• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji daya antioksidan menggunakan radikal 1.1-Difenil-2-Pikrilhidrazil dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis ( Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle) - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Uji daya antioksidan menggunakan radikal 1.1-Difenil-2-Pikrilhidrazil dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis ( Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle) - USD Repository"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

UJI DAYA ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL DAN PENETAPAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL

FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL KULIT JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Febrin Nessy Triana

NIM : 098114130

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

UJI DAYA ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL DAN PENETAPAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL

FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL KULIT JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Febrin Nessy Triana

NIM : 098114130

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsiku ini kupersembahkan kepada :

Tuhan Yesus Kristus

Ayah, ibu, kakak dan seluruh keluarga besar Sahabat-sahabat dan

(8)

vii PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan

bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul

“Uji Daya Antioksidan Menggunakan Radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil Dan Penetapan Kandungan Fenolik Total Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Kulit Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle)” dengan baik sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak

lepas dari segala doa, bantuan dan dukungan dari semua pihak baik secara

langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak memberikan bimbingan, arahan, petunjuk dan motivasi dengan

sabar dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. Sebagai Dosen Penguji atas

pengarahan dan kesediaannya menguji skripsi ini.

4. Ibu Dra. M.M. Yetty Tjandrawati, M.Si. sebagai Dosen Penguji atas

(9)

viii

5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma atas segala ilmu dan pengetahuan yang telah dibagikan.

6. Segenap laboran Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma, terutama Mas Wagiran selaku laboran Laboratorium

Farmakognosi-Fitokimia dan juga Mas Bimo selaku laboran Laboratorium

Kimia Analisis Instumental atas segala bantuan dan bimbingannya selama

penulis melakukan penelitian.

7. Sahabat seperjuangan Putut Wibisono, Wisnu Brahmana Putra, dan my

special one Augustinus Teti yang telah berjuang bersama dalam

melakukan dan menyelesaikan misi ini.

8. My Besties Anta, Lisu, Selvia, terima kasih atas segala kebersamaan kita

selama empat tahun di Farmasi Sanata Dharma. Sahabat tercinta Victor,

Agnes, Novia, Neti, Jo, Ina, Topan, Leo, Jimmy, Metri, dan Sashya yang

telah menemani dan baerbagi laboratorium dengan penulis.

9. Teman-teman Farmasi angkatan 2009, khususnya kelas C dan FST B

terima kasih atas segala cerita dan kebersaan kita.

10.Keluarga besar Wisma Sri Widodo (the babikers) yang telah setia

menemani dan memberi dukungan setiap saat.

11.Semua pribadi yang telah memberi dukungan dan semangat yang tak dapat

disebutkan satu per satu.

12.Terima kasih terutama kepada kedua orang tua penulis yang selalu percaya

(10)

ix

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih memilki banyak

kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan

hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan

skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan dan mampu memberi sumbangan kecil bagi perkembangan ilmu

pengetahuan.

Yogyakarta, Juli 2013

(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

(12)

xi

3. Kandungan kimia ... 7

4. Manfaat tanaman ... 8

B. SENYAWA RADIKAL BEBAS ... 8

C. SENYAWA ANTIOKSIDAN ... 10

D. FENOL DAN FLAVONOID ... 12

E. PENYARIAN ... 12

F. METODE DPPH ... 14

G. SPEKTROFOTOMETER VISIBEL ... 16

H. LANDASAN TEORI ... 17

I. HIPOTESIS ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19

A. Jenis dan rancangan penelitian ... 19

B. Variabel penelitian ... 19

C. Definisi operasional ... 20

D. Bahan dan alat penelitian ... 20

1. Bahan penelitian ... 20

2. Alat penelitian ... 20

E. Tata Cara Penelitian ... 21

1. Determinasi tanaman ... 21

2. Pemilihan dan pengumpulan bahan ... 21

3. Preparasi simplisia ... 21

4. Ekstraksi simplisia ... 21

(13)

xii

6. Pembuatan Larutan pembanding, baku dan uji ... 22

7. Uji pendahuluan ... 23

8. Uji aktivitas antioksidan ... 24

9. Penetapan kandungan fenolik total ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Determinasi tanaman ... 28

B. Pengumpulan bahan ... 28

C. Preparasi sampel ... 28

D. Ekstraksi sampel ... 29

E. Uji pendahuluan ... 32

1. Uji pendahuluan fenolik total ... 32

2. Uji pendahuluan aktiviras antioksidan ... 33

F. Optimasi metode uji aktivitas antioksidan ... 35

1. Penentuan λmaks metode uji aktivitas antioksidan ... 35

2. Penentuan operating time metode uji aktivitas antioksidan ... 37

G. Validasi metode uji aktivitas antioksidan ... 39

1. Linieritas ... 41

2. Presisi ... 42

3. Spesifitas ... 43

H. Penentuan aktivitas antioksidan dengan radikal bebas ... 43

I. Optimasi metode penetapan kandungan fenolik total ... 51

1. Penentuan operating time penetapan kandungan fenolik total ... 51

(14)

xiii

J. Validasi metode penetapan kandungan fenolik total ... 54

1. Linieritas ... 55

2. Presisi ... 56

3. Spesifitas ... 56

K. Penetapan kandungan fenolik total ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN ... 66

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Persamaan regresi linier kurva baku rutin ... 41

Tabel II. Persamaan regresi linier kurva fraksi etil asetat kulit jeruk

nipis ... 42

Tabel III. Hasil % CV uji aktivitas antioksidan rutin & fraksi etil asetat

ekstrak etanol kulit jeruk nipis ... 43

Tabel IV. Hasil % IC rutin menggunakan radikal DPPH ... 45

Tabel V. Hasil % IC fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis

menggunakan radikal DPPH ... 46

Tabel VI. Hasil perhitungan IC50 rutin dan fraski etil asetat ekstrak

etanol kulit jeruk nipis ... 47

Tabel VII. Tingkat kekuatan antioksidan senyawa uji dengan metode

DPPH (Ariyanto, 2011) ... 48

Tabel VIII. Hasil % CV uji penetapan kandungan asam galat ... 56

Tabel IX. Hasil pengukuran absorbansi seri baku asam gala ... 58

Tabel X. Hasil penetapan kandungan fenolat total fraksi etil asetat

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perubahan warna larutan pada reaksi DPPH dengan senyawa

antioksidan (Witt, Lalk, Hager, dan Voigt, 2010) ... 15

Gambar 2. Skema alat spektrofotometer UV-Vis ... 17

Gambar 3. Hasil uji pendahuluan fenolik (A = reagen Folin-Ciocalteu +

larutan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis, B =

kontrol positif [reagen Folin-Ciocalteu + asam galat], C =

blanko [reagen Folin-ciocalteu + natrium karbonat])

... 33

Gambar 4. Hasil uji pendahuluan aktivitas antioksidan (A = larutan

DPPH + larutan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk

nipis, B = kontrol negatif [larutan DPPH], C = kontrol positif

[larutan DPPH + larutan rutin]) ... 34

Gambar 5. Hasil uji pendahuluan aktivitas antioksidan (A = larutan

fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis + metanol, B

= larutan rutin + metanol) ... 35

Gambar 6. Gugus kromofor dan auksokrom DPPH ... 36

Gambar 7. Hasil grafik penentuan operating time rutin ... 38

Gambar 8. Hasil grafik penentuan operating time fraksi etil asetat

ekstrak etanol kulit jeruk nipis ... 38

(17)

xvi

Gambar 10. Kurva persamaan regresi linear aktivitas antioksidan fraksi

etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis ... 40

Gambar 11. Struktur DPPH dan DPPH-H (Molyneux, 2004) ... 44

Gambar 12. Struktur rutin (Sidney X. Dos Santos, Luiz H. Mazo, Eder T. G. Cavalheiro, 2008) ... 47

Gambar 13. Hasil uji normalitas rutin ... 48

Gambar 14. Hasil uji normalitas fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis ... 49

Gambar 15. Hasil uji varian rutin dan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis ... 50

Gambar 16. Hasil T tidak berpasangan varian rutin dan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis ... 50

Gambar 17. Grafik penentuan operating time asam galat ... 52

Gambar 18. Grafik penentuan operating time fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis ... 53

Gambar 19. Kurva persamaan regresi linear asam galat ... 54

Gambar 20. Reaksi senyawa fenol dengan reagen folin-Ciocalteu ... 58

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar tanaman jeruk nipis dari Purwokerto, Jawa

Tengah ... 66

Lampiran 2. Bobot fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis... 66

Lampiran 3. Data penimbangan uji aktivitas antioksidan ... 67

Lampiran 4. Data perhitungan konsentrasi larutan DPPH, larutan

pembanding rutin, dan larutan uji ... 68

Lampiran 5. Optimasi metode uji aktivitas antioksidan ... 69

Lampiran 6. Uji akitivitas antioksidan dengan menggunakan radikal

DPPH ... 72

Lampiran 7. Perhitungan nilai IC50 rutin dan Fraksi etil asetat ekstrak

etanol kulit jeruk nipis ... 73

Lampiran 8. Data penimbangan penetapan kandungan fenolik total ... 75

Lampiran 9. Optimasi penetapan kandungan fenolik total ... 76

Lampiran 10. Penetapan Kandungan fenolik total ... 78

(19)

xviii INTISARI

Tanpa kita sadari, di dalam tubuh kita telah terbentuk radikal bebas secara terus-menerus, baik dari proses metabolisme sel normal, peradangan, juga akibat respon terhadap pengaruh dari luar tubuh. Antioksidan adalah senyawa yang mampu menetralisasi radikal bebas tersebut. Antioksidan memiliki berbagai manfaat, seperti terhindar dari penyakit degeneratif, kanker dan juga sebagai anti-aging. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk mengeksplor tanaman yang memiliki kemampuan daya antioksidan. Salah satu tanaman yang ingin dieksplor oleh peneliti, yaitu kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antioksidan menggunakan radikal DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) dan menetapkan kadar fenolat total menggunakan metode Folin-Ciocalteu dari fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis. Hasil uji aktivitas antioksidan dinyatakan dengan nilai IC50 , yaitu nilai konsentrasi fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis

yang menghasilkan penangkapan 50% radikal DPPH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis memiliki nilai IC50 sebesar 382,650 ± 6,721 μg/mL yang termasuk golongan aktivitas

antioksidan lemah. Kadar fenolat total sebesar 4,625 ± 0,020 mg ekivalen asam galat per gram fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis.

Kata kunci: fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis, (Citrus aurantifolia

(20)

xix ABSTRAK

Without us knowing it, in our body have formed free radicals continuously, both from the normal cell metabolism, inflammation, also due to the response to influences from outside the body. Antioxidants are compounds that can neutralize these free radicals. Antioxidants have a variety of benefits, such as to avoid degenerative diseases, cancer as well as anti-aging. Therefore, researchers feel the need to explore the power plants that have antioxidant capabilities. One of the plants that want to be explored by researchers, the lime peel (Citrus aurantuifolia).

The purpose of this study was to test the antioxidant activity using DPPH radical (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) and set the total phenolic content using the Folin-Ciocalteu method of ethyl acetate fraction of ethanol extract of lime peel. The results of this antioxidant activity assay expressed with IC50, that is the

concentration of ethyl acetate fraction of ethanol extract of lime peel to capture 50% DPPH radicals. The results showed that the ethyl acetate fraction of ethanol extract of lime peel have IC50 values of 382.65 ± 6.721 mg / mL has a weak

antioxidant activity. Content of total phenolics was 4.62 ± 0.020 mg gallic acid equivalents per gram of ethyl acetate fraction of ethanol extract of lime peel.

(21)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang sangat reaktif

dengan elektron yang tidak memiliki pasangan. Radikal bebas mencari

reaksi-reaksi agar dapat memperoleh kembali elektron pasangannya (Corwin, 2009).

Senyawa radikal sangat aktif menyerang molekul penting yang berada di

sekelilingnya, baik itu senyawa lipid, protein, lipoprotein, maupun karbohidrat.

Meski demikian, keberadaan radikal bebas juga bermanfaat bagi tubuh (Winarsi,

2007). Tanpa kita sadari, di dalam tubuh kita telah terbentuk radikal bebas secara

terus-menerus, baik dari proses metabolisme sel normal, peradangan, juga akibat

respon terhadap pengaruh dari luar tubuh, seperti polusi lingkungan, ultraviolet,

dan lain-lain. Oleh karena itu, yang perlu dilakukan adalah mengontrol dan

mengatur potensi radikal bebas. Pada tubuh manusia memiliki sistem penangkap

radikal bebas yang biasa kita sebut dengan antioksidan. Antioksidan dalam bentuk

enzim tersedia di dalam tubuh dan untuk mempertahankannya diperlukan

antioksidan sekunder yang berasal dari bahan makanan.

Antioksidan adalah zat yang mampu menetralisasi radikal bebas,

sehingga atom dan elektron yang tidak berpasangan mendapat pasangan dan

menjadi stabil. Antioksidan memiliki sangat banyak manfaat bagi tubuh, seperti

penetralisir radikal bebas, dan juga dapat mencegah kanker. Oleh sebab itu, minat

(22)

bebas dan memperlambat progres penyakit kronik pun semakin meningkat (Prior,

2003). Selain itu, antioksidan alami ternyata lebih aman jika dibandingkan dengan

antioksidan sintetis yang justru dapat menyebabkan penyakit berbahaya.

Antioksidan juga semakin digemari karena manfaatnya yang beragam, seperti

terhindar dari penyakit degeneratif, kanker dan juga sebagai anti-aging (Tapan,

2005).

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenolik yang bersifat sebagai

antioksidan. Flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat

pada seluruh tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae. Pada flavonoid

golongan flavon, flavanon, flavonol dan isoflavon banyak tersebar luas pada

pigmen tumbuhan berwarna kuning (Robinson, 1991). Hal ini yang menarik minat

peneliti untuk ikut mengeksplorasi dan meneliti senyawa antioksidan alami dari

kulit jeruk nipis. Berdasarkan penelitian sebelumnya telah diketahui adanya

kandungan flavonoid naringin dan hesperidin pada buah jeruk, kulit, maupun biji

(Tripoli, E., M. Guardia, S. Giammanco, D. Majo, dan M. Giamanco, 2007).

Selain itu pada penelitian, kandungan kimia yang terdapat pada ekstrak kulit jeruk

nipis antara lain karbohidrat, asam amino, flavonoid, seperti rutin, hesperidin,

myrecetin, senyawa kumarin, seperti psoralene, bergapten, isopimpinellin,

imperatorin (Shalaby, Abd-Alla, Ahmeddan Basoudan, 2011). Oleh karena itu,

peneliti ingin meneliti seberapa besar kemampuan senyawa dalam kulit jeruk nipis

meredam aktivitas radikal bebas DPPH.

Dasar pemilihan kulit jeruk nipis dimaksudkan agar didapatkan informasi

(23)

jeruk, sehingga pemanfaatan tidak hanya minyak atsirinya sebagai pemberi aroma

tetapi juga memberikan manfaat yang lebih banyak. Selain itu, diharapkan dapat

meningkatkan pemanfaatan limbah menjadi sesuatu yang lebih memiliki nilai.

1. Permasalahan

a. Berapa kadar/kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak kulit jeruk

nipis yang dinyatakan dengan massa ekivalen asam galat?

b. Berapa nilai aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk

nipis dengan menggunakan radikal bebas DPPH yang dinyatakan dengan

IC50?

2. Keaslian penelitian

Uji aktivitas antioksidan kulit jeruk nipis yang dilakukan pada penelitian

ini sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Rafaela Guimaraes, Lillian Barros,

Joao C.M. Barreira, Mª Joao Sousa, Ana Maria Carvalho, Isabel C.F.R. Ferreira

pada tahun 2010 dengan judul penelitian Targeting Excessive Free Radicals with

Peels and Juices of Citrus Fruits: Grapefruit, Lemon, Lime and Orange. Akan

tetapi penelitian yang dilakukan oleh peneliti berbeda dari penelitian yang sudah

ada. Perbedaan ini terletak pada metode pengeringan sampel uji dan pelarut yang

digunakan oleh peneliti, dimana pada penelitian sebelumnya menggunakan

metode liofilisasi dengan pelarut metanol, sedangkan pada penelitian ini

digunakan teknik pengeringan dengan oven dan cairan penyari berupa etanol.

Sehingga melalui penelitian yang dilakukan ini diharapkan mampu memberikan

(24)

dilakukan uji antioksidan serta penetapan kandungan fenolik total pada kulit jeruk

nipis ini.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

tambahan pengetahuan mengenai aktivitas antioksidan pada ekstrak kulit

jeruk nipis.

b. Manfaat metodologis. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan metode

untuk uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal bebas DPPH dan

penentuan kandungan fenolik total pada tumbuhan.

c. Manfaat praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

bagi penelitian lebih lanjut maupun masyarakat luas mengenai potensi ekstrak

kulit jeruk nipis sebagai salah satu sumber antioksidan alami.

B. Tujuan Penelitian 1. Khusus

a. Mengetahui kadar kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak kulit jeruk

nipis yang dinyatakan dengan massa ekivalen asam galat.

b. Mengetahui nilai aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit

jeruk nipis menggunakan radikal DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) yang

(25)

2. Umum

Memberi informasi tambahan baru tentang antioksidan alami pada kulit

jeruk nipis dan ikut berpartisipasi dalam memberi sumbangsih dalam dunia

(26)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Jeruk Nipis

1. Keterangan botani

Jeruk nipis ini memiliki klasifikasi ilmiah sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivision : Spermatophyta

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Subclass : Rosidae

Order : Sapindales

Family : Rutaceae

Genus : Citrus

Species : Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle

Jeruk nipis memiliki beberapa nama umum, seperti jeruk nipis / jeruk

pecel (Indonesia), dayap (Philipina), manao (Thailand).

(United States Department of Agriculture, 2013)

2. Morfologi tanaman

Jeruk nipis termasuk salah satu jenis Citrus. Jeruk nipis termasuk jenis

tumbuhan perdu yang banyak memiliki dahan dan ranting. Tingginya sekitar

(27)

luarnya berwarna tua dan kusam. Daunnya majemuk, berbentuk ellips dengan

pangkal membulat, ujung tumpul, dan tepi beringgit. Panjang daunya mencapai

2,5-9 cm dan lebarnya 2-5 cm, sedangkan tulang daunnya menyirip dengan

tangkai bersayap, hijau dan lebar 5-25 mm. Bunganya berukuran

majemuk/tunggal yang tumbuh di ketiak daun atau di ujung batang dengan

diameter 1,5-2,5 cm. Kelopak bunga berbentuk seperti mangkok berbagi 4-5

dengan diameter 0,4-0,7 cm berwama putih kekuningan dan tangkai putik silindris

putih kekuningan. Daun mahkota berjumlah 4-5, berbentuk bulat telur atau lanset

dengan panjang 0,7-1,25 cm dan lebar 0,25-0,5 cm berwarna putih (Anonima,

2013)

Tanaman jeruk nipis pada umur 2 1/2 tahun sudah mulai berbuah.

Buahnya berbentuk bulat sebesar bola pingpong dengan diameter 3,5-5 cm

berwarna (kulit luar) hijau atau kekuning-kuningan. Tanaman jeruk nipis

mempunyai akar tunggang. Buah jeruk nipis yang sudah tua rasanya asam

(Anonima, 2013).

3. Kandungan kimia

Genus Citrus kaya akan sumber senyawa, seperti minyak atsiri, steroid,

limonoid, flavonoid, kumarin dan pektin (Tripoli, 2007). Berdasarkan penelitian

yang pernah dilakukan, kandungan kimia yang terdapat pada ekstrak kulit jeruk

nipis antara lain karbohidrat, asam amino, flavonoid, seperti rutin, hesperidin,

myrecetin, senyawa kumarin, seperti psoralene, bergapten, isopimpinellin,

(28)

bergapten, isopimpinellin, imperatorin, isobergapten, kaempferol, myricetin, rutin,

β-sitosterol (Shalaby, 2011).

4. Manfaat tanaman

Jeruk nipis ini sering digunakan masyarakat, baik untuk kesehatan maupun

kecantikan, antara lain digunakan sebagai obat batuk, mengobati sembelit,

ambeien, suara serak, menambah nafsu makan, mencegah rambut rontok,

ketombe, amandel dan juga mimisan (Nala, 2003).

Selain itu Citrus aurantifolia memiliki manfaat lain, seperti ekstrak kulit

dan daun dari kulit jeruk nipis bermanfaat sebagai antifungal karena adanya

kandungan senyawa alkaloid dan fenolik yang tinggi (Okwu, Awurum, dan

Okoronkwo, 2007).

B. Radikal Bebas

Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang sangat reaktif dengan

elektron yang tidak memiliki pasangan. Radikal bebas mencari reaksi-reaksi agar

dapat memperoleh kembali elektron pasangannya. Setelah itu radikal bebas dapat

mengalami tubrukan dengan molekul lain dan merusak ikatan di dalam molekul

tersebut. Pada akhirnya radikal dapat merusak membran sel, retikulum

endoplasma, atau DNA sel yang rentan (Corwin, 2009).

Senyawa radikal sangat aktif menyerang molekul penting yang berada di

sekelilingnya, baik itu senyawa lipid, protein, lipoprotein, maupun karbohidrat.

Meskipun demikian, keberadaan radikal bebas juga bermanfaat bagi tubuh,

(29)

dinding sel, detoksifikasi bahan kimia xenobiotik, dan sistem pertahanan tubuh

terhadap patogen. Oleh karena itu, perlu dikontrol dan diatur potensi radikal bebas

tersebut (Winarsi, 2007). Radikal dapat terbentuk secara endogen (terbentuk

dalam tubuh melalui proses metabolisme normal) dan juga secara eksogen

(berasal dari bahan pencemar yang masuk ke tubuh) (Subeki, 1998).

Secara umum, tahapan reaksi pembentukan radikal bebas mirip dengan

rancidity oxidative, yaitu melalui 3 tahapan reaksi berikut.

1. Tahap inisiasi, yaitu awal pembentukan radikal bebas, misalnya :

Fe2+ + H2O2  Fe3+ + OH-+ •OH (1)

R1-H + •OH  R1• + H2O (2)

2. Tahap propagasi, yaitu pemanjangan rantai radikal

R2-H + R1•  R2• + R1-H (3)

R3-H + R2•  R3• + R2-H (4)

3. Tahap terminasi, yaitu bereaksinya senyawa radikal dengan radikal lain

atau dengan penangkap radikal, sehingga potensi propagasinya rendah.

R1• + R1•  R1-R1 (5)

R2• + R1•  R2-R1 (6)

R2• + R2•  R2-R2 dst (7)

(30)

C. Senyawa Antioksidan

Antioksidan biasa didefinisikan sebagai suatu senyawa yang mampu

memperlambat, menunda bahkan menghambat reaksi oksidasi dan memegang

peranan penting dalam sistem pertahanan tubuh terhadap adanya radikal bebas

yang sangat berbahaya, di mana radikal bebas telah diketahui dapat menginduksi

penyakit kanker, arteriosklerosis dan penuaan disebabkan oleh kerusakan jaringan

(Triana, 2010). Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron

donor) atau reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu

menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah

terbentuknya radikal. Antioksidan mampu menghambat reaksi oksidasi dengan

mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif sehingga dapat

menghambat kerusakan sel (Winarsi, 2007).

Fungsi antoksidan adalah menetralisasi radikal bebas, sehingga tubuh

terlindungi dari berbagai macam penyakit degeneratif dan kanker. Fungsi lain

antioksidan adalah membantu menekan proses penuaan / antiaging. Para ahli

menemukan bahwa di antara semua makhluk hidup yang ada di dunia, kadar

antioksidan manusia tercatat yang paling tinggi. Antioksidan merupakan zat yang

mampu menetralisasi radikal bebas, sehingga atom danelektron yang tidak

berpasangan mendapat pasangan dan menjadi tidak reaktif lagi atau stabil.

Radikal bebas sendiri merupakan atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak

stabil. Ketidakstabilan ini disebabkan atom tersebut memiliki satu atau lebih

(31)

Antioksidan dapat dibagi ke dalam dua golongan, yaitu chain breaking

antioxidant dan preventative antioxidant. Mekanisme chain breaking :

L● + AH → LH + A● (8)

LO●+ AH → LOH + A● (9)

LOO●+ AH → LOOH + A● (10)

Dengan demikian, tahap inisiasi dan propagasi pada senyawa radikal dihambat.

Di sisi lain, preventative antioksidan memperlambat laju oksidasi, misalnya

transisi-metal ion pengkhelat mampu menghambat reaksi Fenton yang

menghasilkan radikal hidroksil. Adapun reaksi fenton adalah sebagai berikut.

Fe2+ + H2O2→ Fe3+ + ●OH + OH- (11)

(Resat Apak, Shela Gorinstein, Volker Bohm, Karen M. Schaich, Mustafa

Ozyurek, dan Kubilay Guclu, 2013)

Untuk mendeterminasi akitivitas antioksidan secara in vitro, metode yang paling

umum digunakan antara lain :

1. HAT (Hydrogen Atom Transfer)based assay

HAT-based assay mengukur kapabilitas antioksidan dalam menghambat

radikal dengan adanya donasi atom H. Mekanisme HAT dari aksi

antioksidan ini dengan mentransfer atom hidrogen (H) pada phenol

(Ar-OH) ke radikal ROO●.

2. ET (Electron Transfer) based assay

Pada ET-based assay, antioksidan bereaksi dengan senyawa fluoresens

(32)

kapasitas antioksidan dari reduksi senyawa oksidan, yang menyebabkan

perubahan warna. Derajat perubahan warna memiliki korelasi dengan

konsentrasi antioksidan dalam sampel (Resatet al., 2013)

D. Fenolik dan Flavonoid

Fenol merupakan produk alami senyawa aromatik yang paling banyak

terdapat pada tumbuhan. Sangat banyak senyawa yang masuk dalam kategori

fenol, seperti fenol sederhana, fenol eter, phenylpropanoids, flavonoid, tannin

(Kauffman, Cseke, Weber, Duke, dan Brielmann, 1999). Flavonoid merupakan

bahan antioksidan yang mampu menetralisir oksigen reaktif dan berkontribusi

terhadap pencegahan penyakit kronis, seperti kanker. Flavonoid utama dalam

jeruk ialah naringin, narirutin, dan hesperidin (Tripoli et al., 2007), sedangkan

kandungan flavonoid utama pada kulit jeruk nipis adalah rutin, hesperidin, dan

myrecetin (Shalaby et al., 2011)

E. Penyarian

Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang

tidak dapat larut dengan pelarut cair. Sebagai cairan penyari digunakan air, eter,

atau campuran etanol air. Penyarian dengan etanol dan air dilakukan dengan

maserasi atau perkolasi (Anonim, 1986).

(33)

1. Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk

menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Sari

yang dihasilkan tidak stabil dan mudah tercemari oleh kapang dan kuman. Oleh

karena itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24

jam. Infundasi dibuat dengan cara menyari simpilisia pada suhu 90oC selama 15

menit (Anonim, 1986).

2. Maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan

penyari sehingga cairan penyari akan menembus dinding sel yang mengandung

zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel mengakibatkan pendesakan larutan

terpekat dari dalam sel ke luar sel. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi

keseimbangan konsentrasi antara di luar sel dan di dalam sel (Anonim, 1986).

3. Perkolasi

Cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui

serbuk simplisia yang telah terbasahi. Cairan penyari akan mengalir dari atas ke

bawah melalui serbuk simplisia kemudian cairan akan melarutkan zat aktif di

dalam sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Serbuk simplisia yang

akan diperkolasi dibasahi terlebih dahulu dengan cairan penyari kemudian

(34)

4. Penyarian berkesinambungan

Penyarian berkesinambungan merupakan gabungan antara proses untuk

menghasilkan ekstrak cair dan proses penguapan. Alat yang digunakan, misalnya

soxhlet. Pada penyarian ini, cairan dipanaskan hingga mendidih, kemudian uap

penyari akan naik ke atas kemudian akan mengembun karena didinginkan oleh

pendingin balik. Embun akan turun melalui serbuk simplisia sambil melarutkan

zat aktif serbuk simplisia (Anonim, 1986).

F. Metode DPPH

DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) merupakan senyawa radikal

nitrogen yang stabil, berwarna ungu, dan pada awalnya digunakan sebagai reagen

kolorimetri. Karakter dari DPPH diantaranya, DPPH merupakan senyawa

hidrofobik (tidak larut air), namun dapat berubah menjadi hidrofilik dengan

melekatkan gugus CO maupun SO2 pada DPPH. DPPH merupakan senyawa

radikal bebas yang stabil (Ionita, 2003).

Prinsip metode uji antioksidan DPPH didasarkan pada reaksi penangkapan

atom hidrogen oleh DPPH (reduksi DPPH) dari senyawa antioksidan. Reagen

DPPH berperan sebagai radikal bebas yang diredam oleh senyawa antioksidan

yang terkandung dalam sampel. Selanjutnya DPPH akan tereduksi menjadi

senyawa diphenylpicrylhidrazine (DPPH-H). Reduksi DPPH menjadi DPPH-H

menyebabkan perubahan warna pada reagen DPPH, dari ungu menjadi kuning

(35)

molekul pendonor atom hidrogen, maka terjadi reaksi penangkapan atom hidrogen

molekul AH olah radikal Z dengan reaksi umumnya sebagai berikut.

Z• + AH = ZH + A●

ZH merupakan bentuk tereduksi dari radikal DPPH dan A• adalah radikal bebas

yang terbentuk dari reaksi pertama tersebut (Molyneux, 2004).

Gambar 1. Perubahan warna larutan pada reaksi DPPH dengan senyawa antioksidan (Witt, Lalk, Hager, dan Voigt, 2010)

Metode DPPH dapat memberikan informasi mengenai respon aktivitas

senyawa yang diuji dengan suatu radikal bebas. Pengukuran serapan DPPH

berkisar pada panjang gelombang 515-520 nm. Metode DPPH dapat digunakan

untuk sampel padatan maupun larutan, dan tidak spesifik untuk komponen

antioksidan partikular, tetapi dapat digunakan untuk pengukuran kapasitas

(36)

Persentase DPPH yang tersisa dapat dihitung dengan rumus :

% DPPHsisa = 100 x

Persentase DPPH yang tersisa proporsional dengan konsentrasi antioksidan dan

konsentrasi yang menyebabkan penurunan konsentrasi DPPH awal hingga 50 %.

Keuntungan dari metode ini antara lain mudah, cepat, dan hanya memerlukan alat

UV-vis spektrofotometer untuk melakukan pengukuran (Prior, 2005).

G. Spektrofotometer Visibel

Spektrofotometri UV-VIS adalah salah satu teknik analisis fisika kimia

yang mengamati tentang interaksi atom/molekul dengan radiasi elektromagnetik

pada panjang gelombang 190-380 nm untuk ultraviolet dan 380-780 nm untuk

sinar tampak dengan memakai instrumen spektrofotometer. Prinsip kerja

spektrofotometri adalah berdasarkan atas interaksi antara radiasi elektromagnetik

(salah satu jenis energi yang ditransmisikan dalam ruang dengan kecepatan tinggi)

dengan materi (atom, ion/molekul) (Mulja dan Suharman, 1995).

Kelebihan alat, seperti cepat, simpel, dan sensitive telah membuat

spektrofotometer UV-VIS menjadi suatu metode analisis farmasetika yang sangat

popular untuk pengukuran secara kuantitatif obat dan metabolit dalam sampel

biologi. Identifikasi kualitatif dari obat atau metabolit menggunakan

spektrofotometri UV –VIS berdasarkan pada panjang gelombang maksimum yang

diabsorpsi (max). Pada absorpsi yang maksimum, sensitivitas optimum akan

(37)

gelombang, error diminimalkan. Hasilnya akurasi dan presisi yang baik

didapatkan (Mulja dkk, 1995).

Komponen-komponen pokok dari spektrofotometer meliputi : sumber

tenaga radiasi yang stabil, sistem yang terdiri atas lensa-lensa, cermin,

celah-celah, dan lain-lain, monokromator untuk mengubah radiasi, tempat cuplikan yang

transparan, dan detektor radiasi yang dihubungkan dengan sistem meter atau

pencatat (Sastrohamidjojo, 2001).

Gambar 2. Skema alat spektrofotometer UV-Vis

H. Landasan teori

Antioksidan didefinisikan sebagai suatu senyawa yang mampu

memperlambat, menunda bahkan menghambat reaksi oksidasi dan memegang

peranan penting dalam sistem pertahanan tubuh terhadap adanya radikal bebas

(Triana, 2010). Flavonoid merupakan bahan antioksidan yang mampu menetralisir

(38)

hesperidin yang terdapat dalam kulit buah dan biji. Untuk mengetahui aktivitas

antioksidan pada kulit jeruk nipis, maka digunakan radikal bebas DPPH. Prinsip

metode uji antioksidan DPPH didasarkan pada reaksi penangkapan atom hidrogen

oleh DPPH (reduksi DPPH) dari senyawa antioksidan yang menyebabkan

perubahan warna ungu larutan DPPH menjadi berwarna kuning. Reagen DPPH

berperan sebagai radikal bebas yang dinetralisir oleh senyawa antioksidan yang

terkandung dalam sampel (Molyneux, 2004). Besarnya aktivitas antioksidan

dinyatakan dengan IC50. Adanya aktivitas antioksidan dalam senyawa uji

berhubungan juga dengan kadar fenolik totalnya, maka besarnya fenolik total

ditentukan dengan metode Folin-Ciocalteu. Senyawa fenolik akan bereaksi

dengan pereaksi Folin-Ciocalteu dan membentuk kompleks fosfotungstat

fosfomolibdat berwarna biru, dimana intensitas warna yang dihasilkan sebanding

dengan ion fenolat sampel.

I. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, dapat diperoleh hipotesis bahwa fraksi etil

asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis memiliki daya antioksidan yang ditetapkan

dengan metode DPPH dan kandungan fenolik total dapat ditentukan dengan

(39)

19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan rancangan penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental dengan tahapan penelitian

sebagai berikut :

a. Pemilihan dan pengumpulan sampel

b. Pembuatan simplisia

c. Ekstraksi dan fraksinasi

d. Penetapan aktivitas antioksidan

e. Penetapan kandungan fenolik total dalam ekstrak kulit jeruk nipis

B. Variabel penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak etanol kulit

jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle).

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah aktivitas antioksidan (% IC),

kadungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol jeruk nipis.

3. Variabel pengacau terkendali

Variabel pengacau terkendali pada penelitian ini adalah tempat tumbuh

tanaman, umur tanaman saat dipanen, cara pengeringan, dan pembuatan

(40)

4. Variabel pengacau tak terkendali

Variabel pengacau tak terkendali pada penelitian ini adalah cuaca atau

musim, curah hujan, hama dan wabah penyakit pada tanaman

C. Definisi Operasional

1. Ekstrak kulit jeruk nipis adalah ekstrak kental yang diperoleh dari hasil

maserasi serbuk simplisia dengan etanol.

2. Fraksi etil asetat, yaitu hasil fraksi ekstrak etanol kulit jeruk nipis

menggunakan etil asetat yang telah difraksinasi dengan wash bensin dan air.

D. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk sampel kulit

jeruk nipis, etanol, wash bensin, aquadest, etil asetat, DPPH p.a (Sigma Aldrich),

metanol p.a, rutin, natrium karbonat, asam galat, dan reagen Folin-Ciocalteu.

2. Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian, yaitu spektrofotometer

UV-Visibel Shimadzu UV 1240 mini (Laboratorium Kimia Analisis Instrumental

USD), alat-alat gelas, corong pisah, corong buchner, neraca analitik, vortex,

(41)

E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman jeruk nipis dilakukan di Laboratorium

Farmakognosi-Fitokimia, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

2. Pemilihan dan pengumpulan bahan

Pengumpulan sampel jeruk nipis diambil langsung di perkebunan yang

berlokasi di Purwokerto, Jawa Tengah, dengan memilih jeruk dengan usia

tertentu yang merupakan usia konsumsi dari buah jeruk tersebut. Jeruk nipis

dipilih dan dipilah yang memiliki kondisi paling baik kemudian dikupas dan

diambil kulitnya sebagai sampel yang akan dipreparasi dan diuji.

3. Preparasi simplisia

Kulit jeruk nipis dicuci bersih, ditiriskan dan diiris tipis. Kemudian

dikeringkan dalam oven pada suhu 50-55o C selama 24 jam. Simplisia kering

ditandai dengan kulit jeruk yang telah menjadi rapuh. Kemudian kulit jeruk

kering diserbuk kasar dengan menggunakan mesin penyerbuk dan dilewatkan

ayakan dengan nomor mesh 40.

4. Ekstraksi simplisia

Sebanyak 10 g serbuk simplisia kulit jeruk nipis dimasukkan ke dalam

bejana maserasi, ditambah dengan 100 ml etanol 70 % sampai terendam

(42)

selama tiga hari. Filtrat diperoleh melalui penyaringan menggunakan kertas

saring kasar dengan bantuan corong Buchner dan pompa vakum. Ampas

penyaringan diremaserasi dengan 100 ml etanol 70 % kembali selama tiga hari.

Kemudian filtrat dicampur dengan filtrat terdahulu. Keseluruhan filtrat diuapkan

pelarutnya dengan vacuum rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak etanol

kental kulit jeruk nipis.

5. Fraksinasi

Ekstrak etanol kental kulit jeruk nipis dilarutkan dalam 100 ml air hangat

dan dilakukan ekstraksi cair-cair menggunakan wash bensin dengan

perbandingan larutan ekstrak : wash bensin (1:1 v/v), sehingga dihasilkan fraksi

air dan wash bensin. Fraksi yang diambil yaitu fraksi air untuk kemudian

diekstraksi kembali menggunakan etil asetat (1:1 v/v), sehingga didapatkan

fraksi air dan fraksi etil asetat. Ambil fraksi etil asetat. Kemudian fraksi etil

asetat diuapkan dengan vacuum rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak

etil asetat kental dan dioven sampai didapatkan bobot tetap. Ekstrak ini yang

digunakan untuk analisis selanjutnya.

6. Pembuatan larutan pembanding, baku, dan uji

a. Pembuatan larutan uji

Sejumlah 25,0 mg fraksi etil asetat ditimbang dan ditambah metanol p.a

sampai 25,0 mL, sehingga didapat larutan sampel dengan konsentrasi 1000

(43)

metanol p.a hingga volume 10,0 mL, sehingga di dapat konsentrasi 200; 325;

450; 575; 700 μg/mL.

b. Pembuatan larutan baku asam galat

Sejumlah 10,0 mg asam galat ditimbang dan ditambah pelarut metanol

p.a : air (1:1 v/v) sampai 10,0 mL, sehingga didapat larutan stok asam galat

dengan konsentrasi 1000 µg/ml dalam metanol p.a : air (1:1). Ambil sebanyak

0,5; 0,75; 1,0; 1,25; dan 1,5 ml larutan stok tersebut, kemudian tambahkan

metanol p.a : air (1:1) sampai 10 ml dan diperoleh seri baku asam galat dengan

konsentrasi 50; 75; 100; 125; 150 µg/ml.

c. Pembuatan larutan pembanding rutin

Dibuat larutan stok dengan menimbang sebanyak 2,5 mg rutin dan

dilarutkan dengan metanol p.a sampai 10 mL. Kemudian pipet sebanyak 0,49;

0,77; 1,05; 1,33; 1,61 ml stok, lalu ditambahkan metanol p.a, sehingga diperoleh

larutan rutin dengan konsentrasi 12,25; 19,25; 26,25; 33,25; 40,25 µg/mL.

d. Pembuatan larutan DPPH

Sejumlah 3,9 mg DPPH dilarutkan ke dalam metanol p.a sampai 25 ml,

sehingga diperoleh larutan DPPH dengan konsentrasi 0.4 mM. Larutan ditutup

dengan aluminium foil dan harus selalu dibuat baru.

7. Uji pendahuluan

a. Uji fenolik total

Sebanyak 0,5 ml larutan uji dan larutan pembanding asam galat

(44)

dengan 5 ml reagen Folin-Ciocalteu yang telah diencerkan dengan air (1:10 v/v).

Selanjutnya larutan tersebut ditambah dengan 4,0 ml natrium karbonat 1 M.

Vortex selama 15 detik. Amati perubahan warna yang terjadi.

b. Uji aktivitas antioksidan

Sebanyak 1 ml larutan pembanding rutin dan larutan uji masing-masing

ditambahkan 1 ml larutan DPPH dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian

ditambahkan dengan 3 ml metanol p.a dan vortex selama 30 detik. Tunggu

selama 30 menit, amati perubahan warna yang terjadi.

8. Uji aktivitas antioksidan

a. Optimasi metode uji aktivitas antioksidan

1) Penentuan panjang gelombang maksimum

Larutan DPPH dengan volume masing-masing 1,0; 2,0; 3,0 mL

dimasukkan ke dalam 3 buah labu ukur 10 mL dan tambahkan metanol

p.a hingga tanda batas. Larutan tersebut kemudian divortex selama 30

detik. Diamkan selama OT. Lalu dilakukan scanning panjang gelombang

serapan maksimum dengan spektrofotometer visibel pada panjang

gelombang 400-600 nm

2) Penentuan operating time (OT)

Larutan DPPH sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam

masing-masing tiga labu ukur 10 mL dan tambahkan masing-masing-masing-masing dengan 2

mL larutan pembanding rutin 12,5; 26,25 dan 40,25 μg/mL. Selanjutnya

(45)

vortex selama 30 detik. Setelah itu baca absorbansinya dengan

spektrofotometer visibel pada panjang gelombang maksimum yang

didapat selama satu jam (cek setiap 5 menit). Demikian juga untuk

larutan uji 200; 450 dan 700 μg/mL diberi perlakuan yang sama..

b. Pengukuran absorbansi larutan DPPH (kontrol)

Sebanyak 2 mL larutan DPPH dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL

dan tambahkan larutan tersebut dengan metanol p.a hingga tanda batas.

Kemudian baca absorbansi larutan pada saat OT danpanjang gelombang

maksimum. Lakukan pengerjaan sebanyak tiga kali replikasi. Larutan ini

digunakan sebagai kontrol untuk menguji larutan pembanding rutin dan sampel.

c. Pengukuran absorbansi larutan pembanding dan uji

Sebanyak 2 mL larutan DPPH dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml

kemudian tambahkan dengan 2 mL larutan pembanding dan uji pada berbagai

seri konsentrasi telah dibuat. Kemudian larutan tersebut ditambah dengan

metanol p.a hingga tanda batas. Vortex larutan tersebut selama 90 detik dan

diamkan selama OT. Larutan dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer

visibel pada panjang gelombang maksimum hasil optimasi. Pengujian dilakukan

sebanyak tiga kali replikasi.

d. Validasi metode uji aktivitas antioksidan

Validasi dilakukan dengan menghitung nilai presisi (% CV) spesifisitas

dan linearitas (r) dari posedur 8 b dan c.

(46)

e. Estimasi aktivitas antioksidan

Hasil dari pengukuran absorbansi pada prosedur 8 a dan b dihitung nilai

% IC dan IC50 untuk rutin dan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis.

9. Penetapan kandungan fenolik total

a. Optimasi metode penetapan kandungan fenolik total

1) Penentuan operating time (OT)

Sebanyak 0,5 mL larutan asam galat 50; 100 dan 150 μg/mL

ditambahkan dengan 5 mL reagen Folin-Ciocalteu yang telah diencerkan

dengan air (1:10 v/v). Selanjutnya ditambahkan dengan 4,0 mL natrium

karbonat 1 M dan diamkan selama satu jam (cek setiap lima menit).

Setelah itu baca absorbansi larutan dengan spektrofotometer visibel pada

panjang gelombang teoritis 750 nm.

2) Penentuan panjang gelombang maksimum

Sebanyak 0,5 mL larutan asam galat 50; 100 dan 150 μg/mL

ditambahkan dengan 5 mL reagen Folin-Ciocalteu yang telah diencerkan

dengan air (1:10 v/v). Selanjutnya ditambahkan dengan 4,0 mL natrium

karbonat 1 M, vorteks selama 30 detik dan diamkan selama OT. Setelah

itu baca absorbansi larutan dengan spektrofotometer visibel pada panjang

gelombang 600-800 nm.

b. Pembuatan kurva baku asam galat

Sebanyak 0,5 ml larutan asam galat dengan seri konsentrasi 50; 75; 100;

(47)

diencerkan dengan air (1:10 v/v). Larutan selanjutnya ditambah dengan 4,0 ml

natrium karbonat 1 M. Larutan divortex selama 30 detik. Kemudian diamkan

selama OT. Setelah itu baca absorbansi larutan pada panjang gelombang

maksimum yang didapat terhadap blangko yang terdiri dari air : metanol (1:1),

reagen Folin-ciocalteu, dan larutan natrium karbonat 1 M.

c. Validasi metode penetapan kandungan fenolik total

Validasi dilakukan dengan menghitung nilai presisi (% CV) spesifisitas

dan linearitas (r) dari posedur 9 b.

d. Estimasi kandungan fenolik total larutan uji

Sebanyak 0,5 ml larutan uji dengan konsentrasi 575 µg/ml ditambahkan

dengan 5 ml reagen Folin-Ciocalteu yang telah diencerkan dengan air (1:10 v/v).

Larutan selanjutnya ditambahkan dengan 4,0 ml natrium karbonat 1 M. Larutan

divortex selama 30 detik. Kemudian diamkan selama OT. Setelah itu baca

absorbansi larutan pada panjang gelombang maksimum (750 nm). Kandungan

fenolik total dinyatakan sebagai gram ekivalen asam galat (mg ekivalen asam

(48)

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi tanaman

Penelitian ini diawali dengan melakukan determinasi pada tanaman uji.

Determinasi tanaman perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan

memastikan kebenaran identitas tanaman digunakan dalam penelitian ini. Oleh

sebab itu, determinasi merupakan langkah awal terpenting pada penelitian ini.

Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman ini adalah tanaman jeruk nipis

(Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle).

B. Pengumpulan Bahan

Buah jeruk nipis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

perkebunan yang berlokasi di Purwokerto, Jawa Tengah. Buah jeruk diambil dari

perkebunan dengan tujuan agar tempat tumbuh tanaman sama. Dengan tempat

tumbuh yang sama diharapkan kandungan kimia yang terdapat dalam kulit jeruk

nipis tidak jauh berbeda antara buah yang satu dengan yang lainnya. Buah yang

dipilih adalah buah yang siap dipanen.

C. Preparasi Sampel

Buah jeruk nipis yang telah dipanen, dikupas dan diambil kulitnya.

Kemudian dilanjutkan dengan pencucian yang bertujuan untuk menghilangkan

(49)

kemudian dioven pada suhu 50oC selama 24 jam sampai cukup kering untuk

diserbuk. Pada penelitian ini, yang diteliti adalah kulit jeruk nipis tanpa minyak

atsiri yang terkandung dalam kulit tersebut, sehingga metode pengeringan dengan

menggunakan panas (oven) yang dapat menghilangkan kandungan minyak atsiri

pada kulit jeruk nipis tidak menjadi masalah. Kulit yang telah kering dan rapuh

dihaluskan dengan mesin penyerbuk. Tujuan dari penyerbukan ini adalah untuk

memperkecil ukuran permukaan sampel uji sehingga luas kontak antara sampel

dan penyari akan semakin besar dan proses penyarian akan lebih optimum.

Kemudian serbuk kulit jeruk dilewatkan ayakan dengan no.mesh 40 agar ukuran

partikel serbuk homogen.

D. Ekstraksi Sampel

Ekstraksi yang dipilih untuk penelitian ini adalah maserasi. Metode

maserasi memiliki beberapa kelebihan di antara metode ekstraksi lainnya. Selain

dapat menjaga stabilitas senyawa fenolik yang terekstraksi dari sampel, metode

ini juga menguntungkan karena sederhana dan mudah dilakukan. Proses maserasi

dilakukan dengan melarutkan sampel ke dalam cairan penyari. Larutan penyari

yang digunakan yaitu etanol 70 %. Cairan penyari etanol 70% ini dipilih karena

senyawa-senyawa flavonoid mudah larut di dalam pelarut metanol maupun etanol

yang mengandung air 20-50 % (Bruneton, 1999) dan proses maserasi ini dibantu

dengan alat shaker. Penggunaan shaker pada proses maserasi bertujuan untuk

membantu agar hasil ekstraksi lebih maksimal dan efektif. Adanya bantuan

(50)

berpenetrasi ke dalam sel-sel tanaman. Proses maserasi ini dilakukan selama tiga

hari. Selanjutnya cairan penyari dipisahkan dari ampas serbuk kulit jeruk dengan

disaring. Penyaringan ini menggunakan corong Buchner yang dilapisi kertas

saring dan dibantu dengan pompa vakum. Pompa vakum digunakan untuk

membantu mempercepat proses penyaringan. Ampas hasil penyarian kemudian

diremaserasi lagi dengan menambahkan penyari etanol yang baru dengan volume

yang sama selama tiga hari seperti sebelumnya. Dan hasil remaserasi dipisahkan

dengan penyarinya dengan disaring menggunakan corong Buchner. Tujuan dari

remaserasi ini yaitu untuk menyari senyawa-senyawa yang mungkin belum

sempat terekstraksi karena penyari yang sudah jenuh.

Hasil maserasi dan remaserasi digabung menjadi satu dan diuapkan

pelarutnya menggunakan vacuum rotary evaporator. Prinsip dari alat ini yaitu

penguapan dengan penurunan tekanan. Jika tekanan uap suatu cairan sama dengan

tekanan atmosfer, maka cairan akan mendidih dan menguap pada titik didih

normalnya. Oleh sebab itu, dengan adanya vakum akan menurunkan tekanan pada

alat di bawah tekanan atmosfer sehingga menyebabkan suatu cairan mendidih di

bawah titik didih normalnya. Penguapan pelarut dengan menggunakan rotary

evaporator direkomendasikan untuk residu yang tidak tahan panas karena

temperatur pada penangas air pada rotary evaporator lebih rendah jika dibanding

pada penangas air biasa (Patiram, Brajendra Azad Thakur dan Ramesh, 2007).

Setelah itu, proses penguapan pelarut ini dilanjutkan dengan menggunakan oven

pada suhu 50oC untuk menghilangkan sisa-sisa penyari sampai diperoleh ekstrak

(51)

Ekstrak etanol kulit jeruk yang didapat kemudian dilarutkan dalam air

hangat karena ekstrak sulit untuk dilarutkan dalam air dingin. Ekstrak yang telah

larut kemudian diektraksi cair-cair dengan wash bensin dengan perbandingan

wash bensin : air (1:1 v/v) menggunakan corong pisah. Ekstraksi cair-cair

digunakan sebagai cara untuk praperlakuan sampel atau clean-up sampel untuk

memisahkan analit dari komponen-komponen matriks yang mungkin mengganggu

pada saat kuantifikasi atau deteksi analit (Gandjar, 2007). Prinsip dari ekstraksi

cair-cair merupakan pemisahan dua atau lebih senyawa yang saling campur

berdasarkan perbedaan polaritas dengan menggunakan dua pelarut yang memiliki

perbedaan polaritas yang tidak saling campur. Analit-analit yang mudah

terekstraksi ke pelarut organik adalah molekul-molekul netral yang bersifat

non-polar atau agak non-polar. Sementara itu, senyawa non-polar dan juga senyawa-senyawa

yang mudah mengalami ionisasi akan tertahan dalam fase air. Pada partisi ini,

fraksi air akan berada di bagian bawah dan wash bensin di atas. Hal ini

dikarenakan bobot jenis air (0,996 g/ml) lebih besar jika dibandingkan dengan

wash bensin (0,730 g/ml). Bagian yang polar seperti polifenol dan flavonoid akan

terlarut ke dalam air, sedangkan bagian non polar seperti klorofil dan lipid akan

terlarut ke dalam wash bensin. Proses ekstraksi ini dilakukan berulang sampai tiga

kali sampai pelarut wash bensin menjadi bening yang menandakan bahwa tidak

ada lagi senyawa-senyawa yang tidak diinginkan yang terlarut di dalam fraksi air.

Fraksi yang diambil pada partisi ini adalah fraksi air yang mengandung polifenol

(52)

senyawa-senyawa yang terlarut bukan merupakan senyawa-senyawa yang ingin diuji dalam

penelitian ini.

Setelah itu, proses partisi dilanjutkan kembali menggunakan pelarut yang

berbeda, yaitu etil asetat yang berbobot jenis 0,898 g/ml dengan perbandingan

volume 1:1 v/v. Pada partisi ini, etil asetat berada di atas karena bobot jenis air

lebih besar (0,996 g/ml) dibandingkan etil asetat. Proses ekstraksi ini juga

dilakukan berulang, yakni tiga kali sampai pelarut etil asetat menjadi bening. Hal

ini menandakan bahwa tidak ada lagi senyawa yang larut dalam pelarut etil asetat.

Pada proses partisi ini, fraksi yang diambil adalah fraksi etil asetat karena

sebagian besar senyawa-senyawa flavonoid larut dalam fraksi etil asetat.

Fraksi etil asetat yang didapat, dievaporasi menggunakan vacuum rotary

evaporator untuk menghilangkan pelarut. Kemudian dioven untuk menguapkan

sisa-sisa etil asetat sampai didapat bobot tetap fraksi etil asetat ekstrak etanolik.

Fraksi etil asetat ini yang akan digunakan untuk uji aktivitas antioksidan dan

ditetapkan kandungan fenolik total yang dinyatakan sebagai ekivalen asam galat.

Berat fraksi etil asetat yang didapat yaitu 245 mg dan disimpan dalam eksikator

untuk menjaga stabilitas senyawa dari pengaruh cahaya maupun kelembaban

lingkungan.

E. Uji Pendahuluan 1. Uji pendahuluan fenolik total

Uji pendahuluan fenolik total ini bertujuan untuk mengetahui adanya

(53)

kualitatif. Prinsip dari uji ini adalah reaksi oksidasi-reduksi pada suasana basa.

Penambahan natrium karbonat akan memberikan suasana basa yang akan

mengubah senyawa fenolik menjadi ion fenolat. Ion fenolat yang terbentuk akan

dioksidasi oleh asam fosfomolibdab-fosfotungstat dalam reagen Folin-Ciocalteu

yang menyebabkan larutan berubah menjadi warna biru. Keberadaan senyawa

fenolik dalam sampel positif apabila terjadi perubahan warna pada reagen

Folin-Ciocalteu yang berwarna kuning menjadi biru. Pada uji pendahuluan ini, fraksi

etil asetat ekstrak etanolik kulit jeruk nipis menunjukkan hasil positif dengan

adanya perubahan larutan menjadi berwarna biru, sehingga dapat dikatakan bahwa

mengandung senyawa fenolik.

Gambar 3. Hasil uji pendahuluan fenolik (A = reagen Folin-Ciocalteu + larutan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis, B = kontrol positif [reagen Ciocalteu + asam galat], C = blanko [reagen

Folin-Ciocalteu + natrium karbonat)

2. Uji pendahuluan aktivitas antioksidan

Uji pendahuluan merupakan langkah awal dalam penentuan aktivitas

antioksidan yang bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas antioksidan dari

(54)

fraksi etil asetat ekstrak etanolik kulit jeruk nipis secara kualitatif. Uji ini

dilakukan dengan mereaksikan DPPH 0,4 mM dengan larutan sampel uji yang

dibandingkan dengan kontrol negatif (hanya larutan DPPH) dan kontrol positif

(larutan DPPH yang direaksikan dengan larutan baku pembanding, yaitu rutin).

Apabila senyawa uji memiliki aktivitas antioksidan, ketika direaksikan dengan

DPPH maka radikal DPPH akan menangkap elektron yang menyebabkan

berkurangnya ikatan rangkap konjugasi karena tidak adanya kesempatan elektron

untuk beresonansi. Reaksi ini ditandai dengan adanya perubahan warna larutan

DPPH yang berwarna ungu menjadi kuning. Pada hasil uji pendahuluan (Gambar

4) ini menunjukkan hasil positif untuk larutan rutin yang ditandai dengan

perubahan warna ungu menjadi kuning, sedangkan untuk larutan sampel uji juga

menunjukkan hasil positif dengan ditandai dengan adanya penurunan intensitas

warna ungu. Walaupun tidak terjadi perubahan warna manjadi kuning dan hanya

penurunan intensitas warna, tetap ada kemungkinan aktivitas antioksidan.

(55)

Gambar 4. Hasil uji pendahuluan aktivitas antioksidan (A = larutan DPPH + larutan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis, B =

kontrol negatif [larutan DPPH], C = kontrol positif [larutan DPPH + larutan rutin])

Gambar 5. Hasil uji pendahuluan aktivitas antioksidan (A = larutan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis + metanol, B = larutan

rutin + metanol)

F. Optimasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan 1. Penentuan λmaksmetode uji aktivitas antioksidan

Penentuan panjang gelombang ( λ ) maksimum bertujuan untuk

memperoleh panjang gelombang dimana senyawa uji menghasilkan serapan

maksimum. Beberapa alasan harus menggunakan λ maksimum, yaitu pada λ

maksimum kepekaannya juga maksimum karena pada λ tersebut perubahan

absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah paling besar; pada λ maksimal

bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer

tercapai; dan jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan

pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali (Gandjar dan Rohman,

2012).

Penentuan λ maksimum ini dilakukan dengan scanning panjang

gelombang serapan maksimum pada 400-600 nm. Dalam penelitian ini yang

(56)

diukur adalah absorbansi dari larutan radikal DPPH. DPPH memiliki gugus

kromofor dan auksokrom pada struktur kimianya sehingga mampu memberikan

serapan. Gugus kromofor adalah gugus atau atom dalam senyawa organik yang

mampu menyerap sinar ultraviolet dan juga sinar tampak, sedangkan auksokrom

merupakan gugus fungsional yang mempunyai pasangan elektron bebas. Adanya

gugus auksokrom yang terikat pada gugus kromofor maka akan mengakibatkan

pergeseran pita absorbansi menuju panjang gelombang yang lebih besar (Gandjar,

2012).

Gambar 6. Gugus kromofor dan auksokrom DPPH

Penentuan panjang gelombang serapan maksimum ini dilakukan dengan

scanning pada panjang gelombang 400-600 nm terhadap tiga konsentrasi larutan

(57)

absorbansi DPPH saja tanpa gangguan absorbansi senyawa-senyawa lain dari

sampel.

Dari hasil scanning diperoleh panjang gelombang serapan maksimum

DPPH, yaitu 516 nm (lampiran 5). Hasil ini berbeda dengan panjang gelombang

maksimum teoritis DPPH yaitu 517 nm. Namun berdasarkan ketentuan yang

tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi IV, batas pergeseran yang

diperbolehkan sebesar 2 nm sehingga panjang gelombang serapan maksimum

yang diperoleh pada penelitian ini masih masuk dalam range dan diperbolehkan

untuk digunakan.

2. Penentuan operating time metode uji aktivitas antioksidan

Penentuan operating time suatu reaksi bertujuan untuk mengetahui dan

menentukan rentang waktu yang tepat dimana reaksi telah berjalan sempurna

sehingga diperoleh nilai absorbansi yang stabil. Ketidaksempurnaan reaksi yang

terjadi dapat mempengaruhi pengukuran absorbansi yang dilakukan baik pada

baku pembanding maupun pada sampel. Penentuan operating time ini dilakukan

dengan mengukur absorbansi DPPH yang direaksikan dengan larutan pembanding

dan larutan fraksi etil asetat ekstrak etanolik kulit jeruk nipis pada tiga konsentrasi

yang berbeda. Pengukuran ini dilakukan setiap lima menit sekali selama 60 menit

pada panjang gelombang maksimum yang didapat pada penentuan λmaks, yaitu 516

nm. Pada awal reaksi, absorbansi DPPH akan mengalami penurunan sampai

waktu tertentu hingga diperoleh absorbansi yang relatif stabil. Semakin lama

waktu pengukuran, maka ada kemungkinan rusak dan terurainya senyawa yang

(58)

Gambar 7. Hasil grafik penentuan operating time rutin

Gambar 8. Hasil grafik penentuan operating time fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis

Pada reaksi ini sulit untuk menentukan operating time yang tepat karena

reaksi masih berjalan dan terus mengalami penurunan. Akan tetapi dipilih

operating time menit ke 55 karena pada menit itu penurunan absorbansi tidaklah

besar, sedangkan untuk operating time sampel uji (fraksi etil asetat) adalah 55

menit karena pada menit ke 55 absorbansi sudah stabil untuk konsentrasi rendah

0

Penentuan Operating Time Fraksi Etil

Asetat

200 µg/mL

450 µg/mL

(59)

dan sedang, sedangkan untuk konsentrasi tinggi belum stabil tetapi penurunan

tidaklah besar.

G. Validasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan

Validasi metode analisis merupakan suatu tahapan penting dalam

penjaminan mutu analisis kuantitatif. Tujuan suatu metode analisis adalah tidak

hanya untuk menentukan estimasi kebenaran (nilai sebenarnya) atau bias dan

presisi, akan tetapi juga untuk mengevaluasi resiko-resiko yang dapat

diekspresikan dengan ketidakpastian pengukuran yang terkait dengan hasil

analisis (Gandjar, 2012). Pada penelitian ini, parameter validasi yang ditentukan

antara lain linieritas, , presisi, dan juga spesifitas.

Linieritas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi

yang menghubungkan antara konsentrasi (x) dengan respon (y). Linieritas ini

dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi yang

berbeda. Pada penelitian ini digunakan lima konsentrasi rutin dan juga sampel uji

yang berbeda-beda dan dilakukan tiga kali replikasi. Linieritas dilihat dari nilai

regresi linier antara konsentrasi larutan rutin dan sampel uji terhadap % IC

(Inhibitor Concentration).

Dari tiga persamaan yang didapat, dipilih persamaan yang memiliki nilai r

paling baik untuk divalidasi. Untuk pembanding rutin diperoleh dari replikasi III

dengan persamaan y = 1,7697x + 5,8873 dan nilai r = 0,99649, sedangkan untuk

sampel uji fraksi etil asetat diperoleh dari replikasi tiga dengan persamaan y =

(60)

Gambar 9. Kurva persamaan regresi linear aktivitas antioksidan rutin

Gambar 10. Kurva persamaan regresi linear aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk nipis

Jika dilihat dari kuva tersebut, terlihat bahwa ada korelasi antara

Aktivitas Antioksidan Fraksi Etil Asetat

(61)

tinggi konsentrasi dari rutin dan sampel uji fraksi etil asetat, maka semakin besar

pula % IC yang dihasilkan.

1. Linieritas metode uji aktivitas antioksidan

Linieritas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi

yang menghubungkan antara konsentrasi (x) rutin dan juga fraksi etil asetat

dengan respon (y) % IC. Nilai koefisien korelasi (r) adalah indikator kualitas

untuk parameter linieritas metode yang digunakan pada penentuan aktivitas

antioksidan. Dari ketiga replikasirutin diperoleh suatu persamaan dengan nilai r

sebagai berikut.

Tabel I. Persamaan regresi linier kurva baku rutin

Replikasi Persamaan regresi linier (bx+a)

Nilai koefisien korelasi (r)

1 y = 1,5296x + 14,693 0,9957

2 y = 1,7328x + 7,8707 0,9953

3 y = 1,7697x + 5,8873 0,9964

Koefisien korelasi (r) yang paling bagus dari ketiga data tersebut (Tabel

1) adalah replikasi III dengan r = 0,9964, sedangkan untuk fraksi etil asetat

ekstrak etanol kulit jeruk, dari ketiga replikasi diperoleh suatu persamaan dengan

Gambar

Gambar 1. Perubahan warna larutan pada reaksi DPPH dengan senyawa
Gambar tanaman jeruk nipis dari Purwokerto, Jawa
Gambar 1. Perubahan warna larutan pada reaksi DPPH dengan senyawa
Gambar 2. Skema alat spektrofotometer UV-Vis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Surabaya merupakan institusi pendidikan di Surabaya yang dalam perkembangannya mengambil ャ。ョァセ。ィ@ kerja-sama dalam bidang jasa pemesinan

[9] yang merupakan penghasil arus yang andingkan dengan koil standar, sehingga akan diperoleh suhu bunga api busi yang tinggi yang dapat membantu proses pembakaran dalam

Adapun solusi yang dapat diberikan sebagai pendamping adalah memberikan motivasi kepada Ibu Siti dan keluarga untuk tetap semangat menjalani hidup dan juga

Pada tahun 2006 gerakan pemurnian Islam di Sumbar dilakukan oleh Komite Penegakkan Syariat Islam (KPSI) dengan metode pemurnian yang berbeda dari Paderi,

(3) Pemenuhan hak atas pendidikan dengan (i) peningkatan partisipasi pendidikan penduduk miskin terutama pada jenjang pendidikan dasar baik jalur

Berdasarkan perhitungan lotsizing dengan menggunakan 4 teknik yang berbeda serta serta perhitungan total biaya pembelian, langkah selanjutnya adalah menghitung biaya

Lotu adalah salah satu kota di Nias Utara, lokasi ini menjadi awal pembangunan karena memiliki potensi yang cukup besar untuk menjadi sebuah daerah yang

Dampak ekosistem dari perikanan tangkap timbul sebagai akibat dari rusaknya habitat bentik dari jenis alat penangkapan ikan tertentu, pengambilan organisme ikan