Kajian Ekonomi Regional Banten
Triwulan IV 2011
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena dengan rahmat serta ridha-Nya penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Banten Triwulan IV 2011 dapat dipublikasikan. Buku Kajian Ekonomi Regional ini merupakan sebuah kajian komprehensif yang diterbitkan secara triwulanan yang berisi analisis, data dan informasi mengenai kondisi terkini perekonomian Banten maupun prospeknya di masa mendatang.
Buku Kajian Ekonomi Regional ini mencakup kajian mengenai perkembangan makroekonomi regional Banten saat ini; perkembangan inflasi; perbankan dan sistem pembayaran; perkembangan keuangan daerah; perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan serta prospek perekonomian ke depan. Berdasarkan hasil asesmen pada triwulan IV 2011, perkembangan kinerja perekonomian Banten mengalami perlambatan meskipun tetap terjaga dalam level yang relatif cukup tinggi, yaitu dari sebesar 6,10%
menjadi 5,11%. Namun demikian, secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Banten pada tahun 2011 mencapai angka 6,43%.
Di sisi lain, perkembangan inflasi Banten masih terjaga pada level yang stabil rendah hingga akhir triwulan laporan yang didorong oleh semakin membaiknya kondisi pasokan volatile foods dan masih terjaganya harga-harga yang ditetapkan oleh pemerintah dengan ditundanya kebijakan pengaturan BBM bersubsidi hingga triwulan laporan. Pada akhir triwulan IV 2011 inflasi Banten tercatat sebesar 3,45% (yoy).
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada semua pihak baik Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Pemerintah Daerah Provinsi di Banten,perusahaan/asosiasi di Provinsi Banten serta pihak-pihak lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu. Kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan perekonomian Provinsi Banten.
Serang, 8 Februari 2012
TTD
Andang Setyobudi Pemimpin
ii
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Daftar Isi
Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman viii Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan Halaman 2 Sisi Penawaran Halaman 15 Boks 1. Upaya Meluruskan Benang Kusut Klaster Industri
Petrokimia di Banten Halaman 27
Bab II Perkembangan Inflasi Daerah Halaman 33 Perkembangan Inflasi Banten Halaman 34 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Halaman 36 Boks 2. Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi Komoditas
Strategis Penyumbang Banten 2011 Halaman 37
Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Halaman 41 Perkembangan Intermediasi Bank Umum Halaman 41 Perkembangan Intermediasi Bank Perkreditan Rakyat Halaman 62 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Halaman 63 Perkembangan Sistem Pembayaran Halaman 64 Boks 3. Penelitian Komoditas Produk Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
UMKM di Wilayah Banten Tahun 2011 Halaman 65
Bab IV Keuangan Daerah Halaman 69 Pendapatan Daerah Halaman 70 Belanja Daerah Halaman 72
Bab V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Halaman 75 Ketenagakerjaan Halaman 75 Kesejahteraan Masyarakat Halaman 76
Bab VI Prospek Perekonomian Halaman 79 Pertumbuhan Ekonomi Halaman 79 Inflasi Halaman 84 Boks 4. Upaya KBI Serang dalam Mendorong Sektor Riil dan
UMKM di Provinsi Banten
Halaman 85
Untuk Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
Kelompok Kajian dan Survei Kantor Bank Indonesia Serang
Jl. Yusuf Martadilaga No. 12 Serang – Banten Ph : 0254 – 223788
Fax : 0254 – 223875
email : [email protected], [email protected] atau [email protected] Website : www.bi.go.id
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kinerja perekonomian Banten pada Triwulan IV 2011 kembali mengalami perlambatan meskipun tetap terjaga dalam level yang relatif cukup tinggi, yaitu dari sebesar 6,10%
(yoy) menjadi 5,11% (yoy). Namun demikian, secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Banten pada tahun 2011 mencapai angka 6,43% atau masih lebih baik dibandingkan dengan angka tahun 2010 sebesar 6,08%.
Pada sisi permintaan, melambatnya kinerja ekspor komoditi utama Banten akibat belum pulihnya kondisi beberapa mitra dagang utama Banten dan melambatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah sebagai akibat belum optimalnya penyerapan anggaran pemerintah daerah di Wilayah Banten pada triwulan IV 2011 menjadi faktor utama menurunnya angka pertumbuhan ekonomi. Namun, tetap tingginya konsumsi domestik dan investasi mampu menopang angka pertumbuhan ekonomi di atas level 5%.
Dari sisi sektoral, penurunan perlambatan ekonomi terjadi pada sektor industri, pertanian, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, dan persewaan dan jasa perusahaan. Menurunnya kinerja sektor utama terutama sektor industri sebagai dampak krisis global lanjutan berdampak menurunnya kinerja pada beberapa sektor lainnya di Banten. Sementara itu, secara tahunan (dari tahun 2010 ke 2011), hanya terdapat 2 sektor ekonomi yang mengalami penurunan sekaligus mengalami pertumbuhan ekonomi terendah sepanjang tahun 2011, yaitu sektor pertanian dan sektor LGA, sedangkan lainnya terutama sektor dominan Banten masih mengalami angka pertumbuhan ekonomi yang membaik.
Inflasi Banten tetap terjaga di bawah inflasi nasional dan menunjukkan penurunan pada akhir triwulan IV 2011, kondisi inflasi Banten pada level yang rendah dan stabil tersebut disebabkan oleh relatif stabilnya harga komoditas bahan makanan (volatile foods) dan komoditas yang ditetapkan oleh pemerintah (administered prices). Inflasi Banten sebesar 3,45% (yoy ) pada akhir triwulan IV 2011 lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 3,79% (yoy), merupakan level terendah sepanjang tahun 2011. Membaiknya kondisi cuaca dan iklim pada tahun 2011 dibandingkan tahun sebelumnya menjadi pendorong membaiknya kondisi pasokan bahan makanan yang harganya relatif bergejolak pada triwulan IV 2011. Selain itu, ditundanya pemberlakuan kebijakan pengaturan BBM bersubsidi oleh
Kegiatan intermediasi perbankan khsusunya bank umum di Banten belum terlihat optimal seiring melambatnya kinerja sektor keuangan maupun perekonomian Banten, sementara transaksi non tunai dalam sistem pembayaran di Banten pun menunjukkan sedikit penurunan kinerja pada triwulan IV 2011. Kondisi tersebut tercermin dari menurunnya pertumbuhan kredit dan rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) bank umum. Namun demikian, risiko kredit bank umum mengalami penurunan dari sebesar 2,53%
pada triwulan III 2011 menjadi 1,9% pada triwulan laporan. Ekspansi kredit/pembiayaan BPR juga mengalami kinerja yang menurun. Sementara itu, pada aspek sistem pembayaran, penggunaan sistem pembayaran non tunai sebagai sarana dalam penyelesaian transaksi usaha baik melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) maupun kliring cenderung menurun pada triwulan IV 2011.
Pemerintah Provinsi Banten berhasil merealisasikan pendapatannya dari yang kebijakan ditargetkan pada tahun 2011. Sebaliknya, belanja daerah hanya mendekati target optimal karena belum terealisasinya beberapa pengeluaran pada belanja barang dan jasa serta belanja modal untuk alat berat, program pendidikan dan kesehatan. Besarnya anggaran pengeluaran menyebabkan terjadinya defisit APBD pada tahun 2011 sekitar Rp 145,91 miliar.
Secara akumulasi, pencapaian tahun 2011 terlihat lebih baik dibandingkan pencapaian tahun 2010. Namun dilihat dari pertumbuhan tahunan (growth) realisasi belanja APBD secara triwulanan, pencapaian realisasi APBD triwulan IV 2011 sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan III 2011.
Kondisi ketenagakerjaan masyarakat pada triwulan IV 2011 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang didorong oleh membaiknya kondisi perekonomian. Data Badan Pusat Statistik Provinsi Banten pada pertengahan triwulan III 2011 menunjukkan bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Banten mencapai 67,79% dan Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 13,06%. Angka tersebut menunjukkan adanya perbaikan pada triwulan laporan karena didukung oleh adanya investasi baru dan perluasan usaha besar maupun UMKM di berbagai sektor ekonomi.
Perekonomian Banten pada triwulan I 2012 diprakirakan mengalami peningkatan secara moderat pada kisaran level pertumbuhan 5,50% - 6,00% (yoy) dibandingkan dengan triwulan IV 2011. Tertahannya laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan bersumber dari masih berlanjutnya dampak lanjutan krisis yang menyelimuti Eropa dan Amerika Serikat yang berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekspor Banten. Kondisi ketidakpastian global terindikasi dari banyaknya perkiraan dari lembaga keuangan dunia yang menurunkan angka
proyeksi ekonomi global terutama negara-negara maju yang merupakan mitra dagang daerah Banten. Secara keseluruhan proyeksi pertumbuhan ekonomi Banten pada tahun 2012 hanya akan mencapai kisaran 6,00% - 6,50%. Adapun penopang pertumbuhan ekonomi Banten pada level kisaran 6,00% adalah tetap tingginya konsumsi domestik dan investasi di wilayah Banten.
Sementara itu pada aspek inflasi, seiring potensi tingginya curah hujan pada awal triwulan I 2012 berpotensi mendorong tekanan inflsi dari komponen volatile foods. Tingginya konsumsi swasta domestik dan harga komoditas seperti emas berpotensi meningkatkan komponen inflasi inti. Sementara itu, administered prices pada triwulan mendatang belum berpotensi meningkat karena belum ada rencana penetapan oleh pemerintah triwulan mendatang. Inflasi Banten Triwulan I 2012 diprakiraan akan berada pada kisaran 3,89% ± 1 % (yoy) dan secara keseluruhan 2012 akan mencapai kisaran 4,35% ± 1 %.
Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Banten
Indikator 2010*) 2011**)
II III IV I II III IV
Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional
Bruto (% yoy) 5,87 6,06 6,31 6,84 6,41 6,57 5,11
Berdasarkan Sektor:
Pertanian 6,29 6,36 6,68 7,73 3,72 8,78 3,45
Pertambangan &
Penggalian 8,93 8,56 9,74 10,10 9,11 9,55 6,25
Industri Pengolahan 3,38 3,35 4,02 4,45 3,84 4,10 2,09
Listrik, Gas & Air Bersih 11,07 12,39 12,82 6,06 5,17 2,86 4,20
Bangunan 6,97 7,39 7,82 8,44 9,50 10,28 9,28
Perdagangan, Hotel &
Restoran 8,43 9,70 9,46 10,06 11,14 9,75 9,63
Pengangkutan &
Komunikasi 11,98 12,17 12,93 12,61 12,94 11,62 10,96
Keuangan, Persewaan &
Jasa Usaha 7,48 5,83 5,77 7,49 7,36 8,22 6,01
Jasa-jasa 6,70 5,11 1,03 7,65 6,67 7,05 8,58
Berdasarkan Permintaan
Konsumsi Rumah Tangga N.A. N.A. N.A. 5,71 6,14 6,77 5,68
Konsumsi Pemerintah N.A. N.A. N.A. 12,78 15,18 14,28 0,64
PMTB N.A. N.A. N.A. 6,23 8,26 9,76 11,90
Ekspor N.A. N.A. N.A. 7,01 8,76 9,44 11,22
Impor N.A. N.A. N.A. 6,63 11,11 12,57 16,75
Ekspor
Nilai Ekspor Non Migas
(USD Juta) 1.918,23 1.854,87 2.254,44 2.205,90 2.461,16 2.485,91 1.520,41
Volume Ekspor Non
Migas (ribu ton) 885,68 924,56 1.211,03 987,42 957,48 991,35 550,82 Impor
Nilai Impor Non Migas
(USD Juta) 3.449,96 3.929,74 4.713,29 4.585,15 5.063,46 5.257,99 3.867,61
Volume Impor Non
Migas (ribu ton) 2.621,74 2.714,68 3.475,36 2.940,59 3.464,32 3.450,04 2.019,43 Indeks Harga Konsumen
Kota Cilegon 121,59 123,65 125,90 126,28 125,86 127,05 128,86
Kota Serang 124,97 126,89 129,85 129,33 129,42 132,10 133,46
Kota Tangerang 120,96 123,94 125,72 126,39 127,22 129,44 130,47
Provinsi Banten 121,59 124,31 126,31 126,78 127,35 129,50 130,68 Laju Inflasi Tahunan (% yoy)
Kota Cilegon 4,64 4,43 6,12 5,52 3,51 2,75 2,35
Kota Serang 4,80 3,69 6,18 5,43 3,56 4,11 2,78
Kota Tangerang 4,34 4,79 6,08 5,86 5,18 4,44 3,78
Provinsi Banten 4,44 4,59 6,10 5,76 4,73 4,18 3,45
Keterangan:
*) angka sementara (Sumber: BPS Provinsi Banten)
**) angka sangat sementara (Sumber: BPS Provinsi Banten)
***) Data Ekspor Tw IV 2011 merupakan angka sementara, gabungan Oktober – November 2011 (Sumber: Bank Indonesia)
Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Banten
Indikator 2010 2011
II III IV I II III IV
Perbankan
Dana Pihak Ketiga (Rp
Triliun) 42,79 40,08 51,65 54,39 62,53 66,26 70,16
Tabungan 13,58 14,17 17,69 17,70 20,97 22,55 25,10
Giro 9,95 7,83 10,25 10,79 12,30 12,91 14,49
Deposito 19,27 18,09 23,71 25,90 29,26 30,80 30,57
Kredit (Rp Triliun) –
Berdasarkan Lokasi Bank 32,65 34,66 39,45 42,42 45,43 49,20 51,95
Modal Kerja 11,21 12,17 13,24 14,06 15,67 16,50 16,95
Konsumsi 19,08 20,08 23,43 25,14 26,10 28,64 30,46
Investasi 2,36 2,41 2,79 3,22 3,66 4,06 4,54
Kredit (Rp Triliun) –
Berdasarkan Lokasi Proyek 72,91 71,89 81,70 79,83 83,82 92,12 112,22
Modal Kerja 32,19 31,94 35,54 34,02 36,49 39,19 47,06
Konsumsi 22,79 24,64 27,99 27,92 28,70 31,83 37,78
Investasi 17,93 15,30 18,18 17,88 18,63 21,10 27,38
Loan to Deposit Ratio (%) 76,30 86,47 76,39 78,00 72,65 74,25 74,04
NPL Gross (%) 3,00 2,84 2,34 2,38 2,58 2,53 1,90
Sistem Pembayaran Transaksi RTGS (Rp Triliun)
Rata-rata Harian Nominal
Transaksi 0,61 0,58 0,71 0,68 0,63 0,70 0,70
Rata-rata Harian Volume
Transaksi 851 933 996 986 987 1.047 1.032
Transaksi Kliring (Rp Triliun)
Rata-rata Harian Nominal
Transaksi 7,12 6,65 7,58 8,92 8,37 9,15 9,80
Rata-rata Harian Volume
Transaksi 340 283 339 365 349 350 384
Keterangan:
*) angka sementara posisi Desember 2011 (Sumber: Bank Indonesia)
x
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
BAB I PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Setelah kembali membaik selama 2 tahun terakhir, dampak ekonomi global mulai kembali memperlambat pertumbuhan ekonomi Banten terutama sejak dua triwulan terakhir di tahun 2011. Setelah mencapai titik tertinggi pada triwulan I 2011, pertumbuhan ekonomi Banten mengalami trend perlambatan meskipun tetap terjaga dalam level yang relatif cukup tinggi, yaitu dari sebesar 6,10% menjadi 5,11%. Dari sisi pengeluaran, trend pelemahan ekspor Banten terjadi karena menurunnya permintaan luar negeri terhadap produk manufaktur utama dari Banten dan menurunnya realisasi pengeluaran konsumsi pemerintah dan lembaga swasta nirlaba. Secara sektoral, perlambatan ekonomi periode ini dibandingkan triwulan sebelumnya disebabkan terutama oleh melambatnya kinerja sektor-sektor utama di Banten. Pertumbuhan ekonomi Banten tersebut sepanjang 3 triwulan terakhir berada di bawah angka pertumbuhan ekonomi nasional.
5,52 6,11 6,28 6,37 7,93
6,72 6,10
5,11
19,50 20,00 20,50 21,00 21,50 22,00 22,50 23,00 23,50 24,00 24,50
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00
I II III IV I II III IV
2010 2011
Rp Triliun
%
PDRB Banten ADH Konstan (Rp Triliun) Pertumbuhan Ekonomi Banten (Y-O-Y) ADH Konstan Pertumbuhan Ekonomi Nasional ADH Konstan
Grafik I.1. Laju Pertumbuhan PDB Nasional dan PDRB Banten Triwulanan (yoy) Sumber: BPS RI dan BPS Provinsi Banten, diolah
6,0 5,8
4,7
6,1 6,4
5,8
6,3 6,1
4,5
6,1 6,5
5,9
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00%
Pertumbuhan Ekonomi Banten Pertumbuhan Ekonomi nasional
Grafik I.2. Pertumbuhan Ekonomi Banten 5 Tahun Terakhir
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Secara tahunan, kinerja perekonomian Banten selama 2 tahun terakhir menunjukkan peningkatan karena didorong oleh konsumsi domestik yang tinggi dan peningkatan investasi dan kinerja ekspor sektor utama Banten. Selain itu, upaya-upaya perbaikan yang telah dilakukan pemerintah termasuk pemerintah provinsi dan kabupaten turut memacu perbaikan kinerja tersebut. Secara-rata-rata selama 5 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Banten berada pada level 5,8% dan mendekati angka rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,9%.
I.1. SISI PERMINTAAN
Melambatnya kinerja ekspor komoditi utama Banten akibat belum pulihnya kondisi beberapa mitra dagang utama Banten dan melambatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah sebagai akibat belum optimalnya penyerapan anggaran pemerintah daerah di Wilayah Banten pada triwulan IV 2011 menjadi faktor utama menurunnya angka pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan/pengeluaran. Namun, tetap tingginya konsumsi domestik dan investasi mampu menopang angka pertumbuhan ekonomi di atas level 5%. Faktor utama yang mendorong perlambatan ekonomi dari sisi pengeluaran Banten terlihat dari beberapa promt indikator ekspor seperti melambatnya ekspor luar negeri pada industri bahan kimia, tekstil, kayu dan gabus, besi baja, dan kertas. Selain itu, angka pertumbuhan ekspor tersebut lebih rendah dari angka pertumbuhan impor (kondisi net ekspor defisit semakin tinggi). Ditambah dengan belum optimalnya realisasi belanja terutama belanja modal dan belanja program satuan kerja tertentu yang memiliki anggaran relatif besar dibandingkan satuan kerja lainnya menyebabkan pertumbuhan angka komponen konsumsi pemerintah turut melambat.
Membaiknya angka komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto dan realisasi penanaman modal asing di Wilayah Banten serta peningkatan pendapatan riil masyarakat Banten yang diiringi dengan angka inflasi perkotaan dan pedesaan di Banten relatif rendah, menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan IV 2011 tetap berada pada level 5,11%.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Banten pada tahun 2011 mencapai angka 6,43%
atau masih lebih baik dibandingkan dengan angka tahun 2010 sebesar 6,08%.
Tabel I.1. PDRB Banten Triwulan II 2011 Menurut Penggunaan
Komponen Pengeluaran (%, yoy) 2010 2011
I II III IV I II III IV
Konsumsi Rumah Tangga 5,50 5,63 5,72 4,74 5,39 4,73 4,93 5,32 5,68 5,17
Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 5,62 7,95 10,86 11,92 9,14 13,05 10,39 8,13 6,13 9,31
Konsumsi Pemerintah -5,72 -7,46 0,94 13,68 1,08 12,46 13,81 12,89 0,64 9,04
Pembentukan Modal Tetap Bruto 10,45 9,50 5,90 4,77 7,55 5,01 7,01 8,74 11,90 8,23
Perubahan Stok -13,48 10,96 14,05 22,17 8,22 29,19 18,55 -8,71 -0,12 7,88
Ekspor Barang dan Jasa 14,31 13,02 9,53 11,00 11,86 10,61 12,23 12,24 11,22 11,59
Dikurangi Impor Barang dan Jasa 21,90 18,02 11,16 13,14 15,72 9,93 15,28 16,84 16,75 14,84
PDRB 5,52 6,11 6,28 6,37 6,08 7,93 6,72 6,10 5,11 6,43
2010 2011
Sumber: BPS Provinsi Banten (** angka sangat sementara)
1.1.1. Konsumsi
Perlambatan pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran dapat tertahan oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga yang tetap meningkat. Hal tersebut didorong oleh stabilitas harga yang relatif lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya dan adanya
peningkatan pendapatan masyarakat di Banten. Menurunnya realisasi pengeluaran pemerintah kemungkinan disebabkan oleh belum optimalnya realisasi sejumlah proyek pembangunan terutama terkait belanja modal pengadaan alat-alat berat/konstruksi untuk infrastruktur, pembangunan kantor dan pusat pemerintahan atau belanja program lainnya. Meningkatnya Upah Minimum Provinsi Banten sekitar 4,68% pada tahun 2011 dan adanya ekspektasi rencana kenaikan upah minimum kota dan kabupaten pada kisaran yang jauh lebih besar dari tahun 2011 berpotensi mendorong konsumsi masyarakat pada periode laporan. Sementara itu, inflasi di wilayah perkotaan dan pedesaan relatif terus menurun hingga di bawah 4% secara tahunan. Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) terus meningkat cukup tinggi seiring membaiknya inflasi di Banten.
-4,00 -2,00 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00
12345678910111212345678910111212345678910111212345678910
2008 2009 2010 2011
% yoy
Dev iasi Nasional Banten
Grafik I.3. Perkembangan Inflasi Tahunan Banten dan Nasional Sumber: BPS Provinsi Banten dan BPS RI
90 92 94 96 98 100 102 104 106 108
6789101112123456789101112123456789101112123456789101112
2008 2009 2010 2011
Indeks
NTP Banten
Grafik I.4. Nilai Tukar Petani di Banten Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
0 1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2010 2011
% yoy
Inflasi Pedesaan
Grafik I.5. Inflasi Tahunan Pedesaan di Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Kondisi ini turut mendorong peningkatan daya beli dan konsumsi petani bahkan sepanjang tahun 2011. Peningkatan konsumsi juga tercermin dari meningkatnya pendapatan rata-rata PDRB per kapita dan pengeluaran per kapita sebulan di Banten pada tahun 2011dibandingkan
tahun 2010. PDRB per kapita di Banten saat ini telah mencapai Rp 8,62 juta per tahun atau USD 991,67. Bahkan tingkat pengeluaran rata-rata perkapita total dan untuk kebutuhan makanan termasuk tertinggi kedua setelah DKI Jakarta di Wilayah Jawa, yaitu sebesar Rp 693.987 per kapita sebulan untuk pengeluaran total dan Rp 328.623 untuk pengeluaran/konsumsi makanan.
Tabel I.2. Perkembangan Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Banten dan Provinsi Lain di Kawasan Jawa (dalam Rupiah)
Total Makanan Total Makanan
DKI Jakarta 1.024.214 398.782 1.355.688 457.669 Banten 644.138 296.896 693.987 328.623 Jabar 487.681 255.210 608.708 297.590 Jatim 411.477 214.964 486.426 245.743 DIY 553.967 244.004 625.043 276.323 Jateng 393.831 203.968 463.907 229.775
Provinsi 2010 2011*
Sumber: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia – BPS RI
Tabel I.3. Perkembangan PDRB Per Kapita Banten PDRB Per Kapita ADH Konstan 2000 2010 2011
Nilai (Rp) 8.326.232,38 8.624.655,80
Indeks Peningkatan (%) 3,49 3,58
Nilai (USD) 925,36 991,67
Sumber: BPS Prov. Banten
Kondisi upah minimum tenaga kerja yang terus membaik saat ini dan hingga ekspektasi di tahun berikutnya turut berperan dalam peningkatan konsumsi masyarakat di Banten. Upah minimum kota/kabupaten 2011 berada pada kisaran antara Rp 1.007.500 di Kabupaten Lebak (terendah) dan Rp 1.250.000 di Kota Tangerang (tertinggi) dengan kenaikan dari tahun sebelumnya pada kisaran antara 4,26% (di Kota Cilegon) hingga 10,74% (di Kota Tangerang Selatan). Rencana tahun 2012, kenaikan UMK diperkirakan antara 3,45% hingga 22, 86%.
Tabel I.4.
2008 2009 2010 2011 2012 *)
Kota Tangerang 958.782 1.064.500 1.130.000 1.250.000 1.529.150 11,03 6,15 10,62 22,33 Kota Cilegon 971.400 1.099.000 1.174.000 1.224.000 1.347.000 13,14 6,82 4,26 10,05 Kota Tangerang Selatan 953.850 1.055.000 1.125.000 1.245.800 1.529.150 10,60 6,64 10,74 22,74 Kota Serang 927.500 1.030.000 1.050.000 1.156.000 1.231.000 11,05 1,94 10,10 6,49 Kab. Pandeglang 840.000 918.950 964.500 1.015.000 1.050.000 9,40 4,96 5,24 3,45 Kab. Lebak 842.000 918.000 959.500 1.007.500 1.047.800 9,03 4,52 5,00 4,00 Kab. Tangerang 953.850 1.055.000 1.125.000 1.243.000 1.527.150 10,60 6,64 10,49 22,86 Kab. Serang 927.500 1.030.000 1.101.000 1.189.600 1.410.000 11,05 6,89 8,05 18,53 Banten 837.000 917.500 955.300 1.000.000 1.042.000 9,62 4,12 4,68 4,20 UMK 2012 : Berdasarkan SK Gubernur Banten No. 561/Kep.886-Huk/2011 tanggal 21 November 2011 tentang Penetapan UMK Se-Provinsi Banten 2012
UMP 2012 : SK Gubernur No. 561/Kep.828-Huk/2011 tanggal 28 Oktober 2011
*) Data Sementara
Data Per kemba ngan Upa h Minimum Kota /Provinsi di Bant en
Kota/Kabupaten UMP/UMK (Rp/bulan) Growth 2009
(% yoy) Growth 2010
(% yoy) Growth 2011
(% yoy) Growth 2012 (% yoy)
Potensi kesenjangan ekonomi dapat semakin besar karena kenaikan UMK terbesar terutama diberlakukan di Wilayah Utara Banten, sedangkan di Wilayah Selatan (terutama Kabupaten Lebak dan Pandeglang) rencana kenaikannya di bawah angka 5%, sebagai akibat wilayahnya yang cenderung agraris. Sementara itu, untuk wilayah industri terlihat kenaikannya relatif tinggi. Di satu sisi dapat turut meningkatkan pendapatan/kesejahteraan tenaga kerja, di sisi yang lain akan menjadi beban biaya bagi perusahaan. Kenaikan tersebut tentunya dapat saja dipenuhi oleh perusahaan sepanjang tingkat produktivitas tenaga kerja di Wilayah Banten semakin meningkat. Apabila sebaliknya terjadi, dikhawatirkan akan kontraproduktif dengan iklim investasi di Banten yang saat ini sedang membaik dan didukung oleh kondisi makro ekonomi nasional dalam status investment grade pada tahun 2012.
Status investment grade akan mendorong investor luar negeri untuk berinvestasi di Indonesia termasuk Banten yang memiliki banyak potensi keunggulan karena beberapa kondisi tertentu/variabel ekonomi yang telah semakin baik. Koordinasi yang baik perlu terus dilakukan antara serikat pekerja, perusahaan/asosiasi perusahaan (APINDO), dewan pengupahan dan pemerintah dalam menentukan format pengupahan yang adil dan win-win solution bagi semua pihak. Transparansi perusahaan kepada karyawan dengan diawasi oleh sinas terkait akan memberikan efek positif bagi kestabilan perekonomian di Banten dan Indonesia pada umumnya.
Peningkatan konsumsi terlihat juga dari berbagai indikator hasil Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia Serang, tercermin antara lain dari meningkatnya indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama (durable goods) seperti pembelian perumahan, kendaraan, dan alat elektronik kebutuhan rumah tangga serta indeks rata-rata pendapatan per bulan untuk pengeluaran kebutuhan rumah tangga dan pembayaran cicilan.
0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0
123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112
2008 2009 2010 2011
Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
Grafik I.6. Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama (Durable
Goods) Banten
Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia
- 20 40 60 80 100 120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2011
Indeks
Grafik I.7. Indeks Rata-rata Pendapatan per Bulan untuk Kebutuhan Rumah Tangga di
Banten.
Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia
0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0
123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112
2008 2009 2010 2011
Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Grafik I.8. Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Keyakinan terhadap Kondisi Ekonomi
Saat Ini Banten Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0 160,0
123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112
2008 2009 2010 2011
Indeks Kondisi Penghasilan Saat Ini Indeks Kondisi Ketersediaan Lapangan Kerja
Grafik I.9. Indeks Kondisi Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini dan Indeks Kondisi
Penghasilan Saat Ini Banten Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia
Meningkatnya indeks keyakinan konsumen tercermin juga dari kenaikan angka indeks tersebut dari tahun 2010 yang berada dibawah angka 100 menjadi di atas 115 pada akhir tahun 2011.
Bahkan angka indeks pada triwulan IV 2011 tersebut sedikit diatas periode triwulan III 2011.
Yang cukup menggembirakan adalah indeks kondisi ketersediaan lapangan kerja yang telah menembus angka 100 yang berarti kepercayaan/keyakinan konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja dan membaiknya ekonomi/usaha pada saat ini terlihat semakin optimis.
Pada komponen konsumsi pemerintah, terjadi perlambatan sebagai akibat belum optimalnya penyerapan belanja modal dan program yang dilakukan. Setidaknya, penyelenggaraan PILKADA Provinsi Banten pada tahun 2011 berpengaruh pada jalannya penyelesaian program pemerintah daerah. Rencana realisasi total belanja daerah Provinsi Banten pada triwulan IV 2011 sebesar Rp 4,05 triliun telah dapat direalisasikan sebesar Rp 3,9
triliun atau mencapai angka 96,38%. Belum optimalnya penyerapan lebih disebabkan oleh belum direalisasikannya sebagian belanja modal untuk pembelian alat-alat berat dan pembelian barang investasi pada program di Dinas Pendidikan dan Kesehatan.
Tabel I.5. Perkembangan PDRB Per Kapita Banten
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III* Tw IV*
APBD-Total Belanja Banten (Rp miliar) 2.366,62 2.366,62 2.525,07 2.525,07 2.511,27 2.511,27 2.511,27 2.981,77 3.485,30 3.485,30 3.485,30 4.047,76 Realisasi Belanja APBD per Triwulan (Trw) 136,57 720,43 755,27 808,55 293,86 594,40 669,41 1.289,67 338,15 618,70 1.189,16 1.755,39
% Realisasi Belanja per Trw 5,77% 30,44% 29,91% 32,02% 11,70% 23,67% 26,66% 43,25% 9,70% 17,75% 34,12% 43,37%
Growth (yoy) 115,18 -17,49 -11,37 59,50 15,07 4,09 77,64 36,11
Uraian 2009 2010 2011
Secara tahunan (yoy), pertumbuhan realisasi belanja triwulanan pada triwulan IV 2011 sebesar 36,11% masih jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan realisasi belanja pada triwulan III 2011. Pembangunan pusat pemerintahan di beberapa kota/kabupaten yang belum optimal juga menjadi salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan konsumsi pemeritah pada periode ini termasuk pengelolaan dana proyek dari pemerintah pusat atau provinsi kepada daerah di bawahnya.
Tabel I.6. Perkembangan PDRB Per Kapita Banten
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III* Tw IV*
APBD Banten 2.366,62 2.366,62 2.525,07 2.525,07 2.511,27 2.511,27 2.511,27 2.981,77 3.485,30 3.485,30 3.485,30 4.047,76 Realisasi s.d. Triwulan Berjalan (Kumulatif) 136,57 857,00 1.612,27 2.420,82 293,86 890,30 1.556,48 2.847,34 338,15 956,85 2.146,01 3.901,40
% Realisasi Pengeluaran (Kumulatif) 5,77% 36,21% 63,85% 95,87% 11,70% 35,45% 61,98% 95,49% 9,70% 27,45% 61,57% 96,38%
Uraian 2009 2010 2011
1.1.2. Investasi
Optimisme pelaku usaha terkait investasi di Banten semakin meningkat seiring meningkatnya potensi konsumsi domestik/nasional dan perkiraan pencapaian status investment grade bagi Indonesia pada periode yang akan datang. Kinerja investasi diperkirakan meningkat tercermin dari meningkatnya angka pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto pada komponen PDRB Banten dari 8,74% pada triwulan III 20011 menjadi 11,90%
pada periode laporan. Tingginya investasi pada periode laporan diperkirakan bersumber dari ekspansi bisnis pada sektor industri pengolahan, pengangkutan, perdagangan, hotel dan restoran serta konstruksi.
Dari data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI terbaru, tercatat Penanaman Modal Asing (PMA) di wilayah Banten pada tahun 2011 jauh melebihi tahun 2010. Jumlah realisasi PMA pada tahun 2011 mencapai 418 proyek dengan nilai investasi sebesar USD 2,17 miliar, sementara itu tahun 2010 hanya sebanyak 280 proyek dengan nilai USD 1,54 miliar atau terdapat peningkatan sebanyak 138 proyek atau senilai USD 0,63 miliar. Di sisi lain, realisasi
investasi dalam negeri di Banten mengalami penurunan dari sebanyak 76 proyek pada tahun 2010 (Rp 5,85 triliun) menjadi sebanyak 38 proyek (senilai Rp 4,10 triliun). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa investor yang berminat di Wilayah Banten cenderung berasal dari investor luar negeri. Ke depan, perbaikan proses kemudahan perijinan, kesiapan lahan industri dan infrastruktur serta promosi investasi tidak saja dilakukan untuk investor luar negeri tetapi juga perlu ditujukan bagi investor dalam negeri.
Peningkatan investasi tercermin pula dari meningkatnya penggunaan semen di Banten terutama untuk konstruksi usaha manufaktur, bangunan dan infrastruktur.
Penggunaan/konsumsi semen di wilayah Banten yang terus meningkat dan tumbuh lebih dari 40% (yoy), bahkan pertumbuhan pada awal triwulan IV mencapai lebih dari 120% (yoy) karena meningkatnya proyek pembangunan pabrik seperti pada sektor industri kimia dasar dan besi/logam, pembangunan properti residensial maupun komersial oleh pihak swasta maupun untuk penyelesaian pembangunan infrastruktur oleh pemerintah. Perluasan pembangunan pengembangan kawasan hunian ke arah wilayah Banten terutama Tangerang dan Serang mendorong peningkatan investasi baik infrastruktur, kebutuhan pemukiman dan hunian bisnis lainnya, meskipun secara nasional, indeks tendensi bisnisnya menunjukkan sedikit penurunan.
85 90 95 100 105 110 115
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*
2008 2009 2010 2011
Indeks % yoy
Indeks Tendensi Bisnis
Grafik I.10. Indeks Tendensi Bisnis Nasional Sumber: BPS RI
-40 -20 0 20 40 60 80 100 120 140
0 50 100 150 200 250 300
123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112
2007 2008 2009 2010 2011
ribu ton % yoy
Konsumsi Semen (ton) Growth (RHS)
Grafik I.11. Perkembangan Konsumsi Semen Banten
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
Tabel I. 7
PROYEK (P) INVESTASI (I) P I P I P I P I
I SUMATERA / Sumatera 222 4.224,2 54 1.980,3 165 3.857,5 50 2.235,9 123 8.260,6
1 NANGGROE ACEH DARUSSALAM / Nanggroe Aceh Darussalam 5 40,9 2 9,9 1 48,0 6 7,8 8 193,7
2 SUMATERA UTARA / North Sumatera 41 662,7 16 492,0 21 276,9 6 32,7 39 871,4
3 SUMATERA BARAT / West Sumatera 11 73,8 0 0 10 249,1 10 727,2 7 5,0
4 R I A U / Riau 52 1.037,1 4 60,6 30 617,2 5 127,9 17 6.56,9
5 JAMBI / Jambi 17 223,3 2 0,3 17 1.897,5 5 103,6 6 133,4
6 SUMATERA SELATAN / South Sumatera 29 1.738,4 11 103,8 23 166,6 9 552,7 13 245,8
7 BENGKULU / Bengkulu 2 8,5 1 0 1 0 0 0 0 0
8 LAMPUNG / Lampung 32 272,3 8 186,9 37 506,4 3 0,0 13 131,2
9 BANGKA BELITUNG / Bangka Belitung 5 0,4 1 6,7 4 0 1 1507,7 1 0
10 KEPULAUAN RIAU / Riau Islands 28 166,9 9 1.120,0 21 50,9 5 176,3 19 23,3
II JAWA / Java 397 35.140,3 111 8.063,0 215 8.883,5 152 10.147,0 205 10.082,7
11 DKI JAKARTA / Jakarta Capital Territory 86 4.598,5 7 2.171,5 41 2.827,7 20 1.985,8 21 2.271,5
12 JAWA BARAT / West Java 103 15.799,8 41 2.346,4 62 2.745,5 48 4.315,0 50 1.787,3
13 JAWA TENGAH / Central Java 40 795,4 23 407,8 38 382,5 29 962,8 9 84,8
14 D.I YOGYAKARTA / Special Region of Yogyakarta 3 10 0 0 2 0 18 194,2 5 1,6
15 JAWA TIMUR / East Java 89 8.084,1 31 2,454,6 45 2.124,5 37 6892 61 2.419,2
16 BANTEN / Banten 76 5.852,5 9 682,7 27 803,3 0 0 2 2.618,4
III BALI & NUSA TENGGARA / Bali & Nusa Tenggara 39 2.119,3 11 189,7 9 135,1 4 11,7 11 20,2
17 B A L I / Bali 19 313,4 7 161,9 5 131,5 1 0 2 0,1
18 NUSA TENGGARA BARAT / West Nusa Tenggara 16 1.805,8 3 27,9 3 2,6 3 11,7 4 0,2
19 NUSA TENGGARA TIMUR / East Nusa Tenggara 4 0,1 1 0 1 1,0 0 0 1 0
IV KALIMANTAN / Kalimantan 149 14.575,6 46 974,6 74 3.885,3 76 3.980,3 38 4.627,1
20 KALIMANTAN BARAT / West Kalimantan 43 1.171,7 21 485,7 18 397,8 23 468,2 9 52,3
21 KALIMANTAN TENGAH / Central Kalimantan 34 3.507,7 6 328,3 22 1.971,6 24 936,5 12 139,6
22 KALIMANTAN SELATAN / South Kalimantan 26 2.015,0 7 33,5 19 1.196,8 10 763,1 7 124,9
23 KALIMANTAN TIMUR / East Kalimantan 46 7.881,3 12 127,1 15 319,2 10 763,1 10 4310,3
V SULAWESI / Sulawesi 58 4.337,6 23 2.463,9 36 1163,8 30 2.859,2 8 1.010,6
24 SULAWESI UTARA / North Sulawesi 13 95,8 1 0 7 6,1 2 9,6 1 315,9
25 SULAWESI TENGAH / Central Sulawesi 7 153,6 5 1.225,2 3 12,0 5 1.383,0 1 0
26 SULAWESI SELATAN / South Sulawesi 23 3212,3 10 1.128,6 17 981,3 18 1,181,6 4 694,7
27 SULAWESI TENGGARA / South East Sulawesi 5 19,2 3 14,9 4 29,2 3 15,0 1 0
28 GORONTALO / Gorontalo 3 16,7 2 7,4 1 4,4 1 0 1 0
29 SULAWESI BARAT / West Sulawesi 7 840 2 87,8 4 130,9 1 0 0 0
VI MALUKU / Maluku 2 0 0 0,0 2 13,6 2 0 2 0
30 MALUKU / Maluku 1 0 0 0 1 0,1 1 0 1 0
31 MALUKU UTARA / North Maluku 1 0 0 0 1 13,5 1 0 1 0
VII PAPUA / Papua 8 229,3 5 394,7 10 1.008,5 4 0,6 10 21,1
32 PAPUA / Papua 7 178 4 348,2 10 1.008,5 1 0,6 7 21,1
33 IRIAN JAYA BARAT / West Irian 1 51,3 1 46,5 0 0 3 0 3 0
876 60.626,3 250 14.066,2 511 18.947,4 318 18.946,80 397 4.002,4
Sumber: BKPM
PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI BERDASARKAN LOKASI (PMDN)
Q 1 Q 2 Q 3 Q 4
JUMLAH / T o t a l
2010 JAN - DES
NO. LOKASI / Location 2011
Tabel I.8
PROYEK INVESTASI P I P I P I P I
I SUMATERA / Sumatera 362 747,1 129 690,2 276 532,4 159 304,5 192 5 49,5
1 NANGGROE ACEH DARUSSALAM / Nanggroe Aceh Darussalam 14 4,6 5 1,0 17 6 ,3 17 4,9 7 1 0,3
2 SUMATERA UTARA / North Sumatera 79 181,1 23 242,5 28 144,6 18 184,0 59 1 82,6
3 SUMATERA BARAT / West Sumatera 10 7,9 3 0,4 14 0 ,5 14 15,3 17 6 ,7
4 R I A U / Riau 45 86,6 11 15,8 29 8 6,3 9 12,1 17 98,1
5 JAMBI / Jambi 12 37,2 7 3,8 8 0 8 7,9 18 7,7
6 SUMATERA SELATAN / South Sumatera 51 186,3 22 363,2 42 138,5 29 24,8 27 30,8
7 BENGKULU / Bengkulu 11 25,1 5 10,7 8 26,0 6 0,4 5 5.9
8 LAMPUNG / Lampung 31 30,7 7 5,0 27 42,6 14 8,2 9 23,7
9 BANGKA BELITUNG / Bangka Belitung 22 22 11 26,4 24 74,3 12 36,5 10 8,8
10 KEPULAUAN RIAU / Riau Islands 87 165,7 35 21,2 79 13,3 32 10,3 23 174,9
II JAWA / Java 1.976 11.498,8 503 2.430,1 848 2.225,1 785 3.442,4 784 4.226,9
11 DKI JAKARTA / Jakarta Capital Territory 886 6.429,3 183 850,7 407 688,2 281 1.396,30 277 1.888,9
12 JAWA BARAT / West Java 957 1.692,0 180 1.123,8 252 842,0 279 981,2 250 892,4
13 JAWA TENGAH / Central Java 83 59,1 26 25,3 42 47,0 36 40,1 34 62,6
14 D.I YOGYAKARTA / Special Region of Yogyakarta 20 4,9 4 0,7 7 0,1 1 0,3 10 1,4
15 JAWA TIMUR / East Java 110 1.769,2 32 207,0 50 76,9 58 250,9 93 777,3
16 BANTEN / Banten 280 1.544,2 78 222,7 90 571,0 130 773,7 120 604,3
III BALI & NUSA TENGGARA / Bali & Nusa Tenggara 374 502,7 134 164,2 164 420,6 89 327,5 159 40,4
17 B A L I / Bali 279 278,3 100 131,3 124 132,2 41 304,4 101 33,2
18 NUSA TENGGARA BARAT / West Nusa Tenggara 83 220,5 27 30,8 37 407,1 41 20,9 47 6,3
19 NUSA TENGGARA TIMUR / East Nusa Tenggara 12 3,8 7 2,1 3 0,3 7 2,2 11 0,9
IV KALIMANTAN / Kalimantan 253 2.011,4 85 640,5 91 653,0 122 458,7 90 166,6
20 KALIMANTAN BARAT / West Kalimantan 50 170,4 18 297,3 7 133,1 17 63,3 15 26,9
21 KALIMANTAN TENGAH / Central Kalimantan 61 546,6 27 167,5 26 167,6 41 187,7 14 20,8
22 KALIMANTAN SELATAN / South Kalimantan 44 202,2 13 115,6 13 74,0 17 46,2 8 36,3
23 KALIMANTAN TIMUR / East Kalimantan 98 1.092,2 27 60,1 45 298,2 47 161,5 53 82,6
V SULAWESI / Sulawesi 81 859,1 31 111,3 51 398,0 58 190,0 36 15,9
24 SULAWESI UTARA / North Sulawesi 25 226,8 6 90,0 17 120,0 16 2,1 7 8,1
25 SULAWESI TENGAH / Central Sulawesi 7 138,5 3 0,2 7 210,2 7 157,4 4 2,5
26 SULAWESI SELATAN / South Sulawesi 34 441,8 12 15,3 14 65,5 12 7,4 15 1,4
27 SULAWESI TENGGARA / South East Sulawesi 10 14,0 5 4,4 7 0,4 10 8,7 9 3,5
28 GORONTALO / Gorontalo 1 0,8 3 0,0 6 2,0 10 10,1 1 0,4
29 SULAWESI BARAT / West Sulawesi 4 37,3 2 1,4 0 0 3 4,3 0 0
VI MALUKU / Maluku 8 248,9 5 2 11 72,8 8 29,3 13 37,4
30 MALUKU / Maluku 5 2,9 3 2,0 5 0,9 2 2,5 8 6,2
31 MALUKU UTARA / North Maluku 3 246,0 2 0 6 71,9 6 26,7 5 31,2
VII PAPUA / Papua 27 346,8 15 357,3 15 482,4 15 412,2 26 93,2
32 PAPUA / Papua 17 329,6 9 350,6 10 471,9 9 406,3 15 83,2
33 IRIAN JAYA BARAT / West Irian 10 17,2 6 6,7 5 10,5 6 5,8 11 10,0
3.081 16.214,80 902 4.395,70 1.456 4.784,3 1.236 5.164,6 1300 5.129,9 Sumber: BKPM
NO. LOKASI / Location TRIWULAN 1 / Q 1 TRIWULAN 2 / Q 2 2011
PENANAMAN MODAL ASING BERDASARKAN LOKASI (PMA) 2010
JUMLAH / T o t a l
TRIWULAN 3 / Q 3 TRIWULAN 4 / Q 4 JAN - DES
1.1.3. Ekspor – Impor
1Menurunnya pertumbuhan ekspor yang lebih besar dari pada impor menyebabkan defisit perdagangan Banten terhadap luar negeri semakin membesar dan mencapai sekitar USD 1,25 miliar. Menurunnya ekspor disebabkan oleh menurunnya kinerja ekspor komoditas utama Banten seperti ekspor kimia dasar, besi/baja, tekstil, kertas dan kayu/gabus.
Penurunan ekspor tersebut disebabkan kondisi pertumbuhan ekonomi dunia terutama negara mitra dagang Banten seperti negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Jepang dan Cina mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi yang memicu menurunnya permintaan barang dari Banten. Kondisi ini dikhawatirkan akan semakin memburuk pada tahun 2012 khususnya permintaan barang dari negara-negara Eropa. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Jepang dan USA diperkirakan telah mulai pulih pada tahun 2012.
1 Data ekspor dan impor yang dijabarkan (angka sementara hingga November 2011) tidak termasuk data ekspor impor antar daerah.
Tabel I. 9 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia
2010 2011 2012 2013
World output3 5.0 4.00 4.00 4.47
Advanced economies 3.0 1.60 1.90 2.38
United States 2.8 1.50 1.80 2.54
Euro area 1.8 1.60 1.10 1.53
Germany 3.6 2.70 1.30 1.50
France 1.4 1.70 1.40 1.87
Italy 1.3 0.60 0.30 0.54
Spain -0.1 0.80 1.10 1.77
Japan 4.3 -0.47 2.30 2.04
Emerging and developing economies 7.1 6.40 6.10 6.48
WEO (IMF) n-Jan'11 Sept'11
Sumber: WEO-IMF
Permintaan pemotongan harga (discount) dari pihak importir di luar negeri mulai dirasakan oleh eksportir Banten seiring melemahnya permintaan di Negara-negara tersebut. Sebaliknya, harga produk di dalam negeri cenderung membaik karena tingginya faktor permintaan. Namun yang menjadi ancaman bagi industri manufaktur Banten terutama besi baja dan kimia dasar adalah masuknya komoditas yang sama ke pasar domestik karena harganya yang lebih murah sebagai akibat tidak terserapnya ekspor ke negara maju yang menjadi target utamanya.
Tabel I.10. Perkembangan Ekspor dan Impor Banten
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV *)
Nilai (USD ribu) 1.712.109 1.918.230 1.854.871 2.254.436 2.205.904 2.461.159 2.485.908 1.520.414 Volume (Ribu Ton) 890 886 925 1.211 987 957 991 551 Nilai (USD ribu) 3.884.236 3.777.695 3.483.130 4.713.286 4.585.147 5.063.459 5.257.994 3.867.607 Volume (Ribu Ton) 2.499 2.622 2.715 3.475 2.941 3.464 3.450 2.019
Uraian 2010 2011
Ekspor Impor
Sumber: Bank Indonesia (* angka kumulatif sementara sampai dengan November 2011)
Nilai ekspor Banten pada triwulan IV 2011 masih mengalami peningkatan, tetapi berdasarkan volumenya telah mengalami penurunan yang signifikan pada periode laporan. Akibatnya pertumbuhan ekspor Banten kian melambat. Di sisi lain, nilai impornya secara bulanan semakin meningkat dan pertumbuhannya lebih tinggi dari pada ekspor Banten. Dampaknya, defisit transaksi perdagangan Banten dengan luar negeri semakin membesar dan mencapai angka sekitar USD 1,25 miliar pada bulan Desember 2011 saja, tetapi jika dikumulatifkan akan mencapai lebih dari USD 7,5 miliar.
Pertumbuhan ekspor Banten pada akhir tahun 2011 ini mendekati posisi tahun 2009 sebagai dampak krisis global sejak tahun 2008. Kondisi ini diperkirakan dapat berulang karena krisis global mulai kembali bergejolak di akhir tahun 2010 yang dampaknya akan mulai dirasakan 1 tahun setelah krisis tersebut dimulai, seperti pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya.
Upaya-upaya strategis perlu dilakukan sejak dari perencanaan bahan baku hingga target pasar