Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe II di RSUP. H. Adam Malik
SKRIPSI
oleh
Cholida Zia Meuraxa 131101035
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
PRAKATA
Segala hormat, puji, dan kemuliaan bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugrahNya kepada penulis hingga pada saat ini penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe II tentang Resiko terjadinya Ulkus Diabetikum di RSUP. H. Adam Malik” dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar sarjana keperawatan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Didalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, keterangan dan data-data baik secara tulis maupun secara lisan, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D.selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU, Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Wakil Dekan I, Cholina Trisa Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB. selaku Wakil Dekan II, dan Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat. selaku Wakil Dekan III.
2. Ismayadi, S.Kep, Ns, M.Kes, CWCC, CHt.N. selaku dosen pembimbing dalam pembuatan skripsi ini. Terima kasih atas waktu, bimbingan, masukan dan arahan yang sangat membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.
3. Nur Asnah Sihotang, S.Kep, Ns, M.Kep sebagai dosen pembimbing Akademik (PA) yang telah memberikan nasehat dan semangat selama menjalani kuliah di Fakultas Keperawatan USU
4. Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep. sebagai penguji I dan Eqlima Elfira, S.Kep., Ns., M.Kep. sebagai dosen penguji II yang telah memberikan saran dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh dosen & staf Administrasi di Fakultas Keperawatan USU yang telah menyumbangkan ilmu dan memberikan bantuan dalam kelancaran selama proses penyusunan skripsi ini berlangsung.
6. Teristimewa kepada bapak Ahmad Junaidi Meuraxa, mamak Hasminar Ahmaad Simanullang, abang Asrul Aziz Meuraxa dan seluruh keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan serta memberikan dukungan moril dan materil sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik
7. Seluruh teman-teman stambuk 2013 dan adik kelas di Fakultas Keperawatan USU yang selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Terkhusus buat Teman-teman yang selalu mendukung dan mendoakan kondisi saya dalam pengerjaan skripsi ini juga kepada teman satu bimbingan saya Yosi Anggrieni, Oshinda, dan Maghfira Utari yang berjuang bersama sama dalam pengerjaan skripsi ini tidak lupa juga kepada sahabat tercinta saya Putri M.E. Sirait, Dharma Suwagi, Gina Nasyiha dan Petra Diansari Zega yang selalu bersama saat pengerjaan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi yang disusun ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun penyusunannya, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga
penelitian ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan selanjutnya.
Medan, Juli 2017
NIM : 131101035 Cholida Zia Meuraxa
DAFTAR ISI
halaman
Halaman judul ... i
Halaman persetujuan ... ii
Kata Pengantar. ... iv
Daftar isi ... vi
Daftar Skema. ... ix
Daftar Tabel. ... x
Abstrak. ... xi
Bab 1. Pendahuluan ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Pertanyaan penelitian ... 6
1.4 Tujuan penelitian. ... 7
1.5 Manfaat Penelitian ... 7
Bab 2. Tinjauan pustaka ... 8
2.1 Pengetahuan ... 8
2.1.1 Pengertian Pengetahuan ... 8
2.1.2 Tingkat Pengetahuan ... 8
2.1.3 Sikap ... 9
2.1.4 Praktik/tindakan ... 10
2.2 Diabetes Mellitus. ... 11
2.2.1. Defenisi Diabetes Mellitus. ... 11
2.2.2. Penyebab Diabetes Mellitus. ... 11
2.2.3. Faktor resiko Diabetes Mellitus. ... 13
2.2.4. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus. ... 15
2.2.5. Klasifikasi Diabetes Mellitus. ... 17
2.2.6. Komplikasi Diabetes Mellitus. ... 19
2.2.7. Diagnosis Diabetes Mellitus. ... 21
2.2.8. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus. ... 22
2.3 Umur ... 25
2.3.1. Defenisi Umur. ... 25
2.3.2. Jenis Umur. ... 25
Bab 3. Kerangka penelitian ... 27
3.1 Kerangka konsep ... 27
3.2 Definisi operasional ... 28
Bab 4. Metodologi penelitian ... 29
4.1 Desain penelitian ... 29
4.2 Populasi, sampel dan teknik sampling ... 29
4.2.1. Populasi. ... 29
4.2.2. Sampel. ... 29
4.2.3. Teknik sampling. ... 30
4.3 Lokasi dan waktu penelitian ... 31
4.3.1 Lokasi penelitian ... 31
4.3.2 Waktu penelitian ... 31
4.4 Pertimbangan etik ... 31
4.5 Insturmen penelitian ... 32
4.6 Validitas dan Reliabilitas ... 32
4.6.1 Validitas ... 32
4.6.2 Reliabilitas ... 33
4.7 Pengumpulan data ... 34
4.8 Analisa data ... 34
Bab 5. Hasil penelitian ... 36
5.1 hasil penelitian ... 36
5.1.1 Karakteristik Responden ... 36
5.1.2 Pengetahuan pasien diabetes melitus tipe II. ... 37
5.3 Pembahasan ... 38
Bab 5. Kesimpulan dan Saran ... 43
6.1 kesimpulan ... 43
6.2 saran ... 43
6.2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan. ... 43
6.2.2. Bagi Pelayanan Keperawatan. ... 43
6.2.3. Bagi Penelitian Selanjutnya. ... 44
Daftar Pustaka ... 45 Lampiran 1. Inform consent
Lampiran 2. Instrumen penelitian Lampiran 3. Surat Izin penelitian
Lampiran 4. Surat Keterangan sudah melakukan uji penelitian Lampiran 5. Surat Etik
Lampiran 6. Tanda Tangan Validator Lampiran 7. Hasil uji validitas Lampiran 8. Hasil uji reliabilitas Lampiran 9. Master data
Lampiran 10. Hasil Penelitian
Lampiran 11. Jadwal tentatif penelitian Lampiran 12. Lembar bukti bimbingan Lampiran 13. Taksasi dana
Lampiran 14. Riwayat hidup
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Kriteria penegakan diagnosis diabetes mellitus ... 21
Tabel 3.1. Defenisi Operasional Variabel. ... 28
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden ... 37
Tabel 5.2 Distribusi tingkat pengetahuan pasien ... 38
DAFTAR SKEMA
halaman Skema 3.1 Kerangka konseptual penelitian ... 27
Judul : Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe II di RSUP. H. Adam Malik
Nama : Cholida Zia Meuraxa NIM : 131101035
Fakultas : S1 keperawatan Tahun : 2013
ABSTRAK
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Diabetes melitus menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Banyak masyarakat belum mengetahui tentang diabetes melitus tipe II karena kurangnya pengetahuan tentang diabetes. Pengetahuan terbentuk setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap satu objek.
Pengetahuan pasien DM tentang penyakit serta komplikasinya dapat berkontribusi untuk mencegah ulkus diabetik. Semakin baik penderita mengerti tentang penyakitnya semakin mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya. Diabetes dapat menyebabkan kerusakan syaraf di seluruh tubuh saat glukosa darah dan tekanan darah terlalu tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUP. H. Adam Malik.
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan metode accidental sampling dengan penetapan kriteria sampel inklusi dan eksklusi. Jumlah populasi sebanyak 650 dengan sampel sebanyak 87 resoponden di RSUP. H. Adam Malik dengan hasil penelitian yang telah diperoleh menunjukkan bahwa pengetahuan dikategorikan sedang ( 69%).
Pelayanan keperawatan supaya memberikan penyuluhan kepada pasien diabetes tentang penyakit diabetes, sehingga pasien memiliki pengetahuan tentang diabetes melitus tipe II.
Kata kunci : Pengetahuan, Diabetes Melitus tipe II
BAB 1
PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak memproduksi insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Insulin adalah hormon yang mengatur gula darah. Hiperglikemia atau gula darah yang meningkat, merupakan efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol dan dari waktu ke waktu menyebabkan kerusakan serius pada banyak sistem tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah (WHO, 2011).
World Health Organization (WHO) melaporkan pada tahun 2010 bahwa 60%
penyebab kematian semua umur adalah karena penyakit tidak menular. Diabetes melitus menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat diabetes dan 4% meninggal dibawah usia 70 tahun. Tahun 2030, diperkirakan diabetes melitus menempati urutan ke-7 penyebab kematian dunia. Sementara di Indonesia, pada tahun 2030 diperkirakan akan memiliki penyandang diabetes melitus sebanyak 21,3 jiwa.
Menurut International Diabetes Federation (IDF) lebih dari 371 juta orang di dunia yang berusia 20-79 tahun memiliki diabetes. Perkiraan terakhir IDF, terdapat 382 juta orang di dunia yang hidup dengan diabetes pada tahun 2013.
Tahun 2035 jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang, dimana 382 juta orang tersebut, diperkirakan 175 juta diantaranya belum terdiagnosis sehingga terancam berkembang progresif menjadi komplikasi tanpa
disadari dan tanpa pencegahan. Indonesia berada di urutan ke-7 dengan prevalensi diabetes tertinggi dibawah China, India, USA, Brazil, Rusia dan Mexico.
(International Diabetes Federation, 2015).
Di Amerika Serikat, Huang dkk. (2009) memproyeksikan jumlah penyandang DM dalam 25 tahun ke depan (antara tahun 2009-2034) akan meningkat 2 kali lipat dari 23,7 juta menjadi 44,1 juta, biaya perawatan per tahun meningkat sebanyak 223 miliar dolar dari 113 menjadi 336 miliar dolar Amerika Serikat.
Biaya pengobatan DM dan komplikasinya pada tahun 2007 di Amerika Serikat mencapai 116 miliar dolar, dimana 33% dari biaya tersebut berkaitan dengan pengobatan ulkus kaki diabetikum ( Driver dkk, 2010).
Laporan dari badan penelitian dan pengembangan kesehatan, kementrian kesehatan menyebutkan, terjadi peningkatan prevalensi pada penderita diabetes mellitus yang diperoleh berdasarkan wawancara yaitu 1,1% pada tahun 2007 menjadi 1,5% sedangkan prevalensi diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter/gejala pada tahun 2013 sebesar 2,1% dengan prevalensi terdiagnosis dokter tertinggi pada daerah sulawesi tengah 3,7% dan paling rendah pada daerah jawa barat 0,5% (Riskesdas 2013).
Presentasi komplikasi diabetikum melitus di RSCM tahun 2011 komplikasi terbanyak adalah neuropati 54%, retino diabetik 33,40%, proteinuria 26,50%, PAD (Peripheral Arteril Disease) 10,90%, ulkus kaki 8,70%, angina 7,40%, stroke 5,30%, MIC mild congnitive impairment 5,30%, gagal jantung 2,70%, amputasi 1,30% dan dialisis 0,50%.
Di (RSCM) tahun 2003 masalah ulkus kaki diabetikum merupakan masalah serius, sebagian besar penderita DM dirawat karena mengalami ulkus diabetikum.
Akibat dari masalah ulkus diabetikum angka amputasi masih cukup tinggi yaitu sebesar 23,5% penderita DM paska amputasi sebanyak 14,3% akan meninggal dalam setahun dan 37% akan meninggal dalam 3 tahun (Waspadji 2006).
Prevalensi penderita ulkus kaki diabetikum diindonesia sekitar 15%, angka amputasi 30%, angka mortalitas 32%, dan ulkus kaki diabetikum merupakan sebab perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% DM (Riyanto, 2007).
Berdasarkan hasil survey awal dilakukan peneliti pada salah satu rumah sakit besar disumatera utara yang merupakan rumah sakit umum rujukan kota medan didapat sebanyak 7176 pasien yang menjalani perawatan dirumah sakit umum pusat haji adam malik medan dengan perincian sebanyak 672 pasien yang menjalani rawat inap dan telah terjadi komplikasi akibat DM yang salah satu penyebab adalah karena kaki diabetes dalam grade yang lebih dari 3 sedangkan sebanyak 6404 pasien DM menjalani rawat jalan dipoliklinik penyakit dalam RSUP. H. Adam Malik pada priode 2010.
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes,2013) bagi pembangunan kesehatan di Indonesia, diabetes melitus merupakan ancaman serius yang dapat menimbulkan kebutaan, gagal ginjal, luka kaki diabetes (gangrene) yang mengakibatkan amputasi, penyakit jantung dan stroke.
Angka kejadian dan komplikasi diabetes melitus cukup tersebar dibeberapa daerah di Indonesia sehingga bisa dikatakan sebagai salah satu masalah nasional yang harus mendapatkan perhatian lebih. Salah satu komplikasi penyakit diabetes
melitus yang paling sering dijumpai adalah kaki diabetikum (diabetic foot) yang ber-manifestasikan sebagai ulkus, infeksi dan gangren (Flora et.al, 2013).
Sebanyak 1785 penderita diabetes melitus di Indonesia mengalami komplikasi neuropati sebanyak 63,5%, retinopati 42%, kaki diabetikum 15%, nefropati 7,3%, makrovaskuler 6% dan mikrovaskuler 6 %. (Novitasari, 2015)
Bila seorang pasien mempunyai pengetahuan tentang risiko terjadinya ulkus diabetes, maka pasien akan dapat memilih alternatif yang terbaik bagi dirinya dan cenderung memperhatikan hal-hal yang penting tentang perawatan diabetes melitus seperti pasien akan melakukan pengaturan pola makan yang benar, berolah raga secara teratur, mengontrol kadar gula darah dan memelihara lingkungan agar terhindar dari benda-benda lain yang dapat menyebabkan luka.
Apabila perawatan yang dilakukan dengan tepat maka dapat membantu proses penyembuhan dan diharapkan pasien menjadi sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual (Nurhasan, 2002).
Pasien diabetes melitus dengan komplikasi luka diabetikum dapat mengalami permasalahan yang bersifat fisik, psikologis dan sosial yang merupakan kondisi dimana bisa mengakibatkan tekanan bahkan hambatan dalam proses pengobatan dan perawatan luka diabetikum. Rutinitas konsumsi obat, melakukan diet sesuai anjuran dan tingkat pengetahuan tentang cara perawatan luka diabetikum bisa menimbulkan perasaan bosan dengan hidup yang selalu dibatasi, merasa sedih dan putus asa karena sudah tidak bisa beraktivitas lagi layaknya orang normal dan merasa menjadi beban untuk keluarganya. (Widhiasir, 2012)
Penelitian yang dilakukan Herminet al, (2012) tentang analisis teknik perawatan luka pada penderita diabetes melitus menyebutkan perawatan luka diabetikum adalah manajemen ulkus diabetikum yang dilakukan secara komprehensif melalui upaya mengatasi, menghilangkan atau mengurangi infeksi hingga luka sembuh total. Perawatan luka diabetik merupakan manajemen luka diabetikum yang dilakukan secara komprehensif melalui upaya mengatasi infeksi, menghilangkan atau mengurangi tekanan beban (offloading), menjaga luka agar selalu lembab (moist), penanganan infeksi, debridement, revaskularisasi dan tindakan bedah elektif, profilaktik, kuratif atau emergency.
Untuk mengontrol komplikasi ulkus kaki, pengetahuan pasien DM mengenai penyakit serta komplikasinya dapat berkontribusi untuk mencegah kaki diabetikum. Jika pasien memiliki pengetahuan yang memadai mereka akan dapat berlatih untuk mencegah ulkus diabetikum (Begum et al., 2010).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau perilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan sikap yang positif perilaku tersebut akan berlangsung langgeng.
Pengetahuan penderita tentang diabetes melitus merupakan sarana yang dapat membantu penderita menjalankan penanganan diabetes selama hidupnya sehingga semakin banyak dan semakin baik penderita mengerti tentang penyakitnya semakin mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya dan mengapa hal itu diperlukan (Waspadji,2007).
Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui gambaran pengetahuan pasien diabetes melitus tipe II tentang resiko terjadinya ulkus diabetikum, dengan adanya
pengetahuan yang cukup maka akan menumbuhkan rasa kesadaran dan berlanjut pada kemauan yang diterapkan dalam perubahan prilaku penderita diabetes melitus menjadi prilaku yang sehat dan dapat mencegah terjadinya kaki diabetes.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dan berbagai fenomena yang muncul tentang DM tipe 2 yang berhubungan dengan pengetahuan tentang DM tipe II, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan pasien DM tipe 2 di RSUP. H. Adam Malik.
1.3. Pertanyaan Penelitian
1.3.1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan pasien DM tipe 2di RSUP. H.
Adam Malik ?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUP. H. Adam Malik.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya bagi pelayanan keperawatan mengenai DM tipe II, Pengertian, Penyebab, Perawatan dan Komplikasi, agar dapat memberikan informasi pada pasien Diabetes Mellitus.
1.5.2. Bagi Ilmu Pengetahuan Keperawatan
Memberikan pengetahuan mengenai Diabetes Mellitus, pengertian, penyebab, komplikasi dan perawatan pada semua petugas kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan mengenai DM tipe II.
1.5.3. Bagi Peneliti
Memberikan pengetahuan dan wawasan serta pengalaman berharga bagi penulis untuk menerapkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah sehingga dapat bermanfaat untuk melakukan asuhan keperawatan
pada pasien-pasien Diabetes Mellitus, baik di rumah sakit maupun di masyarakat, serta dapat memberikan gambaran pada peneliti-peneliti selanjutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengetahuan
2.1.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo 2007).
2.1.2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmdjo (2007) Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni: Tahu (Know),Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
1. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginter prestasikan materi tersebut secarabenar.
2. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
3. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
4. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan.
5. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.1.3. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Menurut allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide atau konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau eveluasi emosional terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:
a) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.
b) Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan lepas pekerjaan itu benar atau salah bearti orang menerima ide tersebut.
c) Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d) Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2.1.4. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, yaitu fasilitas. Faktor fasilitas juga diperlukan faktor pendukung dari pihak lain.
2.2. Diabetes Mellitus
2.2.1. Defenisi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Tingkat kadar glukosa darah menentukan apakah seseorang menderita DM atau tidak.
(Hasdianah H.R 2012)
Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit sebagai akibat dari kelainan metabolisme yang disebabkan karena ketidakmampuan pangkreas menghasilkan insulin, sehingga waktu kerja insulinmenjadi terhambat dan mengakibatkan kadar gula darah meningkat(Juwiningtyas, 2014).
2.2.2. Penyebab Diabetes Mellitus
Penyebab DM adalah kurangnya produksi dan ketersediaan insulin dalam tubuh yang mencukupi maka tidak dapat bekerja secara normal atau terjadinya gangguan fungsi insulin. Insulin berperan utama dalam mengatur kadar glukosa dalam darah, yaitu 60-120 mg/dl waktu puasa dan dibawah 140 mg/dl pada dua jam sesudah makan (orang normal) (Tjokroprawiro, 2006). Kekurangan Insulin disebabkan karena terjadinya kerusakan sebagian kecil atau sebagian besar dari sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar penkreas yang berfungsi menghasilkan insulin. Ada beberapa faktor yang menyebabkan DM sebagai berikut :
a. Genetik atau Faktor Keturunan
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan.
Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM.
Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya (Maulana, 2008).
b. Asupan Makanan
Diabetes mellitus dikenal sebagai penyakit yang berhubungan dengan asupan makanan, baik sebagai factor penyebab maupun pengobatan. Asupan makanan yang berlebihan merupakan factor risiko pertama yang diketahui menyebabkan DM. Salah satu asupan makanan tersebut yaitu asupan karbohidrat.
Semakin berlebihan asupan makanan semakin besar kemungkinan terjangkitnya DM (Maulana, 2008).
c. Obesitas
Retensi insulin paling sering dihubungkan dengan kegemukan atauobesitas.
Pada kegemukan atau obesitas, sel-sel lemak juga ikut gemuk dan selseperti ini akan menghasilkan beberapa zat yang digolongkan sebagaiadipositokin yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan pada waktu tidakgemuk. Zat-zat itulah yang menyebabkan resistensi terhadap insulin (Hartini,2009).
2.2.3. Faktor Resiko
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut American DiabetesAssociation (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputiriwayat keluarga dengan DM (first degree relative), umur
≥45 tahun, etnik, riwayatmelahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan beratbadan rendah (<2,5 kg). Faktor risiko yang dapatdiubah meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat.
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita polycystic ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolikmemiliki riwatyat toleransi
glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya, memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau peripheral rrterial Diseases (PAD), konsumsi alkohol,faktor stres, kebiasaan
merokok, jenis kelamin,konsumsi kopi dan kafein.
1. Obesitas (kegemukan)
Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%.
2. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus
Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen diabetes.
Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita Diabetes Mellitus.
4. Dislipedimia
Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes.
5. Umur
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus adalah
> 45 tahun.
6. Riwayat persalinan
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi >
4000gram
7. Faktor Genetik
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakitini.
8. Alkohol dan Rokok
Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan peningkatan frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini dihubungkan dengan peningkatan obesitas dan pengurangan ketidak aktifan fisik, faktor-faktor lain yang berhubungan dengan perubahan dari lingkungan tradisional kelingkungan kebarat- baratan yang meliputi perubahan-perubahan dalam konsumsi alkohol dan rokok, juga berperan dalam peningkatan DM tipe 2. Alkohol akan menganggu metabolisme gula darah terutama pada penderita DM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan meningkat tekanan darah apabila mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang setara dengan 100 ml proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml.
Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2, dibedakan menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya umur, faktor genetik, pola makan yang tidak seimbang jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh.
2.2.4. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian ialah : 1. Keluhan Klasik
a. Penurunan berat badan dan lemah
Penurunan BB disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga.
a. Banyak kencing, karena disebabkan kadar glukosa yang tinggi.
b. Banyak minum, rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing.
c. Banyak makan, kalori dari makanan yang dimakan akan dimetabolis menjadi glukosa dalam darah tetapi tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, dan penderita selalu merasa lapar
2. Keluhan Lain
a. Gangguan saraf tepi / kesemutan
Gangguan saraf tepi yaitu kondisi ketika saraf yang terjadi di luar otak dan saraf tulang belakang. Kata lain, neuropati perifer atau gangguan saraf tepi mempengaruhi saraf-saraf anggota gerak seperti jari – jari kaki, kaki, tungkai, jari tangan, tangan, dan lengan.
b. Gangguan penglihatan
Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kaca mata berulang kali agar ia tetap dapat melihat dengan baik.
c. Gatal / bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah payudara. Keluhan yang sering lama timbul dan luka yang lama sembuhnya
d. Keputihan
Pada wanita keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering di temukan dan sering menjadi satu-satunya gejala yang dirasakan.
2.2.5. Klasifikasi diabetes mellitus
a. Diabetes mellitus tipe 1 (insulin dependent)
Diabetes ini merupakan diabetes yang jarang atau sedikit populasinya, diperkirakan dari kurang dari 5-10% dari keseluruhan populasi penderita diabetes.
Diabtes tipe ini disebabkan kerusakan sel-sel β pulau Langerhans yang disebabkan oleh reaksi otoimun.
Pada pulau Langerhans kelenjar pankreas terdapat beberapa tipe sel, yaitu sel β, sel α dan sel σ. Sel-sel β memproduksi insulin, sel-sel α memproduksi glukosa, sedangkan sel-sel σ memproduksi hormon somastatin. Namun demikian serangan autoimun secara selektif menghancurkan sel-sel β.
Destruksi otoimun dari sel-sel β pulau Langershans kelenjar pankreas langsung mengakibatkan defenisi sekresi insulin. Defenisi insulin inilah yang menyebabkan gangguan metabolisme yang menyertai DM Tipe 1. Selain defesiensi insulin, fungsi sel-sel α kelenjar pankreas pada penderita DM tipe 1 juga menjadi tidak normal. Pada penderita DM tipe 1 ditemukan sekresi glukagon yang berlebihan oleh sel-sel α pulau Langerhans. Secara normal, hiperglikemia akan menurun sekresi glukagon. Tapi hal ini tidak terjadi pada penderita DM tipe 1, sekresi glokagon akan tetap tinggi walaupun dalam keadaan hiperglikemia, hal ini memperparah kondisi hiperglikemia. Salah satu manifestasi dari keadaan ini adalah cepatnya penderita DM tipe 1 mengalami ketoasidosis diabetik apabila tidak mendapatkan terapi insulin.
b. Diabetes mellitus tipe 2 (insulin requirement)
Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM tipe 1, terutama terjadi pada orang dewasa tetapi kadang-kadang juga terjadi pada remaja. Penyebab dari DM tipe 2 karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara normal, keadaan ini disebut resietensi insulin.
Disamping resistensi insulin, pada penderita DM tipe 2 dapat juga timbul gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan. Namun demikian, tidak terjadi pengrusakan sel-sel β langerhans secara autoimun sebagaimana terjadinya pada DM tipe 1. Dengan demikian fungsi insulin pada penderita DM tipe 2 hanya bersifat relatif, tidak absolut.
Obesitas yang pada umumnya menyebabkan gangguan pada kerja insulin, merupakan faktor resiko yang biasa terjadi pada diabetes tipe ini, dan sebagian besar pasien dengan diabetes tipe 2 bertubuh gemuk. Selain terjadi penurunan kepekaan jaringan pada insulin, yang telah terbukti terjadi pada sebagian besar dengan pasien diabetes tipe 2 terlepas pada berat badan, terjadi pula suatu defisiensi jaringan terhadap insulin maupun kerusakan respon sel α terhadap glukosa dapat lebih diperparah dengan meningkatkan hiperlikemia, dan kedua kerusakan tersebut dapat diperbaiki (ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005).
c. Diabetes Mellitus gestasional
Diabetes mellitus gestasional adalah keadaan diabetes yang timbul selama masa hamil, dan biasanya berlangsung hanya sementara. Keadaan ini terjadi
karena pembentukan hormon pada ibu hamil yang menyebabkan resistensi insulin (Tandra, 2008)
2.2.6. Komplikasi Diabetes Mellitus
Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (resiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan resiko amputasi.
Komplikasi pada Diabetes Mellitus dapat dibagi menjadi dua yaitu : a. Komplikasi Metabolik Akut
Terdiri dari dua bentuk yaitu hipoglikemia dan hiperglikemia.
b. Hiperglikemia
Hiperglikemi yaitu kadar gula darah lebih dari 250 mg % dan gejala yang muncul yaitu poliuri, polidipsi pernafasan, mual muntah, penurunan kesadaran sampai koma. Komplikasi akut ini masih merupakan masalah utama, karena angka kematiannya cukup tinggi.
c. Komplikasi Kronik
Terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati diabetik). Angiopati diabetik untuk memudahkan dibagi menjadi dua yaitu : makroangiopati (makrovaskuler) dan mikroangiopati (mikrovaskuler), yang tidak berarti bahwa satu sama lain saling pisah dan tidak terjadi sekaligus bersamaan.
Komplikasi kronik DM yang sering terjadi adalah sebagai berikut : a) Mikrovaskuler :
1. Ginjal
2. Mata
b) Makrovaskuler :
1. Penyakit jantung koroner 2. Pembuluh darah kaki 3. Pembuluh darah otak
c) Neuropati : mikro dan makrovaskuler d. Hipoglikemi
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut Diabetes Mellitus (DM). Hipoglikemia adalah menurunnya kadar gula dalam darah. Hipoglikemia murni adalah menurunnya kadar gula dalam darah <60 mg/dlReaksi hipoglikemia adalah glukosa darah turun mendadak, meskipun glukosa darah masih >100 mg/dl. Hipoglikemi yaitu apabila kadar gula darah lebih rendah dari 60 mg % dan gejala yang muncul yaitu palpitasi, takhicardi, mual muntah, lemah, lapar dan dapat terjadi penurunan kesadaran sampai koma. Koma hipoglikemia adalah koma atau penurunan kesadaran karena glukosa darah <30 mg/dl. Hipoglikemia reaktif adalah gejala hipoglikemia yang terjadi 3-5 jam sesudah makan. Setiap terjadi penurunan kesadaran pada penderita DM kemungkinan mengalami hipoglikemia.
Hipoglikemia pada pasien DM biasanya disebabkan oleh pemakaian obat anti diabetes (OAD) oral terutama golongan sulfonylurea dan insulin. Kelebihan pemakaian dosis obat ketidak teraturan penderita dalam hal mengkonsumsi makanan sehabis memakai obat, faktor usia lanjut dan adanya penyakit gagal ginjal kronik bisa merupakan faktor resiko terjadinya hipoglikemia.
e. Gejala hipoglikemia
Berdebar-debar, banyak berkeringat (biasanya keringat dingin), gemetar, terasa lapar. Penderita merasa pusing, gelisah, kesadaran menurun hingga koma.
2.2.7. Diagnosis Diabetes Mellitus
Diagnosis DM biasanya diikuti dengan adanya gejala poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
Diagonosis DM dapat dipastikan apabila hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl dan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl.
Tabel 2.1. Kriteria penegakan diagnosis diabetes mellitus Glukosa plasma
Puasa
Glukosa Plasma 2 jam setelah makan
Normal <100 mg/dl <140 mg/dl Diabetes ≥126 mg/dl ≥200 mg/dl
Faktor Pencetus
Beberapa faktor yang dapat menyuburkan dan sering merupakan faktor pencetus diabetes mellitus ialah : a) Kurang gerak/malas, b) Makanan berlebihan, c) Kehamilan, d) Kekurangan produksi hormon insulin, e) Penyakit hormon yang kerjanya berlawanan dengan insulin.
2.2.8.
Penatalaksanaan 1. Medis
Menurut Soegondo (2005), penatalaksanaan Medis pada pasien dengan Diabetes Mellitus meliputi:
a. Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan : 1) Pemicu sekresi insulin.
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin.
3) Penghambat glukoneogenesis.
4) Penghambat glukosidase alfa.
b. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan : 1) Penurunan berat badan yang cepat.
2) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
3) Ketoasidosis diabetik.
4) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
c. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah.
2. Keperawatanan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau larutan antisepticringan. Misalnya rivanol dan
larutan kalium permanganate 1 : 500 mg danpenutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secaramekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang lukaamputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM.
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), tujuan utamapenatalaksanaan terapi pada Diabetes Mellitus adalah menormalkanaktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangkapanjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Adabeberapa komponen dalam penatalaksanaan Ulkus Diabetik:
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak.
b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar insulin.
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal.
d. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.
e.
Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan mampu menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri.
f. Kontrol nutrisi dan metabolik
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyembuhan luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas 12 gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Diet pada penderita DM dengan selulitis atau gangren diperlukan protein tinggi yaitu dengan komposisi protein 20%, lemak 20% dan karbohidrat 60%. Infeksi atau inflamasi dapat mengakibatkan fluktuasi kadar gula darah yang besar. Pembedahan dan pemberian antibiotika pada abses atau infeksi dapat membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya penderita dengan hiperglikemia yang tinggi, kemampuan melawan infeksi turun sehingga kontrol gula darah yang baik harus diupayakan sebagai perawatan pasien secara total.
g. Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus. Modifikasi weight bearing meliputi bedrest, memakai crutch, kursi roda, sepatu yang tertutup dan sepatu khusus. Semua pasien yang istirahat ditempat tidur, tumit dan mata kaki harus dilindungi serta kedua tungkai harus diinspeksi tiap hari. Hal ini diperlukan karena kaki pasien sudah tidak peka lagi terhadap rasa nyeri, sehingga
akan terjadi trauma berulang ditempat yang sama menyebabkan bakteri masuk pada tempat luka.
h. Tindakan Bedah
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan pengobatan atau pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut:
a. Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada.
b. Derajat I - V : pengelolaan medik dan bedah minor.
2.3. Umur
2.3.1. Pengertian Umur
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Oleh yang demikian, umur itu diukur dari tarikh ianya lahir sehingga tarikh semasa(masa kini).
2.3.2. Jenis Umur
Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009):
1. Masa balita = 0 – 5 tahun, 2. Masa kanak-kanak = 5 – 11 tahun.
3. Masa remaja Awal =12 – 1 6 tahun.
4. Masa remaja Akhir =17 – 25 tahun.
5. Masa dewasa Awal =26- 35 tahun.
6. Masa dewasa Akhir =36- 45 tahun.
7. Masa Lansia Awal = 46- 55 tahun.
8. Masa Lansia Akhir = 56 – 65 tahun.
9. Masa Manula = 65 – sampai atas
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Saparinah ( 1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap praenisium pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh/kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya. Demikian juga batasan lanjut usia yang tercantum dalam Undang-Undang No.4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang tersebut menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke atas.
Namun demikian masih terdapat perbedaan dalam menetapkan batasan usia seseorang untuk dapat dikelompokkan ke dalam penduduk lanjut usia. Dalam penelitan ini digunakan batasan umur 56 tahun untuk menyatakan orang lanjut usia.
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengetahuan diabetes mellitus tipe II di RSUP. H. Adam Malik. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengetahuan pasien.
Skema 3.1.Kerangka penelitian pengetahuan pasien DM tipe II
1. Baik 2. Sedang 3. Buruk Pengetahuan pasien
diabetes mellitus tipe II
3.2 Defenisi operasional
Tabel 3.2 Defenisi Operasional Variabel No Variabel Defenisi
Operasional
Cara ukur Hasil ukur Skala ukur
1. Pengetahu an pasien diabetes mellitus tipe II
Segala yang diketahui tentang
pasien DM tipe II
Kuesioner 1. Apabila pasien menjawab 18-26 maka
pengetahuan
pasien dalam kategori Baik
2. Apabila pasien menjawab 9-17 maka
pengetahuan
pasien dalam kategori Sedang 3. Apabila pasien
menjawab 0-8 maka
pengetahuan
pasien dalam kategori Buruk
Ordinal
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1.Desain Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif.
Notoatmodjo (2012) memaparkan bahwa penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang mendeskripsikan atau menggambarkan suatu keadaan yang terjadi di dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe II di RSUP. H. Adam Malik.
4.2. Populasi, Sampel dan tehnik sampling 4.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2002). Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang menderita diabetes mellitus tipe II di RSUP. H.
Adam Malik. Populasi diambil berdasarkan data di RSUP. H. Adam Malik dari tahun 2016 digunakan angka rata-rata kunjungan perbulan populasi adalah 650 responden
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Jumlah sampel penelitian adalah 87 responden dihitung berdasarkan rumus Slovin (Notoatmodjo, 2012), adalah sebagai berikut :
𝑛𝑛 = 𝑁𝑁 1 + 𝑁𝑁(𝑑𝑑)2 Keterangan :
n : jumlah sampel N : jumlah populasi
d2: tingkat ketepatan/kepercayaan yang diinginkan (0,1)
berdasarkan rumus diatas, maka jumlah sampel yang diperoleh adalah : 𝑛𝑛 =1+𝑁𝑁(𝑑𝑑)𝑁𝑁 2
𝑛𝑛 =1+650(0,1)650 2 n = 1+650(0,01)650
𝑛𝑛 =1+6,5650
𝑛𝑛 =6507,5 = 86,66
Jadi sample yang akan saya teliti adalah 87 pasien, hasil pembulatan dari 86,66.
4.2.3 Teknik sampling
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan metode accidental dengan penetapan kriteria sampel inklusi dan eksklusi. Pengambilan data menggunakan tehnik sampling aksidental (accidental) dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian. (Notoatmodjo, 2012).
Kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti adalah pasien dengan diabetes tipe II.
4.3. Lokasi dan waktu penelitian 4.3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUP. H. Adam Malik. Adapun alasan memilih RSUP. H. Adam Malik dipoli endokrin dan rindu A 2, oleh karena itu RSUP. H. Adam Malik, rumah sakit pendidikan, rumah sakit rujukan, dan rumah sakit yang banyak dikunjungi di daerah Kota Medan Sumatera Utara.
4.3.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama sepuluh bulan yaitu dimulai dari bulan Oktober tahun 2016 sampai dengan bulan Juli tahun 2017. Pengumpulan data dilakukan pada Juni sampai bulan Juli 2017.
4.4.Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilaksanakan setelah keluarnya keterangan kelayakan etik (ethical clearence) dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan keluarnya surat izin penelitian dari RSUP. H.
Adam Malik Medan. Dalam melaksanakan penelitian, penelitian harus memegang teguh sikap ilmiah menggunakan prinsip etik penilaian keperawatan. Etika penelitian ini mencakup perilaku atau perlakuan peneliti terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat (Notoadmodjo,2010)
Prinsip etik yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut (Aziz Alimul Hidayat,2007) ;
1. Prinsip manfaat, penelitian yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan mempertimbangkan antara aspek resiko dengan aspek manfaat.
2. Prinsip menghormati manusia, manusia memiliki hak untuk menentukan pilihan antara mau dan tidak untuk diikut sertakan menjadi subjek penelitian.
3. Prinsip keadilan, dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga privasi manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia.
4.5.Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner. Kuesioner terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berupa kuesioner yang berisi data demografi responden yang meliputi: Nama, umur, pendidikan dan pekerjaan, kemudian bagian kedua berupa kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan tingkat pengetahuan pasien tentang DM tipe II.
Kuesioner pengetahuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan pasien DM tipe II. Kuesioner ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka dengan jumlah pertanyaan sebanyak 26 item untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien DM tipe II.
4.6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 4.6.1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menujukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahian suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang inginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang
diteliti secara tepat, tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi (Arikunto, 2013).
Kuesioner penelitian divalidasi dengan menggunakan validitas isi (content validity index)diuji oleh dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
yaitu Asrizal, S.Kep, Ns, M.Kep, WOC (ET) N.
Menurut Polit & Beck (2012) suatu alat ukur dianggap valid jika content validity index (CVI) lebih dari 0,6. Hasil uji validitas instrumen adalah 1, maka dapat dikatakan instrumen ini sudah valid.
4.6.2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas sebagai pemeriksaan pendahuluan sebelum melakukan penelitian, menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012).
Uji reliabilitas dilakukan peneliti kepada 30 responden diluar dari sempel peneliti. Data tersebut diolah dengan menggunakan KR-21dengan hasil 0,83.
Menurut Polit & Beck (2012) suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai koefisiennya lebih dari 0,7. Berdasarkan hasil yang diperoleh oleh peneliti, kuesioner memiliki nilai koefisien lebih besar dari 0,7, sehingga kuesioner tersebut dikatakan reliabel.
4.7. Pengumpulan data
Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian didapatkan melalui institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU), kemudian mengajukan permohonan izin pelaksanaan pada bagian penelitian RSUP H. Adam Malik Medan. Setelah mendapat izin dari kepala ruangan, peneliti akan menentukan calon responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden mengenai tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian, lalu calon responden yang bersedia menandatangani surat persetujuan (informed consent) untuk ikut serta dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner demografi, kuesioner pengetahuan. Peneliti meminta responden untuk mengisi kuesioner data demografi, kuesioner pengetahuan. Waktu yang diperlukan 15-20 menit, bila ada pernyataan yang tidak jelas dapat langsung menjelaskan kepada responden dengan tidak bermaksud mengarahkan jawaban responden. Setelah seluruh data dari semua instrumen terkumpul, peneliti mulai mengolah/
menganalisa data.
4.8. Analisa data
Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data dengan tehnik analisa deskriptif, pengecekan data responden yaitu memastikan bahwa semua data yang dibutuhkan telah lengkap. Selanjutnya dengan mengklasifikasikan data dengan mentabulasi data yang telah terkumpul. Untuk mengolah data terlebih dahulu setiap data diberi kode. Selanjutnya entry data dalam komputer dan
dilakukan pengolahan data dengan tehnik komputerisasi dengan menggunakan program komputerisasi.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai karakteristik responden pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe II di RSUP. H.
Adam Malik. Penelitian ini dilakukan pada bulan juni 2017, dengan jumlah responden 87 orang.
5.1.1. Karakteristik Responden di RSUP. H. Adam Malik
Deskripsi karakteristik responden terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan. Data karakteristik ditampilkan hanya melihat distribusi demografi dari responden saja.
Hasil penelitian yang telah diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas umur adalah masa lansia akhir umur 56-65 tahun sebanyak 41 responden (47,1%).
Mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebanyak 55 responden (63,2%). Mayoritas Pendidikan terakhir responden mayoritas tamatan SMA sebanyak 37 responden (42,5%). Dan pekerjaan responden mayoritas tidak bekerja sebanyak 36 responden (41,4%) dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Pasien Diabetes Melitus tipe II (n=87)
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Umur 26 - 35 tahun.
36 - 45 tahun.
46 - 55 tahun.
56 - 65 tahun.
65 - usia lanjut
1 5 27 41 13
1,1 5,7 31,0 47,1 14,9
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
55 32
63,2 36,8 Pendidikan terakhir
Tidak ada SD SMP SMA Perguruan tinggi
1 6 9 37 34
1,1 6,9 10,3 42,5 39,1 Pekerjaan
Tidak Bekerja Wiraswasta
Petani Ibu Rumah Tangga
PNS/Pengawai
36 13 6 13 19
41,4 14,9 6,9 14,9 21,8
5.1.2. Pengetahuan pasien diabetes melitus tipe II
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien diabetes di RSUP. H. Adam Malik mayoritas memiliki tingkat pengetahuan Sedang sebanyak 60 responden 69,0 %, pengetahuan baik 27 Responden 31,0% dan tidak ada berpengetahuan buruk dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Pengetahuan pasien diabetes melitus tipe II di RSUP. H. Adam Malik (n=87)
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (f) Persentse (%)
Pengetahuan Baik Pengetahuan Sedang
Pengetahuan Buruk
27 60
0
31,0 69,0
0
5.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari RSUP. H. Adam Malik, Mayoritas pasien diabetes melitus tipe II memiliki pengetahuan sedang sebanyak 60 orang (69,0), Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
mayoritas umur 56-65 tahun sebanyak 41 responden (47,1%), Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebanyak 55 responden (63,2%), Hasil penelitian yang didapatkan Pendidikan terakhir responden mayoritas tamatan SMA sebanyak 37 responden (42,5%), dan Hasil penelitian yang didapatkan mayoritas pekerjaan responden tidak bekerja sebanyak 36 responden (41,4%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan Gultom 2012, sering terjadi setelah usia 40 Tahun. Golberg dan coon (2006) mengatakan kenaikan kadar gula darah dipengaruhi oleh faktor usia jadi semakin tinggi meningkat usia semakin tinggi gangguan kadar gula darah. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik usia responden antara umur 30-70 tahun dan rata-rata usia responden 50 tahun, hal ini bertentangan dengan penelitian Gultom 2012, diperoleh data bahwa perempuan lebih besar prevalensi DM dibanding laki-laki menurut penelitian creatore (2010) mengatakan bahwa prevalensi DM lebih besar terjadi pada perempuan dibanding laki-laki, hal ini sejalan dengan penelitian Gultom 2012, diperoleh 9 orang (9%) pendidikannya SD, 29 orang (29%) pendidikannya SMP, 43 orang (43%) pendidikannya SMA, dan 19 orang (19%) pendidikannya PT. Dari data tersebut sebagaian besar responden pendidikannya SMA. Sutanegoro dan suastika (1993) mengatakan pendidikan merupakan dasar utama untuk keberhasilan pengobatan, hal ini bertentangan dengan penelitian Gultom 2012, responden yang tidak berkerja adalah 34 orang (34%) dan 66 orang (66%) bekerja. Dari data tersebut sebagian besar responden bekerja. Earnest dan Hu (2008) bahwa setiap orang
yang memiliki jam kerja tinggi dengan jadwal yang tidak teratur menjadi faktor penting dalam meningkatkannya penyakit diabetes tipe II.
Diabetes melitus tipe II merupakan diabetes melitus yang tidak tergantung dengan insulin. Diabetes melitus ini terjadi karena pankreas tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadi kelebihan gula dalam darah. Diabets melitus tipe 2 dapat terjadi pada usia pertengahan dan kebanyakan pasien memiliki kelebihan berat badan (Smeltzer & Bare, 2001).
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaraan, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2003).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif.
Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Dewi & Wawan, 2010).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien diabetes di RSUP. H. Adam Malik mayoritas memiliki pengetahuan Sedang sebanyak 60 responden 69,0 % dan pengetahuan baik 27 Responden 31,0% dan tidak ada berpengetahuan buruk.
Hal ini sesuai dengan meningkatnya pengetahuan pasien adalah salah satu tercapainya tujuan edukasi. Dengan meningkatnya kesadaran diri dari segi kesehatan, merubah gaya hidup kearah yang sehat, patuh terhadap terapi, dan hidup berkualitas. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Direktorat Pengendalian PTM RI (2009) bahwa mayoritas gaya hidup yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik adalah penyakit diabetes melitus tipe II. Pasien dikategorikan berpengatahuan sedang dikarenakan pasien memotong kuku ketika sudah terlihat panjang dan juga pasien segera mengobati luka yang timbul.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Direktorat Pengendalian PTM RI (2009) bahwa mayoritas gaya hidup yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik adalah penyebab DM tipe II.
Menurut Chiptarini Ika (2014) dari 58 responden, mayoritas pasien DM memiliki pengetahuan tentang penatalaksanaan DM baik sebanyak 25 orang (43,1%), cukup 29 orang (50,0%) dan kurang 4 orang (6,9%). Hal itu disebabkan pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau perilaku seseorang, sehingga semakin baik penderita mengerti tentang penyakitnya semakin mengerti bagaimana harus berperilaku dalam penanganan penyakitnya.
Pengetahuan pasien tentang DM tipe 2 dapat dilihat dari jawaban pasien pada kuesioner pengetahuan dimana diperoleh hasil mayoritas pasien memiliki
jawaban benar tentang “momotong kuku ketika tampak sudah panjang”
sebayak 87 (100%) dan segera “mengobati luka ketika terdapat luka” 87 (100%) sedangkan mayoritas pasien memiliki jawaban yang salah tentang “ketika menggunakan lotion untuk melembabkan kaki” sebanyak 0
Meningkatnya pengetahuan pasien adalah satu tercapainya tujuan edukasi.
Dengan demikian meningkat juga kesadaran diri dari segi kesehatan, merubah gaya hidup kearah yang sehat, patuh terhadap terapi, dan hidup berkualitas.
Peningkatan pengetahuan penderita diabetes melitus tentang penyakit dan pengelolaannya mempunyai tujuan penderita diabetes melitus dapat merawat sendiri sehingga mampu mempertahankan hidup dan mencegah komplikasi lebih lanjut (Mansjoer, 2001). Strine et al., (2005) ditemukan bahwa 50-80% orang dengan diabetes di seluruh dunia mempunyai pengetahuan yang rendah dan kurang dalam kaitannya dengan penyakit, komplikasi serta pengelolaan penyakit mereka.
Penenliti berasumsi pengetahuan pasien diabetes tipe 2 mempunyai pengetahuan sedang, Pengetahuan penderita tentang diabetes melitus merupakan sarana yang dapat membantu penderita menjalankan penanganan diabetes selama hidupnya sehingga semakin banyak dan semakin baik penderita mengerti tentang penyakitnya semakin mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya dan mengapa hal itu diperlukan, data yang didapat kan dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa mayoritas umur 56-65 tahun sebanyak 41 responden (47,1%) secara teori pada usia tua fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses degeneratif sehinggaterjadi penurunan sekresi atau
resistensi insulin mengakibatkan kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa didalam darah yang tinggi kurang optimal (Tambunan, 2011 & Waspadji, 2007), berjenis kelamin laki-laki sebanyak 55 responden (63,2%), Pendidikan terakhir responden mayoritas tamatan SMA sebanyak 37 responden (42,5%), dan pekerjaan responden tidak bekerja sebanyak 36 responden (41,4%). Hasil dari penelitian ini Pengetahuan penderita tentang diabetes melitus merupakan sarana yang dapat membantu penderita menjalankan penanganan diabetes selama hidupnya sehingga semakin banyak dan semakin baik penderita mengerti tentang penyakitnya semakin mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya dan mengapa hal itu diperlukan (Waspadji, 2007 & Notoatmojo, 2007).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada uraian bab 5 tehadap 87 responden di RSUP. H. Adam Malik dapat disimpulkan Mayoritas memiliki tingkat pengetahuan 60 responden 69,0%. Hasil penelitian yang telah diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas masa lansia akhir umur 56-65 tahun sebanyak 41 responden (47,1%). Mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebanyak 55 responden (63,2%). Mayoritas Pendidikan terakhir responden mayoritas tamatan SMA sebanyak 37 responden (42,5%). Dan dengan pekerjaan responden mayoritas tidak bekerja sebanyak 36 responden (41,4%).
6.2. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang dibuat, maka penelitian memberikan saran-saran sebagai berikut :
6.2.1. Bagi pendidikan keperawatan
Pendidikan keperawatan mengajarkan calon perawat tentang pengetahuan pasien penyakit ulkus diabetikum.
6.2.2. Bagi Pelayanan Keperawatan
Dalam pelayanan keperawatan diharapkan memberikan penyuluhan kepada pasien diabetes tentang penyakit diabetes dan ulkus diabetikum, sehingga pasien memiliki pengetahuan tentang diabetes dan resiko ulkus diabetikum
6.2.3. Bagi penelitian Selanjutnya
Penelitian selanjutnya dapat meneliti faktor-faktor lain mempengaruhi ulkus diabetikum dan cara pengumpulan data sebaikanya dengan cara efisien.
Agar data yang diperoleh lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2013).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Penerbit : Rineka Cipta, Jakarta.
DepkesRI (2013). Info Datin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI; diakses 17 Oktober 2015, dari http://www.depkes.go.id/download.
php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-diabetes.pdf
(2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depertemen Republik Indonesia.
Driver, V.R., Fabbi, M., Lavery, L. A., Gibbons, G. (2010). The costs of diabetic foot: the economic case for the limb salvage team. J Am Podiatr Med Assoc.;100(5):335-41.
Farmosa, C & Lourdes,V. (2012). Influence Of Diabetes-Related Knowledge On Foot Ulceration. Jurnal Of Diabetic Nursing. Vol 16 No 3
Fauziyah, N. F.2012. Hubungan pengetahuan pasien diabetes melitus
tipe 2 tentang risiko terjadinya ulkus diabetik dengan kejadian ulkus diabetik di rsud Dr. Moewardi. Surakarta
Gultom, Yuni Thiodora (2012). Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes
Melitus Tentang Manajemen Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta. Karya Tulis Ilmiah Strata Satu Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok.
Hasdianah H.R (2012), Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa dan Anak-anak dengan Solusi Herbal, Penerbit : Nuha Medika
Hermin, Bahruddin, dan Suarnianti (2012). Analisis Teknik Perawatan Luka Pada Penderita Diabetes Melitus di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Karya Tulis Ilmiah strata satu Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar, Makassar.
International Diabetes Federation (2015). Complication of Diabetes. diakses 21 Oktober 2016, dari http://www.idf.org/complications-diabetes
.
Novitasari, R. (2015). Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Dengan Kepatuhan Diit Diabetes Melitus (DM) Pada Lanjut Usia (Lansia) Di Kelurahan Gayam Kecamatan Sukoharjo. Karya Tulis Ilmiah strata satu Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Signs and Symptoms of Diabetes; diakses 10 November 2015, dari https://www.idf.org/signs-and-symptoms-diabetes
Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta :Rineka Cipta.
. (2012).Metode Penelitian Kesehatan, Penerbit : PT Rineka Cipta, Jakarta.
Nurhasan. (2002). Kiat Melawan Penyakit. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Riyanto B. Infeksi pada Kaki Diabetik. Dalam : Darmono, dkk, editors.
Naskah Lengkap Diabetes Mellitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit dalam. dalam rangka Purna Tugas Prof Dr.dr.RJ Djokomoeljanto. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 2007. p.15-30.
Sheule, B., Wipawee, K., Jaruwan,M et al. (2010). Knowledge and Practice of Prevention of Foot Ulcer Among Patients with Diabetes Melitus. Diakses pada 28 April 2012. www.libartsconference.psu.ac.th/.../008.pdf
Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth (Vol. 2) edisi11. Jakarta: EGC.
Soegondo S., 2005. Prinsip Pengobatan Diabetes, Insulin, dan Obet Hipoglikemik Oral.Jakarta: Balai Penerbit FK UI, pp. 111-12.
Tandra, H.(2008). Mengetahui Tentang diabetes. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Tjokroprawiro, Askandar. 2006. Hidup Sehat Dan Bahagia Bersama Diabetes Mellitus, dalam Putro P.J.S, & Suprihatin 2012.
Waspadji, S. (2007). Komplikasi kronik Diabetes : Mekanisme Terjadinya, Diagnosis dan Strategi pengelolaan. Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi keempat, Jakarta : Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
WHO (2010). Diabetes Mallitus; diakses 13 Oktober 2016, dari http://www.who.
int/mediacentre/factsheets/ fs138/en/
Widhiarsi, E. (2012). Hubungan Antara Pengetahuan Pasien Tentang Penyakit Diabetes Melitus dengan Depresi Pada Pasien Kaki Diabetik Di Unit Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi. Karya Tulis Ilmiah strata satu Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bernama Cholida Zia Meuraxa adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUP. H. Adam Malik Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi pengetahuan DM tipe II.
Untuk keperluan tersebut saya mohon kesedian Bapak/Ibu untuk menjadi menjadi responden dalam penelitian ini. Jika Bapak/Ibu bersedia silahkan menandatangani lembar persetujuan ini dengan sukarela dan saya persilahkan untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan sesuai dengan apa yang Bapak/Ibu alami.
Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun.
Identitas pribadi Bapak/Ibu dari semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini.
Terimakasih atas partisipasinya yang telah diberikan dalam penelitian ini.
Medan, 2017
Peneliti Responden
Cholida Zia Meuraxa (……….)
Instrumen Penelitian Petunjuk untuk pengisian
1. Bapak/Ibu/Saudara/I diharapkan bersedia menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberi tanda (√) pada tempat yang telah disediakan. Semua pertanyaan diisi dengan satu jawaban.
2. Semua pertanyaan harus diisi.
3. Bila ada yang kurang mengerti dapat ditanyakan pada peneliti.
A. Data demografi Nomor responden :
Umur :
1. Jenis kelamin ( ) Laki-Laki ( ) Perempuan
2. Pendidikan terakhir ( ) Tidak Sekolah ( ) SD
( ) SMP ( ) SMA
( ) Perguruan Tinggi 3. Pekerjaan
( ) Wiraswasta ( ) Buruh ( ) Petani
( ) Lainnya, sebutkan....