i
PENINGKATAN PARTISIPASI DAN MOTIVASI SISWA
MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
TIPE
TEAMS GAMES TOURNAMENTS
(
TGT
) DALAM MATA
PELAJARAN EKONOMI
Studi kasus Siswa kelas XC SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh: SUSI SULASTRI
041334039
Oleh:
Andika Wahyu Kartikasari
NIM. 041334032
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya ini untuk:
Tuhan Jesus Kristus untuk segala kasih karuniaNYA.
Kedua Orangtuaku, yaitu Wahjudi Djoko L dan Lusia S. Terima
kasih untuk pengorbanan, doa, dan kasih sayangnya selama ini.
Adikku, Nando dan Cahyo untuk supportnya.
Sahabat ”Sejatiku” Yan Kakisina, thanks banget untuk
perhatian, waktu, dan dukungan yang kamu beri selama ini.
Sahabat-sahabatku n teman-temanku, terima kasih atas
kebersamaan, persaudaraan, pengalaman, dan dukungan yang
kalian berikan.
v
MOTTO
SEGALA PERKARA DAPAT KU TANGGUNG DI DALAM DIA
YANG MEMBERI KEKUATAN KEPADAKU
(FILIPI 4:13)
SEORANG YANG BERPRESTASI AKAN MENDAPATKAN
PENGHARGAAN. TAPI KETIKA KITA TAK LAYAK
MENERIMA NAMUN TETAP MENDAPATKAN, ITU ADALAH
KASIH KARUNIA
EVERYDAY IS A GIFT....EVERYDAY IS A
MIRACLE...EVERYDAY IS A NEW LIFE...SO..DO YOUR BEST
AND MAKE EVERYDAY SPECIAL…..COZ TIME WILL
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan petunjuk yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Partisipasi dan Motivasi Siswa Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dalam Mata Pelajaran Ekonomi.”
Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed.,Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
ix
4. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Ibu B. Indah. Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.
7. Seluruh mahasiswa angkatan 2004 yang juga telah memberi kritik dan saran masukan selama proses diskusi dalam mata kuliah Seminar Proposal Penelitian dan kerjasama yang baik selama ini.
8. SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini.
9. Dra. R. Tuti Ratnaningsih selaku guru mitra dalam penelitian tindakan kelas ini. 10. Siswi-siswi kelas X-C selaku subjek dalam penelitian ini.
11. Orangtuaku, Bapak Anselmus Wahjudi DL dan Ibu Lusia Sudaryantun yang telah memberikan doa, semangat, dukungan materiil, dan dukungan moral buat Dika selama ini.
12. Adekku Nando dan Cahyo, makasih yasupport-nya buat Kak Dika
x
14. Kakak Rohaniku Grace Naully, Thanks banget untuk doa, nasehat, semangatnya selama ini.
15. Buat Keluarga Besar Bethany Fresh Anointing Yogyakarta, terima kasih untuk doa, semangat dan kebersamaannya.
16. Buat sahabat-sahabatku Astri, Ike, Susi, Yosua, Chacha, Yaya, Vina, Rocky, Danang, Erick, Rina, Kak Alice, Clara, Adit yang telah memberikan semangat, saran, dan bantuan selama ini.
17. Buat temen-temen PAK 04 dan semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang banyak membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan skripsi ini, serta Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna karena masih banyak kekurangan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Yogyakarta, 18 Agustus 2009 Penulis
xi ABSTRAK
PENINGKATAN PARTISIPASI DAN MOTIVASI SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPETEAMS GAMES TOURNAMENTS(TGT) DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI
Studi kasus Siswa kelas XC SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Andika Wahyu Kartikasari
Universitas Sanata Dharma 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan metode kooperatif tipe TGTpada pembelajaran ekonomi untuk peningkatan partisipasi dan motivasi siswa.
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XC, SMA Stella Duce 2, Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi keterlibatan belajar siswa di kelas, lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar kegiatan guru dalam proses pembelajaran, lembar instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan siswa dalam kelompok, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.
Ditinjau dari aspek partisipasi siswa, hasil penelitian menyatakan bahwa komponen mencatat materi sudah baik (siklus I : 100%; siklus II : 100%); komponen bertanya pada guru tentang materi sudah baik (siklus I : 11%; siklus II : 11%); komponen menjawab pertanyaan guru sudah baik (siklus I : 11%; siklus II : 38%), komponen berpendapat sudah baik (siklus I : 19%; siklus II : 38%); komponen mengerjakan soal latihan sudah baik (siklus I : 69%; siklus II : 77%); komponen bertanya pada teman sewaktu mengalami kesulitan sudah baik (siklus I : 88%; siklus II : 96%); komponen membantu teman sewaktu mengalami kesulitan sudah baik (siklus I : 15%; siklus II : 77%); komponen mendiskusikan hasil kerja sudah baik (siklus I : 100%; siklus II : 100%).
xii ABSTRACT
THE IMPROVEMENT OF PARTICIPATION AND STUDENTS’ MOTIVATION BY APPLYING COOPERATIVE LEARNING METHOD OF
TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) IN ECONOMICS LESSON A Case Study on the Tenth Class Students of Stella Duce 2 Senior High School
Yogyakarta
Andika Wahyu Kartikasari Sanata Dharma University
2009
The research aims to find out the effects of applying cooperative method of TGT on Economics lesson in order to increase students’ participation and motivation.
This research was conducted on first grade of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta. This research is a class action research which was conducted based on 2 cycles in which each cycle consists of four steps: planning, realization, observation, and reflection. The data was collected by using a student’s class participation observation instrument, teacher’s activity observation sheet, student’s observations sheet, class activity observation sheet, teacher’s activity on learning process sheet, class observation instrument sheet, student’s activity on group observation sheet, and reflection instrument. The data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.
Based on student’s participation aspects, the result of the research showed that the ability to take a note from the material is already good (cycle I: 100%, cycle II: 100%); the component of asking the teacher about the material is also good (cycle I: 11%, cycle II: 11%); component of answering question is also good (cycle I: 11%, cycle II: 38%); component of stating opinion is also good (cycle I: 19%, cycle II: 38%); component of doing the task is also good (cycle I: 69%, cycle II: 77%); component of asking when facing difficulty is also good (cycle I: 88%, cycle II: 96%); component of helping friends when facing difficulty is also good (cycle I: 15%, cycle II: 77%); component of discussing work result is also good (cycle I: 100%, cycle II: 100%).
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... xi
ABSTRACT... . xii
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN. ... xix
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Batasan Masalah... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian. ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK). ... 6
xiv
C. Tipe – Tipe Pembelajaran Kooperatif... 13
D. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan Model Pembelajaran Lainnya... 15
E. Pembelajaran Kooperatif TipeTeams Games Tournaments (TGT)... 20
F. Partisipasi ... 23
G. Motivasi Belajar Siswa ... 24
H. Mata Pelajaran Ekonomi ... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28
A. Jenis Penelitian... 28
B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 28
C. Subjek dan Obyek Penelitian... 28
D. Prosedur Penelitian ... 29
E. Instrumen Penelitian... 35
F. Pengumpulan dan Analisis Data ... 39
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 46
A. Lingkungan Sekolah……….... 46
B. Identitas Sekolah………..……… 47
C. VISI dan MISI ... 47
D. Tujuan ... 48
E. Keadaan Sekolah ... 49
F. Personil Sekolah ... 51
xv
H. Prestasi Sekolah ... 52
I. Struktur Kurikulum... 54
1. Mata Pelajaran... 54
2. Muatan Lokal... 57
3. Kegiatan Pengembangan Diri / Layanan BK / Ekstrakulikuler... 58
4. Vita Communika (Vit – Com)... 59
BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... 60
A. Hasil Observasi ... 60
1. Observasi Pendahuluan... 60
2. Siklus Pertama... 74
a. Perencanaan... 75
b. Tindakan... 78
c. Observasi... 80
d. Refleksi... 88
3. Siklus Kedua ... 92
a. Perencanaan... 93
b. Tindakan... 96
c.Observasi... 99
d.Refleksi... 107 B. Analisis Komparatif Tingkat Partisipasi dan Motivasi Siswa
xvi
Ekonomi ... 112
1. Partisipasi Siswa……… 112
2. Motivasi Belajar Siswa………. 116
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN... 119
A. Kesimpulan... 119
1. Partisipasi Siswa………. 119
2. Motivasi Belajar Siswa……… 120
B. Keterbatasan Penelitian... 121
C. Saran... 122
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan Model Pembelajaran CTL,Accelerated Learning,Quantum
Learning………. 20
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Partisipasi Terhadap Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif TipeTeams Games Tournament(TGT) dalam Mata Pelajaran Ekonomi……… 38
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Motivasi Terhadap Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif TipeTeams Games Tournament(TGT) dalam Mata Pelajaran Ekonomi……… 39
Tabel 3.3 Peningkatan Partisipasi Siswa... 43
Tabel 3.4 Peningkatan Motivasi Siswa... 44
Tabel 3.5 Proses Pengumpulan Data, Analisis Data & Pembagian Tugas... 45
Tabel 5.1Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran (Pra Pendahuluan)…….. 62
Tabel 5.2 Partisipasi Siswa dalam Proses Pembelajaran (Pra Pendahuluan)……… 64
Tabel 5.3 Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran (Pra Pendahuluan)………. 66
Tabel 5.4 Keadaan Kelas Selama Proses Pembelajaran……… 70
Tabel 5.5 Aktifitas Guru Pada Siklus I………. 81
Tabel 5.6 Partisipasi Siswa Siklus I……….. 83
Tabel 5.7 Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus I……… 85
Tabel 5.8 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I………. 88
Tabel 5.9 Kesan Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I……….. 90
xviii
Tabel 5.11 Partisipasi Siswa Siklus II……… 101 Tabel 5.12 Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus II…… 104 Tabel 5.13 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran
dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II……… 107 Tabel 5.14 Kesan Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT Siklus II……… 109 Table 5.15 Indikator Partisipasi Siswa dalam Proses Pembelajaran
pada Siklus I dan Siklus II... 112 Tabel 5.16 Indikator Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Keterangan Ijin dari BAPEDA ... 124
Surat Ijin dari DINAS PERIZINAN ... 125
Surat Keterangan telah melaksanakan penelitian... 126
Lampiran 1a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 128
Lampiran 1b Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II... 136
Lampiran 2a Hand out Siklus I : Permintaan dan Penawaran ... 144
Lampiran 2b Hand out Siklus II : Hukum Permintaan, Hukum Penawaran, dan Harga Keseimbangan ... 150
Lampiran 3a Soal gamessiklus I :Mix and Match ... 158
Lampiran 3b Soal gamessiklus II :Mix and Match ... 159
Lampiran 4a Soal turnamen siklus I : Cerdas Cermat ... 160
Lampiran 4b Soal turnamen siklus II : Cerdas Cermat ... 161
Lampiran 5a Lembar Observasi Kegiatan Guru Pra Penelitian ... 164
Lampiran 5b Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I ... 166
Lampiran 5c Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II ... 170
Lampiran 6a Lembar Observasi Kegiatan Siswa Pra Penelitian ... 174
Lampiran 6b Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 176
Lampiran 6c Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ... 178
Lampiran 7a Lembar Observasi Kegiatan Kelas Pra Penelitian ... 180
Lampiran 7b Lembar Observasi Kegiatan Kelas Siklus I ... 182
Lampiran 7c Lembar Observasi Kegiatan Kelas Siklus II ... 183
xx
Lampiran 8b Lembar Observasi Dalam Turnamen Siklus II ... 185
Lampiran 9a Lembar Skor Dalam Turnamen Siklus I ... 186
Lampiran 9b Lembar Skor Dalam Turnamen Siklus II ... 191
Lampiran 10a Lembar Hasil Akhir Kelompok Siklus I ... 196
Lampiran 10b Lembar Hasil Akhir Kelompok Siklus II... 201
Lampiran 11a Instrumen Partisipasi Siswa Pra Pendahuluan ... 206
Lampiran 11b Instrumen Partisipasi Siswa Siklus I ... 207
Lampiran 11c Instrumen Partisipasi Siswa Siklus II ... 208
Lampiran 12 Kuesioner Motivasi Belajar ... 209
Lampiran 12a Intrumen Motivasi Siswa Pra Pendahuluan ... 211
Lampiran 12b Intrumen Motivasi Siswa Siklus I ... 212
Lampiran 12c Instrumen Motivasi Siswa Siklus II ... 213
Lampiran 13a Instrumen Refleksi Guru Siklus I... 214
Lampiran 13b Instrumen Refleksi Guru Siklus II ... 215
Lampiran 14a Instrumen Refleksi Siswa Siklus I ... 216
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan menjadi salah satu bidang penting pembangunan suatu
bangsa. Melalui bidang pendidikan dihasilkan sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas. Di berbagai negara menunjukkan bahwa
percepatan pembangunan ditopang oleh ketersediaan SDM yang
memenuhi kualifikasi-kualifikasi tertentu. Secara umum jenis pendidikan
dapat diklasifikasikan ke dalam pendidikan formal dan informal. Pada
kedua jenis pendidikan, proses pendidikan tidak terlepas dari pendidik
(guru) dan subjek didik (siswa). Keduanya berinteraksi dalam mencapai
tujuan pendidikan.
Sistem nilai yang secara umum ditekankan dalam dunia pendidikan
adalah pencapaian prestasi belajar yang tercermin dari nilai-nilai yang
diperolehnya. Prestasi belajar merupakan patokan perilaku yang harus
dicapai siswa. Guru selalu berusaha agar siswa mencapai patokan tersebut.
Bagaimanapun usaha profesional guru, apabila siswa tidak melibatkan diri
dengan belajar secara sungguh-sungguh, hasil yang dituju tidak akan
tercapai.
Keberhasilan dalam mencapai prestasi belajar ditentukan oleh
berbagai faktor, antara lain partisipasi dan motivasi. Motivasi adalah
pendorong dalam melaksanakan setiap aktivitas. Banyak siswa yang
mengalami kegagalan dalam pelajaran bukan disebabkan oleh tingkat
kecerdasan yang rendah atau keadaan fisik yang lemah, tetapi disebabkan
oleh motivasi belajar dalam dirinya yang tidak terbangun. Suasana dalam
kelas adalah faktor eksternal lain yang diduga juga sangat mempengaruhi
kadar motivasi belajar siswa.
Dalam proses belajar mengajar, tugas pokok guru adalah menjadi
pengelola belajar supaya siswa tetap termotivasi dalam meraih prestasi.
Namun pada umumnya guru cenderung mengajar berdasarkan pengalaman
dan kebiasaannya. Metode ceramah merupakan metode yang sering
dipakai oleh guru dalam mengajar. Pada saat guru menerapkan metode
ceramah ada kecenderungan siswa tidak mendengarkan, acuh tak acuh
dengan materi yang diajarkan.
Kondisi pembelajaran tersebut di atas sesuai dengan pengamatan
peneliti di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Pada saat guru mengajar
dengan menggunakan metode ceramah, siswa cenderung kurang
memperhatikan materi yang diberikan oleh guru tersebut, bahkan banyak
dari mereka yang asyik berbicara dengan teman sebangkunya. Hal ini
menunjukkan bahwa metode ceramah kurang efektif dalam proses
pembelajaran.
Metode mengajar yang baik adalah melibatkan seluruh siswa dalam
kelas. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Model
bersama-sama dalam suatu kelompok kecil dengan kemampuan yang heterogen
(tinggi, sedang, rendah). Bahkan jika memungkinkan anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota kelompok akan saling
membantu untuk memahami suatu pelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe pembelajaran
salah satunya adalah Teams Game Tournament (TGT) (Slavin, 1995: 5).
Dalam model pembelajaran ini siswa saling bekerja sama dan saling
membantu kemudian diadakan pertandingan (turnamen) di mana siswa
bersaing dengan kelompok yang berbeda berdasarkan kesamaan dari
prestasi sebelumnya. Dengan begitu siswa akan termotivasi untuk
memahami materi pelajaran yang diberikan dan juga mengikuti kegiatan
belajar mengajar ekonomi.
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin menerapkan metode
kooperatif tipe TGT dan menyelidiki dampak penerapan metode pada
peningkatan partisipasi dan motivasi siswa pada mata pelajaran ekonomi.
Penelitian ini selanjutnya dituangkan dengan judul “PENINGKATAN
PARTISIPASI DAN MOTIVASI SISWA MELALUI PENERAPAN
METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES
TOURNAMENTS (TGT) DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI”.
Penelitian ini dilaksanakan pada mata pelajaran ekonomi kelas X SMA
B. Batasan Masalah
Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki seberapa jauh
pengaruh penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT pada
peningkatan partisipasi dam motivasi siswa. Yang dimaksud partisipasi
adalah keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dalam batas
keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok dan peran aktif siswa untuk
menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru. Yang dimaksud
dengan motivasi adalah keinginan siswa serta perasaan siswa untuk
mengikuti kegiatan belajar mengajar yang terwujud dalam sikap serta
tingkah laku siswa dalam kelas.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peningkatan partisipasi siswa melalui penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam mata pelajaran ekonomi?
2. Bagaimana peningkatan motivasi siswa melalui penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam mata pelajaran ekonomi?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan partisipasi siswa melalui
penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam mata
2. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi siswa melalui
penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam mata
pelajaran ekonomi.
E. Manfaat penelitian
1. Bagi Siswa
Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi peserta didik untuk
meningkatkan partisipasi dan motivasi siswa dalam mata pelajaran
ekonomi.
2. Bagi Guru
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
penggunaan metode pembelajaran untuk meningkatkan partisipasi dan
motivasi siswa dalam pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memotivasi guru bidang
studi lain agar semakin memvariasikan metode pengajarannya guna
meningkatkan partisipasi dan motivasi belajar siswa.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi penelitian yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom
Action Research (CAR), yakni suatu action research yang dilakukan di
kelas. Ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga
pengertian yang dapat diterangkan (Arikunto, 2006:3):
1. Penelitian
Penelitian ini berhubungan dengan suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan
Tindakan berhubungan dengan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3. Kelas
Pengertian ruang kelas tidak terikat hanya pada ruang kelas, tetapi mengandung pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dengan menggabungkan batasan pengertian di atas, dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Sejalan dengan itu seperti yang dinyatakan oleh website PPPG
tertulis Bandung (Susento, 2007), PTK adalah bentuk penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
kelas secara lebih profesional. Sementara itu menurut Hopkins (Zuriah,
2001) mengartikan penelitian tindakan kelas sebagai kegiatan yang
dilakukan guru dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas mengajarnya
atau kualitas mengajar teman sejawatnya, atau untuk menguji
asumsi-asumsi dari teori-teori pendidikan dalam praktiknya di kelas. Dengan
demikian PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang mengarah kepada
tindakan-tindakan secara terstruktur terhadap sekelompok siswa pada
waktu yang sama serta menerima pelajaran dari guru yang sama dalam
rangka peningkatan kualitas proses pembelajaran.
Tujuan utama PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas praktek pembelajaran. Perbaikan dan peningkatan kualitas
dilakukan oleh guru melalui serangkaian tindakan yang dirancang,
dilaksanakan, dan dievaluasi. Menurut Wibawa (Susento, 2007),
pelaksanaan PTK oleh guru akan meningkatkan mutu pelajaran,
mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan relevansi dan efisiensi
pengelolaan pembelajaran, dan menumbuhkan budaya meneliti dikalangan
guru. Dalam website PPPG tertulis Bandung (Susento, 2007) dijelaskan
bahwa manfaat PTK sebagai berikut:
a. Inovasi Pembelajaran
b. Pengembangan Kurikulum di Sekolah dan di Kelas
Untuk kepentingan pengembangan kurikulum pada level kelas, PTK akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan. Hal ini terjadi karena proses reformasi kurikulum secara teoritik tidak netral. Sebaliknya proses tersebut akan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling berhubungan mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pengajaran. PTK dapat membantu guru untuk lebih dapat memahami hakikat tersebut secara empirik, dan bukan sekedar pemahaman yang bersifat teoritik.
c. Peningkatan Profesionalisme Guru
Guru yang profesional, tidak akan merasa enggan melakukan berbagai perubahan dalam praktek pembelajaran sesuai dengan kondisi kelasnya. PTK merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, dan kemudian meningkatkannya menuju ke arah perbaikan-perbaikan secara profesional. Guru yang profesional perlu melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap praktek pembelajarannya di kelas, guru pada akhirnya akan mendapat otonomi secara profesional.
Menurut Zuriah (2001:112), para guru perlu mengenali dan
memahami beberapa ciri dasar dalam melaksanakan penelitian tindakan
kelas, yaitu:
1) Penelitian tindakan kelas dilakukan sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan iklim pembelajarn di kelas.
2) Penelitian tindakan kelas menekankan pada perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran yang sekaligus meningkatkan kualitas hasil belajar subjek didik.
3) Berkaitan langsung dengan situasi (situasional), dan praktek pembelajaran sehingga terpaut dengan konteks tertentu untuk mencari solusi permasalahan pembelajaran.
4) Memerlukan kerangka kerja yang sistematis dalam pembelajaran. 5) Fleksibel dan adaptif yang memungkinkan sekali adanya
perubahan-perubahan selama “percobaan”.
6) Bersifat partisipasif, maksudnya peneliti atau team peneliti terlibat langsung dalam penelitian.
Model PTK secara umum dilakukan melalui proses berulang yang
pada tiap siklus terdiri dari 4 langkah sebagai berikut (a) perancanaan
tindakan, b) pelaksanaan tindakan, c) observasi, d) refleksi).
1) Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan hendaknya memanfaatkan secara optimal
teori-teori yang relevan dan pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh
dari masa lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian yang sebidang.
Dalam hal ini penulis akan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
TGTuntuk diterapkan di dalam kelas.
2) Pelaksanaan Tindakan
Jika perencanaan telah selesai dilakukan, maka skenario tindakan
dapat dilaksanakan dalam situasi pembelajaran yang aktual
menggunakan metode TGT sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Untuk menjamin mutu kegiatan pembelajaran, guru atau tim peneliti
dapat memodifikasi tindakan walaupun implementasi sedang dalam
proses, tetapi jika tidak terlalu mendesak perubahan dapat dilakukan
setelah satu siklus selesai.
3) Observasi
Pada saat pelaksanaan tindakan, kegiatan observasi dilakukan secara
bersamaan. Secara umum, kegiatan observasi dilakukan untuk
4) Refleksi
Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk memahami dan
memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi
sebagai akibat adanya tindakan (intervensi) yang dilakukan.
Gambar 2.1
Model PTK
Menurut Zuriah (2001: 112-113), penelitian tindakan kelas memiliki
kelebihan dan kelemahan.
1) Kelebihannya
a) Guru bersama rekan sejawat merupakan aktor utama dalam melakukan penelitian, sehingga mereka melakukan kerjasama melaksanakan penelitian. Dengan kerjasama yang kesemuanya sebagai aktor utama dapat menumbuhkan rasa memiliki dan berkewajiban diantara mereka untuk memperbaiki dan SIKLUS I
SIKLUS II
Pelaksana
Perencana Observasi
Refleksi
Pelaksana
Observasi
meningkatkan iklim pembelajaran dengan cara melakukan penelitian tindakan.
b) Para guru sebagai team work dalam penelitian tindakan dapat meningkatkan kreativitas dan daya kritisnya untuk dikembangkan dalam rangka perbaikan iklim pembelajaran.
c) Para guru sebagai peneliti dapat melakukan tukar pengalaman dalam menentukan rencana, tindakan, observasi, dan refleksi, sehingga dapat menimbulkan rasa ingin mengubah dirinya menjadi guru yang lebih baik terutama dalam rangka memperbaiki iklim pembelajaran di kelas.
d) Para guru dapat mengembangkan sikap terbuka dan demokratis. Karena mereka merupakan team peneliti yang memungkinkan sekali untuk saling membuka diri untuk bertukar informasi dalam memperbaiki dan meningkatkan iklim pembelajaran.
2. Kelemahannya
a) Adanya image atau prasangka dari para guru bahwa yang berhak melakukan penelitian adalah kalangan kampus, sehingga memungkinkan sekali perasaan mereka untuk tidak memiliki kewenangan; dan pekerjaan guru yang banyak sekali memungkinkan perasaan dan anggapan diantara mereka tidak adanya waktu untuk melakukan penelitian.
b) Dalam penelitian tindakan kelas, memerlukan waktu yang begitu panjang (dalam prosesnya) dan memungkinkan sekali perasaan enggan untuk melakukannya.
c) Dalam proses kelompok sebagai team penelitian tindakan realitasnya sering terjadi tidak dalam suasana demokratis.
d) Sulit untuk mengajak teman sejawat untuk melakukan perubahan-perubahan terhadap iklim pembelajaran yang telah dilakukan bertahun-tahun secara konvensional.
e) Penelitian tindakan kelas,hasilnya cenderung tidak dapat digeneralisasikan.
B. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (1995: 2), pembelajaran kooperatif merupakan suatu
model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil
untuk saling membantu dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam
pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya bertanggung jawab pada
satu timnya dalam mempelajari suatu materi pelajaran sehingga
keberhasilan tim dapat dicapai.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur pembelajaran
gotong royong harus diterapkan (Anita Lie, 2002:31-34), yaitu:
1. Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dengan demikian, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.
2. Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penelitian dibuat menurut prosedur model pembelajaran
cooperative learning, setiap siswa akan bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugas.
3. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing anggota. Setiap anggota kelompok mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga, dan sosial-ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.
4. Komunikasi Antar Anggota
memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
5. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar slanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Jadi pembelajaran kooperatif pada dasarnya merupakan kerja sama
dalam kelompok, dan semua siswa terlibat aktif dalam kelompok untuk
menyelesaikan tugas.
C. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
Ada lima tipe pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995:4-8) :
1. Student Teams Achievement Division (STAD)
STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana pelajar
berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap
kelompok terdiri dari seseorang yang berkemampuan rendah, tinggi,
dan sisanya yang berkemampuan sedang. Setelah semua kelompok
selesai bekerja, pengajar memberi kunci jawaban soal dan meminta
mereka memeriksa hasil kerja, kemudian pengajar mengadakan kuis.
2. Teams Games Tournaments (TGT)
Tipe TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan
secara heterogen, setiap kelompok anggotanya terdiri dari 4-5 orang.
Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian
siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa
seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Dalam
mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah setiap anggota
kelompok akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada
kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk
menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan
menentukan penghargaan kelompok.
3. Jigsaw
Jigsaw merupakan tipe pembelajaran kooperatif kelompok
dibentuk secara heterogen yang terdiri dari 5-6 orang, tiap-tiap pelajar
mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan
bagian itu kepada semua anggota kelompok. Kemudian pengajar
mengadakan ulangan /kuis.
4. Learning Together
Tipe learning together merupakan tipe pembelajaran kooperatif
dimana pelajar melakukan presentasi bahan kuliah. Setelah pelajar
dalam kelompok heterogen terdiri dari 4-5 orang mengerjakan satu
lembar kerja. Pengajar menilai hasil kerja kelompok. Pelajar kemudian
secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh pengajar sebagai
hasil kerja individual.
5. Teams Accelerated Introduction (TAI)
Dalam tipe TAI guru mempresentasikan materi pelajaran secara
individu atau kelompok kecil siswa yang mempunyai unit tahap yang
sama. Siswa ditempatkan sesuai dengan kecepatan belajarnya,
berbeda. Siswa bekerja dalam kelompok mereka dengan unit yang
berbeda. Siswa harus menyelesaikan setiap unit mereka
masing-masing, setiap akan berpindah unit, maka harus mendapat persetujuan
dari teman satu kelompoknya. Dengan demikian, siswa dalam
kelompok mempunyai tanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya
sebelum mengambil kuis dalam unit tersebut. Tes unit akhir dilakukan
tanpa bantuan dari teman satu kelompok. Unit-unit yang terkumpul
dari masing-masing anggota kelompok dijumlah dan jumlah unit dari
setiap kelompok yang memenuhi kriteria mendapat sertifikat atau
penghargaan.
D. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
dengan Model Pembelajaran Lainnya.
Sebelum kita membahas perbedaan pembelajaran kooperatif, maka
kita perlu mengetahui beberapa macam model pembelajaran (Harsoyo,
2007).
1. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas
Menurut Johnson (Harsoyo, 2007), Pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) atau pendekatan kontekstual memiliki
tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism),
menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar
(Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection)
dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh
komponen tersebut dalam pembelajarannya. Untuk melaksanakan hal
tersebut tidaklah sulit, yang diperlukan adalah mencoba membiasakan
dan terus mengadakan perbaikan. CTL dapat diterapkan dalam
berbagai jenis kurikulum dan berbagai jenis mata pelajaran dengan
kondisi yang berbeda-beda.
Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar,
langkahnya adalah berikut ini.
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).
5) Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran.
6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
2. Accelerated Learning
Pengetahuan dibangun dengan percepatan pembelajaran, siswa
yang dianggap mampu dan mempunyai potensi ilmu pengetahuan yang
lebih diuji bersama-sama, sehingga dalam pembelajaran tersebut hanya
seharusnya untuk tingkat atasnya, sehingga kelulusan mereka lebih
cepat dibanding siswa yang mengikuti program jenjang bertahap.
Menurut Dave (Harsoyo, 2007), prinsip-prinsip accelerated
learningdapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Belajar Melibatkan Seluruh Pikiran dan Tubuh. Belajar tidak hanya menggunakan “otak” (sadar/rasional) tetapi juga melibatkan seluruh tubuh/pikiran dengan segala emosi, indra, dan sarafnya. b. Belajar adalah Berkreasi, Bukan Mengkonsumsi. Pengetahuan
bukanlah sesuatu yang diserap oleh pembelajar, melainkan sesuatu yang diciptakan pembelajar. Pembelajaran terjadi ketika seorang pembelajar memadukan pengetahuan dan keterampilan baru ke dalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar secara harafiah adalah menciptakan makna baru dalam pemahaman kita. c. Kerja Sama Membantu Proses Belajar. Semua usaha belajar yang
baik mempunyai landasan sosial. Kita biasanya belajar lebih banyak dengan berinteraksi dengan kawan-kawan daripada yang kita pelajari dengan cara lain. Persaingan di antara pembelajar memperlambat pembelajaran, namun kerjasama mempercepat proses pembelajaran.
d. Pembelajaran Berlangsung pada Banyak Tingkatan secara Simultan. Belajar bukan hanya menyerap banyak hal sekaligus. Pembelajaran yang baik melibatkan orang pada banyak tingkatan secara simultan (sadar dan bawah-sadar, mental dan fisik).
e. Belajar Berasal dari Mengerjakan Pekerjaan Itu Sendiri. Belajar paling baik adalah belajar dalam konteks. Hal-hal yang dipelajari secara terpisah akan sulit diingat dan mudah dilupakan. Pengalaman yang nyata dan konkrit dapat menjadi guru yang jauh lebih baik daripada sesuatu yang hipotetis dan abstrak, ketika kita belajar berenang dengan berenang, cara belajar memasak dengan memasak.
f. Emosi Positif Sangat Membantu Pembelajaran. Perasaan sangat menentukan kualitas dan juga kuantitas belajar seseorang. Perasaan negatif menghalangi belajar dan sebaliknya perasaan positif banyak membantu proses belajar. Belajar yang penuh tekanan, menyakitkan, dan bersuasana muram tidak dapat mengungguli hasil belajar yang menyenangkan, santai dan menarik hati.
3. Quantum Learning
Menurut Porter (Harsoyo, 2007), quantum learning berakar
dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan
Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebut sebagai
“suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti
dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail
apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Beberapa teknik
yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah
mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam
kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster
untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan
menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran
sugestif.
Menurut Porter (Harsoyo, 2007), komponen-komponen penting
dalamQuantum Learningadalah:
a. Menata Latar Belajar
Dengan mengatur lingkungan, anda mengambil langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar secara keseluruhan. Beberapa hal yang dapat dianjurkan pada para guru sebagai berikut :
1) Ciptakan suasana yang nyaman dan santai.
2) Gunakan musik supaya terasa santai, terjaga, dan siap untuk berkomunikasi.
3) Ciptakan dan sesuaikan suasana hati dengan pelbagai jenis musik.
4) Gunakan pengingat-ingat visual untuk mempertahankan sikap positif.
b. Memupuk Sikap Juara
yang tinggi terhadap diri, dan keyakinan akan berhasil akan menentukan pencapaian prestasi seseorang.
c. Menemukan Gaya Belajar Sendiri
Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah dan situasi-situasi antar pribadi.
d. Teknik Mencatat Tingkat Tinggi
Pencatatan yang efektif dapat menghemat waktu dengan membantu anda menyimpan informasi secara mudah dan mengingatnya kembali jika diperlukan.
e. Meningkatkan Daya Ingat
Penting bagi kita untuk mampu meningkatkan kemampuan mengingat. Pengulangan menjadi penting untuk membantu mengingat. Bagi guru perlu memberikan pengulangan-pengulangan atau penyegaran terhadap hal-hal yang penting.
f. Meningkatkan Kemampuan Membaca
Membaca merupakan aktivitas penting dalam proses belajar, dengan membaca kita akan mengetahui banyak informasi dan mempelajari banyak ide-ide para genius tanpa harus bertatap muka. g. Berpikir Logis dan Kreatif
Seorang yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba, bertualang, dan suka bermain-main. Perlu disadari bahwa rasa ingin tahu dan dorongan untuk mengerjakan hal-hal yang menantang sebenarnya ada pada setiap orang. Dalam pembelajaran guru menjadi salah satu model sosok kreatif. Metode dan media pembelajaran dapat menjadi wahana kreativitas guru dalam menjadi model tersebut.
Inti dalam model pembelajaran Quantum Learning adalah
pengetahuan dibangun berdasarkan banyaknya pembelajaran. Sehingga
siswa harus menguasai banyaknya materi yang diberikan oleh guru.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat ditarik beberapa
kesimpulan tentang perbedaan model pembelajaran kooperatif
(Cooperative Learning) dengan CTL,Accelerated Learning,Quantum
Tabel 2.1
Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan Model Pembelajaran CTL,Accelerated Learning,Quantum Learning
Cooperative Learning CTL Accelerated Learning Quantum Learning Kerjasama dalam kelompok, dan semua siswa terlibat aktif dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas. Siswa bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. Pengetahuan dibangun dengan percepatan pembelajaran, siswa yang dianggap mampu dan mempunyai potensi ilmu pengetahuan yang lebih diuji bersama-sama, sehingga dalam pembelajaran tersebut hanya ada siswa-siswa yang pandai. Pengetahuan dibangun berdasarkan banyaknya pembelajaran. Sehingga siswa harus menguasai banyaknya materi yang diberikan oleh guru.
E. Pembelajaran Kooperatif TipeTeams Games Tournaments(TGT)
Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu metode
pembelajarn kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas
seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan siswa sebagai
tutor sebaya serta mengandung unsur permainan. Aktivitas belajar dengan
permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan
Komponen dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai berikut
(Slavin, 1995: 84-88) :
1. Presentasi Kelas
Materi yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar diperkenalkan kepada siswa melalui presentasi kelas. Hal ini biasanya dilaksanakan melalui pengajaran secara langsung yang dipandu oleh guru. Selama guru menyampaikan materi, siswa harus memperhatikan. Hal ini akan memudahkan siswa dalam memahami materi dan mengerjakan soal-soal pada kegiatan belajar kelompok. Presentasi materi oleh guru menurut Slavin (1995:77) mencakup tiga hal yaitu pendahuluan, pengembangan, dan memandu latihan.
a. Pendahuluan
Dalam pendahuluan guru menyampaikan kepada siswa apa yang akan mereka pelajari hari itu dan mengapa hal itu penting dipelajari. Guru bisa membangkitkan perhatian siswa dengan menggunakan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pengembangan
1) Dalam menyampaikan materi guru tidak menyimpang dari materi yang akan diujikan.
2) Guru memperagakan konsep bisa dengan alat peraga.
3) Guru menguji pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan.
4) Guru menjelaskan mengapa suatu jawaban benar dan mengapa suatu jawaban salah, kecuali jika memang telah jelas.
5) Segera berganti konsep jika siswa telah menangkap pengertian dari materi yang disampaikan.
c. Memandu latihan
1) Guru mengkondisikan siswa untuk menyiapkan jawaban terhadap pertanyaan yang disampaikan oleh guru.
2) Guru memanggil siswa secara acak, hal ini penting agar seluruh siswa menyiapkan jawaban atas pertanyaan guru.
2. Kelompok (Teams)
Kelompok atau tim terdiri dari 4-5 orang siswa yang heterogen berdasarkan kemampuan siswa. Selama kegiatan kelompok berlangsung, masing-masing anggota kelompok bertugas mempelajari materi atau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru pada lembar latihan dan membantu teman satu kelompok menguasai materi pelajaran tersebut.
mendiskusikan jawaban secara bersama-sama, jika ada pertanyaan hendaknya bertanya dahulu pada teman lain dalam kelompoknya sebelum bertanya pada guru. Selama siswa belajar dalam kelompok, sebaiknya guru berkeliling kelas, memuji pekerjaan siswa, memonitor pekerjaan siswa dan jalannya belajar kelompok.
3. Permainan (Games)
Permainan ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan games terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen.
4. Turnamen (Tournaments)
Turnamen dalam hal ini adalah suatu pertandingan antar anggota-anggota kelompok yang berbeda. Turnamen diadakan sesudah guru menyajikan materi dan siswa belajar dalam kelompok. Pada awal turnamen, guru menugaskan siswa untuk pindah pada suatu meja turnamen yang sudah ditentukan sebelumnya, penentuan meja turnamen dalam penelitian ini didasarkan pada pengamatan oleh guru kelas dan hasil dari tes sebelumnya (dalam penelitian ini ada 4 meja turnamen yaitu meja I ada 4 siswa dengan kemampuan tinggi, meja II ada 4 siswa dengan kemampuan sedang, meja III ada 4 siswa dengan kemampuan sedang, meja IV ada 3 siswa dengan kemampuan rendah, dan meja V ada 2 siswa yang kemampuannya rendah).
Jalannya turnamen sebagai berikut: para siswa yang berada di meja turnamen secara bergantian mengambil nomor kartu (pengambilan nomor kartu berdasarkan urutan yang telah disepakati bersama) dan menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor kartu yaitu pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan materi yang telah dipelajari. Apabila siswa yang mengambil nomor kartu tidak bisa menjawab pertanyaan, maka pertanyaan bisa dilempar ke teman yang lain dalam satu meja turnamen sesuai dengan urutan yang telah di sepakati, dan yang benar dalam menjawab pertanyaan berhak menyimpan kartu itu. Kartu yang telah didapati nantinya yang akan dijadikan skor untuk penghargaan kelompok.
5. Penghargaan Kelompok
skor rata-rata. Guru dapat menetapkan penghargaan kelompok dengan kriteria sebagai berikut (Slavin, 1995 :90):
Tabel Kriteria Penghargaan Kelompok
Criterion (Team Average) Award
30-40
40-45
45-50
Goodteam
Greatteam
Superteam
F. Partisipasi
Menurut Mikkelsen (2003:64), partisipasi merupakan suatu proses
belajar yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok
orang yang terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya
untuk melakukan hal tersebut, selain itu partisipasi belajar juga merupakan
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang dapat terjadi di
sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Kesediaan siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar
akan berdampak positif bagi diri siswa dan setiap proses pembelajaran.
Keaktifan dalam pendekatan CBSA menunjukkan kepada keaktifan mental
siswa baik intelektual maupun emosional meskipun untuk
merealisasikannya dalam banyak hal dipersyaratkan atau dibutuhkan
keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik. Dengan
penerapan CBSA siswa diharapkan akan lebih mampu mengenal dan
mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya secara
terdapat disekitarnya. Sementara itu, Dimyati dan Mudjiono (1999:19)
mengemukakan tujuh dimensi proses pembelajaran yang mengakibatkan
terjadinya kadar CBSA, antara lain: 1) partisipasi siswa dalam menetapkan
tujuan kegiatan pembelajaran, 2) tekanan pada aspek efektif dalam belajar,
3) partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran terutama yang berbentuk
interaksi antar siswa, 4) kekompakan kelas sebagai kelompok, 5)
kebebasan atau lebih tepat kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk
mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah, 6)
jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah pribadi
siswa baik berhubungan dengan pembelajaran.
G. Motivasi Belajar Siswa
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:81), motivasi adalah
dorongan terhadap kekuatan mental yang terjadi dalam diri siswa.
Sedangkan motivasi belajar adalah kekuatan mental yang mendorong
terjadinya belajar. Dalam hal ini motivasi dipandang sebagai dorongan
mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk
perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang
mengaktifkan sikap dan perilaku individu belajar.
Guru mencoba memberikan dan mengembangkan berbagai upaya
yang perlu dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Maka
dari itu peran guru sangat membantu untuk meningkatkan belajar siswa.
lain: (1) optimalisasi penerapan prinsip belajar, (2) optimalisasi unsur
dinamis belajar dan pembelajaran, dan (3) optimalisasi pemanfaatan
pengalaman dan kemampuan siswa. Lebih lanjut Dimyati dan Mudjiono
(1999:97-98) menyatakan bahwa unsur-unsur yang mempengaruhi
motivasi belajar, antara lain: (a) cita-cita atau aspirasi siswa akan
memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik, (b) kemampuan
siswa akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas
perkembangan, (c) kondisi siswa, meliputi kondisi jasmani dan rohani, dan
(d) kondisi lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan
tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan masyarakat.
Sejalan dengan pernyataan diatas, menurut Uno (2007: 1), motivasi
adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku dan
dapat juga diartikan sebagai proses untuk mencoba mempengaruhi orang
atau orang-orang yang dipimpinnya agar melakukan pekerjaan yang
diinginkan, sesuai dengan tujuan tertentu yang ditetapkan lebih dahulu.
Menurut Uno (2007: 22), pengertian belajar antara lain: (1)
memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman, (2) suatu
proses perubahan tingkah laku individu dengan lingkungannya, (3)
perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan,
penggunaan dan penilaian, atau mengenai sikap dan nilai-nilai
pengetahuan dan kecakapan dasar, yang terdapat dalam berbagai bidang
studi, atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau
proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau
pengalaman tertentu.
Menurut Uno (2007: 23), motivasi dan belajar merupakan dua hal
yang saling mempengaruhi. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan
internal dan eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa
indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar
dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar
dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan
berhasil, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya
harapan dan cita-cita masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar,
(5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (6) adanya lingkungan
belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat
belajar dengan baik.
H. Mata Pelajaran Ekonomi
Menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan (2006: 137) ekonomi
merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya yang bervariasi, dan berkembang dengan sumber
daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan
distribusi. Fungsi mata pelajaran ekonomi di SMA adalah
mengembangkan kemampuan siswa untuk berekonomi, dengan cara
dan teori serta terlatih dalam memecahkan permasalahan ekonomi yang
terjadi di masyarakat.
Ruang lingkup mata pelajaran ekonomi mencakup perilaku ekonomi
dan kesejahteraan yang berkaitan dengan masalah ekonomi yang terjadi di
lingkungan kehidupan terdekat hingga lingkungan terjauh, meliputi
aspek-aspek berikut (a. perekonomian, b. ketergantungan, c. spesialisasi dan
pembagian kerja, d. perkoperasian, e. kewirausahaan, f. akuntansi dan
manajemen)
Menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan (2006: 138) tujuan
pelajaran ekonomi di SMA adalah (a) memahami sejumlah konsep
ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan
kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan individu,
rumah tangga, masyarakat, dan negara, b) menampilkan sikap ingin tahu
terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami
ilmu ekonomi, c) membentuk sikap bijak, rasional, dan bertanggungjawab
dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi,
manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah
tangga, masyarakat, dan negara, d) membuat keputusan yang
bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian
yang bersifat mandiri yang dilakukan dalam lingkungan sekolah.
Penelitian ini merupakan satu strategi pemecahan masalah yang
memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan
dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah SMA Stella Duce 2, Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan bulan Oktober – November 2008
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran ekonomi kelas
X.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah partisipasi dan motivasi siswa
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari empat langkah:
1. Perencanaan, merumuskan masalah, menentukan tujuan dan metode
penelitian serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
meningkatkan partisipasi dan motivasi siswa.
2. Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya
meningkatkan partisipasi dan motivasi siswa.
3. Observasi, yaitu pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan
tindakan.
4. Refleksi, yaitu analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil observasi
terhadap kegiatan belajar mengajar dalam upaya meningkatkan
partisipasi, dan motivasi siswa.
Secara operasional penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam
penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
1. Siklus pertama
Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam tiga kali
pertemuan/ tatap muka di kelas. Kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Perencanaan
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa
penyiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT, yaitu meliputi:
1) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk
terdiri dari 4-5 siswa dan membagi siswa secara heterogen,
dilihat dari prestasi akademik, ras atau etnik. Perangkat yang
disiapkan dalam tahap ini adalah: rencana pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT, materi, lembar soal,
lembar jawab siswa, dan lembar observasi.
2) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi:
a) Kriteria keberhasilan penerapan proses pembelajaran
kooperatif tipe TGT terhadap peningkatan partisipasi dan
motivasi siswa berdasarkan pelaksanaan tindakan.
b) Instrumen untuk mengobservasi kegiatan guru di kelas.
c) Lembar untuk mengobservasi partisipasi siswa dalam
diskusi kelompok.
d) Instrumen observasi dalam turnamen.
e) Lembar penilaian dalam turnamen.
f) Lembar Hasil Akhir Kelompok.
b. Tindakan
Pada tahap ini dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif
tipe TGT sesuai dengan rencana tindakan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Presentasi kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dengan
pengajaran langsung melalui ceramah. Pada saat guru
memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru
karena akan membantu siswa untuk menyelesaikan tugas dalam
kelompok.
2) Membagi siswa dalam kelompok.
Siswa dibagi menjadi 5 kelompok dengan cara berhitung dari
angka satu sampai lima. Kemudian siswa dengan hitungan satu
kumpul menjadi satu, dan membentuk kelompok yang diberi
nama “Tentara 1”. Hal yang sama juga dilakukan oleh orang
dengan hitungan dua sampai masing-masing kelompok terdiri
dari 4-5 orang yang anggotanya heterogen dilihat dari
presentasi akademik, jenis kelamin, ras, etnik. Selama kegiatan
kelompok berlangsung, masing-masing anggota kelompok
bertugas mempelajari materi atau menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru pada lembar latihan dan membantu teman
satu kelompok menguasai materi pelajaran tersebut.
Sebelum memulai belajar kelompok, guru dapat menjelaskan
beberapa sikap yang perlu diterapkan kepada siswa agar kerja
sama dalam kelompok dapat berjalan dengan efektif. Pada
waktu diskusi, seluruh anggota kelompok hendaknya berbicara
dengan suara pelan, tidak boleh meninggalkan tugas selama
bekerja dalam kelompok, mendiskusikan jawaban secara
bersama-sama, jika ada pertanyaan hendaknya bertanya dahulu
guru. Selama siswa belajar dalam kelompok, sebaiknya guru
berkeliling kelas, memuji pekerjaan siswa, memonitor
pekerjaan siswa dan jalannya belajar kelompok.
3) Games
Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa
setelah mengikuti kelas presentasi dan belajar bersama
kelompok. Dimana permainan ini berisi tentang
pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan materi. Di sini guru
menggunakan teknik permainan yang bernama “Mix and
Match”, dimana siswa dalam satu kelompok diminta untuk
menjodohkan beberapa pernyataan yang dibuat oleh guru
dalam waktu satu menit, bagi siswa yang menjodohkan dengan
benar akan diberi skor. Skor inilah yang nantinya akan dipakai
guru untuk memilih siswa yang akan mewakili kelompok
dalam babak turnamen.
4) Turnamen
Turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit
setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah
mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama, guru
menugaskan siswa untuk pindah pada suatu meja turnamen
yang sudah ditentukan sebelumnya, penentuan meja turnamen
dalam penelitian ini didasarkan pada pengamatan oleh guru
meja turnamen yaitu meja I ada 4 siswa dari kelompok 1, meja
II ada 4 siswa dari kelompok 2, meja III ada 4 siswa dari
kelompok 3, meja IV ada 4 siswa dari kelompok 4.
Jalannya turnamen sebagai berikut: para siswa yang berada di
meja turnamen secara bergantian mengambil nomor kartu
(pengambilan nomor kartu berdasarkan urutan yang telah
disepakati bersama) dan menjawab pertanyaan sesuai dengan
nomor kartu yaitu pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan materi
yang telah dipelajari. Apabila siswa yang mengambil nomor
kartu tidak bisa menjawab pertanyaan, maka pertanyaan bisa
dilempar ke teman yang lain dalam satu meja turnamen sesuai
dengan urutan yang telah di sepakati, dan yang benar dalam
menjawab pertanyaan berhak menyimpan kartu itu. Kartu yang
telah didapati nantinya yang akan dijadikan skor untuk
penghargaan kelompok.
5) Penghargaan Kelompok
Pada akhir turnamen guru mengumumkan kelompok yang
menang, masing-masing team akan mendapat hadiah seperti
buku tulis, makanan, apabila rata-rata skor memenuhi kriteria
yang ditentukan.
c. Observasi
Tahap ini dilaksanakan bersamaan waktunya dengan tahap
atau dampak pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi: partisipasi
siswa dalam diskusi dapat dilihat dari keaktifan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Motivasi siswa dapat dilihat
dengan melihat kemauan siswa untuk mengikuti proses
pembelajaran (kuesioner). Pengamatan juga dilakukan
menggunakan perekaman denganvideo camcorder.
d. Refleksi
Pada tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan
penyimpulan hasil observasi terhadap partisipasi, motivasi, dan
tingkat pemahaman siswa. Ada dua macam refleksi yang
dilakukan, yaitu:
1) Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir, digunakan
untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam
pembelajaran dan pemecahan untuk perbaikan dalam
pertemuan berikutnya.
2) Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk
mengetahui apakah target yang ditetapkan sesuai indikator
keberhasilan tindakan telah tercapai. Secara teknik peneliti
melakukan self-reflection dahulu terkait dengan keterampilan
kooperatif siswa dalam kegiatan masing-masing fase,
kemudian dilakukan refleksi dan diskusi bersama guru untuk
2. Siklus kedua
Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya
sama dengan siklus pertama, hanya tindakannya yang berbeda.
Tindakan pada siklus kedua ini ditentukan berdasarkan hasil refleksi
siklus pertama. Kemudian diambil suatu kesimpulan, saran, dan
rekomendasi.
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen untuk Proses Penelitian Tindakan Kelas
a. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan dilakukan penyusunan rencana tindakan
berupa penyiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan
menggunakan instrumen:
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam RPP ini guru menetapkan langkah-langkah apa saja
yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran, serta
kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dilakukan siswa dalam rangka
implementasi tindakan perbaikan yang direncanakan.
2) Grouping
Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri dari
b. Tindakan
Tindakan ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif
tipe TGT yang telah direncanakan. Instrumen yang diperlukan
adalah lembar partisipasi, angket motivasi belajar siswa, dan hasil
turnamen siswa.
c. Observasi
Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini mengacu pada
Bergerman, 1992 dalam Tantra (2006:15) yang mencakup pada 3
kelompok, yaitu: instrumen untuk mengobservasi guru (observing
teacher), instrumen untuk mengobservasi kelas (observing
classroom), dan instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa
(observing student).
1. Instrumen untuk mengobservasi guru (observing teacher)
Observasi merupakan alat yang efektif untuk mempelajari
tentang metode dan strategi yang diimplementasi di dalam
kelas. Salah satu bentuk observasi kelas adalah observasi
anekdotal (anecdotal record). Observasi anekdotal
memfokuskan pada hal-hal spesifik yang terjadi di dalam kelas
atau catatan tentang aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran. Observasi anekdotal mencatat kejadian di dalam
kelas secara informal dalam bentuk naratif. Suatu observasi
a. Pengamatan harus mengamati keseluruhan sekuensi
peristiwa yang terjadi di dalam kelas.
b. Tujuan, batas waktu dan rambu-rambu pengamatan jelas.
c. Hasil pengamatan dicatat dengan lengkap dan hati-hati.
d. Pengamatan harus dilakukan secara objektif.
2. Pengamatan terhadap kelas (observing classroom)
Pengamatan anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan
pengamatan terhadap segala kejadian yang terjadi di kelas.
Observasi anekdotal kelas meliputi deskripsi tentang
lingkungan fisik, tata letaknya dan manajemen kelas.
3. Pengamatan perilaku siswa (observing student)
Observasi anekdotal terhadap perilaku siswa dapat
mengungkapkan berbagai hal menarik. Masing-masing
individu siswa dapat diamati secara individual atau
berkelompok sebelum, saat berlangsung, dan sesuai
pembelajaran. Perubahan pada setiap individu siswa dapat
diamati, dalam kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum
dilakukan tindakan, saat diimplementasikan, dan sesuai
tindakan.
d. Refleksi
Dalam tahap ini, dilakukan analisis, pemaknaan dan pembuatan
kesimpulan hasil observasi. Instrumen yang digunakan adalah
2. Instrumen untuk Partisipasi
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Partisipasi Terhadap Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif TipeTeams Games Tournaments (TGT)
dalam Mata Pelajaran Ekonomi
Indikator Partisipasi Pernyataan
1. Siswa mencatat materi yang
diberikan guru.
2. Siswa bertanya pada guru mengenai
materi yang diajarkan.
3. Siswa menjawab pertanyaan guru.
4. Siswa berpendapat pada waktu guru
menyajikan materi.
5. Siswa mengerjakan soal latihan yang
diberikan pada waktu kerja
kelompok.
6. Siswa bertanya pada teman waktu
mengalami kesulitan dalam kerja
kelompok.
7. Siswa membantu teman lain pada
waktu kesulitan.
8. Siswa mendiskusikan jawaban yang
telah ditulis pada lembar jawaban.
1
2
3
4
5
6
7
3. Instrumen untuk Motivasi
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Motivasi Terhadap Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif TipeTeams Games Tournaments(TGT)
dalam Mata Pelajaran Ekonomi
Indikator Motivasi Belajar
Pernyataan
Positif Negatif 1. Hasrat dan keinginan berhasil
2. Dorongan dan kebutuhan dalam
belajar
3. Harapan dan cita-cita masa depan
4. Penghargaan dalam belajar
5. Kegiatan yang menarik dalam
belajar
6. Lingkungan belajar yang kondusif
3,4
2
11,12
7,15
1,6,13,14
5
9
8
10
F. Pengumpulan dan Analisis Data
Pengumpulan data untuk penelitian kualitatif dapat dilakukan
dengan berbagai cara dan terus berkembang, pada dasarnya ada empat cara
yang mendasar untuk mengumpulkan informasi, yaitu observasi,
wawancara, dokumen dan materi audio-visual.
1. Observasi
Observasi sangat diperlukan untuk mengamati proses pembelajaran
yang sedang berlangsung baik kinerja kelas, kinerja guru, dan kinerja
siswa. Pengamatan di kelas dilakukan untuk melihat masalah-masalah
pembelajaran berlangsung. Bentuk observasi dapat berupa lembar
pengamatan yang sudah dibuat dengan rinci.
2. Wawancara
Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara
verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan
informasi atau penjelasan yang dianggap perlu. Wawancara pada guru,
ini dilakukan untuk mengetahui metode yang digunakan guru dalam,
serta hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses pembelajaran.
3. Dokumen
Dokumen digunakan untuk menilai kemampuan siswa merangkum
dari hasil diskusi kelompok.
4. Audio-visual.
Audio visual digunakan untuk mendukung tiga teknik terdahulu dan
penguat hasil penelitian.
Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui
partisipasi, motivasi dan hasil belajar siswa, yang meliputi a) partisipasi
dalam mengajukan pertanyaan/ ide dalam diskusi, b) interaksi siswa
dalam kelompok kooperatif, c) motivasi siswa, d) kemampuan siswa
dalam merangkum hasil diskusi dalam kelompok, e) daya serap siswa.