MATRIKS KUASIDEFINIT
SUGENG MULYADI
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SUGENG MULYADI. Matriks Kuasidefinit. Dibimbing oleh FARIDA HANUM dan SISWANDI.
Matriks kuasidefinit adalah matriks simetrik yang dipartisi menjadi empat blok dan memuat matriks definit positif. Matriks ini, mempunyai sifat-sifat yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematika, khususnya pada bidang riset operasi. Sifat-sifat yang dibuktikan adalah: pertama, matriks kuasidefinit merupakan matriks taksingular; kedua, invers dari matriks kuasidefinit merupakan matriks kuasidefinit; dan ketiga, matriks kuasidefinit merupakan matriks strongly factorizable.
ii
ABSTRACT
SUGENG MULYADI. Quasidefinite Matrices. Supervised by FARIDA HANUM and SISWANDI.
Quasidefinite matrix is a symmetric matrix partitioned into four blocks, which contain positive definite matrices. The matrix has properties which are applicable to solve mathematical problems, especially in operations research. There are three proven properties, i.e. quasidefinite matrix is a nonsingular matrix, the inverse of quasidefinite matrix is also a quasidefinite matrix, and quasidefinite matrix is a strongly factorizable matrix.
MATRIKS KUASIDEFINIT
SUGENG MULYADI
G5410130
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Matematika
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
iv
Judul : Matriks Kuasidefinit
Nama : Sugeng Mulyadi
Nrp :
G54101030
Menyetujui,
Pembimbing I,
Dra. Farida Hanum, M.Si.
NIP. 19651019 199103 2 002
Pembimbing
II,
Drs. Siswandi, M.Si.
NIP. 19640629 199103 1 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Dr.Drh. Hasim, DEA
NIP. 19610328 198601 1 002
merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.
Pada tahun 2001, penulis lulus dari SMU Negeri I Cibinong dan pada tahun yang sama diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI-IPB). Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi pengurus Gugus Mahasiswa Matematika. Selain itu, penulis pernah menjadi Ketua Masa Perkenalan Jurusan (MPJ) Departemen Matematika tahun 2003.
vi
PRAKATA
Alhamdulillahirobbil a’lamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah untuk nabi akhir zaman, yaitu Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari doa, dukungan, bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua, Bapak, Ibu yang selalu mengawasi anaknya dari atas sana, Mama dan Adik-adik tersayang (Ayit dan Ie-ie) atas doa yang tidak pernah putus, lautan kasih sayang yang tidak pernah kering, perhatian dan dukungan baik materiil maupun spiritual.
Kepada Ibu Dra. Farida Hanum, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I penulis mengucapkan terima kasih atas doa, kesabaran, saran dan dukungan yang diberikan. Kepada Bapak Drs. Siswandi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II atas saran, kritik, motivasi dan bimbingan kepada penulis. Serta Ibu Dra. Nur Aliatiningtyas, MS. selaku Penguji atas saran, kritik dan motivasinya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Susi, Ibu Ade, Mas Yono, Mas Bono, Mas Deni, Mas Heri dan semua staf Departemen Matematika. Teman-teman Matematika angkatan 38: Hasif, Helmi, Firman, Ratna, Gresi, Linda, Yana, Isdad, Devi, Evi, Atin, Jati, Meryaldi dkk. Adik-adik kelas Matematika: Yusuf, Amin, Lela, Fitri, Rangga, Idris dkk. atas dukungan, motivasi, saran dan kritik kepada penulis.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Lina Muryani dan keluarga Citeureup atas kesabaran, semangat, saran dan bantuan yang diberikan selama ini. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Bogor, Agustus 2009
Halaman
Daftar Lampiran ... viii
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 1
II LANDASAN TEORI 2.1 Matriks dan Determinan ... 1
2.2 Submatriks ... 3
2.3 Partisi Matriks dan Operasi-Operasinya ... 5
2.4 Matriks Definit dan Semidefinit Positif ... 5
III PEMBAHASAN 3.1 Matriks Kuasidefinit ... 8
3.2 Sifat-sifat Matriks Kuasidefinit ... 8
3.3 Faktorisasi Matriks Kuasidefinit ... 10
IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan ... 13
4.2 Saran ... 13
DAFTAR PUSTAKA ... 14
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Pembuktian Teorema 2.3 ... 16 2 Pembuktian Teorema 2.5 ... 18 3 Pembuktian Teorema 2.6 ... 20 4 Pembuktian Teorema 2.7 ... 20 5 Pembuktian Teorema 2.8 ... 23 6 Pembuktian Teorema 2.9 ... 24 7 Tambahan Contoh 2.14 ... 258 Tambahan Bukti Teorema 3.1 ... 26
9 Tambahan Bukti Teorema 3.2 ... 27
I PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangMatriks merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan jajaran persegi panjang dari bilangan-bilangan dan setiap matriks akan mempunyai baris dan kolom. Salah satu jenis matriks yang banyak digunakan adalah matriks simetrik. Matriks simetrik adalah matriks yang sama dengan transposnya yaitu matriks yang kolom-kolomnya adalah baris-baris matriks itu sendiri.
Matriks yang dibahas pada tulisan ini adalah matriks kuasidefinit yang dipartisi menjadi empat blok dan memuat matriks definit positif. Matriks ini mempunyai sifat-sifat yang dapat diterapkan untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematika khususnya pada bidang riset operasi, salah satunya adalah mengaplikasikan sifat-sifat matriks kuasidefinit pada metode titik interior (interior-point method).
Semua bahasan materi tentang matriks kuasidefinit pada karya ilmiah ini direkonstruksi dari tulisan Robert J. Vanderbei (1995) yang berjudul Symmetric Quasidefinite Matrices.
1.2 Tujuan
Tujuan dari karya ilmiah ini adalah untuk membuktikan beberapa sifat dari matriks kuasidefinit.
II LANDASAN TEORI
Maksud dari bab ini adalah mengingatkankembali tentang pengertian matriks, jenis-jenis matriks dan memberikan penjelasan tentang matriks definit positif dan semidefinit positif serta beberapa sifatnya yang akan berguna dalam memahami tulisan ini secara keseluruhan.
2.1 Matriks dan Determinan Definisi 2.1 (Matriks)
Matriks merupakan kumpulan bilangan yang disusun dalam bentuk persegi panjang atau bujur sangkar dan setiap matriks akan mempunyai baris dan kolom. Secara umum
matriks yang berukuran dapat ditulis
dengan dengan adalah unsur
matriks pada baris ke- dan kolom ke- , dan 1,2, … , ; 1,2, … , . Matriks dapat ditulis dalam bentuk:
[Leon 2001] Definisi 2.2 (Determinan)
Determinan dari suatu matriks
berukuran , dinyatakan sebagai det
adalah suatu skalar yang diasosiasikan dengan matriks dan didefinisikan sebagai berikut:
det , jika , jika 1 1
dengan
1 det , 1, … ,
adalah kofaktor-kofaktor yang diasosiasikan dengan entri-entri dalam baris pertama dari .
[Leon 2001] Berikut ini akan diberikan pengertian beberapa jenis matriks dan sifat-sifatnya yang berhubungan dengan tulisan ini.
Definisi 2.3 (Matriks Transpos)
Transpos dari suatu matriks berukuran
, ditulis adalah matriks berukuran
yang diperoleh dengan mengganti setiap baris dari menjadi kolom dan
sebaliknya, sehingga jika ,
maka .
[Leon 2001] Teorema 2.1 (Beberapa Aturan Aljabar pada Matriks Transpos)
1. 2. 3.
2
Definisi 2.4 (Matriks Simetrik)
Suatu matriks berukuran disebut
simetrik jika .
[Leon 2001] Contoh 2.1:
Misalkan matriks 4 2 10 22 2 2 2 5 .
Karena matriks , maka matriks
disebut matriks simetrik. Definisi 2.5 (Matriks Satuan) Matriks satuan adalah matriks
berukuran dengan,
1, jika 0, jika
dan berlaku untuk sembarang
matriks berukuran .
[Leon 2001] Definisi 2.6 (Matriks Permutasi)
Suatu matriks berukuran disebut
matriks permutasi, jika pada setiap baris dan kolomnya mempunyai tepat satu entri yang benilai 1 (satu) dan entri yang lainnya bernilai 0 (nol).
[Horn & Johnson 1985] Contoh 2.2:
Matriks 0 1 01 0 0
0 0 1 adalah suatu matriks permutasi dan
1 1 1 2 2 2 3 3 3 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 2 2 2 3 3 3 2 2 21 1 1 3 3 3
adalah suatu permutasi dari baris matriks 1 1 1
2 2 2 3 3 3 .
Definisi 2.7 (Matriks Taksingular dan Matriks Invers)
Suatu matriks berukuran dikatakan taksingular atau mempunyai invers (invertible) jika terdapat matriks sehingga . Matriks disebut sebagai invers perkalian dari .
[Leon 2001]
Contoh 2.3:
Matriks
adalah
invers dari 2 43 1 karena
2 4 3 1 2 4 3 1 1 00 1 . Teorema 2.2 (Sifat Matriks Invers)
Jika adalah suatu matriks yang mempunyai invers (invertible), maka untuk sembarang skalar taknol k, matriks
.
[Anton 2000] Bukti:
Jika k adalah sembarang skalar taknol,
maka untuk membuktikan teorema di atas, sesuai dengan Definisi 2.7 akan ditunjukkan bahwa: . a. . . b. . .
Jadi terbukti bahwa . ■
Teorema 2.3
Suatu matriks berukuran adalah
singular, jika dan hanya jika det 0. [Leon 2001] (bukti di Lampiran 1)
Karena implikasi suatu pernyataan setara dengan kontraposisinya,
~ ~ dan ~ ~
maka ~ ~ . Jadi pernyataan
pada Teorema 2.3 setara dengan pernyataan:
Suatu matriks berukuran adalah
Teorema 2.4
Jika adalah matriks taksingular, maka merupakan matriks taksingular dan
.
[Anton 2000] Bukti:
Sesuai dengan Definisi 2.7 akan
ditunjukkan . Dari
Teorema 2.1 diperoleh:
• •
Jadi terbukti bahwa . ■
Definisi 2.8 (Matriks Segitiga)
Suatu matriks berukuran disebut
matriks segitiga atas (upper triangular) jika
0 untuk dan matriks segitiga
bawah (lower triangular) jika 0 untuk
. disebut juga matriks segitiga
(triangular) jika matriks segitiga atas atau matriks segitiga bawah.
[Leon 2001] Contoh 2.4: 3 2 1 0 2 0 0 0 1 dan 1 0 0 6 2 0 0 5 0
keduanya adalah matriks segitiga. Yang pertama adalah matriks segitiga atas dan yang kedua adalah matriks segitiga bawah.
Definisi 2.9 (Matriks Diagonal)
Suatu matriks berukuran disebut
matriks diagonal jika 0 untuk .
[Leon 2001] Contoh 2.5: 1 0 0 1 1 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 0 0 3 0 0 0 0 semuanya adalah matriks diagonal. Suatu matriks diagonal adalah matriks segitiga atas juga matriks segitiga bawah.
2.2 Submatriks
Berikut ini akan diberikan pengertian tentang submatriks dan jenis-jenisnya yang berhubungan dengan tulisan ini.
Definisi 2.10 (Submatriks)
Suatu submatriks dari matriks adalah matriks yang diperoleh dengan meng-hilangkan baris dan/atau kolom dari . Perlu diketahui bahwa sembarang matriks adalah submatriks dari matriks itu sendiri, yaitu dengan menghilangkan 0 (nol) baris dan 0 (nol) kolom.
[Harville 2008] Contoh 2.6:
Misalkan diberikan matriks 2 1 2 3 1 2 0 6
1 3 6 9 .
Jika baris kedua dari matriks dihilangkan, maka diperoleh submatriks
2 1 2 3 1 3 6 9 .
Jika baris kedua, kolom pertama dan kolom ketiga dari matriks dihilangkan, maka akan diperoleh submatriks
1 3 3 9 . Definisi 2.11 (Submatriks Utama)
Misalkan himpunan bagian dari 1, 2, … , dan didefinisikan sebagai matriks yang diperoleh dengan menghilangkan baris dan kolom dari matriks
berukuran yang letaknya merupakan
komplemen dari himpunan pada . Maka disebut submatriks utama (principal submatrix) dari matriks . Jadi submatriks
utama diperoleh dengan menghilangkan
| | baris dan kolom yang bersesuaian,
dengan | | adalah banyaknya elemen dari . [Horn & Johnson 1985] Contoh 2.7:
Misalkan matriks
4 2 2
2 10 2 2 2 5 .
Beberapa submatriks utama yang dimiliki matriks adalah:
4
i) 2 10 merupakan submatriks
utama yang diperoleh dengan menghilangkan baris dan kolom pertama dan ketiga;
ii) 1,3 42 52 merupakan sub- matriks utama yang diperoleh dengan menghilangkan baris dan kolom kedua; dan
iii) 1,2,3 4 2 10 22 2
2 2 5 merupakan
submatriks utama yang diperoleh dengan menghilangkan 0 (nol) baris dan 0 (nol) kolom.
Definisi 2.12 (Submatriks Utama yang Pertama)
Diberikan suatu matriks berukuran . Misalkan adalah matriks yang
terbentuk dengan menghilangkan baris
terakhir dan kolom terakhir dari ,
maka disebut submatriks utama yang
pertama (leading principal submatrix) dari
dengan yang berukuran 1 ).
[Leon 2001] Contoh 2.8:
Dari Contoh 2.7, submatriks utama yang
pertama dari matriks adalah 4;
4 2 2 10 ; dan 4 2 2 2 10 2 2 2 5 . Teorema 2.5
Jika semua submatriks utama yang
pertama dari matriks adalah matriks
taksingular, maka terdapat matriks segitiga bawah dan dengan entri-entri 1 pada diagonal utama (unit lower triangular matrix) dan matriks diagonal yang memenuhi
.
[Golub & van Loan 1985] (bukti di Lampiran 2)
Contoh 2.9:
Misalkan diberikan matriks 10 10 20 20 25 40 30 50 61 .
Karena determinan submatriks utama yang pertama dari matriks adalah
det |10| 10 0;
det 10 1020 25 50 0; dan det 10 10 2020 25 40
30 50 61
50 0, maka semua submatriks utama yang pertama dari matriks merupakan matriks taksingular. Jadi matriks dapat difaktorisasi ke dalam bentuk
perkalian sebagai berikut:
10 10 20 20 25 40 30 50 61 1 0 02 1 0 3 4 1 10 0 0 0 5 0 0 0 1 1 1 2 0 1 0 0 0 1 dengan 1 0 0 2 1 0 3 4 1 , 10 0 0 0 5 0 0 0 1 dan 1 0 0 1 1 0 2 0 1 .
Unsur-unsur matriks , dan ditentukan dengan eliminasi Gauss (Golub & van Loan 1985).
Matriks pada Contoh 2.9 bukan matriks simetrik. Jika matriks simetrik (dan taksingular), maka Teorema 2.6 menjamin
bahwa matriks .
Teorema 2.6
Jika adalah matriks taksingular dan
simetrik yang memenuhi , maka
.
[Golub & van Loan 1985] (bukti di Lampiran 3)
Contoh 2.10:
Misalkan diberikan matriks simetrik
10 20 30
20 45 80
Karena det 50 0, maka dapat difaktorisasi ke dalam bentuk perkalian sebagai berikut: 10 20 30 20 45 80 30 80 171 1 0 02 1 0 3 4 1 10 0 0 0 5 0 0 0 1 1 2 3 0 1 4 0 0 1 .
2.3 Partisi Matriks dan Operasi- Operasinya
Berikut ini akan dijelaskan tentang partisi suatu matriks dan invers dari matriks yang dipartisi.
Definisi 2.13 (Partisi Matriks)
Matriks dapat dipartisi menjadi matriks-matriks yang lebih kecil dengan cara menggambar garis-garis horizontal antara baris-baris dan garis-garis vertikal antara kolom-kolom. Matriks-matriks yang lebih kecil seringkali disebut blok.
[Leon 2001] Contoh 2.11: Misalkan matriks 1 2 4 1 2 2 1 1 3 4 4 2 1 1 3 2 1 1 4 2
Jika garis-garis digambarkan antara baris kedua dan baris ketiga, serta antara kolom ketiga dan keempat, maka akan terbagi
menjadi empat blok, yaitu , , ,
dan . 1 2 4 1 2 2 1 1 3 4 4 2 1 1 3 2 1 1 4 2 dengan 1 2 4 2 1 1 , 1 2 3 4 , 4 2 1 2 1 1 , dan 4 21 3
Teorema 2.7 (Determinan Matriks yang Dipartisi)
Misalkan adalah matriks segi yang
dipartisi menjadi dengan
matriks berukuran dan matriks
berukuran . Jika matriks taksingular,
maka
det det det .
[Zhang 1999] (bukti lihat Lampiran 4)
Teorema 2.8 (Invers Matriks yang Dipartisi)
Misalkan merupakan
matriks yang dipartisi dan mempunyai invers
matriks yang juga merupakan matriks
yang dipartisi dengan bentuk
dengan , , dan adalah matriks segi. Jika adalah submatriks utama dari matriks
, maka diperoleh: , , , . [Zhang 1999] (bukti di Lampiran 5) Teorema 2.9 Misalkan dan
adalah matriks taksingular, serta dan berturut-turut adalah matriks berukuran
dan . Jika matriks
taksingular, maka
dengan adalah himpunan matriks
bernilai real dan berukuran .
[Zhang 1999] (bukti di Lampiran 6)
2.4 Matriks Definit Positif dan Semidefinit Positif
Berikut ini akan diberikan pengertian tentang matriks definit positif dan semidefinit positif serta beberapa sifatnya. Terlebih dahulu akan dibahas pengertian bentuk kuadrat.
6
Definisi 2.14 (Bentuk Kuadrat)
Suatu persamaan kuadrat dengan dua variabel dan adalah suatu persamaan berbentuk:
2 0. (1)
Persamaan (1) dapat ditulis ulang dalam bentuk: 0. (2) Misalkan dan maka bentuk 2
dinamakan bentuk kuadrat yang berhubungan dengan persamaan (1).
[Leon 2001] Definisi 2.15 (Matriks Definit Positif dan Semidefinit Positif)
Suatu matriks simetrik berukuran disebut matriks definit positif, jika bentuk
kuadrat 0 untuk semua taknol
dalam . Jika bentuk kuadrat 0,
maka disebut matriks semidefinit positif. [Leon 2001] Contoh 2.12:
Matriks 21 21 merupakan
matriks definit positif karena bentuk kuadrat 2 1
1 2
2 2 2
0
untuk 0 0.
Matriks 11 11 adalah matriks
semidefinit positif karena bentuk kuadrat 1 1
1 1
2
0.
Matriks 13 13 bukan matriks
definit atau semidefinit positif karena bentuk
kuadrat 1 3
3 1 6
4
dapat bernilai positif atau negatif.
Teorema 2.10
Misalkan matriks simetrik berukuran dan adalah submatriks utama yang
pertama dari matriks dengan 1,2, … , ,
maka adalah matriks definit positif jika dan
hanya jika det 0.
[bukti lihat Horn & Johnson 1985] Contoh 2.13:
Misalkan diberikan matriks simetrik
4 2 2
2 10 2 2 2 5
dan submatriks utama yang pertama dari matriks seperti pada Contoh 2.8. Karena determinan submatriks utama yang pertama dari matriks adalah:
i) det |4| 4 0;
ii) det 42 102 36 0; dan
iii) det 4 2 10 22 2
2 2 5 108 0
maka sesuai dengan Teorema 2.10, matriks adalah matriks definit positif.
Matriks-matriks definit positif mempunyai beberapa sifat, di antaranya:
Teorema 2.11
1. Jika adalah matriks definit positif, maka det 0.
2. Jika adalah matriks definit positif, maka matriks taksingular.
[Leon 2001] Bukti:
1. Jika adalah matriks definit positif maka
sesuai dengan Teorema 2.10, det 0
dengan 1,2, … , . Karena
maka det det , jadi det 0.
2. Karena det 0, maka terbukti matriks
definit positif adalah matriks taksingular.
■
Teorema 2.12 (Invers Matriks Definit Positif)
Jika adalah matriks definit positif, maka matriks definit positif.
Bukti:
Perhatikan persamaan . Karena
matriks definit positif, maka taksingular.
Jadi terdapat yang merupakan
solusi persamaan tersebut. Maka bentuk kuadrat
. Karena adalah matriks definit
positif, maka 0 untuk
semua di . Jadi 0, untuk
semua di .
Untuk membuktikan bahwa juga
matriks simetrik, maka akan ditunjukkan .
Dari Teorema 2.4, dan
karena adalah matriks definit positif, maka adalah matriks simetrik. Sehingga diperoleh
.
Jadi terbukti bahwa matriks simetrik.
Oleh karena itu, terbukti bahwa adalah
matriks definit positif. ■
Teorema 2.13
Jika matriks merupakan matriks definit
positif berukuran dan matriks adalah
sembarang matriks berukuran , maka
matriks adalah matriks semidefinit
positif.
[Horn & Johnson 1985] Bukti:
Karena matriks definit positif, maka
0 untuk semua di .
Misalkan matriks sembarang. Bentuk
kuadrat matriks adalah
0 untuk
semua di .
Karena dan sembarang maka terdapat
kemungkinan . Oleh karena itu,
bentuk kuadrat
0 untuk semua di .
Untuk membuktikan bahwa
juga matriks simetrik, maka akan ditunjukkan . Dari Teorema 2.1 diperoleh
, dan
karena adalah matriks definit positif, maka adalah matriks simetrik. Sehingga diperoleh
dan terbukti matriks merupakan matriks simetrik.
Jadi sesuai dengan Definisi 2.15, adalah matriks semidefinit positif. ■
Teorema 2.14
Semua submatriks utama dari matriks definit positif adalah matriks definit positif.
[Horn & Johnson 1985]
Bukti:
Misalkan adalah submatriks utama
dari matriks definit positif (Definisi 2.11) dan misalkan adalah vektor dengan entri taknol yang berubah posisi menyesuaikan
pada dan mempunyai entri nol
selainnya. Didefinisikan sebagai vektor
yang diperoleh dari dengan menghilangkan
entri nol yang dimiliki oleh .
Untuk membuktikan submatriks utama dari matriks definit positif juga merupakan matriks definit positif, sesuai dengan Definisi 2.15 akan diperlihatkan
bahwa 0 untuk semua
taknol dalam .
Menurut definisi , , dan
diperoleh 0
untuk taknol dalam . Jadi terbukti bahwa
submatriks utama dari matriks definit
positif juga merupakan matriks definit
positif. ■
Contoh 2.14:
Misalkan diberikan matriks definit positif 4 2 10 22 2
2 2 5 dan submatriks
utama matriks pada Contoh 2.7, maka akan diperlihatkan bahwa semua submatriks utama juga merupakan matriks definit positif.
i) Submatriks utama berukuran 1 1
1 4 , 0
0 dan 1 ,
maka 1 1 1
4 4 0
dengan 0.
Terbukti 1 adalah matriks definit
positif. Dengan cara yang sama dapat
ditunjukkan bahwa 2 dan 3 juga
matriks definit positif (Lampiran 7).
ii) Submatriks utama berukuran 2 2
1,2 42 102 ,
0 dan
1,2 ,
8 4 2 2 10 4 4 10 2 9 0 dengan 0 dan 0.
Terbukti 1,2 adalah matriks definit
positif. Dengan cara yang sama dapat
ditunjukkan bahwa 1,3 dan 2,3
juga matriks definit positif (Lampiran 7).
iii)Submatriks utama berukuran 3 3
Karena 1,2,3 4 2 10 22 2
2 2 5 ,
dan diketahui adalah matriks definit
positif, maka 1,2,3 juga merupakan
matriks definit positif.
III PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenaimatriks kuasidefinit dan beberapa sifatnya antara lain: matriks kuasidefinit merupakan matriks taksingular; invers dari matriks kuasidefinit merupakan matriks kuasidefinit; dan matriks kuasidefinit merupakan matriks strongly factorizable; yang merupakan inti dari tulisan ini.
3.1 Matriks Kuasidefinit Definisi 3.1
Suatu matriks simetrik dikatakan kuasidefinit jika mempunyai bentuk:
(3)
dengan dan adalah
matriks definit positif dengan , 0. [Vanderbei 1995] Contoh 3.1:
Misalkan diberikan matriks
2 1 2 4 2 1 2 2 5 7 2 2 4 2 2 4 5 2 10 2 2 7 2 2 5 . merupakan matriks kuasidefinit dengan
matriks 21 21 matriks definit
positif (Contoh 2.12) dan
4 2 2
2 10 2 2 2 5
juga matriks definit positif (Contoh 2.13). Sedangkan matriks
1 3 2 5 3 1 1 2 2 1 2 1 5 2 1 2
bukan merupakan matriks kuasidefinit karena matriks 13 13 bukan matriks definit positif (Contoh 2.12).
3.2 Sifat-sifat Matriks Kuasidefinit
Berikut ini akan dijelaskan sifat-sifat dari matriks kuasidefinit.
Teorema 3.1
Matriks kuasidefinit merupakan matriks taksingular.
[Vanderbei 1995] Bukti:
Menurut Teorema 2.3, untuk membuktikan
bahwa merupakan matriks taksingular
adalah dengan menunjukkan bahwa det 0.
Karena adalah matriks definit positif
(oleh karena itu taksingular), maka –
matriks taksingular (Teorema 2.2). Sesuai dengan Teorema 2.7 didapat
det det det . (4)
Karena – matriks taksingular, maka
sesuai dengan Teorema 2.3, det 0.
Begitu pula karena matriks
merupakan matriks definit positif (bukti lihat
Lampiran 8), maka det 0 (Teorema
Jadi det 0. Dengan demikian, terbukti bahwa matriks merupakan matriks taksingular. ■
Teorema 3.2
Invers dari matriks kuasidefinit
adalah ,
dengan:
(6) (7) , (8) dari Teorema 2.9, Persamaan (6) akan menjadi:
. (9)
Dan merupakan matriks kuasidefinit.
[Vanderbei 1995] Bukti:
Sesuai dengan Teorema 2.8 bahwa
, (10)
dengan:
(11) (12) , (13) dari Teorema 2.9, Persamaan (11) akan menjadi:
. (14) (bukti perhitungan di atas pada Lampiran 9) Untuk membuktikan bahwa
merupakan matriks kuasidefinit, berdasarkan Definisi 3.1 akan ditunjukkan bahwa dan adalah matriks definit positif sebagai berikut:
i) Matriks merupakan
invers dari matriks
(Sifat 3.1). Karena matriks adalah matriks definit positif dan sesuai dengan Teorema 2.12, maka matriks
adalah matriks definit positif.
ii) Akan dibuktikan
merupakan matriks definit positif.
a. Karena matriks definit positif
berukuran , maka matriks
definit positif berukuran
(Teorema 2.12).
b. Karena matriks definit positif
berukuran dan sembarang
matriks berukuran , maka
matriks semidefinit positif
berukuran (Teorema 2.13).
c. Misalkan adalah vektor taknol
sembarang di .
Maka
.
Karena matriks semidefinit
positif berukuran , maka
0 dan karena
matriks definit positif berukuran ,
maka 0, sehingga bentuk
kuadrat 0 untuk
sembarang vektor taknol di . Jadi
terbukti bahwa matriks
merupakan matriks definit positif.
d. Untuk membuktikan
matriks simetrik akan ditunjukkan: . Dari Teorema 2.1, didapat
. Karena matriks definit positif, maka
matriks simetrik, jadi .
Sedangkan sesuai dengan Teorema 2.1, matriks
. Karena matriks
definit positif, maka matriks
simetrik, jadi .
Jadi .
Sehingga terbukti bahwa matriks merupakan matriks simetrik. Jadi terbukti bahwa matriks
adalah matriks definit positif.
e. Karena matriks
adalah invers dari maka
menurut Teorema 2.12, maka matriks adalah matriks definit positif.
10
Dengan demikian terbukti bahwa matriks merupakan matriks kuasidefinit. ■
3.3 Faktorisasi Matriks Kuasidefinit
Setelah dibahas mengenai definisi dan beberapa sifat matriks kuasidefinit, berikutnya akan dibahas mengenai sifat matriks kuasidefinit yang berhubungan dengan faktorisasi. Terlebih dahulu akan diberikan definisi faktorisasi.
Definisi 3.2
Matriks simetrik taksingular dikatakan dapat difaktorisasi (factorizable) jika terdapat matriks diagonal dan matriks segitiga
bawah dengan elemen-elemen 1 pada
diagonal utamanya (unit lower triangular matrix) yang memenuhi .
Pasangan matriks , disebut faktorisasi
dari matriks .
[Vanderbei 1995]
Contoh 3.2:
Misalkan matriks kuasidefinit
2 1 2 4 2 1 2 2 5 7 2 2 4 2 2 4 5 2 10 2 2 7 2 2 5 .
Dapat difaktorisasi ke dalam hasil kali sebagai berikut: 2 1 2 4 2 1 2 2 5 7 2 2 4 2 2 4 5 2 10 2 2 7 2 2 5 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2 1 0 0 2 2 0 1 0 1 4 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 0 0 0 0 0 24 0 0 0 0 0 1 1 2 1 0 1 2 2 4 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 ,
maka sesuai dengan Definisi 3.2 matriks dikatakan dapat difaktorisasi (factorizable).
Definisi 3.3
Matriks simetrik taksingular dikatakan
strongly factorizable jika terdapat faktorisasi
untuk setiap matriks permutasi dengan adalah matriks diagonal dan adalah matriks segitiga bawah dengan elemen-elemen 1 pada diagonal utamanya (unit lower triangular matrix).
[Vanderbei 1995] Contoh 3.3:
Misalkan matriks simetrik 4 2 14 4 8 8 1 2
,
karena det 108 0, maka matriks
taksingular.
Untuk menunjukkan bahwa matriks strongly factorizable, maka faktorisasi
harus berlaku untuk semua matriks permutasi . Karena matriks
berukuran 3 3, maka terdapat 3! 6
matriks permutasi berukuran 3 3.
Akan ditunjukkan untuk setiap matriks
permutasi terdapat faktorisasi
, dengan adalah matriks diagonal dan adalah matriks segitiga bawah dengan elemen-elemen 1 pada diagonal utamanya, sebagai berikut:
1. Matriks permutasi 1 0 00 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 4 4 8 4 2 1 8 1 2 1 0 0 0 1 0 0 0 1 4 4 8 4 2 1 8 1 2 . Dapat difaktorisasi ke dalam hasil kali sebagai berikut:
4 4 8 4 2 1 8 1 2 1 0 0 1 1 0 2 1 4 0 0 0 6 0 0 0 1 1 2 0 1 0 0 1 . 2. Matriks permutasi 1 0 00 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 4 4 8 4 2 1 8 1 2 1 0 0 0 0 1 0 1 0 4 8 4 8 2 1 4 1 2 . Dapat difaktorisasi ke dalam hasil kali sebagai berikut:
4 8 4 8 2 1 4 1 2 1 0 0 2 1 0 1 1 4 0 0 0 18 0 0 0 1 2 1 0 1 0 0 1 . 3. Matriks permutasi 0 1 01 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 4 4 8 4 2 1 8 1 2 0 1 0 1 0 0 0 0 1 2 4 1 4 4 8 1 8 2 . Dapat difaktorisasi ke dalam hasil kali sebagai berikut:
2 4 1 4 4 8 1 8 2 1 0 0 2 1 0 1 2 0 0 0 12 0 0 0 1 2 0 1 0 0 1 . 4. Matriks permutasi 0 1 00 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 4 4 8 4 2 1 8 1 2 0 1 0 0 0 1 1 0 0 2 1 4 1 2 8 4 8 4 . Dapat difaktorisasi ke dalam hasil kali sebagai berikut:
2 1 4 1 2 8 4 8 4 1 0 0 1 0 2 4 1 2 0 0 0 0 0 0 36 1 2 0 1 4 0 0 1 . 5. Matriks permutasi 0 0 11 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 4 4 8 4 2 1 8 1 2 0 0 1 1 0 0 0 1 0 2 8 1 8 4 4 1 4 2 . Dapat difaktorisasi ke dalam hasil kali sebagai berikut:
12 2 8 1 8 4 4 1 4 2 1 0 0 4 1 0 0 1 2 0 0 0 36 0 0 0 1 4 0 1 0 0 0 1 . 6. Matriks permutasi 0 0 10 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 4 4 8 4 2 1 8 1 2 0 0 1 0 1 0 1 0 0 2 1 8 1 2 4 8 4 4 . Dapat difaktorisasi ke dalam hasil kali sebagai berikut:
2 1 8 1 2 4 8 4 4 1 0 0 1 0 4 0 1 2 0 0 0 0 0 0 36 1 4 0 1 0 0 0 1 .
Karena untuk semua matriks permutasi ,
terbukti matriks , maka sesuai
dengan Definisi 3.3, maka matriks strongly factorizable.
Dari Contoh 3.3 di atas, untuk membuktikan suatu matriks simetrik taksingular strongly factorizable, dengan menggunakan Definisi 3.3 terlalu banyak faktorisasi yang harus diperiksa yaitu sebanyak !, sehingga diperlukan cara yang lebih praktis.
Berikut ini akan dijelaskan sifat matriks kuasidefinit yang berhubungan dengan faktorisasi dan pembuktiannya menggunakan Teorema 2.5 dan Teorema 2.6.
Teorema 3.3
Matriks kuasidefinit merupakan matriks
strongly factorizable.
[Vanderbei 1995] Bukti:
Misalkan adalah submatriks utama
yang pertama dari dan adalah
matriks permutasi berukuran dengan
1 .
Untuk membuktikan teorema di atas, akan ditunjukkan bahwa semua merupakan matriks taksingular.
Submatriks utama yang pertama dari
mempunyai persamaan ,
dengan adalah submatriks utama dari
matriks kuasidefinit dan himpunan
bagian dari 1, 2, … , .
Submatriks utama mempunyai
bentuk , dengan
dan adalah submatriks utama dari
matriks dan (Ilustrasi diberikan pada Lampiran 10).
Karena dan adalah submatriks
utama dari matriks dan , sesuai dengan
Teorema 2.14, maka dan adalah
matriks definit positif.
Jadi adalah
matriks kuasidefinit (Definisi 3.1). Oleh karena itu, sesuai dengan Teorema 3.1
terbukti bahwa adalah matriks
taksingular.
Karena dan semua matriks
permutasi merupakan matriks taksingular
maka taksingular. Sesuai dengan Teorema
2.5 dan Teorema 2.6 maka matriks
dapat difaktorisasi ke dalam hasil kali .
Jadi sesuai dengan Definisi 3.3 dapat dinyatakan bahwa matriks kuasidefinit
merupakan matriks strongly factorizable.
■
Selanjutnya, dari Contoh 3.2 dan Contoh 3.3 dapat dibuat suatu teorema tentang hubungan antara matriks yang dapat difaktorisasi (factorizable) dengan matriks strongly factorizable.
Teorema 3.4
Jika suatu matriks strongly factorizable, maka matriks tersebut dapat difaktorisasi (factorizable).
Bukti:
Misalkan matriks (berukuran )
strongly factorizable. Sesuai dengan Definisi
3.3, terdapat faktorisasi untuk
setiap matriks permutasi . Jika dipilih
matriks permutasi , maka terdapat
faktorisasi
. Sesuai dengan Definisi 3.2, maka matriks dapat difaktorisasi (factorizable). ■
Dari Contoh 3.3 bagian 1, terlihat apabila suatu matriks strongly factorizable, maka
matriks factorizable (pada saat matriks
permutasi ). Berikut ini diberikan
contoh suatu matriks simetrik taksingular factorizable tapi tidak strongly factorizable.
Contoh 3.4:
Misalkan matriks 2 11 0 , karena
det 1 0, maka matriks taksingular. Oleh karena itu, matriks dapat
difaktorisasi ke dalam hasil kali sebagai berikut: 2 1 1 0 1 0 1 2 0 0 10 1 .
Dari Definisi 3.2, terbukti matriks factorizable.
Namun jika dipilih matriks permutasi 0 1
1 0 , maka diperoleh matriks 0 1
1 0 2 11 0 0 11 0 0 11 2 .
Matriks tidak dapat difaktorisasi ke
dalam hasil kali , karena bila dilihat
bentuk umum perkalian pada matriks
berukuran 2 2 sebagai berikut: 1
1 0 0 1 1
.
Karena pada matriks elemen pada baris
dan kolom pertama bernilai nol (0),
maka akan mengakibatkan nilai 0, oleh
karena itu 00 0 untuk semua
matriks segitiga bawah dengan elemen 1 pada
diagonal utamanya. Jadi matriks tidak
dapat difaktorisasi ke dalam hasil kali .
Oleh karena itu, matriks bukan matriks strongly factorizable.
IV SIMPULAN DAN SARAN
4.1 SimpulanBerdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:
i) Matriks kuasidefinit merupakan matriks
taksingular.
ii) Invers dari matriks kuasidefinit
merupakan matriks kuasidefinit.
iii)Matriks kuasidefinit merupakan matriks
strongly factorizable.
4.2Saran
Bagi yang beminat mengembangkan tulisan ini, dapat menggunakan hasil pada tulisan ini untuk diaplikasikan pada metode titik interior (interior-point method) untuk pemrograman linear dan kuadratik.
DAFTAR PUSTAKA
Anton H. 2000. Dasar-dasar Aljabar Linear.Ed. Ke-7. Hari Suminto, alih bahasa. Batam: Interaksara. Terjemahan dari: Elementary Linear Algebra.
Golub GH, van Loan CF. 1985. Matrix Computations. Maryland: The Johns Hopkins University Press.
Harville DA. 2008. Matrix Algebra from a Statistician's Perspective, 2nd printing. http://www.springer.com/978-0-387- 7835 6-7. 28-03-2009.
Horn RA, Johnson CR. 1985. Matrix Analysis. New York: Cambridge University Press.
Leon SJ. 2001. Aljabar Linear dan Aplikasinya. Ed. ke-5. Bondan A, alih bahasa. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Linear Algebra with Applications. Vanderbei RJ. 1995. Symmetric quasi-definite
matrices. SIAM J. Optimization 5(1): 100-113.
Zhang F. 1999. Matrix Theory: Basic Results and Techniques. New York: Springer-Verlag.
16
Lampiran 1 Pembuktian Teorema 2.3
Sebelum membuktikan Teorema 2.3, terlebih dahulu diberikan beberapa definisi yang berhubungan dengan pembuktian Teorema 2.3.
Definisi 1 (Matriks Eselon Baris)
Suatu matriks dikatakan memiliki bentuk eselon baris jika: i) Entri bukan nol pertama setiap baris adalah 1.
ii) Jika baris k tidak seluruhnya mengandung nol, maka banyaknya entri nol di bagian depan pada baris k + 1 lebih besar dari banyaknya entri nol di bagian depan pada baris k.
iii)Jika terdapat baris-baris yang entrinya semua adalah nol, maka baris-baris ini berada di bawah baris-baris yang memiliki entri-entri bukan nol.
[Leon 2001] Contoh 1:
1. Matriks-matriks berikut memiliki bentuk eselon baris, 1 4 2 0 1 3 0 0 1 , 1 2 3 0 0 1 0 0 0 , 1 3 1 0 0 0 1 3 0 0 0 0 .
2. Matriks-matriks berikut tidak memiliki bentuk eselon baris, 2 4 6
0 3 5 0 0 4
, 0 0 00 1 0 , 0 11 0 .
Matriks pertama tidak memenuhi syarat (i), matriks kedua gagal memenuhi syarat (iii) dan matriks ketiga gagal memenuhi syarat (ii).
Definisi 2 (Matriks Elementer)
Suatu matriks yang diperoleh dari matriks satuan I dengan melakukan satu operasi baris elementer disebut matriks elementer. Terdapat tiga jenis matriks elementer yang berkorespondensi dengan ketiga jenis operasi baris elementer.
Jenis I. Matriks elementer jenis I adalah matriks yang diperoleh dengan mempertukarkan dua baris dari I.
Contoh 2: Misalkan
0 1 0 1 0 0
0 0 1 adalah matriks elementer jenis I, karena diperoleh dengan
mempertukarkan kedua baris yang pertama dari I. Misalkan matriks 3 3, 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 .
Mengalikan di sebelah kiri dengan akan mempertukarkan baris pertama dan kedua dari . Mengalikan di sebelah kanan dengan adalah ekuivalen dengan operasi kolom elementer yang mempertukarkan kolom pertama dan kedua dari .
Jenis II. Matriks elementer jenis II adalah matriks yang diperoleh dengan mengalikan satu baris dari I dengan konstanta taknol.
Contoh 3: Misalkan
1 0 0 0 1 0
0 0 3 adalah matriks elementer jenis II, dan misalkan matriks 3 3 maka
1 0 0 0 1 0 0 0 3 3 3 3 1 0 0 0 1 0 0 0 3 3 3 3 .
Perkalian di sebelah kiri oleh akan melakukan operasi baris elementer dengan mengalikan baris ketiga dari oleh 3. Sedangkan perkalian di sebelah kanan oleh akan melakukan operasi kolom elementer dengan mengalikan kolom ketiga dari oleh 3.
Jenis III. Matriks elementer jenis III adalah matriks yang diperoleh dari I dengan menjumlahkan kelipatan dari satu baris pada baris yang lain.
Contoh 4: Misalkan
1 0 3 0 1 0 0 0 1
adalah satu matriks elementer jenis III. Jika matriks 3 3 maka 1 0 3 0 1 0 0 0 1 3 3 3 1 0 3 0 1 0 0 0 1 3 3 3 .
Perkalian di sebelah kiri oleh akan menjumlahkan 3 kali baris ketiga pada baris pertama dari , sedangkan perkalian di sebelah kanan oleh akan menjumlahkan 3 kali kolom pertama pada kolom ketiga dari .
[Leon 2001] Teorema 1
Jika dan adalah matriks-matriks berukuran , maka det det det .
[bukti lihat Leon 2001] Bukti Teorema 2.3
Matriks dapat direduksi menjadi bentuk eselon baris dengan operasi-operasi baris yang berhingga banyaknya. Jadi
. . .
dengan berbentuk eselon baris dan semua adalah ,,matriks elementer.
det det . . .
det det . . . det det .
Karena determinan-determinan dari semuanya taknol, maka det 0 jika dan hanya jika
det 0.
Jika matriks singular, maka matriks memiliki baris dengan seluruh elemen bernilai nol dan dengan demikian det 0. Jika matriks taksingular, maka matriks segitiga yang elemen-elemen diagonalnya bernilai 1 sehingga det 1 0.
18
Lampiran 2 Pembuktian Teorema 2.5
Sebelum membuktikan Teorema 2.5, diberikan teorema yang berhubungan dengan pembuktian teorema tersebut.
Teorema 2
Jika adalah matriks berukuran dengan submatriks utama yang pertama semuanya taksingular, maka matriks dapat difaktorisasi ke dalam hasil kali dengan adalah matriks segitiga bawah dengan elemen-elemen 1 pada diagonalnya dan adalah matriks segitiga atas. Bukti:
Misalkan adalah matriks berukuran dengan submatriks utama yang pertama semuanya taksingular, maka dapat direduksi menjadi matriks segitiga atas dengan hanya menggunakan operasi baris III (Definisi 2 di Lampiran 1); dengan elemen-elemen diagonal tidak akan pernah menjadi nol pada proses eliminasi, sehingga reduksi dapat berlangsung sempurna tanpa mempertukarkan baris. Proses reduksi berlangsung sebagai berikut:
. . . .
Jika matriks dapat direduksi menjadi matriks segitiga atas tanpa melakukan pertukaran baris, maka dapat difaktorisasi ke dalam hasil kali sebagai berikut:
. . .
. . .
dengan . . . dan adalah matriks segitiga atas.
[Leon 2001] Untuk memperjelas pembuktian teorema di atas, diberikan contoh berikut.
Contoh 5: Misalkan matriks
4 2 2
2 10 2
2 2 5 . Karena determinan submatriks utama yang pertama dari matriks adalah:
• det |4| 4 0;
• det 42 102 36 0; dan
• det 4 2 10 22 2
2 2 5 108 0.
Maka semua submatriks utama yang pertama dari matriks merupakan matriks taksingular, jadi matriks dapat direduksi menjadi matriks segitiga atas dengan cara matriks dikalikan (dari kiri) dengan serangkaian matriks elementer jenis III sebagai berikut:
• 1 0 0 1 0 0 0 1 , sehingga diperoleh: 1 0 0 1 0 0 0 1 4 2 2 2 10 2 2 2 5 4 2 2 0 9 3 2 2 5 ;
• 1 0 0 0 1 0 0 1 , sehingga diperoleh: 1 0 0 0 1 0 0 1 4 2 2 0 9 3 2 2 5 4 2 2 0 9 3 0 3 4 ; • 1 0 0 0 1 0 0 1 , sehingga diperoleh: 1 0 0 0 1 0 0 1 4 2 2 0 9 3 0 3 4 4 2 2 0 9 3 0 0 3 .
Matriks dinyatakan sebagai: 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 .
Bila diujikan kembali, diperoleh: 1 0 0 12 1 0 1 2 1 3 1 4 2 2 0 9 3 0 0 3 4 2 2 2 10 2 2 2 5 .
Jadi terbukti bahwa matriks dapat difaktorisasi ke dalam hasil kali . Bukti Teorema 2.5:
Teorema 2 telah menunjukkan bahwa matriks dengan submatriks utama yang pertama semuanya taksingular, maka matriks dapat difaktorisasi ke dalam hasil kali dengan adalah matriks segitiga bawah dengan elemen-elemen 1 pada diagonalnya dan adalah matriks segitiga
atas. Definisikan matriks diagonal
0 0
0 0
0 0
dengan untuk 1 .
Diketahui bahwa matriks taksingular, maka terdapat matriks yang merupakan matriks segitiga atas dengan elemen-elemen 1 pada diagonalnya. Karena
. Jadi terbukti bahwa matriks dapat difaktorisasi ke dalam bentuk perkalian . [Golub & van Loan 1985]
20
Lampiran 3 Pembuktian Teorema 2.6
Bukti Teorema 2.6:Misalkan matriks simetrik, taksingular dan memenuhi faktorisasi dengan dan adalah matriks segitiga bawah dengan elemen-elemen 1 pada diagonalnya dan adalah matriks diagonal.
Jika adalah matriks segitiga bawah dengan elemen-elemen 1 pada diagonalnya, maka juga merupakan matriks segitiga bawah dengan elemen-elemen 1 pada diagonalnya (seperti pada Contoh 5 di Lampiran 2). Oleh karena itu, bila matriks simetrik dikalikan dari kiri dan kanan oleh matriks akan dan akan diperoleh matriks yang merupakan matriks diagonal.
Karena , maka merupakan matriks diagonal juga. Karena adalah matriks diagonal dan taksingular, maka adalah matriks diagonal. Namun karena matriks adalah matriks segitiga bawah dengan elemen-elemen 1 pada diagonalnya, maka haruslah . Hal ini membuktikan bahwa matriks .
[Golub & van Loan 1985]
Lampiran 4 Pembuktian Teorema 2.7
Terlebih dahulu diberikan definisi dan teorema yang berhubungan dengan pembuktian Teorema 2.7.
Definisi 3 (Perkalian Blok)
Misalkan matriks berukuran dan matriks berukuran . Perkalian blok matriks dan dapat dibedakan menjadi 4 kasus, yaitu:
Kasus 1
, dengan matriks dan matriks , maka
Kasus 2
, dengan matriks dan matriks , maka
Kasus 3
dan ,
dengan matriks dan matriks , matriks dan matriks , maka
Kasus 4
Misalkan dan keduanya dipartisi sebagai berikut:
dan
maka,
[Leon 2001] Contoh 6: Misalkan 1 1 1 1 2 2 3 3 1 12 2 dan 1 1 1 2 1 11 1 3 1 3 2 1 11 2 maka 1 1 1 1 2 2 3 3 1 12 2 1 1 1 2 1 11 1 3 1 3 2 1 11 2 1.1 1.1 1.3 1.3 1.1 1.2 1.1 1.2 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.2 2.1 2.1 1.3 1.3 2.1 2.2 1.1 1.2 3.1 3.1 2.3 2.3 3.1 3.2 2.1 2.2 2.1 2.1 1.1 1.1 2.1 2.1 1.1 1.2 3.1 3.1 2.1 2.1 3.1 3.1 2.1 2.2 8 6 4 5 10 9 6 7 18 15 10 12
Definisi 4 (Operasi Dasar pada Matriks Dipartisi)
Operasi baris dasar atau operasi kolom dasar pada matriks yang dipartisi dibedakan menjadi tiga operasi, yaitu:
I. Penukaran dua (blok) baris (kolom)
II. Mengalikan (blok) baris (kolom) dari kiri (kanan) dengan suatu matriks taksingular yang berukuran tepat
III.Mengalikan (blok) baris (kolom) dengan suatu matriks dari kiri (kanan), lalu menambahkan pada baris (kolom) yang lain.
[Zhang 1999] Contoh 7: Misalkan 1 1 1 1 2 2 3 3 1 12 2
I. Jika dilakukan penukaran antara baris pertama dan kedua, maka matriks menjadi: 2 2 1 1
3 3
1 1 2 21 1
II. Jika baris pertama dikalikan dengan matriks 2 11 3 dari kanan, maka matriks A menjadi:
1 2 1 2
2 2 1 1 3 3 2 2
22
III.Jika baris kedua dikalikan dengan matriks 1 1 dari kiri, lalu ditambahkan pada baris pertama, maka matriks menjadi:
0 0 0 0 2 2
3 3 1 12 2
Teorema 3
Jika adalah matriks segitiga atas atau bawah yang berukuran , maka determinan dari sama dengan hasil kali elemen-elemen diagonal matriks .
[bukti lihat Leon 2001] Definisi 5 (Pengaruh Operasi Baris pada Nilai Determinan )
Pengaruh-pengaruh dari operasi-operasi baris atau kolom pada nilai determinan suatu matriks adalah sebagai berikut:
I. Pertukaran dua baris (atau kolom) dari suatu matriks akan mengubah tanda dari determinan. II. Mengalikan satu baris (atau kolom) dari suatu matriks dengan suatu skalar sama akibatnya
dengan mengalikan nilai dari determinan dengan skala r tersebut.
III.Menjumlahkan perkalian dari satu baris (atau kolom) pada baris lain (atau kolom lain) tidak akan mengubah nilai dari determinan.
[Leon 2001] Bukti Teorema 2.7
Jika matriks taksingular maka terdapat matriks sebagai invers dari . Dengan melakukan operasi baris dasar jenis III (Definisi 4) pada matriks , yaitu baris pertama dikalikan dengan matriks (dari kiri) lalu menambahkannya pada baris kedua sehingga diperoleh
0 .
Sesuai dengan Definisi 5, maka det det , lalu dari Teorema 3 diketahui
det det
dengan Teorema 1 (di Lampiran 1), terbukti bahwa
Lampiran 5 Pembuktian Teorema 2.8
Akan dibuktikan invers dari matriks adalah dengan ,
, , . Bukti Teorema 2.8:
Dari setiap matriks yang mempunyai invers dapat dituliskan sebagai perkalian dari matriks elementer, sehingga dapat ditulis:
| ~ | ,
yang berarti dengan menerapkan operasi baris pada | akan diperoleh melalui matriks
| .
Diberikan matriks perluasan berikut:
| 0 0
lalu dilakukan operasi baris dasar (Definisi 4 di Lampiran 4),
1. Baris pertama dikalikan dengan matriks (dari kiri), sehingga diperoleh: 0
0
2. Baris pertama dikalikan dengan matriks (dari kiri), lalu ditambahkan pada baris kedua diperoleh:
0 0
3. Baris kedua dapat dikalikan dengan (dari kiri) untuk memperoleh: 0
0
4. Dengan mengalikan (dari kiri) baris kedua dengan matriks , lalu menambahkannya pada baris pertama diperoleh:
0 0
Jadi terbukti bahwa invers matriks yang dipartisi adalah dengan ,
, , .
24
Lampiran 6 Pembuktian Teorema 2.9
Akan dibuktikan bahwa dengan
dan adalah matriks taksingular, serta dan berturut-turut adalah matriks berukuran dan .
Bukti Teorema 2.9:
Menurut Definisi 2.6, akan ditunjukkan bahwa
. • . • .
Lampiran 7 Tambahan Contoh 2.14
Dengan cara yang sama pada Contoh 2.14 dapat ditunjukkan bahwa 2 dan 3 juga matriks definit positif sebagai berikut:
• 2 10, 0 0 dan 2 , maka 2 2 2 10 10 0 dengan 0. • 3 5, 0 0 dan 3 , maka 3 3 3 5 5 0 dengan 0.
Begitu pula dapat ditunjukkan bahwa 1,3 dan 2,3 juga matriks definit positif sebagai berikut: • 1,3 42 52 , 0 dan 1,3 , maka 1,3 1,3 1,3 42 52 4 4 5 2 4 0 dengan 0 dan 0. • 2,3 10 22 5 , 0 dan 2,3 , maka 2,3 2,3 2,3 10 22 5 10 4 5 2 6 4 0 dengan 0 dan 0.
26
Lampiran 8 Tambahan Bukti Teorema 3.1
Akan dibuktikan merupakan matriks definit positif. Bukti:
a. Karena matriks definit positif berukuran , maka matriks definit positif berukuran (Teorema 2.12)
b. Karena matriks definit positif berukuran dan sembarang matriks berukuran , maka matriks semidefinit positif berukuran (Teorema 2.13)
c. Misalkan adalah vektor taknol sembarang di .
Maka .
Karena matriks semidefinit positif berukuran , maka 0 dan karena matriks definit positif berukuran , maka 0, sehingga bentuk kuadrat
0 untuk sembarang vektor taknol di . d. Untuk membuktikan matriks simetrik, akan ditunjukkan:
.
Dari Teorema 2.1, didapat .
Karena matriks definit positif, maka matriks simetrik, jadi . Sedangkan sesuai
Teorema 2.1, matriks . Karena matriks
definit positif, maka matriks simetrik, jadi . Jadi
. Terbukti bahwa matriks merupakan matriks simetrik. Jadi terbukti bahwa matriks merupakan matriks definit positif.
Lampiran 9 Tambahan Bukti Teorema 3.2
Akan dibuktikan invers matriks adalah matriks dengan
• ,
• ,
• ,
• .
Bukti:
Sesuai dengan Teorema 2.8, invers matriks yang dipartisi adalah , dengan
, ,
, .
Jadi untuk matriks akan diperoleh invers matriks yaitu dengan
•
Dengan demikian diperoleh . Sesuai Teorema 2.9,
matriks . • • • . Jika , , , , Maka terbukti .
28
Lampiran 10 Tambahan Bukti Teorema 3.3
Akan diperlihatkan untuk beberapa matriks permutasi bahwa submatriks utama yang pertama dari yaitu dengan adalah matriks permutasi berukuran dengan 1 dan adalah submatriks utama dari matriks kuasidefinit dengan himpunan bagian dari 1, 2, … , . Submatriks utama mempunyai bentuk
, dengan dan adalah submatriks utama dari matriks dan .
Dengan menggunakan matriks kuasidefinit pada Contoh 3.3, yaitu
2 1 2 4 2 1 2 2 5 7 2 2 4 2 2 4 5 2 10 2 2 7 2 2 5 dengan 2 1 1 2 dan 4 2 2 2 10 2 2 2 5 .
Misalkan diberikan beberapa matriks permutasi sebagai berikut:
1) 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 , maka 2 4 1 2 2 4 10 5 2 2 1 5 2 7 2 2 2 7 5 2 2 2 2 2 4 .
Submatriks utama yang pertama dari adalah:
• 2 4
4 10 , merupakan 1,4 , 1 dan 2 , dengan 1 00 1 ;
• 4 102 4 15
1 5 2 , merupakan 1,2,4 , 1,2 dan 2 , dengan
1 0 0 0 0 1 0 1 0 ; • 2 4 1 2 4 10 5 2 1 5 2 7 2 2 7 5
, merupakan 1,2,4,5, 1,2 dan 2,3, dengan 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 ; dan • 2 4 1 2 2 4 10 5 2 2 1 5 2 7 2 2 2 7 5 2 2 2 2 2 4 , merupakan 1,2,3,4,5 , 1,2 dan 1,2,3 , dengan .
2) 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 , maka 4 2 2 2 2 2 2 2 4 1 2 2 5 2 7 2 4 2 10 5 2 1 7 5 2 .
Submatriks utama yang pertama dari adalah:
• 4 2
2 2 , merupakan 1,3 , 1 dan 1 , dengan 0 11 0 ;
• 4 2 2 2 22
2 2 5
, merupakan 1,3,5 , 1 dan 1.3 , dengan
0 1 0 1 0 0 0 0 1 ; • 4 2 2 2 2 2 2 4 2 2 5 2 2 4 2 10
, merupakan 1,3,4,5, 1 dan 1,2,3 , dengan 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 ; dan • 4 2 2 2 2 2 2 2 4 1 2 2 5 2 7 2 4 2 10 5 2 1 7 5 2 , merupakan 1,2,3,4,5 , 1,2 dan 1,2,3 , dengan . 3) 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 , maka 5 7 2 2 2 7 2 5 1 2 2 5 10 4 2 2 1 4 2 2 2 2 2 2 4 .
Submatriks utama yang pertama dari adalah:
• 5 7
7 2 , merupakan 2,5 , 2 dan 2 , dengan 0 11 0 ;
• 5 7 2 7 2 5
2 5 10 , merupakan 2,4,5 , 2 dan 2.3 , dengan
0 1 0 0 0 1 1 0 0 ; • 5 7 2 2 7 2 5 1 2 5 10 4 2 1 4 2
, merupakan 1,2,4,5 , 1,2 dan 2,3, dengan 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 ; dan • 5 7 2 2 2 7 2 5 1 2 2 5 10 4 2 2 1 4 2 2 2 2 2 2 4 , merupakan 1,2,3,4,5 , 1,2 dan 1,2,3 , dengan .