman (Dariyo, 2004:66).
3.1.3. Berita Ciptakan Kampung Aman
Berita Ciptakan Kampung Aman adalah sebuah berita yang bertujuan
memberikan informasi kepada pembaca Jawa Pos khususnya di Surabaya bahwa sebenarnya masyarakat perlu menjaga keamanan dan ketertiban lingkungannya agar terhindar dari segala bentuk tindak kriminalitas yang dapat meresahkan
masyarakat. Oleh karena itu Jawa Pos bekerja sama dengan pemkot Surabaya dan polwiltabes Surabaya mengadakan program Ciptakan Kampung Aman untuk
mengajak masyarakat bersama-sama menjaga keamanan lingkungan tempat tinggalnya dengan cara membuat program-program keamanan seperti pos kamling, sistem sentralisasi, pemasangan spanduk dan banner kamtibmas di
lingkungan tempat tinggalnya. Dalam hal ini tiap-tiap kelurahan di tuntut untuk memgelolah pos kamling dan program-program keamanan lainnya menjadi
semenarik, semodern, dan sekreatif mungkin. Program keamanan juga dapat dikelolah dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi internet. Kampung dengan program keamanan paling kreatif dan
maupun dari pihak sponsor untuk menjadi kampung dengan system keamana terbaik. Program Ciptakan Kampung Aman juga mengadakan roadshow di
beberapa kecamatan dengan mengadakan panggung hiburan rakyat, lomba memasak ibu-ibu dan lomba jula-juli. Dengan diadakannya program tersebut
diharapkan dapat terciptakan lingkungan tempat tinggal yang nyaman, aman dan tertib.
Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman dimuat di surat kabar Jawa Pos
mulai edisi bulan Juni-Juli dengan rincian sebagai berikut:
1. Edisi 14 juni 2010 dengan pemberitaan Pengamanan Sentralisasi di
Bendul Merisi
2. Edisi 5 juli 2010 dengan pemberitaan Keputran Mengusung Semangat Bonek
3. Edisi 10 juli 2010 dengan pemberitaan Siapkan Penghargaan untuk Siskamling
4. Edisi 12 Juli 2010 dengan pemberitaan Pencurian Siang Bolong hingga Helm SNI
5. Edisi 19 Juli 2010 dengan pemberitaan Spanduk Kamtibmas ala
Kampung Gading
6. Edisi 24 Juli 2010 dengan pemberitaan Tambah Referensi Sekuriti
melalui Internet
7. Edisi 28 Juli 2010 dengan pemberitaan Fokus Berantas Penyakit Sosial Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman dimuat di dalam surat kabar Jawa
Gambar 3.1.
Banner Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman di Surat Kabar Jawa Pos
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarik Sampel 3.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pembaca surat kabar Jawa Pos yang
berumur 17 tahun keatas yang tinggal di Surabaya (memiliki kartu identitas dan berdomisili di Surabaya). Dengan membatasi populasi dari jumlah pembaca Jawa Pos di Kota Surabaya berjumlah 350.000 (sumber : bagian sirkulasi dan
pemasaran Jawa Pos 2010). Alasan mengapa peneliti mengambil Surabaya sebagai lokasi dalam penelitian ini adalah karena program tersebut dilakukan di
Kota Surabaya dan surat kabar Jawa Pos sebagai penggagas program Ciptakan Kampung Aman sehingga sample diambil pada masyarakat Surabaya.
Dimana populasi merupakan penikmat media massa khususnya media
massa cetak (Koran), karena karakteristiknya yang berbeda dengan media massa cetak lainnya, misalnya Koran memiliki fokus utama atau titik berat, menyajikan
berita-berita kriminilaitas, ekonomi, cerpen, surat pembaca, dan menonjolkan foto-foto.
Dipilihnya pembaca Jawa Pos yang berusia 17 tahun keatas karena pada
usia ini seseorang telah memiliki kematangan kognitif, emosional dan sosial serta periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi, sudah dapat berhubungan
konkret, dapat berpikir abstrak dan memecahkan masalah melalui pengujian semua alternative yang ada. Dengan alasan karena pada usia ini seseorang telah
memiliki kemampuan intelektual maupun keterampilan dalam menganalisa sebuah berita dan ditunjang dengan sikap pandangan yang lebih realistis terhadap
lingkungan sosialnya sehingga dapat mengikuti perubahan zaman (Dariyo, 2004:66).
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pembaca surat kabar Jawa Pos
yang berumur 17 tahun keatas yang tinggal di Surabaya. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik
tertentu yang dianggap mempunyai sangkut pautnya dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Ruslan, 2003:156). Sampel dalam penelitian
ini adalah pembaca surat kabar Jawa Pos yang berusia 17 tahun – 40 tahun memiliki KTP Surabaya dan berdomisili di Surabaya yang tinggal di daerah-daerah yang dimuat dalam pemberitaan Ciptakan Kampung Aman edisi bulan
Juni-Juli di surat Kabar Jawa Pos.
Untuk menentukan jumlah keseluruhan dari penduduk Surabaya yang
berusia 17 tahun keatas dan yang membaca surat kabar Jawa Pos, maka untuk mencapai tingkat signifikan yang sama dilakukan perhitungan proposisi dari populasi yang ada, dengan presisi ± 10% dengan tingkat kepercayaan 90%
Maka sampel dari penelitian ini dapat diketahui dengan rumus Yamane, yaitu:
n = N
Nd² + 1
Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi
d = derajat ketelitian 0,1 ; tingkat kepercayaan 90% (Rakhmat, 2007;82)
Data pelengkap tetap Jawa Pos sejumlah 350.000 pelanggan (sumber :
database Jawa Pos tahun 2010 baik pelanggan maupun pembeli eceran (90.558)). Dalam penelitian ini digunakan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga jumlah responden dalam penelitian ini adalah:
n = N
Nd² + 1 = 350.000
350.000(0,1)² +1
= 99.97 = dibulatkan menjadi 100 responden 3.3. Sumber dan Jenis Data
3.3.1. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data
data sekunder adalah data yang diperoleh oleh sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan (literatur) (Bungin, 2004 :122).
3.3.2. Jenis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis data yang dapat diperoleh, antara lain:
1. Data Primer
Dilakukan dengan teknik survey, yaitu melakukan pengumpulan data dari responden dengan menyebarkan data pernyataan tertulis/kuesioner. Data
tersebut berupa jawaban yang diambil dari daftar pernyataan tertulis/kuesioner. Dalam penyebaran kuesioner responden didampingi oleh peneliti, hal ini dilakukan apabila dalam kuesioner yang diajukan terdapat
pernyataan yang kurang dipahami oleh responden dapat dijelaskan oleh peneliti. Agar menghindari kemungkinan salah dalam memahami pernyataan
yang diajukan, sehingga jawaban adalah valid.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia) melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi atau
perusahaan (Ruslan, 2003: 29). Data sekunder diperoleh dari sumber-sumber lain selain sumber data primer untuk mendukung keakuratan data. Data sekunder diperoleh melalui observasi, wawancara (interview), buku-buku
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Metode teknik pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti adalah
metode kuesioner yang berbentuk rangkaian atau kumpulan pertanyaan, kemudian pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam sebuah daftar pertanyaan,
kemudian dikirim kepada responden untuk diisi (Bungin, 2004: 130). Dalam penyebaran kuisioner kepada responden, responden terkait didampingi oleh peneliti. Selain itu, peneliti akan melakukan metode wawancara dan observasi
untuk mendukung data-data penelitian. Adapun instrument penelitian yang dibutuhkan adalah Kuesioner berupa daftar pertanyaan tertutup yang disebarkan
kepada responden guna mendapatkan data akurat berkaitan dengan informasi kebutuhan peneliti di lapangan.
3.5. Metode Analisis Data
Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel frekuensi data
yang telah diklasifikasikan dan dihitung untuk ditampilkan dalam persentase. Yaitu presentase masing-masing data yang menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan penyebaran kuisioner yang diisi oleh responden.
Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya
dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan.
o o N
F
P= ×100
a. Editing atau seleksi angket
Data yang digunakan untuk mencapai hasil analisa yang baik. Data yang
salah disisihkan atau tidak dipergunakan sehingga data yang diperoleh valid. b. Coding
Pemberian tanda atau kode agar mudah memberikan jawaban. c. Tabulating
Menggolongkan data dalam table, data-data yang ada agar dapat
dihubungkan dengan pengukuran terhadap variabel-variabel yang ada (Rakhmat, 2002:134).
Data-data yang diperoleh akan dilakukan dengan analisa secara kuantitatif dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
P = Persentase Responden F = Frekuensi Responden N = Jumlah Responden
Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh persentase yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya akan
3.6. Analisis Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik penelitian
dengan menggambarkan obyek penelitian, yang terdiri atas daerah penelitian, keadaan responden yang diteliti, serta item-item yang didistribusikan dari
masing-masing variabel. Ukuran deskriptifnya adalah pemberian angka, baik dalam jumlah responden (orang) maupun dalam angka presentase.
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan peristiwa, perilaku
atau objek tertentu lainnya. Teknik statistik deskriptif yang digunakan peneliti adalah teknik distribusi frekuensi. Kegunaan distribusi frekuensi dalam hal ini
39 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Jawa Pos
Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada 1 Juli 1949 oleh
suatu perusahaan yang bernama PT. Java Pos Concern Ltd yang bertempat di
Jalan Kembang Jepun 166 – 169. Perusahaan ini didirikan oleh WNI keturunan kelahiran Bangka yang bernama The Cun Sen alias SOESONO Tedjo pada 1 Juli
1949. Soesono Tedjo merupakan perintis berdirinya Jawa Pos ini. Pada mulanya dia yang bertugas menghubungi surat kabar, ternyata menguntungkan, maka ia pun mendirikan perusahaan surat kabar dengan nama lain Java Post pada 1 Juli
1949. Harian Jawa Pos saat itu dikenal sebagai harian Melayu Tionghoa. Pemimpin redaksi pertamanya adalah Goh Tjing Hok. Selanjutnya 1951
pemimpin redaksi adalah Thio Oen Sik. Keduanya dikenal sebagai orang-orang yang republikien tak pernah goyah.
Pada saat The Cun Sen dikenal sebagai raja Koran karena memiliki surat
kabar yang diterbitkan dalam 3 bahasa yang berbeda. Surat kabar yang berbahasa Indonesia bernama Java Post. Sedangkan De Vrijie Pers adalah surat kabar yang
terbit dengan menggunakan bahasa Belanda.
oleh PT. Java Post Concern Ltd, pada April 1954. pada bulan dan tahun yang sama, Java Post nulai dicetak di percetakan Agil Jlan K.H Mansyur Surabaya.
Pada 1962, harian De Vrijie Pers dilarang terbit oleh pemerintah Republik Indonesia sehubungan dengan peristiwa Trikora untuk merebut kembali Irian
Barat dari tangan Belanda. Sebagai gantinya diterbitkan surat kabar harian yang berbahasa Inggris dengan nama Daily News. Meskipun akhirnya harian ini dihentikan penerbitannya karena minimnya pemasangan iklan pada tahun 1981.
Pada awal terbitnya, Java Post memiliki ciri umum terbit pagi hari dengan menampilkan berita-berita umum. Terbitnya Java Post dicetak di percetakan Agil
Jalan K.H Mansyur Surabaya dengan oplah 1000 eksemplar. Pada 1 April 1954, Java Post dicetak di percetakan De Vrijie Pers Jalan Kaliasin 52 Surabaya. Dari tahun ke tahun oplah Java Post mengalami peningkatan. Tercatat pada tahun
1954-1957 oplah sebesar 4000 eksemplar. Tahun 1958 Java Post berganti ejaan menjadi Djawa Post, ejaannya lebih disempurnakan dengan nama Jawa Post.
Saat itu perkembangan Jawa Pos semakin membaik dengan oplah pada tahun 1971-1981 menjadi 10.000 eksemplar dan lebih parah lagi pada tahun 1982 oplah Jawa Postinggal 6700 eksemplar. Pendistribusiannya di Surabaya hanya
2000 eksemplar, sedangkan lainnya di beberapa kota di Jawa Timur seperti Malang yang beredar hanya 350 eksemplar. Penurunan jumlah oplah ini
dikarenakan system manajemen yang diterapkan semakin kacau. Ketiga anak The Cun Sen yang diharapkan dapat melanjutkan usaha penerbitan ini tidak satupun yang tinggal di Indonesia. Terlebih lagi teknologi cetak juga kian sulit diikuti
Rendahnya oplah yang diperoleh penerbitannya yang berakibat pada kecilnya pendapatan yang menyebabkan The Cun Sen sebagai pemilik perusahaan
menerima tawaran untuk menjual mayoritas saham perusahaan kepada PT. Grafiti Pers (yang menerbitkan Tempo) pada tanggal 1 April 1982, Pak The (begitu
panggilan untuk The Cun Sen) menyatakan tidak mungkin lagi untuk mengembangkan Jawa Pos, tetapi Pak The tidak ingin surat kabar yang didirikannya mati begitu saja. Itulah sebabnya mengapa Jawa Pos diserahkan
kepada pengelolabaru. Pak The sendiri memilih Tempo dengan pertimbangan khusus. “ Tempo kan belum punya surat kabar, tentu saja surat kabar saya ini akan
menomerduakan ”, begitu kata Pak The saat itu. Dengan pertimbangan itu Pak The ingin perkembangan Jawa Pos tidak terhambat. Pak The sendiri yang usianya sudah 89 tahun akhirnya memang berangkat ke Inggris bersama istrinya Megah
Endah yang berusia 71 tahun.
Melihat kejadian yang terjadi pada PT. Java Pos Concern Ltd tersebut,
maka direktur utama PT. Grafiti Pers Bapak Eric Samola, SH. Menugaskan Bapak Dahlan Iskan yang saat ini menjabat sebagai pemimpin umum dan pemimpin redaksi. Sebelum Pak The berangkat ke Inggris beliau berpesan agar Jawa Pos
bisa dikembangkan sebagaimana masa mudanya. Maka sesuai pada suatu malam sebelum keberangkatannya ke Inggris sebuah pesta kecil diadakan dirumahnya
jalan Pregolan. Disitulah diadakannya kebulatan tekad “ kami bertekad merebut kembali sejarah yang pernah dibuat Pak The ”. begitu kata-kata itu akhirnya dibuktikan oleh Dahlan Iskan yang sekarang menjabat sebagai Direktur Utama /
Padahal ketika alih manajemen itu dilakukan untuk meraih oplah 100.000 rasanya mimpi. Sejak itulah perkembangan harian Jawa Possemakin menakjubkan dan
menjadi surat kabar terbesar yang terbit di Surabaya. Berkat adanya perbaikan tersebut, maka pada tahun 1999, oplah mencapai 320.000 eksemplar.
Pada tahun 29 Mei 1985 berdasarkan Akta Notaris Liem Sin Hwa, SH, no 8 Pasal 4 menyatakan bahwa PT. Jawa Pos Concern Ltd diganti dengan PT. Jawa Pos. perubahan lain yang dilakukan oleh manajemen PT. Jawa Pos adalah dalam
hal permodalan. Pada awalnya Jawa Pos dimiliki secara tunggal, namun sehubungan dengan surat ijin usaha percetakan dan penerbitan (SIUPP),
khususnya tentang permodalan saham 20% dari saham perusahaan tersebut harus dimiliki oleh para karyawan dan wartawan untuk ikut menciptakan rasa ikut memiliki.
Meskipun telah terjadi perubahan kepemilikan, Jawa Pos tidak merubah secara esensial pemberitaannya. Surat kabar Jawa Pos berkembang sebagai surat
kabar yang menyajikan berita-berita umum ini meliputi peristiwa penting nasional yang merupakan peristiwa ekonomi, politik, sosial, hukum, budaya, pemerintah, olahraga, dan sebagainya. Selain itu juga berita-berita lain berdasarkan peristiwa
di daerah Jawa Timur dan Indonesia Timur.
Melejitnya oplah Jawa Pos ini tidak terlepas dari perjuangan dan
kepeloporan Jawa Pos mengubah masyarakat Surabaya pada khususnya dan masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Waktu itu budaya masyarakat membaca koran adalah sore hari. Koran terbesar yang terbit di Surabaya adalah koran sore
mempelopori terbit pagi, banyak warga menertawai, “Koran kok pagi”. Banyak diantara menolak, banyak agen dan loper menolak tak mau menjual Jawa Pos,
bahkan dititipin saja agen dan loper menolak. Manajemen Jawa Pos akhirnya memutar otak. Kalau tidak ada loper dan agen, lewat apa Koran ini dipasarkan?
Akhirnya ditemukan cara lain : isteri-isteri atau keluarga wartawan diminta menjadi agen atau loper Koran termasuk isteri Dahlan Iskan sendiri. Cara ini ditempuh dengan banyak tujuan, pertama : demi perkembangan koran itu sendiri,
sebab kendala utamanya adalah pemasaran. Waktu itu gaji wartawan masih kecil. Dengan cara ini keluraga Jawa Pos ada tambahan pendapatan, dan yang ketiga :
memberikan kebanggaan pada keluarga karyawan atas jerih payah suaminya. Dan kelak dikemudian hari, beberapa isteri atau kelurga wartawan ini menjadi agen-agen besar koran Jawa Pos. Perjuangan dan kepeloporan ini ternyata membuahkan
hasil termasuk keredaksian. Warga Surabaya utamanya memilih Jawa Pos. Pada tahun 1985 oplah Jawa Pos sudah menembus angka 250.000 eksemplar perhari.
Jawa Pos sanggup mengalahkan penerbitan-penerbitan lain yang berada di Surabaya sejak lama dan bahkan mendominasi pasar Surabaya seperti Surabaya Post. Banyak strategi yang dilakukan Jawa Pos untuk mencapai kondisi seperti
ini, diantaranya dengan ingin menjadi surat kabar yang melakukan hal-hal baru untuk pertama kalinya di Indonesia seperti terbit 24 halaman per hari, menjadi