• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Perbandingan Kuat Tekan Beton fc 52 MPa Menggunakan Semen PCC dan OPC Terhadap Pemakaian Water Reducer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Analisa Perbandingan Kuat Tekan Beton fc 52 MPa Menggunakan Semen PCC dan OPC Terhadap Pemakaian Water Reducer"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

223

Analisa Perbandingan Kuat Tekan Beton fc’52 MPa Menggunakan Semen PCC dan OPC Terhadap Pemakaian Water Reducer

Erik Okto Fernandes1, Firdaus2

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bina Darma, Palembang Email : erikfernandes21101991@gmail.com, firdaus.dr@gmail.com

ABSTRACT

The government has set a greenhouse gas emission target of 29% in 2030. This is pursued, among other, by reducing energy consumption in industries such as cement, steel, paper, etc. santoso stated that the potential for reducing CO2 emissions if OPC (Conventional cement) is replaced by PCC (Environmentally friendly cement) amounted to 3,34 million tons of CO2at the meeting of the Indonesian Cement Association in 2019. For this reason, this research is necessary to determine the ration of the compressive strength of concrete in PCC cement and OPC cement. The concrete compressive strength test object is in the form of a cylinder with a diameter of 15 cm x 30 cm.

Strength test result at 28 days of age using superplasticizer on OPC cement were higher, namely 52,9 MPa, while for PCC cement was 52,62 MPA. The difference in the thecoma [ressive strength of concrete between OPC and PCC cement is not too big.

However, there was a big difference at 7 days of age, namely in OPC cement the compressive strength value was 44,83 MPa, while in PCC cement the compressive strength was 34,97 MPa. However, this difference keeps getting smaller until the age of 28 days

Keywords : Greenhouse Emission, PCC, OPC, and Compressive Strength ABSTRAK

Pemerintah telah mencanangkan target pengurangan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 29% pada tahun 2030.

Hal tersebut diupayakan.antara lain dengan mengurangi konsumsi energi pada industri seperti semen, baja, kertas, dll.

Santoso menyatakan bahwa potensi penurunan emisi CO2 bilaOPC.(semen konvensional) digantikan dengan PCC (semen ramah lingkungan) adalah sebesar 3,34 juta.ton CO2 di pertemuan asosiasi semen Indonesia pada tahun 2019.

Untuk itu perlu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana perbandingan kuat tekan beton pada semen PCC dan semen OPC. Benda uji kuat tekan beton berupa silinder berdiameter 15 cm x 30 cm.

Pada penelitian ini didapat hasil pengujian kuat tekan pada usia 28 hari dengan menggunakan superplasticizer pada semen OPC lebih tinggi yaitu 52,9 MPa, sedangkan untuk semen PCC yaitu 52,62 MPa. Perbedaan nilai kuat tekan beton antara semen OPC dan PCC tidak terlalu besar. Akan tetapi terdapat selisih yang cukup besar pada usia 7 hariyaitu pada semen OPC nilai kuat tekannya 44,83 MPa, sedangkan pada semen PCC kuat tekannya 34,97 MPa.

Tetapi selisih tersebut terus semakin mengecil sampai usia 28 hari.

Kata kunci : Emisi Rumah Kaca, PCC, OPC, dan Kuat Tekan Beton

1. PENDAHULUAN

Beton merupakan bahan kontruksi yang paling sering digunakan dalam struktur bangunan. Baik itu struktur bangunan gedung, jalan, jembatan, dan dermaga.

Salah satu susunan utama bahan beton adalah semen. Saat ini industri semen sudah mengeluarkan produk yang ramah lingkungan.tanpa mengurangi mutu beton yang dihasilkan, salah satunya yaitu semen PCC.

(Portland Cement Composite). Semen PCC (Portland Cement Composite) saat ini banyak dipakai oleh pengguna kontruksi. Sementara semen OPC (Ordinary Portland Cement) sudah jarang dipakai. Terdapat dua penyebab utama yaitu harga yang mahal dan tidak lebih.ramah lingkungan dibandingkan semen PCC (Portland Cement Composite). Selain itu pemerintah telah mencanangkan target pengurangan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 29% pada.tahun 2030. Hal tersebut diupayakan antara lain dengan mengurangi konsumsi energi pada industri seperti semen, baja, kertas, dll (Asosiasi Semen Indonesia, 2019). Lebih lanjut lagi Santoso menyatakan bahwa potensi penurunan emisi CO2 bila OPC (semen konvensional) digantikan dengan PCC.

(semen ramah lingkungan) adalah sebesar 3.34 juta ton CO2 (Santoso, 2019).

Karena belum dikatahui secara pasti.perbandingan kuat tekan beton.antara semen PCC (Portland.Cement Composite) dan OPC (Ordinary Portland Cement), oleh karena itu perlu dianalisa nilai kuat tekan antara kedua

(2)

tipe semen ini (Azmi, dkk, 2010). Analisa yang dilakukan perlu dilakukan.dengan perencanaan beton mutu.tinggi agar dapat terlihat dengan baik perbandingan kuat tekan beton pada kedua semen.

Bahan tambah yang digunakan dalam penelitian ini adalah polimer tipe water reducing yang berfungsi dapat mengurangi pemakaian air hingga 20% dan dapat meningkatkan 40% kuat tekan beton karena dapat mengurangi pemakaian air pada campuran beton dan meningkatkan Slump beton sampai 8 inch (208 mm) atau. ebih. Dosis yang disarankan adalah 1% sampai 2% dari berat semen. Dosis yang berlebihan akan menyebabkan menurunnya kekuatan beton (Mulyono, 2003).

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Beton

Dalam.SNI 2847, 2013, beton adalah campuran semen Portland atau semen hidrolis lainnya, agregat kasar, agregat halus, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan (admixture). Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200-2500 kg/m3 menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah yang tidak menggunakan bahan tambahan. Larutan tambahan untuk memperbaiki sifat beton.

2.2. Bahan-Bahan Penyusun Beton 2.2.1. Semen

Menurut SNI.15-7064-2004, Semen merupakan bahan.pengikat hidrolis.yang diproses dengan penggilingan.bersama-sama terak/klinker semen Portland dan gypsum dengan satu atau lebih bahan anorganik. Semen digunakan dalam pembuatan beton. ebagai bahan pengikat antara satu komponen penyusun beton dengan komponen lainnya dan banyak dipakai dalam pembangunan fisik. Penambahan air pada semen akan menghasilkan suatu pasta semen yang jika mengering akan mempunyai kekuatan seperti batu, sedangkan jika ditambah air dan pasir akan menjadi mortar semen, dan jika ditambah lagi dengan kerikil atau batu pecah disebut beton.

2.2.2. Agregat Halus

Menurut Antono. (1995), pasir sebagai agregat halus merupakan bahan batuanberukuran kecil, ukuran butirnya ≤5 mm. Pasir dapat berupa pasir alam, sebagai hasil desintegrasi alam dari batu-batuan, atau berupa pasir pecahan batu.

2.2.3. Agregat Kasar

Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dan mempunyai ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaian.

2.2.4. Air

Air digunakan sebagai salah satu bahan penyusun beton dan sebagai bahan perawatan beton. (curing). Air akan bereaksi dengan semen serta menjadi bahan pelumas antara butir anagregat agar mudah dipadatkan dan dikerjakan. Air yang digunakan harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak, dan tidak mengandung garam-garam dan zat-zat lain yang dapat merusak beton (Nugraheni, 2017).

2.3. Bahan Tambah (Admixture)

Bahan tambah (admixture) adalah bahan-bahan yang ditambahkan kedalam campuran pada saat atau selama percampuran berlangsung. Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat dari beton agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya.

Menurut Standard Definitions of Terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates (ASTM C.125- 1995:61), terdapat 7 jenis bahan tambah kimia, yaitu:

1. Tipe A, Water-Reducing Admixtures 2. Tipe B, Retarding Admixtures 3. Tipe C, Accelerating Admixtures

4. Tipe D, Water Reducing and Retarding Admixtures 5. Tipe E, Water Reducing and Accelerating Admixtures

(3)

Erik Okto Fernandes, Firdaus| 225 6. Tipe F, Water Reducing, High Range Admixtures

7. Tipe G, Water Reducing,High Range Retarding Admixtures

Pada penelitian ini digunakan Polimer yang bersifat Water-Reducing Admixtures untuk membuat kadar semen tetap, air dikurangi. Cara ini untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau faktor air semen (fas) yang rendah. Dengan faktor air semen yang rendah akan meningkatkan kuat tekan beton. Pada Kimia Kontruksi Indonesia terdapat referensi kadar penggunaan nya yaitu 0.8-2%. Sedangkan pada penelitian ini digunakan 0.87%, hal ini didasarkan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Laboratoium Wika Beton.

2.4. Beton Mutu Tinggi

Beton Mutu Tinggi adalah beton yang memiliki kuat tekan lebih tinggi dibandingkan beton normal biasa.

Menurut PD T-04-2004-C tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaksanaan Beton Berkekuatan Tinggi, yang tergolong beton bermutu tinggi adalah beton yang memiliki kuat tekan antara 40–80 MPa. Beton mutu tinggi (high strength concrete) yang tercantum dalam SNI 03-6468-2000 didefinisikan sebagai beton yang mempunyai kuat tekan yang disyaratkan lebih besar sama dengan 41,4 Mpa. Beton mutu tinggi bermanfaat pada pracetak dan pratekan. Pada bangunan tinggi mengurangi beban mati. Kelemahannya adalah kegetasannya.

2.5. Kuat Tekan Beton

Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan (SNI03-1974-1990). Berdasarkan standar ASTM C-39, uji tekan beton dilakukan pada benda uji berbentuk silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm (Purwanto, 1999, dalam Nugraheni, 2017).

Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian standar, menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban tekan bertingkat dengan kecepatan peningkatan beban tertentu atas benda uji silinder beton sampai hancur. Kekuatan tekan beton merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Pengujian kuat tekan dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton yang telah mengeras dengan benda uji berbentuk kubus atau silinder.

Kuat tekan beton dipengaruhi oleh faktor perbandingan air semen. (w/c).

Nilai Kuat tekan beton beragam sesuai dengan umurnya dan biasanya nilai kuat tekan beton ditentukan pada waktu beton mencapai umur 28 hari setelah pengecoran. Umumnya pada umur 7 hari kuat tekan beton mencapai 70% dan pada umur 14 hari mencapai.85-90% dari kuat tekan beton umur.28 hari. Kuat tekan beton itu sendiri dipengaruhi oleh nilai faktor air semen (f.a.s.), jumlah semen, umur beton, serta sifat agregat yang digunakan.

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium PT. Wijaya Karya Beton, Tbk. (Tegineneng, Lampung).

3.2. Waktu Penelitian

Durasi dari penelitian diperkirakan dilaksanakan selama 3 bulan (November 2020 s.d. Januari 2021).

3.3. Persiapan

Persiapan dari pengujian ini yaitu mempersiapkan bahan-bahan dan alat yang akan digunakan sebagai bahan campuran beton yang akan dibuat. Persiapan alat yang digunakan merupakan alat dari Laboratorium PT. Wijaya Karya Beton Tbk. (Tegineneng, Lampung). Benda uji yaitu berupa beton silinder diameter 150 mm dengan tinggi 300 mm. Untuk variasi dalam benda uji tiap pengujian memakai 3 sampel benda uji.

Waktu pengujian yang dipakai yaitu 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Semen yang digunakan Type OPC dan PCC.

Jadi jumlah sampel pada pengujian ini berjumlah 18 benda uji silinder.

(4)

3.4. Pengujian Material

Pengujian material bertujuan untuk mengetahui sifat atau karakteristik dari material yang digunakan, serta menganalisis perbandingan kuat tekan beton antara semen OPC dan PCC untuk memperoleh variabel- variabel yang diperlukan dalam perhitungan mix design beton. Pengujian material meliputi analisa semen, analisa agregat halus, dan analisa agregat kasar.

3.5. Perencanaan Campuran Beton (Mix Design)

Perencanaan campuran beton (mix design) memakai metode ACI (ACI Committee 544,1993). Rencana campuran antara semen, air dan agregat sangat penting untuk mendapatkan kekuatan beton yang diinginkan. Kekuatan yang direncanakan adalah kuat tekan dengan mutu fc’ = 52 MPa.

3.6. Pembuatan Banda Uji

Proses ini meliputi persiapan bahan campuran adukan beton, proses pencampuran, penambahan zat aditif, pemeriksaan nilai slump, dan pencetakan benda uji.

3.7. Perawatan Terhadap Benda Uji (Curing)

Perawatan dilakukan dengan cara merendam benda uji silinder dalam bak air dengan ketentuan waktu H-1 hari sebelum pengujian.

3.8. Pengujian Kuat Tekan Beton

Uji tekan beton dilakukan dengan menggunakan alat Compression Testing Machine (CTM) berkapasitas 150 ton dengan kecepatan pembebanan 0,14–0,34 MPa/detik. Pengujian dilakukan dengan mengatur alat CTM. Benda uji silinder beton yang telah melalui proses curing diangkat dan ditimbang. Kemudian, dicatat dan diberi tanda. Sebelum pengujian kuat tekan beton dilakukan, permukaan tekan benda uji silinder harus rata agar tegangan terdistribusi secara merata pada penampang benda uji. Dalam hal ini, benda uji diberi lapisan belerang setebal 1,5–3 mm pada permukaan tekan benda uji, atau dapat dilakukan dengan memberi pasta semen. Pengujian ini dilakukan pada umur beton 28 hari. Benda uji diletakkan pada ruang penekan CTM dengan posisi tegak lurus dan jarum penunjuk dipastikan tepat pada titik nol. Kemudian mesin tekan dihidupkan dan secara perlahan alat akan menekan benda uji silinder, sampai beton mencapai hancur atau jarum tidak bergerak kembali lalu mesin dimatikan.

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Pengujian Bahan

Pengujian Agregat dilakukan untuk mendapatkan data-data yang nantinya dipakai untuk perhitungan mix design. Adapun pengujian yang dilakukan pada agregat halus adalah pengujian analisa saringan dan modulus halus butir, .berat isi/volume agregat, berat jenis dan penyerapan air, kadar air, dan kandungan bahan organik.

Tabel 1. Hasil Analisa Saringan Agregat Halus Diameter

Saringan (mm)

Berat Tertahan

(gram)

% Berat Tertahan

Kumulatif Tertahan

(gram)

% Kumulatif

Tertahan % Lolos

4,75 31,3 3,13 31,3 3,13 96,87

2,36 115,5 11,55 146,8 14,68 85,32

1,18 305,5 30,55 452,3 45,23 54,77

0,6 299,8 29,98 752,1 75,21 24,79

0,3 173,7 17,37 925,8 92,58 7,42

0,15 58,9 5,89 984,7 98,47 1,53

Pan 15,3 1,53 1000 100 0

Jumlah 1000 100 429,3 270,7

(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)

(5)

Erik Okto Fernandes, Firdaus| 227 Gambar 1. Grafik Analisa Saringan Agregat Halus.

Tabel 2. Hasil Analisa Saringan Agregat Kasar Diameter

Saringan (mm)

Berat Tertahan

(gram)

% Berat Tertahan

Kumulatif Tertahan

(gram)

% Kumulatif

Tertahan % Lolos

19 1327,3 13,273 1327,3 13,273 86,727

9,5 6101,8 61,02 7429,1 74,29 25,709

4,75 2297,4 22,97 9726,5 97,265 2,735

2,36 273,5 2,735 10000 100 0

Pan 0 0 10000 100 0

Jumlah 10000 1000 384,829 115,171

(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)

Gambar 2. Grafik Analisa Saringan Agregat Kasar.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5

Persentase Lolos Saringan %

Diameter Saringan (mm)

Batasan Atas Batasan Bawah Sampel Uji

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 5 10 15 20 25

Persentase Lolos Saringan %

Diameter Saringan (mm)

Batasan Atas (ASTM)

Batasan Bawah (ASTM)

Sampel Uji

(6)

Tabel 3. Hasil Pengujian Berat Volume Agregat Halus

Kondisi Padat Gembur

A. Volume Wadah 4896 cm3 4896 cm3

B. Berat Wadah 3546 gr 3546 gr

C. Berat Wadah + Benda Uji 10270 gr 11116 gr

D. Berat Benda Uji (C-B) 6724 gr 7570 gr

Berat Volume → D/A 1373,366 kg/ m3 1546,16 kg/ m3

(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)

Tabel 4. Hasil Pengujian Berat Volume Agregat Kasar

Kondisi Padat Gembur

A. Volume Wadah 10270 cm3 10270 cm3

B. Berat Wadah 3880 gr 3880 gr

C. Berat Wadah + Benda Uji 18167 gr 19870 gr

D. Berat Benda Uji (C-B) 14287 gr 15990 gr

Berat Volume → D/A 1391,139 kg/ m3 1556,926 kg/ m3

(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)

Berdasarkan pengamatan analisa zat organik yang dilakukan, didapatkan warna nomor 1 yang artinya pasir dalam keadaan baik dan layak untuk digunakan.

Tabel 5. Hasil Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus

No Parameter Sampel I Sampel II Satuan

A Volume Awal 1000 1000 gr

B Volume Akhir 995,5 994,5 gr

C Kadar Lumpiur 0,45 0,45 %

(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)

Tabel 6. Hasil Pengujian Kadar Air Agregat Halus Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus

A. Berat Benda Uji Sebelum di Oven = 1000 gram

B. Berat Benda Uji Setelah di Oven = 981,3 gram

C. Kandungan Air (A-B) = 18,7 gram

Kadar Air = A-B/B x 100% = 1,91 %

(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)

Tabel 7. Hasil Pengujian Kadar Air Agregat Kasar Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar

A. Berat Benda Uji Sebelum di Oven = 3000 gram

B. Berat Benda Uji Setelah di Oven = 2914 gram

C. Kandungan Air (A-B) = 86 gram

(7)

Erik Okto Fernandes, Firdaus| 229

Kadar Air = A-B/B x 100% = 2,95 %

(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)

Tabel 8. Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus

PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS

Keterangan Notasi I II Rerata Satuan

Berat Sampel Kondisi SSD W1 500 500 500 gram

Berat Picnometer + Air + Sampel W2 988,9 998,5 993,7 gram

Berat Picnometer + Air W3 686,3 690,3 688,3 gram

Berat Sampel Kondisi Kering Oven W4 491,8 495,2 493,5 gram

Perhitungan :

Keterangan Rumus Hasil

Apparent Specific Grafity W4/(W4+W3-W2) 2,624

Bulk Specific Grafity SSD W1/(W1+W3-W2) 2,569

Bulk Specific Grafity Dry W4/(W1+W3-W2) 2,536

Absorption Percentage ((W1-W4)*100%)/W4 1,317

(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)

Tabel 9. Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar

PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR

Keterangan Notasi I II Rerata Satuan

Berat Sampel Kondisi SSD W1 7000 7000 7000 gram

Berat Sampel dalam Air W2 4196 4228 4212 gram

Berat Sampel Kondisi Kering Oven W3 6766 6822 6794 gram

Keterangan Rumus Hasil

Apparent Specific Grafity W3/(W3-W2) 2,631

Bulk Specific Grafity SSD W1/(W1-W2) 2,511

Bulk Specific Grafity Dry W3/(W1-W2) 2,437

Absorption Percentage ((W1-W3)*100%)/W1 3,032

(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)

Tabel 10. Hasil Pengujian Sifat-Sifat Fisik Material Jenis Pengujian Material yang dipakai Nilai hasil

pengujian Standar ASTM

(8)

Kadar air Agregat halus 1,91% 0 – 1 %

Agregat kasar 2,95% 0 – 3 %

Beratjenis

Agregat halus 2,624 2,0 – 2,9

Agregat kasar 2,631 2,5 – 2,9

Semen 3,145 -

Penyerapan Agregat halus 1,317 1 – 3 %

Agregat kasar 3% 1 – 3 %

Modulus kehalusan Agregat halus 3,3 2,3 – 3,1

Agregat kasar 7,8 6,0 – 8,0

Berat volume Agregat halus 1546,16 -

Agregat kasar 1556,96 -

Kadar lumpur Agregat halus 4,50% < 5 %

Kandungan zat

organis Agregat halus Sama dengan

warna standar Tidak boleh lebih tua dari warna standar (Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)

4.2. Mix Design

Tabel 11. Mix Design Beton

No Kode

Benda Uji

Jumlah

Sampel Volume

(m3) Semen

(Kg) Split

(Kg) Pasir

(Kg) Air (Ltr) WR (Ltr)

PER-M3 1 515 1189 669 125 4,5

1 T.O.7 3 0,01 8,19 18,90 10,63 1,99 0,71

2 T.O.14 3 0,01 8,19 18,90 10,63 1,99 0,71

3 T.O.28 3 0,01 8,19 18,90 10,63 1,99 0,71

4 T.P.7 3 0,01 8,19 18,90 10,63 1,99 0,71

5 T.P.14 3 0,01 8,19 18,90 10,63 1,99 0,71

6 T.P.28 3 0,01 8,19 18,90 10,63 1,99 0,71

(Sumber : Hasil Perhitungan, 2021) Keterangan :

T.O.7 = Beton Dengan Semen OPC Usia 7 Hari T.O.14 = Beton Dengan Semen OPC Usia 14 Hari T.O.28 = Beton Dengan Semen OPC Usia 28 Hari T.P.7 = Beton Dengan Semen PCC Usia 7 Hari T.P.14 = Beton Dengan Semen PCC Usia 14 Hari T.P.28 = Beton Dengan Semen PCC Usia 28 Hari 4.3. Hasil Pengujian

Tabel 12. Hasil Pengujian Nilai Slump Campuran Beton

No Kode Benda Uji Nilai Slump (mm)

1 T.O.7,14,28 60

2 T.P.7,14,28 50

(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)

(9)

Erik Okto Fernandes, Firdaus| 231 Tabel 13. Berat Jenis Beton

No. Kode

Benda Uji Benda

Uji Berat Benda Uji (kg)

Volume Benda Uji

(m3)

Berat Volume Beton (kg/m3)

Berat Volume Rata-Rata

(kg/m3) 1 T.O.7.1

Sylinder 15x30

12,54 0,0053 2366,04

2366,04

2 T.O.7.2 12,53 0,0053 2364,15

3 T.O.7.3 12,55 0,0053 2367,92

4 T.O.14.1

Sylinder 15x30

12,58 0,0053 2373,58

2367,92

5 T.O.14.2 12,52 0,0053 2362,26

6 T.O.14.3 12,55 0,0053 2367,93

7 T.O.28.1

Sylinder 15x30

12,51 0,0053 2360,38

2361,63

8 T.O.28.2 12,51 0,0053 2360,38

9 T.O.28.3 12,53 0,0053 2364,15

10 T.P.7.1

Sylinder 15x30

12,63 0,0053 2383,02

2374,21

11 T.P.7.2 12,54 0,0053 2366,04

12 T.P.7.3 12,58 0,0053 2373,58

13 T.P.14.1

Sylinder 15x30

12,54 0,0053 2366,04

2373,58

14 T.P.14.2 12,61 0,0053 2379,24

15 T.P.14.3 12,59 0,0053 2375,47

13 T.P.28.1

Sylinder 15x30

12,58 0,0053 2373,58

2371,69

14 T.P.28.2 12,55 0,0053 2367,92

15 T.P.28.3 12,58 0,0053 2373,58

(Sumber : Hasil Perhitungan, 2021)

Tabel 14. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Semen OPC No. Kode

Benda Uji Type Semen

Dimensi Luas Bidang (mm2)

Gaya Tekan

(kN)

Kuat Tekan (N/mm2)

Kuat Tekan Rata-rata (N/mm2) L

(mm) D (mm) 1 T.O.7.1

OPC

300 150 17671,46 777,54 44,00

44,83

2 T.O.7.2 300 150 17671,46 807,59 45,70

3 T.O.7.3 300 150 17671,46 791,68 44,80

4 T.O.14.1

OPC

300 150 17671,46 830,56 47,00

48,10

5 T.O.14.2 300 150 17671,46 865,90 49,00

6 T.O.14.3 300 150 17671,46 853,53 48,30

7 T.O.28.1

OPC

300 150 17671,46 925,98 52,40

52,90

8 T.O.28.2 300 150 17671,46 938,35 53,10

9 T.O.28.3 300 150 17671,46 940,12 53,20

Tabel 15. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Semen PCC No. Kode

Benda Uji

Type Semen

Dimensi Luas

Bidang (mm2)

Gaya Tekan

(kN)

Kuat Tekan (N/mm2)

Kuat Tekan Rata-rata (N/mm2) L (mm) D (mm)

(10)

1 T.P.7.1

PCC

300 150 17671,46 678,58 38,40

39,10

2 T.P.7.2 300 150 17671,46 703,32 39,80

3 T.P.7.3 300 150 17671,46 690,95 39,10

4 T.P.14.1

PCC

300 150 17671,46 795,22 45,00

46,67

5 T.P.14.2 300 150 17671,46 844,70 47,80

6 T.P.14.3 300 150 17671,46 834,09 47,20

7 T.P.28.1

PCC

300 150 17671,46 922,45 52,20

52,65

8 T.P.28.2 300 150 17671,46 931,82 52,73

9 T.P.28.3 300 150 17671,46 937,12 53,03

(Sumber : Hasil Perhitungan, 2021)

Gambar 3. Grafik Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Semen OPC dan PCC.

Dari gambar di atas, kita dapat melihat perbandingan antara kuat tekan beton menggunakan semen. OPC dan PCC, pada usia 7 hari terlihat perbedaan yang cukup signifikan antar kuat tekan semen OPC dan PCC , Tetapi Ketika menuju usia 28 hari kuat tekan beton yang dihasilkan memiliki mutu beton yang sama sesuai dengan rencana kuat tekan beton awal yaitu 52 MPa. Hal ini memperlihatkan seberapa besar pengaruh water reducer pada beton. Seperti yang kita tahu pengaruh kuat tekan pada usia dapat membantu mengoptimalkan biaya pada penggunaan bekisting, dapat mempersingkat waktu untuk pembangunan struktur high building. Ataupun pada jalan beton yang memiliki volume lalu lintas yang tinggi.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data maka dapat di ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan pada usia 7,14,28 hari dengan menggunakan water reducer pada semen OPC dan PCC diperoleh hasil sebagai berikut :

Tipe Semen Kuat Tekan (Mpa)

7 Hari 14 Hari 28 Hari

OPC 44,83 48,10 52,90

PCC 39,10 46,67 52,65

2. Berdasarkan hasil uji kuat tekan beton pada usia 28 hari. Didapat bahwa perbedaan nilai kuat tekan beton antara semen OPC dan PCC tidak terlalu besar. Akan tetapi selisih terbesarnya dapat dilihat pada

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00

7 14 28

MPa

Umur Test (Hari)

Grafik Mutu Beton Semen OPC dan PCC

Semen OPC Semen PCC

(11)

Erik Okto Fernandes, Firdaus| 233 usia 7 hari yaitu pada semen OPC nilai kuat tekan nya 44,83 MPa, sedangkan pada semen PCC kuat tekan nya 39,10 MPa. Akan tetapi selisih tersebut terus semakin mengecil sampai usia 28 hari.

3. Penambahan water reducer pada semen OPC sangat berpengaruh di mana mampu membuat kuat tekan beton pada usia 7 hari, sudah mendekati kuat tekan beton pada semen PCC usia 14 hari.

DAFTAR PUSTAKA

[1] ACI Committee 554. 1993. Guide for Selecting Proportions for High-Strength Concrete with Portland Cement and Fly Ash. Report : ACI 211.4R – 93

[2] Antono, A. 1995.Bahan Kontruksi Teknik Sipil. Penerbit Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.

[3] Asosiasi Semen Indonesia. 2019. Jakarta.

[4] ASTM C-33.Standard Specification for Concrete Aggregates. United States.

[5] ASTM C-39.Test for Specific Gravity and Absorption of Fine Aggregate. United States.

[6] ASTM C-117. 1995. Standard Test Method For Materials Finer Than 75-µm (No. 200) Sieve In Mineral Aggregates. United States.

[7] ASTM C.125-1995:61. Standard Definitions of Terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates.United States.

[8] ASTM C136-01.Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates.United States.

[9] ASTM C-150. 1985. Standard Specification For Portland Cement.United States.

[10] ACISP-19. 1985. Cement and Concrete Terminology.United States.

[11] Azmi, F., dkk.2010. Kuat Tekan Beton dan Waktu Ikat Semen Portland Komposit (PCC). Universitas Riau, Pekan Baru.

[12] Dipohusodo. 1994. Struktur Beton Bertulang. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

[13] George, Winter. 1993.Perencanaan Struktur Beton Bertulang. Jakarta.

[14] Mulyati. 2013. Studi Perbandingan Kuat Tekan Beton Normal Menggunakan Semen Portland Tipe I dan Portland Compostie Cement. Universitas Hasnudin, Makassar.

[15] Mulyono, T. 2003. Teknologi Beton.Penerbit Andi Offset.Yogyakarta.

[16] Nugraheni, Melly.2017. Pengaruh Penambahan Serat Bendrat Berkait (Hooked) dengan Perilaku Beton pada Beban Tekan Berulang. Universitas Lampung, Lampung.

[17] PD T-04-2004-C. 2004. Tata Cara Pembuatan dan PelaksanaanBeton Berkekuatan Tinggi. Jakarta.

[18] Santoso, Widodo. 2019. Aplikasi Semen Tipe PPC, PCC,Slag Cement pada Beton Struktural untuk penurunan Emisis CO2 di Industri Semen. Asosiasi Semen Indonesia, Jakarta.

[19] SNI 03-1970-1990. Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

[20] SNI 03-1974-1990.1990. Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

[21] SNI 03-2834-1993. Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal.Badan Standardisasi Nasional.

Jakarta.

[22] SNI03-6468-2000. Perencanaan Campuran Tinggi dengan Semen Portland dengan Abu Terbang.Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

[23] SNI 15-7065-2004. Semen Portland Komposit.Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

[24] SNI 2847:2013. 2013. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung.Badan Standardisasi Nasional.

Jakarta.

[25] Sugiyanto, dan Sebayang, S. 2005. Teknologi Bahan. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Gambar

Tabel 1. Hasil Analisa Saringan Agregat Halus  Diameter  Saringan  (mm)  Berat  Tertahan (gram)  % Berat  Tertahan  Kumulatif Tertahan (gram)  % Kumulatif Tertahan  % Lolos  4,75  31,3  3,13  31,3  3,13  96,87  2,36  115,5  11,55  146,8  14,68  85,32  1,18
Tabel 2. Hasil Analisa Saringan Agregat Kasar  Diameter  Saringan  (mm)  Berat  Tertahan  (gram)  % Berat  Tertahan  Kumulatif Tertahan (gram)  % Kumulatif Tertahan  % Lolos  19  1327,3  13,273  1327,3  13,273  86,727  9,5  6101,8  61,02  7429,1  74,29  25
Tabel 3. Hasil Pengujian Berat Volume Agregat Halus
Tabel 8. Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus
+4

Referensi

Dokumen terkait

Konsep dasar perancangan yang digunakan yaitu “Teknologi Bangunan dan pergerakan manusia” konsep ini memadukan antara konstruksi bangunan dan kelancaran dari pengguna yang

Bangunan terminal pelabuhan saat ini sangat membutuhkan pelayanan yang lebih terarah serta sesuai dengan kebutuhan ruang yang di inginkan sehingga terminal dapat

1) Menyediakan pilihan teknologi yang disesuaikan dengan kondisi permasalahan mitra yaitu dalam hal ini Kelurahan Grogol Kecamatan Limo Kota Depok yakni mengenai keterbatasan

Hasil daripada kajian yang telah dijalankan, didapati bahawa pengetahuan serta pengamalan amalan keselamatan bengkel dikalangan pelajar berada pada tahap yang

Bila bangunan dianalisis dengan rekaman gempa loma maka aman terhadap gaya geser nominal (V≥0,8V ₁ ), jika nilainya difaktorkan skala awal. Dari hasil analisis simpangan lantai

Pada tipe ini masih mungkin terjadi bahwa temperatur fluida yang menerima kalor saat keluar penukar kalor lebih tinggi dibanding temperatur fluida yang memberikan kalor

Koefisien perpindahan panas konduksi pipa kalor struktur sumbu fiber carbon lebih besar dibandingkan dengan pipa kalor struktur sumbu stainless steel mesh 100 dengan nilai

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Taufik (2012) bahwa implementasi model pembelajaran learning cycle 5e mampu menurunkan proporsi