Muhamad Imanudin, 2013
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) MELALUI PENDEKATAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer
Oleh : Muhamad Imanudin
0902132
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE
(TPS) MELALUI PENDEKATAN INKUIRI BERBANTUAN
MULTIMEDIA PEMBELAJARAN DALAM UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA
MATA PELAJARAN TIK
Oleh
Muhamad Imanudin
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Muhamad Imanudin 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Muhamad Imanudin, 2013
LEMBAR PENGESAHAN
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) MELALUI PENDEKATAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
SKRIPSI
Oleh :
Muhamad Imanudin
NIM. 0902132
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing 1,
Drs. Waslaludin, M.T NIP. 196302071991031002
Pembimbing 2,
Prof. Dr. H. Munir, M.IT. NIP. 196603252001121001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Komputer
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian eksperimen semu mengenai implementasi model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) yang dilakukan melalui pendekatan Inkuiriberbantuan multimedia pembelajaran dalam mengatasi rendahnya hasil belajar TIK di tingkat SMP/MTs. Penelitian ini dilakukan untuk menguji seberapa jauh peningkatkan hasil belajar kognitif siswa dengan implementasi model pembelajaran TPS melalui pendekatan Inkuiri berbantuan multimedia pada topikmateri perangkat pengolah angka Ms. Excel 2007mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan bagaimana pengembangan multimedia model pembelajaran TPS melalui pendekatan Inkuiri. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelasVIII di MTs Negeri Palimanan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Desain penelitian menggunakan non-equivalent control group design yang akan dilakukan pada satu kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran TPS melalui pendekatan inkuiri berbantuan multimedia pembelajaran dan satu kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional yang biasa digunakan di sekolah.Penelitian mendapatkan hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen gain rata-rata sebesar 35,56 dan nilai <g> sebesar 0,52 pada klasifikasi sedang, sedangkan untuk kelas kontrol gain rata-rata sebesar 20,69 dan nilai <g> sebesar 0,31pada klasifikasi sedang. Rata-rata gain yang dinormalisasi <g> dari tes hasil belajar pada ranah kognitif kemudian dilakukan pengujian perbedaan dua rata-rata serta pengujian hipotesis satu pihak dengan taraf signifikansi 5% didapatkan hasil
thitung8,74>ttabel1,99 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
signifikan peningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Sikap siswa terhadap model pembelajaranTPS melalui pendekatan inkuiri berbantuan multimedia pembelajaran menunjukkan hasil yang positif.
ii ABSTRACT
The quasi-experimentalresearchabout implementation ofThink-Pair-Share (TPS) learningmodel trough inquiryapproach assestedlearning multimedia toovercomes lowlearningoutcomesin degree of SMP/MTs has been done. This experiment was didtoexaminehow far theimprovement ofcognitive learningoutcomesof studentswithimplementation of TPS learning modelthrough inquiryapproach assested learning multimediaon materials of spreadsheetdevicenamely MsExcel 2007on lesson of InformationandCommunicationTechnology(ICT) andhow thedevelopment ofmultimediaof TPSlearning modelthroughinquiryapproach. Theresearch conducted on8th grade studentsat MTsPalimanan, Cirebon District, West Java. The researchdesignusenon-equivalent control group designwhich oneinaexperimental classusing TPS learning modelthroughinquiry approachassested learning multimediaandthe other one acontrol classusingconventional learningwhich usuallyusedinschools. Theresearchresults is cognitivelearning outcomes of studentsinthe experimental classhave gain index mean value is35.56and<g>valueis0.52on the classification ofmedium, while thegain index mean value ofcontrolclass is20.69and<g>valueis 0,31 onclassificationmedium. The normalizedgain<g>meanvalue fromcognitivelearning outcomes testthen testingindependent sample t test of one tailed using significance of 5%, it get t8.74>ttable1.99 socanbe concluded that theresignificantdifference onimprovement ofcognitive learning outcomes in theexperimental classwiththe controlclass. The student’s attitudes show positive attitude to Think-Pair-Share (TPS) learningmodel trough inquiryapproach assestedlearning multimedia.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 7
1.3. Batasan Masalah ... 8
1.4. Tujuan Penelitian ... 9
1.5. Manfaat Penelitian ... 9
1.6. Definisi Operasional ... 10
1.7. Hipotesis Penelitian ... 13
BAB IIKAJIAN TEORI 2.1 Pembelajaran Kooperatif ... 14
2.2 Think-Pair-Share(TPS) ... 15
2.3 Pendekatan Inkuiri ... 17
2.4 Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) melalui Pendekatan Inkuiri ... 21
2.5 Multimedia Pembelajaran ... 22
2.5.1 Definisi Multimedia ... 22
2.5.2 Karakteristik media dalam Multimedia Pembelajaran ... 23
2.5.3 Multimedia Berbasis Komputer ... 26
vi
Muhamad Imanudin, 2013
2.6 Metodologi Pengembangan Multimedia ... 33
2.7 Hasil Belajar Kognitif ... 35
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengembangan Multimedia Pembelajaran... 38
3.2 Metode dan Desain Penelitian ... 40
3.3 Populasi dan Sampel ... 40
3.4 Bahan Ajar ... 41
3.4.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 41
3.4.2. Multimedia Pembelajaran ... 41
3.5 Instrumen Penelitian ... 41
3.5.1. Instrumen Tes ... 42
3.5.2. Instrumen Non-Tes ... 42
3.5.2.1.Angket ... 42
3.5.2.2.Lembar Observasi ... 42
3.6 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 43
3.7 Uji Coba Instrumen ... 45
3.7.1. Validitas ... 45
3.7.2. Reliabilitas ... 46
3.7.3. Daya Pembeda ... 47
3.7.4. Indeks Kesukaran ... 47
3.8 Hasil Uji Coba Instrumen ... 48
3.8.1. Analisis Validitas Instrumen ... 49
3.8.2. Analisis Reliabilitas Instrumen... 50
3.8.3. Analisis Daya Pembeda ... 50
3.8.4. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 51
3.9 Analisis Data ... 53
3.9.1. Data Kuantitatif ... 53
3.9.1.1.Data Skor Tes ... 53
3.9.1.3.Uji homogenitas dengan menggunakan distribusi F ... 57
3.9.1.4.Uji-t ... 57
3.9.1.5.Uji Wilcoxon ... 58
3.9.2. Data Kualitatif ... 59
3.9.2.1.Angket ... 59
3.9.2.2.Lembar Observasi ... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HasilPenelitian ... 62
4.1.1 Pengembangan Multimedia PembelajaranSebagaiAlat Bantu padaModel PembelajaranThink-Pair-Share (TPS) MelaluiPendekatanInkuiri ... 62
4.1.2 PelaksanaanPenelitian ... 71
4.1.3 Hasil BelajarRanahKognitif ... 73
4.1.4 ResponSiswaTerhadap Model PembelajaranThink-Pair-Share MelaluiPendekatanInkuiriBerbantuan Multimedia Pembelajaran . 78 4.2 Pembahasan ... 81
4.2.1 Pelaksanaan Pembelajaran ... 81
4.2.2 Hasil Belajar pada Ranah Kognitif ... 82
viii
Muhamad Imanudin, 2013
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 87
5.2 Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 89
LAMPIRAN-LAMPIRAN : LAMPIRAN A. STUDI PENDAHULUAN ... 92
LAMPIRAN B. PERANGKAT PEMBELAJARAN ... 96
LAMPIRAN C. INSTRUMEN PENELITIAN ... 140
LAMPIRAN D. ANALISIS TES UJI COBA ... 202
LAMPIRAN E. ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN ... 213
LAMPIRAN F. DOKUMENTASI PENELITIAN ... 226
DAFTAR TABEL
1.1 Langkah-Langkah Model PembelajaranThink-Pair-Share
(TPS)melaluiPendekatanInkuiri ... 11
3.1 KriteriaValiditasButirSoal ... 45
3.2 KriteriaReliabilitasTes ... 46
3.3 KlasifikasiDayaPembeda ... 47
3.4 KlasifikasiIndeksKesukaran ... 48
3.5 RekapitulasiAnalisisValiditasButirSoalUjiInstrumenPertama ... 49
3.6 RekapitulasiAnalisisValiditasButirSoalUjiInstrumenKedua ... 49
3.7 RekapitulasiDayaPembedaButir SoalInstrumen Uji Instrumen Pertama ... 51
3.8 RekapitulasiDayaPembedaButir SoalInstrumen Uji Instrumen Kedua .... 51
3.9 Rekapitulasi Tingkat KesukaranButirSoalUjiInstrumenPertama ... 52
3.10 Rekapitulasi Tingkat KesukaranButirSoalUjiInstrumenKedua ... 52
3.11 Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi ... 53
3.12 Bobot Pernyataan Favorable ... 59
3.13 Bobot Pernyataan Unfavorable... 59
3.14 Kriteria Persentase Pernyataan ... 60
4.1 RekapitulasiHasilPenyebaranAngketKesulitanBelajarSiswapada Mata Pelajaran TIK... 63
4.2 JadwalPelaksanaanPenelitian ... 71
4.3 PersentaseKeterlaksanaan Model PembelajaranThink-Pair-Share melaluipendekataninkuiriBerbantuan Multimedia Pembelajaran... 73
x
Muhamad Imanudin, 2013
4.5 HasilUjiNormalitas Gain HasilBelajarpadaRanahKognitif ... 76
4.6 HasilUjiHomogenitasVariansi Data Gain
HasilBelajarpadaRanahKognitif ... 76
4.7 HasilUjiHipotesisMenggunakanUji-t ... 77
4.8 PersentaseRekapitulasiHasilResponSiswaTerhadapModel
PembelajaranThink-Pair-Share melaluipendekataninkuiriBerbantuan Multimedia Pembelajaran ... 78
DAFTAR GAMBAR
2.1 Start Page atau Halaman Awal Macromedia Flash 8 ... 30
2.2 User Interface Macromedia Flash 8 ... 30
2.3 Actionscript Macromedia Flash 8 ... 33
3.1 PolaDesainPenelitian ... 40
3.2 AlurPenelitian ... 44
3.3 AlurUjiStatistik ... 54
4.1 Bagan multimedia dalamtiapfase model pembelajaranThink-Pair-Share melaluipendekataninkuiri ... 66
4.2 Flowchart Multimedia PembelajaranSebagaiAlat Bantu Model PembelajaranThink-Pair-Share melaluipendekataninkuiri ... 68
4.3 StoryboardTampilan Menu UtamaMultimedia Pembelajaran... 69
4.4 StoryboardTampilanMateriMultimediaPembelajaran ... 69
4.5 Diagram BatangNilai Rata-rata KelompokEksperimendanKelompokKontrol ... 75
4.6 Diagram BatangKeterlaksanaan Model PembelajaranThink-Pair-Share MelaluiPendekatanInkuiriBerbantuan Multimedia PembelajaranOleh Guru... 81
Muhamad Imanudin, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu hal yang penting dalam tatanan kehidupan
manusia. Pendidikan bermula disaat manusia terlahir dan berlangsung seumur
hidup dengan tujuan agar menjadi manusia berkembang yang berguna bagi
masyarakat, bangsa, dan negara. Hal ini tertuang dalam Undang – Undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sanjaya,2009:2) yang
menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan diperoleh dari proses pembelajaran. Pembelajaran berasal dari
kata dasar belajar. Belajar adalah aktifitas yang didalamnya terdapat proses
dimana yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, yang tidak mengerti menjadi
mengerti. Menurut Gagne (Hariyanto,2010) menyatakan bahwa:
Belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perlikau yang bersifat naluriah.
Salah satu sarana seseorang untuk mengalami perubahan tersebut adalah
melalui jenjang pendidikan formal yaitu sekolah. Oleh karena
kemajuan-kemajuan orang terdidik di masa depan salah satunya adalah bergantung pada
belajar mereka di sekolah di masa sekarang maka keberhasilan proses
pembelajaran di sekolah menjadi tujuan utama dari pendidikan di Indonesia. Hal
ini dapat di ukur dari penilaian hasil belajar siswa di sekolah sehingga dapat
Pembagian jenis mata pelajaran di sekolah merupakan hal yang sangat
penting mengingat banyaknya bidang kajian ilmu sesuai dengan perkembangan
jaman serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) merupakan salah satu kajian ilmu yang terdapat dalam
kurikulum pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar (2006:211) menyatakan bahwa:
Memasuki abad ke-21, bidang teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan pesat yang dipicu oleh temuan dalam bidang rekayasa material mikroelektronika.Perkembangan ini berpengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan, bahkan perilaku dan aktivitas manusia kini banyak tergantung kepada teknologiinformasi dan komunikasi. Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasidimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu mengantisipasi pesatnyaperkembangan tersebut.
Melihat perkembangan dunia kerja secara global yang dewasa ini
didominasi oleh kinerja perkembangan teknologi, maka mata pelajaran TIK
menjadi tumpuan utama dalam mempersiapkan generasi yang matang dalam
persaingan mencari atau menciptakan lapangan pekerjaan. Sebagaimana
berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (2006:211) :
Mata pelajaran ini perlu diperkenalkan, dipraktikkan dan dikuasai peserta didik sedini mungkin agar mereka memiliki bekal untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan global yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat. Untuk menghadapi perubahan tersebut diperlukan kemampuan dan kemauan belajar sepanjang hayat dengan cepat dan cerdas. Hasil-hasil teknologi informasi dan komunikasi banyak membantu manusia untuk dapat belajar secara cepat. Dengan demikian selain sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk merevitalisasi proses belajar yang pada akhirnya dapat mengadaptasikan peserta didik dengan lingkungan dan dunia kerja.
Berdasarkan tujuan tersebut belajar TIK merupakan sesuatu yang
penting.Maka yang harus diperhatikan dari proses belajar mata pelajaran TIK
adalah hasil belajar TIK itu sendiri sebagai indikator berhasil tidaknya
3
Muhamad Imanudin, 2013
Beberapa hasil penelitian mengindikasikan masih rendahnya hasil belajar
TIK. Pertama, hasil penelitian Azimatul (2010) terhadap SMP Negeri 4 Jombang
terdapat salah satu masalah rendahnya hasil belajar TIK yang dilihat dari nilai
rata-rata kelas pada mata pelajaran TIK untuk KD 2.2 dibawah KKM 65 yaitu
57,64. Dari 32 siswa hanya 12 siswa yang telah memenuhi SKM.
Kedua, hasil penelitian Lubis (2010) terhadap SMP Negeri 1 Babalan, pada
tiga tahun terakhir di sekolah ini tercatat bahwa pada tahun pelajaran 2006/2007
terdapat 40% siswa tidak tuntas dengan KKM sebesar 65, kemudian tahun
pelajaran 2007/2008 terdapat 50% siswa tidak tuntas dengan KKM sebesar 65 dan
pada tahun pelajaran 2008/2009 terdapat 55% siswa tidak tuntas dengan KKM
sebesar 60. Hasil belajar seperti itu memperlihatkan masih minimnya kompetensi
siswa untuk dapat menyerap materi pelajaran, setelah diteliti ternyata alasannya
adalah dikarenakan jumlah siswa yang banyak sementara guru kurang mampu
memberikan bantuan individu kepada setiap siswa karena pendekatan
pembelajaran yang berpusat di guru, semua siswa di dalam kelas bergantung
kepada guru, dengan kondisi setiap individu siswa yang berkemampuan heterogen
akan sangat sulit bagi guru untuk melayani perbedaan tersebut, karena ada siswa
yang memiliki kemampuan menyerap yang baik ada juga yang tidak.
Ketiga, hasil penelitian Suparwo(2012) terhadap kelas 7 SMPN 6 Rembang
Kabupaten Rembang, dalam kegiatan pembelajaran di sekolah tersebut guru
melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran tradisional yaitu
model pembelajaran konvensional sehingga materi pembelajaran tidak
kontekstual dan kinerja siswa rendah, baik pada proses maupun produk
belajarnya.
Rendahnya hasil belajar juga terungkap dengan meninjau kenyataan yang
ada di lapangan,data hasil belajar yang terdapat di MTs Negeri Palimanan
menunjukkan hasil belajar yang rata-rata masih di bawah standar kelulusan siswa
pada mata pelajaran TIK. Sebagai sampel melihat hasil dalam Ujian Akhir
Semester Ganjil kelas VIIIF hanya 4 siswa yang lulus dari 35 siswa pada Kriteria
belum tercapai setelah proses pembelajaran. Dari hasil wawancara terhadap
seorang guru TIK di MTs negeri Palimanan, disamping faktor lingkungan dan
faktor ekonomi keluarga siswa yang rata-rata dari kalangan menengah ke bawah,
terungkap bahwa guru disekolah tersebut masih menggunakan metode
pembelajaran praktikum dengan ceramah dalam pembelajaran TIK di sekolah.
Dari penemuan-penemuan di atasdapat dipahami bahwa terjadinya
kegagalan dalam proses belajar mengajar. Sebagaimana menurut Wahyuni &
Maureen (2010:77) :
Permasalahan yang terjadi pada proses belajar mengajar dapat diketahui dari hasil akhir pembelajaran yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan suatu tujuan pembelajaran. Salah satu hasil belajar yang menjadi tolak ukur adalah nilai. Proses belajar mengajar dikatakan gagal apabila hasil akhir yang diperoleh siswa melalui tes tidak sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Dari penemuan-penemuan di atas pula, guru menerapkan metode
pembelajaran konvensional sehingga pemberian materi berpusat pada guru. Siswa
hanya dituntut untuk menerima materi yang diberikan oleh guru yang
menyebabkan siswa tidak aktif. Padahal dengan kenyataan kemampuan
masing-masing siswa yang tidak homogen, seharusnya guru memberikan ruang kepada
masing-masing siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran agar masing-masing
siswa timbul keinginan untuk belajar, sebagaimana menurut Sanjaya (2010:196) “Proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu” . Setelah timbul keinginan untuk belajar maka akan timbul keinginan untuk
menemukan fakta dan konsep sendiri berdasarkan kemampuan masing-masing
siswa sehingga dapat sekaligus melatih kemampuan siswa agar terbiasa aktif,
berpikir secara sistematis, logis dan kritis dibanding hanya mengingat materi yang
guru sampaikan.
Sehubungan dengan permasalahan diatas, maka perlu adanya usaha
perbaikan pada proses pembelajaran di kelas. Faktor yang berpengaruh paling
5
Muhamad Imanudin, 2013
pengaturan ruang kelas, rekan sebaya, pendanaan, ukuran sekolah dan ruang kelas, atau kepala sekolah”. Oleh karena itu, seharusnya guru kreatif dan inovatif dalam penyampaian pembelajaran di sekolah. Guru perlu menciptakan suasana
belajar sedemikian rupa dan berusaha membantu siswa mencapai tujuan-tujuan
belajar dengan cara menerapkan model dan strategi belajar yang baik. Guru juga
harus melatih siswa untuk dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran baik
dalam interaksi siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Salah satu aktivitas
yang memfasilitasi siswa agar dapat aktif dalam berinteraksi dalam kegiatan
pembelajaran adalah dengan kegiatan kelompok. Pada kegiatan kelompok, antar
siswa dapat saling membelajarkan dengan saling tukar pikiran, pengalaman,
maupun gagasan – gagasan.Dalam pembelajaran, strategi tersebut dikenal sebagai
Cooperative Learning atau model pembelajaraan kooperatif. Pada model
pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu bergantung pada guru, akan tetapi
mereka berlatih untuk percaya kepada kemampuannya sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa lain sehingga siswa dituntut
untuk aktif.
Model pembelajaran kooperatifakan lebih efektif dalam proses
pembelajaran jika pengelompokkan anggota kelompok berpasangan terdiri dari 2
orang dikarenakan agar adanya optimalisasi kerja masing-masing anggota apabila
anggotanya hanya sedikit, maka diterapkannya model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share(TPS), selain optimalisai kerja antar anggota kelompok
yang hanya terdiri dari 2 orang, keefektifan model pembelajaranThink-Pair-Share
(TPS) ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja
sama dengan siswa lain sehingga mereka benar-benar dituntut untuk aktif.
Adapun penelitian yang relevan terkait dengan penelitian ini yang
menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatifThink-Pair-Share
(TPS)mampu meningkatkan hasil belajar siswa diantaranya adalah sebagai berikut
:
Pada Konsep Ekosistem”. Dari hasil penelitian tersebut
menunjukkan adanya perbedaan peningkatan pemahaman konsep
yang signifikan antara kelas eksperimen dengan model pembelajaran
Think-Pair-Share dan kelas kontrol dengan model pembelajaran
konvensional. (Iqbal,2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Iin Anggraini dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TPS Untuk Meningkatkan Hasil belajar Biologi Siswa Kelas VII di SMP
Muhammadiah 2 Surakarta”. Mendapatkan kesimpulan bahwa
dengan menerapkan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. (Anggraini,2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Nunur Nurlaela dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Cooperative learning Teknik Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata pelajaran Akutansi”. Mendapatkan kesimpulan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaranThink-Pair-Share (TPS). (Nurlaela,2009).
Model pembelajaranThink-Pair-Share (TPS) ini didekati melalui
pendekatan inkuiri yang merupakan bentuk pendekatan pembelajaran yang
berorientasi pada siswa, pada inkuiri seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk
mencari dan menemukan jawaban sendiri, hal tersebut berguna untuk menunjang
keefektifan pembelajaran siswa pada saat bekerja sendiri atau bekerja kelompok
dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa. Sebagaimana dalam penelitian
Rulianti (2012) terkait pendekatan Inkuiri mampu meningkatkan hasil belajar
siswa adalah : “Penerapan pendekatan inkuiri pada pembelajaran IPA konsep
perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan dapat meningkatkan hasil belajar siswa”.
Keberhasilan dalam proses pembelajaran di sekolah jugamenuntut guru
untuk mengerti cara berpikir siswa agar siswa tidak bosan dan jenuh sehingga
7
Muhamad Imanudin, 2013
pembelajaran akan sangat membantu dalam hal tersebut. Oemar Malik (Ardiansyah,2011) mengatakan bahwa “Beberapa manfaat dari penggunaan media dalam proses belajar mengajar adalah mengurangi verbalism guru dan memperbesar perhatian siswa dalam proses belajar mengajar”. Pemilihan media pembelajaran harus dipikirkan oleh guru dalam proses pembelajaran di sekolah
dengan tujuan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Salah satu
jenis media pembelajaran yang dapat dipilih untuk berlangsungnya proses
pembelajaran dengan baik agar siswa memberikan perhatian terhadap proses
pembelajaran adalah multimedia. Multimedia merupakan salah satu media
pembelajaran yang bervariatif, dengan adanya berbagai paduan antara teks, suara,
video, animasi, dan interaksi sehingga terjadi kesinambungan penggunaan
pancaindera yang dapat memudahkan materi terserap secara optimal. Munir
(2008:190) mengatakan bahwa:
Kelengkapan media dalam teknologi multimedia melibatkan pendayagunaan seluruh panca indera, sehingga daya imajinasi, kreatifitas, fantasi, emosi peserta didik berkembang ke arah yang lebih baik. Berbagai kajian lepas telah menunjukkan, bahwa proses pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu indera akan lebih efektif dibandingkan hanya satu indera saja
Oleh karena itu, penggunaan media pembelajaran multimedia ini menunjang
dalam proses pembelajaran untuk melibatkan siswa belajar aktif serta menarik
siswa memberikan perhatian dalam pembelajaran dengan model pembelajaran
Think-Pair-Share (TPS)melalui pendekatan inkuiri.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti terdorong untuk melakukan
penelitian dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Think-Pair-Share
(TPS) Melalui Pendekatan Inkuiri Berbantuan Multimedia Pembelajaran
Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada Mata
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
perumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanapengembanganmultimediasebagai alat bantumodel
pembelajaranThink-Pair-Share(TPS) melalui pendekatan inkuiri pada mata
pelajaran TIK?
2. Apakah terdapat perbedaan signifikan antara peningkatan hasil belajar
kognitif siswa pada mata pelajaran TIK antara siswa yang belajar
denganModel pembelajaran Think-Pair-Share(TPS) melalui pendekatan
inkuiri berbantuan multimedia pembelajaran dengan siswa yang belajar
dengan model pembelajaran konvensional ?
3. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran
Think-Pair-Share(TPS) melalui pendekatan inkuiri berbantuan multimedia
pembelajaran ?
1.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari agar masalah tidak terlalu luas dan menyimpang, maka
dibuat pembatasan masalah yang diteliti sebagai berikut:
1. Pengembanganmultimedia sebagai alat bantu pembelajaran model
pembelajaranThink-Pair-Share (TPS) melalui pendekatan Inkuiri
diindikasikan dariadanyabantuan multimedia
dalambeberapatahappembelajaranThink-Pair-Share(TPS) melalui
pendekatan Inkuiripadakelaseksperimen. Multimedia sebagai bahan
ajardimaksudkanuntukmembantu agar tiaptahapandalam model
pembelajarandapattersampaikansecara optimal.
2. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa dilihat dari gain rata-rata skor
pretes – postes antara kelas eksperimen yang menggunakan model
9
Muhamad Imanudin, 2013
berbantuan multimedia pembelajaran dan kelas kontrol yang menggunakan
model pembelajaran konvensional.
3. Materi yang terdapat dalam bahan ajar pada penelitian ini adalah materi
yang dipelajari di MTs kelas VIII pada semester genap yaitu perangkat
lunak pengolah angka Ms. Excell2007.
4. Penelitian ini meneliti hasil belajar kognitif yang meliputi aspek recall /
ingatan (C1), aspek comphrehension / pemahaman (C2), dan Application /
penerapan (C3) disesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar yang akan dibahas.
5. Instrumen soal yang dikembangkan berbentuk tes pilihan ganda berjumlah
20 soal dengan empat pilihan jawaban pada setiap soalnya.
1.4 Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian iniadalah untuk mengetahui:
1. Bagaimanapengembanganmultimedia sebagai alat bantu pembelajaran
model pembelajaranThink-Pair-Share (TPS) melalui pendekatan Inkuiri
padamatapelajaran TIK.
2. Apakah terdapat perbedaan signifikan antara peningkatan hasil belajar
kognitif siswa pada mata pelajaran TIK antara siswa yang belajar dengan
model pembelajaran Think-Pair-Share(TPS) melalui pendekatan inkuiri
berbantuan multimedia pembelajaran dengan siswa yang belajar dengan
model pembelajaran konvensional.
3. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran
Think-Pair-Share(TPS) melalui pendekatan inkuiri berbantuan multimedia
pembelajaran.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk siswa, khususnya yang
mengalami kesulitan dalam mempelajari pelajaran TIK.
2. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masukan dalam memperluas
pengetahuan dan wawasan mengenai model pembelajaranThink-Pair-Share
(TPS) melalui pendekatan Inkuiri berbantuan multimedia dalam
mengajarkan TIKyang merupakan salah satu model mengajar alternatif dan
upaya untuk meningkatkan hasil siswa.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan yang baik dan
berguna bagi sekolah itu sendiri dalam rangka perbaikan hasil belajar
kognitif siswa pada mata pelajaran TIK pada pada khususnya.
4. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian, rujukan, atau pembanding
bagi penelitian yang sedang atau akan dilakukan.
1.6 Definisi Operasional
Sesuai dengan judul penelitian, terdapat istilah yang perlu diberikan
penjelasan untuk menyamakan persepsi dalam penelitian ini. Penjelasan istilah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Model Pembelajaran Think-Pair-Share(TPS)
Model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) termasuk kedalam model
pembelajaran kooperatif yang didalam proses pembelajarannya dilakukan
pengelompokan peserta didik yang terdiri dari dua orang. Langkah-langkah
model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)terdiri dari lima langkah,
dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu think, pair, dan share
adalah pendahuluan, think, pair, share, penutup.
2. Pendekatan Inkuiri
Pendekatan inkuiri adalah suatu bentuk pendekatan pembelajaran yang
11
Muhamad Imanudin, 2013
masalah yang dihadapinya. Pendekatan ini terdiri dari 6 tahap yaitu :
orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan
data, menguji hipotesis dan merumuskan kesimpulan.
3. Multimedia Pembelajaran
Multimedia pembelajaran adalah alat bantu selama proses pembelajaran.
Multimedia pembelajaran terdiri dari teks berupa materi, video, suara,
animasi dan interaksi dari siswa.
4. Pengembangan multimedia didasarkanpadametodepengembangan
multimedia yang diadopsidariMunir (2008: 195), yang terdiri dari 5 tahapan,
yaitu analisis, desain, pengembangan, implementasi, evaluasi.
5. Think-Pair-ShareMelalui Pendekatan Inkuiri Berbantuan Multimedia
Kelima tahapan pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Share (TPS)melalui pendekatan Inkuiri berbantuan multimedia
dapat dilihat pada tabel 1.1, yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.1
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) melalui
Pendekatan Inkuiri
- Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu
untuk tiap kegiatan.
- Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai
oleh siswa.
- Guru menjelaskan topik dan tujuan pembelajaran.
- Guru menjelaskan pentingnya topik pembelajaran
dan hasil belajar siswa.
Orientasi
- Guru memberikan materi pembuka yang
menunjang dengan materi yang akan disampaikan.
kegiatan demonstrasi pada perangkat pengolah
angka Microsoft Excell.
- Guru memberikan Multimedia Pembelajaran
kepada siswa sebagai sarana pembelajaran yang
didalamnya terdapat sebuah atau beberapa
permasalahan.
Tahap 2
Think
- Guru memberikan permasalahan kepada siswa
yang terdapat dalam multimedia.
- Guru memberikan waktu kepada siswa
menganalisis permasalahan yang tertuang dalam
multimedia secara individu.
Merumuskan
Masalah
- Guru memberikan waktu kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan yang tertuang dalam
multimedia secara individu.
Mengajukan
Hipotesis
Tahap 3
Pair
- Guru mengelompokkan siswa dengan teman
disampingnya.
- Guru memberikan waktu kepada siswa untuk
berdiskusi dengan pasangannya terkait permasalahan
yang akan dipecahkan.
Mengumpulkan
Data
Tahap 4
Share
- Guru memandu dan menunjuk satu pasang siswa
secara acak untuk dipanggil ke depan dan berbagi
pendapat kepada seluruh siswa di kelas.
- Guru memandu dan memberikan kesempatan
kepada kelompok yang lain untuk memberikan
tanggapan mengenai jawaban kelompok yang
dijelaskan sebelumnya.
Menguji
Hipotesis
Tahap 5
Penutup
- Guru memberikan klarifikasi terhadap jawaban
yang telah dijawab oleh siswa.
- Siswa dinilai secara individu dan kelompok
Merumuskan
13
Muhamad Imanudin, 2013
- Siswa diberikan penghargaan atas jawabannya
6. Hasil Belajar Kognitif
Berdasarkan Taksonomi Bloom (Suherman & Sukjaya,1990:031) , hasil
belajar kognitif mencakup 6 aspek yang terdiri dari Recall/ Ingatan (C1),
Comphrehension/ Pemahaman (C2), Application/ Penerapan (C3), Analysis/
Analisis (C4), Synthesis/ Sintesis (C5), Evaluation/ Evaluasi (C6).
7. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif
Peningkatan hasil belajar kognitif siswa diindikasikan oleh peningkatan skor
hasil postest terhadap pretest dari soal pilihan ganda antara kelas kontrol
dan eksperimen. Perhitungan pengaruh peningkatan adalah dengan
pengujian hipotesis satu pihak dari uji perbedaan dua rata-rata antara kedua
kelas tersebut.
1.7 Hipotesis
Setelah melakukan kajian teori, maka didapatkan hipotesis penelitiansebagai
berikut:
H0 Tidak ada perbedaan signifikan antara peningkatan hasil belajar
ranahkognitif setelah diterapkan model pembelajaran
Think-Pair-Share(TPS) melalui pendekatan Inkuiri berbantuan
multimediapembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.
H1 Ada perbedaan signifikan antara peningkatan hasil belajar
ranahkognitif setelah diterapkan model pembelajaran
Think-Pair-Share(TPS) melalui pendekatan Inkuiri berbantuan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Pengembangan Multimedia Pembelajaran
Pengembangan multimedia didasarkan pada metode pengembangan
multimedia yang diadopsi dari Munir (2008: 195) sebagaimana telah dipaparkan
pada kajian teoritik.Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengembangan
instrumen multimedia pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Tahap I. Analisis
Analisis merupakan langkah awal dalam pembuatan multimedia. Menurut
Munir (2008: 196), pada tahap ini ditetapkan tujuan pengembangan software, baik
bagi pelajar, guru dan maupun bagi lingkungan.Dalam tahapan ini, hal pertama
yang dilakukan adalah studi literatur dengan cara mempelajari kurikulum TIK di
sekolah bersama dengan guru dan wawancara terhadap guru TIK di sekolah.
Setelah itu, permasalahan yang didapat dianalisis untuk mencari beberapa solusi
alternatif sesuai dengan tujuan pencapaian dari pembuatan multimedia.
2. Tahap II. Desain
Setelah memperoleh beberapa alternatif pemecahan masalah, penulis
memilih salah satu model pembelajaran Tink-Pair-Share melalui pendekatan
Inkuiri sebagai salah satu pemecahan masalahnya untuk pencapaian
tujuan.Penulis membutuhkan alat bantu dalam penyampaian materi dalam
penerapan model pembelajaranTink-Pair-Share melalui pendekatan Inkuiri. Maka
dari itu, penulis memilih multimedia sebagai alat bantu model pembelajaran
Tink-Pair-Share melalui pendekatan Inkuiri dalam penyampaian materi. Desain
multimedia dirancang berdasarkan tahap-tahap model pembelajaran
Tink-Pair-Share melalui pendekatan Inkuiridan disesuaikan materinya dengan RPP yang
telah dibuat. RPP terlebih dahulu dibimbingkan melalui proses bimbingan dengan
pembimbing skripsi.
3. Tahap III. Pengembangan
39
akan dijadikan acuan dalam pembuatan multimedia pembelajaran. Selain itu, pada
tahapan ini penulis mempertimbangkan beberapa unit yang akan dituangkan
dalam multimedia pembelajaran, seperti suara, audio, video, grafik, animasi , teks,
dan kegiatan pembelajaran di dalamnya. Setelah selesai, multimedia pembelajaran
yang telah dibuat kemudian dinilai oleh ahli multimedia.Hal ini berdasarkan
pendapat Munir (2008:199) yang mengemukakan bahwa setelah pengembangan
software selesai, maka penilaian terhadap unit-unit software tersebut dilakukan
dengan menggunakan rangkaian penilaian software multimedia.Hasil penilaian
oleh ahli akandiperbaiki jika ahli mengemukakan kekurangan dalam multimedia
pembelajaran sebelum digunakan sebagai alat bantu model pembelajaran
Tink-Pair-Share melalui pendekatan Inkuiri.
4. Tahap IV. Implementasi
Pada tahap implementasi, multimedia pembelajaran yang sah, sudah di
revisi (jika terdapat kekurangan yang dikemukakan oleh ahli) dan sudah
menghadapi judgement akan digunakan sebagai alat bantu pembelajaran model
Tink-Pair-Share melalui pendekatan Inkuiri di kelas eksperimen. Peserta didik
dapat menggunakan software multimedia di dalam kelas secara kreatif dan
interaktif melalui pendekatan individu atau kelompok (Munir, 2008: 200).
Pengimplementasian multimedia dilakukan pada saat pemberian perlakuan
sebagai alat bantu dalam penyampaian materi pada penelitian yaitu setelah pretes
dan sebelum postes dengan guru sebagai fasilitator dan mengontrol peserta didik
secara objektif.
5. Tahap V. Evaluasi
Pada tahap ini penulis melakukan evaluasi terhadap multimedia
pembelajaran untuk mengetahui secara pasti kelebihan dan kelemahan software
yang telah dikembangkandengan cara menganalisis keberhasilan dan
efektivitasnya sebagai alat bantu model pembelajaran Tink-Pair-Share melalui
pendekatan Inkuiridan melihat respon siswa terhadap multimedia itu sendiri.
Keberhasilan dan efektivitas diperoleh dari analisis peningkatan pretes dan postes
pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Respon siswa
3.2 Metode dan Desain Penelitian
Penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat dalam penelitian. Namun dalam dunia pendidikan di
sekolah, penelitian ini tidak selalu memungkinkan mengingat penelitian
eksperimen dilakukan dengan cara melakukan subjek secara acak. Hal ini
dikarenakan subjek penelitian di sekolah telah terbentuk secara utuh dalam satuan
kelas. Terkait hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan kuasi eksperimen
atau eksperimen semu. Penelitian kuasi eksperimen dilakukan untuk
memungkinkan pemberian perlakuan dalam satu kelompok belajar yang sudah
terbentuk (kelas), bukan pemilihan secara acak.
Desain penelitian yang akan dilakukan menggunakannon-equivalent control
group design(Russefendi,2001) yang akan dilakukan pada satu kelas eksperimen
yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
Think-Pair-Sharemelalui pendekatan inkuiri berbantuan multimedia pembelajaran dan kelas
kontrol yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional atau
pembelajaran biasa. Desain Penelitiannya dapat di lihat di bawah ini :
O X O
O O
Gambar 3.1 Pola Desain Penelitian
(Russefendi,2001)
Keterangan :
O = Pre-test, post-test
X = Perlakuan menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share
melalui pendekatan inkuiri berbantuan multimedia
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas VIII MTs Negeri
41
random sampling (sampel acak), akan menyulitkan peneliti. Maka sampel yang
dijadikan subjek penelitian ini diambil menggunakan teknik Purposif Sampling
(Sudjana,2005) dengan memilih 2 kelas yang sudah terbentuk untuk dijadikan
kelas kontrol dan kelas eksperimen. Purposif Sampling merupakan teknik
pengambilan sampel bertujuan. Dikatakan bertujuan dalam penelitian ini
dikarenakan bertujuan untuk mengetahui pengaruh hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share melalui pendekatan inkuiri
berbantuan multimedia pembelajaran. Sehingga pertimbangan peneliti dalam
penentuan sampel terhadap tujuan penelitian menjadi tolok ukur dalam pemilihan
sampel penelitian. Menurut Sudjana (2005:168) : “Sampling Porpusif terjadi
apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau
pertimbangan peneliti”.
3.4 Bahan Ajar
3.4.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajarran (RPP) disusun untuk tiga
pertemuan, dimana masing-masing kelas kontrol tiga pertemuan dengan
model pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen tiga pertemuan
dengan model pembelajaran Think-Pair-Share melalui pendekatan inkuiri
berbantuan multimedia pembelajaran.
3.4.2 Multimedia Pembelajaran
Multimedia pembelajaran dikembangkan sebagai alat bantu pembelajaran
pada kelas eksperimen. Sedangkan kelas kontrol hanya dengan model
pembelajaran konvensional tanpa alat bantu pembelajaran.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen sebagai alat evaluasi hendaknya dapat mengukur keberhasilan
dalam proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana menurut Suherman
(1990:009) : “Fungsi evaluasi sebagai alat pengukur keberhasilan adalah untuk
mengukur seberapa jauh tujuan instruksional dapat dicapai setelah kegiatan
Hal ini juga dapat dijadikan acuan untuk dijadikan syarat dalam perbaikan
proses pembelajaran selanjutnya, ketika hasil pembelajaran masih kurang dari
tujuan yang diharapkan.
Instrumen dalam penelitian ini disusun menjadi dua jenis, yaitu :
3.5.1 Instrumen Tes
Instrumen tes digunakan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran
pada ranah kognitif siswa. Instrumen tes dalam penelitian ini berbentuk tes
soal pilihan ganda berjumlah 20 soal, dimana jumlah soal
kemampuaningatan (C1), pemahaman (C2), dan aplikasi (C3) disesuaikan
dengan indikator pembelajaran.
3.5.2 Instrumen Non-Tes
3.5.2.1. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
pembelajaran dengan model pembelajaran Think-Pair-Share melalui
pendekatan inkuiri berbantuan multimedia pembelajaran. Angket yang
dibuat mengacu pada skala sikap yang merupakan sekumpulan
pernyataan yang harus dilengkapi oleh responden dengan memilih
jawaban atau menjawab pertanyaan melalui jawaban atau menjawab
pertanyaan melalui jawaban yang sudah disediakan atau melengkapi
kalimat dengan jalan mengisi.
Angket skala sikap yang digunakan adalah skala sikap tertutup artinya
alternatif jawaban yang sudah disediakan dan siswa hanya tinggal
memilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pendapatnya.
Skala sikap ini terdapat dan terdiri pernyataan yang berupa pernyataan
negatif, yang disusun menurut skala sikap dan model skala sikap yang
digunakan adalah skala sikap Likert (Suherman,1990). Pilihan jawaban
dari setiap pernyataan ada 4 yaitu sangat setuju (SS), Setuju (S), tidak
setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).
3.5.2.2. Lembar Observasi
43
oleh guru dan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Instrumen
observasi keterlaksanaan pembelajaran berbentuk checklist(√), artinya
observer hanya memberikan tanda checklist jika kriteria yang dimaksud
dalam format observasi terlaksana.
3.6 Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Membuat rancangan penelitian dilanjutkan dengan proposal
penelitian.
b. Perizinan penelitian.
c. Menyiapkan RPP dan skenario pembelajaran.
d. Menyusun instrumen penelitian.
Dalam tahap ini penyusunan instrumen termasuk dalam pembuatan
multimedia yang akan digunakan dalam proses penelitian dalam kelas.
e. Judgement
Judgement instrumen, RPP beserta multimedia kepada dosen
Pendidikan Ilmu Komputer dan guru TIK di sekolah yang akan
diujikan.
f. Melakukan Uji Coba Instrument untuk mengetahui tingkat kesukaran,
daya pembeda, validitas dan reliabilitas.
g. Melakukan Revisi atau perbaikan instrumen
Jika pada tahap judgement dinyatakan kurang layak untuk
diujicobakan atau pada tahap ujicoba mendapat hasil yang kurang
signifikan dalam tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan
reliabilitas.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen.
c. Memberikan post-test setelah pembelajaran.
3. Tahap Analisis Data
a. Mengolah dan menganalisis data hasil pre-test dan post-test.
b. Menganalisis hasil penelitian.
4. Tahap Pembuatan Kesimpulan
a. Membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis
penelitian yang telah dirumuskan.
b. Membuat saran.
Diagram alur Prosedur penelitian:
perbaikan Membuat rancangan
penelitian beserta proposal
Perizinan penelitian
Menyiapkan RPP dan skenario pembelajaran
Menyusun instrumen
Mengolah data
Menganalisis data
Merumuskan kesimpulan Kelas eksperimen
pre-test
post-test
Memberikan perlakuan
Kelas kontrol
pre-test
post-test Judgement
Uji Coba Instrumen
45
3.7 Uji Coba Instrumen
Instrumen merupakan alat evaluasi terhadap pembelajaran. Maka dari itu
pembuatan instrumen harus tepat sesuai indikator pada pembelajaran. Menurut
Suherman (1990:134), “untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik tentunya diperlukan alat evaluasi yang kualitasnya baik pula”.Pembuatan instrumen yang baik hendaknya memperhatikan beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Kriteria
yang harus dipenuhi tersebut diantaranya :
3.7.1 Validitas
Validitas alat evaluasi dihitung dengan perhitungan angka kasar (raw
score) (Suherman,1990):
= − ( )
( 2−( )2)( 2− 2)
Keterangan :
: koefesien validitas
: jumlah siswa
: jumlah skor total soal dikalikan jumlah skor total siswa
: jumlah skor total soal
: jumlah skor total siswa
2 : jumlah skor total soal dikuadratkan
2 : jumlah skor total siswa dikuadratkan
Kriteria koefesien validitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 3.1 Kriteria Validitas Butir Soal
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
0,80 < rxy≤ 1,00 validitas sangat tinggi (sangat baik),
0,60 < rxy≤ 0,80 validitas tinggi (baik),
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
0,20 < rxy≤ 0,40 validitas rendah (kurang),
0,00 < rxy≤ 0,20 validitas sangat rendah, dan
rxy≤ 0,00 tidak valid.
(Suherman,1990)
3.7.2 Reliabilitas
Reliabilitas soal tipe pilihan ganda dihitung dengan menggunakan rumus
KR-20 (Suherman, 1990):
11 = −
1
� 2−
�2
Keterangan :
11 : koefisien reliabilitas alat evaluasi
n : banyak butir soal
: proporsi banyak subjek yang menjawab benar pada butir
soal ke-i
: proporsi banyak subjek yang menjawab salah pada butir
soal ke-i, jadi = 1−
�2
: varians skor total
Derajat reliabilitas menurut J.P.Guilford (Suherman,1990) :
Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Tes
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
11≤ 0,20 derajat reliabilitas sangat rendah,
0,20 < 11≤ 0,40 derajat reliabilitas rendah,
0,40 < 11≤ 0,60 derajat reliabilitas sedang,
0,60 < 11≤ 0,80 derajat reliabilitas tinggi,
0,80 < 11≤ 1,00 derajat reliabilitas sangat tinggi.
47
3.7.3 Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda menggunakan teknik korelasi biserial titik
(point biserial correlation) (Suherman,1990) dengan rumus :
= −
Keterangan :
= Indeks Daya Pembeda
= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
= Banyaknya peserta tes kelompok atas
= Banyaknya peserta tes kelompok bawah
Klasifikasi daya pembeda :
Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda
Indeks daya Pembeda Klasifikasi
DP ≤ 0,00 sangat jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 baik
0,70 < DP ≤ 1,00 sangat baik
(Suherman,1990)
3.7.4 Indeks Kesukaran
Derajat kesukaran untuk soal pilihan berganda (Suherman,1990) dihitung
menggunakan rumus :
=
� Keterangan:
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran:
Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran Klasifikasi
IK = 0,00 soal terlalu sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 soal sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 soal sedang
0,70 < IK ≤ 1,00 soal mudah
IK = 1,00 soal terlalu mudah
(Suherman,1990)
3.8 Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen yang telah disusunterlebih dahulu dipertimbangkan
(di-judgement)kemudian diuji coba dengan tujuan mendapatkan instrumen yang
benar-benar dapat mengukur hasil belajar ranah kognitif siswa. Pertimbangan
instrumen (judgement) hasil belajar pada ranah kognitif dilakukan oleh satu orang
dosen dan satu guru bidang studi di sekolah tempat penelitian berlangsung.
Instrumen yang telah dipertimbangkankemudian diperbaiki untuk selanjutnya
dilakukan uji coba. Untuk lembar judgement dapat dilihat pada lampiran. Uji coba
dilakukan pada 4 Mei 2013 di kelas IX yang telah mendapat materi terlebih
dahulu di salah satu MTs Negeri Palimanan di KabupatenCirebon Propinsi Jawa
Barat yang merupakan sekolah dimana penelitian dilakukan. Pada penelitian ini
digunakan instrumen tes belajar ranah kognitif yang diuji coba sebanyak 20 butir
soal pilihan ganda.Data hasil uji coba instrumen tes ranah kognitif kemudian
dianalisis yang meliputi uji validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran dan
reliabilitas tes.Instrumen yang telah diujicoba dan dianalisis akan digunakan
sebagai instrumen dalam penelitian yang dilakukan di kelas VIII. Namun setelah
49
pada empat butir soal tersebut, dilakukan uji coba instrumen untuk kedua
kalinyadi kelas IX yang berbeda pada 6 Mei 2013. Untuk instrumen tes uji coba
pertama dan kedua dapat dilihat pada lampiran.
3.8.1 Analisis Validitas Instrumen
Berdasarkan analisis validitas instrumen yang telah dilakukan dengan
menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar (lihat
lampiran), maka hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.5
Rekapitulasi Analisis Validitas Butir Soal Uji Instrumen Pertama
Kategori
Validitas Jumlah Soal Nomor Soal
Sangat Tinggi - -
Tinggi 4 11 , 12 , 17 , 18
Cukup 12 1, 2, 3, 5, 6, 7, 9, 13, 14, 15, 16, 19
Rendah 4 4 , 8 , 10 , 20
Sangat Rendah - -
Tidak Valid - -
Dari hasil analisis validitas instrumen, didapatkan empat soal dengan
kategori validitas tinggi, 12 soal dengan kategori validitas cukup, empat soal
dengan kategori validitas rendah. Setelah melakukan perbaikan pada empat
butir soal dengan validitas rendah kemudian diuji cobakan kembali di kelas
yang berbeda dan diperoleh hasil analisis validitas yang dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 3.6
Rekapitulasi Analisis Validitas Butir Soal Uji Instrumen Kedua
Kategori
Validitas Jumlah Soal Nomor Soal
Sangat Tinggi 1 9
Kategori
Validitas Jumlah Soal Nomor Soal
Cukup 17 1,2,3,4,5,6,7,10,11,12,13,14,16,17,18,19,20
Rendah - -
Sangat Rendah - -
Tidak Valid - -
Jika dilihat dari hasil uji coba instrumen kedua, jumlah butir soal yang
memiliki validitas dengan kategori cukup berjumlah 17 butir soal.Kemudian
2 butir soal memiliki validitas dengan kategori tinggi dan 1 butir soal yang
memiliki kategori daya pembeda sangat tinggi.
3.8.2 Analisis Reliabilitas Instrumen
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas dengan menggunakan rumus
K-R20 (lihat lampiran) diperoleh koefisien korelasi hasil uji coba tes hasil
belajar ranah kognitif pertama adalah r11 = 0,816 dan setelah melakukan uji
coba kedua diperoleh r11 = 0,853 . Hasil perhitungan tersebut kemudian
dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi standar/kriteria yang telah
ditentukan, sehingga diperoleh kriteria reliabilitas tes tersebut adalah sangat
tinggi.
3.8.3 Analisis Daya Pembeda
Setelah data hasil uji instrumen diperoleh, kemudian dilakukan analisis
instrumen yang salah satunya adalah analisis daya pembeda yang bertujuan
untuk mengetahui kemampuan butir soal untuk membedakan kelas atas dan
bawah dalam suatu kelompok.Rekapitulasi analisis daya pembeda untuk tiap
51
Tabel 3.7
Rekapitulasi Daya Pembeda Butir Soal Instrumen Uji Instrumen Pertama
Kategori Daya
Pembeda
Jumlah
Soal
Nomor Soal
Sangat
Jelek/Dibuang
- -
Jelek - -
Cukup 3 8, 10, 20
Baik 16 1,2,3,4,5,6,7,9,11,12,13,14,15,16,18,19
Sangat Baik 1 17
Setelah melakukan perbaikan pada empat butir soal dengan validitas
rendah kemudian diuji cobakan kembali di kelas yang berbeda dan
diperoleh hasil daya pembeda yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.8
Rekapitulasi Daya Pembeda Butir Soal Instrumen Uji Instrumen Kedua
Kategori Daya Pembeda Jumlah Soal Nomor Soal
Sangat Jelek/Dibuang - -
Jelek - -
Cukup 4 5, 12, 17, 18
Baik 6 2, 3, 4, 6, 11, 14
Sangat Baik 10 1, 7, 8, 9, 10, 13, 15, 16, 19, 20
Jika dilihat dari hasil uji coba instrumen tes kedua, jumlah butir soal yang
memiliki daya pembeda dengan kategori cukup berjumlah 4 butir
soal.Kemudian 6 butir soal memiliki daya pembeda dengan kategori baik
dan 10 butir soal yang memiliki kategori daya pembeda sangat baik.
Berdasarkan analisis tingkat kesukaran butir soal yang telah
dilakukandengan membandingkan banyaknya siswa yang menjawab soal itu
dengan benar terhadap jumlah seluruh siswa peserta tes (lihat lampiran),
maka hasil yang diperoleh pada uji coba instrumen tes pertama dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 3.9
Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Instrumen Pertama
Kategori Tingkat
Kesukaran Jumlah Soal Nomor Soal
Sangat Sukar - -
Sukar 8 5, 7, 9, 11, 12, 16, 17, 18
Sedang 10 2, 3, 4, 6, 8, 10, 13, 14, 15, 19
Mudah 2 1, 20
Sangat Mudah - -
Setelah melakukan perbaikan pada empat butir soal dengan validitas
rendah kemudian diuji cobakan kembali di kelas yang berbeda dan
diperoleh hasil tingkat kesukaran butir soal yang dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 3.10
Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Instrumen Kedua
Kategori Tingkat
Kesukaran Jumlah Soal Nomor Soal
Sangat Sukar - -
Sukar 5 5, 11, 12, 17, 18
Sedang 15 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15,
16, 19, 20
Mudah - -
Sangat Mudah - -
Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran instrumen dari uji coba di atas,
53
3.9 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari perhitunggan hasil tes postes dan pretes.
Sedangkan data kualitatif diperoleh dari angket yang diberikan kepada siswa.
3.9.1 Data Kuantitatif
3.9.1.1 Data Skor Tes
Setelah instrumen yang telah diketahui validitas dan reliabilitasnya diujikan
pada siswa maka diperoleh data skor-skor tes siswa.Tes yang dilakukan sebanyak
dua kali yaitu pre-test dan post-test untuk kelompok eksperimen dan kontrol.
Kemudian ditentukan besarnya gain dengan perhitungan sebagai berikut :
G = skor post test – skor pre test
Peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif siswa setelah pembelajaran
dengan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) melalui pendekatan Inkuiri
berbantuan multimedia pembelajarandicari dengan menghitung rata – rata gain
yang dinormalisasi berdasarkan kriteria menurut Hake R.R (1997)
(Suherman,1990). Rumus yang digunakan untuk menghitung gain yang
dinormalisasi adalah :
= −
−
Interpretasi terhadap nilai gain yang dinormalisasi ditunjukan oleh Tabel
3.11.
Tabel 3.11
Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi
Nilai <g> Klasifikasi
0,7 Tinggi
0,7 > 0,3 Sedang
(Suherman,1990)
Setelah nilai rata-rata gain yang dinormalisasi untuk kedua kelompok
diperoleh, maka selanjutnya dapat dibandingkan untuk melihat peningkatan hasil
belajar padaranah kognitif dalam penerapan model pembelajaran
Think-Pair-Share (TPS) melalui pendekatan Inkuiri berbantuan multimedia pembelajaran.
Alur pengolahan data untuk membuktikan hipotesis mengenai hasil belajar
pada ranah kognitif ditunjukan oleh Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Alur Uji Statistik
Data skor tes yang diperoleh dari penelitian ini berupa skor pretes dan
postes dari tes hasil belajar ranah kognitif pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dan angket respon siswa yang diberikan pada kelas eksperimen. Untuk
menguji hipotesis, maka digunakan rumus uji-t untuk mengetahui adanya
perbedaan skor tes hasil belajar ranah kognitif dan tes minat belajar dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi tritmen.
3.9.1.2 Uji normalitas distribusi
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran distribusi data yang
diperoleh. Melalui Uji Normalitas peneliti bisa mengetahui apakah sampel
yang diambil mewakili populasi ataukah tidak. Uji normalitas dilakukan pada DATA
UJI NORMALITAS UJI WILCOXON
UJI HOMOGENITAS
PENGUJIAN HIPOTESIS DENGAN UJI -t
KESIMPULAN
Tidak
55
Menurut Panggabean (2001, 132), langkah-langkah penyelidikan distribusi
normal adalah:
1) Hitung mean skor kelompok kontrol.
2) Hitung standar deviasi.
3) Buat daftar frekuensi observasi (Oi) dan frekuensi (Ei) sebagai berikut:
a. Tentukan banyaknya kelas (k) dengan rumus:
k = 1 + 3,3 log n
keterangan :
k = banyaknya kelas
n = banyaknya sampel
b. Tentukan panjang kelas (p) dengan rumus:
=
keterangan :
p = panjang kelas
r = rentang skor
c. Menghitung rata-rata dan standar deviasi dari data yang akan diuji
normalitasnya.
Untuk mengitung nilai rata-rata (mean) dari gain digunakan
persamaan:
=
Sedangkan untuk menghitung besarnya standar deviasai dari
gain digunakan persamaan:
�= − − 2
1
keterangan:
= nilai rata-rata gain
= nilai gain yang diperoleh siswa
n = jumlah siswa
d. Menentukan nilai baku z dengan menggunakan persamaan :
= �−
keterangan:
bk = batas kelas
= nilai rata-rata gain
S = standar deviasi
Z = nilai baku
e. Mencari luas daerah dibawah kurva normal (l) untuk setiap kelas
interval.
= 2− 1
keterangan:
l = luas kelas interval
l1= luas daerah batas bawah kelas interval
l2= luas daerah batas atas kelas interval
f. Mencari frekuensi observasi (Oi) dengan menghitung banyaknya
respon yang termasuk pada interval yang telah ditentukan.
g. Mencari frekuensi harapan Ei dengan persamaan berikut :
=
keterangan:
n = banyaknya siswa
l = luas kelas interval
h. Hitung Chi Square χ2 dengan rumus:
�2 = − 2
=1
keterangan:
�2= chi square hasil perhitungan (X2
hitung)
Oi = frekuensi observasi
Ei = frekuensi yang diharapkan
i. Tentukan derajat kebebasan dengan rumus:
57
k = banyaknya kelas
v = derajat kebebasan
4) Tentukan nilai χ2 dari daftar tabelchi square.
5) Menentukan nilai normalitas.
Bila χ2hitung < χ2
tabel, maka disimpulkan bahwa data sampel
berdistribusi normal.
Bila χ2hitung > χ2
tabel, maka disimpulkan bahwa data sampel
tidak berdistribusi normal.
3.9.1.3 Uji homogenitas dengan menggunakan distribusi F
Menurut Panggabean (2001, 132), untuk menguji homogenitas variansi
digunakan formula:
Kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah variansi homogen atau
tidak adalah bila F hitung< F tabel, maka variansi homogen.
3.9.1.4 Uji-t
Menurut Panggabean (2001, 132), untuk mengetahui ada perbedaan mean
(M) antara dua kelompok dengan sampel besar (n ≥ 30) digunakan formula:
= 1− 2
12
1 +
22
2
Dimana M1 : mean sampel kelompok eksperimen
M2 : mean sampel kelompok kontrol
N1 : jumlah sampel kelompok eksperimen
N2 : jumlah sampel kelompok kontrol
s22 : variansi sampel kelompok kontrol
Setelah mendapatkan hasil dari uji-t kemudian melakukan pengujian
hipotesis dengan melihat mengkonsultasikan thitung dengan ttabel.
H0 : Tidak adanya perbedaan signifikan antara peningkatan hasil belajar pada
ranah kognitif dalam penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share
(TPS) melalui pendekatan Inkuiri berbantuan multimedia pembelajaran
dengan model pembelajaran biasa atau konvensional.
thitung = ttabel
H1 : Adanya perbedaan signifikan antara peningkatan hasil belajar pada ranah
kognitif dalam penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)
melalui pendekatan Inkuiri berbantuan multimedia pembelajaran
dengan model pembelajaran biasa atau konvensional.
thitung >ttabel
3.9.1.5 Uji Wilcoxon
Apabila pada Uji Normalitas menghasilkan data dengan distribusi yang
tidak normal, maka pengolahan data dilakukan secara statistik non parametrik
yaitu dengan menggunakan Uji Wolcoxon. Langkah – langkah yang dilakukan
dengan Uji Wilcoxon adalah :
1) Membuat daftar rank (tingkatan).
2) Menentukan nilai W, yaitu bilangan yang paling kecil dari jumlah rank
positif dan jumlah rank negatif. nilai W diambil salah satunya.
3) Menentukan nilai W dari tabel. Jika > 25, maka nilai W dihitung
= 2,5758 untuk taraf signifikasi 1%
= 1,96 untuk taraf signifikasi 5%
4) Pengujian Hipotesis
59
3.9.2 Data Kualitatif
3.9.2.1 Angket
Setelah angket siswa terkumpul, dilakukan penskoran. Pembobotan yang
sering dipakai dalam mentransfer skala kualitatif ke dalam skala kuantitatif
menurut Suherman (1990 : 236) adalah sebagai berikut:
Pembobotan untuk data kualitatif untuk pernyataan favorable dinyatakan
dalam skala seperti pada tabel 3.12.
Tabel 3.12 Bobot Pernyataan Favorable
Kategori Bobot
SS 4
S 3
TS 2
STS 1
(Suherman,1990)
Sebaliknya untuk pernyataan unfavorable dinyatakan dalam skala seperti
pada tabel 3.13.
Tabel 3.13 Bobot Pernyataan Unfavorable
Kategori Bobot
SS 1
S 2
TS 3
STS 4
(Suherman,1990)
Kemudian dilakukan penghitungan rata-rata skor dengan menggunakan