• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) MELALUI PENDEKATAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) MELALUI PENDEKATAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Muhamad Imanudin, 2013

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) MELALUI PENDEKATAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer

Oleh : Muhamad Imanudin

0902132

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(2)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE

(TPS) MELALUI PENDEKATAN INKUIRI BERBANTUAN

MULTIMEDIA PEMBELAJARAN DALAM UPAYA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA

MATA PELAJARAN TIK

Oleh

Muhamad Imanudin

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Muhamad Imanudin 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Muhamad Imanudin, 2013

LEMBAR PENGESAHAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) MELALUI PENDEKATAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

SKRIPSI

Oleh :

Muhamad Imanudin

NIM. 0902132

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing 1,

Drs. Waslaludin, M.T NIP. 196302071991031002

Pembimbing 2,

Prof. Dr. H. Munir, M.IT. NIP. 196603252001121001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Komputer

(4)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian eksperimen semu mengenai implementasi model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) yang dilakukan melalui pendekatan Inkuiriberbantuan multimedia pembelajaran dalam mengatasi rendahnya hasil belajar TIK di tingkat SMP/MTs. Penelitian ini dilakukan untuk menguji seberapa jauh peningkatkan hasil belajar kognitif siswa dengan implementasi model pembelajaran TPS melalui pendekatan Inkuiri berbantuan multimedia pada topikmateri perangkat pengolah angka Ms. Excel 2007mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan bagaimana pengembangan multimedia model pembelajaran TPS melalui pendekatan Inkuiri. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelasVIII di MTs Negeri Palimanan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Desain penelitian menggunakan non-equivalent control group design yang akan dilakukan pada satu kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran TPS melalui pendekatan inkuiri berbantuan multimedia pembelajaran dan satu kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional yang biasa digunakan di sekolah.Penelitian mendapatkan hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen gain rata-rata sebesar 35,56 dan nilai <g> sebesar 0,52 pada klasifikasi sedang, sedangkan untuk kelas kontrol gain rata-rata sebesar 20,69 dan nilai <g> sebesar 0,31pada klasifikasi sedang. Rata-rata gain yang dinormalisasi <g> dari tes hasil belajar pada ranah kognitif kemudian dilakukan pengujian perbedaan dua rata-rata serta pengujian hipotesis satu pihak dengan taraf signifikansi 5% didapatkan hasil

thitung8,74>ttabel1,99 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

signifikan peningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Sikap siswa terhadap model pembelajaranTPS melalui pendekatan inkuiri berbantuan multimedia pembelajaran menunjukkan hasil yang positif.

(5)

ii ABSTRACT

The quasi-experimentalresearchabout implementation ofThink-Pair-Share (TPS) learningmodel trough inquiryapproach assestedlearning multimedia toovercomes lowlearningoutcomesin degree of SMP/MTs has been done. This experiment was didtoexaminehow far theimprovement ofcognitive learningoutcomesof studentswithimplementation of TPS learning modelthrough inquiryapproach assested learning multimediaon materials of spreadsheetdevicenamely MsExcel 2007on lesson of InformationandCommunicationTechnology(ICT) andhow thedevelopment ofmultimediaof TPSlearning modelthroughinquiryapproach. Theresearch conducted on8th grade studentsat MTsPalimanan, Cirebon District, West Java. The researchdesignusenon-equivalent control group designwhich oneinaexperimental classusing TPS learning modelthroughinquiry approachassested learning multimediaandthe other one acontrol classusingconventional learningwhich usuallyusedinschools. Theresearchresults is cognitivelearning outcomes of studentsinthe experimental classhave gain index mean value is35.56and<g>valueis0.52on the classification ofmedium, while thegain index mean value ofcontrolclass is20.69and<g>valueis 0,31 onclassificationmedium. The normalizedgain<g>meanvalue fromcognitivelearning outcomes testthen testingindependent sample t test of one tailed using significance of 5%, it get t8.74>ttable1.99 socanbe concluded that theresignificantdifference onimprovement ofcognitive learning outcomes in theexperimental classwiththe controlclass. The student’s attitudes show positive attitude to Think-Pair-Share (TPS) learningmodel trough inquiryapproach assestedlearning multimedia.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Batasan Masalah ... 8

1.4. Tujuan Penelitian ... 9

1.5. Manfaat Penelitian ... 9

1.6. Definisi Operasional ... 10

1.7. Hipotesis Penelitian ... 13

BAB IIKAJIAN TEORI 2.1 Pembelajaran Kooperatif ... 14

2.2 Think-Pair-Share(TPS) ... 15

2.3 Pendekatan Inkuiri ... 17

2.4 Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) melalui Pendekatan Inkuiri ... 21

2.5 Multimedia Pembelajaran ... 22

2.5.1 Definisi Multimedia ... 22

2.5.2 Karakteristik media dalam Multimedia Pembelajaran ... 23

2.5.3 Multimedia Berbasis Komputer ... 26

(7)

vi

Muhamad Imanudin, 2013

2.6 Metodologi Pengembangan Multimedia ... 33

2.7 Hasil Belajar Kognitif ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengembangan Multimedia Pembelajaran... 38

3.2 Metode dan Desain Penelitian ... 40

3.3 Populasi dan Sampel ... 40

3.4 Bahan Ajar ... 41

3.4.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 41

3.4.2. Multimedia Pembelajaran ... 41

3.5 Instrumen Penelitian ... 41

3.5.1. Instrumen Tes ... 42

3.5.2. Instrumen Non-Tes ... 42

3.5.2.1.Angket ... 42

3.5.2.2.Lembar Observasi ... 42

3.6 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 43

3.7 Uji Coba Instrumen ... 45

3.7.1. Validitas ... 45

3.7.2. Reliabilitas ... 46

3.7.3. Daya Pembeda ... 47

3.7.4. Indeks Kesukaran ... 47

3.8 Hasil Uji Coba Instrumen ... 48

3.8.1. Analisis Validitas Instrumen ... 49

3.8.2. Analisis Reliabilitas Instrumen... 50

3.8.3. Analisis Daya Pembeda ... 50

3.8.4. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 51

3.9 Analisis Data ... 53

3.9.1. Data Kuantitatif ... 53

3.9.1.1.Data Skor Tes ... 53

(8)

3.9.1.3.Uji homogenitas dengan menggunakan distribusi F ... 57

3.9.1.4.Uji-t ... 57

3.9.1.5.Uji Wilcoxon ... 58

3.9.2. Data Kualitatif ... 59

3.9.2.1.Angket ... 59

3.9.2.2.Lembar Observasi ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HasilPenelitian ... 62

4.1.1 Pengembangan Multimedia PembelajaranSebagaiAlat Bantu padaModel PembelajaranThink-Pair-Share (TPS) MelaluiPendekatanInkuiri ... 62

4.1.2 PelaksanaanPenelitian ... 71

4.1.3 Hasil BelajarRanahKognitif ... 73

4.1.4 ResponSiswaTerhadap Model PembelajaranThink-Pair-Share MelaluiPendekatanInkuiriBerbantuan Multimedia Pembelajaran . 78 4.2 Pembahasan ... 81

4.2.1 Pelaksanaan Pembelajaran ... 81

4.2.2 Hasil Belajar pada Ranah Kognitif ... 82

(9)

viii

Muhamad Imanudin, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 87

5.2 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

LAMPIRAN-LAMPIRAN : LAMPIRAN A. STUDI PENDAHULUAN ... 92

LAMPIRAN B. PERANGKAT PEMBELAJARAN ... 96

LAMPIRAN C. INSTRUMEN PENELITIAN ... 140

LAMPIRAN D. ANALISIS TES UJI COBA ... 202

LAMPIRAN E. ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN ... 213

LAMPIRAN F. DOKUMENTASI PENELITIAN ... 226

(10)

DAFTAR TABEL

1.1 Langkah-Langkah Model PembelajaranThink-Pair-Share

(TPS)melaluiPendekatanInkuiri ... 11

3.1 KriteriaValiditasButirSoal ... 45

3.2 KriteriaReliabilitasTes ... 46

3.3 KlasifikasiDayaPembeda ... 47

3.4 KlasifikasiIndeksKesukaran ... 48

3.5 RekapitulasiAnalisisValiditasButirSoalUjiInstrumenPertama ... 49

3.6 RekapitulasiAnalisisValiditasButirSoalUjiInstrumenKedua ... 49

3.7 RekapitulasiDayaPembedaButir SoalInstrumen Uji Instrumen Pertama ... 51

3.8 RekapitulasiDayaPembedaButir SoalInstrumen Uji Instrumen Kedua .... 51

3.9 Rekapitulasi Tingkat KesukaranButirSoalUjiInstrumenPertama ... 52

3.10 Rekapitulasi Tingkat KesukaranButirSoalUjiInstrumenKedua ... 52

3.11 Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi ... 53

3.12 Bobot Pernyataan Favorable ... 59

3.13 Bobot Pernyataan Unfavorable... 59

3.14 Kriteria Persentase Pernyataan ... 60

4.1 RekapitulasiHasilPenyebaranAngketKesulitanBelajarSiswapada Mata Pelajaran TIK... 63

4.2 JadwalPelaksanaanPenelitian ... 71

4.3 PersentaseKeterlaksanaan Model PembelajaranThink-Pair-Share melaluipendekataninkuiriBerbantuan Multimedia Pembelajaran... 73

(11)

x

Muhamad Imanudin, 2013

4.5 HasilUjiNormalitas Gain HasilBelajarpadaRanahKognitif ... 76

4.6 HasilUjiHomogenitasVariansi Data Gain

HasilBelajarpadaRanahKognitif ... 76

4.7 HasilUjiHipotesisMenggunakanUji-t ... 77

4.8 PersentaseRekapitulasiHasilResponSiswaTerhadapModel

PembelajaranThink-Pair-Share melaluipendekataninkuiriBerbantuan Multimedia Pembelajaran ... 78

(12)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Start Page atau Halaman Awal Macromedia Flash 8 ... 30

2.2 User Interface Macromedia Flash 8 ... 30

2.3 Actionscript Macromedia Flash 8 ... 33

3.1 PolaDesainPenelitian ... 40

3.2 AlurPenelitian ... 44

3.3 AlurUjiStatistik ... 54

4.1 Bagan multimedia dalamtiapfase model pembelajaranThink-Pair-Share melaluipendekataninkuiri ... 66

4.2 Flowchart Multimedia PembelajaranSebagaiAlat Bantu Model PembelajaranThink-Pair-Share melaluipendekataninkuiri ... 68

4.3 StoryboardTampilan Menu UtamaMultimedia Pembelajaran... 69

4.4 StoryboardTampilanMateriMultimediaPembelajaran ... 69

4.5 Diagram BatangNilai Rata-rata KelompokEksperimendanKelompokKontrol ... 75

4.6 Diagram BatangKeterlaksanaan Model PembelajaranThink-Pair-Share MelaluiPendekatanInkuiriBerbantuan Multimedia PembelajaranOleh Guru... 81

(13)

Muhamad Imanudin, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu hal yang penting dalam tatanan kehidupan

manusia. Pendidikan bermula disaat manusia terlahir dan berlangsung seumur

hidup dengan tujuan agar menjadi manusia berkembang yang berguna bagi

masyarakat, bangsa, dan negara. Hal ini tertuang dalam Undang – Undang No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sanjaya,2009:2) yang

menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan diperoleh dari proses pembelajaran. Pembelajaran berasal dari

kata dasar belajar. Belajar adalah aktifitas yang didalamnya terdapat proses

dimana yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, yang tidak mengerti menjadi

mengerti. Menurut Gagne (Hariyanto,2010) menyatakan bahwa:

Belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perlikau yang bersifat naluriah.

Salah satu sarana seseorang untuk mengalami perubahan tersebut adalah

melalui jenjang pendidikan formal yaitu sekolah. Oleh karena

kemajuan-kemajuan orang terdidik di masa depan salah satunya adalah bergantung pada

belajar mereka di sekolah di masa sekarang maka keberhasilan proses

pembelajaran di sekolah menjadi tujuan utama dari pendidikan di Indonesia. Hal

ini dapat di ukur dari penilaian hasil belajar siswa di sekolah sehingga dapat

(14)

Pembagian jenis mata pelajaran di sekolah merupakan hal yang sangat

penting mengingat banyaknya bidang kajian ilmu sesuai dengan perkembangan

jaman serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) merupakan salah satu kajian ilmu yang terdapat dalam

kurikulum pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar (2006:211) menyatakan bahwa:

Memasuki abad ke-21, bidang teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan pesat yang dipicu oleh temuan dalam bidang rekayasa material mikroelektronika.Perkembangan ini berpengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan, bahkan perilaku dan aktivitas manusia kini banyak tergantung kepada teknologiinformasi dan komunikasi. Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasidimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu mengantisipasi pesatnyaperkembangan tersebut.

Melihat perkembangan dunia kerja secara global yang dewasa ini

didominasi oleh kinerja perkembangan teknologi, maka mata pelajaran TIK

menjadi tumpuan utama dalam mempersiapkan generasi yang matang dalam

persaingan mencari atau menciptakan lapangan pekerjaan. Sebagaimana

berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (2006:211) :

Mata pelajaran ini perlu diperkenalkan, dipraktikkan dan dikuasai peserta didik sedini mungkin agar mereka memiliki bekal untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan global yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat. Untuk menghadapi perubahan tersebut diperlukan kemampuan dan kemauan belajar sepanjang hayat dengan cepat dan cerdas. Hasil-hasil teknologi informasi dan komunikasi banyak membantu manusia untuk dapat belajar secara cepat. Dengan demikian selain sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk merevitalisasi proses belajar yang pada akhirnya dapat mengadaptasikan peserta didik dengan lingkungan dan dunia kerja.

Berdasarkan tujuan tersebut belajar TIK merupakan sesuatu yang

penting.Maka yang harus diperhatikan dari proses belajar mata pelajaran TIK

adalah hasil belajar TIK itu sendiri sebagai indikator berhasil tidaknya

(15)

3

Muhamad Imanudin, 2013

Beberapa hasil penelitian mengindikasikan masih rendahnya hasil belajar

TIK. Pertama, hasil penelitian Azimatul (2010) terhadap SMP Negeri 4 Jombang

terdapat salah satu masalah rendahnya hasil belajar TIK yang dilihat dari nilai

rata-rata kelas pada mata pelajaran TIK untuk KD 2.2 dibawah KKM 65 yaitu

57,64. Dari 32 siswa hanya 12 siswa yang telah memenuhi SKM.

Kedua, hasil penelitian Lubis (2010) terhadap SMP Negeri 1 Babalan, pada

tiga tahun terakhir di sekolah ini tercatat bahwa pada tahun pelajaran 2006/2007

terdapat 40% siswa tidak tuntas dengan KKM sebesar 65, kemudian tahun

pelajaran 2007/2008 terdapat 50% siswa tidak tuntas dengan KKM sebesar 65 dan

pada tahun pelajaran 2008/2009 terdapat 55% siswa tidak tuntas dengan KKM

sebesar 60. Hasil belajar seperti itu memperlihatkan masih minimnya kompetensi

siswa untuk dapat menyerap materi pelajaran, setelah diteliti ternyata alasannya

adalah dikarenakan jumlah siswa yang banyak sementara guru kurang mampu

memberikan bantuan individu kepada setiap siswa karena pendekatan

pembelajaran yang berpusat di guru, semua siswa di dalam kelas bergantung

kepada guru, dengan kondisi setiap individu siswa yang berkemampuan heterogen

akan sangat sulit bagi guru untuk melayani perbedaan tersebut, karena ada siswa

yang memiliki kemampuan menyerap yang baik ada juga yang tidak.

Ketiga, hasil penelitian Suparwo(2012) terhadap kelas 7 SMPN 6 Rembang

Kabupaten Rembang, dalam kegiatan pembelajaran di sekolah tersebut guru

melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran tradisional yaitu

model pembelajaran konvensional sehingga materi pembelajaran tidak

kontekstual dan kinerja siswa rendah, baik pada proses maupun produk

belajarnya.

Rendahnya hasil belajar juga terungkap dengan meninjau kenyataan yang

ada di lapangan,data hasil belajar yang terdapat di MTs Negeri Palimanan

menunjukkan hasil belajar yang rata-rata masih di bawah standar kelulusan siswa

pada mata pelajaran TIK. Sebagai sampel melihat hasil dalam Ujian Akhir

Semester Ganjil kelas VIIIF hanya 4 siswa yang lulus dari 35 siswa pada Kriteria

(16)

belum tercapai setelah proses pembelajaran. Dari hasil wawancara terhadap

seorang guru TIK di MTs negeri Palimanan, disamping faktor lingkungan dan

faktor ekonomi keluarga siswa yang rata-rata dari kalangan menengah ke bawah,

terungkap bahwa guru disekolah tersebut masih menggunakan metode

pembelajaran praktikum dengan ceramah dalam pembelajaran TIK di sekolah.

Dari penemuan-penemuan di atasdapat dipahami bahwa terjadinya

kegagalan dalam proses belajar mengajar. Sebagaimana menurut Wahyuni &

Maureen (2010:77) :

Permasalahan yang terjadi pada proses belajar mengajar dapat diketahui dari hasil akhir pembelajaran yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan suatu tujuan pembelajaran. Salah satu hasil belajar yang menjadi tolak ukur adalah nilai. Proses belajar mengajar dikatakan gagal apabila hasil akhir yang diperoleh siswa melalui tes tidak sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Dari penemuan-penemuan di atas pula, guru menerapkan metode

pembelajaran konvensional sehingga pemberian materi berpusat pada guru. Siswa

hanya dituntut untuk menerima materi yang diberikan oleh guru yang

menyebabkan siswa tidak aktif. Padahal dengan kenyataan kemampuan

masing-masing siswa yang tidak homogen, seharusnya guru memberikan ruang kepada

masing-masing siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran agar masing-masing

siswa timbul keinginan untuk belajar, sebagaimana menurut Sanjaya (2010:196) “Proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu” . Setelah timbul keinginan untuk belajar maka akan timbul keinginan untuk

menemukan fakta dan konsep sendiri berdasarkan kemampuan masing-masing

siswa sehingga dapat sekaligus melatih kemampuan siswa agar terbiasa aktif,

berpikir secara sistematis, logis dan kritis dibanding hanya mengingat materi yang

guru sampaikan.

Sehubungan dengan permasalahan diatas, maka perlu adanya usaha

perbaikan pada proses pembelajaran di kelas. Faktor yang berpengaruh paling

(17)

5

Muhamad Imanudin, 2013

pengaturan ruang kelas, rekan sebaya, pendanaan, ukuran sekolah dan ruang kelas, atau kepala sekolah”. Oleh karena itu, seharusnya guru kreatif dan inovatif dalam penyampaian pembelajaran di sekolah. Guru perlu menciptakan suasana

belajar sedemikian rupa dan berusaha membantu siswa mencapai tujuan-tujuan

belajar dengan cara menerapkan model dan strategi belajar yang baik. Guru juga

harus melatih siswa untuk dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran baik

dalam interaksi siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Salah satu aktivitas

yang memfasilitasi siswa agar dapat aktif dalam berinteraksi dalam kegiatan

pembelajaran adalah dengan kegiatan kelompok. Pada kegiatan kelompok, antar

siswa dapat saling membelajarkan dengan saling tukar pikiran, pengalaman,

maupun gagasan – gagasan.Dalam pembelajaran, strategi tersebut dikenal sebagai

Cooperative Learning atau model pembelajaraan kooperatif. Pada model

pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu bergantung pada guru, akan tetapi

mereka berlatih untuk percaya kepada kemampuannya sendiri, menemukan

informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa lain sehingga siswa dituntut

untuk aktif.

Model pembelajaran kooperatifakan lebih efektif dalam proses

pembelajaran jika pengelompokkan anggota kelompok berpasangan terdiri dari 2

orang dikarenakan agar adanya optimalisasi kerja masing-masing anggota apabila

anggotanya hanya sedikit, maka diterapkannya model pembelajaran kooperatif

tipe Think-Pair-Share(TPS), selain optimalisai kerja antar anggota kelompok

yang hanya terdiri dari 2 orang, keefektifan model pembelajaranThink-Pair-Share

(TPS) ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja

sama dengan siswa lain sehingga mereka benar-benar dituntut untuk aktif.

Adapun penelitian yang relevan terkait dengan penelitian ini yang

menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatifThink-Pair-Share

(TPS)mampu meningkatkan hasil belajar siswa diantaranya adalah sebagai berikut

:

(18)

Pada Konsep Ekosistem”. Dari hasil penelitian tersebut

menunjukkan adanya perbedaan peningkatan pemahaman konsep

yang signifikan antara kelas eksperimen dengan model pembelajaran

Think-Pair-Share dan kelas kontrol dengan model pembelajaran

konvensional. (Iqbal,2005).

 Penelitian yang dilakukan oleh Iin Anggraini dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TPS Untuk Meningkatkan Hasil belajar Biologi Siswa Kelas VII di SMP

Muhammadiah 2 Surakarta”. Mendapatkan kesimpulan bahwa

dengan menerapkan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. (Anggraini,2009).

 Penelitian yang dilakukan oleh Nunur Nurlaela dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Cooperative learning Teknik Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata pelajaran Akutansi”. Mendapatkan kesimpulan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model

pembelajaranThink-Pair-Share (TPS). (Nurlaela,2009).

Model pembelajaranThink-Pair-Share (TPS) ini didekati melalui

pendekatan inkuiri yang merupakan bentuk pendekatan pembelajaran yang

berorientasi pada siswa, pada inkuiri seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk

mencari dan menemukan jawaban sendiri, hal tersebut berguna untuk menunjang

keefektifan pembelajaran siswa pada saat bekerja sendiri atau bekerja kelompok

dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa. Sebagaimana dalam penelitian

Rulianti (2012) terkait pendekatan Inkuiri mampu meningkatkan hasil belajar

siswa adalah : “Penerapan pendekatan inkuiri pada pembelajaran IPA konsep

perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan dapat meningkatkan hasil belajar siswa”.

Keberhasilan dalam proses pembelajaran di sekolah jugamenuntut guru

untuk mengerti cara berpikir siswa agar siswa tidak bosan dan jenuh sehingga

(19)

7

Muhamad Imanudin, 2013

pembelajaran akan sangat membantu dalam hal tersebut. Oemar Malik (Ardiansyah,2011) mengatakan bahwa “Beberapa manfaat dari penggunaan media dalam proses belajar mengajar adalah mengurangi verbalism guru dan memperbesar perhatian siswa dalam proses belajar mengajar”. Pemilihan media pembelajaran harus dipikirkan oleh guru dalam proses pembelajaran di sekolah

dengan tujuan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Salah satu

jenis media pembelajaran yang dapat dipilih untuk berlangsungnya proses

pembelajaran dengan baik agar siswa memberikan perhatian terhadap proses

pembelajaran adalah multimedia. Multimedia merupakan salah satu media

pembelajaran yang bervariatif, dengan adanya berbagai paduan antara teks, suara,

video, animasi, dan interaksi sehingga terjadi kesinambungan penggunaan

pancaindera yang dapat memudahkan materi terserap secara optimal. Munir

(2008:190) mengatakan bahwa:

Kelengkapan media dalam teknologi multimedia melibatkan pendayagunaan seluruh panca indera, sehingga daya imajinasi, kreatifitas, fantasi, emosi peserta didik berkembang ke arah yang lebih baik. Berbagai kajian lepas telah menunjukkan, bahwa proses pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu indera akan lebih efektif dibandingkan hanya satu indera saja

Oleh karena itu, penggunaan media pembelajaran multimedia ini menunjang

dalam proses pembelajaran untuk melibatkan siswa belajar aktif serta menarik

siswa memberikan perhatian dalam pembelajaran dengan model pembelajaran

Think-Pair-Share (TPS)melalui pendekatan inkuiri.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti terdorong untuk melakukan

penelitian dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Think-Pair-Share

(TPS) Melalui Pendekatan Inkuiri Berbantuan Multimedia Pembelajaran

Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada Mata

(20)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

perumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanapengembanganmultimediasebagai alat bantumodel

pembelajaranThink-Pair-Share(TPS) melalui pendekatan inkuiri pada mata

pelajaran TIK?

2. Apakah terdapat perbedaan signifikan antara peningkatan hasil belajar

kognitif siswa pada mata pelajaran TIK antara siswa yang belajar

denganModel pembelajaran Think-Pair-Share(TPS) melalui pendekatan

inkuiri berbantuan multimedia pembelajaran dengan siswa yang belajar

dengan model pembelajaran konvensional ?

3. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran

Think-Pair-Share(TPS) melalui pendekatan inkuiri berbantuan multimedia

pembelajaran ?

1.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari agar masalah tidak terlalu luas dan menyimpang, maka

dibuat pembatasan masalah yang diteliti sebagai berikut:

1. Pengembanganmultimedia sebagai alat bantu pembelajaran model

pembelajaranThink-Pair-Share (TPS) melalui pendekatan Inkuiri

diindikasikan dariadanyabantuan multimedia

dalambeberapatahappembelajaranThink-Pair-Share(TPS) melalui

pendekatan Inkuiripadakelaseksperimen. Multimedia sebagai bahan

ajardimaksudkanuntukmembantu agar tiaptahapandalam model

pembelajarandapattersampaikansecara optimal.

2. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa dilihat dari gain rata-rata skor

pretes – postes antara kelas eksperimen yang menggunakan model

(21)

9

Muhamad Imanudin, 2013

berbantuan multimedia pembelajaran dan kelas kontrol yang menggunakan

model pembelajaran konvensional.

3. Materi yang terdapat dalam bahan ajar pada penelitian ini adalah materi

yang dipelajari di MTs kelas VIII pada semester genap yaitu perangkat

lunak pengolah angka Ms. Excell2007.

4. Penelitian ini meneliti hasil belajar kognitif yang meliputi aspek recall /

ingatan (C1), aspek comphrehension / pemahaman (C2), dan Application /

penerapan (C3) disesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar yang akan dibahas.

5. Instrumen soal yang dikembangkan berbentuk tes pilihan ganda berjumlah

20 soal dengan empat pilihan jawaban pada setiap soalnya.

1.4 Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian iniadalah untuk mengetahui:

1. Bagaimanapengembanganmultimedia sebagai alat bantu pembelajaran

model pembelajaranThink-Pair-Share (TPS) melalui pendekatan Inkuiri

padamatapelajaran TIK.

2. Apakah terdapat perbedaan signifikan antara peningkatan hasil belajar

kognitif siswa pada mata pelajaran TIK antara siswa yang belajar dengan

model pembelajaran Think-Pair-Share(TPS) melalui pendekatan inkuiri

berbantuan multimedia pembelajaran dengan siswa yang belajar dengan

model pembelajaran konvensional.

3. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran

Think-Pair-Share(TPS) melalui pendekatan inkuiri berbantuan multimedia

pembelajaran.

1.5 Manfaat Penelitian

(22)

1. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk siswa, khususnya yang

mengalami kesulitan dalam mempelajari pelajaran TIK.

2. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masukan dalam memperluas

pengetahuan dan wawasan mengenai model pembelajaranThink-Pair-Share

(TPS) melalui pendekatan Inkuiri berbantuan multimedia dalam

mengajarkan TIKyang merupakan salah satu model mengajar alternatif dan

upaya untuk meningkatkan hasil siswa.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan yang baik dan

berguna bagi sekolah itu sendiri dalam rangka perbaikan hasil belajar

kognitif siswa pada mata pelajaran TIK pada pada khususnya.

4. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian, rujukan, atau pembanding

bagi penelitian yang sedang atau akan dilakukan.

1.6 Definisi Operasional

Sesuai dengan judul penelitian, terdapat istilah yang perlu diberikan

penjelasan untuk menyamakan persepsi dalam penelitian ini. Penjelasan istilah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Model Pembelajaran Think-Pair-Share(TPS)

Model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) termasuk kedalam model

pembelajaran kooperatif yang didalam proses pembelajarannya dilakukan

pengelompokan peserta didik yang terdiri dari dua orang. Langkah-langkah

model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)terdiri dari lima langkah,

dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu think, pair, dan share

adalah pendahuluan, think, pair, share, penutup.

2. Pendekatan Inkuiri

Pendekatan inkuiri adalah suatu bentuk pendekatan pembelajaran yang

(23)

11

Muhamad Imanudin, 2013

masalah yang dihadapinya. Pendekatan ini terdiri dari 6 tahap yaitu :

orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan

data, menguji hipotesis dan merumuskan kesimpulan.

3. Multimedia Pembelajaran

Multimedia pembelajaran adalah alat bantu selama proses pembelajaran.

Multimedia pembelajaran terdiri dari teks berupa materi, video, suara,

animasi dan interaksi dari siswa.

4. Pengembangan multimedia didasarkanpadametodepengembangan

multimedia yang diadopsidariMunir (2008: 195), yang terdiri dari 5 tahapan,

yaitu analisis, desain, pengembangan, implementasi, evaluasi.

5. Think-Pair-ShareMelalui Pendekatan Inkuiri Berbantuan Multimedia

Kelima tahapan pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Share (TPS)melalui pendekatan Inkuiri berbantuan multimedia

dapat dilihat pada tabel 1.1, yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.1

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) melalui

Pendekatan Inkuiri

- Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu

untuk tiap kegiatan.

- Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai

oleh siswa.

- Guru menjelaskan topik dan tujuan pembelajaran.

- Guru menjelaskan pentingnya topik pembelajaran

dan hasil belajar siswa.

Orientasi

- Guru memberikan materi pembuka yang

menunjang dengan materi yang akan disampaikan.

(24)

kegiatan demonstrasi pada perangkat pengolah

angka Microsoft Excell.

- Guru memberikan Multimedia Pembelajaran

kepada siswa sebagai sarana pembelajaran yang

didalamnya terdapat sebuah atau beberapa

permasalahan.

Tahap 2

Think

- Guru memberikan permasalahan kepada siswa

yang terdapat dalam multimedia.

- Guru memberikan waktu kepada siswa

menganalisis permasalahan yang tertuang dalam

multimedia secara individu.

Merumuskan

Masalah

- Guru memberikan waktu kepada siswa untuk

menjawab pertanyaan yang tertuang dalam

multimedia secara individu.

Mengajukan

Hipotesis

Tahap 3

Pair

- Guru mengelompokkan siswa dengan teman

disampingnya.

- Guru memberikan waktu kepada siswa untuk

berdiskusi dengan pasangannya terkait permasalahan

yang akan dipecahkan.

Mengumpulkan

Data

Tahap 4

Share

- Guru memandu dan menunjuk satu pasang siswa

secara acak untuk dipanggil ke depan dan berbagi

pendapat kepada seluruh siswa di kelas.

- Guru memandu dan memberikan kesempatan

kepada kelompok yang lain untuk memberikan

tanggapan mengenai jawaban kelompok yang

dijelaskan sebelumnya.

Menguji

Hipotesis

Tahap 5

Penutup

- Guru memberikan klarifikasi terhadap jawaban

yang telah dijawab oleh siswa.

- Siswa dinilai secara individu dan kelompok

Merumuskan

(25)

13

Muhamad Imanudin, 2013

- Siswa diberikan penghargaan atas jawabannya

6. Hasil Belajar Kognitif

Berdasarkan Taksonomi Bloom (Suherman & Sukjaya,1990:031) , hasil

belajar kognitif mencakup 6 aspek yang terdiri dari Recall/ Ingatan (C1),

Comphrehension/ Pemahaman (C2), Application/ Penerapan (C3), Analysis/

Analisis (C4), Synthesis/ Sintesis (C5), Evaluation/ Evaluasi (C6).

7. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif

Peningkatan hasil belajar kognitif siswa diindikasikan oleh peningkatan skor

hasil postest terhadap pretest dari soal pilihan ganda antara kelas kontrol

dan eksperimen. Perhitungan pengaruh peningkatan adalah dengan

pengujian hipotesis satu pihak dari uji perbedaan dua rata-rata antara kedua

kelas tersebut.

1.7 Hipotesis

Setelah melakukan kajian teori, maka didapatkan hipotesis penelitiansebagai

berikut:

H0 Tidak ada perbedaan signifikan antara peningkatan hasil belajar

ranahkognitif setelah diterapkan model pembelajaran

Think-Pair-Share(TPS) melalui pendekatan Inkuiri berbantuan

multimediapembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.

H1 Ada perbedaan signifikan antara peningkatan hasil belajar

ranahkognitif setelah diterapkan model pembelajaran

Think-Pair-Share(TPS) melalui pendekatan Inkuiri berbantuan

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pengembangan Multimedia Pembelajaran

Pengembangan multimedia didasarkan pada metode pengembangan

multimedia yang diadopsi dari Munir (2008: 195) sebagaimana telah dipaparkan

pada kajian teoritik.Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengembangan

instrumen multimedia pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Tahap I. Analisis

Analisis merupakan langkah awal dalam pembuatan multimedia. Menurut

Munir (2008: 196), pada tahap ini ditetapkan tujuan pengembangan software, baik

bagi pelajar, guru dan maupun bagi lingkungan.Dalam tahapan ini, hal pertama

yang dilakukan adalah studi literatur dengan cara mempelajari kurikulum TIK di

sekolah bersama dengan guru dan wawancara terhadap guru TIK di sekolah.

Setelah itu, permasalahan yang didapat dianalisis untuk mencari beberapa solusi

alternatif sesuai dengan tujuan pencapaian dari pembuatan multimedia.

2. Tahap II. Desain

Setelah memperoleh beberapa alternatif pemecahan masalah, penulis

memilih salah satu model pembelajaran Tink-Pair-Share melalui pendekatan

Inkuiri sebagai salah satu pemecahan masalahnya untuk pencapaian

tujuan.Penulis membutuhkan alat bantu dalam penyampaian materi dalam

penerapan model pembelajaranTink-Pair-Share melalui pendekatan Inkuiri. Maka

dari itu, penulis memilih multimedia sebagai alat bantu model pembelajaran

Tink-Pair-Share melalui pendekatan Inkuiri dalam penyampaian materi. Desain

multimedia dirancang berdasarkan tahap-tahap model pembelajaran

Tink-Pair-Share melalui pendekatan Inkuiridan disesuaikan materinya dengan RPP yang

telah dibuat. RPP terlebih dahulu dibimbingkan melalui proses bimbingan dengan

pembimbing skripsi.

3. Tahap III. Pengembangan

(27)

39

akan dijadikan acuan dalam pembuatan multimedia pembelajaran. Selain itu, pada

tahapan ini penulis mempertimbangkan beberapa unit yang akan dituangkan

dalam multimedia pembelajaran, seperti suara, audio, video, grafik, animasi , teks,

dan kegiatan pembelajaran di dalamnya. Setelah selesai, multimedia pembelajaran

yang telah dibuat kemudian dinilai oleh ahli multimedia.Hal ini berdasarkan

pendapat Munir (2008:199) yang mengemukakan bahwa setelah pengembangan

software selesai, maka penilaian terhadap unit-unit software tersebut dilakukan

dengan menggunakan rangkaian penilaian software multimedia.Hasil penilaian

oleh ahli akandiperbaiki jika ahli mengemukakan kekurangan dalam multimedia

pembelajaran sebelum digunakan sebagai alat bantu model pembelajaran

Tink-Pair-Share melalui pendekatan Inkuiri.

4. Tahap IV. Implementasi

Pada tahap implementasi, multimedia pembelajaran yang sah, sudah di

revisi (jika terdapat kekurangan yang dikemukakan oleh ahli) dan sudah

menghadapi judgement akan digunakan sebagai alat bantu pembelajaran model

Tink-Pair-Share melalui pendekatan Inkuiri di kelas eksperimen. Peserta didik

dapat menggunakan software multimedia di dalam kelas secara kreatif dan

interaktif melalui pendekatan individu atau kelompok (Munir, 2008: 200).

Pengimplementasian multimedia dilakukan pada saat pemberian perlakuan

sebagai alat bantu dalam penyampaian materi pada penelitian yaitu setelah pretes

dan sebelum postes dengan guru sebagai fasilitator dan mengontrol peserta didik

secara objektif.

5. Tahap V. Evaluasi

Pada tahap ini penulis melakukan evaluasi terhadap multimedia

pembelajaran untuk mengetahui secara pasti kelebihan dan kelemahan software

yang telah dikembangkandengan cara menganalisis keberhasilan dan

efektivitasnya sebagai alat bantu model pembelajaran Tink-Pair-Share melalui

pendekatan Inkuiridan melihat respon siswa terhadap multimedia itu sendiri.

Keberhasilan dan efektivitas diperoleh dari analisis peningkatan pretes dan postes

pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Respon siswa

(28)

3.2 Metode dan Desain Penelitian

Penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat dalam penelitian. Namun dalam dunia pendidikan di

sekolah, penelitian ini tidak selalu memungkinkan mengingat penelitian

eksperimen dilakukan dengan cara melakukan subjek secara acak. Hal ini

dikarenakan subjek penelitian di sekolah telah terbentuk secara utuh dalam satuan

kelas. Terkait hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan kuasi eksperimen

atau eksperimen semu. Penelitian kuasi eksperimen dilakukan untuk

memungkinkan pemberian perlakuan dalam satu kelompok belajar yang sudah

terbentuk (kelas), bukan pemilihan secara acak.

Desain penelitian yang akan dilakukan menggunakannon-equivalent control

group design(Russefendi,2001) yang akan dilakukan pada satu kelas eksperimen

yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran

Think-Pair-Sharemelalui pendekatan inkuiri berbantuan multimedia pembelajaran dan kelas

kontrol yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional atau

pembelajaran biasa. Desain Penelitiannya dapat di lihat di bawah ini :

O X O

O O

Gambar 3.1 Pola Desain Penelitian

(Russefendi,2001)

Keterangan :

O = Pre-test, post-test

X = Perlakuan menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share

melalui pendekatan inkuiri berbantuan multimedia

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas VIII MTs Negeri

(29)

41

random sampling (sampel acak), akan menyulitkan peneliti. Maka sampel yang

dijadikan subjek penelitian ini diambil menggunakan teknik Purposif Sampling

(Sudjana,2005) dengan memilih 2 kelas yang sudah terbentuk untuk dijadikan

kelas kontrol dan kelas eksperimen. Purposif Sampling merupakan teknik

pengambilan sampel bertujuan. Dikatakan bertujuan dalam penelitian ini

dikarenakan bertujuan untuk mengetahui pengaruh hasil belajar siswa dengan

menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share melalui pendekatan inkuiri

berbantuan multimedia pembelajaran. Sehingga pertimbangan peneliti dalam

penentuan sampel terhadap tujuan penelitian menjadi tolok ukur dalam pemilihan

sampel penelitian. Menurut Sudjana (2005:168) : “Sampling Porpusif terjadi

apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau

pertimbangan peneliti”.

3.4 Bahan Ajar

3.4.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajarran (RPP) disusun untuk tiga

pertemuan, dimana masing-masing kelas kontrol tiga pertemuan dengan

model pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen tiga pertemuan

dengan model pembelajaran Think-Pair-Share melalui pendekatan inkuiri

berbantuan multimedia pembelajaran.

3.4.2 Multimedia Pembelajaran

Multimedia pembelajaran dikembangkan sebagai alat bantu pembelajaran

pada kelas eksperimen. Sedangkan kelas kontrol hanya dengan model

pembelajaran konvensional tanpa alat bantu pembelajaran.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen sebagai alat evaluasi hendaknya dapat mengukur keberhasilan

dalam proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana menurut Suherman

(1990:009) : “Fungsi evaluasi sebagai alat pengukur keberhasilan adalah untuk

mengukur seberapa jauh tujuan instruksional dapat dicapai setelah kegiatan

(30)

Hal ini juga dapat dijadikan acuan untuk dijadikan syarat dalam perbaikan

proses pembelajaran selanjutnya, ketika hasil pembelajaran masih kurang dari

tujuan yang diharapkan.

Instrumen dalam penelitian ini disusun menjadi dua jenis, yaitu :

3.5.1 Instrumen Tes

Instrumen tes digunakan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran

pada ranah kognitif siswa. Instrumen tes dalam penelitian ini berbentuk tes

soal pilihan ganda berjumlah 20 soal, dimana jumlah soal

kemampuaningatan (C1), pemahaman (C2), dan aplikasi (C3) disesuaikan

dengan indikator pembelajaran.

3.5.2 Instrumen Non-Tes

3.5.2.1. Angket

Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap

pembelajaran dengan model pembelajaran Think-Pair-Share melalui

pendekatan inkuiri berbantuan multimedia pembelajaran. Angket yang

dibuat mengacu pada skala sikap yang merupakan sekumpulan

pernyataan yang harus dilengkapi oleh responden dengan memilih

jawaban atau menjawab pertanyaan melalui jawaban atau menjawab

pertanyaan melalui jawaban yang sudah disediakan atau melengkapi

kalimat dengan jalan mengisi.

Angket skala sikap yang digunakan adalah skala sikap tertutup artinya

alternatif jawaban yang sudah disediakan dan siswa hanya tinggal

memilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pendapatnya.

Skala sikap ini terdapat dan terdiri pernyataan yang berupa pernyataan

negatif, yang disusun menurut skala sikap dan model skala sikap yang

digunakan adalah skala sikap Likert (Suherman,1990). Pilihan jawaban

dari setiap pernyataan ada 4 yaitu sangat setuju (SS), Setuju (S), tidak

setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).

3.5.2.2. Lembar Observasi

(31)

43

oleh guru dan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Instrumen

observasi keterlaksanaan pembelajaran berbentuk checklist(√), artinya

observer hanya memberikan tanda checklist jika kriteria yang dimaksud

dalam format observasi terlaksana.

3.6 Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Membuat rancangan penelitian dilanjutkan dengan proposal

penelitian.

b. Perizinan penelitian.

c. Menyiapkan RPP dan skenario pembelajaran.

d. Menyusun instrumen penelitian.

Dalam tahap ini penyusunan instrumen termasuk dalam pembuatan

multimedia yang akan digunakan dalam proses penelitian dalam kelas.

e. Judgement

Judgement instrumen, RPP beserta multimedia kepada dosen

Pendidikan Ilmu Komputer dan guru TIK di sekolah yang akan

diujikan.

f. Melakukan Uji Coba Instrument untuk mengetahui tingkat kesukaran,

daya pembeda, validitas dan reliabilitas.

g. Melakukan Revisi atau perbaikan instrumen

Jika pada tahap judgement dinyatakan kurang layak untuk

diujicobakan atau pada tahap ujicoba mendapat hasil yang kurang

signifikan dalam tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan

reliabilitas.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen.

c. Memberikan post-test setelah pembelajaran.

(32)

3. Tahap Analisis Data

a. Mengolah dan menganalisis data hasil pre-test dan post-test.

b. Menganalisis hasil penelitian.

4. Tahap Pembuatan Kesimpulan

a. Membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis

penelitian yang telah dirumuskan.

b. Membuat saran.

Diagram alur Prosedur penelitian:

perbaikan Membuat rancangan

penelitian beserta proposal

Perizinan penelitian

Menyiapkan RPP dan skenario pembelajaran

Menyusun instrumen

Mengolah data

Menganalisis data

Merumuskan kesimpulan Kelas eksperimen

pre-test

post-test

Memberikan perlakuan

Kelas kontrol

pre-test

post-test Judgement

Uji Coba Instrumen

(33)

45

3.7 Uji Coba Instrumen

Instrumen merupakan alat evaluasi terhadap pembelajaran. Maka dari itu

pembuatan instrumen harus tepat sesuai indikator pada pembelajaran. Menurut

Suherman (1990:134), “untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik tentunya diperlukan alat evaluasi yang kualitasnya baik pula”.Pembuatan instrumen yang baik hendaknya memperhatikan beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Kriteria

yang harus dipenuhi tersebut diantaranya :

3.7.1 Validitas

Validitas alat evaluasi dihitung dengan perhitungan angka kasar (raw

score) (Suherman,1990):

= − ( )

( 2−( )2)( 2− 2)

Keterangan :

: koefesien validitas

: jumlah siswa

: jumlah skor total soal dikalikan jumlah skor total siswa

: jumlah skor total soal

: jumlah skor total siswa

2 : jumlah skor total soal dikuadratkan

2 : jumlah skor total siswa dikuadratkan

Kriteria koefesien validitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 3.1 Kriteria Validitas Butir Soal

Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

0,80 < rxy≤ 1,00 validitas sangat tinggi (sangat baik),

0,60 < rxy≤ 0,80 validitas tinggi (baik),

(34)

Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

0,20 < rxy≤ 0,40 validitas rendah (kurang),

0,00 < rxy≤ 0,20 validitas sangat rendah, dan

rxy≤ 0,00 tidak valid.

(Suherman,1990)

3.7.2 Reliabilitas

Reliabilitas soal tipe pilihan ganda dihitung dengan menggunakan rumus

KR-20 (Suherman, 1990):

11 = −

1

� 2

�2

Keterangan :

11 : koefisien reliabilitas alat evaluasi

n : banyak butir soal

: proporsi banyak subjek yang menjawab benar pada butir

soal ke-i

: proporsi banyak subjek yang menjawab salah pada butir

soal ke-i, jadi = 1−

�2

: varians skor total

Derajat reliabilitas menurut J.P.Guilford (Suherman,1990) :

Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Tes

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

11≤ 0,20 derajat reliabilitas sangat rendah,

0,20 < 11≤ 0,40 derajat reliabilitas rendah,

0,40 < 11≤ 0,60 derajat reliabilitas sedang,

0,60 < 11≤ 0,80 derajat reliabilitas tinggi,

0,80 < 11≤ 1,00 derajat reliabilitas sangat tinggi.

(35)

47

3.7.3 Daya Pembeda

Perhitungan daya pembeda menggunakan teknik korelasi biserial titik

(point biserial correlation) (Suherman,1990) dengan rumus :

= −

Keterangan :

= Indeks Daya Pembeda

= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

= Banyaknya peserta tes kelompok atas

= Banyaknya peserta tes kelompok bawah

Klasifikasi daya pembeda :

Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda

Indeks daya Pembeda Klasifikasi

DP ≤ 0,00 sangat jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 baik

0,70 < DP ≤ 1,00 sangat baik

(Suherman,1990)

3.7.4 Indeks Kesukaran

Derajat kesukaran untuk soal pilihan berganda (Suherman,1990) dihitung

menggunakan rumus :

=

� Keterangan:

(36)

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi indeks kesukaran:

Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Klasifikasi

IK = 0,00 soal terlalu sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 soal sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 soal sedang

0,70 < IK ≤ 1,00 soal mudah

IK = 1,00 soal terlalu mudah

(Suherman,1990)

3.8 Hasil Uji Coba Instrumen

Instrumen yang telah disusunterlebih dahulu dipertimbangkan

(di-judgement)kemudian diuji coba dengan tujuan mendapatkan instrumen yang

benar-benar dapat mengukur hasil belajar ranah kognitif siswa. Pertimbangan

instrumen (judgement) hasil belajar pada ranah kognitif dilakukan oleh satu orang

dosen dan satu guru bidang studi di sekolah tempat penelitian berlangsung.

Instrumen yang telah dipertimbangkankemudian diperbaiki untuk selanjutnya

dilakukan uji coba. Untuk lembar judgement dapat dilihat pada lampiran. Uji coba

dilakukan pada 4 Mei 2013 di kelas IX yang telah mendapat materi terlebih

dahulu di salah satu MTs Negeri Palimanan di KabupatenCirebon Propinsi Jawa

Barat yang merupakan sekolah dimana penelitian dilakukan. Pada penelitian ini

digunakan instrumen tes belajar ranah kognitif yang diuji coba sebanyak 20 butir

soal pilihan ganda.Data hasil uji coba instrumen tes ranah kognitif kemudian

dianalisis yang meliputi uji validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran dan

reliabilitas tes.Instrumen yang telah diujicoba dan dianalisis akan digunakan

sebagai instrumen dalam penelitian yang dilakukan di kelas VIII. Namun setelah

(37)

49

pada empat butir soal tersebut, dilakukan uji coba instrumen untuk kedua

kalinyadi kelas IX yang berbeda pada 6 Mei 2013. Untuk instrumen tes uji coba

pertama dan kedua dapat dilihat pada lampiran.

3.8.1 Analisis Validitas Instrumen

Berdasarkan analisis validitas instrumen yang telah dilakukan dengan

menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar (lihat

lampiran), maka hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.5

Rekapitulasi Analisis Validitas Butir Soal Uji Instrumen Pertama

Kategori

Validitas Jumlah Soal Nomor Soal

Sangat Tinggi - -

Tinggi 4 11 , 12 , 17 , 18

Cukup 12 1, 2, 3, 5, 6, 7, 9, 13, 14, 15, 16, 19

Rendah 4 4 , 8 , 10 , 20

Sangat Rendah - -

Tidak Valid - -

Dari hasil analisis validitas instrumen, didapatkan empat soal dengan

kategori validitas tinggi, 12 soal dengan kategori validitas cukup, empat soal

dengan kategori validitas rendah. Setelah melakukan perbaikan pada empat

butir soal dengan validitas rendah kemudian diuji cobakan kembali di kelas

yang berbeda dan diperoleh hasil analisis validitas yang dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 3.6

Rekapitulasi Analisis Validitas Butir Soal Uji Instrumen Kedua

Kategori

Validitas Jumlah Soal Nomor Soal

Sangat Tinggi 1 9

(38)

Kategori

Validitas Jumlah Soal Nomor Soal

Cukup 17 1,2,3,4,5,6,7,10,11,12,13,14,16,17,18,19,20

Rendah - -

Sangat Rendah - -

Tidak Valid - -

Jika dilihat dari hasil uji coba instrumen kedua, jumlah butir soal yang

memiliki validitas dengan kategori cukup berjumlah 17 butir soal.Kemudian

2 butir soal memiliki validitas dengan kategori tinggi dan 1 butir soal yang

memiliki kategori daya pembeda sangat tinggi.

3.8.2 Analisis Reliabilitas Instrumen

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas dengan menggunakan rumus

K-R20 (lihat lampiran) diperoleh koefisien korelasi hasil uji coba tes hasil

belajar ranah kognitif pertama adalah r11 = 0,816 dan setelah melakukan uji

coba kedua diperoleh r11 = 0,853 . Hasil perhitungan tersebut kemudian

dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi standar/kriteria yang telah

ditentukan, sehingga diperoleh kriteria reliabilitas tes tersebut adalah sangat

tinggi.

3.8.3 Analisis Daya Pembeda

Setelah data hasil uji instrumen diperoleh, kemudian dilakukan analisis

instrumen yang salah satunya adalah analisis daya pembeda yang bertujuan

untuk mengetahui kemampuan butir soal untuk membedakan kelas atas dan

bawah dalam suatu kelompok.Rekapitulasi analisis daya pembeda untuk tiap

(39)

51

Tabel 3.7

Rekapitulasi Daya Pembeda Butir Soal Instrumen Uji Instrumen Pertama

Kategori Daya

Pembeda

Jumlah

Soal

Nomor Soal

Sangat

Jelek/Dibuang

- -

Jelek - -

Cukup 3 8, 10, 20

Baik 16 1,2,3,4,5,6,7,9,11,12,13,14,15,16,18,19

Sangat Baik 1 17

Setelah melakukan perbaikan pada empat butir soal dengan validitas

rendah kemudian diuji cobakan kembali di kelas yang berbeda dan

diperoleh hasil daya pembeda yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.8

Rekapitulasi Daya Pembeda Butir Soal Instrumen Uji Instrumen Kedua

Kategori Daya Pembeda Jumlah Soal Nomor Soal

Sangat Jelek/Dibuang - -

Jelek - -

Cukup 4 5, 12, 17, 18

Baik 6 2, 3, 4, 6, 11, 14

Sangat Baik 10 1, 7, 8, 9, 10, 13, 15, 16, 19, 20

Jika dilihat dari hasil uji coba instrumen tes kedua, jumlah butir soal yang

memiliki daya pembeda dengan kategori cukup berjumlah 4 butir

soal.Kemudian 6 butir soal memiliki daya pembeda dengan kategori baik

dan 10 butir soal yang memiliki kategori daya pembeda sangat baik.

(40)

Berdasarkan analisis tingkat kesukaran butir soal yang telah

dilakukandengan membandingkan banyaknya siswa yang menjawab soal itu

dengan benar terhadap jumlah seluruh siswa peserta tes (lihat lampiran),

maka hasil yang diperoleh pada uji coba instrumen tes pertama dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 3.9

Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Instrumen Pertama

Kategori Tingkat

Kesukaran Jumlah Soal Nomor Soal

Sangat Sukar - -

Sukar 8 5, 7, 9, 11, 12, 16, 17, 18

Sedang 10 2, 3, 4, 6, 8, 10, 13, 14, 15, 19

Mudah 2 1, 20

Sangat Mudah - -

Setelah melakukan perbaikan pada empat butir soal dengan validitas

rendah kemudian diuji cobakan kembali di kelas yang berbeda dan

diperoleh hasil tingkat kesukaran butir soal yang dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 3.10

Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Instrumen Kedua

Kategori Tingkat

Kesukaran Jumlah Soal Nomor Soal

Sangat Sukar - -

Sukar 5 5, 11, 12, 17, 18

Sedang 15 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 15,

16, 19, 20

Mudah - -

Sangat Mudah - -

Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran instrumen dari uji coba di atas,

(41)

53

3.9 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dan

kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari perhitunggan hasil tes postes dan pretes.

Sedangkan data kualitatif diperoleh dari angket yang diberikan kepada siswa.

3.9.1 Data Kuantitatif

3.9.1.1 Data Skor Tes

Setelah instrumen yang telah diketahui validitas dan reliabilitasnya diujikan

pada siswa maka diperoleh data skor-skor tes siswa.Tes yang dilakukan sebanyak

dua kali yaitu pre-test dan post-test untuk kelompok eksperimen dan kontrol.

Kemudian ditentukan besarnya gain dengan perhitungan sebagai berikut :

G = skor post test skor pre test

Peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif siswa setelah pembelajaran

dengan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) melalui pendekatan Inkuiri

berbantuan multimedia pembelajarandicari dengan menghitung rata – rata gain

yang dinormalisasi berdasarkan kriteria menurut Hake R.R (1997)

(Suherman,1990). Rumus yang digunakan untuk menghitung gain yang

dinormalisasi adalah :

= −

Interpretasi terhadap nilai gain yang dinormalisasi ditunjukan oleh Tabel

3.11.

Tabel 3.11

Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi

Nilai <g> Klasifikasi

0,7 Tinggi

0,7 > 0,3 Sedang

(42)

(Suherman,1990)

Setelah nilai rata-rata gain yang dinormalisasi untuk kedua kelompok

diperoleh, maka selanjutnya dapat dibandingkan untuk melihat peningkatan hasil

belajar padaranah kognitif dalam penerapan model pembelajaran

Think-Pair-Share (TPS) melalui pendekatan Inkuiri berbantuan multimedia pembelajaran.

Alur pengolahan data untuk membuktikan hipotesis mengenai hasil belajar

pada ranah kognitif ditunjukan oleh Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Alur Uji Statistik

Data skor tes yang diperoleh dari penelitian ini berupa skor pretes dan

postes dari tes hasil belajar ranah kognitif pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol dan angket respon siswa yang diberikan pada kelas eksperimen. Untuk

menguji hipotesis, maka digunakan rumus uji-t untuk mengetahui adanya

perbedaan skor tes hasil belajar ranah kognitif dan tes minat belajar dari kelas

eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi tritmen.

3.9.1.2 Uji normalitas distribusi

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran distribusi data yang

diperoleh. Melalui Uji Normalitas peneliti bisa mengetahui apakah sampel

yang diambil mewakili populasi ataukah tidak. Uji normalitas dilakukan pada DATA

UJI NORMALITAS UJI WILCOXON

UJI HOMOGENITAS

PENGUJIAN HIPOTESIS DENGAN UJI -t

KESIMPULAN

Tidak

(43)

55

Menurut Panggabean (2001, 132), langkah-langkah penyelidikan distribusi

normal adalah:

1) Hitung mean skor kelompok kontrol.

2) Hitung standar deviasi.

3) Buat daftar frekuensi observasi (Oi) dan frekuensi (Ei) sebagai berikut:

a. Tentukan banyaknya kelas (k) dengan rumus:

k = 1 + 3,3 log n

keterangan :

k = banyaknya kelas

n = banyaknya sampel

b. Tentukan panjang kelas (p) dengan rumus:

=

keterangan :

p = panjang kelas

r = rentang skor

c. Menghitung rata-rata dan standar deviasi dari data yang akan diuji

normalitasnya.

Untuk mengitung nilai rata-rata (mean) dari gain digunakan

persamaan:

=

Sedangkan untuk menghitung besarnya standar deviasai dari

gain digunakan persamaan:

�= − 2

1

keterangan:

= nilai rata-rata gain

= nilai gain yang diperoleh siswa

n = jumlah siswa

(44)

d. Menentukan nilai baku z dengan menggunakan persamaan :

=

keterangan:

bk = batas kelas

= nilai rata-rata gain

S = standar deviasi

Z = nilai baku

e. Mencari luas daerah dibawah kurva normal (l) untuk setiap kelas

interval.

= 2− 1

keterangan:

l = luas kelas interval

l1= luas daerah batas bawah kelas interval

l2= luas daerah batas atas kelas interval

f. Mencari frekuensi observasi (Oi) dengan menghitung banyaknya

respon yang termasuk pada interval yang telah ditentukan.

g. Mencari frekuensi harapan Ei dengan persamaan berikut :

=

keterangan:

n = banyaknya siswa

l = luas kelas interval

h. Hitung Chi Square χ2 dengan rumus:

�2 = − 2

=1

keterangan:

�2= chi square hasil perhitungan (X2

hitung)

Oi = frekuensi observasi

Ei = frekuensi yang diharapkan

i. Tentukan derajat kebebasan dengan rumus:

(45)

57

k = banyaknya kelas

v = derajat kebebasan

4) Tentukan nilai χ2 dari daftar tabelchi square.

5) Menentukan nilai normalitas.

 Bila χ2hitung < χ2

tabel, maka disimpulkan bahwa data sampel

berdistribusi normal.

 Bila χ2hitung > χ2

tabel, maka disimpulkan bahwa data sampel

tidak berdistribusi normal.

3.9.1.3 Uji homogenitas dengan menggunakan distribusi F

Menurut Panggabean (2001, 132), untuk menguji homogenitas variansi

digunakan formula:

Kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah variansi homogen atau

tidak adalah bila F hitung< F tabel, maka variansi homogen.

3.9.1.4 Uji-t

Menurut Panggabean (2001, 132), untuk mengetahui ada perbedaan mean

(M) antara dua kelompok dengan sampel besar (n ≥ 30) digunakan formula:

= 1− 2

12

1 +

22

2

Dimana M1 : mean sampel kelompok eksperimen

M2 : mean sampel kelompok kontrol

N1 : jumlah sampel kelompok eksperimen

N2 : jumlah sampel kelompok kontrol

(46)

s22 : variansi sampel kelompok kontrol

Setelah mendapatkan hasil dari uji-t kemudian melakukan pengujian

hipotesis dengan melihat mengkonsultasikan thitung dengan ttabel.

H0 : Tidak adanya perbedaan signifikan antara peningkatan hasil belajar pada

ranah kognitif dalam penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share

(TPS) melalui pendekatan Inkuiri berbantuan multimedia pembelajaran

dengan model pembelajaran biasa atau konvensional.

thitung = ttabel

H1 : Adanya perbedaan signifikan antara peningkatan hasil belajar pada ranah

kognitif dalam penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)

melalui pendekatan Inkuiri berbantuan multimedia pembelajaran

dengan model pembelajaran biasa atau konvensional.

thitung >ttabel

3.9.1.5 Uji Wilcoxon

Apabila pada Uji Normalitas menghasilkan data dengan distribusi yang

tidak normal, maka pengolahan data dilakukan secara statistik non parametrik

yaitu dengan menggunakan Uji Wolcoxon. Langkah – langkah yang dilakukan

dengan Uji Wilcoxon adalah :

1) Membuat daftar rank (tingkatan).

2) Menentukan nilai W, yaitu bilangan yang paling kecil dari jumlah rank

positif dan jumlah rank negatif. nilai W diambil salah satunya.

3) Menentukan nilai W dari tabel. Jika > 25, maka nilai W dihitung

= 2,5758 untuk taraf signifikasi 1%

= 1,96 untuk taraf signifikasi 5%

4) Pengujian Hipotesis

(47)

59

3.9.2 Data Kualitatif

3.9.2.1 Angket

Setelah angket siswa terkumpul, dilakukan penskoran. Pembobotan yang

sering dipakai dalam mentransfer skala kualitatif ke dalam skala kuantitatif

menurut Suherman (1990 : 236) adalah sebagai berikut:

Pembobotan untuk data kualitatif untuk pernyataan favorable dinyatakan

dalam skala seperti pada tabel 3.12.

Tabel 3.12 Bobot Pernyataan Favorable

Kategori Bobot

SS 4

S 3

TS 2

STS 1

(Suherman,1990)

Sebaliknya untuk pernyataan unfavorable dinyatakan dalam skala seperti

pada tabel 3.13.

Tabel 3.13 Bobot Pernyataan Unfavorable

Kategori Bobot

SS 1

S 2

TS 3

STS 4

(Suherman,1990)

Kemudian dilakukan penghitungan rata-rata skor dengan menggunakan

Gambar

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Tabel 1.1 Think-Pair-Share (TPS) melalui
Gambar 3.1 Pola Desain Penelitian
Gambar 3.2 Alur Penelitian
Tabel 3.1 Kriteria Validitas Butir Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian inkuiri terbimbing ini menggunakan non equivalent control group design yang terdiri dari dua kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada rancangan ini

model pembelajaran dengan desain pretest posttest control group design. Instrumen penelitiannya adalah soal tes tertulis dan perangkat pembelajaran. Hasil penelitian

EKSPERIMEN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII

Jenis penelitian menggunakan pre-experimental design (non design) , dengan desain penelitian one group pre-test dan post-test design. Metode pengumpulan data yang

Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain non- equivalen (pretest and posttest) control group design. Penelitian pada kelas eksperimen

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN Sidorejo Lor 05 Kota Salatiga dengan menggunakan model kooperative tipe TPS (Think Pair

Hasil Belajar Pre-Tes Tes Awal Untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik di kelas eksperimen dan kelas kontrol serta sebelum model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran model TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas XI MIPA.1 SMA Nurul Jadid yang terdiri dari tiga tahapan utama,