SKRIPSI
PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN INTERN BIDANG AKUNTANSI DAN PENGEMBANGAN MUTU KARYAWAN
TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD AKUNTANSI PADA PT. SISIRAU
OLEH:
LUTHFI 120503300
PROGRAM STUDI STRATA 1 DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul: “PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN INTERN BIDANG AKUNTANSI DAN PENGEMBANGAN MUTU KARYAWAN TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD AKUNTANSI PADA PT. SISIRAU” adalah benar hasil karya sendiri
dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Studi S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 19 Mei 2017
Yang membuat pernyataan
Luthfi
NIM: 120503300
ABSTRAK
PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN INTERN BIDANG AKUNTANSI DAN PENGEMBANGAN MUTU KARYAWAN
TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD AKUNTANSI PADA PT. SISIRAU
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan terhadap pencegahan fraud akuntansi pada PT. Sisirau.
Model analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Linear Berganda.
Sampel dalam penelitian ini adalah 35 responden yang merupakan karyawan pada PT. Sisirau. Jenis data dalam penelitian ini adalah data Primer. Metode pemilihan sampel yaitu metode simple random sampling. Dan pengolahan data menggunakan software SPSS.
Hasil yang terdapat dalam penelitian ini adalah pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan fraud akuntansi. Dan hasil lainnya yaitu pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh signifikan terhadap pencegahan fraud akuntansi pada PT. Sisirau.
Kata Kunci: pengendalian intern bidang akuntansi, pengembangan mutu karyawan, pencegahan fraud akuntansi
ABSTRACT
PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN INTERN BIDANG AKUNTANSI DAN PENGEMBANGAN MUTU KARYAWAN
TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD AKUNTANSI PADA PT. SISIRAU
This study aims to determine the effect of the effectiveness of internal controls in accounting and development of quality employees to the prevention of fraud accounting at PT. Sisirau.
The analysis model is the Multiple Linear Regression Analysis. Sample in this study were 35 respondents who are employees at PT. Sisirau. The type of data in this study is Primary data. Method of sample selection is simple random sampling method. And data processing is using SPSS software.
The result contained in this research is the field of accounting and internal control quality employee development partially positive and significant effect on the prevention of accounting fraud. And other results that internal controls in accounting and development of quality employees together (simultaneously) has significant influence over accounting fraud prevention at PT. Sisirau.
Keyword: internal controls in accounting, development of quality employees, accounting fraud prevention
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis telah mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Keefektifan Pengendalian Intern Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap
Pencegahan Fraud Akuntansi Pada PT. Sisirau”.
Shalawat beriring salam kita sanjungkan kepangkuan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat ini.
Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi serta doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Teristimewa untuk kedua orang tua saya yang sangat saya kagumi dan cintai yaitu Ayahanda Saifan Sofyan dan Ibunda Ratih Pertiwi yang tidak pernah lelah memberikan kasih sayang, doa, nasihat serta semangat yang tulus hingga saat ini.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen / Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Syahrul Rambe, M.M, Ak selaku Sekretaris Departemen / Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Sucipto, M.M., Ak. CPA selaku Dosen Pembimbing saya yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak selaku Dosen Penguji dan Bapak Prof. Dr.
Azhar Maksum, M.Ec., Ac, Ak. selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan arahan, kritik dan saran yang sangat membangun sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
6. Serta seluruh teman-teman Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Tahun 2012, 061 hardcore, Mendoan corp, pit stop and the gang, Mentari Lokita, Cut Meulila, Indah mayasari yang telah bersama dengan penulis yang berjuang untuk mendapatkan ilmu bermanfaat agar kelak kita dapat memberikan yang terbaik tidak hanya untuk diri sendiri melainkan juga untuk bangsa dan tanah air.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 19 Mei 2017 Yang membuat pernyataan
Luthfi
NIM: 12050300
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Tinjauan Teoritis ... 7
2.1.1 Audit ... 7
2.1.2 Kecurangan (Fraud) ... 9
2.1.3 Pengendalian Intern ... 12
2.1.4 Pengembangan Mutu Karyawan ... 16
2.2 Penelitian Terdahulu ... 18
2.3 Kerangka Konseptual ... 19
2.4 Hipotesis Penelitian ... 20
BAB III METODE PENELITIAN ... 21
3.1 Jenis Penelitian ... 21
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 21
3.2.1 Populasi Penelitian ... 21
3.2.2 Sampel Penelitian ... 22
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 22
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 22
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 23
3.6.1 Variabel Independen ... 23
3.6.1.1 Pengendalian Intern Bidang Akuntansi ... 23
3.6.1.2 Pengembangan Mutu Karyawan ... 23
3.6.2 Variabel Dependen ... 24
3.6.2.1 Pencegahan Kecurangan Akuntansi (fraud) ... 24
3.7 Teknik Analisis Data ... 26
3.7.1 Uji Kualitas Data ... 26
3.7.2 Uji Asumsi Klasik ... 28
3.7.3 Analisis Regresi Linier Berganda ... 30
3.7.4 Uji Hipotesis Penelitian ... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 34
4.1 Analisis Data ... 34
4.1.1 Uji Kualitas Data ... 34
4.1.1.1 Uji Validitas ... 34
4.1.1.2 Uji Reliabilitas ... 37
4.1.2 Uji Asumsi Klasik ... 38
4.1.2.1 Uji Normalitas Data ... 38
4.1.2.2 Uji Multikolinieritas ... 40
4.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 41
4.1.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 42
4.1.4 Pengujian Hipotesis ... 43
4.1.4.1 Uji Statistik F (Uji Signifikansi Simultan) ... 43
4.1.4.2 Uji Statistik T (Uji Signifikansi Parsial) ... 44
4.1.4.3 Uji Koefisien Determinasi ... 45
4.2 Pembahasan Hasil Pengujian ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
5.1 Kesimpulan ... 49
5.2 Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
LAMPIRAN ... 53
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ... 19
3.1 Definisi Operasional ... 26
4.1 Hasil Uji Validitas Pengendalian Intern Bidang Akuntansi ... 35
4.2 Hasil Uji Validitas Pengembangan Mutu Karyawan ... 36
4.3 Hasil Uji Validitas Pencegahan Kecurangan Akuntansi ... 37
4.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 38
4.5 Hasil Uji Normalitas Koefisien Harga Skewness ... 41
4.6 Hasil Uji Multikolinieritas ... 41
4.7 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 43
4.8 Hasil Uji Simultan (F-Test) ... 45
4.9 Uji Parsial (Uji T) ... 46
4.10 Koefisien Determinasi ... 48
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 20
4.1 Grafik Normal P-Plot ... 39
4.2 Grafik Histogram ... 40
4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 42
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman 1 Data Mentah Penelitian ... 54 2 Hasil Output SPSS ... 57 3 Kuesioner ... 66
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
Saat ini, dalam kehidupan kita sehari-hari tindak kejahatan dan pelanggaran menjadi sesuatu hal yang sudah menjadi suatu hal yang wajar untuk dilakukan oleh masyarakat. Terkhusus di Indonesia kejahatan dan pelanggaran (tindak pidana) semakin berkembang, oleh sebab itu maka dasar hukum perundang- undangan yang mengaturnya harus mengalami penyesuaian dengan perkembangannya. Namun, walaupun telah ada suatu aturan ataupun hukum yang mengatur kehidupan kita tetap saja aturan itu dilanggar oleh masyarakat. Aturan dianggap menjadi sesuatu yang harus dilanggar oleh masyarakat, bukan untuk ditaati ataupun di jalankan.
Jenis tindak pidana kejahatan di Indonesia yang sering terjadi dikehidupan kita sehari-hari misalnya dalam hal politik, terhadap kepala negara, terhadap ketertiban umum, terhadap kekuasaan umum termasuk memberi suap, penggelapan dan penipuan. Tindak kejahatan dan pelanggaran pasti menyebabkan suatu kerugian yang bersifat material atau signifikan dalam kehidupan kita. Tidak terkecuali dalam bidang akuntansi pun terjadi kejahatan dan pelanggaran (tindak pidana) yang oleh para akuntan dikenal sebagai kecurangan (fraud).
Beberapa tindak pidana yang berhubungan dengan akuntansi antara lain:
• Pencurian
• Pemerasan dan pengancaman
• Penggelapan
• Menghancurkan atau merusakkan benda
Terkhusus untuk di Indonesia, kecurangan dalam bidang akuntansi yang paling sering terjadi ialah kejahatan kerah putih (white-collar crime) atau yang lebih dikenal dengan sebutan korupsi. Kejahatan ini dilakukan oleh seseorang yang memiliki kedudukan dan jabatan penting dilingkungan organisasinya.
Dimana, dengan memanfaatkan semua yang ia punya, maka akan memberikannya kemudahan untuk melakukan kecurangan tersebut tanpa dicurigai oleh siapapun.
Di Indonesia, seluruh kalangan masyarakat telah menilai korupsi sudah menjadi sebagai suatu budaya dalam kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh mulai banyaknya kasus-kasus korupsi yang mulai diungkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang melibatkan banyak pihak dari semua kalangan, baik dari tingkatan desa hingga pemerintah pusat.
Namun kecurangan (fraud) bidang akuntansi bukan hanya soal korupsi saja, namun lebih luas lagi seperti pengambilan aset secara ilegal dan bahkan dalam penyusunan laporan keuangan sekalipun dapat ditemui kecurangan (fraud) yang biasa disebut salah saji yang akan menyesatkan secara material atau signifikan.
Dalam hal ini, laporan keuangan menyajikan aset atau pendapatan yang lebih tinggi dari yang sebenarnya (asset/revenue overstatements) dan menyajikan aset atau pendapatan lebih rendah dariyang sebenarnya (asset/revenue understatements).
Kecurangan (fraud) terjadi baik pada sektor pemerintahan maupun pada sektor swasta tanpa terkecuali. Di sektor pemerintah misalnya adanya praktik mark up dalam proyek-proyek yang dikerjakan oleh pemerintah yang dilakukan
oleh para pejabat dan yang paling sering ialah bisnis plat merah atau bisnis pejabat (penguasa) dan keluarga serta kroni mereka yang menjadi pemasok atau rekanan dilembaga-lembaga pemerintah dan di dunia bisnis sekalipun. Pada sektor swasta kecurangan (fraud) yang sering terjadi, antara lain melalui pembayaran gaji karyawan yang dilakukan pemalsuan jumlah gaji sampai membuat adanya karyawan fiktif, pembayaran kembali biaya-biaya yang sudah dibayar dan penyajian laporan keuangan yang tidak sesuai dengan kenyataannya, sehingga menyesatkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.
Penyebab atau akar permasalahan dari kecurangan (fraud) dijelaskan secara ringkas melalui ungkapan fraud by need, by greed, and by opportunity (kecurangan terjadi karena kebutuhan, karena serakah dan karena ada peluang).
Sedangkan menurut Cressey, kecurangan (fraud) disebabkan oleh tekanan (pressure), persepsi akan adanya peluang (perceived opportunity), dan rasionalisasi (rationalization).
Untuk membantu menyelesaikan masalah kecurangan dalam akuntansi, berkembanglah suatu sub ilmu akuntansi dalam auditing yaitu bidang audit kecurangan (fraud audit). Audit kecurangan terdiri atas dua komponen utama yaitu audit kecurangan yang proaktif (proactive fraud audit) dan audit investigatif (investigativ eaudit). Untuk proactive fraud audit dilakukan kajian sistem yang bertujuan mengidentifikasikan potensi-potensi atau resiko terjadinya fraud.
Sedangkan investigative audit, bertujuan untuk membuktikan terjadinya kecurangan (fraud).
“Keefektifan adalah pencapaian sasaran pembelajaran melalui perumusan perencanaan pengajaran, pengorganisasian pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan pengevaluasian hasil proses belajar mengajar” (Sumirgo dan Iskandar, 2003: 27).
Pengendalian intern merupakan suatu tindakan atau aktivitas yang dilakukan manajemen untuk memastikan (secara memadai, bukan mutlak) tercapainya tujuan dan sasaran organisasi.
Pengembangan mutu karyawan berarti menyangkut usaha-usaha meningkatkan pengetahuan karyawan dan keahlian atau keterampilannya.
Pengembangan mutu karyawan dimaksudkan untuk mendorong karyawan bekerja lebih keras dan baik, berusaha memiliki tingkat moral yang tinggi dan karenanya akan menghasilkan tugas-tugas yang dikerjakan secara efisien.
Fraud adalah kejahatan yang dapat ditangani dengan dua cara, yaitu dengan mencegah dan mendeteksi fraud. Para ahli memperkirakan bahwa fraud yang terungkap merupakan bagian kecil dari seluruh fraud yang sebenarnya terjadi.
Oleh karena itu, upaya utama seharusnya ialah dengan melakukan pencegahan pada kecurangan (fraud). Karena seperti penyakit pada tubuh manusia, maka kecurangan (fraud) lebih baik untuk dicegah daripada diobati. Pencegahan terhadap kecurangan (fraud) dimulai dengan pengendalian intern, di samping itu dilakukan pencegahan dengan dua konsep penting lainnya untuk mencegah kecurangan (fraud) yakni menanamkan kesadaran tentang adanya kecurangan (fraud awareness) dan upaya menilai risiko terjadinya kecurangan (fraud risk assessment).
Melalui pengendalian intern, fraud awareness, dan fraud risk assessment setiap perusahaan yang menjalankan atau menerapkannya berharap untuk dapat mencegah, menghilangkan bahkan menekan sedapat mungkin need dan greed yang mengawali terjadinya kecurangan (fraud) yang dilakukan sejak menerima seseorang sebagai karyawan dan membantu untuk mengurangi unsur karena ada peluang, yang dapat timbul di perusahaan dan membuat peluang bagi karyawan untuk melakukan kecurangan (fraud).
Masalah pencegahan kecurangan (fraud) telah banyak diteliti, penelitian ini merupakan replika dari penelitian yang telah ada sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek dan tahun penelitian. Dengan penelitian ini ada beberapa alasan yaitu pada era globalisasi ini banyak terjadi kecurangan pada suatu perusahaan jadi saya tertarik meneliti suatu perusahaan di bidang perkebunan.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul:
“Pengaruh Keefektifan Pengendalian Intern Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan terhadap Pencegahan Fraud Akuntansi pada PT. Sisirau.”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Pengendalian Intern Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan berpengaruh terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di Perusahaan secara simultan?
2. Apakah Pengendalian Intern Bidang Akuntansi berpengaruh terhadap Pencegahan fraud Akuntansi di Perusahaan secara parsial?
3. Apakah Pengembangan Mutu Karyawan berpengaruh terhadap Pencegahan fraud Akuntansi di Perusahaan secara parsial?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah ada pengaruh keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan baik secara parsial maupun simultan.
1.4 Manfaat penelitian
Peneliti berharap penelitian ini dapat berguna tidak hanya bagi peneliti saja, tetapi juga dapat bermanfaat bagi berbagai pihak seperti:
1. Bagi peneliti, untuk memperluas wawasan peneliti di bidang akuntansi terutama mengenai audit kecurangan (fraud) dan peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia untuk mengatur tentang masalah dalam bidang audit kecurangan (fraud).
2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian-penelitian yang terkait audit kecurangan (fraud)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Audit
Audit berasal dari bahasa Latin “Audire” yang berarti mendengarkan.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa pada waktu itu laporan pertanggung jawaban keuangan dibacakan oleh penanggung jawab, dimana petugas controller ikut duduk sebagai seorang pendengar yang kritis. Kata audit yang sering kita jumpai saat ini, berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang artinya adalah pemeriksaan, sehingga secara substantif dua istilah tersebut sebenarnya, mempunyai makna yang sama.
“Auditing adalah salah satu bentuk atestasi. Atestasi, pengertian umumnya, merupakan suatu komunikasi dari seorang expert mengenai kesimpulan tentang realibilitas dari pernyataan seseorang”. Pengertian yang lebih sempit, atestasi merupakan; “komunikasi tertulis yang menjelaskan suatu kesimpulan mengenai realibilitas dari asersi tertulis yang merupakan tanggung jawab dari pihak lainnya” (Agoes, 2012 : 2),.
“Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan umtuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta menyampaikan hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”
(The American Accounting Association’s Committee on Basic Auditing Concepts, 2001:1).
Dalam melaksanakan pemeriksaan, ada beberapa jenis audit yang dilakukan oleh auditor. Jenis-jenis tersebut dapat didasarkan pada luasnya pemeriksaan ataupun jenis pemeriksaan. Menurut Agoes (2012:10) jenis audit berdasarkan luasnya pemeriksaan dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Umum (General Audit) Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP (Kantor Akuntan Publik) yang indepeden dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik atau Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil dan memperhatikan Kode Etik Akuntan Indonesia, Kode Etik Profesi Akuntan Publik dan Standar Pengendalian mutu.
2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit) Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilaksanakan juga terbatas.
Sedangkan ditinjau dari jenis pemeriksaan, menurut Agoes (2012:11) audit dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Management Audit (Operational Audit) Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengethaui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.
2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit) Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah menaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak eksternal (Pemerintah, Bapepam LK, Bank Indonesia). 11
3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit) Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemriksaan yang dilakukan oleh internal auditor biasanya lebih terinci dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP. Internal auditor biasanya tidak memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan tetapi memuat tentang temuan pemeriksaan (audit findings) mengenai penyimpangan dan kecurangaan yang ditemukan, kelemahan pengendalian internal.
Beserta saran-saran perbaikan (recommendation). Internal auditor merupakan orang dalam perusahaan, tidak independen.
4. Computer Audit Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP) System.
Berdasarkan tujuan dilaksanakannya, Audit Fraud termasuk dalam kelompok Compliance Audit, yaitu untuk mempertimbangkan apakah klien telah melaksanakan prosedur atau aturan yang telah ditetapkan oleh pihak yang memiliki otoritas yang lebihtinggi.
2.1.2 Kecurangan (Fraud)
Menurut The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) fraud adalah: Perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru
terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain.
Definisi Fraud menurut Black Law Dictionary adalah:
a. Kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu kebenaran atau keadaan yang disembunyikan dari sebuah fakta material yang dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikannya, biasanya merupakan kesalahan namun dalam beberapa kasus (khususnya dilakukan secara disengaja) memungkinkan merupakan suatu kejahatan.
b. Penyajian yang salah/keliru (salah pernyataan) yang secara ceroboh/tanpa perhitungan dan tanpa dapat dipercaya kebenarannya berakibat dapat mempengaruhi atau menyebabkan orang lain bertindak atau berbuat.
c. Suatu kerugian yang timbul sebagai akibat diketahui keterangan atau penyajian yang salah (salahpernyataan), penyembunyian fakta material, atau penyajian yang ceroboh/tanpa perhitungan yang mempengaruhi orang lain untuk berbuat atau bertindak yang merugikannya.
Kecurangan (fraud) memiliki beberapa unsur yang menandakan bahwa hal tersebut merupakan fraud, bila tidak terdapat unsur fraud maka hal tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai fraud.
Berikut merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam fraud, yaitu:
a. Harus terdapat kesalahan penyajian (misrepresentation) b. Dari suatu masa lampau (past)atau sekarang (present) c. Faktanya bersifat material (material fact)
d. Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (recklessly) e. Dengan maksud (intent) untuk menyebab kan pihak lain bereaksi;
f. Pihak yang dirugikan harus bereaksi (acted) terhadap kesalahan penyajian tersebut (misrepresentation)
g. Mengakibatkan kerugian (detriment). Fraud disini tidak terbatas pada manipulasi, penyalahgunaan jabatan, penggelapanpajak, pencurian aktiva, dan tindakan buruk lainnya yang dilakukan oleh seseorang yang dapat mengakibatkan kerugian bagi organisasi/perusahaan.
Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan fraud, yang disebut juga denganteori GONE, yaitu:
a. Greed (keserakahan) b. Opportunity (kesempatan) c. Need (kebutuhan)
d. Exposure (pengungkapan)
Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku fraud (disebut juga faktor individual). Sedangkan faktor Opportunity dan Exposure merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban perbuatan fraud (disebut juga faktor generik/umum).
Kecurangan atau penipuan yang disengaja (intentional deception) adalah suatu strategi untuk mencapai sasaran strategi untuk mencapai sasaran individu atau organisasi atau untuk memuaskan kebutuhan manusiawi. Secara umum, daya saing yang kompetitif dapat menjadi motivasi untuk melakukan tindakan yang benar maupun yang tidak benar. Bila persaingan berlangsung secara ketat dan sangat kompetitif, melakukan hal yang tidak benar sering dianggap rasional (hal yang salah namun dianggap benar).
2.1.3 Pengendalian Intern
“Pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) kenadalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku” (Agoes, 2012 : 100)
Tindakan/aktivitas pengendalian yang ada dalam organisasi dikelompokkan dalam (Simanjuntak, 2013 : 78):
a. Pengendalian Pencegahan (preventive controls) bertujuan untuk mencegah kesalahan (errors) ataupun peristiwa yang tidak diinginkan terjadi.
b. Pengendalian Pendeteksian (detective controls) bertujuan untuk menginformasikan kepada manajemen galat atau masalah yang sedang terjadi atau beberapa saat setelah terjadi.
c. Pengendalian Pemulihan (corrective controls) biasanya digunakan bersama dengan pendeteksian, bertujuan untuk memperbaiki kembali dari akibat terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan.
Pengendalian internal meliputi: Struktur organisasi dan segala cara serta tindakan dalam suatu perusahaan yang saling terkoordinasi dengan tujuan
untuk mengamankan harta kekayaan perusahaan, menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi, serta mendorong ketaatan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pemimpin perusahaan (Midjan dan Susanto, 2001:58).
Tujuan pengendalian internal menurut Midjan dan Susanto (2001:58) adalah:
• Mengamankan harta perusahaan.
• Menguji ketelitian dan keandalan data akuntansi.
• Meningkatkan efisiensi perusahaan.
• Ketaatan pada kebijaksanaan yang telah digariskan pimpinan.
Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya perusahaan. Pengendalian internal dapat menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan.
Dilihat dari tujuan tersebut maka sistem pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua yaitu pengendalian intern akuntansi (preventive controls) dan pengendalian intern administratif (feedback controls).
1. Pengendalian intern akuntansi (aktif)
Pengendalian intern akuntansi adalah meliputi rencana organisasi dan prosedur – prosedur serta catatan – catatan yang berhubungan dengan pengamanan harta/aktiva dan dapat dipercayainya catatan keuangan dan dirancang untuk meyakinkan (Hartadi, 1999:6).
Ada empat konsep dasar dalam pengendalian intern akuntansi (Hartadi, 1999 : 8), yaitu:
a. Tanggung jawab manajemen
Dalam pelaksanaan sistem, manajemen harus memberi buku pegangan prosedur yang meliputi rincian metode- metode yang harus di ikuti. Demi keefektifan sistem pengendalian intern maka harus ada pengawasan secara terus menerus dari manajemen.
b. Jaminan yang beralasan
Maksudnya ialah tujuan yang diharapkan seperti pengamanan harta atau aktiva dan dipercayainya data akuntansi akan tercapai.
c. Pembatasan-pembatasan
Semua sistem pengendalian akuntansi dipengaruhi atau dibatasi oleh batasan-batasan yang melekat. Satu batasannya adalah faktor manusia yang berada pada sebagian prosedur. Oleh karena itu, faktor manusia memiliki peran yang sangat penting dalam pengendalian d. Metode pengolahan data
Sistem pengolahan data dapat seluruhnya dikerjakan secara manual atau dapat dikombinasi dengan mekanis dan elektronis. Metode yang digunakan akan berpengaruh terhadap sistem pengendalian akuntansi.
Kelemahan pengendalian intern aktif ialah :
• Musuh utamanya ialah sumber daya manusia.
• Sangat rawan ditembus oleh para pelaku kecurangan.
• Biayanya mahal
• Banyak unsur dari pengendalian akuntansi (aktif) yang menghambat pelayanan. Contohnya mengecek tanda tangan, mencocokkan dokumen, dsb.
2. Pengendalian intern administratif (pasif)
“Pengendalian administrasi meliputi rencana organisasi serta prosedur-prosedur dan catatan-catatan yang berhubungan dengan proses pembuatan keputusan yang mengarah kepada tindakan manajemen untuk menyetujui atau memberi wewenang. Tujuan pengendalian administrasi diutamakan pada pencapaian tujuan operasional, seperti efisiensi dan efektivitas operasi serta
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen (dikerjakan setelah adanya pengendalian akuntansi). Contoh: pemeriksaan laporan untuk mencari penyimpangan yang ada, untuk kemudian diambil tindakan.
Dalam sistem pengendalian administrasi ada dua unsur yang mempengaruhi (Hartadi, 1999 : 3 - 5), yaitu:
a. Sistem rencana organisasi yang merupakan tulang punggung (sarana). Dalam penyusunan rencana yang efektif untuk memperkuat Sistem Pengendalian Intern perlu diadakan pemisahan tugas antara berbagai fungsi operasi.
b. Sistem-sistem yang bersifat usaha memperoleh efisiensi dan mencapai tujuan ketaatan terhadap kebijaksanaan pimpinan yang tidak langsung berhubungan dengan catatan keuangan”.
Semua kelemahan dari pengendalian internaktif dihilangkan oleh pengendalian intern pasif, dimana kedua pegendalian ini saling melengkapi satu sama lain.
Kelebihan pengendalian administratif (pasif) ialah :
• Tidak mahal
• Tidak bergantung kepada manusia
• Tidak mempengaruhi produktivitas
• Tidak rawan untuk ditembus oleh pelaku kecurangan Pengendalian intern mempunyai berbagai unsur, dimana setiap unsur mempunyai kaitan langsung dengan tujuan pengawasan perusahaan demikian juga dengan langkah-langkah yang ditempuh perusahaan dalam memenuhinya.
Untuk membentuk suatu pengendalian intern yang memadai maka diperlukan unsur-unsur yang terkandung didalamnya.
2.1.4 Pengembangan Mutu Karyawan
Pengembangan mutu karyawan berarti menyangkut usaha-usaha meningkatkan pengetahuan karyawan dan keahlian atau keterampilannya.
Pengembangan mutu karyawan dimaksudkan untuk mendorong karyawan bekerja lebih keras dan baik, berusaha memiliki tingkat moral yang tinggi dan karenanya akan menghasilkan tugas-tugas yang dikerjakan secara efisien.
Perusahan bertujuan untuk mengembangkan mutu karyawan agar tercapainya engaged performance. Engaged Performance merupakan hasil yang dicapai oleh suatu organisasi bisnis dengan cara merangsang antusiasme karyawan terhadap pekerjaannya dan mengarahkannya pada kesuksesan organisasi tersebut. Dengan kata lain, karyawan yang terlibat sepenuhnya dengan apa yg mereka lakukan, dan terhadap organisasi tempatnya bekerja, akan mengerahkan upaya ekstra untuk mencapai strategi dan tujuan organisasi.
Keuntungan lain dengan memiliki karyawan yang engaged adalah bahwa mereka akan tetap tinggal diorganisasi dalam jangka waktu yang lama, sehingga organisasi dapat menghemat biaya terkait dengan turn over karyawan. Beberapa Hal yang mendukung terciptanya EP (engaged performance) ialah:
a. Efektivitas organisasi dan kepemimpinan yang dipersepsikan.
b. Support dari organisasi kepada karyawan untuk memampukan mereka dalam menjalankan peran di pekerjaannya.
c. Kewajaran dan keadilan organisasi dalam pengembangan dan penghargaan karyawan.
Jadi, pada akhirnya, suatu organisasi bisnis yang ingin maju secara berkesinambungan, apapun bentuk dan skala usahanya, harus mampu menciptakan karyawan yang "engaged”.
Sifat pengembangan mutu karyawan, yaitu:
• Pengembangan pengetahuan
Proses pengembangan dilakukan dengan pengembangan intelektualitas dari karyawan, dimana metode pengembangan yang digunakan seperti memberikan sekolah ataupun kuliah bagi karyawan dan mengadakan Programmed Instruction bagi karyawan terhadap hal-hal baru yang berkembang mengenai perusahaan.
• Pengembangan keterampilan
Proses pengembangannya dilakukan dengan pemberian latihan/praktik langsung kepada karyawan, dimana metode pengembangan yang digunakan seperti diskusi kasus, permainan bisnis, studi proyek.
• Pengembangan sikap
Proses pengembangan dilakukan dengan pengembangan sifat emosional, dimana metode pengembangan yang digunakan seperti melakukan permainan, uji sensitivitas dan latihan. (Simanjuntak, 2013 : 26)
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Variabel Hasil Penelitian
Nava Subramaniam dan Rae Kirsty
(2008)
a. Pengendalian Intern
b. Keadilan Organisasi c. Penipuan
Karyawan
Kejadian penipuan lebih tinggi terjadi di suatu perusahaan ketika kualitas
pengendalian internal dan persepsi karyawan terhadap keadilan organisasi dalam keadaan yang tidak diperhatikan, maka kualitas pengendalian internal dan keadilan organisasi adalah hal yang sangat penting untuk mencegah kecurangan
Joan A. Cezair (2009)
a. Audit Internal b. Pencegahan
Penipuan Kerja
Bahwa pengendalian internal dan audit yang kuatdan paham dalam organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam pencegahan penipuan
Roberta Ann Barra (2010)
a. Pengendalian Internal b. Denda c. Pencegahan
Penipuan Karyawan
Bahwa pengendalian internal yang baik dan pemberian denda bagi karyawan yang melakukan kesalahan memberikan dampak yang signifikan dalam pencegahan penipuan
Agnes Monica (2012)
a. Keefektifan Pengendalian Intern
b. Kesesuaian Kompensasi c. Kecenderungan
Bahwa keefektifan pengendalian
internal dan kesesuaian kompensasi berpengaruh signifikan secara simultan dan keefektifan pengendalian
Kecurangan Akuntansi
internal berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi
Simanjuntak Nico (2013)
a. Pengaruh keefektifan Pengendalian intern Bidang Akuntansi
b. Pengembangan Mutu Karyawan c. Pencegahan
Kecurangan Akuntansi
Bahwa Keefektifan
Pengendalian Intern bidang Akutansi tidak berpengaruh secara parsial terhadap pencegahan kecurangan akuntansi dan pengembangan mutu karyawan berpengaruh secara parsial terhadap pencegahan kecurangan akuntansi. Dan pengendalian intern bidang akuntansi serta pengembangan mutu karyawan berpengaruh secara simultan terhadap pencegahan
kecurangan akuntansi.
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang masalah, kajian pustaka dan penelitian terdahulu maka peneliti membuat kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:
H2
H1
H3
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Pengembangan Mutu
Karyawan (X2)
Pencegahan Kecurangan Akuntansi di Perusahaan
(Y) Pengendalian Intern
Bidang Akuntansi (X1)
Kecurangan telah menjadi suatu penyakit yang harus dapat dilawan oleh setiap elemen diperusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan. Para ahli memperkirakan bahwa fraud yang terungkap merupakan bagian kecil dari seluruh fraud yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu, upaya utama seharusnya adalah pada pencegahannya untuk dapat melawan terjadinya kecurangan di suatu perusahaan.
Dalam upaya mencegah kecurangan (fraud), dapat dimulai dari pengendalian intern, menanamkan kesadaran tentang adanya kecurangan (fraud awareness) pada setiap elemen perusahaan, yang dilakukan perusahaan ketika melakukan pengembangan terhadap mutu karyawan dan upaya menilai risiko terjadinya kecurangan (fraud risk assessment) yang dilakukan dari waktu ke waktu oleh manajemen, dewan komisaris dan direksi.
2.4 Hipotesis Penelitian
H1 : Apakah Pengendalian Intern Bidang Akuntansi (X1) dan Pengembangan Mutu Karyawan (X2) berpengaruh terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi di Perusahaan (Y) secara simultan?
H2 : Apakah Pengendalian Intern Bidang Akuntansi (X1) berpengaruh terhadap Pencegahan fraud Akuntansi di Perusahaan (Y) secara parsial?
H3 : Apakah Pengembangan Mutu Karyawan (X2) berpengaruh terhadap Pencegahan fraud Akuntansi di Perusahaan (Y) secara parsial?
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
“Metode penelitian menggunakan metode penelitian asosiatif kausal (sebab akibat) dengan pendekatan kuantitatif. Perumusan masalah dengan penelitian asosiatif adalah menghubungkan dua variabel atau lebih” (Erlina, 2011 : 15). Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti. “Tujuan penelitian asosiatif adalah melihat apakah ada pengaruh dan seberapa besar pengaruh dari sebab akibat atau dari variabel independen dan dependen penelitian. Penelitian kuantitatif ini akan melihat hubungan variabel terhadap objek yang diteliti dan lebih bersifat sebab akibat (kausal), sehingga dalam penelitiannya ada variabel independen dan dependen” (Sugiyono, 2013 : 13 ).
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2013:62), Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan yang ada di PT.
Sisirau.
3.2.2 Sampel Penelitian
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2013:63),. Sampel ditujukan kepada karyawan yang ada di PT. Sisirau dengan populasi yang ada.
Teknik sampel yang akan digunakan adalah Simple Random Sampling dimana akan dilakukan pengambilan anggota sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu sebanyak 35 sampel.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari responden dengan cara membagikan kuesioner yang bersumber dari kuesioner penelitian terdahulu. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Kuesioner. Kuesioner yang diberikan kepada Pegawai PT. Sisirau agar memperoleh data yang diperlukan. “Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.” (Arikunto, 2010 : 265),.
Alasan penulis menggunakan angket adalah: (1) untuk memudahkan perolehan data dari responden sekaligus dapat diedarkan langsung kepada responden dalam
waktu tertentu. (2) pengisian angket tidak memerlukan waktu yang begitu lama.
(3) penggunaan angket dapat memperoleh jawaban untuk memudahkan pengolahan data.
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian untuk melengkapi data pembahasan dan pemecahan permasalahan pada rumusan masalah maka lokasi penelitian di PT.
Sisirau. Penelitian ini dilakukan pada bulan oktober 2016.
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
“Definisi operasional adalah pengoperasionalan konsep (operationalizing the concept) atau biasa juga disebut mendefinisikan konsep secara operasional adalah menjelaskan karakteristik dari obyek ke dalam elemen – elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan kedalam penelitian” (Erlina, 2011 : 57).
3.6.1 Variabel Independent
3.6.1.1 Pengendalian Intern Bidang Akuntansi
Pengendalian intern akuntansi (aktif), dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya adalah menjaga kekayaan perusahaan, menghasilkan laporan keuangan yang wajar dan memeriksa keakuratan data akuntansi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi terdiri dari 16 item pertanyaan. Respon dari responden diukur dengan skala Likert 1-5, semakin tinggi nilai yang ditunjukkan maka pengendalian intern bidang akuntansi semakin efektif
3.6.1.2 Pengembangan Mutu Karyawan
Pengembangan mutu karyawan berarti menyangkut usaha-usaha meningkatkan pengetahuan karyawan dan keahlian atau keterampilannya.
Pengembangan mutu karyawan dimaksudkan untuk mendorong karyawan bekerja lebih keras dan baik, berusaha memiliki tingkat moral yang tinggi dan karenanya akan menghasilkan tugas-tugas yang dikerjakan secara efisien (Simanjuntak, 2013:26). Instrumen yang digunakan untuk mengukur keefektifan pengembangan mutu karyawan terdiri dari 10 item pertanyaan. Respondari responden diukur dengan skala Likert 1-5, semakin tinggi nilai yang ditunjukkan maka pengembangan mutu karyawan berjalan efektif.
3.6.2 Variabel Dependen
3.6.2.1 Pencegahan Kecurangan Akuntansi (fraud)
Kecurangan telah menjadi suatu penyakit yang harus dapat dilawan oleh setiap elemen diperusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan.
Dalam upaya mencegah kecurangan (fraud), dimulai dari pengendalian intern, menanamkan kesadaran tentang adanya kecurangan (fraud awareness) pada setiap elemen perusahaan dan upaya menilai risiko terjadinya kecurangan (fraud risk assessment) yang dilakukan dari waktu ke waktu oleh manajemen, termasuk dewan komisaris dan direksi.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur pencegahan kecurangan akuntansi terdiri dari 15 item pertanyaan. Respondari responden diukur
dengan skala Likert 1-5, semakin tinggi nilai yang ditunjukkan maka semakin efektif pencegahan kecurangan akuntansi
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Indikator Skala
1. Pengendalian Intern Bidang Akuntansi
(X1)
Pengendalian intern akuntansi (aktif), dibuat untuk
mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya adalah menjaga kekayaan perusahaan,
menghasilkan laporan keuangan yang wajar dan memeriksa keakuratan data akuntansi.
Pengamanan harta/aktiva
Dipercayainya Catatan akuntansi
Pemberian otorisasi terhadap setiap transaksi
Metode pengolahan data
Tanggung jawab manajemen
Pemisahan fungsi
Pengendalian fisik
Pemantauan dan evaluasi
Skala Likert’s
2. Pengembangan Mutu Karyawan (X2)
Pengembangan mutu karyawan berarti menyangkut usaha- usaha meningkatkan pengetahuan karyawan dan keahlian atau keterampilannya.
Pengembangan Intelektualitas
Pengembangan keterampilan
Pengembangan sikap
Skala Likert’s
3. Pencegahan Kecurangan Akuntansi (Y)
Dalam upaya
mencegah kecurangan (fraud), dimulai dari pengendalian intern, menanamkan
kesadaran tentang adanya kecurangan (fraud awareness) pada setiap elemen perusahaan dan upaya menilai risiko
Pengendalian Intern
Menanamkan kesadaran tentang adanya kecurangan
Menilai risiko terjadinya kecurangan
Skala Likert’s
terjadinya kecurangan
(fraud risk
assessment) yang dilakukan dari waktu ke waktu oleh manajemen, termasuk dewan komisaris dan direksi.
3.7 Teknik Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif yaitu: uji kualitas data, uji asumsi klasik, uji regresi berganda, dan uji hipotesis penelitian. Statistik Deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gusus data sehingga memberikan informasi yang berguna memberikan informasi mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia atau kesimpulan apapun tentang induknya yang lebih besar.
Kumpulan data yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi inti dari kumpulan data yang ada. Informasi yang dapat diperoleh dari statistik deskriptif antara lain ukuran pemusatan data, ukuran penyebaran data, serta kecenderungan suatu gugus data.
3.7.1 Uji Kualitas Data
Pengujian data bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan valid dan reliable, sebab kebenaran data yang diolah sangat menentukan kualitas hasil penelitian
a. Uji Validitas
Uji Validitas atau kesahihan adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yan diukur. Validitas ini
menyangkut akurasi instrumen. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun tersebut itu valid atau sah, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap butir pertanyaan dengan skor total kuesioner. Adapun teknik korelasi yang biasa dipakai adalah teknik korelasi product moment dan untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan itu significant, maka dapat dilihat pada tabel nilai product moment atau menggunakan SPSS untuk mengujinya. “Bila korelasi positip dan r>=0.3 maka butir instrumen tersebut dinyatakan valid atau memiliki validitas konstruk yang baik”
(Situmorang dkk, 2010 : 89).
b. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih, Reliabilitas adalah indeks yang menujukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas dilakukan terhadap setiap konstruk atau variabel yang digunakan dalam penelitian.
Uji keterandalan atau reliabilias dapat menggunakan salah satu dari beberapa kriteria yang telah umum digunakan, yakni stabilitas, ekuivalen dengan bentuk parallel (parallel forms), dan internal consistency. Pada kriteria internal consistency, pengujian reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan nilai Alpha Cronbach. Alpha Cronbach mengindikasikan apabila kerelasian memiliki nilai yang tinggi, maka instrumen penelitian juga memiliki reliabilitas yang tinggi pada internal consistency dan umumnya
Alpha Cronbach digunakan untuk skala interval. Jika nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6, maka kuesioner penelitian bersifat reliabel. Uji reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan yang telah memiliki atau memenuhi uji validitas, jadi jika tidak memenuhi syarat uji validitas maka tidak perlu diteruskan untuk uji reliabilitas (Juliansyah, 2011 : 43).
3.7.2 Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik terhadap data primer, maka peneliti melakukan uji normalitas, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis parameterik yaitu uji normalitas data populasi. “Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memilki distribusi normal” (Ghozali, 2011:160). Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram, hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel kecil. “Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal” (Ghozali, 2011:160). Untuk menafsirkan apakah data yang diuji
berdistribusi normal atau tidak, maka dapat dilakukan dengan cara menggunakan harga koefisien Skewness atau Kurtosis. Jika koefisien Skewness berada pada rentangan nilai -0,5 sampai dengan 0,5 maka dapat dikatakan bahwa masing-masing variabel penelitian terdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolienaritas
“Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen” (Ghozali, 2011:105). Cara umum untuk mendeteksi adanya multikolinear dalam model ini adalah dengan melihat bahwa adanya R2 yang tinggi dalam model tetapi tingkat signifikasi t-statistiknya sangat kecil dari hasil regresi tersebut dan cenderung banyak yang tidak signifikan. Selain itu untuk menguji multikolinearitas, bisa dilihat melalui matrik korelasinya. Jika masing-masing variabel bebas berkorelasi lebih besar dari 80% maka termasuk yang memiliki hubungan yang tinggi atau ada indikasi multikolinearitas.
Uji Multikolinearitas dapat dilakukan untuk hasil regresi didalam kedua model yang akan diestimasi. Caranya adalah dengan mencari angka tolerance, dimana tolerance adalah nilai 1-R2. R2 disini adalah koefisien determinasi dari regresi atas suatu variabel bebas terhadap sisa variabel bebas lainnya. Setelah angka tolerance diperoleh selanjutnya dicari angka VIF (Variance Inflation Factor). Angka VIF merupakan kebalikan dari tolerance. Dengan demikian, semakin tinggi nilai tolerance maka semakin rendah derajat kolinearitas yang terjadi. Sedangkan untuk VIF, semakin rendah nilai VIF semakin rendah
derajat kolinearitas yang terjadi. Batasan nilai maksimum VIF yang biasa digunakan untuk menjustifikasi adanya kolinearitas adalah 10.
Apabila menggunakan pendekatan VIF untuk menguji hipotesisnya, maka kriterianya adalah:
1. Apabila harga koefisien VIF hitung pada Collinearity Statistics sama dengan atau lebih kecil dari 10 (VIF hitung 10), maka Hn yang berarti tidak terdapat hubungan antar variabel independen (tidak terjadi gejala multikolinearitas).
2. Apabila harga koefisien VIF hitung pada Collinearity Statistics lebih besar daripada 10 (VIF hitung > 10), maka Hn yang berarti terdapat hubungan antar variabel independen (terjadi gejala multikolinearitas) c. Uji Heterokedastisitas
Mendeteksi heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudia menyempit) maka ini mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas
3.7.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Pengujian regresi berganda dilakukan dengan penerapan uji persamaan regresi linear berganda. Analisis regresi berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2, X3, X4 ... Xn) dengan
variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.
Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Model ini digunakan untuk menguji apakah ada hubungan sebab akibat antara kedua variabel untuk meneliti seberapa besar pengaruh antara variabel independen, yaitu: keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan terhadap suatu variabel dependen yaitu pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan.
Adapun rumus yang digunakan:
Y = a + X1 + X2 + e Keterangan:
Y = pencegahan kecurangan akuntansi X1= pengendalian intern
X2= pengembangan mutu karyawan a = bilangan Konstanta
= bilangan Koefisien e = error yang ditolerir (5%) 3.7.4 Uji Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan melalui uji statistik t, uji statistik F, dan uji koefisien determinan (Adjusted R2)
a. Uji Statistik F (Uji Signifikansi Simultan)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan dependen secara simultan.
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh signifikan dari variabel masing-masing independen, yaitu keefektifan pengendalian intern, dan pengembangan mutu karyawan terhadap suatu variabel dependen yaitu pencegahan fraud akuntansi di perusahaan secara bebas dengan Signifikan sebesar 0,05, dapat disimpulkan (Ghozali, 2011:98).
1. Jika nilai Signifikan <0,05 maka, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
2. Jika nilai Signifikan >0,05 maka, ini berarti menyatakan bahwa semua variab el independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
b. Uji statistik t (Uji Signifikansi Parsial)
“Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelasan secara individual dalam menerangkan variabel- variabel terikat” (Mudrajad, 2013:244). Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen secara parsial. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel masing-masing independen, yaitu: keefektifan pengendalian
intern bidang akuntansi, dan pengembangan mutu karyawan terhadap suatu variabel dependen yaitu pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan, maka nilai Signifikan t dibandingakan dengan derajat kepercayaannya. Apabila Sig t > 0,05 maka H3 positif, demikian pula sebaliknya jika Sig t < 0,05, maka H3 negatif. Bila H3 positif, ini berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011:101)
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel terikat. Nilai koefisien determinasi adalah diantara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi dependen yang terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi-variabel dependen (Kuncoro, 2013:247).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data
4.1.1 Uji Kualitas Data
Pengujian data bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan valid dan reliable, sebab kebenaran data yang diolah sangat menentukan kualitas hasil penelitian
4.1.1.1 Uji Validitas
Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, maka sebaiknya jumlah responden paling sedikit 30 orang. Dalam penelitian ini pembagian kuesioner melibatkan 35 responden. Berikut hasil dari uji validitas terhadap butir-butir pernyataan dari variabel pengendalian intern bidang akuntansi, pengembangan mutu karyawan dan pencegahan kecurangan akuntansi.
Nilai patokan untuk uji validitas adalah koefisien korelasi yang mendapat nilai lebih besar dari nilai r tabel yaitu 0.283. Nilai r tabel dilihat berdasarkan jumlah sampel yang digunakan yaitu 35. Berikut hasil uji validitas untuk masing-masing variabel dalam model penelitian ini.
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Pengendalian Intern Bidang Akuntansi
Pernyataan Nilai r hitung Nilai r valid Kesimpulan
P1 0.578 0.283 Valid
P2 0.607 0.283 Valid
P3 0.677 0.283 Valid
P4 0.739 0.283 Valid
P5 0.573 0.283 Valid
P6 0.563 0.283 Valid
P7 0.488 0.283 Valid
P8 0.589 0.283 Valid
P9 0.677 0.283 Valid
P10 0.658 0.283 Valid
P11 0.604 0.283 Valid
P12 0.621 0.283 Valid
P13 0.742 0.283 Valid
P14 0.615 0.283 Valid
P15 0.459 0.283 Valid
P16 0.45 0.283 Valid
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS
Berdasarkan hasil Tabel 4.1, hasil koefisien korelasi setiap pernyataan dalam variabel pengendalian intern bidang akuntansi lebih besar dari nilai r tabel 0.283 sehingga semua butir pernyataan dalam kuesioner pengendalian intern bidang akuntansi valid.
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Pengembangan Mutu Karyawan
Pernyataan Nilai r hitung Nilai r valid Kesimpulan
P17 0.458 0.283 Valid
P18 0.763 0.283 Valid
P19 0.659 0.283 Valid
P20 0.467 0.283 Valid
P21 0.684 0.283 Valid
P22 0.668 0.283 Valid
P23 0.646 0.283 Valid
P24 0.700 0.283 Valid
P25 0.763 0.283 Valid
P26 0.496 0.283 Valid
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS
Berdasarkan hasil Tabel 4.2, hasil koefisien korelasi setiap pernyataan dalam variabel pengembangan mutu karyawan lebih besar dari nilai r tabel 0.283 sehingga semua butir pernyataan dalam kuesioner pengembangan mutu karyawan valid.
Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas Pencegahan Fraud Akuntansi
Pernyataan Nilai r hitung Nilai r valid Kesimpulan
P27 0.719 0.283 Valid
P28 0.699 0.283 Valid
P29 0.593 0.283 Valid
P30 0.441 0.283 Valid
P31 0.780 0.283 Valid
P32 0.756 0.283 Valid
P33 0.740 0.283 Valid
P34 0.733 0.283 Valid
P35 0.561 0.283 Valid
P36 0.780 0.283 Valid
P37 0.785 0.283 Valid
P38 0.740 0.283 Valid
P39 0.740 0.283 Valid
P40 0.756 0.283 Valid
P41 0.553 0.283 Valid
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS
Berdasarkan hasil Tabel 4.3, hasil koefisien korelasi setiap pernyataan dalam variabel pencegahan kecurangan akuntansi lebih besar dari nilai r tabel 0.283 sehingga semua butir pernyataan dalam kuesioner pencegahan kecurangan akuntansi valid.
Berdasarkan hasil uji validitas pada Tabel 4.1 hingga 4.3 terhadap pernyataan-pernyataan pada variabel pengendalian intern bidang
akuntansi, pengembangan mutu karyawan dan pencegahan kecurangan akuntansi telah terbukti secara statistik bahwa seluruh pernyataan bersifat valid.
4.1.1.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas harus dilakukan hanya pada pernyataan yang telah memiliki atau memenuhi uji validitas, jadi jika tidak memenuhi syarat uji validitas maka tidak perlu diteruskan untuk uji reliabilitas. Berikut hasil dari uji reliabilitas terhadap butir-butir pernyataan yang valid.
Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
Nilai Cronbach
Alpha
Reliabel Kesimpulan Pengendalian Intern Bidang
Akuntansi 0.862 0.6 Reliabel
Pengembangan Mutu
Karyawan 0.808 0.6 Reliabel
Pencegahan Fraud Akuntansi 0.885 0.6 Reliabel Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa semua nilai cronbach alpha pada masing-masing variabel lebih besar dari 0.6. Diketahui bahwa kuesioner dari variabel pengendalian intern bidang akuntansi, pengembangan mutu karyawan dan pencegahan kecurangan akuntansi bersifat reliabel, karena nilai cronbach alpha lebih besar dari 0.6. Untuk itu semua variabel bersifat reliabel.