• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

PENGARUH KINERJA PELAYANAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA

Dalam mekanisme pemerintahan suatu negara atau wilayah, pemerintah memiliki kewenangan sekaligus kewajiban untuk memberikan pelayanan publik kepada seluruh masyarakat yang ada dalam lingkup negara atau wilayahnya. Untuk konteks negara Indonesia, pemerintah melalui UU No. 34 Tahun 2004 memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengelola daerahnya secara otonomi, dalam hal ini lebih familiar dikenal dengan otonomi daerah. Hipotesa utama dengan pemberlakuan undang-undang ini bertujuan untuk mempercepat proses pemerataan pembangunan. Melalui desentraliasasi tersebut, Pemerintah daerah dianggap mampu untuk mengelola daerahnya dan memberikan pelayanan publik yang lebih baik ketimbang saat pemerintahan masih menggunakan sisitem sentralisasi.

Pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah daerah pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kualitas masyarakatnya. Pelayanan publik yang prima dan memenuhi aturan standar pelayanan minimal selanjutnya harus mampu dinikmati secara nyata oleh masyarakat. Dalam pembahasan penelitian yang dilakukan di Kabupaten Lebak ini, secara spesifik akan dibahas bagaimana pelayanan publik memberikan pengaruh terhadap kualitas masyarakat atau sumberdaya manusia. Dugaan yang dibangun adalah adalah hubungan yang tegak lurus antara kinerja pelayanan publik dengan kualitas sumberdaya manusia suatu wilayah.

Pelayanan publik yang prima akan memberikan dampak positif terhadap kualitas sumberdaya manusia, sedangkan pelayanan publik yang jauh dari standar minimal akan berdampak kurang baik terhadap perkembangan kualitas sumberdaya manusia yang ada. Karena berhubungan dengan kualitas sumberdaya manusia, maka pelayanan publik yang dikupas akan condong dibatasi pada pelayanan di sektor pendidikan dan kesehatan. Dampak lanjutannya akan dapat dilihat bagaimana perkembangan indikator utama yang paling banyak digunakan

(2)

dalam menilai kualitas sumberdaya manusia, yakni Indeks Pembangunan Manusia atau dapat disingkat dengan IPM.

6.1Kinerja Pelayanan Publik Sektor Pendidikan

Dalam proses pembangunan yang integral, pendidikan merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan. Karena pendidikan adalah salah satu penentu kualias sumberdaya manusia atau human resources suatu wilayah atau daerah. Tingkat pendidikan akan menunjukan bagaimana tingkat kualitas sumberdaya manusia. Pemerintah daerah sebagai stabilisator pembangunan daerah tentu saja berkewajiban memberikan pelayanan prima pendidikan demi meningkatkan kualitas sumberdaya manusia daerahnya.

Kinerja pelayanan publik sektor pendidikan dapat ditunjukan sejauh mana pemerintah daerah dalam hal ini Kabupaten Lebak memenuhi pelayanannya sesuai dengan standar pelayanan minimal yang telah ditentukan oleh Kementrian Pendidikan Nasional. Dengan adanya aturan berupa standar pelayanan minimal pendidikan, diharapkan tiap pemerintah daerah mampu melaksanakan kewajibannya dalam rangka pelaksanaan pendidikan nasional untuk masyarakat yang berada dalam lingkup kepemerintahannya. Pelayanan dasar yang harus diberikan pemerintah daerah secara umum dibagi menjadi dua bagian, yakni fasilitas dan tenaga pendidikan. Fasilitas pendidikan yang diberikan berupa ketersediaan gedung sekolah tiap satuan pendidikan, sedangkan tenaga kependidikan adalah jumlah guru yang tersedia di Kabupaten Lebak.

6.1.1Fasilitas dan Tenaga Pendidikan

Tingkat pelayanan publik di sektor pendidikan dapat terlihat dari kondisi bangunan sekolah dan juga perbandingan jumlah tenaga pengajar dengan siswa tiap satuan pendidikan yang ada di Kabupaten Lebak. Kondisi bangunan ini mencitrakan bagaimana pelayanan infrastruktur publik bidang pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Jumlah tenaga pengajar juga akan menjelaskan bagaimana pemenuhan pelayanan ketersediaan sumberdaya pengajar. Karena guru ini adalah faktor pertama dalam proses transfer materi pengajaran kepada siswa untuk tiap satuan pendidikan di Kabupaten Lebak. Kondisi bangunan tiap satuan

(3)

pendidikan hingga tahun 2009 secara umum dapat diperlihatkan pada tabel di bawah sebagai berikut.

Tabel 21 Keadaan kondisi ruang belajar tingkat SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Lebak tahun 2009

JENJANG PENDIDIKAN

BAIK RUSAK RINGAN RUSAK BERAT Jumlah

Jml % Jml % Jml % Jml % SD 3,576 79.64 664 14.79 250 5.57 4,490 100 MI 324 46.82 170 24.57 198 28.61 692 100 SMP 925 76.89 170 14.13 108 8.98 1,203 100 MTs. 244 47.10 144 27.80 130 25.10 518 100 SMA 316 85.64 42 11.38 11 2.98 369 100 SMK 107 95.54 5 4.46 0 0.00 112 100 MA 233 65.63 93 26.20 29 8.17 355 100 JUMLAH 5,725 1,288 726 7,739

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas, kondisi bangunan di Kabupaten Lebak dapat dikatakan cukup baik untuk beberapa tingkat pendidikan. Dimana kondisi bangunan yang baik untuk SD, SMP, SMA dan SMA berturut-turut sebesar 79,64 persen, 76,89 persen, 85,64 persen, dan 95,54 persen. Sedangkan kondisi yang kurang memuaskan terjadi pada MI, MTs dan MA dimana kondisi bangunan yang bagus hanya sebesar 46,82 persen, 47,10 persen dan 65,63 persen. Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak memiliki kesulitan dalam melakukan pemerataan pembangunan untuk MI, MTs dan MA karena ketiga satuan pendidikan tersebut berada langsung di bawah Kemeterian Agama. Dimana selama ini sering terjadi

miss-koordinasi dalam proses perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan di sektor pendidikan.

Sebagian besar sekolah yang memiliki kondisi bangunan yang rusak adalah sekolah di daerah-daerah yang sulit terjangkau atau terpencil. Keterpencilan tersebut menyebabkan pemerintah kurang memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dasar utama seperti fasilitas gedung sekolah. Walaupun tidak menampik kemungkinan, sekolah yang berada di pusat pemerintahan pun ada yang mengalami kerusakan dan belum diperbaiki. Kendala anggaran akhirnya menjadi akar utama kenapa banyak bangunan yang belum memenuhi standar pelayanan minimal di sektor pendidikan.

Sesuai dengan rujukan derajat pelayanan publik pendidikan, maka pelayanan dasar pendidikan akan diterjemahkan oleh rasio jumlah sekolah dengan jumlah penduduk usia sekolah dan rasio guru dengan penduduk usia sekolah.

(4)

Rasio jumlah bangunan dan penduduk di tiap kecamatan secara terperinci dapat dijelaskan melalui Gambar 12 di bawah ini.

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Gambar 11 Jumlah Rasio Bangunan sekolah dengan Penduduk Usia Sekolah di Kabupaten Lebak Tahun 2009

Berdasarkan data rasio bangunan tiap satuan pendidikan dengan penduduk, maka kecamatan yang memiliki rasio bangunan SD dengan penduduk cukup tinggi adalah Kecamatan Bayah, Cibeber, Banjarsari, Cileles, Warunggunung, Sobang, Sajira, Cimarga, Warunggunung dan Rangkasbitung. Kecamatan yang memiliki rasio bangunan SD dengan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Bojongmanik dan Lebak Gedong. Kecamatan dengan rasio bangunan SMP dengan penduduk cukup tinggi adalah Kecamatan Bayah, Panggarangan, Cibeber, Cileles, Cimarga dan Warunggunung, sedangkan kecamatan dengan angka rasio cukup rendah adalah Bojongmanik, Kalang Anyar dan Lebak Gedong. Untuk kecamatan dengan rasio bangunan SMA dengan penduduk cukup tinggi adalah Kecamatan Rangkasbitung, Cileles dan Warunggunung, sedangkan yang rendah adalah Sobang, Kalang Anyar, Cirinten, Cigemblong dan Cihara.

Indikator pelayanan publik kedua yang dapat dilihat adalah seberapa banyak jumlah guru yang disiapkan untuk bisa memberikan pengajaran kepada

0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006 0,007 0,008 0,009 0,01 Rasio bangunan SD-Penduduk Usia SD Rasio Bangunan SMP-Penduduk Usia SMP Rasio Bangunan SMA/SMK-Penduduk Usia SMA Malingping Wanasalam Panggarangan Bayah Cilograng Cibeber Cijaku Banjarsari Cileles Gunung Kencana Bojongmanik Leuwidamar Muncang Sobang Cipanas Sajira Cimarga Cikulur Warunggunung Cibadak Rangkasbitung Maja Curugbitung Kalang Anyar Lebak Gedong Cirinten Cigemblong Cihara

(5)

siswa. Jumlah guru tersebut akan dibandingkan dengan jumlah penduduk usia sekolah yang ada di tiap kecamatan Kabupaten Lebak. Secara umum, perbandingan antara guru dengan murid yang ada di Kabupaten Lebak adalah 1 : 24 (SD), 1 : 30 (SMP) dan 1 : 27 (SMA). Akan tetapi, angka tersebut bukan berarti memberikan kabar gembira yang mutlak, karena untuk wilayah yang maju sudah memiliki guru yang cukup, sedangkan untuk wilayah tertinggal masih membutuhkan tambahan guru. Secara spesifik, jumlah guru dan murid di Kabupaten Lebak Tahun 2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Gambar 12. Jumlah Rasio Guru dengan Penduduk Usia Sekolah di Kabupaten Lebak Tahun 2009

Berdasarkan informasi yang didapatkan oleh Gambar 13, maka kecamatan yang memiliki rasio cukup tinggi antara guru dan murid SD adalah Bayah, Cilograng, Cibeber, Banjarsari, Warunggunung dan Rangkasbitung, sedangkan kecamatan yang rendah rasionya adalah Wanasalam, Maja, Lebak Gedong dan Cigemblong. Untuk rasio guru dengan siswa tingkat SMP, maka kecamatan yang memiliki rasio cukup tinggi adalah Panggarangan, Cijaku, Muncang, Cikulur dan Kalang Anyar, sedangkan kecamatan yang memiliki rasio rendah adalah Cileles, Gunung Kencana, Cibadak, Maja dan Cigemblong. Rasio guru dengan murid cukup tinggi di tingkat SMA diduduki oleh beberapa kecamatan seperti Panggarangan, Bojongmanik, Sajira dan Cikulur, sedangkan kecamatan yang

0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12

Rasio Jumlah Guru SD - Penduduk Usia SD

Rasio Guru SMP -Penduduk Usia SMP

Rasio Guru SMA-Penduduk Usia SMA

Malingping Wanasalam Panggarangan Bayah Cilograng Cibeber Cijaku Banjarsari Cileles Gunung Kencana Bojongmanik Leuwidamar Muncang Sobang Cipanas Sajira Cimarga Cikulur Warunggunung Cibadak Rangkasbitung Maja Curugbitung Kalang Anyar Lebak Gedong Cirinten Cigemblong Cihara

(6)

memiliki rasio sangat rendah adalah Kecamatan Sobang, Kalang Anyar, Cirinten, Cigemblong dan Cihara.

Kondisi rasio perbandingan antara jumlah bangunan dan penduduk, serta jumlah guru dengan murid memiliki kesamaan kondisi. Sebagian besar kecamatan yang memiliki kondisi rasio cukup tinggi adalah kecamatan yang secara transportasi darat lebih mudah diakses seperti Rangkasbitung, Cibeber, Panggarangan, Warunggunung dan Banjarsari. Lain halnya dengan kecamatan yang relatif lebih sulit diakses, kecamatan tersebut memiliki rasio yang lebih rendah, contohnya seperti Cigemblong, Lebak Gedong, Maja, Sobang, Cirinten dan Cihara.

6.1.2Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap Kinerja Pelayanan

Publik Sektor Pendidikan

Hasil analisis penilaian sikap masyarakat terhadap kinerja pelayanan publik pendidikan Pemkab Lebak pada wilayah tertinggal dapat dilihat pada Tabel 29. Berdasarkan Tabel 29 terlihat bahwa penilaian sikap masyarakat terhadap kinerja pelayanan publik bidang pendidikan Pemkab Lebak pada wilayah tertinggal adalah buruk dengan nilai 2.667. Atribut standar pelayanan pendidikan dasar dan menengah pada manajerial Pemkab Lebak dinilai masih buruk. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian evaluasi dan kepercayaan responden terhadap yang masih ada di bawah rata-rata dan menilai biasa atau sedang.

Atribut-atribut produk pelayanan publik pendidikan Pemkab Lebak akan dibagi ke dalam empat kuadran yang mencerminkan kondisi kepentingan dan kinerja dari masing-masing atribut tersebut. Empat kuadran tersebut terdiri dari :

Pertama, kuadran I (prioritas utama) dengan tingkat kepentingan tinggi dan kinerja atribut rendah. Kedua, kuadran II (pertahankan prestasi) dengan tingkat kepentingan dan kinerja atribut tinggi. Ketiga, kuadran III (prioritas rendah) dengan tingkat kepentingan dan kinerja rendah. Keempat, kuadran IV (berlebihan) dengan tingkat kepentingan rendah tetapi kinerja tinggi.

(7)

Tabel 22 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat Terhadap Kinerja Pelayanan Publik Pendidikan Pemkab Lebak pada Wilayah Tertinggal

Atribut bi(Y e

)

i(X b

) i - ei Interpretasi Kuadran

1. Ketersediaan jumlah satuan pendidikan

2. Standar jumlah rombongan belajar dan ketersediaan ruang kelas 3. Ketersediaan ruang laboratorium IPA dan peralatan eksperimen 4. Ketersesiaan ruang guru, tenaga kependidikan dan kepala sekolah 5. Ketersediaan kuantitas rasio guru dengan murid/peserta didik 6. Katersediaan guru per mata pelajaran

7. Guru berkualifikasi S1 8. Guru bersertifikat

9. Sertifikasi guru untuk masing-masing mata pelajaran 10. Kepala Sekolah bersertifikat dan S1 untuk sekolah dasar 11. Kepala Sekolah bersertifikat dan S1 untuk sekolah menengah 12. Pengawas bersertifikat dan kualifikasi S1

13. Rencana pengembangan kurikulum pembelajaran efektif 14. Kunjungan pengawas ke sekolah tiap bulan selama 3 jam 15. Buku teks bersertifikat

16. Pemenuhan buku teks sesuai jumlah SPM per jumlah sekolah 17. Penyediaan satu set peraga IPA

18. Ketersediaan buku pengayaan dan referensi 19. Guru mengajar 35 jam per minggu

20. Proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun 21. Penerapan kurikulum sesuai tingkat satuan pendidikan 22. Penerapan rencana pelaksanaan pembelajaran pada guru 23. penerapan program penilaian pembelajaran

24. Supervisi kepala sekolah ke dalam kelas

25. penyampaian oleh guru laporan evaluasi prestasi belajar 26. Penyampaian laporan hasil ujian oleh kepala sekolah 27. Penerapan pronsip manajemen berbasis sekolah

4,90 4,78 4,83 4,85 4,85 4,33 4,55 4,75 4,65 4,28 4,30 4,73 4,70 4,73 4,53 4,15 4,80 4,63 4,45 4,45 4,25 4,38 4,25 4,30 4,05 4,30 4,15 3,00 2,28 2,75 2,33 2,20 2,15 2,20 3,08 2,63 2,65 2,95 2,48 2,98 2,65 2,30 2,00 2,03 2,13 2,40 2,40 2,78 2,83 2,55 2,63 2,13 2,03 2,38 1,90 2,20 2,55 2,53 2,65 2,18 2,35 1,68 2,03 1,63 1,35 2,25 1,73 2,08 2,23 2,15 2,78 2,50 2,05 2,05 1,48 1,55 1,70 1,68 1,93 2,28 1,78 Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Buruk Buruk Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Buruk Buruk Buruk Buruk Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Biasa Buruk Buruk Buruk II I II I I III I II II IV IV II II I III III I I III III IV IV IV IV III III III 4,53 2,47 Total Skor ∑ ei (40 x 27) 2.667

Interpretasi Penilaian Buruk

Sumber: Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Kuadran-kuadran ini dipisahkan oleh garis pembagi yang merupakan nilai total rata-rata dari tingkat kepentingan (Y) dan nilai total rata-rata dari tingkat kinerja (X) dari atribut kinerja pelayanan publik Pemkab Lebak. Tabel 29 menggambarkan skor rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja pelayanan publik bidang pendidikan di wilayah khusus atau tertinggal secara keseluruhan.

Pada Gambar 31 dapat dilihat posisi penempatan masing-masing atribut di dalam diagram kartesius. Diagram kartesius dibagi ke dalam empat kuadran dengan garis tengah pembagi berdasarkan nilai total rata-rata tingkat kepentingan (Y) yaitu sebesar 4,53 dan nilai total rata-rata tingkat kinerja (X) yaitu sebesar 2,47. Hasil ringkasan matriks posisi kuadran IPA, terdapat tujuh atribut yang menjadi prioritas utama yakni standar jumlah rombongan belajar dengan ruangan, ketersediaan ruang tenaga kependidikan, rasio guru dengan peserta didik, guru berkualifikasi S1, kunjungan pengawas sekolah, penyediaan peraga IPA serta ketersediaan buku pengayaan dan referensi. Terdapat enam atribut yang perlu dipertahankan prestasinya atau berada di kuadran II yakni ketersediaan jumlah

(8)

satuan pendidikan, ruang lab dan peralatan eksperimen, guru bersertifikat, sertifikasi guru masing-masing mata pelajaran, pengawas berkualifikasi S1 dan bersertifikat dan kurikulum pembelajaran efektif.

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Gambar 13 Matriks Posisi Kuadran IPA Pelayanan Publik Bidang Pendidikan Kabupaten lebak Di Wilayah Tertinggal

Kuadran III atau prioritas rendah terdiri dari delapan atribut yakni ketersediaan guru per mata pelajaran, buku teks bersertifikat, pemenuhan kuantitas jumlah buku tiap sekolah, guru mengajar 35 jam per minggu, proses pembelajaran 34 minggu per tahun, laporan evaluasi prestasi belajar oleh guru, laporan hasil ujian oleh kepala sekolah, penerapan manajemen berbasis sekolah. Sedangkan terdapat enam atribut yang masuk ke dalam kuadran IV yakni kepala sekolah kualifikasi S1 dan bersertifikat untuk sekolah dasar, kepala sekolah kualifikasi S1 dan bersertifikat untuk sekolah menengah, kurikulum sesuai tingkat satuan pendidikan, rencana pelaksanaan pembelajaran oleh guru, program penialain pembelajaran, supervisi kepala sekolah ke dalam kelas.

0 1 2 3 4 5 6 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Ti ng ka t K epe nt ing an

(9)

Tabel 23 Ringkasan Matriks Posisi Kuadran IPA Pelayanan Publik Bidang Pendidikan Kabupaten lebak Di Wilayah Tertinggal

Kuadran I (Prioritas Utama)

1. Standar jumlah rombongan belajar dengan ruangan 2. Ketersediaan ruang tenaga kependidikan

3. Rasio guru dengan peserta didik 4. Guru berkualifikasi S1 5. Kunjungan pengawas sekolah 6. Penyediaan peraga IPA

7. Ketersediaan buku pengayaan dan referensi

Kuadran II (Pertahankan Prestasi)

1. Ketersediaan jumlah satuan pendidikan 2. Ruang Lab dan peralatan eksperimen 3. Guru bersertifikat

4. Sertifikasi guru masing-masing mata pelajaran 5. Pengawas berkualifikasi S1 dan bersertifikat 6. Kurikulum pembelajaran efektif

Kuadran III (Prioritas Rendah)

1. Ketersediaan guru per mata pelajaran 2. Buku teks bersertifikat

3. Pemenuhan kuantitas jumlah buku tiap sekolah 4. Guru mengajar 35 jam per minggu

5. Proses pembelajaran 34 minggu per tahun 6. Laporan evaluasi prestasi belajar oleh guru 7. Laporan hasil ujian oleh kepala sekolah 8. Penerapan manajemen berbasis sekolah

Kuadran IV (Berlebihan)

1. Kepala sekolah kualifikasi S1 dan bersertifikat untuk sekolah dasar

2. Kepala sekolah kualifikasi S1 dan bersertifikat untuk sekolah menengah

3. Kurikulum sesuai tingkat satuan pendidikan 4. Rencana pelaksanaan pembelajaran oleh guru 5. Program penilaian pembelajaran

6. Supervisi kepala sekolah ke dalam kelas

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

6.1.2.1Kuadran I (Prioritas Utama)

Kuadran I diagram kartesius Important Performance Analysis (IPA) berarti tingkat kepentingan dari suatu atribut pelayanan publik dianggap oleh masyarakat adalah sangat penting, tetapi kinerja dari atribut ini biasa saja. Dengan demikian atribut ini harus menjadi prioritas utama bagi Pemkab Lebak untuk meningkatkan kepuasan masyarakat.

6.1.2.1.1 Standar Jumlah Rombongan Belajar dengan Ruangan

Atribut standar jumlah rombongan belajar dengan ruangan mendapat skor evaluasi kurang memuaskan dengan nilai 2,28. Sedangkan skor kepercayaan sebesar 4,78 dengan selisih cukup besar yakni 2,20. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih menilai kinerja pelayanan publik pendidikan Pemkab Lebak di wilayah tertinggal lebih buruk atau di bawah standar dibandingkan dengan harapan yang masyarakat inginkan.

Masih terdapat banyak sekolah yang perserta didiknya belum memenuhi syarat maksimal 32 untuk sekolah dasar dan maksimal 36 orang untuk sekolah menengah. Selain itu, sebagian besar sekolah di wilayah tertinggal masih kekurangan ruangan, sehingga perlu pergiliran penggunaan ruangan untuk belajar. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus meningkatkan kinerja karena standar jumlah rombongan belajar dan ketersediaan ruangan merupakan prioritas utama pilihan masyarakat di wilayah khusus.

(10)

6.1.2.1.2 Ketersediaan Ruang Tenaga Kependidikan

Atribut ketersediaan ruang tenaga kependidikan mendapat skor evaluasi kurang memuaskan dengan nilai 2,33. Sedangkan skor kepercayaan sebesar 4,85 dengan selisih cukup besar yakni 2,53. Kondisi ketersediaan ruang tenaga kependidikan pada beberapa sekolah khususnya sekolah dasar di daerah atau wilayah tertinggal masih belum memenuhi standar pelayanan minimal pendidikan. Dimana belum tersedia satu ruangan guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya. Sedangkan penyediaan ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru pada sekolah menengah belum terpenuhi semua.

6.1.2.1.3 Rasio Guru dengan Peserta Didik

Atribut rasio guru dengan peserta didik mendapat skor evaluasi kinerja kurang memuaskan dengan nilai 2,20. Sedangkan skor kepercayaan atau tingkat kepentingan sebesar 4,85 dengan selisih cukup besar yakni 2,65. Rasio guru dengan peserta didik pada beberapa sekolah baik pada sekolah dasar maupun menengah di daerah atau wilayah tertinggal masih belum memenuhi standar pelayanan minimal pendidikan. Belum seluruh SD/MI menyediakan satu orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 orang guru untuk setiap satuan pendidikan. Rasio guru dengan murid ini tentu saja menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pelayanan pendidikan dan juga perkembangan pendidikan anak didik. Karena guru adalah fasilitator utama dalam penyampaian materi-materi pembelajaran di sekolah.

6.1.2.1.4 Guru Berkualifikasi S1 (Sarjana)

Atribut guru berkualifikasi S1 (Sarjana) mendapat skor evaluasi kinerja kurang memuaskan dengan nilai 2,20. Sedangkan skor kepercayaan atau tingkat kepentingan sebesar 4,55 dengan selisih 2,35. Ketersediaan guru yang berkualifikasi S1 atau sarjana pada beberapa sekolah baik pada sekolah dasar maupun menengah di daerah atau wilayah tertinggal masih belum memenuhi standar pelayanan minimal pendidikan. SD/MI dan SMP/SMA seharusnya mampu menyediakan dua orang guru yang memenuhi kualifikasi standar

(11)

akademik S1 atau sarjana. Standar pelayanan minimal berupa sarjana S1 ini mengacu pada standar pelayanan pendidikan yang mengharuskan seluruh tenaga pengajar memiliki kemampuan terhadap keilmuannya.

6.1.2.1.5 Kunjungan Pengawas Sekolah

Atribut kunjungan pengawas sekolah mendapat skor evaluasi kinerja kurang memuaskan dengan nilai 2,65. Sedangkan skor kepercayaan atau tingkat kepentingan sebesar 4,73 dengan selisih 2,08. Kunjungan pengawas ke seluruh satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan. Supervisi dan pembinaan ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan memberikan evaluasi program pendidikan sehingga dapat dilakukan perbaikan demi kemajuan proses pembelajaran peserta didik.

6.1.2.1.6 Penyediaan Peraga IPA

Atribut penyediaan peraga IPA mendapat skor evaluasi kinerja kurang memuaskan dengan nilai 2,03. Sedangkan skor kepercayaan atau tingkat kepentingan sebesar 4,80 dengan selisih 2,78. Penyediaan peraga IPA yang dimaksud adalah satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar dan poster IPA. Peraga IPA ini tentu saja sangat substansial untuk menyokong pelajaran teks dengan praktek langsung.

6.1.2.1.7 Ketersediaan Buku Pengayaan dan Referensi

Atribut ketersediaan buku pengayaan dan referensi mendapat skor evaluasi kinerja kurang memuaskan dengan nilai 2,13. Sedangkan skor kepercayaan atau tingkat kepentingan sebesar 4,63 dengan selisih 2,13. Untuk tingkat sekolah dasar, SD/MI minimal harus memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi. Sedangkan pada tingkat sekolah menengah harus memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi. Buku pengayaan tersebut merupakan salah satu gerbang dalam membuka khasanah ilmu pengetahun. Sehingga peserta didik dalam hal ini pelajar akan memiliki tambahan pengetahuan yang mungkin tidak

(12)

didapat di dalam kelas. Sama halnya dengan buku referensi yang juga menjadi alat pendukung dalam proses belajar.

6.1.2.2Kuadran II (Pertahankan Prestasi)

Kuadran II diagram kartesius Important Performance Analysis (IPA) berarti tingkat kepentingan suatu atribut produk kebijakan publik dianggap oleh masyarakat adalah sangat penting dan kinerja atribut ini dianggap sudah baik. Dengan demikian atribut tersebut harus dipertahankan oleh Pemkab Lebak dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat sehingga masyarakat merasa puas dan loyal kepada pemerintah. Tingkat kepuasan dan loyalitas masyarakat ini secara langsung tentu akan mendukung program pembangunan baik dalam tingkat lokal atau daerah maupun nasional.

6.1.2.2.1 Ketersediaan Jumlah Satuan Pendidikan

Atribut ketersediaan jumlah satuan pendidikan mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik dengan skor 3,00. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,90 dengan selisih sebesar 1,90. Masyarakat telah menilai bahwa ketersediaan jumlah satuan pendidikan sudah cukup memenuhi kebutuhan dasar dalam melayani masyarakat. Ketersediaan ini berupa tersedianya satuan pendidikan pada pemukiman padat penduduk di atas 1.000 orang. Untuk sekolah dasar, jarak maksimal yang mampu diakses penduduk adalah 3 km, sekolah menengah pertama jarak maksimalnya adalah 6 km, dan sekolah menengah atas adalah 10 km.

6.1.2.2.2 Ruang Lab dan Peralatan Eksperimen

Atribut ruang laboratorium dan peralatan eksperimen mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 2,75. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,83 dengan selisih sebesar 2,55. Ketersediaan laboratorium ini berupa adanya satu ruangan khusus yang digunakan untuk laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk 36 peserta didik. Selain itu juga, perlu disediakannya satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen. Laboratorium dan peralatan eksperimen ini akan menjadi wahana

(13)

bagi peserta didik dalam memacu kreativitas dan inovasi dalam bidang ilmu alam serta menstimulus rasa keingintahuan.

6.1.2.2.3 Guru Bersertifikat

Atribut guru bersertifikat mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 3,08. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,75 dengan selisih sebesar 1,68. Pada tingkat sekolah dasar, minimal tersedia dua orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik. Sedangkan untuk tingkat sekolah menengah, minimal telah tersedia 20 persen dari keseluruhan jumlah guru. Sertifikasi ini merupakan salah satu program departemen pendidikan nasional dalam meningkatkan kualitas tenaga pengajar secara menyeluruh untuk seluruh daerah. Kualitas tenaga pengajar harus memenuhi empat kriteria utama berupa kemampuan pedagogik, kepribadian, profesional dan juga sosial.

6.1.2.2.4 Sertifikasi Guru Masing-masing Mata Pelajaran

Atribut sertifikasi guru pada masing-masing mata pelajaran mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 2,63. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,65 dengan selisih sebesar 2,03. Sertifikasi guru ini berupa adalanya masing-masing satu orang untuk mata pelajaran matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Sertifikasi guru pada masing-masing mata pelajaran ini tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan mutu tenaga pengajar dan juga meningkatkan prestasi akademik peserta didik. Masyarakat menilai bahwa pelayanan pemerintah dalam hal ketersediaan sertifikasi guru masing-masing mata pelajaran ini sudah cukup baik sehingga minimal perlu dipertahankan performansinya.

6.1.2.2.5 Pengawas berkualifikasi S1 dan bersertifikat

Atribut pengawas berkualifikasi S1 dan juga bersertifikat mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 2,48. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,73 dengan selisih sebesar 2,25. Kabupaten minimal harus memiliki pengawas sekolah yang telah berkualifikasi S1 dan juga telah memiliki sertifikat pendidik. Sertifikasi ini telah menjadi hal yang mutlak dilaksanakan

(14)

karena terkait dengan profesionalitas seorang pengawas dalam menjalankan tugasnya untuk pengawasan sekolah.

6.1.2.2.6 Kurikulum Pembelajaran Efektif

Atribut kurikulum pembelajaran yang efektif mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 2,98. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,70 dengan selisih sebesar 1,73. Pemerintah kabupaten perlu memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang efektif ini erat hubungannya dengan sistem pembelajaran yang interaktif, inspiratif, partisipatif, prakarsa, kreatif, mengembangkan bakat, minat, fisik dan psikis peserta didik dalam proses pembelajaran.

6.1.2.3Kuadran III (Prioritas Rendah)

Kuadran III diagram kartesius Important Performance Analysis (IPA) berarti tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari suatu atribut produk dianggap rendah oleh masyarakat. Sehingga atribut ini harus diperbaiki kinerjanya setelah pihak Pemkab Lebak memperbaiki kinerja atribut yang terdapat pada kuadran I dan mampu mempertahankan kinerja yang baik pada kuadran II.

6.1.2.3.1 Ketersediaan Guru per Mata Pelajaran

Atribut guru per mata pelajaran mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,15. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,33 dengan selisih sebesar 2,18. Ketersediaan guru pada tiap mata pelajaran pada sekolah menengah ini ditunjukkan dengan menyediakan satu orang guru untuk setiap mata pelajaran. Karena biar bagaimanapun, spesifikasi tenaga pendidikan ini sangat menentukan dalam proses pembelajaran dalam sekolah menengah. Proses pembelajaran yang efektif perlu ditunjang oleh ketersediaan guru yang sesuai dengan tiap mata pelajaran sekolah tingkat menengah.

(15)

6.1.2.3.2 Buku Teks Bersertifikat

Atribut buku teks bersertifikat mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,30. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,53 dengan selisih sebesar 2,23. SD/MI harus mampu menyediakan buku teks yang sudah disertifikasi oleh pemerintah, mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik. Sedangkan untuk sekolah menengah, mampu menyediakan buku teks yang sudah disertifikasi oleh pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik.

6.1.2.3.3 Pemenuhan Kuantitas Jumlah Buku Tiap Sekolah

Atribut pemenuhan kuantitas jumlah buku tiap sekolah mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,00. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,15 dengan selisih sebesar 2,15. Pemenuhan kuantitas ini terkait dengan sudah terpenuhinya sesuai dengan standar pelayanan minimum per jumlah sekolah di wilayah kabupaten atau kota. Kurang puasnya masyarakat ini disebabkan oleh belum teredianya buku teks sesuai standar pelayanan minimal di tiap sekolah. Sehingga pemerintah harus segera melakukan langkah strategis dengan memenuhi kuantitas minimal jumlah buku teks tiap sekolah di Kabupaten Lebak.

6.1.2.3.4 Guru Mengajar 35 Jam per Minggu

Atribut guru mengajar selama 35 jam per minggu mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,40. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,45 dengan selisih sebesar 2,05. Standar pelayanan minimal ini mendeskripsikan bahwa setiap guru tetap bekerja selama 35 jam per minggu di setiap satuan pendidikan. Rincian mengajar ini termasuk melakukan tatap muka dikelas, merencanakan pembelajaran, membimbing peserta didik dan melaksanakan tugas tambahan lainnya.

(16)

6.1.2.3.5 Proses Pembelajaran 34 Minggu per Tahun

Atribut proses pembelajaran 34 minggu per tahun mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,40. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,45 dengan selisih sebesar 2,05. Standar pelayanan minimal pendidikan menjelaskan bahwa setiap satuan pendidikan wajib menyelenggarakan proses pembelajaran selama 24 minggu per tahun. Kegiatan tatap muka terdiri dari kela I-II selama 18 jam per minggu, kelas III selama 24 jam per minggu, IV-VI selama 27 jam per minggu dan kelas VII-IX selama 27 jam per minggu.

6.1.2.3.6 Laporan evaluasi prestasi belajar oleh guru

Atribut laporan evaluasi prestasi belajar oleh guru mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,13. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,05 dengan selisih sebesar 1,93. Dalam proses belajar mengajar, setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil evaluasi peserta didik kepada kepala sekolah pada akhir semester. Laporan tersebut dalam bentuk laporan prestasi belajar peserta didik.

6.1.2.3.7 Laporan Hasil Ujian oleh Kepala Sekolah

Atribut laporan hasil ujian oleh kepala sekolah mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,03. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,30 dengan selisih sebesar 2,38. Setiap kepala sekolah dalam satuan pendidikan wajib menyampaikan laporan akhir ulangan akhir semester (UAS) dan ulangan kenaikan kelas (UKK) serta yang terakhir adalah ujian akhir sekolah atau ujian nasional (UN) kepada orang tua/wali peserta didik pada setiap akhir semester.

6.1.2.3.8 Penerapan manajemen berbasis sekolah

Atribut penerapan manajeman berbasis sekolah mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,38. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,15 dengan selisih sebesar 1,78. Berdasarkan undang-undang sistem pendidikan nasional dan standar pelayanan pendidikan, maka setiap satuan

(17)

pendidikan wajib menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS). Manajemen berbasis sekolah tersebut meliputi rencana kerja tahunan, laporan tahunan dan komite sekolah yang berfungsi dengan baik.

6.1.2.4Kuadran IV (Berlebihan)

Kuadran IV diagram kartesius Important Performance Analysis (IPA) berarti tingkat kepentingan rendah dan tingkat kinerja dari suatu atribut produk dianggap tinggi oleh masyarakat. Dengan demikian terjadi kesalahan prioritas dalam pengalokasian sumber daya. Sehingga pemerintah perlu melakukan perbaikan strategi kebijakan dan program pembangunan yang akan diimplementasikan pada periode selanjutnya. Dengan perbaikan kebijakan tersebut diharapkan mampu meningkatkan efektifitas penyerapan dan disiplin penggunaan anggaran belanja daerah yang tepat guna.

6.1.2.4.1 Kepala Sekolah Kualifikasi S1 dan Bersertifikat Untuk Sekolah

Dasar

Atribut kepala sekolah berkualifikasi S1 dan bersertifikat pendidik untuk sekolah dasar mendapatkan skor evaluasi yang cukup memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,65. Namun tingkat kepercayaan dan harapan masyarakat di atas rata-rata dengan skor kepercayaannya adalah 4,28 dengan selisih sebesar 1,63. Standar pelayanan minimal ini menunjukkan agar kabupaten atau kota telah memiliki kepala SD/MI berkualifikasi akademik S1 dan juga telah memiliki sertifikat pendidik. Pelayanan atribut ini dinilai telah cukup baik oleh masyarakat, akan tetapi tingkat kepercayaan masyarakat di bawah rata-rata. Artinya masyarakat lebih menghendaki atribut lain sebagai prioritas pembangunan di sektor pendidikan.

6.1.2.4.2 Kepala Sekolah Kualifikasi S1 dan Bersertifikat Untuk Sekolah

Menengah

Atribut kepala sekolah berkualifikasi S1 dan bersertifikat pendidik untuk sekolah menengah mendapatkan skor evaluasi yang cukup memuaskan di atas rata-rata dengan skor 2,95. Namun tingkat kepercayaan dan harapan masyarakat

(18)

di bawah rata-rata dengan skor kepercayaannya adalah 4,30 dengan selisih sebesar 1,35. Standar pelayanan minimal ini menunjuk agar kabupaten atau kota telah memiliki kepala SMP/SMA berkualifikasi akademik S1 dan juga telah memiliki sertifikat pendidik. Pelayanan atribut ini dinilai telah cukup baik oleh masyarakat, akan tetapi tingkat kepercayaan masyarakat di bawah rata-rata dimana masyarakat lebih menginginkan atribut lain sebagai prioritas pembangunan dalam sektor pendidikan.

6.1.2.4.3 Kurikulum Sesuai Tingkat Satuan Pendidikan

Atribut kurikulum sesuai dengan tingkat satuan pendidikan mendapatkan skor evaluasi yang cukup memuaskan di atas rata-rata dengan skor 2,78. Namun tingkat kepercayaan dan harapan masyarakat di bawah rata-rata dengan skor kepercayaanya adalah 4,25 dengan selisih sebesar 1,48. Untuk penerapan standar pelayanan minimal ini, setiap satuan pendidikan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dalam hal ini standar pelayanan pendidikan nasional yang mengatur kurikulum sesuai dengan tingkat satuan pendidikan.

6.1.2.4.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Oleh Guru

Atribut rencana pelaksanaan pembelajaran oleh guru mendapatkan skor evaluasi yang cukup memuaskan di atas rata-rata dengan skor 2,83. Namun tingkat kepercayaan dan harapan masyarakat di bawah rata-rata dengan skor kepercayaannya adalah 4,38 dengan selisih sebesar 1,55. Setiap guru harus menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang dipegangnya. Rencana pelaksanaan pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan efektifitas temu tatap muka di kelas dan juga sistem penugasan di rumah.

6.1.2.4.5 Program Penilaian Pembelajaran

Atribut program penilaian pembelajaran mendapatkan skor evaluasi yang cukup memuaskan di atas rata-rata dengan skor 2,55. Namun tingkat kepercayaan dan harapan masyarakat di bawah rata-rata dengan skor kepercayaanya adalah

(19)

4,25 dengan selisih sebesar 1,70. Setiap guru harus mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik. Penilaian pembelajaran ini juga menjadi salah satu tolak ukur yang dilakukan untuk melihat perkembangan belajar peserta didik dalam satu masa belajar semester.

6.1.2.4.6 Supervisi Kepala Sekolah Ke Dalam Kelas

Atribut supervisi kepala sekolah ke dalam kelas mendapatkan skor evaluasi yang cukup memuaskan di atas rata-rata dengan skor 2,63. Namun tingkat kepercayaan dan harapan masyarakat di bawah rata-rata dengan skor kepercayaannya adalah 4,30 dengan selisih sebesar 1,68. Setiap kepala sekolah untuk seluruh satuan pendidikan harus memenuhi syarat melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester. Supervisi kepala sekolah juga diharapkan memberikan inspirasi kepada peserta untuk mampu belajar dengan baik dan juga menemukan cara belajar yang kreatif, menyenangkan, menantang, partisipatif dan juga mampu menumbuhkembangkan bakat-bakat serta minat belajar di dalam maupun luar kelas.

6.2Kinerja Pelayanan Publik Sektor Kesehatan

Kesehatan merupakan kunci kedua dalam pembangunan modal manusia baik pada tingkat negara maupun pada level daerah dalam hal ini kabupaten. Kesehatan dan pendidikan menjadi dua kunci utama dalam pembangunan modal manusia yang kelak akan mempengaruhi tingkat ekonomi atau kesejahteraan masyarakat. Karena kesehatan, pendidikan dan ekonomi merupan tiga pilar yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam membentuk kualitas penduduk atau sumberdaya manusia. Tanpa kesehatan yang baik, pendidikan sulit untuk berjalan dengan baik, dan bila kesehatan dan pendidikan tidak baik, maka mustahil ekonomi keluarga/masyarakat dapat ikut membaik.

Sama halnya dengan pelayanan sektor pendidikan yang telah dibahas sebelumnya, maka indikator kinerja pelayanan kesehatan di Kabupaten Lebak akan dilihat dari dua perspektif, yakni dari segi ketersediaan fasilitas dan dari hal tenaga kesehatan serta persebarannya di tiap kecamatan. Fasilitas kesehatan yang

(20)

ditinjau adalah ketersediaan fasilitas dasar pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Pustu). Tenaga kesehatan yang coba diteliti adalah dokter, bidan dan perawat. Kedua hal tersebut akan dilihat rasio perbandingannya dengan masing-masing jumlah penduduk kecamatan.

6.2.1Fasilitas dan Tenaga Kesehatan

Harapan utama pembangunan infrastruktur yang selama ini dilaksanakan adalah mampu mempengaruhi tingkat ekonomi. Selain itu juga lambat laun akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan pendidikan di Kabupaten Lebak terutama terkait dengan aksesibilitas ke fasilitas kesehatan dan pendidikan. Berikut ini disajikan bagaimana kondisi umum fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Lebak pada tahun 2009.

Tabel 24 Jumlah Fasilitas Kesehatan yang Tersedia Tiap Kecamatan tahun 2009

No. Kecamatan PUSKESMAS PUSTU/ WAHANA

Poliklinik/ Balai Pengobatan

Praktek

Dokter Praktek Bidan

1 Malingping 1 3 4 7 21 2 Wanasalam 2 3 1 1 13 3 Panggarangan 1 6 0 1 2 4 Cihara 1 2 0 0 2 5 B a y a h 1 6 2 3 10 6 Cilograng 1 3 10 1 10 7 Cibeber 2 3 0 1 4 8 Cijaku 1 1 1 0 9 9 Cigemblong 1 0 0 0 0 10 Banjarsari 2 3 0 0 11 11 Cileles 2 3 0 0 2 12 Gunung Kencana 1 4 1 1 6 13 Bojongmanik 1 1 0 0 3 14 Cirinten 1 2 0 0 1 15 Leuwidamar 2 5 0 0 5 16 Muncang 1 3 5 2 7 17 Sobang 1 3 0 0 3 18 Cipanas 1 3 3 2 8 19 Lebak Gedong 1 1 0 0 4 20 Sajira 2 0 1 0 9 21 Cimarga 4 2 1 1 10 22 Cikulur 1 1 0 0 10 23 Warunggunung 2 2 2 1 9 24 Cibadak 1 1 0 0 3 25 Rangkasbitung 5 3 8 21 32 26 Kalanganyar 1 2 0 0 7 27 M a j a 1 1 5 1 3 28 Curugbitung 1 4 1 1 5 Kab. Lebak 42 71 45 44 209

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Tahun 2010

Kondisi umum pelayanan publik kesehatan di Kabupaten Lebak terlihat masih jauh dari harapan. Jumlah Puskesmas yang ada masih belum cukup untuk memberikan pelayanan kepada seluruh penduduk di tiap kecamatan. Untuk pelayanan kesehatan di wilayah selatan, keberadaan rumah sakit di Kecamatan

(21)

Malingping belum bisa sepenuhnya memberikan solusi pemerataan pelayanan kesehatan. Karena dari sisi kelengkapan peralatan pendukung dan sumberdaya dokter masih kekurangan, sehingga jika membutuhkan pelayanan rawat inap, sebagian besar penduduk lebih memilih untuk pergi ke Kabupaten Sukabumi yang memiliki peralatan rumah sakit lebih lengkap dan pelayanannya lebih baik.

Pemerintah Kabupaten Lebak masih kesulitan untuk mendapatkan sumberdaya tenaga kesehatan. Karena kendala utama masih berkutat pada kesediaan calon tenaga kesehatan yang akan ditempatkan di tepat terpencil. Keterpencilan masih menjadi alasan utama tenaga kesehatan untuk bisa ikut membangunan. Selain itu juga dilengkapi dengan buruknya akses transportasi darat yang membuat siapapun enggan untuk ditempatkan di wilayah Lebak selatan. Namun di balik itu semua, pemerintah tetap berusaha meningkatkan derajat kesehatan manusia, secara terperinci di Kabupaten Lebak telah tersedia berbagai sumber daya kesehatan sebagai berikut :

a). 3 (tiga) unit Rumah Sakit, yaitu RSUD Adjidarmo, RSU Misi, dan RSUD Malingping

b). 36 unit Puskesmas (kondisi baik 26 dan kondisi rusak ringan 10), termasuk 11 Puskesmas DTP (kondisi baik 10 dan kondisi rusak ringan 1).

c). 73 unit Puskesmas Pembantu dengan kondisi baik 16 Pustu, kondisi rusak ringan 11 Pustu, kondisi rusak berat 46 Pustu.

d). 27 unit Puskesmas Keliling (Puskesling) termasuk 3 Puskesling Lengkap dengan kondisi baik 3 Puskesling Lengkap dan 15 Puskesling, kondisi laik jalan (rusak ringan) 9 Puskesling.

e). 39 Balai Pengobatan, 7 unit Apotik, 20 Toko Obat Berijin.

f). 508 Tenaga Medis/Paramedis, yang terdiri dari Dokter Umum 57 orang, Dokter Gigi 19 orang, Bidan 199 orang, Perawat Umum 185 orang, Perawat Gigi 10 orang, Tenaga Kesehatan lainnya 38 orang. Ratio antara jumlah penduduk dengan Tenaga Medis/Paramedis adalah 4,51 : 10.000. 203 Mantri Keliling (Manling).

Pelayanan publik dasar kesehatan dalam penelitian ini akan menggunakan rasio fasilitas kesehatan dan rasio jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk. Dengan data rasio tersebut, maka akan terlihat bagaimana kuantitas

(22)

pelayanan publik pemerintah dari segi fasilitas fisik dan ketersediaan serta pemerataan pembangunan di sektor kesehatan. Kekurangan terbesar dalam tenaga kesehatan adalah tenaga dokter, dimana untuk mengatasi hal tersebut, Pemkab Lebak memberikan stimulus berupa beasiswa bagi mahasiswa yang mampu masuk seleksi kedokteran di universitas negeri dan kelak bersedia dikontrak selama 10 tahun untuk ditempatkan di Kabupaten Lebak. Ketersedian dokter spesialis lebih memprihatinkan, dimana tidak tersedia satu pun dokter spesialias di Kabupaten Lebak.

Rasio antara fasilitas kesehatan puskesmas dan puskesmas pembantu dengan penduduk di Kabupaten Lebak rata-rata adalah 0,00005. Secara jelas akan dirinci pada Gambar 15 di bawah ini.

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Gambar 14 Grafik Rasio Fasilitas Kesehatan dengan Jumlah Penduduk Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Lebak

Berdasarkan data di atas, maka kecamatan yang memiliki rasio Puskesmas dengan penduduk cukup tinggi adalah Kecamatan Banjarsari, Cileles, Cibeber Leuwidamar, Sajira, Cimarga, Warunggunung dan Rangkasbitung, sedangkan kecamatan dengan rasio cukup rendah adalah Malingping, Gunung Kencana, Cipanas dan Lebak Gedong. Kecamatan dengan rasio puskesmas pembantu dan penduduk cukup tinggi adalah Panggarangan, Bayah, Cileles, Leuwidamar, dan Muncang, sedangkan kecamatan dengan rasio cukup rendah adalah Cigemblong, Lebak Gedong, Maja, Cibadak, Cikulur, Sajira, Cijaku dan Bojongmanik.

0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025

Rasio Puskesmas- Penduduk Rasio Puskesmas

Pustu-penduduk Malingping Wanasalam Panggarangan Bayah Cilograng Cibeber Cijaku Banjarsari Cileles Gunung Kencana Bojongmanik Leuwidamar Muncang Sobang Cipanas Sajira Cimarga Cikulur Warunggunung Cibadak Rangkasbitung Maja Curugbitung Kalang Anyar Lebak Gedong Cirinten Cigemblong Cihara

(23)

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Gambar 15 Grafik Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Lebak

Rasio tenaga kesehatan dokter dengan penduduk di Kabupaten Lebak masih sangatlah kurang. Dimana hanya ada dua kecamatan yang memiliki angka rasio cukup tinggi yakni Kecamatan Rangkasbitung dan Warunggunung. Hal tersebut sangat wajar karena dua kecamatan tersebut termasuk dalam wilayah kota padat penduduk dan pusat kegiatan ekonomi dan juga pemerintahan. Namun kecamatan lainnya masih kekurangan dokter umum, bahkan ada beberapa kecamatan yang tidak memiliki sama sekali dokter yakni Cihara, Cikulur, Sajira, Sobang, Leuwidamar dan Cijaku.

Rasio perawat dengan penduduk masih lebih baik daripada dokter, dimana hampir di tiap kecamatan sudah terdapat perawat, walau dengan jumlah yang masih kurang memadai. Tercatat bahwa kecamatan yang memiliki rasio perawat dengan penduduk cukup tinggi adalah Rangkasbitung, Warunggunung, Cimarga, Sajira, Muncang dan Banjarsari. Angka perawat tersebut cukup menggembirakan, karena di daerah-daerah pelosok, perawat tersebut cukup efektif dalam menggantikan peran dokter untuk pengobatan-pengobatan penyakit umum seperti batuk, flu, demam dan sakit kepala, serta penyakit lainnya yang relatif mudah diobati oleh perawat atau mantri.

0 0,0002 0,0004 0,0006 0,0008 0,001 0,0012 Rasio Dokter-Penduduk Rasio Perawat-Penduduk Rasio Bidan-Penduduk Malingping Wanasalam Panggarangan Bayah Cilograng Cibeber Cijaku Banjarsari Cileles Gunung Kencana Bojongmanik Leuwidamar Muncang Sobang Cipanas Sajira Cimarga Cikulur Warunggunung Cibadak Rangkasbitung Maja Curugbitung Kalang Anyar Lebak Gedong Cirinten Cigemblong Cihara

(24)

Jumlah bidan di Kabupaten Lebak tidak jauh berbeda kondisinya dengan perawat. Dimana rasio bidan dengan penduduk dianggap sudah cukup tersebar walau dengan jumlah yang masih jauh dari memadai. Terdapat empat kecamatan yang memiliki jumlah rasio cukup tinggi, yakni Rangkasbitung, Sajira, Muncang dan Cijaku. Namun masih terdapat beberapa kecamatan dengan jumlah bidang sangat sedikit yang terlihat dari rendahnya rasio bidan dengan penduduk seperti Kecamatan Cikulur, Bojongmanik, Cijaku dan Lebak Gedong. Posisi bidan ini sangat vital perannya dalam kehidupan bermasyarakat dan proses peningkatan kualitas kesehatan. Karena bidan adalah palang pintu proses persalinan penduduk perempuan yang menghadapi proses kelahiran anaknya.

6.2.2Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap Kinerja Pelayanan

Publik Sektor Kesehatan

Hasil analisis penilaian sikap masyarakat terhadap kinerja pelayanan publik kesehatan Pemkab Lebak pada wilayah tertinggal dapat dilihat pada Tabel 32. Berdasarkan data pada Tabel 32 terlihat bahwa interpretasi penilaian sikap masyarakat terhadap kinerja pelayanan publik bidang kesehatan Pemkab Lebak pada wilayah tertinggal adalah sangat buruk dengan nilai total 1.631.

Tabel 25 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat Terhadap Kinerja Pelayanan Publik Kesehatan Pemkab Lebak pada Wilayah Tertinggal

Atribut bi(Y e

)

i(X b

)

i - ei Interpretasi Kuadran

1. Pelayanan kunjungan ibu hamil k4 2. Pelayanan komplikasi kebidanan

3. Pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kebidanan 4. Pelayanan nifas

5. Penanganan neonatus dengan komplikasi 6. Pelayanan kunjungan bayi

7. Pelayanan imunisasi anak tingkat desa/kelurahan 8. Pelayanan anak balita

9. Makanan pendamping asi anak usia 6-24 bulan keluarga miskin 10. Pelayanan perawatan balita gizi buruk

11. Pelayanan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 12. Pelayanan peserta KB

13. Pelayanan penemuan dan penanganan penderita penyakit 14. Pelayanan dasar kesehatana masyarakat miskin 15. Pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 16. Pelayanan gawat darurat level 1 sarana kesehatan (rumah sakit) 17. Pelayanan penyelidikan epidemiologi

18. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat desa siaga

4,38 4,25 4,30 4,05 4,30 4,15 4,50 4,60 4,65 4,73 4,33 3,75 4,45 4,68 4,58 4,48 4,23 4,35 2,60 2,28 2,10 1,93 1,85 2,25 3,28 3,03 2,05 2,58 2,33 2,75 1,93 1,85 1,98 2,15 2,00 1,88 1,78 1,98 2,20 2,13 2,45 1,90 1,23 1,58 2,60 2,15 2,00 1,00 2,53 2,83 2,60 2,33 2,23 2,48 Biasa Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Biasa Biasa Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk II IV III III III III II II I II IV II I I I I III III Rata-rata 4,37 2,27 Total Skor ∑ ei (40 x 27) 1.631

Interpretasi Penilaian Sangat Buruk

(25)

Atribut-atribut standar pelayanan minimal kesehatan yang terdapat dalam sistem manajerial Pemkab Lebak dinilai masih buruk oleh masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah yang cenderung tertinggal. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian evaluasi dan kepercayaan responden terhadap masing-masing atribut yang sebagian besar di bawah rata-rata dengan penilaian buruk dan beberapa atribut saja yang dinilai biasa atau sedang.

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Gambar 16 Matriks Posisi Kuadran IPA Pelayanan Publik Bidang Kesehatan Kabupaten lebak Di Wilayah Tertinggal

Pada Gambar 17 dapat dilihat posisi penempatan masing-masing atribut pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan minimal kesehatan di dalam diagram kartesius. Diagram kartesius dibagi ke dalam empat kuadran dengan garis tengah pembagi berdasarkan nilai total rata-rata tingkat kepentingan (Y) yaitu sebesar 4,37 dan nilai total rata-rata tingkat kinerja (X) yaitu sebesar 2,27. Hasil ringkasan matriks posisi kuadran IPA, terdapat lima atribut yang menjadi prioritas utama yakni makanan pendamping asi keluarga miskin, pelayanan penemuan/penanganan penderita penyakit, pelayanan dasar kesehatan masyarakat miskin, pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin dan pelayanan

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Ti ng ka t K epe nt ing an

(26)

darurat level 1 rumah sakit. Terdapat lima atribut yang perlu dipertahankan prestasinya atau berada di kuadran II yakni pelayanan kunjungan ibu hamil, pelayanan imunisasi anak tingkat desa/kelurahan, pelayanan anak balita, pelayanan perawatan balita gizi buruk dan pelayanan peserta KB.

Tabel 26 Ringkasan Matriks Posisi Kuadran IPA Pelayanan Publik Bidang Pendidikan Kabupaten Lebak Di Wilayah Tertinggal

Kuadran I (Prioritas Utama)

1. Makanan pendamping asi keluarga miskin

2. Pelayanan penemuan/penanganan penderita penyakit 3. Pelayanan dasar kesehatan masyarakat miskin 4. Pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 5. Pelayanan darurat level 1 rumah sakit

Kuadran II (Pertahankan Prestasi)

1. Pelayanan kunjungan ibu hamil

2. Pelayanan imunisasi anak tingkat desa/kelurahan 3. Pelayanan anak balita

4. Pelayanan perawatan balita gizi buruk 5. Pelayanan peserta KB

Kuadran III (Prioritas Rendah)

1. Pelayanan pertolongan oleh nakes kebidanan 2. Pelayanan nifas

3. Penanganan neonatus dengan komplikasi 4. Pelayanan kunjungan bayi

5. Pelayanan penyelidikan epidemiologi

6. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyaraka desa siaga

Kuadran IV (Berlebihan)

1. Pelayanan komplikasi kebidanan

2. Pelayanan penjaringan kesehatan siswa Sekolah dasar

Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010

Kuadran III atau prioritas rendah terdiri dari enam atribut yakni pelayanan pertolongan oleh nakes kebidanan, pelayanan nifas, penanganan neonatus dengan komplikasi, pelayanan kunjungan bayi, pelayanan penyelidikan epidemiologi serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat desa siaga. Sedangkan terdapat dua atribut yang masuk ke dalam kuadran IV yakni pelayanan komplikasi kebidanan dan pelayanan penjaringan kesehatan sisiwa sekolah dasar.

6.2.2.1Kuadran I (Prioritas Utama)

6.2.2.1.1 Makanan Pendamping Asi Keluarga Miskin

Atribut makanan pendamping asi keluarga miskin mendapat skor evaluasi kurang memuaskan dengan nilai 2,05. Sedangkan skor kepercayaan sebesar 4,65 dengan selisih cukup besar yakni 2,60. Makanan pendamping asi ini khusus untuk diberikan kepada anak usis 6-24 bulan. Masyarakat menilai jika makanan pendaming asi sangat penting untuk diperhatikan oleh Pemkab Lebak. Karena tidak bisa dipungkiri hingga tahun 2009 angka kemiskinan di Kabupaten Lebak masih sangat tinggi. Permasalahan utama keluarga miskin dari tahun ke tahun adalah kurang diperhatikannya kesehatan bayi-bayi keluarga miskin. Oleh karena itu tidak sedikit ditemukan kasus bayi kekurangan gizi atau gizi buruk. Oleh karena itu, kebijakan publik di bidang kesehatan yang harus menjadi prioritas

(27)

Pemkab lebak adalah meningkatkan kinerja dalam pelayanan makanan pendamping asi keluarga miskin.

6.2.2.1.2 Pelayanan Penemuan/Penanganan Penderita Penyakit

Atribut pelayanan penemuan atau penanganan penderita penyakit mendapat skor evaluasi kurang memuaskan dengan nilai 1,93. Sedangkan skor kepercayaan sebesar 4,45 dengan selisih cukup besar yakni 2,53. Pelayanan dalam penemuan dan penanganan berbagai macam penyakit ini tentu menjadi prioritas utama oleh masyarakat baik penyakit menular atau tidak menular. Hal itu menjadi begitu penting saat makin maraknya penyebaran penyakit yang disebabkan oleh virus hewan. Penanganan dini terhadap suatu penyakit akan menjadi faktor penentu tingkat kesehatan suatu wilayah.

6.2.2.1.3 Pelayanan Dasar Kesehatan Masyarakat Miskin

Atribut pelayanan dasar kesehatan masyarakat miskin mendapat skor evaluasi kurang memuaskan dengan nilai 1,85. Sedangkan skor kepercayaan sebesar 4,68 dengan selisih cukup besar yakni 2,83. Pelayanan dasar kesehatan masyarakat miskin ini telah dijamin dengan asuransi kesehatan masyarakat miskin (Askeskin). Dengan Askeskin ini masyarakat miskin memiliki jaminan untuk mendapatkan pelayanan dasar kesehatan baik untuk level Puskesmas maupun tingkat rumah sakit sekalipun. Namun yang terjadi sat ini, walaupun masyarakat miskin tersebut mendapatkan pelayanan, tetapi tidak mendapatkan pelayanan yang prima, bahkan ada sebagian yang ditelantarkan.

6.2.2.1.4 Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin

Atribut pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin mendapat skor evaluasi kurang memuaskan dengan nilai 1,98. Sedangkan skor kepercayaan sebesar 4,58 dengan selisih cukup besar yakni 2,60. Sesuai dengan petunjuk teknis standar pelayanan minimal kesehatan, maka setiap pasien masyarakat miskin berhak pelayanan kesehatan rujukan pasien. Pelayanan ini dikhususkan pasien masyarakat miskin yang mendapatkan rujukan pasien di rumah sakit. Diharapkan

(28)

melalui kebijakan pelayanan minimal tersebut, tingkat kesehatan masyarakat miskin mampu ditingkatkan.

6.2.2.1.5 Pelayanan Darurat Level 1 Rumah Sakit

Atribut pelayanan darurat level satu rumah sakit mendapat skor evaluasi kurang memuaskan dengan nilai 2,15. Sedangkan skor kepercayaan sebesar 4,48 dengan selisih cukup besar yakni 2,15. Kebijakan pelayanan minimum ini memberikan jaminan kepada seluruh masyarakat umum untuk mendapatkan pelayanan darurat level satu pada rumah sakit. Karena sebelumnya sebagian besar rumah sakit memerlukan dana awal untuk mengurus pasien yang memerlukan pelayanan darurat level 1. Sehingga masyarakat pun memberikan harapan yang lebih terhadap kebijakan salah satu pelayanan dasar di rumah sakit.

6.2.2.2Kuadran II (Pertahankan Prestasi)

6.2.2.2.1 Pelayanan Kunjungan Ibu Hamil

Atribut pelayanan kunjungan ibu hamil mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 2,60. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,38 dengan selisih sebesar 1,78. Masyarakat di wilayah tertinggal sudah cukup puas dengan pelayanan kunjungan pemeriksaan ibu hamil. Tingkat kepuasan ini juga mendekati harapan yang menjadi ekspektasi masyarakat. Selain itu, pelayanan kunjungan ibu hamil ini secara tidak langsung akan sangat menentukan proses persalinan dan tingkat kesehatan ibu melahirkan dengan bayi.

6.2.2.2.2 Pelayanan Imunisasi Anak Tingkat Desa/Kelurahan

Atribut pelayanan imunikasi anak tingkat desa/kelurahan mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 3,28. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,50 dengan selisih sebesar 1,23. Pelayanan imunisasi anak tingkat desa atau kelurahan ini menjadi salah satu program yang cukup baik kinerjanya. Imunisasi ini menjadi hal yang sangat wajib dilaksanakan demi kesehatan secara jangka panjang anak-anak di Kabupaten Lebak. Program

(29)

imunisasi ini dilakukan pada dua tempat, yakni di puskesmas dan juga pada kegiatan tingkat RW yakni Posyandu.

6.2.2.2.3 Pelayanan Anak Balita

Atribut pelayanan anak balita mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 3,03. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,60 dengan selisih sebesar 1,58. Pelayanan yang telah diberikan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak terhadap anak balita dianggap cukup baik kinerjanya. Pelayanan ini dapat berupa pemeriksaan kesehatan, gigi, berat badan, kondisi gizi dan juga kelengkapan imunisasi. Masyarakat menilai kinerja pelayanan pemerintah terhadap anak balita sudah cukup baik sehingga perlu dipertahankan atau bahkan dapat juga ditingkatkan kualitasnya.

6.2.2.2.4 Pelayanan Perawatan Balita Gizi Buruk

Atribut pelayanan perawatan balita gizi buruk mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 2,58. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,73 dengan selisih sebesar 2,15. Pelayanan perawatan gizi buruk ini diberikan kepada anak-anak yang termasuk ke dalam gizi buruk. Anak-anak yang termasuk gizi buruk akan mendapatkan pelayanan perawatan dan juga suplemen serta makanan tambahan agar beratnya kembali normal.

6.2.2.2.5 Pelayanan Peserta Keluarga Berencana

Atribut pelayanan peserta Keluarga Berencana (KB) mendapatkan skor evaluasi yang cukup baik di atas rata-rata dengan skor 2,75. Sedangkan skor kepercayaan adalah 4,75 dengan selisih sebesar 1,00. Peserta Keluarga Berencana akan mendapatkan layanan berupa penyediaan alat kontrasepsi kepada keluarga untuk merencanakan jumlah anak. Kebijakan pelayanan ini kembali menjadi prioritas utama pemerintah dalam menekan pertumbuhan jumlah penduduk yang sempat meningkat cukup tajam selama sepuluh tahun terakhir. Dengan adanya

(30)

program keluarga berencana ini diharapkan pertumbuhan penduduk dapat ditekan dan keluarga yang dibentuk pun menjadi keluarga sejahtera.

6.2.2.3Kuadran III (Prioritas Rendah)

6.2.2.3.1 Pelayanan Pertolongan oleh Tenaga Kesehatan Kebidanan

Atribut pelayanan pertolongan oleh tenaga kesehatan kebidanan mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,10. Sama halnya dengan skor kepercayaan yang juga di bawah rata-rata yakni 4,30 dengan selisih sebesar 2,20. Rendahnya pelayanan pertolongan oleh tenaga kesehatan kebidanan ini disebabkan oleh minimnya tenaga kesehatan di wilayah tertinggal. Sehingga masyarakat masih kesulitan untuk bisa mengakses pelayanan bidan. Selain itu, ditambah dengan perilaku masyarakat yang lebih memilih pelayanan paraji atau dukun beranak dalam proses pra dan pasca kelahiran bayi.

6.2.2.3.2 Pelayanan Nifas

Atribut pelayanan nifas mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 1,93. Sama halnya dengan skor kepercayaan yang juga di bawah rata-rata yakni 4,05 dengan selisih sebesar 2,13. Pelayanan ini didapatkan untuk ibu melahirkan yang masih menjalani masa nifas selama 40 hari. Masyarakat belum menganggap atribut ini penting untuk dijadikan prioritas. Kinerja pelayanan yang telah diberikan pun masih dianggap belum memuaskan dan memenuhi harapan masyarakat.

6.2.2.3.3 Penanganan Neonatus dengan Komplikasi

Atribut penanganan neonatus dengan komplikasi mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 1,85. Sama halnya dengan skor kepercayaan yang juga di bawah rata-rata yakni 4,30 dengan selisih sebesar 2,45. Penanganan neonatus ini adalah penanganan kelahiran yang

(31)

terdapat komplikasi dimana proses persalinan tidak berjalan dengan lancar. Komplikasi neonatus ini cukup beragam penyebabnya, ada yang berupa kasus bayi sungsang, pendarahan, jalan lahir terhalang ari-ari, tidak ada kontraksi dan lain sebagainya. Tidak sedikit dari kasus ini menjadi salah satu penyebab kematian ibu dan bayi saat persalinan.

6.2.2.3.4 Pelayanan Kunjungan Bayi

Atribut pelayanan kunjungan bayi mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,25. Sama halnya dengan skor kepercayaan yang juga di bawah rata-rata yakni 4,15 dengan selisih sebesar 1,90. Pelayanan kunjungan bayi merupakan salah satu pelayanan dasar kesehatan yang perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah. Pelayanan kunjungan bayi ini terdiri dari berbagai macam, diantaranya adalah pelayanan imunisasi, konsultasi perkembangan anak, konsultasi gizi dan konsultasi kesehatan anak. Pelayanan bayi ini bisa jadi sebagai faktor penentu dalam menurunkan angka kematian bayi. Karena dengan optimalnya pelayanan bayi, maka orang tua yang tengah mengasuh bayi akan lebih antispatif dalam mengurus dan membesarkan dan menjaga kesehatan bayinya.

6.2.2.3.5 Pelayanan Penyelidikan Epidemiologi

Atribut pelayanan penyelidkan epidemiologi mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,00. Sama halnya dengan skor kepercayaan yang juga di bawah rata-rata yakni 4,23 dengan selisih sebesar 2,48. Pelayanan penyelidikan epidemiologi adalah penyelidikan terhadap frekuensi, distribusi dan determinasi penyakit. Penyelidikan epidemiologi ini dilakukan pada desa atau kelurahan yang mengalami kasus penyakit luar biasa. Dengan adanya penyelidikan epidemiologi ini, maka pihak pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan akan mampu memberikan kebijakan yang tepat dalam menangani penyakit.

(32)

Atribut promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat desa siaga mendapatkan skor evaluasi yang kurang memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 1,88. Sama halnya dengan skor kepercayaan yang juga di bawah rata-rata yakni 4,35 dengan selisih sebesar 2,48. Masyarakat menilai jika kinerja pemerintah daerah dalam memberikan promosi kesehatan dan pemberdayaan belum berjalan sesuai dengan harapan. Seharusnya, apabila promosi kesehatan dapat berjalan dengan baik, maka kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan akan meningkat. Promosi kesehatan ini akan berjalan beriringan dengan pemberdayaan masyarakat dalam membentuk desa siaga. Dimana desa siaga ini adalah desa yang mampu memberdayakan masyarakatnya bahu-membahu dalam mensukseskan berbagai macam program-program pemerintah terkait dengan kesehatan.

6.2.2.4Kuadran IV (Berlebihan)

6.2.2.4.1 Pelayanan Komplikasi Kebidanan

Atribut pelayanan komplikasi kebidanan mendapatkan skor evaluasi yang cukup memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,60. Namun tingkat kepercayaan dan harapan masyarakat di atas rata-rata dengan skor kepercayaannya adalah 4,38 dengan selisih sebesar 1,78. Pelayanan komplikasi kebidanan ini terjadi cukup banyak di berbagai wilayah di Kabupaten Lebak. Sehingga pelayanan komplikasi kebidanan merupakan salah satu program yang menjadi fokus utama dalam meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat. Namun, yang terjadi pada wilayah tertinggal adalah bahwa masyarakat masih belum mengerti dan sadar untuk memanfaatkan keberadaan bidan desa dalam menangani komplikasi kebidanan. Karena sebagian besar masih memegang teguh budaya tradisional dalam proses persalinan dan lebih percaya kepada dukun beranak atau paraji.

6.2.2.4.2 Pelayanan Penjaringan Kesehatan Siswa Sekolah Dasar

Atribut pelayanan penjaringan kesehatan siswa sekolah dasar mendapatkan skor evaluasi yang cukup memuaskan di bawah rata-rata dengan skor 2,33. Namun tingkat kepercayaan dan harapan masyarakat di atas rata-rata dengan skor

(33)

kepercayaanya adalah 4,33 dengan selisih sebesar 2,00. Pendidikan tingkat sekolah dasar merupakan tingkat pendidikan yang mencoba untuk menanamkan perilaku dan kebiasaan. Oleh karena itu, penjaringan kesehatan kepada siswa sekolah dasar untuk membiasakan diri hidup sehat tentu saja sangat penting. Ketika kebiasaan hidup sehat dan bersih sudah tertanam, maka pembentukan konsep masyarakat peduli kesehatan dan kebersihan akan terbentuk lebih mudah dan dalam jangka waktu relatif lebih singkat.

Pelayanan publik pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Lebak dinilai buruk oleh masyarakat di wilayah tertinggal. Hal tersebut dapat ditunjukan dengan belum terpenuhinya berbagai indikator yang menjadi standar pelayanan minimum baik dalam hal kesehatan dan pendidikan. Rendahnya rasio belanja publik infrastruktur untuk bidang pendidikan memberikan pengaruh kurang baik terhadap pelayanan pendidikan. Banyak sekolah-sekolah yang berada dalam kondisi rusak, sehingga murid tidak mendapatkan kenyamanan dalam belajar. Sama halnya dengan kesehatan, rendahny rasio belanja infrastruktur kesehatan berimplikasi negatif terhadapa pelayanan kesehatan. Masyarakat menilai bahwa, tingkat pelayanan kesehatan, baik pada tataran puskesmas, puskesmas pembantu maupun rumah sakit masih jauh dari memuaskan. Sehingga, hal tersebut harus segera menjadi bahan pekerjaan rumah untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak agar bisa meningkatkan kinerja pelayanan sesuai dengan juknis standar pelayanan minimal yang telah ditetapkan.

6.3 Disparitas Pembangunan SDM antara Wilayah Utara dengan Selatan

Penilaian sikap masyarakat terhadap buruknya kinerja pelayanan publik di wilayah tertinggal memberikan indikasi terjadinya disparitas pembangunan antara wilayah utara dengan selatan. Kriteria pembagian wilayah ini berdasarkan karakteristik geografis dan kondisi infrastuktur khususnya jalan. Wilayah pembangunan di bagian utara adalah wilayah yang secara geografis berada di Lebak bagian utara dan disokong oleh infrastruktur yang cukup baik. Infrastruktur tersebut berupa sekolah, puskesmas, rumah sakit dan jalan darat. Akses antara satu kecamatan dengan kecamatan lain relatif lebih mudah untuk dijangkau. Pada sisi lainnya, wilayah pembangunan di bagian selatan adalah wilayah

(34)

pembangunan yang menggabungkan tiga wilayah pembangunan yakni tengah, barat dan timur. Penggabungan tersebut sengaja dilakukan untuk mempermudah analisis dan ketiga wilayah tersebut memiliki karakateristik infrastruktur yang tidak jauh berbeda. Karakteristik dari wilayah selatan ini memiliki kondisi infrastruktur yang kurang baik dan belum mencukupi standar pelayanan minimal. Akses antara satu kecamatan dengan lainnya cukup sulit ditempuh karena kondisi jalan yang sebagian besar masih rusak. Pembagian wilayah pembangunan antara utara dengan selatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 27 Pembagian Wilayah Pembangunan Utara dan Selatan

Pembagian Wilayah Pembangunan (Kecamatan)

No. Wilayah Utara Jumlah

Penduduk No. Wilayah selatan

Jumlah Penduduk 1 Cipanas 51.840 1 Malingping 63.282 2 Cimarga 28.444 2 Wanasalam 53.936 3 Warunggunung 21.198 3 Panggarangan 35.729 4 Cibadak 47.292 4 Bayah 29.964 5 Rangkasbitung 63.372 5 Cilograng 38.895

6 Kalang Anyar 57.666 6 Cibeber 32.178

7 Cijaku 55.086 8 Banjarsari 27.126 9 Cileles 22.002 10 Gunung Kencana 66.335 11 Bojongmanik 48.749 12 Leuwidamar 35.160 13 Muncang 21.713 14 Sobang 24.752 15 Sajira 32.957 16 Cikulur 48.297 17 Maja 49.822 18 Curugbitung 52.064 19 Lebak Gedong 112.781 20 Cirinten 31.074 21 Cigemblong 50.127 22 Cihara 32.618

Sumber : Bappada Kabupaten Lebak, Tahun 2010

Berdasarkan informasi yang ditunjukan pada Tabel 36 di atas dapat diketahui bahwa telah terjadi disparitas pengembangan infrastruktur dan sumberdaya aparatur untuk sektor pendidikan dan kesehatan. Disparitas ini terjadi antara dua wilayah, yakni wilayah bagian utara dengan wilayah di bagian selatan. Secara rasio, wilayah bagian utara memiliki rasio infrastruktur dan aparatur

(35)

sumberdaya yang telah mencapai angka standar pelayanan minimal, bahkan bisa dikatakan di atas rata-rata atau lebih dari cukup. Akan tetapi hal tersebut bertolak belakang dengan kondisi infrastruktur di wilayah selatan yang masih jauh di bawah standar pelayanan minimal.

Tabel 28 Perbandingan Pembangunan Fisik dan Tenaga Sektor Pendidikan dan Kesehatan antara Wilayah Utara dan Selatan Tahun 2009

No Indikator Pembangunan Wilayah Pembangunan Rasio ideal

Utara Selatan

1 Penduduk Usia SD - Bangunan SD 287 377 250

2 Penduduk Usia SMP - Bangunan SMP 1.287 1390 800

3 Penduduk Usia SMA - Bangunan SMA 1.552 3111 1.200

4 Penduduk Usia SD - Guru SD 24 42 32

5 Penduduk Usia SMP - Guru SMP 58 91 36

6 Penduduk Usia SMA - Guru SMA 59 140 36

7 Penduduk - Puskesmas 10.128 40.790 30.000

8 Penduduk - Puskesmas Pembantu 15.315 26.346 15.000

9 Penduduk - Dokter Umum 4.260 27.857 5.000

10 Penduduk - Perawat 1.219 4.140 833

11 Penduduk - Bidan 1.807 8.899 1.000

Sumber : Bappeda Kabupaten Lebak, Tahun 2010

Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak masih memberikan porsi yang lebih besar pembangunan pada wilayah utara, hal tersebut terlihat dalam pengembangan infrastruktur. Ketimpangan pembangunan antara wilayah utara dan selatan ini secara tidak langsung menjadi jurang pemisah ketimpangan kualitas sumberdaya manusia. Selain itu, wilayah-wilayah yang cenderung memiliki rasio mendekati ideal adalah wilayah yang secara geografis merupakan wilayah yang mudah diakses, sebagian besar adalah wilayah di bagian utara, walaupun tidak sedikit wilayah selatan yang maju dengan catatan kondisi aksesibilitas transportasi cukup baik. Beberapa wilayah selatan yang cukup baik di antaranya adalah Kecamatan Banjarsari, Malingping, Bayah, Wanasalam dan Cipanas. Kelima kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang memiliki infrastruktur transportasi darat yang cukup baik dan relatif lebih mudah untuk di akses, walaupun secara jarak bisa dianggap sangat jauh. Jadi jarak tempuh bukan faktor utama penyebab ketimpangan, namun lebih besar disebabkan oleh kualitas dari jalan itu sendiri.

Gambar

Tabel 21 Keadaan kondisi ruang belajar tingkat SD, SMP, dan SMA di Kabupaten  Lebak tahun 2009
Tabel 24 Jumlah Fasilitas Kesehatan yang Tersedia Tiap Kecamatan tahun 2009  No.  Kecamatan  PUSKESMAS  PUSTU/
Gambar 14 Grafik Rasio Fasilitas Kesehatan dengan Jumlah Penduduk Masing- Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Lebak
Gambar 15 Grafik Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk Masing- Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Lebak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum Desa Pematang Simalungun, desa ini masih menjadi satu induknya, Desa Pematang Simalungun adalahdesa hasil pemekaran Desa Rambung Merah, jadi sesungguhnya pada

Seseorang pekerja tidak boleh mempunyai beban kerja lebih daripada satu walaupun beliau terlibat dalam beberapa

Carpal tunnel syndrome merupakan neuropati tekanan terhadap nervus medianus terowongan karpal di pergelangan tangan dengan kejadian yang paling sering, bersifat kronik dan

(aktu untuk melaksanakan pekerjaan tersebut diatas akan melewati waktu yang tersedia bilamana terdapat hambatan atau pembenahan pekerjaan dan hal-hal lainnya, sehingga

1) Metode penerjemahan kata demi kata (Word-for-word translation). Metode penerjemahan kata demi kata sangat terikat pada tataran kata. Dalam menerapkan

Langkah-langkah pembelajaran yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan metode inkuiri. Langkah- langkah yang dilakukan dalam melaksanakan

Dosen Pembimbing ( Pak Bas dan Pak Budi ) yang tiada hentinya selalu memberikan nasihat , semangat, dorongan, motivasi, dan kritikan- kritikan yang membangun selama

Dalam melakukan analisa untuk mendapatkan sektor unggulan sehingga dapat dilihat strategi pengembangannya digunakan data Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar