• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh metode pembelajaran dan motor educability terhadap penguasaan keterampilan bola basket (suatu study eksperimen metode Peer teaching dan Inquiry Teaching pada siswa yang memiliki motor educability tinggi dan rendah).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh metode pembelajaran dan motor educability terhadap penguasaan keterampilan bola basket (suatu study eksperimen metode Peer teaching dan Inquiry Teaching pada siswa yang memiliki motor educability tinggi dan rendah)."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

4. Pengaruh Peer Teaching terhadap Penguasaan Teknik BolaBasket……… ... 46

(2)

E. Inquiry Teaching……… 50

1.Teori Belajar……….. 57

2. Pengajaran dan Pembelajaran………. 58

3. Validitas………61

4. Pengaruh Inquiry Teaching terhadap Penguasaan Teknik Bola basket………63

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……….. 98

C. Populasi dan Sample Penelitian………...103

D. Program Mengajar……… 106

E. Teknik Pengumpulan Data……… 107

F. Lokasi dan Waktu Penelitian……… .111

G. Teknik Pengolahan Data………..111

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian………113

B. Pembahasan Temuan………136

(3)

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Kerangka berpikir……….17

2.1. Perbandingan mengajar oleh seorang guru dalam Peer Teaching ……….. 50

2.2. Profil kelangsungan Peer Teaching ………..49

2.3. Pendekatan Inquiry Teaching dalam pembelajaran………. 56

2.4. Perencanaan unit pembelajaran Inquiry……….. 66

3.1. Desain penelitian... 97

3.2. Jumlah siswa kelas 10 SMAT KRIDA NUSANTARA……….104

3.3. Jadwal mengajar olahraga di SMAT KRIDA NUSANTARA………….105

3.4. Program mengajar pendidikan jasmani……….107

4.1 Hasil pretest keterampilan bola basket ……… 113

4.2. Hasil posttest keterampilan bola basket……….. 114

4.3. Hasil pengujian normalitas data……… 117

4.4. Hasil pengujian Homogenitas……… 118

4.5. Hasil uji beda skor pretest-posttest keterampilan bola basket kelompok low dengan metode Peer Teaching ………119

4.6. Hasil uji beda skor pretest-posttest keterampilan bola basket kelompok high dengan metode Peer Teaching……… 122

4.7. Hasil uji beda skor pretest-posttest keterampilan bola basket kelompok low dengan metode Inqiury Teaching………124

(4)

4.8. Hasil uji beda skor pretest-posttest keterampilan bola basket kelompok

high dengan metode Inquiry Teaching………127

4.9. Hasil peningkatan keterampilan bola basket………128

4.10 Hasil analisis varian (ANAVA) factorial 2 x 2………130

4.11 TabelMultiple Comparisons……….131

4.12 Tabel Homogeneous Subsets………...134

4.13 Tabel hasil analisis varian (ANAVA) dengan desain faktorial 2 x 2...135

(5)

DAFTAR GRAFIK

Halaman 4.1 Nilai rata-rata skor pretest-posttest kelompok low dengan metode

Peer Teaching………...118 4.2 Nilai rata-rata skor pretest-posttest kelompok high dengan metode

Peer Teaching………..121 4.3 Nilai rata-rata skor pretest-posttest kelompok low dengan metode

Inquiry Teaching………124 4.4 Nilai rata-rata skor pretest-posttest kelompok high dengan metode

Inquiry Teaching……… 126

4.5 grafik rata-rata Skor peningkatan tiap kelompok…...129

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Operan tolakan dada (chest pass)………..85

2. Operan dari atas kepala……….86

3. Operan pantulan (Bounce pass)………87

4. Teknik menggiring (dribbling)……….89

5. Teknik menembak (Shooting)………..91

6. Tembakan dengan dua tangan dari atas kepala………92

7. Tembakan dengan satu tangan ( One hand set shot)………94

8. Lapangan tes melempar tangkap bola……….110

9. Route dribbling bola basket………111

(7)
(8)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Permainan bola basket merupakan salah satu cabang olahraga yang termasuk dalam

materi pokok, aktivitas permainan dan olahraga yang tertuang dalam kurikulum pendidikan

jasmani. Cabang olahraga ini berisikan teknik-teknik seperti driblling, passing, shooting dan

variasi gerak yang harus diajarkan kepada anak oleh guru pendidikan jasmani. Bola basket

adalah salah satu olahraga paling popular di dunia. Penggemarnya yang berasal dari segala usia

merasakan bahwa bola basket adalah olahraga yang menyenangkan, kompetitif, mendidik,

menghibur, dan menyehatkan. Untuk dapat memainkan olahraga ini diperlukan

keterampilan-keterampilan perseorangan seperti tembakan, umpan, menggiring, dan merebut, serta kerja tim

untuk menyerang atau bertahan. Permainan ini terus berkembangeven-even yang membantu

penggemarnya mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dasar mereka.

Penguasaan gerak dalam permainan bola basket merupakan aspek penting dan dominan

dalam tujuan pendidikan jasmani. Tujuan pendidikan jasmani dalam kurikulum mencakup

perkembangan dan kemampuan organic, neuromuscular, intelektual, emosional dan moral secara

menyeluruh. Kegiatan penguasaan gerak dalam pendidikan jasmani juga perlu ditinjau dari

aspek biologi, sosial, dan budaya. Namun demikian kegiatan pendidikan jasmani adalah gerak

manusia, aktivitas jasmani yang bersifat umum. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani

di sekolah penentuan tugas gerak dengan jenis cabang olahraga merupakan persoalan bagi anak.

Hal ini disebabkan karena materi yang akan diajarkan guru kepada anak didiknya berintikan

(9)

Kecenderungan guru pendidikan jasmani, yang selalu menerapkan metode mengajar

tradisional seperti gaya komando dan melakukan gerakan sesuai dengan perintah guru, merasa

guru paling benar dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani akan berpengaruh pada anak

didiknya. Siswa harus melakukan sesuai dengan gerakan yang diperintahkan guru apabila salah

maka akan memarahinya dan siswa tidak diberi kebebasan untuk melakukan gerakan-gerakan

lainnya maka pengaruh yang timbul adalah rasa frustasi dan rasa tidak senang terhadap

pendidikan jasmani.

Teknik-teknik yang terdapat dalam bola basket banyak sekali dan beraneka ragam, seperti

teknik melempar, menangkap, menggiring bola, menembak ke ring, teknik tersebut dilakukan

dengan variasi melompat, melangkah, membalik sehingga memberi daya tarik tersendiri untuk

siswa atau pelaku, hal inilah yang membuat jumlah peserta ekstrakulikuler bola basket di

sekolah-sekolah tetap banyak selain itu banyaknya pertandingan-pertandingan yang diadakan

baik itu antar sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas

(SMA), dan perguruan tinggi (PT), yang menyebabkan tersalurnya minat dan bakat siswa.

Meskipun permainan ini banyak disukai siswa, tetapi anak-anak sulit menguasai teknik bola

basket, sehingga siswa tidak menguasai jalannya permainan

Banyaknya unsur atau komponen dalam permainan bola basket menuntut guru menguasai

berbagai metode. Metode-metode ini harus mengedepankan keputusan-keputusan yang sama,

meskipun dengan cara dan waktu yang berbeda. Misalnya, guru dapat memutuskan untuk

memberi umpan balik kepada siswa dengan memberitahukan secara langsung dengan meminta

siswa memecahkan masalahnya sendiri, atau dengan meminta siswa untuk membantu teman

mereka. Dalam pendidikan jasmani ada beberapa gaya pengajaran yang sering dilakukan oleh

(10)

jasmani adalah komando (commando style), latihan (practive style), berbalasan (reciprocal

style), menilai diri sendiri (self check style), partisipatif atau inklusif (inclution style)”.

Hasil observasi dan wawancara dengan para guru pendidikan jasmani di sekolah kota

Bandung, metode yang sering digunakan oleh para guru pendidikan jasmani di sekolah-sekolah

lebih terpusat pada guru sehingga siswa sedikit mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan

keterampilan yang diajarkan, sehingga hasil yang diharapkan dari tujuan pembelajaran itu tidak

tercapai. Dapat dilihat dari hasil observasi para siswa antri di depan ring basket sebelum

memperoleh kesempatan untuk berlatih memasukkan bola ke ring basket. Dalam pengajaran bola

basket, guru masih menggunakan metode yang berpusat pada guru tersebut akibatnya siswa tidak

maksimal dalam melakukan latihan yang akhirnya tujuan utama para siswa mencapai ketuntasan

kompetensi maksimal (KKM) tidak tercapai.

Oleh karena itu untuk mampu menemukan anak yang berbakat dalam proses pendidikan

jasmani di sekolah, diperlukan kemampuan seorang guru yang memiliki kompetensi untuk

melakukan identifikasi bakat tersebut. Untuk mampu melakukan hal tersebut diperlukan guru

pendidikan jasmani yang memahami tentang proses belajar gerak (motor learning). Ini artinya

bahwa paling rendah untuk guru penjas tersebut dibutuhkan orang yang telah lulus dari sekolah

kejuruan tentang pendidikan jasmani atau olahraga, karena hanya sekolah tersebutlah yang

memberikan ilmu tentang belajar gerak (motor learning). Banyak faktor yang dapat

mempengaruhi proses maupun keberhasilan belajar gerak, yang secara garis besar dapat

dibedakan menjadi faktor-faktor internal dan eksternal. Lebih jelas lagi mengenai faktor-faktor

(11)

Faktor-faktor internal adalah faktor-faktor yang ada pada diri anak itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang ada di luar diri anak yang dapat dimanipulasi guna memperkembangkan anak tersebut dalam segala potensi internalnya.

Berangkat dari sana peneliti mengambil faktor-faktor keturunan yaitu kemampuan geraknya,

faktor kemampuan gerak atau sering disebut motor educability. Mengenai motor educability

Harlod Me Cloy (1984:83) menjelaskan bahwa "Motor educability is the ability to learn motor

skils easily arid well, it corresponds, in the area of general motor skills, to inteligence in the

area of classroom subjects". Maksud dari kalimat tersebut adalah bahwa motor educability

adalah kemampuan mempelajari keterampilan gerak dengan cepat dan

mudah, ini sama halnya dengan tingkat inteligensi seseorang dalam mempelajari materi pelajaran

di kelas. Dari kalimat tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa

motor educability merupakan inteligensi dalam ranah psikomotorik, artinya semakin bagus

motor educability seseorang maka orang tersebut akan lebih cepat dan mudah dalam mempelajari

suatu keterampilan.

Sehubungan dengan hal itu, untuk memudahkan siswa menguasai pelajaran bola basket di

sekolah, guru pendidikan jasmani selain melihat kemampuan psikomotor anak dan tidak boleh

terpaku pada salah satu metode mengajar melainkan mencari metode lain yang dianggap mampu

mencapai tujuan pelajaran yang diinginkan. Terdapat beberapa metode mengajar yang dapat

digunakan dalam proses belajar mengajar permainan bola basket, diantaranya adalah Peer

Teaching dan Inquiri Teaching.

Peer Teaching adalah metode mengajar yang telah digunakan di sekolah – sekolah

dengan siswa lain yang menjadi tutor atau pengajarnya, teman sepermainan merupakan orang

yang lebih dahulu mengajarkan tentang kegiatan –kegiatan dalam sehari-hari seperti yang

(12)

who first taught you many of the basic social, communication, cognitive, and psychomotor skills

that you took into and through your early years in school”. Metode Peer Teaching merupakan

metode mengajar sesama teman. Metode ini memupuk rasa sosial dan tanggung jawab antar

sesama siswa. Metode ini menjelaskan kembali pelajaran (cara-cara, konsep) kepada teman yang

belum mengerti, dalam hal ini siswa yang lebih terampil akan membantu siswa lainnya dalam

mengajarkan keterampilan bola basket. Dengan demikian diharapkan secara keseluruhan siswa

dalam satu kelompok mampu menguasai keterampilan bola basket. Sedangkan menurut

pendapat Silberman (1996:157) yang diterjemahkan oleh Zaenal Arifin “Beberapa ahli percaya

bahwa satu mata pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila seorang peserta didik mampu

mengajarkan pada peserta lain.” Pada metode Peer Teaching penjelasan siswa yang menjadi

tutor lebih memungkinkan berhasil. Peserta didik melihat masalah dengan cara yang berbeda

dibandingkan orang dewasa dan mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab. Metode Peer

Teaching lebih unggul dikarenakan proses membelajaran melibatkan guru dan melibatkan siswa

yang pandai dalam keterampilan gerak khususnya dalam keterampilan bola basket. Metode Peer

Teaching termasuk dalam katagori Direct Teaching, pengajaran aktifitas fisik yang diberikan

langsung akan diterima dan langsung akan dilakukan oleh siswa. Prinsip tersebut akan lebih

jelas apabila kita pahami prinsip dasar dari teori itu sendiri yang terdiri dari dua elemen, yaitu

elemen Stimulus-Respon yang dinyatakan dalam model S-R.

Inquiry Teaching adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari

apa yang telah didapatkan selama belajar, Mulyasa (2003:234) mengatakan “Inquiry

menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif". Meskipun metode ini berpusat

pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat

(13)

memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik, guru juga berkewajiban memberikan

kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif dengan menggunakan fasilitas media

dan materi pembelajaran yang bervariasi. Dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani

Inquiry Teaching merupakan metode mengajar dengan terlebih dahulu menjelaskan pada siswa

tentang cara melakukan suatu gerakan, kemudian siswa berusaha mempraktikan gerakan

tersebut, siswa mengungkapkan dan berusaha memecahkan permasalahan dengan atau tanpa

bantuan. Untuk mencapai sasaran kognitif digunakan stimulus berupa psikomotor (aktivitas

fisik) untuk menemukan jawabannya, interaksi antara kognitif dan psikomotor tergantung pada

tugas ajar yang diberikan guru pada siswa, seperti yang dikemukakan oleh Metzler (1999:311) :

Perharps the most important feature of inquiry teaching is that student learning occurs in the cognitive domain first, and at times exclusively. Students are asked questions that get them to think to themselves or with one or more peers. Cognitive learning is sometimes the only type of achievement sought by the teacher.

Faktor yang terpenting dari Inquiry Teaching ialah bahwa pembelajaran terjadi pertama kali

dalam ranah kognitif, dan secara istimewa murid diberi pertanyaan-pertanyaan yang membuat

mereka berfikir secara sendiri atau dengan teman-teman. Pembelajaran kognitif adalah

satu-satunya jenis dari pencapaian tujuan yang dicari oleh guru. Metode Inquiry Teaching termasuk

dalam katagori Indirect Teaching, penyampaian pengajaran aktivitas fisik dari guru tidak secara

langsung dilakukan oleh siswa tapi tugas gerak tersebut didiskusikan dahulu oleh siswa dengan

kelompoknya sebelum mereka melakukan tugas aktivitas fisik.

Keuntungan-keuntungan yang mungkin dapat diperoleh melalui metode Peer Teaching

dan metode Inquiry Teaching dalam pembelajaran olahraga khususnya keterampilan bola basket

adalah bagi siswa lebih banyak melakukan gerakan teknik bola basket, siswa tidak takut

melakukan kesalahan karena tutornya temannya sendiri dan siswa lebih mengerti gerakan yang

(14)

pembelajaran adalah mencapai ketuntasan kompetensi minimal (KKM) tercapai, untuk

mengatasi berbagai problema dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan metode-metode

mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan

juga kesulitan belajar peserta didik.

Dengan demikian penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh metode

Peer Teaching dan metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan bola basket di

SMAT KRIDA NUSANTARA Bandung. Kedua metode mengajar tersebut merupakan topik

permasalahan yang layak diteliti secara cermat, baik bagi kepentingan pengembangan dan

pelaksanaan pengajaran maupun kepentingan teori belajar gerak itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

Metode Peer Teaching dan Inquiry Teaching merupakan teknik atau cara yang

digunakan guru pendidikan jasmani untuk meraih pencapaian tujuan pelajaran yang diharapkan.

Seperti yang dikatakan Sagala (2008:201) ”Setiap metode pembelajaran yang digunakan

bertalian dengan tujuan belajar yang ingin dicapai”.

Dalam pengajaran keterampilan bola basket diperlukan metode mengajar untuk meraih

tujuan pembelajaran tercapai. Tujuan dari pembelajaran bola basket adalah siswa dapat

melakukan gerakan-gerakan teknik bola basket. Peranan metode pengajaran adalah sebagai

proses mencapai tujuan pembelajaran. Metode Peer Teaching dan Inquiry Teaching merupakan

proses mengajar dengan membuat kelompok-kelompok menjadi kelompok kecil. Tujuan dari

pengelompokan itu agar siswa dapat lebih leluasa melakukan keterampilan bola basket, seperti

yang dikatakan Rusli Lutan (1988:400) :

(15)

diperkirakan mengganggu perhatian siswa/atlet perlu disisihkan hingga sekecil mungkin.

Dengan demikian Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode Peer Teaching dan

metode Inqiury Teaching, sedangkanVariabel terikat dalam penelitian ini adalah penguasaan

keterampilan permainan bola basket, Agar penelitian lebih terarah dan terfokus pada pokok

masalah, maka dirumuskan pertanyaan – pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1) Adakah pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan bola basket

pada siswa yang motor educability tinggi

2) Adakah pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan bola basket

pada siswa yang motor educability rendah

3) Adakah pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan bola

basket pada siswa yang motor educability tinggi

4) Adakah pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan bola

basket pada siswa yang motor educability rendah.

5) Adakah interaksi antara metode pengajaran Peer Teaching dan Inquiry Teaching dengan

kemampuan motor educability terhadap penguasaan keterampilan bola basket.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode Peer Teaching dan

metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan bola basket. Secara umum metode

Peer Teaching dan Inquiry Teaching merupakan alat mencapai tujuan pengajaran yang

(16)

2. Tujuan Khusus

Disamping tujuan umum seperti di uraikan di atas penelitian ini mempunyai

tujuan yang khusus yaitu :

1) Untuk mengetahui pengaruh metode Peer Teaching pada siswa yang memiliki Motor

educability tinggi terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket.

2) Untuk mengetahui pengaruh metode Peer Teaching pada siswa yang memiliki Motor

educability rendah terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket.

3) Untuk mengetahui pengaruh metode metode Inquiry Teaching pada siswa yang

memiliki Motor educability tinggi terhadap penguasaan keterampilan permainan bola

basket.

4) Untuk mengetahui pengaruh metode Inquiry Teaching pada siswa yang memiliki

Motor educability rendah terhadap penguasaan keterampilan permainan bola basket.

D. Asumsi

Asumsi adalah titik tolak pemikiran yang akan memberikan batas – batas dalam keseluruhan

proses penelitian ini. Selain itu anggapan dasar membantu serta memberi arah terhadap

kesimpulan yang akan ditarik. Dengan demikian penelitian ini mempunyai anggapan dasar

sebagai berikut :

1) Siswa yang memiliki keterampilan dasar berolahraga atau memiliki motor educability

yang baik akan dapat dengan cepat menguasai keterampilan dengan metode mengajar

yang tepat yang diberikan guru. Kebutuhan akan metode yang efisien dalam pengajaran

(17)

alasan tersebut : (1) efisiensi akan hemat waktu, energi atau biaya, (2) metode efisien

akan memungkinkan para siswa, atau atlet untuk menguasai tingkat keterampilan yang

lebih tinggi. Berkaitan dengan hal ini, pengalaman sukses akan merupakan umpan balik

(feed back) dan membangkitkan motivasi siswa/atlet untuk belajar dan berlatih. Semakin

berhasil siswa dalam kegiatan belajar, semakin disukainya kegiatan tersebut. Syaiful

Sagala (2003 :201) mengatakan : ”Untuk mendorong keberhasilan guru dalam proses

belajar mengajar, guru seharusnya mengerti akan fungsi, dan langkah-langkah

pelaksanaan metode mengajar”.

2) Menurut Suryosubroto (2002:268) “Metode mengajar Peer Teaching dialokasikan agar

peserta didik saling membantu dalam pembelajaran matematika, bahasa, atau pelajaran

lainnya, baik satu-satu atau dalam kelompok kecil”. Metode Peer Teaching merupakan

salah satu strategi pembelajaran untuk membantu memenuhi kebutuhan peserta didik. Ini

merupakan pendekatan koperatif bukan kompetitif. Rasa saling menghargai dan

mengerti dibina diantara peserta didik yang bekerja sama.

3) Kelompok siswa yang diberikan metode Peer Teaching adalah mereka mempunyai

motoreducability rendah dan motor educability tinggi, diharapkan kelompok siswa yang

mempunyai motoreducability rendah, mereka tidak mempunyai gerak dasar yang baik

sehingga dengan melakukan pengulangan secara terus menerus dan dilatih oleh temannya

sendiri maka mereka akan dapat menguasai keterampilan bola basket. Seperti yang

dikemukakan oleh Metzler(1999:287) :

(18)

Metode mengajar Peer Teaching adalah metode mengajar sesama teman atau metode

mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri, metode Peer Teaching hanya bisa

digunakan ketika seorang guru tetap menyusun dan merencanakan pengajaran.

4) Dalam pengajaran pendidikan jasmani metode Peer Teaching, Guru –guru pendidikan

jasmani mengunakan bertahun-tahun, versi yang paling dikenal dalam Peer Teaching

pendidikan jasmani adalah yang dikemukakan oleh Mosston dan Ashworth’s (1994)

dengan strategi Reciprocal style :

In which one student is designated as the ”Observera” (the tutor) and the other student ia designated as the ”Doer”(the tutee). While this style does maintain the most essential feature of peer teaching, it is meant to be used as a temporary task structure, and is not usually designed as the only instructional strategy in a content unit.

Pengorganisasian dilakukan secara berpasangan. Setiap anggota dari pasangan ini

mempunyai peranan masing-masing. Salah seorang diantara mereka berperan sebagai

”pengamat ” (tutor) sementara yang lainnya berperan sebagai ”pelaku” (siswa). Mereka

yang berperan sebagai pelaku adalah melakukan tugas-tugas serta keputusan yang

diminta (dalam bentuk gerakan), sedangkan peran sebagai pengamat (tutor) memberikan

umpan balik kepada pelaku berdasarkan kriteria yang telah disampaikan oleh gurunya.

Muska Moston (1981) yang diterjemahkan oleh Susilodinata mengatakan :

Pengamat memberikan umpan balik kepada pelaku, dan jika diperlukan, maka pelaku dapat berkomunikasi dengan pengamat. Peranan guru dalam hal in adalah mengamati sejauh mana peranan dari pengamat dalam melakukan tugasnya. Setelah proses ini terjadi, maka hubungan dari ketiganya dapat diperlihatkan sebagai berikut : Pelaku --- Pengamat

Guru

5) Mulyasa (2003:234) mengatakan “Metode Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari

apa yang telah dialami. Karena itu Inquiry menutut peserta didik berfikir”. Metode ini

(19)

memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata.

Dengan demikian, melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis,

dan kritis

6) Dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani dengan metode Inquiry Teaching,

yang paling penting siswa belajar pada domain kognitif (berupa permasalahan) dari guru

kemudian siswa mengungkapkan dan berusaha memecahkan permasalahan dengan atau

tanpa bantuan. Untuk mencapai sasaran kognitif digunakan stimulus berupa psikomotor

untuk menemukan jawabannya, interaksi antara kognitif dan psikomotor tergantung pada

tugas ajar yang diberikan guru pada siswa.

7) Beberapa kurikulum pendidikan jasmani menggunakan metode Inquiry Teaching sebagai

basisnya. Pendidikan gerak, pendidikan permainan dan tema keterampilan yang

semuanya mengembangkan kemampuan intelektual, membangkitkan ekspresi siswa,

kreatifitas, dan keterampilan psikomotorik, Seperti yang dikemukakan oleh Graham,

Holt/Hale, dan Parker (1998) :

Some entire physical education curriculums are strongly based on inquiry teaching. Movement education, educational games, and skill themes, all promote the development of students intellectual abilities, which then work to help students be expressive, creative, and skillful in the psychomotor domain.

8) Kelompok siswa yang diberikan metode Inquiry Teaching merupakan kelompok siswa

yang memiliki motoreducability tinggi dan motoreducability rendah, diharapkan

kelompok mereka akan memecahkan masalah yang diberikan guru melalui kemampuan

kognitif seperti akan menganalisis gerakan yang ditugaskan oleh guru sampai

diformulakan dalam suatu gerakan (psikomotor), sehingga diharapkan dengan

(20)

gerakan-gerakan yang sulit dan akhirnya mereka dapat melakukan gerakan tersebut

dengan benar, seperti yang dikemukan oleh Tillotson (1970) :

”The Teacher ”frames” the problem by asking a question, gives study some time to create and explore one or more plausible solutions, and then asks students to demontrastrate their solutions as evidence that learning has occurred”.

9) Motor Educabilty

Kemampuan seseorang dalam menguasai suatu keterampilan gerak dipengaruhi

oleh atribut yang terdapat atau melekat pada orang tersebut, baik yang bersifat fisik

maupun mental. Menurut Schmidt (Suhartono;1995)) yang bahwa "Baik buruknya

keterampilan seseorang dipengaruhi oleh kemampuan, yakni ciri yang dianggap permanen

dan faktor genetik sangat mempengaruhi keadaan kemampuan ini". Kemampuan seseorang

secara relatif akan berkembang dengan sendirinya sesuai dengan proses pertumbuhan,

perkembangan, kematangan serta pengalaman dan lebih jauh lagi bahwa latihan bukan hal

utama dalam hal memperbaharui keadaan ability tersebut, namun demikian faktor

kemampuan akan turut mempengaruhi seseorang ketika belajar kemampuan motorik.

Kita sering melihat keadaan di lapangan atau pada saat terjadi proses belajar

mengajar pendidikan jasmani, sebagai seorang guru penjas / pelatih kita tidak memberikan

perlakuan istimewa pada salah seorang anak, mereka semua mendapatkan arahan dan

kesempatan yang sama dalam hal belajar, akan tetapi akan ada anak yang lebih menonjol

kemampuannya dan ada anak yang kurang.

Faktor penyebab perbedaan hasil belajar keterampilan motorik tersebut adalah

tingkat kemampuan motor educability. Motor educability ini hanyalah merupakan salah

satu faktor penyebab dari sekian banyak faktor yang bersifat internal.

(21)

learns new skill is reffer to as motor educability ". Sejalan pula dengan pendapat Nina

(2002:85) bahwa "Motor educability memiliki peranan yang sangat penting dalam proses

pembelajaran gerak terutama ketika anak diperkenalkan pada keterampilan yang belum

dikenal atau masih baru".

Motor educability menentukan gambaran tentang tingkat kemampuan anak dalam

merespon, menerima, serta mengelola keterampilan baru yang diperolehnya, saat ini motor

educability kerap kali dipakai sebagai pijakan untuk memprediksi dan menentukan

keberhasilan di masa yang akan datang. Dalam proses belajar gerak, ketangkasan yang

dimiliki anak merupakan salah satu syarat yang akan turut mendukung tercapainya tujuan

dari proses pembelajaran / pelatihan itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas maka orang yang memiliki tingkat motor educability

yang bagus maka orang tersebut akan dengan mudah melakukan keterampilan teknik dasar

bola basket.

Kerangka berpikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam

penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya

membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti

disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel.

(22)

E. Hipotesis

Deskripsi teori Deskripsi teori Deskripsi teori Deskripsi teori

(23)

Maka penulis mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

1) Terdapat pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan

bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability rendah.

2) Terdapat pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan

bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability tinggi.

3) Terdapat pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan

permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability rendah.

4) Terdapat pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan

permainan bola basket bagi siswa yang memiliki motor educability tinggi.

5) Terdapat interaksi antara metode pengajaran dan motor educability terhadap penguasaan

keterampilan bola basket

F. Metode penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar pengaruh metode Peer

Teaching dengan metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan bola basket.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Menurut Sugiono (2009:72) mengatakan ”

Metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mncari

pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang dikendalikan”. Untuk

mencari adanya pengaruh atau akibat antara dua variabel yaitu variabel metode Peer

Teaching dan Inquiry Teaching dengan variabel penguasaan keterampilan bola basket.

Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan yaitu variabel metode sebagai perlakuan yang

(24)

data melalui tes motor educability dan tes keterampilan bola basket, yang dilakukan pada pre

test dan post test.

Instrumen Penelitian

Tes bola basket ini bertujuan untuk mengukur kemampuan bermain bola basket,

sebagai salah satu dasar pemberian nilai dalam mata pelajaran pendidikan jasmani. Tes yang

dipakai dalam penelitian ini tes keterampilan teknik dasar bola basket, tes ini berguna untuk

mengukur keterampilan atau penguasaan teknik dasar permainan bola basket bagi siswa ,

sesuai yang dikontruksikan oleh Nurhasan (2000:240) terdiri dari tiga tes adalah :

1) Memantulkan bola ke tembok (passing)

2) Menggiring bola (dribbling)

3) Menembak ke ring (shotting)

Alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan saat tes terdiri dari :

1) Bola basket

2) Patok

3) Dinding

4) Stopwatch

5) Kapur

6) Alat-alat tulis

Tes yang dilakukan dalam keterampilan bola basket merupakan unsur motorik sehingga perlu

diketahui juga tingkat motorik siswa. Dalam hal ini dilakukan tes motor educability.

G. Lokasi dan Sampel Penelitian

1. Subyek Penelitian

(25)

Populasi menurut pendapat Sudjana (2000) ”Seluruh sumber data yang memungkinkan

memberikan informasi yang berguna bagi masalah penelitian”. Sesuai penelitian di

atas maka populasi dipakai adalah seluruh siswa kelas X SMAT KRIDA

NUSANTARA Kota Bandung.

b. Sampel

Sampling pada penelitian ini ialah cara Purposive sampling, Sampling yang

dilaksanakan berdasarkan keputusan subyektif peneliti yang didasarkan pada

pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sampel di peroleh dengan cara memberikan tes

motor educability terhadap siswa kelas X, sehingga akan terpilih siswa yang

mempunyai motor educability yang tinggi dan siswa yang mempunyai motor

educability rendah. Kemudian mulailah peneliti menetapkan sampelnya, atas dasar

pertimbangan tadi maka peneliti mengambil sampel yaitu siswa – siswa kelas X 1, X

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk pengetahui pengaruh metode Peer

Teaching (mengajar teman sebaya), dan metode Inquiry Teaching (mengajar melalui

penyelidikan) terhadap penguasaan keterampilan bola basket. Untuk maksud tersebut

diperlukan data berupa skor perolehan yang menunjukan taraf penguasaan keterampilan teknik

dasar dalam permainan bola basket. Prosedur ini digunakan dengan alasan bahwa hasil belajar

keterampilan motorik dapat diobservasi dan dianalisa berdasarkan kemampuan yang diaggap

melekat sesudah memperoleh perlakuan yang digambarkan dalam desain eksperimen.

Berdasarkan masalah yang akan diteliti tersebut, maka metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian metode eksperimen. Yang dimaksud dengan metode eksperimen

menurut Hyllegard (1996:43) adalah : “The goal of experimental research is to explore and

understand cause and effect relationship and based the manipulation and measurement of

variables”. Jadi eksperimen adalah suatu cara untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat

antara dua variable atau lebih yang akan diselidiki. Suatu eksperimen selalu dilakukan dalam

kondisi dengan satu atau beberapa variable dapat dikontrol atau di bawah pengendalian. Dalam

penelitian ini terdapat tiga variable yaitu metode Peer Teaching dan metode Inquiry Teaching

sebagai variable bebas, sedangkan penguasaan keterampilan teknik dasar bola basket merupakan

variable terikat.

Dalam penelitian eksperimen desain yang tepat merupakan hal yang harus diperhatikan. Hal ini

sesuai dengan kebutuhan variable-variabel yang terkandung dalam tujuan dan hipotesis yang

(27)

Disain yang diajukan oleh penulis terdapat dua yaitu desain penelitian kemajuan belajar, dilihat

Pre test Pemberian pengajaran Post test

T1

desain penelitian berikutnya adalah :

Kemampuan awal Inquiry Teaching Peer Teaching

Motor Educability

tinggi (Hi) Kelompok Hi A (X1) Kelompok Hi B (X2)

Motor Educability

rendah (Low) Kelompok Low A (X3) Kelompok Low B (4)

Bertitik tolak dari desain penelitian tersebut diatas, maka penulis mengajukan hipotesis dalam

(28)

1) Terdapat pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan

bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability rendah.

2) Terdapat pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan

bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability tinggi.

3) Terdapat pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan

permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability rendah.

4) Terdapat pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan

permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability tinggi.

5) Terdapat interaksi antara metode Peer teaching dan Inquiry Teaching dengan kemampuan

motor educability terhadap penguasaan keterampilan bola basket

2. Variabel Penelitian dan Definisi operasional

Penelitian ini secara operasonal melibatkan dua variable bebas yaitu metode Peer

Teaching dan metode Inquiry Teaching serta satu variable terikat yaitu penguasaan keterampilan

teknik dasar permainan bola basket.

A. Variabel Bebas :

a. Metode Peer Teaching.

Melalui metode ini, para siswa diberikan materi pembelajaran permainan bola basket dengan

melakukan tugas gerak berupa teknik-teknik dasar bola basket, yaitu teknik passing

(operan), teknik dribble (menggiring), shot (menembak). Siswa dibagi beberapa kelompok

dan sebagai pengajar adalah siswa (teman sendiri). Tugas-tugas gerak ini dilakukan oleh

para siswa dengan memakai alat peraga seperti bola standar, ukuran lapangan standar, dan

tinggi ring basket standar sesuai ukuran internasional. Untuk setiap pertemuan direncanakan

(29)

pelajaran pendidikan jasmani ( 2 X 45 menit) ditambah diluar jam sekolah hari Senin dan

Sabtu, dilaksanakan dalam 12 pertemuan, sehingga jumlah seluruh pertemuan berlangsung

12 kali pertemuan diluar pre test dan post test.

b. Metode Inquiry Teaching

Melalui metode ini, para siswa diberikan materi pembelajaran permainan bola basket dengan

melakukan tugas gerak berupa teknik-teknik dasar bols basket, yaitu teknik passing (operan),

teknik dribble (menggiring), shot (menembak). Siswa dibagi beberap kelompok dan

melakukan tugas gerak dan tugas kognitif dari guru. Tugas-tugas gerak ini dilakukan oleh

para siswa dengan memakai alat peraga seperti bola standar, ukuran lapangan standar, tinggi

ring basket standar sesuai ukuran internasional, dan sumber pengetahuannya adalah buku

sumber, computer(internet). Untuk setiap pertemuan direncanakan ada tiga teknik dasar yang

akan diajarkan. Jumlah pertemuan seminggu sekali dalam pelajaran pendidikan jasmani ( 2 X

45 menit), dilaksanakan dalam 4 pertemuan, sehingga jumlah seluruh pertemuan berlangsung

4 kali pertemuan diluar pre test dan post test.

B. Variabel Terikat

Dalam penelitian ini sebelum siswa diberikan pengajaran materi bola basket, para siswa

diberikan pengukuran tentang motor educability, dimana tujuan dari tes ini untuk membagi

kelompok yaitu para siswa yang motor educability tinggi (Hi) dan kelompok yang rendah motor

educability (Low), kemudian tiap kelompok tersebut diberikan perlakuan Peer Teaching dan

Inquiry Teaching.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penguasaan keterampilan teknik dasar dalam

permainan bola basket yang diukur melalui tes yaitu :

(30)

2. Tes melakukan dribble selama 30 detik

3. Tes memasukan bola kekeranjang basket selama 30 detik

Dalam penelitian ini terdapat beberapa variable selain variable bebas dan terikat yang perlu

dikendalikan pengaruhnya agar tidak mencemari hasil penelitian. Variabel-variabel yang perlu

dikendalikan dalam penelitian ini adalah, Jenis kelamin, kehadiran subyek dalam membelajaran,

kegiatan sejenis diluar perlakuan, pengajar.

1. Usia subyek. Untuk menghindari efek usia terhadap hasil penelitian, maka semua anak

dalam penelitian ini ialah siswa SMAT KRIDA NUSANTARA kelas 10 yang berusia

antara 15-16 tahun. Usia yang dianggap berkaitan erat dengan kematangan anak untuk

belajar.

2. Jenis kelamin. Dalam penelitian ini melibatkan 4 kelas yang terdiri dari laki-laki 75

orang, dan perempuan 25 orang sebagai subyek.

3. Kehadiran subyek dalam pembelajaran. Keteraturan dan kesanggupan kehadiran anak

dalam latihan sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Hilangnya beberapa aspek

(mortalitas eksperimen) sangat mempengaruhi validitas internal suatu eksperimen. Untuk

mempertahankan kehadiran anak selama pembelajaran ditempuh langkah-langkah berikut

ini :

a. Sebelum pembelajaran dimulai, subyek diminta kesediaannya untuk tetap hadir

selama penelitian berlangsung (12 pertemuan).

b. Kepada siswa dijelaskan maksud dan kepentingan pengajaran ini bagi peneliti adan

(31)

c. Setiap akhir latihan, mereka diingatkan agar hadir dalam pertemuan berikutnya.

Materi untuk beberapa aspek kembali diberikan kepada setiap siswa. Hal ini penting

untuk menjamin terpenuhnya validitas internal.

4. Kegiatan sejenis di luar penelitian. Kepada anak diingatkan bahwa selama penelitian

berlangsung, mereka tidak boleh melakukan tugas permainan bola basket diluar waktu

penelitian.

5. Pengajar, unsur pengajar di metode Peer Teaching oleh siswa yang dianggap memiliki

teknik yang baik dalam bola basket dibawah pengawasan penulis. Pada Inquiry Teaching

oleh penulis sendiri.

Untuk menghindari terjadinya salah tafsir terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam

penelitian ini, penulis mencoba menjelaskan sebagai berikut:

1) Metode

Surakhmad (1986 :96) mengatakan “Metode adalah cara yang dalam fungsinya

merupakan alat untuk mencapai tujuan, makin baik metode itu, makin efektif pula

pencapaian tujuan.”

”Metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan belajar yang ingin

dicapai.” (Syaiful sagala, 2008:201).

2) Proses belajar Sudjana (2005:1) mengatakan : ”Proses belajar adalah proses belajar yang

dilakukan di sekolah, adalah suatu proses atau penjabaran kurikulum yang disampaikan

pada siswa yang menempuh suatu proses pembelajaran”.

3) Metode Peer Teaching merupakan metode mengajar sesama teman yang dibantu oleh

teman sendiri. Metode ini memupuk rasa sosial dan tanggung jawab antar sesama siswa.

(32)

mengerti, dalam hal ini siswa yang lebih terampil akan membantu siswa lainnya dalam

pencapaian tujuan pembelajaran.

4) Metode Inquiry Teaching adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk

menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar, Mulyasa (2003:234) mengatakan

“Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif".

5) Penguasaan diartikan sebagai perolehan keterampilan yang melekat yang diungkapkan

berdasarkan selisih skor tes akhir dan tes awal dari subyek yang bersangkutan.

6) Keterampilan yakni kemampuan melakukan suatu tugas atau aktivitas fisik yang

menuntut ketepatan, kecermatan, kecepatan dalam pelaksanaanya. Keterampilan yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan dalam permainan bola basket.

7) Cognitive Teaching adalah cara mengajar yang yang dilakukan oleh guru yang

berpedoman pada kemampuan ranah kognitif (pengetahuan).

8) Peer dalam kamus Inggris-Indonesia diartikan kawan sebaya

9) Inquiry dalam kamus Inggris-Indonesia diartikan penyelidikan

C. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 10 Sekolah Menengah Atas

Terpadu Krida Nusantara Di Bandung, dan sampelnya adalah sebagian dari jumlah populasi.

Jumlah sample ditetapkan sebanyak 60 orang dari jumlah populasi adalah 100 orang, dengan

karakteristik sebagai berikut :

1. Usia populasi yaitu 15-16 tahun

2. Jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan

(33)

Pengambilan sample dalam peneltian ini adalah dengan cara sample kelompok atau cluster

sampling, sample ini digunakan sebagai perwakilan dari populasi yang cukup besar sehingga

perlu dibuat beberapa kelas atau kelompok, dalam penelitian ini sample yang dipakai adalah

kelas X5, X6, X7, dan X8.

Tabel 3.2 Jumlah siswa kelas 10 SMAT KRIDA NUSANTARA BANDUNG

KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

X 5

Sebelum eksperimen dilaksanakan, sample yang sebanyak 100 orang itu melaksanakan

tes motor educability setelah dirangking hasilnya dibuat kelompok 27 % kelas atas dan 27 %

kelas bawah. Kelompok atas disebut dengan kelas tinggi motor educabilitynya (Hi) berjumlah

30 orang dan kelompok bawah adalah kelompok yang motor educabilitynya rendah atau kelas

Low berjumlah 30 orang. Kemudian tiap kelompok Hi dan kelompok Low dibagi menjadi

masing-masing 2 kelompok. Sehingga akan menjadi 4 kelompok (2 kelompok Hi berjumlah 15

orang dan 2 kelompok Low berjumlah 15 orang), tiap kelompok Jadi tiap-tiap dari kelompok Hi

dan Low akan menerima pengajaran Peer Teaching dan Inquiry Teaching.

Sebelum eksperimen dilaksanakan, kedua kelompok itu dilakukan tes awal penguasaan

keterampilan bola basket yang meliputi :

1. Tes passing ketembok selama 30 detik

(34)

3. Tes shot ke keranjang selama 30 detik.

Tes ini dilaksanakan dengan maksud dan tujuan untuk mengetahui bahwa kedua kelompok

berangkat dari kemampuan awal yang sama, belum mempunyai keterampilan bola basket.

Setelah sample sebanyak 60 orang terjaring dan dibagi kedalam empat kelompok yang

masing-masing kelompok mendapat perlakuan dengan dua macam metode pegajaran yaitu metode Peer

Teaching dan metode Inquiry Teaching.

Sesuai dengan hasil undian maka untuk kelompok Hi A mendapat perlakuan dengan

metode Peer Teaching dan kelompok Hi B mendapat perlakuan dengan metode Inquiry

Teaching, sedangkan untuk kelompok Low A mendapat perlakuan dengan metode Peer

Teaching dan kelompok Low B mendapat perlakuan Inquiry Teaching. Pelaksanaan kegiatan

pengajaran ini berlangsung selama 4 kali pertemuan, sesuai dengan program mengajar untuk

bola basket dalam program semester sekolah dan dua kali tes yaitu tes awal (pretest) dan tes

akhir (posttest). Pengajaran dilaksanakan setiap hari Rabu sesuai dengan jam pelajaran

pendidikan jasmani disekolah sebagai berikut :

Tabel 3.3 Jadwal mengajar pendidikan jasmani di SMAT KRIDA NUSANTARA

NO KELAS JAM KE KELOMPOK

1 X 6 1 – 2 (07.15 -08.45) Hi A (PEER TEACHING )

2 X 5 3 – 4 (08.50 – 10. 20) Low A(PEER TEACHING)

3 X 8 5 – 6 (10.50 - 12.20) Hi B (INQUIRY TEACHING)

4 X 7 7 – 8 (13.20 – 14.50) Low B (INQUIRY TEACHING)

Kelompok Hi A dan kelompok Low A diberi perlakuan metode Peer Teaching dalam

(35)

basket. Materi bola basket yang diberikan tutor kepada para siswa atau temannya adalah teknik

drible atau menggiring bola, teknik passing atau mengoper bola dan teknik shotting atau

menembak bola.

Kelompok Low B dan kelompok Hi B diberi perlakuan metode Inquiry Teaching dalam

pengajaran bola basket. Materi bola basket yang diberikan guru kepada para siswa adalah teknk

drible atau menggiring bola, teknik passing atau mengoper bola dan teknik shotting atau

menembak bola ditambah aspek kognitif yaitu analisis gerakan dari teknik-teknik tersebut.

Ke-empat kelompok itu diberikan materi pengajaran yang sama yaitu teknik bola basket

dengan prinsip sistematis yaitu dari gerakan yang mudah dahulu kemudian dilanjutkan pada

gerakan yang sukar, sesuai dengan pendapat Lutan (1988:419) mengatakan : “ Rangkaian

latihan bisa dimulai dari mudah ke yang sukar. Jadi gerakan pendahuluan dikuasai dengan baik,

baru selanjutnya diajarkan teknik yang sebenarnya”.

Setelah keempat kelompok eksperimen berlatih dengan metode mengajar yang berbeda

selama 4 kali pertemuan, selanjutnya dilaksanakan tes akhir (post test). Pelaksanaan post test

dilakukan setelah kegiatan akhir eksperimen atau pertemuan ke-4 (empat).

D. Program Mengajar

Berdasarkan rincian waktu penelitian ini berlangsung selama 4 minggu dengan jumlah

pertemuan 4 kali pertemuan. Pelaksanaan pengajaran setiap hari rabu dari jam 07.15 – 14. 50

Wib, jumlah pertemuan disesuaikan dengan program mengajar pendidikan jasmani selama

semester 1, yaitu untuk permainan bola basket 4 pertemuan.

Bagan 3.4 Program belajar materi bola basket

No Materi Kelas

X5 – X8

Desember 2009

2 9 16 23

(36)

2

Adapaun program mengajar yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah Silabus

pendidikan jasmani untuk kelas X (sepuluh) dan Rencana pelajaran tiap pertemuan dan program

mengajar selama 1 semester.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data, dan juga gambaran penguasaan keterampilan teknik dasar

permainan bola basket, maka diperlukan alat pngumpul data. Data penelitian dikumpulkan

melalui teknis tes dan pengukuran dengan menggunakan istrumen tes. Instrumen tes yang

dipakai harus yang baik dan tingkat validitas dan reliabilitasnya juga terjamin.

Suatu alat ukur dikatakan valid, apabila alat ukur tersebut betul-betul mengukur apa yang

diukur. Sesuai dengan pendapat Safrit (1981:46) “validity can be defined as the degree to which

a test measures that which it is intended to measure “.

Sejalan dengan hal itu Abdoellah (1988:25) mengatakan “ Kesahihan dapat didefinisikan

sebagai tingkat sebuah tes mengukur apa yang dimaksud harus diukurnya”. Jadi, validitas alat

ukur akan memungkinkan terjadi apabila alat itu tetap mengukur variable-variabel yang diteliti.

Karena itu dapat dikatakan juga validitas adalah ketepatgunaan suatu alat ukur terhadap obyek

(37)

Validitas terdiri dari tiga tipe yaitu : (1) Validitas isi, (2) validitas hubungan kreterion,

dan (3) Validitas konsep (Abdoellah 1988:26)

Validitas isi dari suatu kumpulan sekor tes dapat dibuktikan dengan menunjukan bahwa

prilaku yang diperlihatkan dalam pengetesan terdiri dari satu cuplikan yang representative dari

prilaku yang harus ditunjukan dalam ranah untuk kerja yang diinginkan.

Validitas hubungan kreterion diperoleh dengan membandingkan sekor-sekor tes dengan

satu atau lebih ubahan eksternal yang dipandang dari ukuran langsung dari sifat atau prilaku dari

ubahan tersebut. Validitas konsep telah diidentifikasi sebuah tipe baru kesahihan yang

digolongkan sebagai kesahihan konsep. Pada intinya tipe kesahihan ini memusatkan perhatian

pada keinginan mendasar pembuatan tes pada suatu teori yang diakui secara Eksplisit.

Dalam penelitian ini tes yang dipakai adalah tes baku. Tes ini dipakai untuk menentukan

bagaimana baiknya unit local memenuhi standar wilayah atau Negara dalam mengajarkan

berbagai macam bahan pelajaran. Pembuat tes baku biasanya mempunyai sumber dana dan

logistic yang tersedia untuk melakukan study baik mengenai kesahihan (validitas) dan

keterandalan (reliabilitas) termasuk mengembangkan norma atau standar acuan-acuan yang baik.

Sesuai dengan uraian, maka tes yang dipakai dalama penelitian ini adalah tes

keterampilan teknik dasar bola basket, tes ini berguna untuk mengukur keterampilan

(penguasaan) teknik dasar bermainan bolabasket bagi siswa.

Sesuai yang dikontruksikan oleh Nurhasan (2000:240), tes ini mengukur mengenai keterampilan

penguasaan teknik-teknik dasar dalam permainan bola basket, tes ini terdiri tiga butir tes :

1. Tes melempar dan menangkap bola

2. Tes memasukan bola ke keranjang

(38)

Tes ini mempunyai reabilitas dan validitas 0,84 yang diperoleh dari hasil penghitungan

multiple korelasi dengan metode Werry-Doelittle

Tes keterampilan bola basket ini dapat digunakan untuk :

1. Mengklafikasikan keterampilan para siswa

2. Menentukan kemajuan hasil belajar siswa

3. Mengetahui hasil belajar siswa dan untuk memberikan nilai keterampilan dari siswa

dalam cabang olahraga bola basket.

Adminitrasi Pelaksanaan Tes :

Pelaksanaan tes dan skorsing dari masing-masing butir tes adalah sebagai berikut :

1. Tes melempar dan menangkap bola. Tester memegang bola berdiri dibelakang garis

yang jauhnya 3 meter dari tembok. Setelah ada aba-aba “ya” atau pluit, tester berusaha

melempar bola dalam 30 detik, selama melakukan tes siswa tidak boleh menginjak atau

melewati garis. Apabila pada waktu melakukan lemparan salah satu atau kedua kaki

menginjak atau melewati garis, maka lemparan tersebut dianggap tidak sah dan tidak

(39)

2. Tes menembak bola ke keranjang. Siswa dengan bola didepan dada atau di atas kepala

dan berdiri dibawah keranjang (under ring). Setelah aba-aba “ya” atau suara pluit, siswa

berusaha memasukan bola tersebut sebanyak mungkin kedalam basket dalam waktu 30

detik. Sebelum masuk kedalam basket, bola harus terlebih dahulu menyentuh papan

basket. Hanya bola yang sah masuk yang diberi skor.

3. Tes menggiring bola. Sebelum melakukan tes siswa berdiri dengan bola dibelakang garis

star, setelah aba-aba “ya” atau suara pluit siswa menggiring bola melalui enam rintangan

dengan rute seperti pada gambar. Siswa diberikan waktu 30 detik untuk melewati

rintangan sebanyak mungkin. Apabila setelah mencapai setelah siwa mencapai garis star

kembali dan waktu 30 detik belum selesai, maka siswa melanjutkan menggiring bola

dengan rute seperti semula, skor ditentukan oleh jumlah rintangan yang mampu dilewati

siswa. Apabila siswa melakukan salah menggiring atau salah rute maka siswa harus

diulang.

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

(40)

Pelaksanaan kegiatan penelitian dilakukan di lapangan bola basket SMAT

Krida Nusantara Bandung yang berlokasi di Desa Cipadung Kota

Bandung.

2. Waktu Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan sejak minggu awal bulan November 2009 sampai

awal bulan Desember 2009. Dilakukan sebanyak 4 pertemuan.

G. Teknik Pengolahan Data

Untuk menguji hipotesis penelitian, apakah dapat diterima atau ditolak, maka data yang

diperoleh harus diolah dan dianalisis. Pengolahan dan analisis data menggunakan rumus-rumus

statistic yang disusun oleh Sudjana (1984).

Langkah-langkah yang menempuh untuk pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut :

1. Tabulasi data

2. Menghitung nilai rata-rata dari masing-msing butir tes

3. Mencari nilai standar deviasi (s) dari masing-masing butir tes

4. Membuat skor standar

5. Menguji normalitas dilakukan terhadap setiap kelompok teknik yang digunakan adalah

uji Kolmogorov-Smirnov

6. Menguji homogenitas data dari setiap kelompok tes menggunakan Levene test

7. Hasil uji Beda Skor Pretest dan Postest Penguasaan keterampilan bola basket dengan

menggunakan uji t data berpasangan

(41)
(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan.

Hasil kesimpulan penelitian ini di dapat setelah terjadi proses belajar mengajar selama 4

kali pertemuan selama 1 bulan. Berdasarkan hasil analisis pengujian hipotesis, maka kesimpulan

penelitian ini adalah :

Berdasarkan analisis data hasil pengukuran, penelitian ini menunjukan bahwa :

1) Tidak terdapat pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan

permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability rendah.

2) Terdapat pengaruh metode Peer Teaching terhadap penguasaan keterampilan permainan

bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability tinggi.

3) Terdapat pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan

permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability rendah.

4) Terdapat pengaruh metode Inquiry Teaching terhadap penguasaan keterampilan

permainan bola basket bagi siswa yang memiliki Motor educability tinggi.

5) Tidak terdapat interaksi antara metode Peer teaching dan Inquiry Teaching dengan

kemampuan motor educability terhadap penguasaan keterampilan bola basket

B. Rekomendasi

Tujuan dari pada pengajaran disekolah adalah untuk mencapai penguasaan gerak secara

maksimal mungkin. Oleh karena itu disarankan untuk memilih metode mengajar yang tepat

(43)

membuktikan bahwa kedua metode ini dapat memberikan pengajaran yang tepat untuk

penguasaan teknik dasar bola basket. Hasil penelitian ini akan penulis kembangkan

khususnya disekolah tempat menulis bekerja dan akan di informasikan kepada teman sejawat

di sekolah tersebut. Dan kedepannya penulis akan kembangkan pada musyawarah guru mata

pelajaran (MGMP) pendidikan jasmani di lingkungan sekolah – sekolah yang ada di kota

Bandung. Dan penulis menyarankan kepada :

Diknas pusat atau pun diknas tingkat daerah dan pihak lain yang terkait agar dapat

memperkenalkan lebih luas metode mengajar yang lebih efektif kepada masyarakat luas. Hal

ini karena menurut pengamatan penulis hingga saat ini penggunaaan metode Peer teaching

dan metode Inquiry Teaching belum banyak digunakan dalam pengajaran pendidikan jasmani

pada sekolah-sekolah.

Bagi guru-guru olahraga atau pelatih bola basket disarankan untuk menerapkan dan

mengembangkan metode Peer Teaching dan metode Inquiry Teaching dalam proses belajar

mengajar untuk meningkatkan penguasaan teknik dasar bola basket.

Hasil penelitian ini merupakan bukti empirik, yang dapat dipakai sebagai bahan

penelitian yang lain. Selain itu disarankan pula kepada para peneliti agar mengadakan

penelitian ulang dengan menggunakan obyek pada siswa SMP atau SD, atau dengan teknik

dasar olahraga lainnya, jangka waktu lebih panjang, jumlah sample yang lebih banyak, dan

obyek penelitian yang lebih luas.

Penulis berharap mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat menjadikan sumbangan

pemikiran dalam rangka meningkatkan penguasaan teknik dasar bola basket khususnya

(44)
(45)

KEPUSTAKAAN

Amung Ma’mun, Yudha M Saputra.(2000). Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja

A. David Hill; Nicholas. (1981). “Two modes of peer teaching in introductory

college geography “.Journal of Geography in Higher Education, Volume 5, Issue 2 October 1981 , pages 145 - 154

Chauhan (1979). Innovation In Teaching- Learning Process, Vikas Publishing House PVT LTD New Delhi Bombay Bangalore Carcuta Kanpur.

Clarke. (1995). Application of Meassurement to Healty and Physical Education . Englewood Cliffs,N.J Prentice Hall.

Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.

Harlod Mc Cloy. (1954). Test and Meansurement in Healty and Physical Education. New York: Apleton.Century,Crofts,Inc.

Harlod, M Barrow. (1978). A Practical Approach to Meansurement in Physical Education. Philadelphia.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek – aspek Psikologi dalam Coaching, CV. Tambak Kesuma, Jakarta.

Husdarta, Yudha M Saputra.(2000). Perkembangan Peserta Didik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Isjoni (2007). Cooperative Learning, Efektifitas Pembelajaran Kelompok. ALPABETA. Bandung

Johnson. (1932). Practical Meansurment for Evaluation in Physical Education. Minneapolis:Burges,Publishing,Company.

(46)

Mathew, Donald K. (1983). Meansurement in Physical Education. Philadelphia :W.C Sanders Company.

Metzler, Michael.W. (1999). Instructional Models for Physical Education, Georgia State Universitas.

Mosston, Ashworth. (1994). Reciprocal style, Georgia State Universitas

Muska, Moston. (1981). Teaching Physical Education, Second edition Charles E. Merril Publishing Co.

Mulyasa. (2003). Model –model Pembelajaran , Penerbit Alfabeta, Bandung

Munir, Baderel (2001). Dinamika Kelompok, Penerapan dalam labotarium ilmu prilaku. Universitas Sriwijaya

Nurhasan, Hasanudin. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan, Jurusan Pendidikan Kepelatihan, FPOK, UPI, Bandung.

Peter Reason, John Rowan. (1993), Human Inquiry, A Sourcebook of New Paradigm Research. Centre for the study of Organizational Change and Development University of Bath, Independent Consultant, London

Poerwadarminta. (1990). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Sanjaya. (2006). Metode penelitian, Penerbit Sinar Baru, Bandung

Samsudin. (2008). Metode Mengajar Pendidikan Jasmani, Penerbit Alfabeta, Bandung

Schmidt, R (1988). Motor Control and Learning. California: A Behavior Empasis Universitas of California

Silberman, Mel. (1996). Active Learning, 101 Strategies to Teach Any Subject, Temple University

Sudjana,Nana.(1998). Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Penerbit Sinar Baru Bandung

Sudjana. (1982). Metode Statistika, Tarsito Bandung

Suhartono. (1995). Motor Educability dengan Keterampilan Gerak Olahraga. IKIP: Jakarta

(47)

Sugiono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, Penerbit ALFABETA Bandung,

Sugiono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan, Balai Pustaka Jakarta

Syaiful Sagala. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran, untuk membantu memecahkan problema belajar dan mengajar, Penerbit Alfabeta,

Sudjana,Nana (2005). Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensido Bandung

.

Supono,Rachmad, Permainan Bola Basket, Direktorat Jendral Olahraga dan Pemuda . Jakarta

Tim Penjaskes. (2008). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Yudistira Bandung.

Tim MGMP Krida Nusantra. (2009). Adminitrasi guru Pendidikan Jasmani . SMAT Krida Nusantara Bandung.

Tite Yulianti. (2009). Development Creativity Student ThrougImplementation of Inquiry

Modelin Physical Education. “The International Conference of Physical Education and Sport: Character and Economic Values of Sport “at Jica, Indonesia University of Education July, 24th – 25th 2009

Ted and Jackson.(1978). Meansurement in Physical Education. Philadelpia : Lea

Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Gambar

Tabel 3.2 Jumlah siswa kelas 10 SMAT KRIDA NUSANTARA BANDUNG
Tabel 3.3 Jadwal mengajar pendidikan jasmani di SMAT KRIDA NUSANTARA

Referensi

Dokumen terkait

LAGU-LAGU KERONCONG PERJUANGAN INDONESIA 1942-1946.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.. REFINALDI NOVIANZA

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kecerdasan intelegensi siswa dan keterampilan mengajar guru berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata

kecerdasan intelektual dengan prestasi akademik mahasiswa ilmu keolahragaan. Mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara. kecerdasan emosional

Sistem manual yang mereka gunakan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kegiatan bengkel tersebut. Proses administrasi perbaikan mobil yang masih menggunakan sistem manual

Teknologi Pemanfaatan Serat Daun Nanas sebagai Alternatif Bahan Baku Tekstil.Teknokin.. Pemutihan Daun Nanas Menggunakan

Penulisan Ilmiah ini berisi mengenai aplikasi program pengolahan data pelanggan, transaksi, dan laporannya dari toko bunga INDORA. Aplikasi ini menggunakan Microsoft Visual

Perkembangan audio visual khususnya jurnalistik pertelivisian sangatlah menjanjikan.// untuk memberikan apresiasinya lebih di bidang audio visual / diperlukan kerjasama