• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PROFIL KROMATOGRAM 5 PRODUK MINYAK JINTEN HITAM (Nigella sativa) YANG BEREDAR DI INDONESIA Perbandingan Profil Kromatogram 5 Produk Minyak Jinten Hitam (Nigella sativa) Yang Beredar Di Indonesia Dengan Kromatografi Gas.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN PROFIL KROMATOGRAM 5 PRODUK MINYAK JINTEN HITAM (Nigella sativa) YANG BEREDAR DI INDONESIA Perbandingan Profil Kromatogram 5 Produk Minyak Jinten Hitam (Nigella sativa) Yang Beredar Di Indonesia Dengan Kromatografi Gas."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PROFIL KROMATOGRAM 5 PRODUK MINYAK JINTEN HITAM (Nigella sativa) YANG BEREDAR DI INDONESIA

DENGAN KROMATOGRAFI GAS

NASKAH PUBLIKASI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Oleh:

HANIF FAIZAH K 100 080 127 

         

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA

(2)

2

(3)

PERBANDINGAN PROFIL KROMATOGRAM 5 PRODUK MINYAK

JINTEN HITAM (Nigella sativa) YANG BEREDAR DI INDONESIA DENGAN

KROMATOGRAFI GAS

COMPARISON OF PROFILE CHROMATOGRAM OF 5 BLACK CUMIN OIL PRODUCT (Nigella sativa) THAT CIRCULATING IN INDONESIA BY

GAS CHROMATOGRAPHY

Hanif Faizah, Rosita Melannisa, dan Andi Suhendi Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK

Jinten hitam (Nigella sativa) telah banyak digunakan dalam produksi obat bahan alam. Kualitas obat bahan alam perlu di jaga. Salah satu metode untuk memastikan kualitas obat bahan alam adalah dengan metabolite profiling. Analisis profil kromatogram dilakukan terhadap 5 produk yang beredar dipasaran dengan menggunakan GCMS dengan gas pembawa Helium (laju alir 2,83mL/menit), suhu kolom diprogram dari 70 sampai 150oC dengan kenaikan suhu 3,5oC/ menit. Sebanyak 0,5µL diinjeksikan secara manual dalam split mode (1:421,4). Penentuan metabolit dilakukan dengan cara membandingkan spektra massa sampel dengan internal Willey Library. Hasil penelitian dianalisis Cluster dengan mengelompokan data didasarkan pada keberadaan senyawa dan kadar relatif masing-masing senyawa. Hasil penelitian menunjukkan selain produk E memiliki metabolit sekunder yang mirip. Senyawa yang muncul 5-12 senyawa. Kadar relatif timokuinon berdasarkan analisis GC-MS produk A, B, C dan D berturut-turut yaitu 33,70%±2,74; 32,80%±2,64; 24,91%±3,39; 28,78%±0,46, sedangkan pada produk E tidak ditemukan adanya timokuinon.

Kata kunci: Jinten hitam, Nigella sativa timokuinon, metabolit sekunder, GC-MS.

ABSTRACT

Black cumin (Nigella sativa) is widely used in the production of natural medicines. The quality control of natural medicines is needed. One method to ensure the quality control of natural medicines is the metabolite profiling. Chromatogram profile analysis is performed on five products by GCMS with helium as carrier gas (flow rate of 2.83 mL/min), column temperature programmed from 70 to 150oC temperature rises 3.5°C/min, and sample is injected 0.5 µL manually in split mode (1:421.4). the determination of metabolites is done by comparing the mass spectra of samples with internal Willey Library. The results are analyzed by grouping the cluster based on the presence of the compound and the relative levels of each compound. The results show that except product E have a similar secondary metabolites. 5-12 compounds are appear. The relative levels of thymoquinon of products A, B, C and D are 33.70%±2.74; 32.80%±2.64; 24.91%±3.39; 28.78%±0.46 respectively while the product E did not reveal thymoquinon.

(4)

2

 

PENDAHULUAN

Pengobatan herbal masih menjadi pilihan utama oleh sekitar 75-80% populasi dunia sebagai kebutuhan primer kesehatan mereka, karena mudah diterima tubuh dan efek samping yang rendah (Kamboj, 2000). Penggunaan obat bahan alam terus meningkat dari tahun ke tahun, baik yang digunakan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan, maupun untuk pengobatan penyakit. Hal ini terjadi pada negara-negara berkembang seperti Indonesia dan juga pada negara-negara maju (BPOM, 2011). Salah satu obat bahan alam yang saat ini sering digunakan dalam pengobatan alternatif adalah habbatussauda atau jinten hitam (Nigella sativa) (Yulianti dan Junaedi, 2006).

Jinten hitam telah diketahui banyak manfaat. Secara empiris jinten hitam digunakan sebagai peluruh kentut, rematik, sakit kepala, pencegah muntah, pencahar, infeksi saluran kemih, antibiotik, dan lain-lain (Depkes RI, 1995; Ivankovic et al, 2006). Abdulelah dan Abidin (2007) menyatakan penggunaan tanaman obat ini di Timur Tengah sebagai obat parasit (antimalaria). Minyaknya sebagai pengawet karena mempunyai aktivitas antibakteri terhadap pembusukan makanan dan bakteri patogen (Arici et al, 2005). Bagian yang digunakan dari jinten hitam utamanya adalah bijinya (El Tahir et al, 2006).

Minyak atsiri jinten hitam memiliki banyak kandungan kimia. Analisis terhadap minyak atsiri jinten hitam dari Tunisia menunjukkan senyawa α-pinen, limonen, p-simen, karvakrol, timokuinon. Minyak atsiri jinten hitam dari Iran menunjukkan adanya senyawa mayor yaitu trans-anetol, p-simen, limonen, dan karvon (Toma et al., 2010; Nickavar, et al., 2003). Timokuinon merupakan senyawa marker aktif pada jinten hitam. Timokuinon memiliki efek antioksidan, hipolipidemik dan hiperkolesterolemia yang menyebabkan penurunan peroksidasi lipid dan melindungi terhadap pengembangan aterosklerosis (Nader et al., 2010).

(5)

minyak jinten hitam yang telah dipasarkan. Perbedaan kadar timokuinon dapat berpengaruh pada aksi farmakologinya karena timokuinon telah diketahui sebagai senyawa marker aktif.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder produk minyak atsiri jinten hitam yang diperoleh dari beberapa produsen di Indonesia karena belum adanya standardisasi dan kontrol kualitas berdasarkan kandungan kimianya yang dianalisis menggunakan GC-MS. Metode GC-MS dipilih karena dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif yaitu menunjukkan profil senyawa kimia dengan kadar relatif senyawa.

METODE

Bahan : 5 sampel produk minyak jinten hitam yang beredar di Indonesia

Alat : uji bobot jenis menggunakan piknometer, uji indeks bias menggunakan refraktometer abbe dan untuk analisis profil kromatogram menggunakan GC–MS Analisis dengan GC–MS : sampel dianalisis dengan Shimadzu–GC 2010 dilengkapi dengan Shimadzu–GCMS 2010S mass selective detector, gas pembawa Helium (laju alir 2,83 mL/menit), suhu kolom diprogram dari 70 sampai 150oC dengan kenaikan 3,5oC/ menit. Sebanyak 0,5µL sampel diinjeksikan secara manual dalam split mode. Komponen diidentifikasi dengan membandingkan spektra massa sampel dengan internal Willey Library.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(6)

4

 

Gambar 1. Perbedaan warna antara 5 produk minyak jinten hitam 

secara pasti asal dan cara memperoleh minyak jinten hitam dari masing-masing produk tersebut

Analisis terhadap 5 produk minyak jinten hitam meliputi analisis organoleptis, bobot jenis, indeks bias dan profil metabolit sekunder menggunakan GC-MS. Uji organoleptis meliputi bau, rasa dan warna. Hasil analisis terhadap

produk minyak jinten hitam didapatkan bau khas aromatik, rasa pedas dan pahit serta warna coklat kemerahan dengan intensitas warna yang berbeda (Gambar 1). Warna dari yang muda ke warna yang lebih tua berturut-turut adalah produk E, B, C, D dan A. Bau dan rasa ke-5 produk sesuai dengan lembaga Goerlich Pharma Internasional (2007) yang menyebutkan minyak jinten hitam yang diperoleh dengan press cold mempunyai bau yang khas, rasa yang pahit dan pedas sedangkan warna pada produk berbeda dengan lembaga Goerlich Pharma Internasional yang menyebutkan warna minyak jinten hitam adalah kuning tua

sampai coklat kehijauan.

Penetapan bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan kemurnian minyak. Penetapan bobot jenis minyak jinten hitam menggunakan piknometer. Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan standar nilai bobot jenis minyak jinten hitam yang dikeluarkan oleh lembaga Goerlich Pharma Internasional. Berdasarkan hasil analisis nilai bobot jenis ke-5 produk

minyak jinten hitam berbeda tidak bermakna (0,937-0,945), lebih besar daripada nilai bobot jenis yang dikeluarkan oleh lembaga Goerlich Pharma Internasional (0,916-0,924). Haygren dan Bowyer (2003) mengemukakan bahwa semakin besar berat jenis akan semakin banyak juga zat yang terkandung didalamnya.

Penetapan nilai indeks bias minyak jinten hitam menggunakan alat refraktometer abbe. Menurut Guenther (1987) nilai indeks bias dipengaruhi salah satunya adalah adanya air dalam kandungan minyak. Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indeks biasnya. Ini karena sifat dari air yang

(7)

mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Nilai indeks bias ke-5 produk minyak jinten hitam produk tersebut memenuhi standar nilai indeks bias minyak jinten hitam yang dikeluarkan oleh lembaga Goerlich Pharma Internasional yaitu 1,470-1,475 (Tabel 1).

Berdasarkan uji fisika organoleptis, bobot jenis dan indeks bias terhadap 5 produk minyak jinten hitam dapat disimpulkan bahwa ke-5 produk memiliki kualitas yang sama.

Tabel 1. Hasil Analisis Organoleptis, Bobot Jenis, Indeks Bias Ke-5 Produk Minyak Jinten Hitam Serta Dari Lembaga Goerlich Pharma Internasional

Analisis Produk A Produk B Produk C Produk D Produk E

B. Profil Metabolit dengan GC-MS

Minyak jinten hitam banyak mengandung senyawa kimia. Hasil penelitian terdahulu melaporkan adanya variasi senyawa kimia maupun kadar relatifnya. GC-MS merupakan alat yang digunakan untuk analisis profil metabolit sekunder.

Analisis ke-5 produk minyak jinten hitam diamati pada integration area 100000 yang menunjukkan banyaknya senyawa dan kadar relatif yang bervariasi.

(8)

6

 

preparasi sampel, ekstraksi, pemisahan dan deteksi secara otomatis mendapatkan SD 1-7%. Sedangkan Natangelo et al (1999) menyebutkan analisis menggunakan GC-MS tanpa sistem otomatis dengan SD replikasi <15% dapat diterima. Hal ini menunjukkan hasil analisis 5 produk minyak jinten hitam menggunakan GC-MS dengan SD replikasi <15% dapat diterima.

Profil kromatogram menunjukkan peak pada menit pertama dengan luas area yang cukup tinggi adalah propanon yang merupakan pelarut. Munculnya propanon dalam analisis karena syringe yang digunakan dicuci dengan propanon dan tidak dibilas lagi dengan sampel yang akan diinjekkan.

Hasil analisis terhadap 5 produk minyak jinten hitam menunjukkan adanya variasi senyawa metabolit sekunder maupun kadar relatifnya. Senyawa yang mempunyai kadar relatif tinggi selalu muncul pada kromatogram seperti α-thujen, p-simen dan timokuinon, tetapi pada senyawa lain yang mempunyai kadar relatif

kecil tidak selalu muncul (Gambar 2).

Hasil analisis spektrum massa ke-5 produk minyak jinten hitam adalah sebagai berikut: α-thujen, α-pinen, β-pinen, p-simen, limonen, sabinen, y-terpinen, timokuinon, karvakrol dan junipen. Profil kimia dan gambar struktur senyawa dapat dilihat pada Tabel 2.

Keberadaan senyawa pada produk minyak jinten hitam berdasarkan kadar relatifnya dibagi menjadi 2, yaitu senyawa mayor untuk senyawa yang memiliki kadar relatif tinggi (>5%) dan senyawa minor untuk senyawa yang memiliki kadar relatif kecil (<5%).

Senyawa α-thujen, p-simen dan timokuinon merupakan senyawa mayor pada produk A, B, C, dan D. Sedangkan pada produk E semua senyawa yang muncul pada kromatogram adalah senyawa mayor karena kadar relatifnya besar tetapi luas areanya lebih kecil daripada yang lain, senyawa tersebut adalah β

-pinen, p-simen, γ -terpinen, cuminil aldehid, asam valerian dan sec-oktilamin.

(a) 1.propanon (Rt:0,867)

2.α-thujen (Rt:2,676) 3.α-pinen (Rt:2,773) 4.β-pinen (Rt:3,324) 5.p-simen (Rt:4,024)

(9)

(b)

(c)

(d)

(e)

Gambar 2. Kromatogram GC-MS Minyak Jinten Hitam Produk A (a), B (b), C (c), D (d) dan E (e). GC-MS: Sistem elektron ionisasi dengan energi ionisasi 70 eV digunakan untuk deteksi GC–MS, gas pembawa Helium (laju alir 2,83mL/menit), suhu kolom diprogram dari 70 sampai 150oC dengan kenaikan 3,5oC/ menit. Sebanyak 0,5µL sampel diinjekkan. Selain produk E ditemukan adanya timokuinon dalam sampel.

Penelitian Toma et al (2000) mendapatkan senyawa p-simen, α-pinen, dan terpinolen sebagai komponen mayor. Nickavar et al (2003) melaporkan jinten hitam dari Iran memiliki senyawa mayor p-simen dan trans-anetol. Gerige et al (2009) dan Singh et al (2005) melakukan penelitian terhadap jinten hitam dari india, Gerige et al (2009) mendapatkan 4 senyawa mayor yaitu p-simen, timokuinon, trans-anetol dan longifolen.

1.propanon (Rt:0,858) 2.α-thujen (Rt:2,676) 3.α-pinen (Rt:2,774) 4.sabinen (Rt:3,256) 5.β-pinen (Rt:3,325)

6.p-simen (Rt:4,033) 7.limonen (Rt:4,200) 8.delta-3-carane (Rt:6,223) 9.timokuinon (Rt:9,341)

1.propnon (Rt:0,858) 2.α-thujen (Rt:2,676) 3.α-pinen (Rt:2,774) 4.sabinen (Rt:3,258) 5.β-pinen (Rt:3,326)

6.p-simen (Rt:4,038) 7.limonen (Rt:4,204) 8.delta-3-carane (Rt:6,230) 9.timokuinon (Rt:9,390)

1.propanon (Rt:0,862) 2.α-thujen (Rt:2,674) 3.α-pinen (Rt:2,771) 4.β-pinen (Rt:3,321) 5. p-simen (Rt:4,022)

6.bergamol (Rt:6,219) 7.timokuinon (Rt:9,333)

(10)

26

 

Tabel 2. Profil Kimia Senyawa dan Pola Fragmentasi

Nama

peak Willey library

Base peak

α-thujen 5-isopropyl-2-methylbicyclo(3.1.0)hex-2-ene 2,669– 2,816

Monoterpen hidrokarbon 136

136, 121, 105, 93, hidrokarbon 136

136, 121, 105, 93, hidrokarbon 136

136, 121, 107, 93, 77, 65, 53, 41, 39 93

136, 121, 107, 93, 77, 65,

53, 41, 38 93 93%

p- simen 1-isoprophyl-4-methylbenzene 4,018-4,081

Monoterpen hidrokarbon 134

134, 119, 103, 91, hidrokarbon 136

136, 121, 107, 93, hidrokarbon 136

136, 121, 105, 93,

Karvakrol 2-methyl-5(propan-2-yl)phenol 11,932-12,208

Monoterpen Alkohol 134

150,135,115,107,91, 77,58,39 135

150,135,115,107, 91, 77,

57,44,40,27 77 77%

15,393 Seskuiterpen 204

(11)

Sedangkan Singh et al (2005) mendapatkan senyawa α-thujen, p-simen, timokuinon dan longifolen sebagai komponen mayor.

Senyawa simen muncul pada ke-5 produk. Selain produk E senyawa p-simen memiliki kadar relatif yang mirip antar ke-4 produk maupun dengan penelitian Toma et al (2010) dan Singh et al (2005), tetapi kadar relatif ke-5 produk tersebut lebih besar dari penelitian Gerige et al (2009) dan Nickavar et al (2003). Senyawa α-thujen muncul dengan kadar relatif yang mirip pada produk A, B, C dan D. Kadar relatif tersebut lebih besar dari penelitian Gerige et al (2009), Singh et al (2005) dan Nickavar et al (2003). Sedangkan pada produk E tidak muncul senyawa α-thujen hal ini sejalan dengan penelitian jinten hitam dari Tunisia oleh Toma et al (2010). Senyawa γ -terpinen hanya muncul pada produk E dengan kadar relatif yang lebih besar dari pada penelitian sebelumnya.

Senyawa timokuinon merupakan senyawa marker aktif pada minyak jinten hitam. Selain produk E senyawa timokuinon muncul pada sampel dengan kadar relatif antara 24,91±3,39-33,70±2,74. Kadar relatif tersebut lebih besar dari pada penelitian sebelumnya. Penelitian minyak jinten hitam dari India oleh Singh et al (2005) dan Gerige et al (2009) menunjukkan kadar relatif senyawa timokuinon sebesar 11,27% dan 11,8%, sedangkan minyak jinten hitam dari Tunisia maupun Iran lebih kecil yaitu 1,65 dan 0,6%.

(12)

26

 

Tabel 3. Rata-Rata±SD Kadar Relatif (%) Senyawa Metabolit Sekunder Produk Dan Penelitian Sebelumnya

Senyawa

Rata-Rata±SD Kadar Relatif (%) Kadar relatif penelitian terdahulu (%)

Produk A Produk B Produk C Produk D Produk E Nickavar

Ket : n= jumlah kemunculan senyawa pada 4 replikasi

(13)

Analisis data Cluster digunakan untuk menggolongkan hasil analisis GC-MS berdasarkan keberadaan senyawa dan kadar relatifnya. Produk A, B, C dan D

memiliki senyawa dan kadar relatif yang mirip karena hasil analisis data Cluster menunjukkan ke-4 produk tersebut masuk dalam 1 golongan sedangkan produk E masuk dalam golongan lain.

Analisis anava satu jalan digunakan untuk mengetahui perbedaan kadar senyawa timokuinon pada minyak jinten hitam antar produk. Hasil analisis menunjukkan senyawa timokuinon pada produk A, B, C dan D menunjukkan signifikansinya p<0,050 yang berarti signifikan atau dapat dikatakan bahwa ada perbedaan kadar relatif senyawa timokuinon, setelah dilakukan analisis post hoc dapat diketahui produk A, B dan C memiliki kadar relatif yang berbeda sedangkan kadar relatif produk D tidak berbeda dengan produk lainnya. Pada produk E tidak ditemukan adanya senyawa timokuinon. Analisis data anova timokuinon dapat dilihat pada.

Penelitian yang telah dilakukan timokuinon dapat berfungsi sebagai antioksidan, hiperkolesterolemia dan obat radang usus besar (Nader et al, 2010 dan Mahgoub et al, 2003). Beberapa komponen minyak jinten hitam yang lain memiliki aktivitas antara lain: limonen sebagai antibakterisida α-pinen sebagai antimikroba sedangkan karvakrol sebagai antibakterisida dan antikoagulan (Pelczar et al, 1988; Kim et al 1995; Dorman dan Deans, 2000; Enomoto et al, 2001). Tidak munculnya timokuinon pada produk E dapat menyebabkan tidak munculnya efek terapi karena timokuinon merupakan senyawa marker aktif. Penelitian sebelumnya juga menyebutkan adanya perbedaan kadar timokuinon pada 5 produk dari 5 negara dimana kadar tertiggi dari Ethiopia (0,31%b/b) dan kadar terendah dari Sudan (0,13%b/b) (Al-Saleh et al, 2006).

(14)

3-12

 

butylidenephthalide, riligustilide and levistolide A dapat digunakan sebagai

marker untuk menentukan waktu panen yang terbaik. Hasil penelitian menggunakan senyawa marker tersebut menunjukkan waktu terbaik untuk panen Rhizoma Chuanxiong adalah dari pertengahan April sampai akhir Mei (Li et al,

2008).

Perbedaan komposisi dan kadar senyawa dapat mempengaruhi aksi farmakologinya. Pemberian dosis timokuinon yang tinggi dapat menyebabkan efek hipoglikemik, perubahan metabolisme hemoglobin dan penurunan jumlah leukosit dan trombosit (Zaoui et al., 2002). Oleh karena itu perlu adanya kontrol kualitas obat bahan alam untuk menjamin konsistensi komposisi, keamanan dan efek terapi obat bahan alam salah satunya dengan standardisasi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan: Hasil analisis data cluster menunjukkan selain produk E memiliki metabolit sekunder yang mirip dengan senyawa mayor α-thujen, p-simen dan timokuinon. Sedangkan produk E memiliki senyawa mayor β-pinen, p-simen, γ -terpinen, cuminil aldehid, asam valerian dan sec-oktilamin dengan luas area yang lebih kecil daripada produk yang lain.Kadar relatif timokuinon produk A, B, C, dan D berturut-turut yaitu 33,70±2,74;32,80±2,64; 24,91±3,39; 28,78±0,46, sedangkan pada produk E tidak ditemukan adanya timokuinon.

Saran : Dilakukannya penelitian terhadap produk minyak atsiri jinten hitam dengan sampel lebih banyak dan dilakukannya standardisasi obat bahan alam yang mengandung jinten hitam.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulelah dan Zainal Abidin, 2007, In Vivo Anti malarial Tests of Nigella sativa (Black Seed) Different Extracts, American Journal of Pharmacology and Toxicology 2 (2): 46-50.

(15)

Arici, M., Sagdic, O., dan Gecgel, U., 2005, Antibacterial Effect of Turkish Black Cumin (Nigella sativa L.) Oils, Grasasy Aceites Vol. 56, 259-262.

BPOM, 2009, Mengenal Jinten Hitam sebagai Obat Bahan Alam, Naturakos, Vol. IV No.12.

BPOM, 2011, Mari Minum Obat Bahan Alam Dan Jamu dengan Baik dan Benar, InfoPOM, Vol. 12 No. 3

Burits, M., dan Bucar, F., 2000, Antioxidant activity of Nigella sativa essential oil. Phytother. Res., 14: 323–328.

Depkes RI, 1995, Informasi Simplisia Asing, Pengawasan Obat Tradisional, Dirjen Pengawasan Obat Dan Makanan, DEPKES RI, Jakarta, hal 63-64.

Dorman, H.J.D., dan Deans, S.G., 2000, Anti Microbial Agent from Plants: Antibacterial Activity of Plant Volatile Oil. Journal of applied of mirobiology 88: 308-316.

El-Tahir, K.E.H dan Bakeet D.M., 2006, The Black Seed Nigella sativa Linnaeus - A Mine for Multi Cures: A Plea for Urgent Clinical Evaluation of its Volatile Oil, J T U Med Sc; 1 (1): 1-19.

Enomoto, S., Asano, R., Iwahori, Y., Narul, T., Okada, Y.,Singab, A.N., dan Okuyama, T., 2001, Hematological Studies on Black Cumin Oil froms the Seeds of Nigella sativa L. Biological and Pharmaceutical Bulletin (24): 301-310.

Gerige, S.J, Gerige, M.K.Y., Rao, M., dan Ramanjaneyulu, 2009, GC-MS Analysis Of Nigella Sativa Seeds And Antimicrobial Activity Of Its Volatile Oil, Brazilian Archives Of Biology And Technology, Vol.52, hlm 1189-1192.

Grote, C., Levsen, K., dan Wunsch, G., 1999, An Automatic Analyzer for Organic Compounds in Water Based on Solid-Phase Microextraction Coupled to Gas Chromatography, Anal. Chem., Vol. 71 (20), Hlm 4513–4518

Goerlich Pharma International, 2007, SPECIFICATION Egyptian Black Cumin Oil, Am Gewerbering, Germany.

Ivankovic, S., Stojkovic, R., Jukic, M., Milos, M., Milos, M., dan Jurin, J., 2006, The Antitumor Activity of Thymoquinone and Thymohydroquinone in vitro and in vivo, Experimental Oncol, 28, 3, 220–224.

(16)

14

 

Kim, J., Marshall, M.R., dan wei, C., 1995. Antibacterial Activity of Some Essential Oil Components Against Five Foodborne Pathogens, Journal of Agricultural and Food Chemistry (43): 2839-2845.

Li, S., Han, Q., Qiao, C., Song, J., Cheng, C.L., dan Xu, H., 2008 Chemical markers for the quality control of herbal medicines: an overview, Chinese Medicine, 3:7.

Mahgoub, A.A., 2003, Thymoquinone protects against experimental colitis in rats. Toxicology Letters 143 (2), Hlm 133–143.

Mukherjee, P.K., Ponnusankar, S., Venkatesh, P., Gantait, A., dan Pal, B.C., 2010, Marker Profiling: An Approach for Quality Evaluation of Indian Medicinal Plants, Drug Information Journal, Vol. 45, hlm 1–14.

Nader, M., El- Agamy, D.S., dan Suddek, G.M., 2010, Protective Effects of Propolis and Thymoquinone on Development of Atherosclerosis in Cholesterol-Fed Rabbits, Egypt, Arch Pharm Res Vol 33, No 4, 637-643.

Natangelo, M., Tavazzi, S., Fanelli, R., dan Benfenati, E., 1999, Analysis Of Some Pesticides In Water Samples Using Solid-Phase Microextraction–Gas Chromatography With Different Mass Spectrometric Techniques, Elsevier, Vol.859 (2), Hlm 193–201.

Nickavar, B., Mojaba,F., Javidniab, K., dan Amolia, M.A.R., 2003, Chemical Composition of the Fixed and Volatile Oils of Nigella sativa L.from Iran, Naturforsch. 58c, 629-631.

Pelczar, M.J., Chan, E.C.S., dan Krieg, N.R., 1988, Control of Microorganisms, The Control Of Microorganisms by Physical Agents, Mirobiology, 469-509.

Singh,G., Marimuthu, P., De Heluani, .S., dan Catalan, C., 2005, Chemical Constituents And Antimicrobial And Antioxidant Potentials Of Essential Oil And Acetone Extract Of Nigella Sativa Seeds, Journal Of The Science Of Food And Agriculture, Vol.85 Hlm 2297–2306.

Toma, C., Simu, G.M., Hanganu, D., Olah, N., Vata, F.M.G., Hammami, C., dan Hammami, M., 2010, Chemical Composition of the Tunisian Nigella sativa. Note I. Profile on Essential Oil, Farmacia, vol.58, 4.

Yulianti, S., dan Junaedi, E., 2006, Sembuhkan Penyakit dengan Habbatussauda (jinten hitam), Agromedia, jakarta.

Gambar

Tabel 1. Hasil Analisis Organoleptis, Bobot Jenis, Indeks Bias Ke-5 Produk Minyak
Gambar 2. Kromatogram GC-MSsuhu kolom diprogram dari 70 sampai 1500,5µL sampel diinjekkan
Tabel 2. Profil Kimia Senyawa dan Pola Fragmentasi
Tabel 3. Rata-Rata±SD Kadar Relatif (%) Senyawa Metabolit Sekunder Produk Dan Penelitian Sebelumnya

Referensi

Dokumen terkait

Memahami dinamika globalisasi dengan segala dimensinya, maka globalisasi juga akan memberi pengaruh terhadap hukum. Globalisasi hukum akan menyebabkan peraturan-peraturan

Tujuan Penelitian ini adalah Mengetahui pola persebaran permukiman dan Mengetahui faktor fisik (kemiringan lereng, ketinggian tempat, kemudahan mendapatkan air) dan

merupakan kemampuan kerja yang dicapai oleh seorang guru dalam. melaksanakan tugas sebagai seorang pengajar

Adapun pola tanam saat ini yang diterapkan oleh petani pada lahan pertanian (sawah, kebun campuran, dan tegalan) berdasarkan hasil cek lapang disajikan pada Lampiran 8. Hasil

The Ministers reiterated their commitment to fully and effectively implement the ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution (AATHP) and the Roadmap on ASEAN

Jaringan yang terbentuk dalam komponen program pemberdayaan memiliki ikatan yang berbeda-beda. Program pemberdayaan masyarakat yang paling kuat terdapat pada program

Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi degradasi pada dinding sel kayu, berat jenis kayu, serta terjadi penurunan kekuatan mekanis kayu yang dibandingkan dengan

Golongan senyawa dari fraksi nonpolar ekstrak etanol daun sirsak yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap K. pneumoniae kemungkinan merupakan senyawa golongan