• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP BANGUN RUANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP BANGUN RUANG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1. Penulis Penanggungjawab 2. Penulis Penanggungjawab

PENGARUH PENDEKATAN ETNOMATEMATIKA TERHADAP

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA KONSEP

BANGUN RUANG

(Penelitian Eksperimen di Kelas V SD Negeri Sukadame 1 Kecamatan

Pagelaran Kabupaten Pandeglang)

Devi Ratnasari Sri Wuryastuti1

Lizza Suzanti2

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Serang deviratnasari29@gmail.com

ABSTRAK

Pembelajaran matematika dianggap jauh dari kehidupan sehari-hari. Maka pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menghubungkan suatu konsep pelajaran dengan dunia nyata sangat diperlukan. Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika yaitu pendekatan etnomatematika. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Pendekatan Etnomatematika terhadap kemampuan koneksi matematis siswa pada konsep bangun ruang kemudian dibandingkan dengan yang tidak menggunakan pendekatan etnomatematika. Subjek penelitian ini yaitu kelas V SDN Sukadame 1. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen dengan model desain Non-equavalent Control Group Desaign. Terdapat dua kelas dalam penelitian ini, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes dan wawancara, tes diberikan kepada dua kelas sebelum dan setelah dilakukan pembelajaran dan wawancara dilakukan setelah dilakukan pembelajaran. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata kemampuan koneksi matematis siswa pada kelas eksperimen 68,60, sedangkan rata-rata pada kelas kontrol 62,40. Maka terdapat perbedaan kemampuan koneksi matematis siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan etnomatematika dengan kelas kontrol yang menggunakan pendekatan konvensional. Nilai rata-rata akhir pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol. Dari hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan etnomatematika dalam pembelajaran matematika pada konsep bangun ruang dapat mempengaruhi dan meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa.

(2)

ABSTRACT

Learning mathematics is considered far from everyday life. So learning to develop students' ability to connect a concept with a real world lesson is needed. One alternative learning that can be used in learning mathematics that etnomatematika approach. This study was conducted to determine the effect of using Etnomatematika approach to the ability of students' mathematical connection to the concept of geometry is then compared with those not using etnomatematika approach. This research subject is class V SDN Sukadame 1. This research uses experimental research with design models Non-equavalent Control Group Desaign. There are two classes in this study, the experimental class and control class. The instrument used was a test and an interview, a test given to two classes before and after the study and interviews conducted after the learning. Based on data analysis that has been done, gained an average of students' mathematical ability to connect the experimental class 68.60, while the average in the control class 62.40. Then there are differences in students' mathematical ability to connect the experimental class that uses etnomatematika approach with classroom control using conventional approaches. The average value of the end of the experimental class is higher than the control class. From the results obtained it can be concluded that the use etnomatematika approach in mathematics on the concept of geometry can affect and improve the ability of students' mathematical connections.

(3)

3 Perkembangan sumber daya manusia

(SDA) sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang diperoleh atau yang didapatkan.Pendidikan yang berhasil dapat mengembangkan daya pikir siswanya kearahan pendewasaan diri. Terdapat tiga aspek penting dalam pendidikan yang harus diasah dan dikembangkan, diantaranya yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Siswa diharapkan tidak hanya cakap dalam ilmu pengetahuannya saja akan tetapi dapat cakap dan terampil dalam mengaplikasikan ilmu yang dipelajari, sehingga memiliki keterampilan untuk bekal kehidupannya. Sesuai dengan tujuan pendidikan (Kemendiknas) yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 bahwa tujuan pendidikan yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berilmu dan berakhlak mulia.

Tercapainya tujuan pembelajaran tidak dapat terlepas dari peran guru sebagai pelaksana dan pencipta situasi serta iklim pembelajaran. Menurut R.Gagne, belajar merupakan proses perubahan perilaku. Dalam kegiatan belajar mengajar, bukan hanya sekadar adanya transfer informasi dari guru kepada siswa, akan tetapi harusnya terjadi suatu perubahan pada siswa. Dengan kata lain, dimana apabila terjadinya proses perubahan baik dalam segi pengetahuan, sikap ataupun keterampilan maka tujuan pembelajaran telah tercapai.Guru adalah salah satu komponen yang dapat menentukan dalam teralisasinya proses pembelajaran yang sesuai. Kepiawaian guru dalam mengelola dan menggunakan strategi pembelajaran dengan baik menjadi faktor yang mendukung keberhasilan suatu pembelajaran.

Siswa sekolah dasar termasuk kedalam golongan yang harus dihadirkan

suatu hal yang nyata ketika dalam belajar. Terutama dalam pembelajaran matematika, yang konsepnya rumit. Dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar, guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam membuat alat peraga. Matematika tidak terlepas dari simbol-simbol yang abstrak berlawanan dengan karakteristik siswa SD yang berada pada tahap konkrit. Matematika yang dianggap sulit, rumit dan jauh dari kehidupan sehari-hari menjadi penyebab tidak disenanginya pelajaran matematika. Kebanyakan materi siswa hanya diajarkan agar mempelajari matematika tanpa mengkoneksikannya dengan kehidupan nyata. Sehingga ketika siswa diberikan soal yang berbeda namun cara penyelesaiannya sama, siswa akan mengalami kesulitan. Itu disebabkan materi matematika yang diajarkan hanya cangkangnya saja belum sampai pada makna yang sesungguhnya, serta cara penggunaan materi tersebut dikehidupan nyata.

Pembelajaran matematika kurang dihubungkan dengan kehidupan nyata, sehingga pembelajaran matematikapun menjadi kurang bermakna. Padahal pembelajaran matematika tidak dapat terlepas dari kehidupan sehari-hari. Kebermaknaan dalam pembelajaran sangat penting, karena akan memberikan bekas yang selalu diingat oleh siswa, hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh Ausubel (1968).Guru harus menciptakan iklim pembelajaran matematika yang bermakna agar materi mudah dipahami. Kurangnya kretifitas guru dalam membuat pemodelan matematika dan strategi yang mengajak siswa aktif menjadi salah satu hal yang menyebabkan siswa kurang menyenangi matematika. Ada pepatah yang mengatakan bahwa, “saya mendengar saya tahu, saya melihat saya mengerti, saya melakukan saya bisa”.

(4)

Maka dari itu perlu adanya pembelajaran yang memanfaatkan pengetahuan awal siswa, yaitu pengetahuan yang didapatkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa akan ikut kedalam pembelajaran yang dihadirkan oleh guru. Salah satu pendekatan pembelajaran yang mengangkat budaya sekitar sebagai sumber pembelajaran matematika adalah pendekatan etnomatematika. Pendekatan etnomatematika merupakan pendekatan pembelajaran yang berbasis budaya. Etnomatematika diperkenalkan oleh D’Ambrosio, yaitu seorang matematikawan Brasil pada tahun 1977. Jadi pembelajaran matematika diangkat dari hal-hal yang sudah diketahui siswa dalam kehidupan sehari-hari, kemudian dihubungkan dengan konsep matematika yang abstrak. Dengan demikian penggunaan pendekatan etnomatematika dapat mengembangkan kemampuan koneksi matematis siswa, karena dengan begitu siswa dapat merelasikan atau menghubungkan budaya yang ada disekitar dengan suatu konsep matematika.

Penerapan pendekatan

etnomatematika bertujuan untuk mengembangkan kemampuan koneksi matematis siswa pada pembelajaran matematika. Dengan penggunaan pendekatan etnomatematika diharapkan siswa dapat menghubungkan materi matematika dengan kehidupan sehari-hari. Maka dari itu dilakukannya penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan etnomatematika terhadap kemampuan koneksi matematis siswa pada konsep bangun ruang, mengetahui perbedaan kemampuan koneksi matematis antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, serta mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan etnomatematika.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen, yang mana nantinya untuk melihat hubungan sebab – akibat. Dalam penelitian dengan metode eksperimen terdapat dua kelas yang menjadi subjek penelitian, yaitu kelas eksperimen dengan menggunakan pendekatan etnomatematika dan kelas kontrol dengan menggunakan pendekatan biasa. Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah penggunaan pendekatan etnomatematika sebagai variabel bebas, sementara kemampuan koneksi matematis sebagai variabel bergayut, menjadi variabel yang diamati.

Desain yang digunakan adalah Quasi Experimental design dengan bentuk yang dipilih Nonequivalent Control Group Design. Dimana berdasarkan desain tersebut, dilakukan tes sebelum perlakuan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol (pretest). Kemudian kedua kelas diberikan perlakuan dengan pendekatan yang berbeda, yaitu kelas eksperimen diberikan pendekatan etnomatematika dan kelas kontrol diberikan pendekatan konvensional. Meskipun diberikan perlakuan yang berbeda, kedua kelas baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol harus menyelesaikan tes akhir (posttest) yang sama.

Penelitian ini dilakukan di SDN Sukadame 1 kecamatan Pagelaran Kabupaten Pandeglang, dengan subjek penelitian yaitu kelas V SDNegeri Sukadame 1, dengan alasan karena di SDN Sukadame 1 belum mampu meningkatkan mutu pembelajaran khususnya didalam pembelajaran matematika. Terdapat tiga tahapan dalam penelitian ini, tahap pertama yaitu pemberian pretest, tahap kedua

(5)

5 adalah pemberian perlakuan, dan tahapan

terakhir yaitu pemberian posttest.

Langkah awal sebelum pemberian perlakuan yaitu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilengkapi dengan lembar kerja, menyusun instrument, diantaranya soal tes dan pedoman wawancara. Setelah itu pelaksanaan penelitian dilakukan dengan memberikan pretest pada kedua kelas, kemudian diberikan pembelajaran, setelah pembelajaran dilakukan maka kedua kelas diberikan posttest, setelah posttest pada kelas eksperimen dilakukannya wawancara.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi matematis siswa yaitu insrumen tes berupa butir soal dan instrumen nontes berupa pedoman wawancara.

1. Tes

Tes untuk mengukur kemampuan koneksi matematis yaitu tes berbentuk uraian, dengan tujuan agar proses koneksi matematis siswa dapat terlihat melalui uaraian siswa, sehingga kemampuan koneksi matematis akan lebih diketahui. Selain itu kesulitan dan kesalahan siswa dapat diketahui.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan mengacu pada pedoman wawancara yang sudah dibuat. Wawacara dalam penelitian ini dilakukan kepas siswa dengan tujuan untuk memperdalam data dan mengetahui respon siswa terhadap penggunaan pendekatan etnomatematika ketika pembelajaran.

Analisis Data

1. Analisis Data Tes

Analisis data tes dilakukan dengan menggunakan uji Normalitas,

homogenitas, uji t-tes (uji rerata) dan uji data N-Gain.

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sampel berdistribusi normal atau tidak, apabila data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas variansi, dimana uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel memiliki varian yang sama atau berbeda. Jika data tidak normal maka uji yang dilakukan adalah uji mann-whitney. Kemudian setelah uji homogenitas atau mann-whitney maka dilakukan uji t, yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata sampel.

2. Analisis Data Wawancara

Wawancara dilakukan pada kelas eksperimen setelah posttest. Wawancara dilakukan terhadap enam orang sebagai perwakilan siswa pada kelas eksperimen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini dikumpulkan yangkemudian dianalisis, dibahas dan selanjutnya dipaparkan dengan secara jelas. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 minggu, yaitu dari tanggal 10 Mei sampai dengan tanggal 17 Mei 2016. Penelitian ini dilakukan pada kelas V SD Negeri Sukadame 1, yang berlokasi di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pandeglang – Banten. Penelitian ini menggunakan dua kelas sebagai subjek penelitiannya, yaitu kelas V1 sebagai kelas eksperimen dan kelas V2 sebagai kelas kontrol. Jumlah siswa pada kedua masing-masing kelas adalah sama, yaitu ke duanya berjumlah 25 orang siswa pada setiap kelasnya.

Terdapat tiga tahapan dalam penelitian ini. Pada tahapan awal dilakukan pretest kepada kedua kelas untuk mengetahui kemampuan koneksi

(6)

matematis awal siswa. Tahapan kedua, dilakukannya kegiatan pembelajaran pada kedua kelas, kelas eksperimen dengan pendekatan etnomatematika sedangkan kelas kontrol dengan pendekatan biasa. Tahapan ketiga yaitu pemberian posttest pada kedua kelas untuk menguji sejauh mana kemampuan koneksi matematis siswa setelah diberikannya perlakuan, dan pemberian wawancara hanya pada kelompok eksperimen.

Pada kelas eksperimen, sebelum melakukan kegiatan pembelajaran guru mengkondisikan siswa untuk siap belajar, setelah siswa terkondisikan untuk siap belajar maka yang dilakukan guru adalah memberikan motivasi kepada siswa untuk memberikan dorongan agar siswa interaktif dan fokus mengikuti jalannya proses belajar – mengajar,setelah itu barulah guru melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan yang telah di rencanakan sebelumnya.

Pada kegiatan awal pembelajaran, guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan memberikan pertanya-pertanyaan yang memancing pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan dipelajari yaitu bangun ruang, sehingga guru mengetahui sejauh mana siswa telah memiliki konsep awal tentang bangun ruang, untuk melanjutkan langkah yang harus dilakukan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.

Pembelajaran pada kelas eksperimen, dilakukan guru dengan membuat situasi yang konkrit dari konsep matematika yang akan dipelajari dengan menggunakan pendekatan etnomatematika, yaitu dengan mengangkat budaya sekitar. Pendekatan etnomatematika mengemas pembelajaran menjadi lebih menarik dan eketif membuat siswa lebih aktif. Budaya yang diangkat sebagai sumber

pembelajaran matematika adalah kue tradisional. Kue tradisional dihadirkan oleh guru sebagai pemodelan dari konsep bangun ruang. Guru menampilkan kue-kue tradisional dari beberapa daerah yang berbentuk bangun ruang, dan mengarahkan siswa untuk mencari sendiri sifat-sifat bangun ruang sesuai dengan kue yang diamati secara berkelompok.

Hal tersebut dilakukan agar siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa dapat melihat model matematika yang dipelajarainya secara nyata tanpa perlu berimajinasi dan menemukan makna dari materi secara mandiri bukan hanya berdasarkan penjelasan dari guru. Kemudian guru membagi siswa kedalam beberapa grup agar siswa mau berinteraksi aktif dengan teman-temannya. Pada kegiatan ini siswa diberikan Lembar Kerja Siswa ( LKS ) dan alat peraganya, agar siswa dapat memecahkan masalah yang ada dalam Lembar kerjanya dengan berdiskusi bersama teman sekelompoknya.

Dengan dibaginya grup yang dilakukan guru, diharapkan siswa yang telah memahami materi pelajaran, dapat membantu temannya yang masih kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru. Sehingga dapat membantu guru dalam mewujudkan tujuan pembelajaran.

Setelah pembelajaran selesai dilakukan, maka ke dua kelas diberikan posttest, untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis akhir siswa. Dan terakhir setelah posttest dilakukannya wawancara pada kelas eksperimen untuk memastikan respon siswa, apakah siswa memberikan respon yang positif atau sebaliknya memberikan respon yang negatif.

(7)

7 Pengaruh Pendekatan Etnomatematika

terhadap Kemampuan Koneksi

Matematis Siswa

Dalam mengetahui pengaruh pendekatan etnomatematika, hal yang dilakukan yaitu melakukan analisis data hasil pretest dan data hasil pottest, yang kemudian dilanjutkan dengan melakukannya uji statistik deskriptif pada data pretest maupun posttest ke dua kelas yang bertujuan untuk melihat nilai minimal, nilai maksimal, nilai rata-rata, standar deviasi dan nilai variansi. Setalah uji statistik deskriptif, dilanjutkan dengan uji normalitas, homogenitas, dan uji t.

Hasil Analisis Data Pretest

Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis awal siswa dan sejauh mana kesiapan siswa dalam menerima materi baru.

Hasil rata-rata pretest pada pada kelas eksperimen adalah 48,40, dengan nilai terrendah 5 dan nilai tertinggi 70. Padakelas kontrol nilai rata-rata diperoleh 47,80 dengan nilai terrendah 25 dan nilai tertinggi 80. Kemudian nilai variansi dari kelas eksperimen yang didapat berdasarkan hasil pengolahan data adalah 397,333 dengan standar deviasinya 19,933. Pada kelas kontrol diperoleh nilai variansinya adalah 233,500, dengan standar deviasi 15,281. Hasil pretestpada kedua kelas menunjukan perbedaan namun tidak signifikan.

Hasil uji normalitas pada kelas eksperimen diperoleh bahwa data pada kelas eksperimen tidak berdistribusi normal, maka dari itu dilakukannya uji mann-whitney, yang diperoleh hasil bahwa kedua sampel antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

homogeny atau sama (tidak berbeda secara signifikan).

Hasil uji t pada kedua sampel diperoleh nilai signifikansi lebih dari 0,05 yaitu hasilnya 0,905, maka pada data pretest, kemampuan koneksi matematis siswa memiliki nilai rata-rata yang sama antara kedua kelas.

Dari analisis data pretestyang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada kedua sampel. Sehingga treatment dapat diberikan.

Hasil Analisis DataPostest

Setelah dilakukannya treatment terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol, selanjutnya dilakukannya posttest sebagai tes akhir untuk mengetahui pengaruh pendekatan etnomatematika terhadap koneksi matematis siswa serta mengetahui kemampuan akhir siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dan membandingkannya. Berikut tabel nilai rata-rata akhir siswa.

Tabel 1 Rata-rata tes akhir

Group Statistics

Kelas N Mean

Nilai Eksperimen 25 68,60 Kontrol 25 62,40 Hasil rata-rata posttest pada kelas eksperimen adalah 68,60, dengan nilai terrendah 25 dan nilai tertinggi 100. Pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata 62,40, dengan nilai terrendah 35 dan nilai tertinggi 85. Kemudian nilai variansi pada kelas eksperimen adalah 311,500 dengan standar deviasi 17,649. Pada kelas kontrol nilai variansi yang diperoleh 212,500, dengan standar deviasi 14,577.

Hasil uji normalitas, data hasil posttest kedua kelas berdistribusi normal,

(8)

dan karena data berdistribusi normal maka diuji homogenitas, maka diperoleh hasil bahwa kedua kelas memiliki varian yang homogen (sama). Berdasarkan hasil uji-rerata diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,038, yaitu kurang dari 0,05. Dengan demikian nilai yang diraih siswa pada posttest kemampuan koneksi matematis siswa memiliki nilai rata-rata yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel.3

Apabila diperhatikan pada tabel diatas nilai pada kelas eksperimen selalu lebih baik dibandingkan pada kelas kontrol. Dari beberapa hasil uji yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa peningkatan nilai pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan peningkatan nilai pada kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas yang diberikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan etnomatematika, pengetahuan koneksi matematisnya lebih baik dibandingkan dengan kelas yang hanya diberikan pembelajaran biasa. Pendekatan etnomatematikapun berpengaruh postif dalam mengembangkan kemampuan koneksi matematis siswa. Sesuai dengan yang diharapkan pendekatan etnomatematika akan menjadi salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang baik dan efektif digunakan oleh guru khususnya dalam pembelajaran

matematika. Dengan pendekatan etnomatematika kemampuan koneksi matematis siswa yang masih kurang, kini kemampuan koneksi matematis siswa akan berkembang menjadi lebih baik dengan bantuan penggunaan pendekatan etnomatematika.

Perbedaan kemampuan koneksi

matematis siswaantara Kedua Kelas Untuk mengetahui perbedaan kemampuan koneksi matematis siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dilakukannya uji data N-gain. Analisis data N-Gain dilakukan untuk mengetahui sejauh mana meningkatnya kemampuan koneksi matematis di lihat dari hasil pretest hingga hasil posttest. Pada uji ini nilai pretest dan nilai posttest yang sudah diperoleh dikelompokkan sesuai kriterianya yaitu kelompok rendah, sedang, dan tinggi. Adapun cara untuk mengelompoknya dilihat dari perolehan nilai rata-rata kelas dan standar deviasi. Jika diketahui nilai siswa kurang dari jumlah hasil nilai rata-rata dikurangi standar deviasi maka termasuk kelompok rendah, jika nilai siswa lebih sama dengan hasil rata-rata kelas dikurangi standar deviasi dan kurang dari hasil rata-rata ditambah standar deviasi, maka tergolong kelompok sedang, dan untuk nilai siswa termasuk dalam kelompok tinggi maka nilai siswa harus lebih besar sama dengan jumlah rata-rata ditambah standar deviasi.

Dikelas eksperimen terdapat 3 siswa yang termasuk kedalam kelompok rendah, 19 siswa pada kelompok sedang, dan 3 orang siswa yang termasuk kelompok tinggi. Sedangkan untuk kelas kontrol terdapat 4 orang siswa yang termasuk kelompok rendah, kelompok sedang ada 16

Pretest Descriptif t–test

Mean Std. Deviasi Kelas

Eksperimen 48,40 19,933 0,905 Kelas Kontrol 47,80 15.281 0,905

Posttest Descriptif

Mean Std. Deviasi t–test Kelas

Eksperimen 68,60 17,649 0,038 Kelas Kontrol 62,40 14,577 0,038

(9)

9 orang siswa, dan terdapat 5 orang siswa

dikelompok tinggi. Tabel 2 Data Hasil N-Gain Gain Kelas Gain Rata–rata Klasifikasi Eksperimen 0,421 Sedang Kontrol 0,2846 Rendah

Setelah dianalisis pada kelas eksperimen diperoleh nilai N-Gain tertinggi 1,00 dan nilai N-Gain terrendah 0,10, nilai rata-rata N-Gain 0,4218, dengan standar deviasi 0,26153 dan nilai variansi 0,068. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai N-Gain tertinggi 0,57 dan nilai N-Gain terrendah -0,13, dengan standar deviasi 0,16474 dan nilai variansi 0,027. Apabila dilihat dari nilai variansi dari kedua kelas, maka nilai variansi pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan nilai variansi pada kelas kontrol, hal tersebut menandakan bahwa nilai pada kelas eksperimen lebih menyebar atau bervariasi.

Berdasarkan kriteria N-Gain, menunjukan bahwa nilai rata-rata peningkatan kemampuan koneksi matematis pada kelas eksperimen tergolong kedalam kelompok sedang (0,3 < g ≤ 70) yaitu bernilai 0,4218, sedangkan nilai rata-rata peningkatan kemampuan koneksi matematis pada kelas kontrol tergolong rendah (g ≤ 0,3) yaitu bernilai 0,2846. Dengan kata lain, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan etnomatematika lebih berhasil atau lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konvensional.

Terdapat perbedaan hasil kemampuan koneksi matematis antara kedua kelompok sampel. Dari temuan di atas meskipun perbedaannya tidak terlalu jauh, akan tetapi kemampuan koneksi matematis siswa kelas eksperimen berada di kelompok sedang,

dan kemampuan koneksi matematis siswa berada di golongan kelompok rendah.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa pada kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan etnomatematika lebih baik dibandingkan kelas kontrol yang diberikan pembelajaran dengan mengunakan pendekatan konvensional.

Jadi dalam mengembangkan kemampuan koneksi matematis siswa, lebih baiknya guru mengemas kegiatan belajar-mengajar dengan melepaskan diri dari cara yang lama dan mengganti strategi dengan cara yang baru, yaitu dengan pemanfaatan pendekatan etnomatematika. Respon Siswa terhadap Penggunaan Pendekatan Etnomatematika

Respon siswa diketahui dengan melakukan analisis data wawancara. Wawancara dilakukan pada kelas eksperimen setelah posttest, Wawancara dilakukan kepada 6 orang siswa sebagai perwakilan siswa pada kelas eksperimen. Dilakukannya wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan pendekatan etnomatematika dalam pembelajaran.

Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa respon siswa terhadap penggunaan pendekatan etnomatematika pada pembelajaran matematika adalah postif.

Kesimpulan yang dapat diambil dari lembar wawancara siswa bahwa siswa menjadi lebih mengerti dan senang dengan pelajaran matematika, khususnya pada materi bangun ruang. Dari keseluruhan jawaban wawancara yang dilakukan kepada siswa, pembelajaran matematika menjadi lebih menarik, bahkan pada saat pembelajaran dilakukan ada siswa yang beranggapan bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan tidak seperti

(10)

biasanya, siswa tersebut merasa tidak sedang belajar matematika. Hal tersebut diakibatkan karena pembelajarannya dikemas secara berbeda.

Pembelajaran matematika yang biasanya dihadirkan simbol-simbol yang abstrak menjadi hal yang tidak asing dan mudah dimengerti dengan pendekatan etnomatematika. siswa juga setuju apabila pendekatan etnomatematika diterapkan pada pembelajaranyang lain.

Fakta yang diperoleh, yaitu siswa sangat tertarik dan senang terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan etnomatematika. Ketertarikan siswa terhadap pembelajaran menjadi salah satu faktor dalam membantu siswa memahami dan mengerti materi pelajaran, karena apabila siswa menyenangi maka siswa akan dengan sungguh memperhatikan. Sehingga berdasarkan hasil analisis data wawancara siswa, pendekatan etnomatematika dapat menciptakan proses kegiatan belajar-mengajar yang bermakna. Sesuai dengan pendapat ahli yaitu Ausabel, bahwa pembelajaran harus bermakna.

Karena kebermaknaan dalam pembelajaran yang diciptakan oleh pendekatan etnomatematika tersebutlah, siswa menjadi terdorong untuk belajar matematika.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan pengolahan data, yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Terdapat perbedan kemampuan koneksi matematis siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan etnomatematika dan kelas kontrol yang menggunakan pendekatan konvensional.

Perubahan proses pembelajaran pada kelas eksperimen menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif, serta mendorong siswa

mengembangkan kemampuan

menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari melalui budaya sekitar yang tidak asing bagi siswa. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan etnomatematika lebih disenangi oleh siswa, sehingga pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan etnomatematika mendapatkan respon yang positif dari siswa.

Saran

Pentingnya pembelajaran yang mengasah dan mengembangkan kemampuan koneksi matematis siswa, terutama pada pembelajaran matematika di sekolah dasar. Bagi yang akan melakukan penelitian mengenai pendekatan etnomatematika hal yang perlu diperhatikan adalah pentingnya penambahan jam pelajaran, untuk melihat lebih dalam pengaruh pendekatan etnomatematika, dan pengkondisian siswa, karena dengan kondisi siswa yang belum siap akan menghambat siswa dalam memahami suatu konsep pembelajaran.

REFERENSI

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: ALFABETA, cv.

Sanjaya, W. (2013). Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan

(11)

11 Prosedur edisi pertama. Jakarta:

Kencana.

Supriadi. (2014). Kapita Selekta Matematika PGSD. Serang: UPI Kampus Serang

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta Riduwan. (2006) Dasar-Dasar

Statistika. Bandung : Alfabeta. Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan

Pembelajaran disekolah Dasar, Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

We ignored medicine, engineering and similar fields as this research was, once again, undertaken in urban contexts but did not contribute to urban scholarship; a typical example

Persepsi Orang Tua Terhadap Perilaku Bermain Anak Berdasarkan Gender Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu1.

[r]

enam bagian yang terdapat dalam Kitab San Zi Jing , data yang diambil untuk dijadikan. data primer adalah bagian VI pada kitab San Zi Jing , yaitu bagian tentang cara

[r]

penelitian menunjukkan bahwa OHIS dengan kategori baik mempunyai rerata DMFT. 1,67 ± 1,40 sedangkan OHIS dengan kategori buruk mempunyai rerata

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian sabut kelapa memberikan pengaruh yang nyata pada parameter pengamatan tinggi, pengaruh tidak nyata pada parameter pengamatan

Ibu Maya Silvi Lydia, B.Sc, M.Sc sebagai Sekretaris Program Studi S1 Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara