DAFTAR ISI
4. Pengaruh Peer Teaching terhadap Penguasaan Teknik BolaBasket……… ... 46
E. Inquiry Teaching……… 50
1.Teori Belajar……….. 57
2. Pengajaran dan Pembelajaran………. 58
3. Validitas………61
4. Pengaruh Inquiry Teaching terhadap Penguasaan Teknik Bola basket………63
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……….. 98
C. Populasi dan Sample Penelitian………...103
D. Program Mengajar……… 106
E. Teknik Pengumpulan Data……… 107
F. Lokasi dan Waktu Penelitian……… .111
G. Teknik Pengolahan Data………..111
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian………113
B. Pembahasan Temuan………136
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Kerangka berpikir……….17
2.1. Perbandingan mengajar oleh seorang guru dalam Peer Teaching ……….. 50
2.2. Profil kelangsungan Peer Teaching ………..49
2.3. Pendekatan Inquiry Teaching dalam pembelajaran………. 56
2.4. Perencanaan unit pembelajaran Inquiry……….. 66
3.1. Desain penelitian... 97
3.2. Jumlah siswa kelas 10 SMAT KRIDA NUSANTARA……….104
3.3. Jadwal mengajar olahraga di SMAT KRIDA NUSANTARA………….105
3.4. Program mengajar pendidikan jasmani……….107
4.1 Hasil pretest keterampilan bola basket ……… 113
4.2. Hasil posttest keterampilan bola basket……….. 114
4.3. Hasil pengujian normalitas data……… 117
4.4. Hasil pengujian Homogenitas……… 118
4.5. Hasil uji beda skor pretest-posttest keterampilan bola basket kelompok low dengan metode Peer Teaching ………119
4.6. Hasil uji beda skor pretest-posttest keterampilan bola basket kelompok high dengan metode Peer Teaching……… 122
4.7. Hasil uji beda skor pretest-posttest keterampilan bola basket kelompok low dengan metode Inqiury Teaching………124
4.8. Hasil uji beda skor pretest-posttest keterampilan bola basket kelompok
high dengan metode Inquiry Teaching………127
4.9. Hasil peningkatan keterampilan bola basket………128
4.10 Hasil analisis varian (ANAVA) factorial 2 x 2………130
4.11 TabelMultiple Comparisons……….131
4.12 Tabel Homogeneous Subsets………...134
4.13 Tabel hasil analisis varian (ANAVA) dengan desain faktorial 2 x 2...135
DAFTAR GRAFIK
Halaman 4.1 Nilai rata-rata skor pretest-posttest kelompok low dengan metode
Peer Teaching………...118 4.2 Nilai rata-rata skor pretest-posttest kelompok high dengan metode
Peer Teaching………..121 4.3 Nilai rata-rata skor pretest-posttest kelompok low dengan metode
Inquiry Teaching………124 4.4 Nilai rata-rata skor pretest-posttest kelompok high dengan metode
Inquiry Teaching……… 126
4.5 grafik rata-rata Skor peningkatan tiap kelompok…...129
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Operan tolakan dada (chest pass)………..85
2. Operan dari atas kepala……….86
3. Operan pantulan (Bounce pass)………87
4. Teknik menggiring (dribbling)……….89
5. Teknik menembak (Shooting)………..91
6. Tembakan dengan dua tangan dari atas kepala………92
7. Tembakan dengan satu tangan ( One hand set shot)………94
8. Lapangan tes melempar tangkap bola……….110
9. Route dribbling bola basket………111
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Permainan bola basket merupakan salah satu cabang olahraga yang termasuk dalam
materi pokok, aktivitas permainan dan olahraga yang tertuang dalam kurikulum pendidikan
jasmani. Cabang olahraga ini berisikan teknik-teknik seperti driblling, passing, shooting dan
variasi gerak yang harus diajarkan kepada anak oleh guru pendidikan jasmani. Bola basket
adalah salah satu olahraga paling popular di dunia. Penggemarnya yang berasal dari segala usia
merasakan bahwa bola basket adalah olahraga yang menyenangkan, kompetitif, mendidik,
menghibur, dan menyehatkan. Untuk dapat memainkan olahraga ini diperlukan
keterampilan-keterampilan perseorangan seperti tembakan, umpan, menggiring, dan merebut, serta kerja tim
untuk menyerang atau bertahan. Permainan ini terus berkembangeven-even yang membantu
penggemarnya mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dasar mereka.
Penguasaan gerak dalam permainan bola basket merupakan aspek penting dan dominan
dalam tujuan pendidikan jasmani. Tujuan pendidikan jasmani dalam kurikulum mencakup
perkembangan dan kemampuan organic, neuromuscular, intelektual, emosional dan moral secara
menyeluruh. Kegiatan penguasaan gerak dalam pendidikan jasmani juga perlu ditinjau dari
aspek biologi, sosial, dan budaya. Namun demikian kegiatan pendidikan jasmani adalah gerak
manusia, aktivitas jasmani yang bersifat umum. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani
di sekolah penentuan tugas gerak dengan jenis cabang olahraga merupakan persoalan bagi anak.
Hal ini disebabkan karena materi yang akan diajarkan guru kepada anak didiknya berintikan
Kecenderungan guru pendidikan jasmani, yang selalu menerapkan metode mengajar
tradisional seperti gaya komando dan melakukan gerakan sesuai dengan perintah guru, merasa
guru paling benar dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani akan berpengaruh pada anak
didiknya. Siswa harus melakukan sesuai dengan gerakan yang diperintahkan guru apabila salah
maka akan memarahinya dan siswa tidak diberi kebebasan untuk melakukan gerakan-gerakan
lainnya maka pengaruh yang timbul adalah rasa frustasi dan rasa tidak senang terhadap
pendidikan jasmani.
Teknik-teknik yang terdapat dalam bola basket banyak sekali dan beraneka ragam, seperti
teknik melempar, menangkap, menggiring bola, menembak ke ring, teknik tersebut dilakukan
dengan variasi melompat, melangkah, membalik sehingga memberi daya tarik tersendiri untuk
siswa atau pelaku, hal inilah yang membuat jumlah peserta ekstrakulikuler bola basket di
sekolah-sekolah tetap banyak selain itu banyaknya pertandingan-pertandingan yang diadakan
baik itu antar sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas
(SMA), dan perguruan tinggi (PT), yang menyebabkan tersalurnya minat dan bakat siswa.
Meskipun permainan ini banyak disukai siswa, tetapi anak-anak sulit menguasai teknik bola
basket, sehingga siswa tidak menguasai jalannya permainan
Banyaknya unsur atau komponen dalam permainan bola basket menuntut guru menguasai
berbagai metode. Metode-metode ini harus mengedepankan keputusan-keputusan yang sama,
meskipun dengan cara dan waktu yang berbeda. Misalnya, guru dapat memutuskan untuk
memberi umpan balik kepada siswa dengan memberitahukan secara langsung dengan meminta
siswa memecahkan masalahnya sendiri, atau dengan meminta siswa untuk membantu teman
mereka. Dalam pendidikan jasmani ada beberapa gaya pengajaran yang sering dilakukan oleh
jasmani adalah komando (commando style), latihan (practive style), berbalasan (reciprocal
style), menilai diri sendiri (self check style), partisipatif atau inklusif (inclution style)”.
Hasil observasi dan wawancara dengan para guru pendidikan jasmani di sekolah kota
Bandung, metode yang sering digunakan oleh para guru pendidikan jasmani di sekolah-sekolah
lebih terpusat pada guru sehingga siswa sedikit mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan yang diajarkan, sehingga hasil yang diharapkan dari tujuan pembelajaran itu tidak
tercapai. Dapat dilihat dari hasil observasi para siswa antri di depan ring basket sebelum
memperoleh kesempatan untuk berlatih memasukkan bola ke ring basket. Dalam pengajaran bola
basket, guru masih menggunakan metode yang berpusat pada guru tersebut akibatnya siswa tidak
maksimal dalam melakukan latihan yang akhirnya tujuan utama para siswa mencapai ketuntasan
kompetensi maksimal (KKM) tidak tercapai.
Oleh karena itu untuk mampu menemukan anak yang berbakat dalam proses pendidikan
jasmani di sekolah, diperlukan kemampuan seorang guru yang memiliki kompetensi untuk
melakukan identifikasi bakat tersebut. Untuk mampu melakukan hal tersebut diperlukan guru
pendidikan jasmani yang memahami tentang proses belajar gerak (motor learning). Ini artinya
bahwa paling rendah untuk guru penjas tersebut dibutuhkan orang yang telah lulus dari sekolah
kejuruan tentang pendidikan jasmani atau olahraga, karena hanya sekolah tersebutlah yang
memberikan ilmu tentang belajar gerak (motor learning). Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi proses maupun keberhasilan belajar gerak, yang secara garis besar dapat
dibedakan menjadi faktor-faktor internal dan eksternal. Lebih jelas lagi mengenai faktor-faktor
Faktor-faktor internal adalah faktor-faktor yang ada pada diri anak itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang ada di luar diri anak yang dapat dimanipulasi guna memperkembangkan anak tersebut dalam segala potensi internalnya.
Berangkat dari sana peneliti mengambil faktor-faktor keturunan yaitu kemampuan geraknya,
faktor kemampuan gerak atau sering disebut motor educability. Mengenai motor educability
Harlod Me Cloy (1984:83) menjelaskan bahwa "Motor educability is the ability to learn motor
skils easily arid well, it corresponds, in the area of general motor skills, to inteligence in the
area of classroom subjects". Maksud dari kalimat tersebut adalah bahwa motor educability
adalah kemampuan mempelajari keterampilan gerak dengan cepat dan
mudah, ini sama halnya dengan tingkat inteligensi seseorang dalam mempelajari materi pelajaran
di kelas. Dari kalimat tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa
motor educability merupakan inteligensi dalam ranah psikomotorik, artinya semakin bagus
motor educability seseorang maka orang tersebut akan lebih cepat dan mudah dalam mempelajari
suatu keterampilan.
Sehubungan dengan hal itu, untuk memudahkan siswa menguasai pelajaran bola basket di
sekolah, guru pendidikan jasmani selain melihat kemampuan psikomotor anak dan tidak boleh
terpaku pada salah satu metode mengajar melainkan mencari metode lain yang dianggap mampu
mencapai tujuan pelajaran yang diinginkan. Terdapat beberapa metode mengajar yang dapat
digunakan dalam proses belajar mengajar permainan bola basket, diantaranya adalah Peer
Teaching dan Inquiri Teaching.
Peer Teaching adalah metode mengajar yang telah digunakan di sekolah – sekolah
dengan siswa lain yang menjadi tutor atau pengajarnya, teman sepermainan merupakan orang
yang lebih dahulu mengajarkan tentang kegiatan –kegiatan dalam sehari-hari seperti yang
who first taught you many of the basic social, communication, cognitive, and psychomotor skills
that you took into and through your early years in school”. Metode Peer Teaching merupakan
metode mengajar sesama teman. Metode ini memupuk rasa sosial dan tanggung jawab antar
sesama siswa. Metode ini menjelaskan kembali pelajaran (cara-cara, konsep) kepada teman yang
belum mengerti, dalam hal ini siswa yang lebih terampil akan membantu siswa lainnya dalam
mengajarkan keterampilan bola basket. Dengan demikian diharapkan secara keseluruhan siswa
dalam satu kelompok mampu menguasai keterampilan bola basket. Sedangkan menurut
pendapat Silberman (1996:157) yang diterjemahkan oleh Zaenal Arifin “Beberapa ahli percaya
bahwa satu mata pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila seorang peserta didik mampu
mengajarkan pada peserta lain.” Pada metode Peer Teaching penjelasan siswa yang menjadi
tutor lebih memungkinkan berhasil. Peserta didik melihat masalah dengan cara yang berbeda
dibandingkan orang dewasa dan mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab. Metode Peer
Teaching lebih unggul dikarenakan proses membelajaran melibatkan guru dan melibatkan siswa
yang pandai dalam keterampilan gerak khususnya dalam keterampilan bola basket. Metode Peer
Teaching termasuk dalam katagori Direct Teaching, pengajaran aktifitas fisik yang diberikan
langsung akan diterima dan langsung akan dilakukan oleh siswa. Prinsip tersebut akan lebih
jelas apabila kita pahami prinsip dasar dari teori itu sendiri yang terdiri dari dua elemen, yaitu
elemen Stimulus-Respon yang dinyatakan dalam model S-R.
Inquiry Teaching adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari
apa yang telah didapatkan selama belajar, Mulyasa (2003:234) mengatakan “Inquiry
menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif". Meskipun metode ini berpusat
pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat
memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik, guru juga berkewajiban memberikan
kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif dengan menggunakan fasilitas media
dan materi pembelajaran yang bervariasi. Dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani
Inquiry Teaching merupakan metode mengajar dengan terlebih dahulu menjelaskan pada siswa
tentang cara melakukan suatu gerakan, kemudian siswa berusaha mempraktikan gerakan
tersebut, siswa mengungkapkan dan berusaha memecahkan permasalahan dengan atau tanpa
bantuan. Untuk mencapai sasaran kognitif digunakan stimulus berupa psikomotor (aktivitas
fisik) untuk menemukan jawabannya, interaksi antara kognitif dan psikomotor tergantung pada
tugas ajar yang diberikan guru pada siswa, seperti yang dikemukakan oleh Metzler (1999:311) :
Perharps the most important feature of inquiry teaching is that student learning occurs in the cognitive domain first, and at times exclusively. Students are asked questions that get them to think to themselves or with one or more peers. Cognitive learning is sometimes the only type of achievement sought by the teacher.
Faktor yang terpenting dari Inquiry Teaching ialah bahwa pembelajaran terjadi pertama kali
dalam ranah kognitif, dan secara istimewa murid diberi pertanyaan-pertanyaan yang membuat
mereka berfikir secara sendiri atau dengan teman-teman. Pembelajaran kognitif adalah
satu-satunya jenis dari pencapaian tujuan yang dicari oleh guru. Metode Inquiry Teaching termasuk
dalam katagori Indirect Teaching, penyampaian pengajaran aktivitas fisik dari guru tidak secara
langsung dilakukan oleh siswa tapi tugas gerak tersebut didiskusikan dahulu oleh siswa dengan
kelompoknya sebelum mereka melakukan tugas aktivitas fisik.
Keuntungan-keuntungan yang mungkin dapat diperoleh melalui metode Peer Teaching
dan metode Inquiry Teaching dalam pembelajaran olahraga khususnya keterampilan bola basket
adalah bagi siswa lebih banyak melakukan gerakan teknik bola basket, siswa tidak takut
melakukan kesalahan karena tutornya temannya sendiri dan siswa lebih mengerti gerakan yang
pembelajaran adalah mencapai ketuntasan kompetensi minimal (KKM) tercapai, untuk
mengatasi berbagai problema dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan metode-metode
mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan
juga kesulitan belajar peserta didik.
Dengan demikian penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh metode
Peer Teaching dan metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan bola basket di
SMAT KRIDA NUSANTARA Bandung. Kedua metode mengajar tersebut merupakan topik
permasalahan yang layak diteliti secara cermat, baik bagi kepentingan pengembangan dan
pelaksanaan pengajaran maupun kepentingan teori belajar gerak itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Metode Peer Teaching dan Inquiry Teaching merupakan teknik atau cara yang
digunakan guru pendidikan jasmani untuk meraih pencapaian tujuan pelajaran yang diharapkan.
Seperti yang dikatakan Sagala (2008:201) ”Setiap metode pembelajaran yang digunakan
bertalian dengan tujuan belajar yang ingin dicapai”.
Dalam pengajaran keterampilan bola basket diperlukan metode mengajar untuk meraih
tujuan pembelajaran tercapai. Tujuan dari pembelajaran bola basket adalah siswa dapat
melakukan gerakan-gerakan teknik bola basket. Peranan metode pengajaran adalah sebagai
proses mencapai tujuan pembelajaran. Metode Peer Teaching dan Inquiry Teaching merupakan
proses mengajar dengan membuat kelompok-kelompok menjadi kelompok kecil. Tujuan dari
pengelompokan itu agar siswa dapat lebih leluasa melakukan keterampilan bola basket, seperti
yang dikatakan Rusli Lutan (1988:400) :
diperkirakan mengganggu perhatian siswa/atlet perlu disisihkan hingga sekecil mungkin.
Dengan demikian Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode Peer Teaching dan
metode Inqiury Teaching, sedangkanVariabel terikat dalam penelitian ini adalah penguasaan
keterampilan permainan bola basket, Agar penelitian lebih terarah dan terfokus pada pokok
masalah, maka dirumuskan pertanyaan – pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1) Adakah pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan bola basket
pada siswa yang motor educability tinggi
2) Adakah pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan bola basket
pada siswa yang motor educability rendah
3) Adakah pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan bola
basket pada siswa yang motor educability tinggi
4) Adakah pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan bola
basket pada siswa yang motor educability rendah.
5) Adakah interaksi antara metode pengajaran Peer Teaching dan Inquiry Teaching dengan
kemampuan motor educability terhadap penguasaan keterampilan bola basket.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode Peer Teaching dan
metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan bola basket. Secara umum metode
Peer Teaching dan Inquiry Teaching merupakan alat mencapai tujuan pengajaran yang
2. Tujuan Khusus
Disamping tujuan umum seperti di uraikan di atas penelitian ini mempunyai
tujuan yang khusus yaitu :
1) Untuk mengetahui pengaruh metode Peer Teaching pada siswa yang memiliki Motor
educability tinggi terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket.
2) Untuk mengetahui pengaruh metode Peer Teaching pada siswa yang memiliki Motor
educability rendah terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket.
3) Untuk mengetahui pengaruh metode metode Inquiry Teaching pada siswa yang
memiliki Motor educability tinggi terhadap penguasaan keterampilan permainan bola
basket.
4) Untuk mengetahui pengaruh metode Inquiry Teaching pada siswa yang memiliki
Motor educability rendah terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket.
D. Asumsi
Asumsi adalah titik tolak pemikiran yang akan memberikan batas – batas dalam keseluruhan
proses penelitian ini. Selain itu anggapan dasar membantu serta memberi arah terhadap
kesimpulan yang akan ditarik. Dengan demikian penelitian ini mempunyai anggapan dasar
sebagai berikut :
1) Siswa yang memiliki keterampilan dasar berolahraga atau memiliki motor educability
yang baik akan dapat dengan cepat menguasai keterampilan dengan metode mengajar
yang tepat yang diberikan guru. Kebutuhan akan metode yang efisien dalam pengajaran
alasan tersebut : (1) efisiensi akan hemat waktu, energi atau biaya, (2) metode efisien
akan memungkinkan para siswa, atau atlet untuk menguasai tingkat keterampilan yang
lebih tinggi. Berkaitan dengan hal ini, pengalaman sukses akan merupakan umpan balik
(feed back) dan membangkitkan motivasi siswa/atlet untuk belajar dan berlatih. Semakin
berhasil siswa dalam kegiatan belajar, semakin disukainya kegiatan tersebut. Syaiful
Sagala (2003 :201) mengatakan : ”Untuk mendorong keberhasilan guru dalam proses
belajar mengajar, guru seharusnya mengerti akan fungsi, dan langkah-langkah
pelaksanaan metode mengajar”.
2) Menurut Suryosubroto (2002:268) “Metode mengajar Peer Teaching dialokasikan agar
peserta didik saling membantu dalam pembelajaran matematika, bahasa, atau pelajaran
lainnya, baik satu-satu atau dalam kelompok kecil”. Metode Peer Teaching merupakan
salah satu strategi pembelajaran untuk membantu memenuhi kebutuhan peserta didik. Ini
merupakan pendekatan koperatif bukan kompetitif. Rasa saling menghargai dan
mengerti dibina diantara peserta didik yang bekerja sama.
3) Kelompok siswa yang diberikan metode Peer Teaching adalah mereka mempunyai
motoreducability rendah dan motor educability tinggi, diharapkan kelompok siswa yang
mempunyai motoreducability rendah, mereka tidak mempunyai gerak dasar yang baik
sehingga dengan melakukan pengulangan secara terus menerus dan dilatih oleh temannya
sendiri maka mereka akan dapat menguasai keterampilan bola basket. Seperti yang
dikemukakan oleh Metzler(1999:287) :
Metode mengajar Peer Teaching adalah metode mengajar sesama teman atau metode
mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri, metode Peer Teaching hanya bisa
digunakan ketika seorang guru tetap menyusun dan merencanakan pengajaran.
4) Dalam pengajaran pendidikan jasmani metode Peer Teaching, Guru –guru pendidikan
jasmani mengunakan bertahun-tahun, versi yang paling dikenal dalam Peer Teaching
pendidikan jasmani adalah yang dikemukakan oleh Mosston dan Ashworth’s (1994)
dengan strategi Reciprocal style :
In which one student is designated as the ”Observera” (the tutor) and the other student ia designated as the ”Doer”(the tutee). While this style does maintain the most essential feature of peer teaching, it is meant to be used as a temporary task structure, and is not usually designed as the only instructional strategy in a content unit.
Pengorganisasian dilakukan secara berpasangan. Setiap anggota dari pasangan ini
mempunyai peranan masing-masing. Salah seorang diantara mereka berperan sebagai
”pengamat ” (tutor) sementara yang lainnya berperan sebagai ”pelaku” (siswa). Mereka
yang berperan sebagai pelaku adalah melakukan tugas-tugas serta keputusan yang
diminta (dalam bentuk gerakan), sedangkan peran sebagai pengamat (tutor) memberikan
umpan balik kepada pelaku berdasarkan kriteria yang telah disampaikan oleh gurunya.
Muska Moston (1981) yang diterjemahkan oleh Susilodinata mengatakan :
Pengamat memberikan umpan balik kepada pelaku, dan jika diperlukan, maka pelaku dapat berkomunikasi dengan pengamat. Peranan guru dalam hal in adalah mengamati sejauh mana peranan dari pengamat dalam melakukan tugasnya. Setelah proses ini terjadi, maka hubungan dari ketiganya dapat diperlihatkan sebagai berikut : Pelaku --- Pengamat
Guru
5) Mulyasa (2003:234) mengatakan “Metode Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari
apa yang telah dialami. Karena itu Inquiry menutut peserta didik berfikir”. Metode ini
memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata.
Dengan demikian, melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis,
dan kritis
6) Dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani dengan metode Inquiry Teaching,
yang paling penting siswa belajar pada domain kognitif (berupa permasalahan) dari guru
kemudian siswa mengungkapkan dan berusaha memecahkan permasalahan dengan atau
tanpa bantuan. Untuk mencapai sasaran kognitif digunakan stimulus berupa psikomotor
untuk menemukan jawabannya, interaksi antara kognitif dan psikomotor tergantung pada
tugas ajar yang diberikan guru pada siswa.
7) Beberapa kurikulum pendidikan jasmani menggunakan metode Inquiry Teaching sebagai
basisnya. Pendidikan gerak, pendidikan permainan dan tema keterampilan yang
semuanya mengembangkan kemampuan intelektual, membangkitkan ekspresi siswa,
kreatifitas, dan keterampilan psikomotorik, Seperti yang dikemukakan oleh Graham,
Holt/Hale, dan Parker (1998) :
Some entire physical education curriculums are strongly based on inquiry teaching. Movement education, educational games, and skill themes, all promote the development of students intellectual abilities, which then work to help students be expressive, creative, and skillful in the psychomotor domain.
8) Kelompok siswa yang diberikan metode Inquiry Teaching merupakan kelompok siswa
yang memiliki motoreducability tinggi dan motoreducability rendah, diharapkan
kelompok mereka akan memecahkan masalah yang diberikan guru melalui kemampuan
kognitif seperti akan menganalisis gerakan yang ditugaskan oleh guru sampai
diformulakan dalam suatu gerakan (psikomotor), sehingga diharapkan dengan
gerakan-gerakan yang sulit dan akhirnya mereka dapat melakukan gerakan tersebut
dengan benar, seperti yang dikemukan oleh Tillotson (1970) :
”The Teacher ”frames” the problem by asking a question, gives study some time to create and explore one or more plausible solutions, and then asks students to demontrastrate their solutions as evidence that learning has occurred”.
9) Motor Educabilty
Kemampuan seseorang dalam menguasai suatu keterampilan gerak dipengaruhi
oleh atribut yang terdapat atau melekat pada orang tersebut, baik yang bersifat fisik
maupun mental. Menurut Schmidt (Suhartono;1995)) yang bahwa "Baik buruknya
keterampilan seseorang dipengaruhi oleh kemampuan, yakni ciri yang dianggap permanen
dan faktor genetik sangat mempengaruhi keadaan kemampuan ini". Kemampuan seseorang
secara relatif akan berkembang dengan sendirinya sesuai dengan proses pertumbuhan,
perkembangan, kematangan serta pengalaman dan lebih jauh lagi bahwa latihan bukan hal
utama dalam hal memperbaharui keadaan ability tersebut, namun demikian faktor
kemampuan akan turut mempengaruhi seseorang ketika belajar kemampuan motorik.
Kita sering melihat keadaan di lapangan atau pada saat terjadi proses belajar
mengajar pendidikan jasmani, sebagai seorang guru penjas / pelatih kita tidak memberikan
perlakuan istimewa pada salah seorang anak, mereka semua mendapatkan arahan dan
kesempatan yang sama dalam hal belajar, akan tetapi akan ada anak yang lebih menonjol
kemampuannya dan ada anak yang kurang.
Faktor penyebab perbedaan hasil belajar keterampilan motorik tersebut adalah
tingkat kemampuan motor educability. Motor educability ini hanyalah merupakan salah
satu faktor penyebab dari sekian banyak faktor yang bersifat internal.
learns new skill is reffer to as motor educability ". Sejalan pula dengan pendapat Nina
(2002:85) bahwa "Motor educability memiliki peranan yang sangat penting dalam proses
pembelajaran gerak terutama ketika anak diperkenalkan pada keterampilan yang belum
dikenal atau masih baru".
Motor educability menentukan gambaran tentang tingkat kemampuan anak dalam
merespon, menerima, serta mengelola keterampilan baru yang diperolehnya, saat ini motor
educability kerap kali dipakai sebagai pijakan untuk memprediksi dan menentukan
keberhasilan di masa yang akan datang. Dalam proses belajar gerak, ketangkasan yang
dimiliki anak merupakan salah satu syarat yang akan turut mendukung tercapainya tujuan
dari proses pembelajaran / pelatihan itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas maka orang yang memiliki tingkat motor educability
yang bagus maka orang tersebut akan dengan mudah melakukan keterampilan teknik dasar
bola basket.
Kerangka berpikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam
penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya
membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti
disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel.
E. Hipotesis
Deskripsi teori Deskripsi teori Deskripsi teori Deskripsi teori
Maka penulis mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
1) Terdapat pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan
bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability rendah.
2) Terdapat pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan
bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability tinggi.
3) Terdapat pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan
permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability rendah.
4) Terdapat pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan
permainan bola basket bagi siswa yang memiliki motor educability tinggi.
5) Terdapat interaksi antara metode pengajaran dan motor educability terhadap penguasaan
keterampilan bola basket
F. Metode penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar pengaruh metode Peer
Teaching dengan metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan bola basket.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Menurut Sugiono (2009:72) mengatakan ”
Metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mncari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang dikendalikan”. Untuk
mencari adanya pengaruh atau akibat antara dua variabel yaitu variabel metode Peer
Teaching dan Inquiry Teaching dengan variabel penguasaan keterampilan bola basket.
Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan yaitu variabel metode sebagai perlakuan yang
data melalui tes motor educability dan tes keterampilan bola basket, yang dilakukan pada pre
test dan post test.
Instrumen Penelitian
Tes bola basket ini bertujuan untuk mengukur kemampuan bermain bola basket,
sebagai salah satu dasar pemberian nilai dalam mata pelajaran pendidikan jasmani. Tes yang
dipakai dalam penelitian ini tes keterampilan teknik dasar bola basket, tes ini berguna untuk
mengukur keterampilan atau penguasaan teknik dasar permainan bola basket bagi siswa ,
sesuai yang dikontruksikan oleh Nurhasan (2000:240) terdiri dari tiga tes adalah :
1) Memantulkan bola ke tembok (passing)
2) Menggiring bola (dribbling)
3) Menembak ke ring (shotting)
Alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan saat tes terdiri dari :
1) Bola basket
2) Patok
3) Dinding
4) Stopwatch
5) Kapur
6) Alat-alat tulis
Tes yang dilakukan dalam keterampilan bola basket merupakan unsur motorik sehingga perlu
diketahui juga tingkat motorik siswa. Dalam hal ini dilakukan tes motor educability.
G. Lokasi dan Sampel Penelitian
1. Subyek Penelitian
Populasi menurut pendapat Sudjana (2000) ”Seluruh sumber data yang memungkinkan
memberikan informasi yang berguna bagi masalah penelitian”. Sesuai penelitian di
atas maka populasi dipakai adalah seluruh siswa kelas X SMAT KRIDA
NUSANTARA Kota Bandung.
b. Sampel
Sampling pada penelitian ini ialah cara Purposive sampling, Sampling yang
dilaksanakan berdasarkan keputusan subyektif peneliti yang didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sampel di peroleh dengan cara memberikan tes
motor educability terhadap siswa kelas X, sehingga akan terpilih siswa yang
mempunyai motor educability yang tinggi dan siswa yang mempunyai motor
educability rendah. Kemudian mulailah peneliti menetapkan sampelnya, atas dasar
pertimbangan tadi maka peneliti mengambil sampel yaitu siswa – siswa kelas X 1, X
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk pengetahui pengaruh metode Peer
Teaching (mengajar teman sebaya), dan metode Inquiry Teaching (mengajar melalui
penyelidikan) terhadap penguasaan keterampilan bola basket. Untuk maksud tersebut
diperlukan data berupa skor perolehan yang menunjukan taraf penguasaan keterampilan teknik
dasar dalam permainan bola basket. Prosedur ini digunakan dengan alasan bahwa hasil belajar
keterampilan motorik dapat diobservasi dan dianalisa berdasarkan kemampuan yang diaggap
melekat sesudah memperoleh perlakuan yang digambarkan dalam desain eksperimen.
Berdasarkan masalah yang akan diteliti tersebut, maka metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian metode eksperimen. Yang dimaksud dengan metode eksperimen
menurut Hyllegard (1996:43) adalah : “The goal of experimental research is to explore and
understand cause and effect relationship and based the manipulation and measurement of
variables”. Jadi eksperimen adalah suatu cara untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat
antara dua variable atau lebih yang akan diselidiki. Suatu eksperimen selalu dilakukan dalam
kondisi dengan satu atau beberapa variable dapat dikontrol atau di bawah pengendalian. Dalam
penelitian ini terdapat tiga variable yaitu metode Peer Teaching dan metode Inquiry Teaching
sebagai variable bebas, sedangkan penguasaan keterampilan teknik dasar bola basket merupakan
variable terikat.
Dalam penelitian eksperimen desain yang tepat merupakan hal yang harus diperhatikan. Hal ini
sesuai dengan kebutuhan variable-variabel yang terkandung dalam tujuan dan hipotesis yang
Disain yang diajukan oleh penulis terdapat dua yaitu desain penelitian kemajuan belajar, dilihat
Pre test Pemberian pengajaran Post test
T1
desain penelitian berikutnya adalah :
Kemampuan awal Inquiry Teaching Peer Teaching
Motor Educability
tinggi (Hi) Kelompok Hi A (X1) Kelompok Hi B (X2)
Motor Educability
rendah (Low) Kelompok Low A (X3) Kelompok Low B (4)
Bertitik tolak dari desain penelitian tersebut diatas, maka penulis mengajukan hipotesis dalam
1) Terdapat pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan
bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability rendah.
2) Terdapat pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan
bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability tinggi.
3) Terdapat pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan
permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability rendah.
4) Terdapat pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan
permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability tinggi.
5) Terdapat interaksi antara metode Peer teaching dan Inquiry Teaching dengan kemampuan
motor educability terhadap penguasaan keterampilan bola basket
2. Variabel Penelitian dan Definisi operasional
Penelitian ini secara operasonal melibatkan dua variable bebas yaitu metode Peer
Teaching dan metode Inquiry Teaching serta satu variable terikat yaitu penguasaan keterampilan
teknik dasar permainan bola basket.
A. Variabel Bebas :
a. Metode Peer Teaching.
Melalui metode ini, para siswa diberikan materi pembelajaran permainan bola basket dengan
melakukan tugas gerak berupa teknik-teknik dasar bola basket, yaitu teknik passing
(operan), teknik dribble (menggiring), shot (menembak). Siswa dibagi beberapa kelompok
dan sebagai pengajar adalah siswa (teman sendiri). Tugas-tugas gerak ini dilakukan oleh
para siswa dengan memakai alat peraga seperti bola standar, ukuran lapangan standar, dan
tinggi ring basket standar sesuai ukuran internasional. Untuk setiap pertemuan direncanakan
pelajaran pendidikan jasmani ( 2 X 45 menit) ditambah diluar jam sekolah hari Senin dan
Sabtu, dilaksanakan dalam 12 pertemuan, sehingga jumlah seluruh pertemuan berlangsung
12 kali pertemuan diluar pre test dan post test.
b. Metode Inquiry Teaching
Melalui metode ini, para siswa diberikan materi pembelajaran permainan bola basket dengan
melakukan tugas gerak berupa teknik-teknik dasar bols basket, yaitu teknik passing (operan),
teknik dribble (menggiring), shot (menembak). Siswa dibagi beberap kelompok dan
melakukan tugas gerak dan tugas kognitif dari guru. Tugas-tugas gerak ini dilakukan oleh
para siswa dengan memakai alat peraga seperti bola standar, ukuran lapangan standar, tinggi
ring basket standar sesuai ukuran internasional, dan sumber pengetahuannya adalah buku
sumber, computer(internet). Untuk setiap pertemuan direncanakan ada tiga teknik dasar yang
akan diajarkan. Jumlah pertemuan seminggu sekali dalam pelajaran pendidikan jasmani ( 2 X
45 menit), dilaksanakan dalam 4 pertemuan, sehingga jumlah seluruh pertemuan berlangsung
4 kali pertemuan diluar pre test dan post test.
B. Variabel Terikat
Dalam penelitian ini sebelum siswa diberikan pengajaran materi bola basket, para siswa
diberikan pengukuran tentang motor educability, dimana tujuan dari tes ini untuk membagi
kelompok yaitu para siswa yang motor educability tinggi (Hi) dan kelompok yang rendah motor
educability (Low), kemudian tiap kelompok tersebut diberikan perlakuan Peer Teaching dan
Inquiry Teaching.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penguasaan keterampilan teknik dasar dalam
permainan bola basket yang diukur melalui tes yaitu :
2. Tes melakukan dribble selama 30 detik
3. Tes memasukan bola kekeranjang basket selama 30 detik
Dalam penelitian ini terdapat beberapa variable selain variable bebas dan terikat yang perlu
dikendalikan pengaruhnya agar tidak mencemari hasil penelitian. Variabel-variabel yang perlu
dikendalikan dalam penelitian ini adalah, Jenis kelamin, kehadiran subyek dalam membelajaran,
kegiatan sejenis diluar perlakuan, pengajar.
1. Usia subyek. Untuk menghindari efek usia terhadap hasil penelitian, maka semua anak
dalam penelitian ini ialah siswa SMAT KRIDA NUSANTARA kelas 10 yang berusia
antara 15-16 tahun. Usia yang dianggap berkaitan erat dengan kematangan anak untuk
belajar.
2. Jenis kelamin. Dalam penelitian ini melibatkan 4 kelas yang terdiri dari laki-laki 75
orang, dan perempuan 25 orang sebagai subyek.
3. Kehadiran subyek dalam pembelajaran. Keteraturan dan kesanggupan kehadiran anak
dalam latihan sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Hilangnya beberapa aspek
(mortalitas eksperimen) sangat mempengaruhi validitas internal suatu eksperimen. Untuk
mempertahankan kehadiran anak selama pembelajaran ditempuh langkah-langkah berikut
ini :
a. Sebelum pembelajaran dimulai, subyek diminta kesediaannya untuk tetap hadir
selama penelitian berlangsung (12 pertemuan).
b. Kepada siswa dijelaskan maksud dan kepentingan pengajaran ini bagi peneliti adan
c. Setiap akhir latihan, mereka diingatkan agar hadir dalam pertemuan berikutnya.
Materi untuk beberapa aspek kembali diberikan kepada setiap siswa. Hal ini penting
untuk menjamin terpenuhnya validitas internal.
4. Kegiatan sejenis di luar penelitian. Kepada anak diingatkan bahwa selama penelitian
berlangsung, mereka tidak boleh melakukan tugas permainan bola basket diluar waktu
penelitian.
5. Pengajar, unsur pengajar di metode Peer Teaching oleh siswa yang dianggap memiliki
teknik yang baik dalam bola basket dibawah pengawasan penulis. Pada Inquiry Teaching
oleh penulis sendiri.
Untuk menghindari terjadinya salah tafsir terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam
penelitian ini, penulis mencoba menjelaskan sebagai berikut:
1) Metode
Surakhmad (1986 :96) mengatakan “Metode adalah cara yang dalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan, makin baik metode itu, makin efektif pula
pencapaian tujuan.”
”Metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan belajar yang ingin
dicapai.” (Syaiful sagala, 2008:201).
2) Proses belajar Sudjana (2005:1) mengatakan : ”Proses belajar adalah proses belajar yang
dilakukan di sekolah, adalah suatu proses atau penjabaran kurikulum yang disampaikan
pada siswa yang menempuh suatu proses pembelajaran”.
3) Metode Peer Teaching merupakan metode mengajar sesama teman yang dibantu oleh
teman sendiri. Metode ini memupuk rasa sosial dan tanggung jawab antar sesama siswa.
mengerti, dalam hal ini siswa yang lebih terampil akan membantu siswa lainnya dalam
pencapaian tujuan pembelajaran.
4) Metode Inquiry Teaching adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk
menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar, Mulyasa (2003:234) mengatakan
“Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif".
5) Penguasaan diartikan sebagai perolehan keterampilan yang melekat yang diungkapkan
berdasarkan selisih skor tes akhir dan tes awal dari subyek yang bersangkutan.
6) Keterampilan yakni kemampuan melakukan suatu tugas atau aktivitas fisik yang
menuntut ketepatan, kecermatan, kecepatan dalam pelaksanaanya. Keterampilan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan dalam permainan bola basket.
7) Cognitive Teaching adalah cara mengajar yang yang dilakukan oleh guru yang
berpedoman pada kemampuan ranah kognitif (pengetahuan).
8) Peer dalam kamus Inggris-Indonesia diartikan kawan sebaya
9) Inquiry dalam kamus Inggris-Indonesia diartikan penyelidikan
C. Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 10 Sekolah Menengah Atas
Terpadu Krida Nusantara Di Bandung, dan sampelnya adalah sebagian dari jumlah populasi.
Jumlah sample ditetapkan sebanyak 60 orang dari jumlah populasi adalah 100 orang, dengan
karakteristik sebagai berikut :
1. Usia populasi yaitu 15-16 tahun
2. Jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan
Pengambilan sample dalam peneltian ini adalah dengan cara sample kelompok atau cluster
sampling, sample ini digunakan sebagai perwakilan dari populasi yang cukup besar sehingga
perlu dibuat beberapa kelas atau kelompok, dalam penelitian ini sample yang dipakai adalah
kelas X5, X6, X7, dan X8.
Tabel 3.2 Jumlah siswa kelas 10 SMAT KRIDA NUSANTARA BANDUNG
KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
X 5
Sebelum eksperimen dilaksanakan, sample yang sebanyak 100 orang itu melaksanakan
tes motor educability setelah dirangking hasilnya dibuat kelompok 27 % kelas atas dan 27 %
kelas bawah. Kelompok atas disebut dengan kelas tinggi motor educabilitynya (Hi) berjumlah
30 orang dan kelompok bawah adalah kelompok yang motor educabilitynya rendah atau kelas
Low berjumlah 30 orang. Kemudian tiap kelompok Hi dan kelompok Low dibagi menjadi
masing-masing 2 kelompok. Sehingga akan menjadi 4 kelompok (2 kelompok Hi berjumlah 15
orang dan 2 kelompok Low berjumlah 15 orang), tiap kelompok Jadi tiap-tiap dari kelompok Hi
dan Low akan menerima pengajaran Peer Teaching dan Inquiry Teaching.
Sebelum eksperimen dilaksanakan, kedua kelompok itu dilakukan tes awal penguasaan
keterampilan bola basket yang meliputi :
1. Tes passing ketembok selama 30 detik
3. Tes shot ke keranjang selama 30 detik.
Tes ini dilaksanakan dengan maksud dan tujuan untuk mengetahui bahwa kedua kelompok
berangkat dari kemampuan awal yang sama, belum mempunyai keterampilan bola basket.
Setelah sample sebanyak 60 orang terjaring dan dibagi kedalam empat kelompok yang
masing-masing kelompok mendapat perlakuan dengan dua macam metode pegajaran yaitu metode Peer
Teaching dan metode Inquiry Teaching.
Sesuai dengan hasil undian maka untuk kelompok Hi A mendapat perlakuan dengan
metode Peer Teaching dan kelompok Hi B mendapat perlakuan dengan metode Inquiry
Teaching, sedangkan untuk kelompok Low A mendapat perlakuan dengan metode Peer
Teaching dan kelompok Low B mendapat perlakuan Inquiry Teaching. Pelaksanaan kegiatan
pengajaran ini berlangsung selama 4 kali pertemuan, sesuai dengan program mengajar untuk
bola basket dalam program semester sekolah dan dua kali tes yaitu tes awal (pretest) dan tes
akhir (posttest). Pengajaran dilaksanakan setiap hari Rabu sesuai dengan jam pelajaran
pendidikan jasmani disekolah sebagai berikut :
Tabel 3.3 Jadwal mengajar pendidikan jasmani di SMAT KRIDA NUSANTARA
NO KELAS JAM KE KELOMPOK
1 X 6 1 – 2 (07.15 -08.45) Hi A (PEER TEACHING )
2 X 5 3 – 4 (08.50 – 10. 20) Low A(PEER TEACHING)
3 X 8 5 – 6 (10.50 - 12.20) Hi B (INQUIRY TEACHING)
4 X 7 7 – 8 (13.20 – 14.50) Low B (INQUIRY TEACHING)
Kelompok Hi A dan kelompok Low A diberi perlakuan metode Peer Teaching dalam
basket. Materi bola basket yang diberikan tutor kepada para siswa atau temannya adalah teknik
drible atau menggiring bola, teknik passing atau mengoper bola dan teknik shotting atau
menembak bola.
Kelompok Low B dan kelompok Hi B diberi perlakuan metode Inquiry Teaching dalam
pengajaran bola basket. Materi bola basket yang diberikan guru kepada para siswa adalah teknk
drible atau menggiring bola, teknik passing atau mengoper bola dan teknik shotting atau
menembak bola ditambah aspek kognitif yaitu analisis gerakan dari teknik-teknik tersebut.
Ke-empat kelompok itu diberikan materi pengajaran yang sama yaitu teknik bola basket
dengan prinsip sistematis yaitu dari gerakan yang mudah dahulu kemudian dilanjutkan pada
gerakan yang sukar, sesuai dengan pendapat Lutan (1988:419) mengatakan : “ Rangkaian
latihan bisa dimulai dari mudah ke yang sukar. Jadi gerakan pendahuluan dikuasai dengan baik,
baru selanjutnya diajarkan teknik yang sebenarnya”.
Setelah keempat kelompok eksperimen berlatih dengan metode mengajar yang berbeda
selama 4 kali pertemuan, selanjutnya dilaksanakan tes akhir (post test). Pelaksanaan post test
dilakukan setelah kegiatan akhir eksperimen atau pertemuan ke-4 (empat).
D. Program Mengajar
Berdasarkan rincian waktu penelitian ini berlangsung selama 4 minggu dengan jumlah
pertemuan 4 kali pertemuan. Pelaksanaan pengajaran setiap hari rabu dari jam 07.15 – 14. 50
Wib, jumlah pertemuan disesuaikan dengan program mengajar pendidikan jasmani selama
semester 1, yaitu untuk permainan bola basket 4 pertemuan.
Bagan 3.4 Program belajar materi bola basket
No Materi Kelas
X5 – X8
Desember 2009
2 9 16 23
2
Adapaun program mengajar yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah Silabus
pendidikan jasmani untuk kelas X (sepuluh) dan Rencana pelajaran tiap pertemuan dan program
mengajar selama 1 semester.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data, dan juga gambaran penguasaan keterampilan teknik dasar
permainan bola basket, maka diperlukan alat pngumpul data. Data penelitian dikumpulkan
melalui teknis tes dan pengukuran dengan menggunakan istrumen tes. Instrumen tes yang
dipakai harus yang baik dan tingkat validitas dan reliabilitasnya juga terjamin.
Suatu alat ukur dikatakan valid, apabila alat ukur tersebut betul-betul mengukur apa yang
diukur. Sesuai dengan pendapat Safrit (1981:46) “validity can be defined as the degree to which
a test measures that which it is intended to measure “.
Sejalan dengan hal itu Abdoellah (1988:25) mengatakan “ Kesahihan dapat didefinisikan
sebagai tingkat sebuah tes mengukur apa yang dimaksud harus diukurnya”. Jadi, validitas alat
ukur akan memungkinkan terjadi apabila alat itu tetap mengukur variable-variabel yang diteliti.
Karena itu dapat dikatakan juga validitas adalah ketepatgunaan suatu alat ukur terhadap obyek
Validitas terdiri dari tiga tipe yaitu : (1) Validitas isi, (2) validitas hubungan kreterion,
dan (3) Validitas konsep (Abdoellah 1988:26)
Validitas isi dari suatu kumpulan sekor tes dapat dibuktikan dengan menunjukan bahwa
prilaku yang diperlihatkan dalam pengetesan terdiri dari satu cuplikan yang representative dari
prilaku yang harus ditunjukan dalam ranah untuk kerja yang diinginkan.
Validitas hubungan kreterion diperoleh dengan membandingkan sekor-sekor tes dengan
satu atau lebih ubahan eksternal yang dipandang dari ukuran langsung dari sifat atau prilaku dari
ubahan tersebut. Validitas konsep telah diidentifikasi sebuah tipe baru kesahihan yang
digolongkan sebagai kesahihan konsep. Pada intinya tipe kesahihan ini memusatkan perhatian
pada keinginan mendasar pembuatan tes pada suatu teori yang diakui secara Eksplisit.
Dalam penelitian ini tes yang dipakai adalah tes baku. Tes ini dipakai untuk menentukan
bagaimana baiknya unit local memenuhi standar wilayah atau Negara dalam mengajarkan
berbagai macam bahan pelajaran. Pembuat tes baku biasanya mempunyai sumber dana dan
logistic yang tersedia untuk melakukan study baik mengenai kesahihan (validitas) dan
keterandalan (reliabilitas) termasuk mengembangkan norma atau standar acuan-acuan yang baik.
Sesuai dengan uraian, maka tes yang dipakai dalama penelitian ini adalah tes
keterampilan teknik dasar bola basket, tes ini berguna untuk mengukur keterampilan
(penguasaan) teknik dasar bermainan bolabasket bagi siswa.
Sesuai yang dikontruksikan oleh Nurhasan (2000:240), tes ini mengukur mengenai keterampilan
penguasaan teknik-teknik dasar dalam permainan bola basket, tes ini terdiri tiga butir tes :
1. Tes melempar dan menangkap bola
2. Tes memasukan bola ke keranjang
Tes ini mempunyai reabilitas dan validitas 0,84 yang diperoleh dari hasil penghitungan
multiple korelasi dengan metode Werry-Doelittle
Tes keterampilan bola basket ini dapat digunakan untuk :
1. Mengklafikasikan keterampilan para siswa
2. Menentukan kemajuan hasil belajar siswa
3. Mengetahui hasil belajar siswa dan untuk memberikan nilai keterampilan dari siswa
dalam cabang olahraga bola basket.
Adminitrasi Pelaksanaan Tes :
Pelaksanaan tes dan skorsing dari masing-masing butir tes adalah sebagai berikut :
1. Tes melempar dan menangkap bola. Tester memegang bola berdiri dibelakang garis
yang jauhnya 3 meter dari tembok. Setelah ada aba-aba “ya” atau pluit, tester berusaha
melempar bola dalam 30 detik, selama melakukan tes siswa tidak boleh menginjak atau
melewati garis. Apabila pada waktu melakukan lemparan salah satu atau kedua kaki
menginjak atau melewati garis, maka lemparan tersebut dianggap tidak sah dan tidak
2. Tes menembak bola ke keranjang. Siswa dengan bola didepan dada atau di atas kepala
dan berdiri dibawah keranjang (under ring). Setelah aba-aba “ya” atau suara pluit, siswa
berusaha memasukan bola tersebut sebanyak mungkin kedalam basket dalam waktu 30
detik. Sebelum masuk kedalam basket, bola harus terlebih dahulu menyentuh papan
basket. Hanya bola yang sah masuk yang diberi skor.
3. Tes menggiring bola. Sebelum melakukan tes siswa berdiri dengan bola dibelakang garis
star, setelah aba-aba “ya” atau suara pluit siswa menggiring bola melalui enam rintangan
dengan rute seperti pada gambar. Siswa diberikan waktu 30 detik untuk melewati
rintangan sebanyak mungkin. Apabila setelah mencapai setelah siwa mencapai garis star
kembali dan waktu 30 detik belum selesai, maka siswa melanjutkan menggiring bola
dengan rute seperti semula, skor ditentukan oleh jumlah rintangan yang mampu dilewati
siswa. Apabila siswa melakukan salah menggiring atau salah rute maka siswa harus
diulang.
F. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan kegiatan penelitian dilakukan di lapangan bola basket SMAT
Krida Nusantara Bandung yang berlokasi di Desa Cipadung Kota
Bandung.
2. Waktu Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan sejak minggu awal bulan November 2009 sampai
awal bulan Desember 2009. Dilakukan sebanyak 4 pertemuan.
G. Teknik Pengolahan Data
Untuk menguji hipotesis penelitian, apakah dapat diterima atau ditolak, maka data yang
diperoleh harus diolah dan dianalisis. Pengolahan dan analisis data menggunakan rumus-rumus
statistic yang disusun oleh Sudjana (1984).
Langkah-langkah yang menempuh untuk pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut :
1. Tabulasi data
2. Menghitung nilai rata-rata dari masing-msing butir tes
3. Mencari nilai standar deviasi (s) dari masing-masing butir tes
4. Membuat skor standar
5. Menguji normalitas dilakukan terhadap setiap kelompok teknik yang digunakan adalah
uji Kolmogorov-Smirnov
6. Menguji homogenitas data dari setiap kelompok tes menggunakan Levene test
7. Hasil uji Beda Skor Pretest dan Postest Penguasaan keterampilan bola basket dengan
menggunakan uji t data berpasangan
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan.
Hasil kesimpulan penelitian ini di dapat setelah terjadi proses belajar mengajar selama 4
kali pertemuan selama 1 bulan. Berdasarkan hasil analisis pengujian hipotesis, maka kesimpulan
penelitian ini adalah :
Berdasarkan analisis data hasil pengukuran, penelitian ini menunjukan bahwa :
1) Tidak terdapat pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan
permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability rendah.
2) Terdapat pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan
bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability tinggi.
3) Terdapat pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan
permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability rendah.
4) Terdapat pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan
permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability tinggi.
5) Tidak terdapat interaksi antara metode Peer teaching dan Inquiry Teaching dengan
kemampuan motor educability terhadap penguasaan keterampilan bola basket
B. Rekomendasi
Tujuan dari pada pengajaran disekolah adalah untuk mencapai penguasaan gerak secara
maksimal mungkin. Oleh karena itu disarankan untuk memilih metode mengajar yang tepat
membuktikan bahwa kedua metode ini dapat memberikan pengajaran yang tepat untuk
penguasaan teknik dasar bola basket. Hasil penelitian ini akan penulis kembangkan
khususnya disekolah tempat menulis bekerja dan akan di informasikan kepada teman sejawat
di sekolah tersebut. Dan kedepannya penulis akan kembangkan pada musyawarah guru mata
pelajaran (MGMP) pendidikan jasmani di lingkungan sekolah – sekolah yang ada di kota
Bandung. Dan penulis menyarankan kepada :
Diknas pusat atau pun diknas tingkat daerah dan pihak lain yang terkait agar dapat
memperkenalkan lebih luas metode mengajar yang lebih efektif kepada masyarakat luas. Hal
ini karena menurut pengamatan penulis hingga saat ini penggunaaan metode Peer teaching
dan metode Inquiry Teaching belum banyak digunakan dalam pengajaran pendidikan jasmani
pada sekolah-sekolah.
Bagi guru-guru olahraga atau pelatih bola basket disarankan untuk menerapkan dan
mengembangkan metode Peer Teaching dan metode Inquiry Teaching dalam proses belajar
mengajar untuk meningkatkan penguasaan teknik dasar bola basket.
Hasil penelitian ini merupakan bukti empirik, yang dapat dipakai sebagai bahan
penelitian yang lain. Selain itu disarankan pula kepada para peneliti agar mengadakan
penelitian ulang dengan menggunakan obyek pada siswa SMP atau SD, atau dengan teknik
dasar olahraga lainnya, jangka waktu lebih panjang, jumlah sample yang lebih banyak, dan
obyek penelitian yang lebih luas.
Penulis berharap mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat menjadikan sumbangan
pemikiran dalam rangka meningkatkan penguasaan teknik dasar bola basket khususnya
KEPUSTAKAAN
Amung Ma’mun, Yudha M Saputra.(2000). Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja
A. David Hill; Nicholas. (1981). “Two modes of peer teaching in introductory
college geography “.Journal of Geography in Higher Education, Volume 5, Issue 2 October 1981 , pages 145 - 154
Chauhan (1979). Innovation In Teaching- Learning Process, Vikas Publishing House PVT LTD New Delhi Bombay Bangalore Carcuta Kanpur.
Clarke. (1995). Application of Meassurement to Healty and Physical Education . Englewood Cliffs,N.J Prentice Hall.
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
Harlod Mc Cloy. (1954). Test and Meansurement in Healty and Physical Education. New York: Apleton.Century,Crofts,Inc.
Harlod, M Barrow. (1978). A Practical Approach to Meansurement in Physical Education. Philadelphia.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek – aspek Psikologi dalam Coaching, CV. Tambak Kesuma, Jakarta.
Husdarta, Yudha M Saputra.(2000). Perkembangan Peserta Didik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
Isjoni (2007). Cooperative Learning, Efektifitas Pembelajaran Kelompok. ALPABETA. Bandung
Johnson. (1932). Practical Meansurment for Evaluation in Physical Education. Minneapolis:Burges,Publishing,Company.
Mathew, Donald K. (1983). Meansurement in Physical Education. Philadelphia :W.C Sanders Company.
Metzler, Michael.W. (1999). Instructional Models for Physical Education, Georgia State Universitas.
Mosston, Ashworth. (1994). Reciprocal style, Georgia State Universitas
Muska, Moston. (1981). Teaching Physical Education, Second edition Charles E. Merril Publishing Co.
Mulyasa. (2003). Model –model Pembelajaran , Penerbit Alfabeta, Bandung
Munir, Baderel (2001). Dinamika Kelompok, Penerapan dalam labotarium ilmu prilaku. Universitas Sriwijaya
Nurhasan, Hasanudin. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan, Jurusan Pendidikan Kepelatihan, FPOK, UPI, Bandung.
Peter Reason, John Rowan. (1993), Human Inquiry, A Sourcebook of New Paradigm Research. Centre for the study of Organizational Change and Development University of Bath, Independent Consultant, London
Poerwadarminta. (1990). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Sanjaya. (2006). Metode penelitian, Penerbit Sinar Baru, Bandung
Samsudin. (2008). Metode Mengajar Pendidikan Jasmani, Penerbit Alfabeta, Bandung
Schmidt, R (1988). Motor Control and Learning. California: A Behavior Empasis Universitas of California
Silberman, Mel. (1996). Active Learning, 101 Strategies to Teach Any Subject, Temple University
Sudjana,Nana.(1998). Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Penerbit Sinar Baru Bandung
Sudjana. (1982). Metode Statistika, Tarsito Bandung
Suhartono. (1995). Motor Educability dengan Keterampilan Gerak Olahraga. IKIP: Jakarta
Sugiono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, Penerbit ALFABETA Bandung,
Sugiono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan, Balai Pustaka Jakarta
Syaiful Sagala. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran, untuk membantu memecahkan problema belajar dan mengajar, Penerbit Alfabeta,
Sudjana,Nana (2005). Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensido Bandung
.
Supono,Rachmad, Permainan Bola Basket, Direktorat Jendral Olahraga dan Pemuda . Jakarta
Tim Penjaskes. (2008). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Yudistira Bandung.
Tim MGMP Krida Nusantra. (2009). Adminitrasi guru Pendidikan Jasmani . SMAT Krida Nusantara Bandung.
Tite Yulianti. (2009). Development Creativity Student ThrougImplementation of Inquiry
Modelin Physical Education. “The International Conference of Physical Education and Sport: Character and Economic Values of Sport “at Jica, Indonesia University of Education July, 24th – 25th 2009
Ted and Jackson.(1978). Meansurement in Physical Education. Philadelpia : Lea
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.