232
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
Lina Rihatul Hima
linarihatul@unpkediri.ac.id
Abstrak
Terdapat beberapa alasan, mengapa perlu ada pengembangan modul, antara lain; ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah. Selanjutnya, pengembangan modul diharapkan dapat membantu memecahkan masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Pengembangan modul memerlukan strategi yang tepat agar dapat menjadi sarana yang dapat membantu siswa memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan modul dengan strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Modul ini diharapkan dapat membantu meningkatkan komunikasi matematika sehingga siswa dapat memecahkan masalah dalam belajar. Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian dan pengembangan (research and development/R&D). Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP PGRI Kras Kabupaten Kediri. Pengembangan modul menggunakan 6 tahapan dalam strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Untuk melihat kemampuan komunikasi matematis siswa, diambil 6 subjek dengan tingkat komunikasi matematis yang berbeda. Dan dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa modul dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan komunikasi matematisnya.
Kata Kunci : modul pembelajaran, strategi pembelajran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB), komunikasi matematis.
Abstract
There are several reasons why modules should be developed. Those are availability of materials based on curriculum demands, target characteristics, and problem-solving demands. Furthermore, module development is expected to help in solving the problems or difficulty in learning. Module development requires an appropriate strategy in order to become a tool that can help students solve problems and improve students' mathematical communication skills. The purpose of this research is to develop the module with learning strategy to improve thinking ability. This module is expected to improve mathematical communication so that students can solve problems in learning. In this study the researcher uses research and development (R & D). The population of this study is the seventh grade students of SMP PGRI Kras Kabupaten Kediri. Module development uses 6 stages in learning strategy of thinking ability improvement. To see students' mathematical communication skills, six subjects with different levels of mathematical communication were taken. And from the results obtained, it shows that the module can help students improve their mathematical communication skills.
Keywords: learning module, learning skill improvement strategy (SPPKB), mathematic communication.
PENDAHULUAN
Purwanto (2007) menyatakan bahwa modul adalah bahan ajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu. Terdapat beberapa alasan, mengapa perlu ada pengembangan modul, antara lain; ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah. Selanjutnya, pengembangan modul diharapkan dapat membantu memecahkan
masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Adapun manfaat yang dapat diperoleh pada saat mengembangkan modul antara lain pertama, diperoleh modul yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, kedua, tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, ketiga, modul menjadi lebih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi, keempat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis modul, kelima modul akan mampu membangun komunikasi yang efektif antara guru dengan
233 siswa. Komunikasi dalam hal ini difokuskan pada komunikasi matematika, komunikasi matematika perlu menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran matematika, sebab melalui komunikasi, siswa dapat mengorganisasi dan mengkonsolidasi berpikir matematisnya (NCTM, 2000a), dan siswa dapat meng ’explore’ ide-ide matematika (NCTM, 2000b).
Pengembangan modul memerlukan strategi yang tepat agar dapat menjadi sarana yang dapat membantu siswa memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.Strategi yang dipilih dalam pengembangan modul ini adalah strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan (Sanjaya, 2006: 224-225). Menurut Sanjaya (2006: 232-234) ada 6 tahapan dalam strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir, yaitu: (1) Tahapan Orientasi, (2) Tahapan Pelacakan, (3) Tahapan Konfrontasi, (4) Tahapan Inkuiri, (5) Tahapan Akomodasi, (6) Tahapan Transfer.
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah (1) bagaimana pengembangan modul pembelajaran menggunakan strategi peningkatan kemampuan berpikir? Dan (2) Apakah modul pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika?. Dari rumusan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah Mengembangkan modul pembelajaran menggunakan strategi peningkatan kemampuan berpikir dan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan modul pembelajaran.
METODE PENELITIAN
Dilihat dari permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini penulis akan menggunakan jenis penelitian dan pengembangan (research and development/R&D).Penelitian ini dilakukan di kelas VII Sekolah Menengah Pertama
PGRI di Kras kabupaten Kediri. Waktu dilaksanakan penelitian adalah sekitar bulan Agustus minggu ketiga tahun ajaran 2017/2018. Dalam hal ini data yang dihimpun sebagai sumber data adalah lembar observasi dan RPP, juga tes tertulis dan lembar wawancara. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Keabsahan penelitian dilakukan dengan perpanjangan kehadiran peneliti, observasi yang mendalam, serta triangulasi. Proses analisis data pada penelitian ini meliputi tiga langkah, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan pengambilan kesimpulan/verifikasi (Sugiyono, 2012: 247).
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan modul
Modul pembelajaran mengacu pada 6 tahapan Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB). Berikut ini adalah enam tahapan tersebut.
Tahapan Orientasi
Dalam modul pembelajaran yang dikembangkan, tahapan orientasi terletak pada bagian awal modul yang menampilkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.
Gambar 1 Tahap orientasi Tahapan Pelacakan
Untuk tahap pelacakan pada modul pembelajaran yang dikembangkan, terdapat pada bagian ilustrasi dari materi yang akan disampaikan. Ada sebuah kolom
234 pengalaman yang disediakan untuk menuliskan pengalaman siswa terkait materi.
Gambar 2 Tahap pelacakan Tahapan Konfrontasi
Dalam modul pembelajaran yang dikembangkan terdapat soal latihan disertai dengan langkah-langkah yang membantu siswa untuk menyelesaikan soal tersebut. Diharapkan melalui tahapan ini siswa juga akan mampu mengerjakan soal-soal lain secara mandiri.
Gambar 3 Tahap konfrontasi Tahapan Inkuiri
Untuk tahapan inkuiri pada modul pembelajaran terletak pada bagian soal latihan yang tidak disertai dengan langkah-langkah penyelesaiannya. Hal ini bertujuan agar siswa menyelesaikan soal yang diberikan secara mandiri dan menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan soal tersebut. Selain itu, pemberian soal tanpa langkah-langkah penyelesaian ini juga bertujuan agar siswa berani bertanya apabila mereka masih merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut.
Gambar 4 Tahap inkuiri Tahapan Akomodasi
Setelah siswa menyelesaikan soal latihan dengan baik dan benar, maka pada tahap akomodasi siswa dapat menyimpulkan hal-hal apa saja yang mereka lakukan agar dapat meyelesaikan soal yang diberikan.
Gambar 4 Tahap akomodasi Tahapan Transfer
Untuk tahapan transfer, modul pembelajaran yang dikembangkan tersedia tes formatif yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal secara mandiri.Penyelesaian soal dari tes formatif juga dapat menggunakan kesimpulan dan kata kunci yang telah mereka tulis sebelumnya.Selain itu, pengalaman mereka dalam menyelesaikan soal latihan dapat membantu siswa untuk menyelesaikan soal-soal pada tes formatif.
235 Gambar 6 Tahap transfer
Komunikasi Matematis
Berikut data hasil tes evaluasi untuk melihat kemampuan komunikasi matematis siswa dengan menggunakan soal-soal ulangan harian. Berikut ini data hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa.
Tabel 1 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi I No Inisial
Subjek
Skor Prosentase Keterangan
1. EK 14 87,5 % SangatBaik 2. LN 12 75 % Baik 3. AB 11 68,7 % Cukup 4. DT 10 62,5 % Cukup 5. OK 9 56, 25 % KurangBaik 6. TW 8 50 % KurangBaik JumlahSkor 64 66,66 % Cukup Rata – rata 11 68,75% Baik
Pada tabel diatas terlihat bahwa rata- rata kemampuan komunikasi matematik siswa sebesar 68,75% pada pertemuan I, artinya jika kemampuan komunikasi matematik siswa > 60 % maka termasuk dalem kategori baik dan secara klasikal komunikasi matematika siswa termasuk dalam kategori cukup, hal ini ditunjukkan dengan perolehan prosentase sebesar 66,65%.
Namun masih belum bisa dikatakan maksimal, selanjutnya peneliti menggunakan modul matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Komunikasi matematik siswa dari pada pertemuan II dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi II No Inisial
Subjek
Skor Prosentase Keterangan
1. EK 15 93,75 % SangatBaik 2. LN 13 81,25 % Baik 3. AB 13 81,25% Baik 4. DT 11 68,75 % Cukup 5. OK 10 62,5 % Cukup 6. TW 9 56, 25 % KurangBaik JumlahSkor 71 73,95 % Baik Rata – rata 12 75% Baik
Pada pertemuan II digunakan modul matematika, rata- rata kemampuan komunikasi matematik siswa meningkat menjadi 75%, artinya kemampuan siswa sudah dalam kategori baik. Hal ini terbukti dari prosentase ketuntasan klasikal yang diperoleh yaitu 73,95 % yang masuk dalam kategori baik. Berdasarkan tabel I dan II hasil komunikasi matematik siswa pada pertemuan I dan pertemuan II dapat diperoleh:
Tabel. 3 Hasil Rangkuman Komunikasi Matematik Siswa dari I dan II
Skor Persentase Klasikal
Pertemuan I 64 66,65 % 67,5%
Pertemuan II 71 73,95 % 75%
Rata-rata 67,5 70,22% 71,25%
Keterangan Baik Baik Baik
Dari hasil rangkuman komunikasi matematik pada pertemuan I dan pertemuan II terlihat bahwa rata- rata nya meningkat sebesar 70,22% artinya kemampuan siswa sudah dalam kategori baik. Ketuntasan secara klasikal komunikasi matematik siswa dapat dikatakan baik, hal ini terbukti dari perolehan prosentase sebesar 71,25%.
Untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa tidak hanya berpacu pada hasil perolehan uji tes secara tertulis. Peneliti juga melakukan wawancara dengan subjek penelitian yang telah ditentukan untuk menjelaskan mengenai langkah-langkah penyelesaian soal yang telah diberikan. Hasil wawancara dengan hasil uji tes yang diperoleh siswa akan dicocokkan. Hal tersebut akan menunjang peneliti untuk mendapatkan data yang valid dan mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa. Berikut deskripsi hasil tes dan hasil wawancara peneliti dengan setiap subjek pada penelitian kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi bilangan :
236 Subjek EK
Berdasarkan hasil tes evaluasi diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis subjek EK mencapai kriteria “Sangat Baik” dengan perolehan total skor 14.
Indikator 1: subjek EK mendapatkan skor 4 yang menunjukkan bahwa subjek EKdapat memberikan contoh suatu peristiwa sehari- hari yang berkaitan dengan bilangan dengan benar dan tepat.
Indikator 2: subjek EK mendapatkan skor 4 yang menunjukkan bahwa subjek EKdapat menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika, artinya EK biasa menghubungkanbilangan dengan tepat.
Indikator 3: subjek EK mendapatkan skor 3 juga yang menunjukkan bahwa subjek EK dapat menyatakan ide-ide matematis yang berkaitan dengan bilangan melalui lisan, tulisan, serta menggambarkan namun dalam menggambarkannya masih ada yag kurang tepat.
Indikator 4: subjek EK mendapatkan skor 3 yang menunjukkan bahwa subjek EK dapat menjelaskan ide, gagasan, konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari ke dalam bahasa matematika dan mampu membuat kesimpulan dengan tepat dan benar pada setiap penyelesaian soal.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan subjek EK, menunjukkan bahwa subjek EK mampu menjawab pertanyaan yang diajukan dengan baik. Subjek EK juga mampu menjelaskan setiap langkah penyelesaiannya. Subjek EK juga dapat mengutarakan alasan yang logis dalam menjelaskan hasil penyelesaiannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi subjek EK dalam kriteria “Sangat Baik”.
Subjek LN
Berdasarkan hasil tes evaluasi diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis subjek LN mencapai kriteria “Sangat Baik” dengan perolehan total skor 13.
Indikator 1: subjek LN mendapatkan skor 4 yang menunjukkan bahwa subjek LNdapat memberikan contoh suatu peristiwa
sehari-hari yang berkaitan dengan bilangan dengan benar dan tepat.
Indikator 2: subjek LN mendapatkan skor 3 yang menunjukkan bahwa subjekLN dapat menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika, artinya subjek LN bisa menghubungkanbilangan dan membedakan mana fungsi atau buka fungsi dengan tepat.
Indikator 3: subjek LN mendapatkan skor 3 yang menunjukkan bahwa subjek LN dapat menyatakan ide-ide matematis yang berkaitan dengan bilangan melalui lisan, tulisan, serta menggambarkan namun dalam menggambarkannya masih ada yang kurang tepat.
Indikator 4: subjek LN mendapatkan skor 3 yang menunjukkan bahwa subjek LN dapat menjelaskan idea, gagasan, konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari ke dalam bahasa matematika dan dalam membuat kesimpulan masih kurang tepat tetapi benar.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan subjek LN, menunjukkan bahwa subjek LN mampu menjawab pertanyaan yang diajukan dengan baik. Subjek LN juga mampu menjelaskan setiap langkah penyelesaiannya meskipun tida sistematis. Subjek LN juga dapat mengutarakan alasan yang logis dalam menjelaskan hasil penyelesaiannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa subjek LN dalam kriteria “Sangat Baik”.
Subjek AB
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis subjek AB mencapai kriteria “Baik” dengan perolehan skor 11.
Indikator 1: subjek AB mendapatkan skor 3 yang menunjukkan bahwa subjek ABdapat menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika, tetapi tulisannya masih kurang jelas atau kurang sistematis.
Indikator 2: subjek AB mendapatkan skor 3 yang menunjukkan bahwa subjek AB dapat menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika dalam menyelesaikan masalah bilangan dengan tepat dan benar.
237 Indikator 3: subjek AB mendapatkan skor 2 yang menunjukkan bahwa subjek AB dapat menyatakan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, serta menggambarkannya secara visual, tetapi tulisan kurang jelas.
Indikator 4: subjek AB mendapatkan skor 3 yang menunjukkan bahwa subjek ABdapat menjelaskan idea, gagasan, konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari ke dalam bahasa matematika namun kurang benar dan tidak sistematis dalam menarik kesimpulan.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan subjek AB, menunjukkan bahwa subjek AB mampu menjelaskan setiap langkah-langkah penyelesaiannya dengan baik meskipun agak bingung dalam menyusun kata-kata. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa subjek AB dalam kriteria “Baik”.
Subjek DT
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis subjek DT mencapai kriteria “Baik” dengan perolehan skor 10.
Indikator 1: subjek DT mendapatkan skor 2 yang menunjukkan bahwa subjek DTdapat menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika dengan benar dan sistematis.
Indikator 2: subjek DT mendapatkan skor 3 yang menunjukkan bahwa subjek DT dapat menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika dalam menyelesaikan masalah bilangan dengan benar namun kurang sistematis.
Indikator 3: subjek DT mendapatkan skor 3 yang menunjukkan bahwa subjek DT kurang dapat menyatakan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, serta menggambarkannya namun masih kurang benar dan tidak sistematis.
Indikator 4: subjek DT mendapatkan skor 2 yang menunjukkan bahwa subjek DT dapat Menjelaskan idea, gagasan, konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari ke dalam bahasa matematika namun kurang benar dan tidak sistematis dalam menarik kesimpulan.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan subjek DT, menunjukkan bahwa subjek DT mampu menjelaskan setiap
langkah-langkah penyelesaiannya dengan baik. Meskipun jawaban soal tes tulis kurang tepat tetapi subjek DT mampu menjelaskan hasil penyelesaiannya secara lisan dengan alasan yang logis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa subjek DT dalam kriteria “ Baik”.
Subjek OK
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis subjek OK mencapai kriteria “Kurang Baik” dengan perolehan skor 9. Indikator 1: subjek OK mendapatkan skor 3 yang menunjukkan bahwa subjek OK dapat menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika, tetapi tulisannya masih kurang jelas atau kurang sistematis.
Indikator 2: subjek OK mendapatkan skor 2 yang menunjukkan bahwa subjek OK dapat menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika dalam menyelesaikan masalah bilangan dengan baik, namun kurang benar dan tidak sistematis dalam penyelesaiaannya.
Indikator 3: subjek OK mendapatkan skor 2 yang menunjukkan bahwa subjek OK dapat menyatakan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, serta menggambarkannya secara visual, tetapi masih kurang benar dan tdak sistematis.
Indikator 4: subjek OK mendapatkan skor 2 yang menunjukkan bahwa subjek OKdapat menjelaskan idea, gagasan, konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari ke dalam bahasa matematika namun kurang benar dan tidak sistematis dalam menarik kesimpulan.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan subjek OK, menunjukkan bahwa subjek OK kurang mampu menjelaskan setiap langkah-langkah penyelesaiannya dengan baik. Meskipun jawaban soal tes tulis kurang tepat tetapi subjek OK mampu menjelaskan hasil penyelesaiannya secara lisan meskipun kurang tepat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa subjek OK dalam kriteria “ Kurang Baik”.
Subjek TW
Berdasarkan hasil tes yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis subjek TW mencapai
238 kriteria “Kurang Baik” dengan perolehan skor 8.
Indikator 1: subjek TW hanya mendapatkan skor 2 yang menunjukkan bahwa subjek TWdapat menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika dengan baik namun masih kurang benar dan kurang sistematis.
Indikator 2: subjek TW mendapatkan skor 2 yang menunjukkan bahwa subjek TW dapat menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika dalam menyelesaikan masalah bilangannamun masih kurang.
Indikator 3: subjek TW mendapatkan skor 2 yang menunjukkan bahwa subjek HS dapat menyatakan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, serta menggambarkannya secara visual, tetapi masih kurang benar dan tdak sistematis.
Indikator 4: subjek TW mendapatkan skor 2 yang menunjukkan bahwa subjek TW dapat menjelaskan ide, gagasan, konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari ke dalam bahasa matematika namun kurang benar dan tidak sistematis dalam menarik kesimpulan.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan subjek TW, menunjukkan bahwa subjek TW kurang mampu menjelaskan setiap langkah-langkah penyelesaiannya dengan baik. Meskipun jawaban soal tes tulis kurang tepat tetapi subjek TW mampu menjelaskan hasil penyelesaiannya secara lisan meskipun kurang tepat dan harus dipancing terlebih dahulu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa subjek TW dalam kriteria “ Kurang Baik”.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil data observasi, tes, dan wawancara yang telah dilakukan dengan keenam subjek penelitian, maka berikut ini akan dideskripsikan mengenai pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penggunaan modul untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika.
Tabel 4 Hasil kemampuan komunikasi matematika
Berdasarkan tabel diatas, maka berikut ini akan disimpulkan mengenai kemampuan komunikasi matematika peserta didik yang ditinjau dari kemampuan menyelesaikan soal pada materi relasi dan fungsi. Pada kelompok atas, subjek EK dan LN berada pada level tinggi. Pada kelompok sedang, subjek AB,DT, OK berada pada level sedang sedangkan subjek TW berada pada level rendah.
Keterkaitan antara penggunaan modul
matematika dengan kemampuan
komunikasi matematika
Keterkaitan antara penggunaan modul matematika dengan kemampuan komunikasi matematika adalah bahwa dengan adanya pembelajaran tersebut kemampuan komunikasi siswa semakin meningkat, dan hasil belajarnya pun juga semakin terlihat lebih baik. Berikut kesimpulan hasil data penggunaan modul matematikaditinjau dari kemampuan komunikasi matematik siswa Tabel 5 Data kemampuan komunikasi matematik dengan
menggunakan komik matematika Subjek
Penelitian
Pengabilan Sumber Data Observ
asi
Tes Wawan cara
Level
EK Sangat baik Sangat Baik Sangat Baik Tinggi
LN Sangat baik Baik Sangat Baik Tinggi
AB Sangat baik Cukup Baik Sedang
DT Baik Cukup Baik Sedang
OK Cukup Cukup Baik Sedang
TW Cukup Kurang Baik Kurang Baik Rendah
Subjek Penelitian Pengambilan Data Level Tes Wawancara EK Sangat Baik
Sangat Baik Tinggi
LN Baik Sangat Baik Tinggi
AB Cukup Baik Sedang
DT Cukup Baik Sedang
OK Cukup Baik Sedang
TW Kurang
Baik
239 Dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa dalam menyelesaikan soal bangun ruang setelah diterapkan penggunaan modul matematika yaitu: Kemampuan komunikasi matematik siswa yang tergolong dalam kemampuan tinggi subjek EK dan LN, kemampuan sedang adalah subjek AB, DT dan OK dalam
menyelesaikan soal relasi dan fungsi termasuk kriteria baik. Kemampuan komunikasi metematik siswa yang tergolong dalam kemampuan rendah adalah subjek TW, subjek tersebut termasuk kedalam kemampuan rendah dalam menyelesaikan soal bangun ruang. Komunikasi matematik siswa secara umum dari keenam subjek diatas termasuk dalam kriteria baik.
DAFTAR RUJUKAN
Artzt, A.F. (1996).«Developing Problem Solving Behaviors by Assessing Communication InCooperative Learning". In P.C Elliott, and M.J.
Kenney (Eds.). 1996
Yearbook.Communication in lvlathematics, K-12 and Beyond. USA: NCTM.
Baroody. A.J. 1993. Problem Solving, Reasoning, and Communicating. New York:Macmillan Publishing.
Cai, Jinfa. 1996. Assesing Students’ Mathematical Communication. Official Journal of theScience and Mathematics Volume 96 No 5 Mei 1996. Hal: 238-246.
Cai Jinfa & Patricia. 2000. Fostering Mathematical Thinking through Multiple Solutions.Mathematics Teaching in the Middle School Vol 5 No 8 April
Clark, K. K., et.al. (2005). Strategies for Building Mathematical Communication in the Middle School Classroom: Modeled in Professional Development, Implemented in the Classroom. CIME (Current Issues in Middle Level Education) (2005)11(2), 1-12
Greenes, C. & Schulman, L. (1996). "Communication Processes in Mathematical Explorations and Investigations". In P. C. Elliott and M. J. Kenney (Eds.). 1996
Yearbook. Communication in Mathematics. K-12 and Be.vond. USA: NCTM. Ikhsan Muhammad (2006). Buku Terlarang
itu Bernama
Komik.http://teknologipendidikan.word press.com. Dikutip pada 16 Desember 2009 jam 10.09 WITA.
Mustikasari Ardiani. (2009). Berbagai Jenis Media Pembelajaran.http://edu-articles.com. Dikutip pada 20 Desember 2009 jam 11.04 WITA. Nanto Dwi. 2009. Komik : Disuka dan
Dibenci. Majalah Guruku 09, Oktober. Sadiman, Arief. 2003. Media pendidikan.
PT. Raja GrafindoPersada: Jakarta Sardi Aries Rizal. 2009.
KesulitanSiswaSekolahDasarDalamMe nyelesaikanSoalMatematika.
http://www.google.com. Dikutippada 27 January 2010 jam 08.13
Wurianto Eko (2009). Komik Sebagai Media Pembelajaran.http://guruindo.blogspot. com. Dikutippada 16 Desember 2009 jam 09.32 WITA.