• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan partisipasi dan motivasi siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dalam mata pelajaran ekonomi : studi kasus siswa kelas XC SMA Stella Duce 2 Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan partisipasi dan motivasi siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dalam mata pelajaran ekonomi : studi kasus siswa kelas XC SMA Stella Duce 2 Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
239
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN MOTIVASI SISWA

MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN

KOOPERATIF

TIPE

TEAMS GAMES TOURNAMENTS

(

TGT

) DALAM MATA

PELAJARAN EKONOMI

Studi kasus Siswa kelas XC SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh: SUSI SULASTRI

041334039

Oleh:

Andika Wahyu Kartikasari

NIM. 041334032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya ini untuk:

Tuhan Jesus Kristus untuk segala kasih karuniaNYA.

Kedua Orangtuaku, yaitu Wahjudi Djoko L dan Lusia S. Terima

kasih untuk pengorbanan, doa, dan kasih sayangnya selama ini.

Adikku, Nando dan Cahyo untuk supportnya.

Sahabat ”Sejatiku” Yan Kakisina, thanks banget untuk

perhatian, waktu, dan dukungan yang kamu beri selama ini.

Sahabat-sahabatku n teman-temanku, terima kasih atas

kebersamaan, persaudaraan, pengalaman, dan dukungan yang

kalian berikan.

(5)

v

MOTTO

SEGALA PERKARA DAPAT KU TANGGUNG DI DALAM DIA

YANG MEMBERI KEKUATAN KEPADAKU

(FILIPI 4:13)

SEORANG YANG BERPRESTASI AKAN MENDAPATKAN

PENGHARGAAN. TAPI KETIKA KITA TAK LAYAK

MENERIMA NAMUN TETAP MENDAPATKAN, ITU ADALAH

KASIH KARUNIA

EVERYDAY IS A GIFT....EVERYDAY IS A

MIRACLE...EVERYDAY IS A NEW LIFE...SO..DO YOUR BEST

AND MAKE EVERYDAY SPECIAL…..COZ TIME WILL

(6)
(7)
(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan petunjuk yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Partisipasi dan Motivasi Siswa Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dalam Mata Pelajaran Ekonomi.”

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed.,Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(9)

ix

4. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Ibu B. Indah. Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

7. Seluruh mahasiswa angkatan 2004 yang juga telah memberi kritik dan saran masukan selama proses diskusi dalam mata kuliah Seminar Proposal Penelitian dan kerjasama yang baik selama ini.

8. SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini.

9. Dra. R. Tuti Ratnaningsih selaku guru mitra dalam penelitian tindakan kelas ini. 10. Siswi-siswi kelas X-C selaku subjek dalam penelitian ini.

11. Orangtuaku, Bapak Anselmus Wahjudi DL dan Ibu Lusia Sudaryantun yang telah memberikan doa, semangat, dukungan materiil, dan dukungan moral buat Dika selama ini.

12. Adekku Nando dan Cahyo, makasih yasupport-nya buat Kak Dika

(10)

x

14. Kakak Rohaniku Grace Naully, Thanks banget untuk doa, nasehat, semangatnya selama ini.

15. Buat Keluarga Besar Bethany Fresh Anointing Yogyakarta, terima kasih untuk doa, semangat dan kebersamaannya.

16. Buat sahabat-sahabatku Astri, Ike, Susi, Yosua, Chacha, Yaya, Vina, Rocky, Danang, Erick, Rina, Kak Alice, Clara, Adit yang telah memberikan semangat, saran, dan bantuan selama ini.

17. Buat temen-temen PAK 04 dan semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang banyak membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan skripsi ini, serta Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna karena masih banyak kekurangan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Yogyakarta, 18 Agustus 2009 Penulis

(11)

xi ABSTRAK

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN MOTIVASI SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPETEAMS GAMES TOURNAMENTS(TGT) DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI

Studi kasus Siswa kelas XC SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Andika Wahyu Kartikasari

Universitas Sanata Dharma 2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan metode kooperatif tipe TGTpada pembelajaran ekonomi untuk peningkatan partisipasi dan motivasi siswa.

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XC, SMA Stella Duce 2, Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi keterlibatan belajar siswa di kelas, lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar kegiatan guru dalam proses pembelajaran, lembar instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan siswa dalam kelompok, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Ditinjau dari aspek partisipasi siswa, hasil penelitian menyatakan bahwa komponen mencatat materi sudah baik (siklus I : 100%; siklus II : 100%); komponen bertanya pada guru tentang materi sudah baik (siklus I : 11%; siklus II : 11%); komponen menjawab pertanyaan guru sudah baik (siklus I : 11%; siklus II : 38%), komponen berpendapat sudah baik (siklus I : 19%; siklus II : 38%); komponen mengerjakan soal latihan sudah baik (siklus I : 69%; siklus II : 77%); komponen bertanya pada teman sewaktu mengalami kesulitan sudah baik (siklus I : 88%; siklus II : 96%); komponen membantu teman sewaktu mengalami kesulitan sudah baik (siklus I : 15%; siklus II : 77%); komponen mendiskusikan hasil kerja sudah baik (siklus I : 100%; siklus II : 100%).

(12)

xii ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF PARTICIPATION AND STUDENTS’ MOTIVATION BY APPLYING COOPERATIVE LEARNING METHOD OF

TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) IN ECONOMICS LESSON A Case Study on the Tenth Class Students of Stella Duce 2 Senior High School

Yogyakarta

Andika Wahyu Kartikasari Sanata Dharma University

2009

The research aims to find out the effects of applying cooperative method of TGT on Economics lesson in order to increase students’ participation and motivation.

This research was conducted on first grade of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta. This research is a class action research which was conducted based on 2 cycles in which each cycle consists of four steps: planning, realization, observation, and reflection. The data was collected by using a student’s class participation observation instrument, teacher’s activity observation sheet, student’s observations sheet, class activity observation sheet, teacher’s activity on learning process sheet, class observation instrument sheet, student’s activity on group observation sheet, and reflection instrument. The data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

Based on student’s participation aspects, the result of the research showed that the ability to take a note from the material is already good (cycle I: 100%, cycle II: 100%); the component of asking the teacher about the material is also good (cycle I: 11%, cycle II: 11%); component of answering question is also good (cycle I: 11%, cycle II: 38%); component of stating opinion is also good (cycle I: 19%, cycle II: 38%); component of doing the task is also good (cycle I: 69%, cycle II: 77%); component of asking when facing difficulty is also good (cycle I: 88%, cycle II: 96%); component of helping friends when facing difficulty is also good (cycle I: 15%, cycle II: 77%); component of discussing work result is also good (cycle I: 100%, cycle II: 100%).

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT... . xii

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN. ... xix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian. ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK). ... 6

(14)

xiv

C. Tipe – Tipe Pembelajaran Kooperatif... 13

D. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan Model Pembelajaran Lainnya... 15

E. Pembelajaran Kooperatif TipeTeams Games Tournaments (TGT)... 20

F. Partisipasi ... 23

G. Motivasi Belajar Siswa ... 24

H. Mata Pelajaran Ekonomi ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

A. Jenis Penelitian... 28

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 28

C. Subjek dan Obyek Penelitian... 28

D. Prosedur Penelitian ... 29

E. Instrumen Penelitian... 35

F. Pengumpulan dan Analisis Data ... 39

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 46

A. Lingkungan Sekolah……….... 46

B. Identitas Sekolah………..……… 47

C. VISI dan MISI ... 47

D. Tujuan ... 48

E. Keadaan Sekolah ... 49

F. Personil Sekolah ... 51

(15)

xv

H. Prestasi Sekolah ... 52

I. Struktur Kurikulum... 54

1. Mata Pelajaran... 54

2. Muatan Lokal... 57

3. Kegiatan Pengembangan Diri / Layanan BK / Ekstrakulikuler... 58

4. Vita Communika (Vit – Com)... 59

BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Hasil Observasi ... 60

1. Observasi Pendahuluan... 60

2. Siklus Pertama... 74

a. Perencanaan... 75

b. Tindakan... 78

c. Observasi... 80

d. Refleksi... 88

3. Siklus Kedua ... 92

a. Perencanaan... 93

b. Tindakan... 96

c.Observasi... 99

d.Refleksi... 107 B. Analisis Komparatif Tingkat Partisipasi dan Motivasi Siswa

(16)

xvi

Ekonomi ... 112

1. Partisipasi Siswa……… 112

2. Motivasi Belajar Siswa………. 116

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN... 119

A. Kesimpulan... 119

1. Partisipasi Siswa………. 119

2. Motivasi Belajar Siswa……… 120

B. Keterbatasan Penelitian... 121

C. Saran... 122

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan Model Pembelajaran CTL,Accelerated Learning,Quantum

Learning………. 20

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Partisipasi Terhadap Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif TipeTeams Games Tournament(TGT) dalam Mata Pelajaran Ekonomi……… 38

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Motivasi Terhadap Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif TipeTeams Games Tournament(TGT) dalam Mata Pelajaran Ekonomi……… 39

Tabel 3.3 Peningkatan Partisipasi Siswa... 43

Tabel 3.4 Peningkatan Motivasi Siswa... 44

Tabel 3.5 Proses Pengumpulan Data, Analisis Data & Pembagian Tugas... 45

Tabel 5.1Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran (Pra Pendahuluan)…….. 62

Tabel 5.2 Partisipasi Siswa dalam Proses Pembelajaran (Pra Pendahuluan)……… 64

Tabel 5.3 Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran (Pra Pendahuluan)………. 66

Tabel 5.4 Keadaan Kelas Selama Proses Pembelajaran……… 70

Tabel 5.5 Aktifitas Guru Pada Siklus I………. 81

Tabel 5.6 Partisipasi Siswa Siklus I……….. 83

Tabel 5.7 Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus I……… 85

Tabel 5.8 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I………. 88

Tabel 5.9 Kesan Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I……….. 90

(18)

xviii

Tabel 5.11 Partisipasi Siswa Siklus II……… 101 Tabel 5.12 Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus II…… 104 Tabel 5.13 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran

dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II……… 107 Tabel 5.14 Kesan Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT Siklus II……… 109 Table 5.15 Indikator Partisipasi Siswa dalam Proses Pembelajaran

pada Siklus I dan Siklus II... 112 Tabel 5.16 Indikator Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Keterangan Ijin dari BAPEDA ... 124

Surat Ijin dari DINAS PERIZINAN ... 125

Surat Keterangan telah melaksanakan penelitian... 126

Lampiran 1a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 128

Lampiran 1b Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II... 136

Lampiran 2a Hand out Siklus I : Permintaan dan Penawaran ... 144

Lampiran 2b Hand out Siklus II : Hukum Permintaan, Hukum Penawaran, dan Harga Keseimbangan ... 150

Lampiran 3a Soal gamessiklus I :Mix and Match ... 158

Lampiran 3b Soal gamessiklus II :Mix and Match ... 159

Lampiran 4a Soal turnamen siklus I : Cerdas Cermat ... 160

Lampiran 4b Soal turnamen siklus II : Cerdas Cermat ... 161

Lampiran 5a Lembar Observasi Kegiatan Guru Pra Penelitian ... 164

Lampiran 5b Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I ... 166

Lampiran 5c Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II ... 170

Lampiran 6a Lembar Observasi Kegiatan Siswa Pra Penelitian ... 174

Lampiran 6b Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 176

Lampiran 6c Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ... 178

Lampiran 7a Lembar Observasi Kegiatan Kelas Pra Penelitian ... 180

Lampiran 7b Lembar Observasi Kegiatan Kelas Siklus I ... 182

Lampiran 7c Lembar Observasi Kegiatan Kelas Siklus II ... 183

(20)

xx

Lampiran 8b Lembar Observasi Dalam Turnamen Siklus II ... 185

Lampiran 9a Lembar Skor Dalam Turnamen Siklus I ... 186

Lampiran 9b Lembar Skor Dalam Turnamen Siklus II ... 191

Lampiran 10a Lembar Hasil Akhir Kelompok Siklus I ... 196

Lampiran 10b Lembar Hasil Akhir Kelompok Siklus II... 201

Lampiran 11a Instrumen Partisipasi Siswa Pra Pendahuluan ... 206

Lampiran 11b Instrumen Partisipasi Siswa Siklus I ... 207

Lampiran 11c Instrumen Partisipasi Siswa Siklus II ... 208

Lampiran 12 Kuesioner Motivasi Belajar ... 209

Lampiran 12a Intrumen Motivasi Siswa Pra Pendahuluan ... 211

Lampiran 12b Intrumen Motivasi Siswa Siklus I ... 212

Lampiran 12c Instrumen Motivasi Siswa Siklus II ... 213

Lampiran 13a Instrumen Refleksi Guru Siklus I... 214

Lampiran 13b Instrumen Refleksi Guru Siklus II ... 215

Lampiran 14a Instrumen Refleksi Siswa Siklus I ... 216

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menjadi salah satu bidang penting pembangunan suatu

bangsa. Melalui bidang pendidikan dihasilkan sumber daya manusia

(SDM) yang berkualitas. Di berbagai negara menunjukkan bahwa

percepatan pembangunan ditopang oleh ketersediaan SDM yang

memenuhi kualifikasi-kualifikasi tertentu. Secara umum jenis pendidikan

dapat diklasifikasikan ke dalam pendidikan formal dan informal. Pada

kedua jenis pendidikan, proses pendidikan tidak terlepas dari pendidik

(guru) dan subjek didik (siswa). Keduanya berinteraksi dalam mencapai

tujuan pendidikan.

Sistem nilai yang secara umum ditekankan dalam dunia pendidikan

adalah pencapaian prestasi belajar yang tercermin dari nilai-nilai yang

diperolehnya. Prestasi belajar merupakan patokan perilaku yang harus

dicapai siswa. Guru selalu berusaha agar siswa mencapai patokan tersebut.

Bagaimanapun usaha profesional guru, apabila siswa tidak melibatkan diri

dengan belajar secara sungguh-sungguh, hasil yang dituju tidak akan

tercapai.

Keberhasilan dalam mencapai prestasi belajar ditentukan oleh

berbagai faktor, antara lain partisipasi dan motivasi. Motivasi adalah

(22)

pendorong dalam melaksanakan setiap aktivitas. Banyak siswa yang

mengalami kegagalan dalam pelajaran bukan disebabkan oleh tingkat

kecerdasan yang rendah atau keadaan fisik yang lemah, tetapi disebabkan

oleh motivasi belajar dalam dirinya yang tidak terbangun. Suasana dalam

kelas adalah faktor eksternal lain yang diduga juga sangat mempengaruhi

kadar motivasi belajar siswa.

Dalam proses belajar mengajar, tugas pokok guru adalah menjadi

pengelola belajar supaya siswa tetap termotivasi dalam meraih prestasi.

Namun pada umumnya guru cenderung mengajar berdasarkan pengalaman

dan kebiasaannya. Metode ceramah merupakan metode yang sering

dipakai oleh guru dalam mengajar. Pada saat guru menerapkan metode

ceramah ada kecenderungan siswa tidak mendengarkan, acuh tak acuh

dengan materi yang diajarkan.

Kondisi pembelajaran tersebut di atas sesuai dengan pengamatan

peneliti di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Pada saat guru mengajar

dengan menggunakan metode ceramah, siswa cenderung kurang

memperhatikan materi yang diberikan oleh guru tersebut, bahkan banyak

dari mereka yang asyik berbicara dengan teman sebangkunya. Hal ini

menunjukkan bahwa metode ceramah kurang efektif dalam proses

pembelajaran.

Metode mengajar yang baik adalah melibatkan seluruh siswa dalam

kelas. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Model

(23)

bersama-sama dalam suatu kelompok kecil dengan kemampuan yang heterogen

(tinggi, sedang, rendah). Bahkan jika memungkinkan anggota kelompok

berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda. Dalam

menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota kelompok akan saling

membantu untuk memahami suatu pelajaran.

Dalam pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe pembelajaran

salah satunya adalah Teams Game Tournament (TGT) (Slavin, 1995: 5).

Dalam model pembelajaran ini siswa saling bekerja sama dan saling

membantu kemudian diadakan pertandingan (turnamen) di mana siswa

bersaing dengan kelompok yang berbeda berdasarkan kesamaan dari

prestasi sebelumnya. Dengan begitu siswa akan termotivasi untuk

memahami materi pelajaran yang diberikan dan juga mengikuti kegiatan

belajar mengajar ekonomi.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin menerapkan metode

kooperatif tipe TGT dan menyelidiki dampak penerapan metode pada

peningkatan partisipasi dan motivasi siswa pada mata pelajaran ekonomi.

Penelitian ini selanjutnya dituangkan dengan judul “PENINGKATAN

PARTISIPASI DAN MOTIVASI SISWA MELALUI PENERAPAN

METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES

TOURNAMENTS (TGT) DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI”.

Penelitian ini dilaksanakan pada mata pelajaran ekonomi kelas X SMA

(24)

B. Batasan Masalah

Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki seberapa jauh

pengaruh penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT pada

peningkatan partisipasi dam motivasi siswa. Yang dimaksud partisipasi

adalah keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dalam batas

keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok dan peran aktif siswa untuk

menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru. Yang dimaksud

dengan motivasi adalah keinginan siswa serta perasaan siswa untuk

mengikuti kegiatan belajar mengajar yang terwujud dalam sikap serta

tingkah laku siswa dalam kelas.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peningkatan partisipasi siswa melalui penerapan metode

pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam mata pelajaran ekonomi?

2. Bagaimana peningkatan motivasi siswa melalui penerapan metode

pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam mata pelajaran ekonomi?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan partisipasi siswa melalui

penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam mata

(25)

2. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi siswa melalui

penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam mata

pelajaran ekonomi.

E. Manfaat penelitian

1. Bagi Siswa

Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi peserta didik untuk

meningkatkan partisipasi dan motivasi siswa dalam mata pelajaran

ekonomi.

2. Bagi Guru

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif

penggunaan metode pembelajaran untuk meningkatkan partisipasi dan

motivasi siswa dalam pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memotivasi guru bidang

studi lain agar semakin memvariasikan metode pengajarannya guna

meningkatkan partisipasi dan motivasi belajar siswa.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi penelitian yang

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom

Action Research (CAR), yakni suatu action research yang dilakukan di

kelas. Ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga

pengertian yang dapat diterangkan (Arikunto, 2006:3):

1. Penelitian

Penelitian ini berhubungan dengan suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan

Tindakan berhubungan dengan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

3. Kelas

Pengertian ruang kelas tidak terikat hanya pada ruang kelas, tetapi mengandung pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dengan menggabungkan batasan pengertian di atas, dapat

disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Sejalan dengan itu seperti yang dinyatakan oleh website PPPG

tertulis Bandung (Susento, 2007), PTK adalah bentuk penelitian yang

bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat

(27)

kelas secara lebih profesional. Sementara itu menurut Hopkins (Zuriah,

2001) mengartikan penelitian tindakan kelas sebagai kegiatan yang

dilakukan guru dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas mengajarnya

atau kualitas mengajar teman sejawatnya, atau untuk menguji

asumsi-asumsi dari teori-teori pendidikan dalam praktiknya di kelas. Dengan

demikian PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang mengarah kepada

tindakan-tindakan secara terstruktur terhadap sekelompok siswa pada

waktu yang sama serta menerima pelajaran dari guru yang sama dalam

rangka peningkatan kualitas proses pembelajaran.

Tujuan utama PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan

kualitas praktek pembelajaran. Perbaikan dan peningkatan kualitas

dilakukan oleh guru melalui serangkaian tindakan yang dirancang,

dilaksanakan, dan dievaluasi. Menurut Wibawa (Susento, 2007),

pelaksanaan PTK oleh guru akan meningkatkan mutu pelajaran,

mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan relevansi dan efisiensi

pengelolaan pembelajaran, dan menumbuhkan budaya meneliti dikalangan

guru. Dalam website PPPG tertulis Bandung (Susento, 2007) dijelaskan

bahwa manfaat PTK sebagai berikut:

a. Inovasi Pembelajaran

(28)

b. Pengembangan Kurikulum di Sekolah dan di Kelas

Untuk kepentingan pengembangan kurikulum pada level kelas, PTK akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan. Hal ini terjadi karena proses reformasi kurikulum secara teoritik tidak netral. Sebaliknya proses tersebut akan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling berhubungan mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pengajaran. PTK dapat membantu guru untuk lebih dapat memahami hakikat tersebut secara empirik, dan bukan sekedar pemahaman yang bersifat teoritik.

c. Peningkatan Profesionalisme Guru

Guru yang profesional, tidak akan merasa enggan melakukan berbagai perubahan dalam praktek pembelajaran sesuai dengan kondisi kelasnya. PTK merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, dan kemudian meningkatkannya menuju ke arah perbaikan-perbaikan secara profesional. Guru yang profesional perlu melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap praktek pembelajarannya di kelas, guru pada akhirnya akan mendapat otonomi secara profesional.

Menurut Zuriah (2001:112), para guru perlu mengenali dan

memahami beberapa ciri dasar dalam melaksanakan penelitian tindakan

kelas, yaitu:

1) Penelitian tindakan kelas dilakukan sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan iklim pembelajarn di kelas.

2) Penelitian tindakan kelas menekankan pada perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran yang sekaligus meningkatkan kualitas hasil belajar subjek didik.

3) Berkaitan langsung dengan situasi (situasional), dan praktek pembelajaran sehingga terpaut dengan konteks tertentu untuk mencari solusi permasalahan pembelajaran.

4) Memerlukan kerangka kerja yang sistematis dalam pembelajaran. 5) Fleksibel dan adaptif yang memungkinkan sekali adanya

perubahan-perubahan selama “percobaan”.

6) Bersifat partisipasif, maksudnya peneliti atau team peneliti terlibat langsung dalam penelitian.

(29)

Model PTK secara umum dilakukan melalui proses berulang yang

pada tiap siklus terdiri dari 4 langkah sebagai berikut (a) perancanaan

tindakan, b) pelaksanaan tindakan, c) observasi, d) refleksi).

1) Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan hendaknya memanfaatkan secara optimal

teori-teori yang relevan dan pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh

dari masa lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian yang sebidang.

Dalam hal ini penulis akan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe

TGTuntuk diterapkan di dalam kelas.

2) Pelaksanaan Tindakan

Jika perencanaan telah selesai dilakukan, maka skenario tindakan

dapat dilaksanakan dalam situasi pembelajaran yang aktual

menggunakan metode TGT sesuai dengan rencana yang telah disusun.

Untuk menjamin mutu kegiatan pembelajaran, guru atau tim peneliti

dapat memodifikasi tindakan walaupun implementasi sedang dalam

proses, tetapi jika tidak terlalu mendesak perubahan dapat dilakukan

setelah satu siklus selesai.

3) Observasi

Pada saat pelaksanaan tindakan, kegiatan observasi dilakukan secara

bersamaan. Secara umum, kegiatan observasi dilakukan untuk

(30)

4) Refleksi

Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk memahami dan

memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi

sebagai akibat adanya tindakan (intervensi) yang dilakukan.

Gambar 2.1

Model PTK

Menurut Zuriah (2001: 112-113), penelitian tindakan kelas memiliki

kelebihan dan kelemahan.

1) Kelebihannya

a) Guru bersama rekan sejawat merupakan aktor utama dalam melakukan penelitian, sehingga mereka melakukan kerjasama melaksanakan penelitian. Dengan kerjasama yang kesemuanya sebagai aktor utama dapat menumbuhkan rasa memiliki dan berkewajiban diantara mereka untuk memperbaiki dan SIKLUS I

SIKLUS II

Pelaksana

Perencana Observasi

Refleksi

Pelaksana

Observasi

(31)

meningkatkan iklim pembelajaran dengan cara melakukan penelitian tindakan.

b) Para guru sebagai team work dalam penelitian tindakan dapat meningkatkan kreativitas dan daya kritisnya untuk dikembangkan dalam rangka perbaikan iklim pembelajaran.

c) Para guru sebagai peneliti dapat melakukan tukar pengalaman dalam menentukan rencana, tindakan, observasi, dan refleksi, sehingga dapat menimbulkan rasa ingin mengubah dirinya menjadi guru yang lebih baik terutama dalam rangka memperbaiki iklim pembelajaran di kelas.

d) Para guru dapat mengembangkan sikap terbuka dan demokratis. Karena mereka merupakan team peneliti yang memungkinkan sekali untuk saling membuka diri untuk bertukar informasi dalam memperbaiki dan meningkatkan iklim pembelajaran.

2. Kelemahannya

a) Adanya image atau prasangka dari para guru bahwa yang berhak melakukan penelitian adalah kalangan kampus, sehingga memungkinkan sekali perasaan mereka untuk tidak memiliki kewenangan; dan pekerjaan guru yang banyak sekali memungkinkan perasaan dan anggapan diantara mereka tidak adanya waktu untuk melakukan penelitian.

b) Dalam penelitian tindakan kelas, memerlukan waktu yang begitu panjang (dalam prosesnya) dan memungkinkan sekali perasaan enggan untuk melakukannya.

c) Dalam proses kelompok sebagai team penelitian tindakan realitasnya sering terjadi tidak dalam suasana demokratis.

d) Sulit untuk mengajak teman sejawat untuk melakukan perubahan-perubahan terhadap iklim pembelajaran yang telah dilakukan bertahun-tahun secara konvensional.

e) Penelitian tindakan kelas,hasilnya cenderung tidak dapat digeneralisasikan.

B. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (1995: 2), pembelajaran kooperatif merupakan suatu

model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil

untuk saling membantu dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam

pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya bertanggung jawab pada

(32)

satu timnya dalam mempelajari suatu materi pelajaran sehingga

keberhasilan tim dapat dicapai.

Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur pembelajaran

gotong royong harus diterapkan (Anita Lie, 2002:31-34), yaitu:

1. Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dengan demikian, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.

2. Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penelitian dibuat menurut prosedur model pembelajaran

cooperative learning, setiap siswa akan bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugas.

3. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing anggota. Setiap anggota kelompok mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga, dan sosial-ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.

4. Komunikasi Antar Anggota

(33)

memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

5. Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar slanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Jadi pembelajaran kooperatif pada dasarnya merupakan kerja sama

dalam kelompok, dan semua siswa terlibat aktif dalam kelompok untuk

menyelesaikan tugas.

C. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif

Ada lima tipe pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995:4-8) :

1. Student Teams Achievement Division (STAD)

STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana pelajar

berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap

kelompok terdiri dari seseorang yang berkemampuan rendah, tinggi,

dan sisanya yang berkemampuan sedang. Setelah semua kelompok

selesai bekerja, pengajar memberi kunci jawaban soal dan meminta

mereka memeriksa hasil kerja, kemudian pengajar mengadakan kuis.

2. Teams Games Tournaments (TGT)

Tipe TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan

secara heterogen, setiap kelompok anggotanya terdiri dari 4-5 orang.

Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian

siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa

seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Dalam

(34)

mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah setiap anggota

kelompok akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada

kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk

menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan

menentukan penghargaan kelompok.

3. Jigsaw

Jigsaw merupakan tipe pembelajaran kooperatif kelompok

dibentuk secara heterogen yang terdiri dari 5-6 orang, tiap-tiap pelajar

mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan

bagian itu kepada semua anggota kelompok. Kemudian pengajar

mengadakan ulangan /kuis.

4. Learning Together

Tipe learning together merupakan tipe pembelajaran kooperatif

dimana pelajar melakukan presentasi bahan kuliah. Setelah pelajar

dalam kelompok heterogen terdiri dari 4-5 orang mengerjakan satu

lembar kerja. Pengajar menilai hasil kerja kelompok. Pelajar kemudian

secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh pengajar sebagai

hasil kerja individual.

5. Teams Accelerated Introduction (TAI)

Dalam tipe TAI guru mempresentasikan materi pelajaran secara

individu atau kelompok kecil siswa yang mempunyai unit tahap yang

sama. Siswa ditempatkan sesuai dengan kecepatan belajarnya,

(35)

berbeda. Siswa bekerja dalam kelompok mereka dengan unit yang

berbeda. Siswa harus menyelesaikan setiap unit mereka

masing-masing, setiap akan berpindah unit, maka harus mendapat persetujuan

dari teman satu kelompoknya. Dengan demikian, siswa dalam

kelompok mempunyai tanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya

sebelum mengambil kuis dalam unit tersebut. Tes unit akhir dilakukan

tanpa bantuan dari teman satu kelompok. Unit-unit yang terkumpul

dari masing-masing anggota kelompok dijumlah dan jumlah unit dari

setiap kelompok yang memenuhi kriteria mendapat sertifikat atau

penghargaan.

D. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

dengan Model Pembelajaran Lainnya.

Sebelum kita membahas perbedaan pembelajaran kooperatif, maka

kita perlu mengetahui beberapa macam model pembelajaran (Harsoyo,

2007).

1. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas

Menurut Johnson (Harsoyo, 2007), Pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) atau pendekatan kontekstual memiliki

tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism),

menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar

(Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection)

(36)

dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh

komponen tersebut dalam pembelajarannya. Untuk melaksanakan hal

tersebut tidaklah sulit, yang diperlukan adalah mencoba membiasakan

dan terus mengadakan perbaikan. CTL dapat diterapkan dalam

berbagai jenis kurikulum dan berbagai jenis mata pelajaran dengan

kondisi yang berbeda-beda.

Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar,

langkahnya adalah berikut ini.

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna

dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).

5) Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran.

6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

2. Accelerated Learning

Pengetahuan dibangun dengan percepatan pembelajaran, siswa

yang dianggap mampu dan mempunyai potensi ilmu pengetahuan yang

lebih diuji bersama-sama, sehingga dalam pembelajaran tersebut hanya

(37)

seharusnya untuk tingkat atasnya, sehingga kelulusan mereka lebih

cepat dibanding siswa yang mengikuti program jenjang bertahap.

Menurut Dave (Harsoyo, 2007), prinsip-prinsip accelerated

learningdapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Belajar Melibatkan Seluruh Pikiran dan Tubuh. Belajar tidak hanya menggunakan “otak” (sadar/rasional) tetapi juga melibatkan seluruh tubuh/pikiran dengan segala emosi, indra, dan sarafnya. b. Belajar adalah Berkreasi, Bukan Mengkonsumsi. Pengetahuan

bukanlah sesuatu yang diserap oleh pembelajar, melainkan sesuatu yang diciptakan pembelajar. Pembelajaran terjadi ketika seorang pembelajar memadukan pengetahuan dan keterampilan baru ke dalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar secara harafiah adalah menciptakan makna baru dalam pemahaman kita. c. Kerja Sama Membantu Proses Belajar. Semua usaha belajar yang

baik mempunyai landasan sosial. Kita biasanya belajar lebih banyak dengan berinteraksi dengan kawan-kawan daripada yang kita pelajari dengan cara lain. Persaingan di antara pembelajar memperlambat pembelajaran, namun kerjasama mempercepat proses pembelajaran.

d. Pembelajaran Berlangsung pada Banyak Tingkatan secara Simultan. Belajar bukan hanya menyerap banyak hal sekaligus. Pembelajaran yang baik melibatkan orang pada banyak tingkatan secara simultan (sadar dan bawah-sadar, mental dan fisik).

e. Belajar Berasal dari Mengerjakan Pekerjaan Itu Sendiri. Belajar paling baik adalah belajar dalam konteks. Hal-hal yang dipelajari secara terpisah akan sulit diingat dan mudah dilupakan. Pengalaman yang nyata dan konkrit dapat menjadi guru yang jauh lebih baik daripada sesuatu yang hipotetis dan abstrak, ketika kita belajar berenang dengan berenang, cara belajar memasak dengan memasak.

f. Emosi Positif Sangat Membantu Pembelajaran. Perasaan sangat menentukan kualitas dan juga kuantitas belajar seseorang. Perasaan negatif menghalangi belajar dan sebaliknya perasaan positif banyak membantu proses belajar. Belajar yang penuh tekanan, menyakitkan, dan bersuasana muram tidak dapat mengungguli hasil belajar yang menyenangkan, santai dan menarik hati.

(38)

3. Quantum Learning

Menurut Porter (Harsoyo, 2007), quantum learning berakar

dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan

Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebut sebagai

“suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti

dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail

apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Beberapa teknik

yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah

mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam

kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster

untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan

menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran

sugestif.

Menurut Porter (Harsoyo, 2007), komponen-komponen penting

dalamQuantum Learningadalah:

a. Menata Latar Belajar

Dengan mengatur lingkungan, anda mengambil langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar secara keseluruhan. Beberapa hal yang dapat dianjurkan pada para guru sebagai berikut :

1) Ciptakan suasana yang nyaman dan santai.

2) Gunakan musik supaya terasa santai, terjaga, dan siap untuk berkomunikasi.

3) Ciptakan dan sesuaikan suasana hati dengan pelbagai jenis musik.

4) Gunakan pengingat-ingat visual untuk mempertahankan sikap positif.

b. Memupuk Sikap Juara

(39)

yang tinggi terhadap diri, dan keyakinan akan berhasil akan menentukan pencapaian prestasi seseorang.

c. Menemukan Gaya Belajar Sendiri

Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah dan situasi-situasi antar pribadi.

d. Teknik Mencatat Tingkat Tinggi

Pencatatan yang efektif dapat menghemat waktu dengan membantu anda menyimpan informasi secara mudah dan mengingatnya kembali jika diperlukan.

e. Meningkatkan Daya Ingat

Penting bagi kita untuk mampu meningkatkan kemampuan mengingat. Pengulangan menjadi penting untuk membantu mengingat. Bagi guru perlu memberikan pengulangan-pengulangan atau penyegaran terhadap hal-hal yang penting.

f. Meningkatkan Kemampuan Membaca

Membaca merupakan aktivitas penting dalam proses belajar, dengan membaca kita akan mengetahui banyak informasi dan mempelajari banyak ide-ide para genius tanpa harus bertatap muka. g. Berpikir Logis dan Kreatif

Seorang yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba, bertualang, dan suka bermain-main. Perlu disadari bahwa rasa ingin tahu dan dorongan untuk mengerjakan hal-hal yang menantang sebenarnya ada pada setiap orang. Dalam pembelajaran guru menjadi salah satu model sosok kreatif. Metode dan media pembelajaran dapat menjadi wahana kreativitas guru dalam menjadi model tersebut.

Inti dalam model pembelajaran Quantum Learning adalah

pengetahuan dibangun berdasarkan banyaknya pembelajaran. Sehingga

siswa harus menguasai banyaknya materi yang diberikan oleh guru.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat ditarik beberapa

kesimpulan tentang perbedaan model pembelajaran kooperatif

(Cooperative Learning) dengan CTL,Accelerated Learning,Quantum

(40)

Tabel 2.1

Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan Model Pembelajaran CTL,Accelerated Learning,Quantum Learning

Cooperative Learning CTL Accelerated Learning Quantum Learning Kerjasama dalam kelompok, dan semua siswa terlibat aktif dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas. Siswa bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. Pengetahuan dibangun dengan percepatan pembelajaran, siswa yang dianggap mampu dan mempunyai potensi ilmu pengetahuan yang lebih diuji bersama-sama, sehingga dalam pembelajaran tersebut hanya ada siswa-siswa yang pandai. Pengetahuan dibangun berdasarkan banyaknya pembelajaran. Sehingga siswa harus menguasai banyaknya materi yang diberikan oleh guru.

E. Pembelajaran Kooperatif TipeTeams Games Tournaments(TGT)

Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu metode

pembelajarn kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas

seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan siswa sebagai

tutor sebaya serta mengandung unsur permainan. Aktivitas belajar dengan

permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT

memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan

(41)

Komponen dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai berikut

(Slavin, 1995: 84-88) :

1. Presentasi Kelas

Materi yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar diperkenalkan kepada siswa melalui presentasi kelas. Hal ini biasanya dilaksanakan melalui pengajaran secara langsung yang dipandu oleh guru. Selama guru menyampaikan materi, siswa harus memperhatikan. Hal ini akan memudahkan siswa dalam memahami materi dan mengerjakan soal-soal pada kegiatan belajar kelompok. Presentasi materi oleh guru menurut Slavin (1995:77) mencakup tiga hal yaitu pendahuluan, pengembangan, dan memandu latihan.

a. Pendahuluan

Dalam pendahuluan guru menyampaikan kepada siswa apa yang akan mereka pelajari hari itu dan mengapa hal itu penting dipelajari. Guru bisa membangkitkan perhatian siswa dengan menggunakan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Pengembangan

1) Dalam menyampaikan materi guru tidak menyimpang dari materi yang akan diujikan.

2) Guru memperagakan konsep bisa dengan alat peraga.

3) Guru menguji pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan.

4) Guru menjelaskan mengapa suatu jawaban benar dan mengapa suatu jawaban salah, kecuali jika memang telah jelas.

5) Segera berganti konsep jika siswa telah menangkap pengertian dari materi yang disampaikan.

c. Memandu latihan

1) Guru mengkondisikan siswa untuk menyiapkan jawaban terhadap pertanyaan yang disampaikan oleh guru.

2) Guru memanggil siswa secara acak, hal ini penting agar seluruh siswa menyiapkan jawaban atas pertanyaan guru.

2. Kelompok (Teams)

Kelompok atau tim terdiri dari 4-5 orang siswa yang heterogen berdasarkan kemampuan siswa. Selama kegiatan kelompok berlangsung, masing-masing anggota kelompok bertugas mempelajari materi atau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru pada lembar latihan dan membantu teman satu kelompok menguasai materi pelajaran tersebut.

(42)

mendiskusikan jawaban secara bersama-sama, jika ada pertanyaan hendaknya bertanya dahulu pada teman lain dalam kelompoknya sebelum bertanya pada guru. Selama siswa belajar dalam kelompok, sebaiknya guru berkeliling kelas, memuji pekerjaan siswa, memonitor pekerjaan siswa dan jalannya belajar kelompok.

3. Permainan (Games)

Permainan ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan games terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen.

4. Turnamen (Tournaments)

Turnamen dalam hal ini adalah suatu pertandingan antar anggota-anggota kelompok yang berbeda. Turnamen diadakan sesudah guru menyajikan materi dan siswa belajar dalam kelompok. Pada awal turnamen, guru menugaskan siswa untuk pindah pada suatu meja turnamen yang sudah ditentukan sebelumnya, penentuan meja turnamen dalam penelitian ini didasarkan pada pengamatan oleh guru kelas dan hasil dari tes sebelumnya (dalam penelitian ini ada 4 meja turnamen yaitu meja I ada 4 siswa dengan kemampuan tinggi, meja II ada 4 siswa dengan kemampuan sedang, meja III ada 4 siswa dengan kemampuan sedang, meja IV ada 3 siswa dengan kemampuan rendah, dan meja V ada 2 siswa yang kemampuannya rendah).

Jalannya turnamen sebagai berikut: para siswa yang berada di meja turnamen secara bergantian mengambil nomor kartu (pengambilan nomor kartu berdasarkan urutan yang telah disepakati bersama) dan menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor kartu yaitu pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan materi yang telah dipelajari. Apabila siswa yang mengambil nomor kartu tidak bisa menjawab pertanyaan, maka pertanyaan bisa dilempar ke teman yang lain dalam satu meja turnamen sesuai dengan urutan yang telah di sepakati, dan yang benar dalam menjawab pertanyaan berhak menyimpan kartu itu. Kartu yang telah didapati nantinya yang akan dijadikan skor untuk penghargaan kelompok.

5. Penghargaan Kelompok

(43)

skor rata-rata. Guru dapat menetapkan penghargaan kelompok dengan kriteria sebagai berikut (Slavin, 1995 :90):

Tabel Kriteria Penghargaan Kelompok

Criterion (Team Average) Award

30-40

40-45

45-50

Goodteam

Greatteam

Superteam

F. Partisipasi

Menurut Mikkelsen (2003:64), partisipasi merupakan suatu proses

belajar yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok

orang yang terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya

untuk melakukan hal tersebut, selain itu partisipasi belajar juga merupakan

keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang dapat terjadi di

sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Kesediaan siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar

akan berdampak positif bagi diri siswa dan setiap proses pembelajaran.

Keaktifan dalam pendekatan CBSA menunjukkan kepada keaktifan mental

siswa baik intelektual maupun emosional meskipun untuk

merealisasikannya dalam banyak hal dipersyaratkan atau dibutuhkan

keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik. Dengan

penerapan CBSA siswa diharapkan akan lebih mampu mengenal dan

mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya secara

(44)

terdapat disekitarnya. Sementara itu, Dimyati dan Mudjiono (1999:19)

mengemukakan tujuh dimensi proses pembelajaran yang mengakibatkan

terjadinya kadar CBSA, antara lain: 1) partisipasi siswa dalam menetapkan

tujuan kegiatan pembelajaran, 2) tekanan pada aspek efektif dalam belajar,

3) partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran terutama yang berbentuk

interaksi antar siswa, 4) kekompakan kelas sebagai kelompok, 5)

kebebasan atau lebih tepat kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk

mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah, 6)

jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah pribadi

siswa baik berhubungan dengan pembelajaran.

G. Motivasi Belajar Siswa

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:81), motivasi adalah

dorongan terhadap kekuatan mental yang terjadi dalam diri siswa.

Sedangkan motivasi belajar adalah kekuatan mental yang mendorong

terjadinya belajar. Dalam hal ini motivasi dipandang sebagai dorongan

mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk

perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang

mengaktifkan sikap dan perilaku individu belajar.

Guru mencoba memberikan dan mengembangkan berbagai upaya

yang perlu dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Maka

dari itu peran guru sangat membantu untuk meningkatkan belajar siswa.

(45)

lain: (1) optimalisasi penerapan prinsip belajar, (2) optimalisasi unsur

dinamis belajar dan pembelajaran, dan (3) optimalisasi pemanfaatan

pengalaman dan kemampuan siswa. Lebih lanjut Dimyati dan Mudjiono

(1999:97-98) menyatakan bahwa unsur-unsur yang mempengaruhi

motivasi belajar, antara lain: (a) cita-cita atau aspirasi siswa akan

memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik, (b) kemampuan

siswa akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas

perkembangan, (c) kondisi siswa, meliputi kondisi jasmani dan rohani, dan

(d) kondisi lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan

tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan masyarakat.

Sejalan dengan pernyataan diatas, menurut Uno (2007: 1), motivasi

adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku dan

dapat juga diartikan sebagai proses untuk mencoba mempengaruhi orang

atau orang-orang yang dipimpinnya agar melakukan pekerjaan yang

diinginkan, sesuai dengan tujuan tertentu yang ditetapkan lebih dahulu.

Menurut Uno (2007: 22), pengertian belajar antara lain: (1)

memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman, (2) suatu

proses perubahan tingkah laku individu dengan lingkungannya, (3)

perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan,

penggunaan dan penilaian, atau mengenai sikap dan nilai-nilai

pengetahuan dan kecakapan dasar, yang terdapat dalam berbagai bidang

studi, atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau

(46)

proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau

pengalaman tertentu.

Menurut Uno (2007: 23), motivasi dan belajar merupakan dua hal

yang saling mempengaruhi. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan

internal dan eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk

mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa

indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar

dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar

dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan

berhasil, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya

harapan dan cita-cita masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar,

(5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (6) adanya lingkungan

belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat

belajar dengan baik.

H. Mata Pelajaran Ekonomi

Menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan (2006: 137) ekonomi

merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya yang bervariasi, dan berkembang dengan sumber

daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan

distribusi. Fungsi mata pelajaran ekonomi di SMA adalah

mengembangkan kemampuan siswa untuk berekonomi, dengan cara

(47)

dan teori serta terlatih dalam memecahkan permasalahan ekonomi yang

terjadi di masyarakat.

Ruang lingkup mata pelajaran ekonomi mencakup perilaku ekonomi

dan kesejahteraan yang berkaitan dengan masalah ekonomi yang terjadi di

lingkungan kehidupan terdekat hingga lingkungan terjauh, meliputi

aspek-aspek berikut (a. perekonomian, b. ketergantungan, c. spesialisasi dan

pembagian kerja, d. perkoperasian, e. kewirausahaan, f. akuntansi dan

manajemen)

Menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan (2006: 138) tujuan

pelajaran ekonomi di SMA adalah (a) memahami sejumlah konsep

ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan

kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan individu,

rumah tangga, masyarakat, dan negara, b) menampilkan sikap ingin tahu

terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami

ilmu ekonomi, c) membentuk sikap bijak, rasional, dan bertanggungjawab

dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi,

manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah

tangga, masyarakat, dan negara, d) membuat keputusan yang

bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat

(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian

yang bersifat mandiri yang dilakukan dalam lingkungan sekolah.

Penelitian ini merupakan satu strategi pemecahan masalah yang

memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan

dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMA Stella Duce 2, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan Oktober – November 2008

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran ekonomi kelas

X.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah partisipasi dan motivasi siswa

(49)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus.

Masing-masing siklus terdiri dari empat langkah:

1. Perencanaan, merumuskan masalah, menentukan tujuan dan metode

penelitian serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk

meningkatkan partisipasi dan motivasi siswa.

2. Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya

meningkatkan partisipasi dan motivasi siswa.

3. Observasi, yaitu pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan

tindakan.

4. Refleksi, yaitu analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil observasi

terhadap kegiatan belajar mengajar dalam upaya meningkatkan

partisipasi, dan motivasi siswa.

Secara operasional penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam

penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Siklus pertama

Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam tiga kali

pertemuan/ tatap muka di kelas. Kegiatan yang dilakukan meliputi:

a. Perencanaan

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa

penyiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT, yaitu meliputi:

1) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk

(50)

terdiri dari 4-5 siswa dan membagi siswa secara heterogen,

dilihat dari prestasi akademik, ras atau etnik. Perangkat yang

disiapkan dalam tahap ini adalah: rencana pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT, materi, lembar soal,

lembar jawab siswa, dan lembar observasi.

2) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi:

a) Kriteria keberhasilan penerapan proses pembelajaran

kooperatif tipe TGT terhadap peningkatan partisipasi dan

motivasi siswa berdasarkan pelaksanaan tindakan.

b) Instrumen untuk mengobservasi kegiatan guru di kelas.

c) Lembar untuk mengobservasi partisipasi siswa dalam

diskusi kelompok.

d) Instrumen observasi dalam turnamen.

e) Lembar penilaian dalam turnamen.

f) Lembar Hasil Akhir Kelompok.

b. Tindakan

Pada tahap ini dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif

tipe TGT sesuai dengan rencana tindakan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Presentasi kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dengan

pengajaran langsung melalui ceramah. Pada saat guru

(51)

memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru

karena akan membantu siswa untuk menyelesaikan tugas dalam

kelompok.

2) Membagi siswa dalam kelompok.

Siswa dibagi menjadi 5 kelompok dengan cara berhitung dari

angka satu sampai lima. Kemudian siswa dengan hitungan satu

kumpul menjadi satu, dan membentuk kelompok yang diberi

nama “Tentara 1”. Hal yang sama juga dilakukan oleh orang

dengan hitungan dua sampai masing-masing kelompok terdiri

dari 4-5 orang yang anggotanya heterogen dilihat dari

presentasi akademik, jenis kelamin, ras, etnik. Selama kegiatan

kelompok berlangsung, masing-masing anggota kelompok

bertugas mempelajari materi atau menyelesaikan tugas yang

diberikan oleh guru pada lembar latihan dan membantu teman

satu kelompok menguasai materi pelajaran tersebut.

Sebelum memulai belajar kelompok, guru dapat menjelaskan

beberapa sikap yang perlu diterapkan kepada siswa agar kerja

sama dalam kelompok dapat berjalan dengan efektif. Pada

waktu diskusi, seluruh anggota kelompok hendaknya berbicara

dengan suara pelan, tidak boleh meninggalkan tugas selama

bekerja dalam kelompok, mendiskusikan jawaban secara

bersama-sama, jika ada pertanyaan hendaknya bertanya dahulu

(52)

guru. Selama siswa belajar dalam kelompok, sebaiknya guru

berkeliling kelas, memuji pekerjaan siswa, memonitor

pekerjaan siswa dan jalannya belajar kelompok.

3) Games

Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa

setelah mengikuti kelas presentasi dan belajar bersama

kelompok. Dimana permainan ini berisi tentang

pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan materi. Di sini guru

menggunakan teknik permainan yang bernama “Mix and

Match”, dimana siswa dalam satu kelompok diminta untuk

menjodohkan beberapa pernyataan yang dibuat oleh guru

dalam waktu satu menit, bagi siswa yang menjodohkan dengan

benar akan diberi skor. Skor inilah yang nantinya akan dipakai

guru untuk memilih siswa yang akan mewakili kelompok

dalam babak turnamen.

4) Turnamen

Turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit

setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah

mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama, guru

menugaskan siswa untuk pindah pada suatu meja turnamen

yang sudah ditentukan sebelumnya, penentuan meja turnamen

dalam penelitian ini didasarkan pada pengamatan oleh guru

(53)

meja turnamen yaitu meja I ada 4 siswa dari kelompok 1, meja

II ada 4 siswa dari kelompok 2, meja III ada 4 siswa dari

kelompok 3, meja IV ada 4 siswa dari kelompok 4.

Jalannya turnamen sebagai berikut: para siswa yang berada di

meja turnamen secara bergantian mengambil nomor kartu

(pengambilan nomor kartu berdasarkan urutan yang telah

disepakati bersama) dan menjawab pertanyaan sesuai dengan

nomor kartu yaitu pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan materi

yang telah dipelajari. Apabila siswa yang mengambil nomor

kartu tidak bisa menjawab pertanyaan, maka pertanyaan bisa

dilempar ke teman yang lain dalam satu meja turnamen sesuai

dengan urutan yang telah di sepakati, dan yang benar dalam

menjawab pertanyaan berhak menyimpan kartu itu. Kartu yang

telah didapati nantinya yang akan dijadikan skor untuk

penghargaan kelompok.

5) Penghargaan Kelompok

Pada akhir turnamen guru mengumumkan kelompok yang

menang, masing-masing team akan mendapat hadiah seperti

buku tulis, makanan, apabila rata-rata skor memenuhi kriteria

yang ditentukan.

c. Observasi

Tahap ini dilaksanakan bersamaan waktunya dengan tahap

(54)

atau dampak pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi: partisipasi

siswa dalam diskusi dapat dilihat dari keaktifan siswa selama

proses pembelajaran berlangsung. Motivasi siswa dapat dilihat

dengan melihat kemauan siswa untuk mengikuti proses

pembelajaran (kuesioner). Pengamatan juga dilakukan

menggunakan perekaman denganvideo camcorder.

d. Refleksi

Pada tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan

penyimpulan hasil observasi terhadap partisipasi, motivasi, dan

tingkat pemahaman siswa. Ada dua macam refleksi yang

dilakukan, yaitu:

1) Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir, digunakan

untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam

pembelajaran dan pemecahan untuk perbaikan dalam

pertemuan berikutnya.

2) Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk

mengetahui apakah target yang ditetapkan sesuai indikator

keberhasilan tindakan telah tercapai. Secara teknik peneliti

melakukan self-reflection dahulu terkait dengan keterampilan

kooperatif siswa dalam kegiatan masing-masing fase,

kemudian dilakukan refleksi dan diskusi bersama guru untuk

(55)

2. Siklus kedua

Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya

sama dengan siklus pertama, hanya tindakannya yang berbeda.

Tindakan pada siklus kedua ini ditentukan berdasarkan hasil refleksi

siklus pertama. Kemudian diambil suatu kesimpulan, saran, dan

rekomendasi.

E. Instrumen Penelitian

1. Instrumen untuk Proses Penelitian Tindakan Kelas

a. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan dilakukan penyusunan rencana tindakan

berupa penyiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan

menggunakan instrumen:

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam RPP ini guru menetapkan langkah-langkah apa saja

yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran, serta

kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dilakukan siswa dalam rangka

implementasi tindakan perbaikan yang direncanakan.

2) Grouping

Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri dari

(56)

b. Tindakan

Tindakan ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif

tipe TGT yang telah direncanakan. Instrumen yang diperlukan

adalah lembar partisipasi, angket motivasi belajar siswa, dan hasil

turnamen siswa.

c. Observasi

Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini mengacu pada

Bergerman, 1992 dalam Tantra (2006:15) yang mencakup pada 3

kelompok, yaitu: instrumen untuk mengobservasi guru (observing

teacher), instrumen untuk mengobservasi kelas (observing

classroom), dan instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa

(observing student).

1. Instrumen untuk mengobservasi guru (observing teacher)

Observasi merupakan alat yang efektif untuk mempelajari

tentang metode dan strategi yang diimplementasi di dalam

kelas. Salah satu bentuk observasi kelas adalah observasi

anekdotal (anecdotal record). Observasi anekdotal

memfokuskan pada hal-hal spesifik yang terjadi di dalam kelas

atau catatan tentang aktivitas belajar siswa dalam

pembelajaran. Observasi anekdotal mencatat kejadian di dalam

kelas secara informal dalam bentuk naratif. Suatu observasi

(57)

a. Pengamatan harus mengamati keseluruhan sekuensi

peristiwa yang terjadi di dalam kelas.

b. Tujuan, batas waktu dan rambu-rambu pengamatan jelas.

c. Hasil pengamatan dicatat dengan lengkap dan hati-hati.

d. Pengamatan harus dilakukan secara objektif.

2. Pengamatan terhadap kelas (observing classroom)

Pengamatan anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan

pengamatan terhadap segala kejadian yang terjadi di kelas.

Observasi anekdotal kelas meliputi deskripsi tentang

lingkungan fisik, tata letaknya dan manajemen kelas.

3. Pengamatan perilaku siswa (observing student)

Observasi anekdotal terhadap perilaku siswa dapat

mengungkapkan berbagai hal menarik. Masing-masing

individu siswa dapat diamati secara individual atau

berkelompok sebelum, saat berlangsung, dan sesuai

pembelajaran. Perubahan pada setiap individu siswa dapat

diamati, dalam kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum

dilakukan tindakan, saat diimplementasikan, dan sesuai

tindakan.

d. Refleksi

Dalam tahap ini, dilakukan analisis, pemaknaan dan pembuatan

kesimpulan hasil observasi. Instrumen yang digunakan adalah

(58)

2. Instrumen untuk Partisipasi

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Partisipasi Terhadap Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif TipeTeams Games Tournaments (TGT)

dalam Mata Pelajaran Ekonomi

Indikator Partisipasi Pernyataan

1. Siswa mencatat materi yang

diberikan guru.

2. Siswa bertanya pada guru mengenai

materi yang diajarkan.

3. Siswa menjawab pertanyaan guru.

4. Siswa berpendapat pada waktu guru

menyajikan materi.

5. Siswa mengerjakan soal latihan yang

diberikan pada waktu kerja

kelompok.

6. Siswa bertanya pada teman waktu

mengalami kesulitan dalam kerja

kelompok.

7. Siswa membantu teman lain pada

waktu kesulitan.

8. Siswa mendiskusikan jawaban yang

telah ditulis pada lembar jawaban.

1

2

3

4

5

6

7

(59)

3. Instrumen untuk Motivasi

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Motivasi Terhadap Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif TipeTeams Games Tournaments(TGT)

dalam Mata Pelajaran Ekonomi

Indikator Motivasi Belajar

Pernyataan

Positif Negatif 1. Hasrat dan keinginan berhasil

2. Dorongan dan kebutuhan dalam

belajar

3. Harapan dan cita-cita masa depan

4. Penghargaan dalam belajar

5. Kegiatan yang menarik dalam

belajar

6. Lingkungan belajar yang kondusif

3,4

2

11,12

7,15

1,6,13,14

5

9

8

10

F. Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data untuk penelitian kualitatif dapat dilakukan

dengan berbagai cara dan terus berkembang, pada dasarnya ada empat cara

yang mendasar untuk mengumpulkan informasi, yaitu observasi,

wawancara, dokumen dan materi audio-visual.

1. Observasi

Observasi sangat diperlukan untuk mengamati proses pembelajaran

yang sedang berlangsung baik kinerja kelas, kinerja guru, dan kinerja

siswa. Pengamatan di kelas dilakukan untuk melihat masalah-masalah

(60)

pembelajaran berlangsung. Bentuk observasi dapat berupa lembar

pengamatan yang sudah dibuat dengan rinci.

2. Wawancara

Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara

verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan

informasi atau penjelasan yang dianggap perlu. Wawancara pada guru,

ini dilakukan untuk mengetahui metode yang digunakan guru dalam,

serta hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses pembelajaran.

3. Dokumen

Dokumen digunakan untuk menilai kemampuan siswa merangkum

dari hasil diskusi kelompok.

4. Audio-visual.

Audio visual digunakan untuk mendukung tiga teknik terdahulu dan

penguat hasil penelitian.

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui

partisipasi, motivasi dan hasil belajar siswa, yang meliputi a) partisipasi

dalam mengajukan pertanyaan/ ide dalam diskusi, b) interaksi siswa

dalam kelompok kooperatif, c) motivasi siswa, d) kemampuan siswa

dalam merangkum hasil diskusi dalam kelompok, e) daya serap siswa.

Gambar

Tabel 5.13 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran
Gambar 2.1Model PTK
Tabel 2.1
Tabel Kriteria Penghargaan Kelompok
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu Penelitian tentang algoritma tersebut sebelumnya juga pernah dilakukan oleh Lilis Setyowati dengan menggunakan algoritma decision tree C4.5,ada penelitian

Tässä luvussa osoitetaan, että kaikki vapaat modulit ovat projektiivisia. An- netaan myös esimerkki projektiivisesta modulista, joka ei ole vapaa. Projek- tiivisilla moduleilla

Hasil Penelitian: Penelitian menujukkan bahwa pada hasil schirmer kelompok perlakuan melalui uji ANOVA dengan nilai signifikansi < α (0,037 < 0,05) yang berarti bahwa

Pernyataan tersebut menyayangkan keberadaan sektor maritim Indonesia masa lalu, khususnya keadaan sektor niaga ekspor dan impor Indonesia yang hanya menguasai 3 persen

Kesimpulan dari penelitian Putz-Bankuti et al ini yaitu terdapat hubungan signifikan dari 25(OH)D dengan derajat disfungsi hati dan memberi kesan bahwa rendahnya kadar

Berdasarkan hasil penelitian, daerah penelitian dengan potensi paling rawan terjadi amblesan adalah pada daerah dengan litologi batuan karbonat Formasi Wonosari

Hal ini menjadi acuan bagi Indonesia untuk semakin meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris khususnya di perguruan tinggi karena mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktu

Target yang ingin dicapai dari pelatihan ini adalah dapat memaksimalkan kompetensi mahasiswa dalam mempersiapkan bekal mengajar ketika menghadapi mata kuliah Praktik Pengalaman