• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transposisi dan Kualitas Terjemahan Buku Bilingual Science Biology For Junior High School Grade IX

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Transposisi dan Kualitas Terjemahan Buku Bilingual Science Biology For Junior High School Grade IX"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1Pengertian Penerjemahan

Pada dewasa ini kegiatan penerjemahan merupakan sebuah kegiatan yang penting untuk mentransfer makna dari BSu ke BSa. Penerjemahan sangat dibutuhkan untuk menerjemahkan text di segala bidang baik bidang linguistik (bahasa), pertanian, teknik, hukum, sosial dan masih banyak lagi bidang-bidang yang lain. Jika tidak ada penerjemah, maka sebuah text BSu akan sulit untuk dipahami. Oleh karena itu, seseorang penerjemah memiliki peranan yang penting dalam sebuah proses penerjemahan.

(2)

2.2 Kompetensi Penerjemah

Albir dalam Fedoua Mansouri (2005:46) mendefinisikan kompetensi penerjemah sebagai kemampuan menterjemah (the ability of knowing how to translate). Kompetensi penerjemah sangat diperlukan agar seseorang dapat menerjemahkan teks BSu dengan baik ke dalam BSa. Kompetensi ini erat kaitannya dengan pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan tentang penerjemahan dan pengetahuan prosedural (tahu bagaimana cara menerjemahkan). Menurut Neubert (dalam Nababan, 2003:4, kompetensi penerjemahan dibagi menjadi 5 yaitu:

1. Language competence (kompetensi bahasa)

Kompetensi bahasa merupakan kemampuan penerjemah dalam menguasai dan memahami bahasa, baik menguasai BSu dan BSa. Kompetensi ini merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang penerjemah yang meliputi kemampuan memahami morfologi, susunan gramatikal dan leksikal yang terdapat pada bahasa tersebut.

2. Textual Competence (Kompetensi Tekstual)

Kompetensi teks yaitu seorang penerjemah harus mampu menguasai teks dengan baik. Dalam hal ini, seorang penerjemah harus dapat merangkai kalimat sesuai dengan susunan gramatikal, kohesi, koherensi ke dalam BSa dengan baik.

3. Domain/Subjek Spesifik Competence (Kompetensi Bidang Ilmu)

(3)

teks yang diterjemahkan supaya hasilnya benar-benar dapat dipahami oleh si pembaca.

4. Cultural competence (kompetensi budaya)

Kompetensi budaya merupakan kemampuan penerjemah untuk menerjemahkan nilai-nilai budaya yang terdapat di dalam bahasa tersebut. Nilai-nilai budaya tersebut meliputi kondisi, situasi, adat istiadat, dan norma-norma budaya yang terkandung pada masyarakat tersebut yang mempengaruhi pola pikir dan melandasi pola tindakan manusia.

5. Transfer competence (kompetensi mengalihkan teks)

Kompetensi mengalihkan teks yaitu kompetensi dalam mentransfer makna BSu ke dalam BSa.

2.3Pengertian Pergeseran

(4)

tersebut seringkali digunakan pergeseran, baik transposisi maupun pergeseran makna.

2.4Transposisi

Menurut Catford (1965:73), transposisi adalah suatu prosedur penerjemahan yang melibatkan pengubahan bentuk gramatikal dari BSu ke BSa. Catford lebih jauh menguraikan empat jenis transposisi yaitu:

2.4.1 Transposisi structure shift adalah pergeseran pada tataran struktur kata dalam frasa atau klausa pada proses penerjemahan. Transposisi structure shift, misalnya: dari frasa berstruktur diterangkan-menerangkan (DM) menjadi frasa berstruktur menerangkan-diterangkan (MD) “Shifts from MH (Modifier + Head) to MHQ (Modifier Head Qualifier) (Simanjuntak, 2011: 31).

Contoh:

BSu BSa

The beautiful girl is my sister Gadis yang cantik itu adalah adik saya M D D M

(5)

Contoh aktif ke pasif BSu:

All kinds of organisms try to produces offspring so that they can preserve thier species

BSa:

Semua jenis organisme berusaha untuk menghasilkan keturunan sehingga kelangsungan hidup jenis organisme dapat dipertahankan

Kata preserve yang pada BSu seharusnya diterjemahkan menjadi „mempertahankan‟ dalam kalimat aktif. Namun pada BSa diterjemahkan menjadi „dipertahankan‟ dalam kalimat pasif.

2.4.2 Transposisi class shifts adalah transposisi kelas kata tertentu pada BSu bergeser menjadi jenis kata lain pada BSa (comprise shift from one part of speech to another), misalnya dari nomina menjadi verba atau dari verba menjadi nomina. Berikut ini merupakan contoh transposisi kelas kata: b. Transposisi kelas kata dari adjektiva ke nomina:

BSu BSa

At the time the wall of the uterus pada saat yang sama terjadi

Becomes thicker pula penebalan dinding

rahim

(6)

c. Transposisi kelas kata dari verba menjadi nomina: BSu:

Flowers that are pollinated by wind usually do not have petals BSa:

Bunga yang penyerbukannya dibantu angin biasanya tidak memiliki

Mahkota bunga

Pada contoh kalimat tersebut di atas, kata pollinated pada BSu yang berkelas kata verba diterjemahkan menjadi penyerbukannya yang kelas katanya berubah menjadi nomina pada BSa. Transposisi structure shift kelas bisa saja terjadi dari adjektiva ke nomina, verba ke nomina atau pergeseran kelas lainya. Catford (1974:78) menyatakan transposisi class shift dilakukan untuk mendapatkan terjemahan yang sewajar mungkin.

2.4.3 Transposisi unit shift adalah Jenis transposisi dari kata ke frasa,

frasa ke klausa, tataran klausa ke kalimat atau dari tataran kalimat ke wacana. Berikut merupakan contoh transposisi unit shift yaitu:

d. Transposisi unit shift dari kata ke frasa BSu:

The boys are playing football in yard BSa:

(7)

Pada contoh di atas, kata boys yang merupakan tataran kata pada BSu mengalami pergeseran menjadi tataran frasa pada BSa yaitu “anak laki-laki”.

e. Transposisi unit shift dari frasa ke klausa

BSu BSa

After watching TV Setelah dia menonton buku

Pada contoh di atas, frasa after watching TV pada BSu mengalami pergeseran menjadi klausa dalam BSa, yaitu setelah “dia menonton tv”. Kalimat pada BSa tersebut terdapat subjek dia yang membentuk tataran klausa karena terdiri dari subjek dan predikat.

c. Transposisi unit shift dari klausa ke kalimat BSu:

The brain proceses the impulse and sends message by motor neurons to the hand, which eventually pick up the newspaper which is then read

BSa:

Otak mengelolah impuls, kemudian mengirim melalui saraf motor ke tangan, akhirnya, tangan mengambil koran yang kemudian dibaca. Jadi, gerakan ini disebut gerak yang disadari

(8)

tersebut merupakan klausa terikat karena terdapat kata which yang menerangkan kata „tangan‟ dalam klausa bebas sebelumnya yaitu The

brain proceses the impulse and sends message by motor neurons to the hand. Klausa terikat tersebut merupakan bentuk klausa adjektiva di mana kata which menduduki posisi subjek dalam klausa tersebut. Oleh karena itu, setelah bergabung akan terbentuk sebuah kalimat The brain proceses the impulse and sends message by motor neurons to the hand, which eventually pick up the newspaper which is then read.

d. Transposisi unit shift pada tataran morfem

BSu BSa

Imbalance tidak seimbang

Morfem im – pada imbalance dalam bahasa inggris mengalami pergeseran menjadi tataran kata yaitu tidak, kalau digabungkan maka memiliki arti tidak seimbang.

(9)

Contoh: BSu:

People have different perceptionabout her

BSa:

Orang memiliki persepsi yang berbeda mengenai dia

Dari penjelasan tersebut di atas sangat jelas people yang menunjukan jamak yang memiliki arti orang-orang diterjemahkan menjadi „orang‟ yang menunjukan tunggal.

2.5 Satuan Sintaksis 2.5.1 Kata

Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Menurut Chaer (1994:208), kata terdiri dari dua jenis yaitu:

1) Kata penuh (fullword), yaitu kata yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan tuturan. Yang termasuk kata penuh adalah nomina, verba, adjektiva, kata keterangan, dan kata yang menyatakan mengenai bilangan (numeralia) seperti: makan (eat), sepatu (shoes), cantik (beautiful), sembilan (nine), dan lain-lain. 2) Kata tugas (function word), yaitu kata yang secara leksikal tidak

(10)

2.5.2 Frasa

Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif. Pendapat ini dikemukakan oleh Kridalaksana (2001:59). Contoh frasa dalam bahasa Inggris misalnya playing soccer (bermain sepak bola), a beautiful house (sebuah rumah yang baru), dan funny girl (perempuan yang lucu), dan lain-lain.

Frasa dalam bahasa Inggris dibagi menjadi beberapa jenis, sesuai dengan komponen-komponen penyusun dan fungsinya, yaitu:

1) Frasa nomina, digunakan sebagai nomina dan salah satu fungsinya dalam kalimat adalah sebagai subjek.

Contoh:

BSu: BSa:

She cooks the rice Dia memasak nasi

2) Frasa adjektiva, digunakan sebagai adjektiva yang menerangkan nomina. Contoh:

BSu: BSa:

Green is my favorite color Hijau adalah warna kesukaanku 3) Frasa adverbia, digunakan sebagai kata keterangan.

Contoh:

BSu: BSa:

She speaks English very fluently. Dia berbicara bahasa Inggris dengan sangat lancar

(11)

Contoh:

BSa: BSu:

My father and I smiled. Ayah saya dan saya tersenyum 5) Frasa preposisi, dalam kalimat berfungsi sebagai keterangan, ditandai dengan

hadirnya preposisi sebagai unsur pembentuk frasa. Contoh:

BSu: BSu:

She stayed in the house last night Dia tinggal di rumah tadi malam

2.5.3 Klausa

Kridalaksana (2001:110) menyatakan bahwa klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Hal senada juga disampaikan oleh Chaer (1994:231) dengan mengatakan bahwa klausa sebagai satuan sintaksis yang berupa runtutan kata-kata berfungsi predikatif. Fungsi subjek dan predikat merupakan fungsi yang harus ada dalam konstruksi klausa. Ia juga mengemukakan bahwa klausa berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal karena di dalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib, yaitu subjek dan predikat. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa klausa adalah kumpulan kata-kata yang memiliki subjek dan predikat. Klausa dalam bahasa Inggris dibagi menjadi dua, yaitu:

(12)

BSu: BSa:

The girl eats Anak perempuan tersebut makan

S V S P

2. Subordinate clause, yaitu klausa yang hadir bersama main klausa untuk mengungkapkan ide tambahan. Klausa ini tidak bisa berdiri sendiri.

Contoh: BSu:

The girl who eats at the corner is my cousin subordinate clause

main clause BSa:

Anak perempuan yang makan diujung sana adalah saudara sepupu saya anak kalimat

induk kalimat

2.5.4 Kalimat

(13)

1) Kalimat Tunggal

Menurut Alwi, dkk (2003:39) kalimat tunggal adalah kalimat yang proposinya satu sehingga predikatnya pun satu.

Contoh Kalimat Tunggal

BSu: BSa:

She cooks in the kitchen dia memasak di dapur

Contoh kalimat non inti

BSu: BSa:

I didn‟t eat meatball yesterday Saya tidak makan bakso kemarin

2) Kalimat majemuk

Menurut Alwi, dkk ( 2003: 40), kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri lebih dari satu proposisi sehingga mempunyai paling tidak dua predikat yang tidak dapat dijadikan satu kesatuan. Karena sifat itu, maka kalimat majemuk selalu berwujud dua klausa atau lebih. Kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.

a. Kalimat majemuk setara yaitu apabila kalimat itu menyatakan hubungan koordinatif (sejajar/setara). Kalimat majemuk setara gabungan konjungsinya adalah dan, atau, tetapi.

Contoh kalimat majemuk setara dengan menggunakan konjungsi dan, atau dan tetapi.

BSu: BSa:

(14)

Contoh kalimat majemuk setara dengan menggunakan konjungsi atau

BSu: BSa:

He wants to go or stay in here dia ingin pergi atau tinggal di sini Contoh kalimat majemuk setara dengan menggunakan konjungsi tetapi

BSu: BSa:

I tried to speak Spanish, but my Saya mencoba berbicara bahasa friend tried to speak English. Spanyol, tetapi teman saya berusaha

berbicara bahasa Inggris

b. Kalimat majemuk bertingkat yaitu terdiri dari dua atau lebih subjek dan predikat. Berdasarkan jenis anak kalimatnya, kalimat majemuk bertingkat (KMB) dapat ditandai dengan kata keterangan waktu seperti: setelah, ketika, waktu, saat, setelah, sebelum, sesudah, sehabis, sejak, selesai, tatkala, sementara, seraya, selama, sampai.

Contoh kalimat majemuk bertingkat

BSu: BSa:

We visited the museum before it closed Kami mengunjungi musium sebelum tutup

3) Kalimat Mayor dan Kalimat Minor

(15)

Contoh kalimat mayor:

BSu: BSa:

I go to school every day Saya pergi ke sekolah setiap hari Contoh kalimat minor:

BSu: BSa:

No smoking! Jangan merokok!

4) Kalimat Verbal dan Kalimat Non–verbal

Kalimat verbal dibentuk dari klausa verbal atau kalimat yang predikatnya berupa verba atau frasa verba. Sedangkan kalimat non - verbal adalah kalimat yang predikatnya bukan kata atau frasa verbal. Karena banyaknya tipe verba, maka setiap bahasa mempunyai cara tersendiri untuk membentuk kalimat ini. Dalam bahasa Inggris dikenal adanya kalimat transitif dan intransitif, yang predikatnya berupa verba transitif atau intransitif.

Contoh kalimat verbal transitif:

BSu: BSa:

He kicks the ball Dia menendang bola

Contoh kalimat di atas merupakan kalimat transitif karena verba harus diikuti objek.

Contoh kalimat verbal intransitif:

BSu: BSa:

You sleep Kamu tidur

(16)

Contoh kalimat non-verbal/nominal:

BSu: BSa:

My brother is clever Abang saya pintar

Contoh di atas merupakan kalimat non-verbal atau kalimat nominal yang mana predikat clever bukan kata kerja melainkan adjektiva.

3. Kalimat aktif

Hasan Alwi (1998:345) menyatakan bahwa kalimat aktif merupakan kalimat yang verba-nya transitif. Karena verba yang digunakan adalah transitif, maka paling tidak ada tiga unsur wajib di dalam kalimat, yakni subjek, predikat, dan objek. Verba transitif bentuk aktif yang dipakai dalam bahasa Indonesia adalah verba yang memakai prefiks me- dan ber-. Berikut ini adalah contoh penggunaan kalimat pasif.

BSu: BSa

She sang a song Dia menyanyikan sebuah lagu

Hasan Alwi (2002:405) juga mengatakan bahwa kalimat aktif juga berawalan ke-, namun akhirannya tidak „an‟. Apabila berakhiran „an‟ pada kata kerja (verba) tersebut merupakan nomina bukan kata kerja. Contoh kalimatnya:

BSu: BSa:

(17)

4. Kalimat pasif

Hasan Alwi (1998:345) menyatakan bahwa kalimat pasif merupakan kalimat yang verba-nya memakai prefiks di- atau ter-. Sedangkan frase verba pasif dalam bahasa Inggris diawali dengan tobe dan diikuti oleh verba bentuk ketiga atau past participle, misalnya drunk, seen, dan watched atau disingkat tobe + third form (past participle). Berikut merupakan contohnya:

BSu:

Modern biotechnology can be built up because there are new discoveries in microbiology

BSa:

Bioteknologi modern dapat dikembangkan karena ada penemuan baru di bidang mikrobiologi

2.6 Parameter Penerjemahan yang Berkualitas

(18)

1. Keakuratan

Keakuratan merupakan istilah yang digunakan untuk menilai kualitas penerjemahan dengan melakukan pengevaluasian penerjemahan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah teks BSu dan teks BSa sudah sepadan atau belum (Hoed, 2006:52). Sementara itu, Machali (2000:110) menyatakan bahwa untuk mencapai kesepadanan makna antara BSu dan BSa selain melakukan transposisi penting juga dilihat dari aspek linguistik (struktur gramatikal), semantik, dan pragmatik. Jadi, keakuratan tidak hanya dilihat dari ketepatan pemilihan kata atau diksi, tetapi juga ketepatan gramatikal, kesepadanan makna, dan pragmatik. Berikut merupakan instrumen penilaian keakuratan terjemahan yang dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 bahasa sasaran; sama sekali tidak terjadi distorsi makna

Kurang akurat 2 Sebagian besar makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks BSu sudah dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran. Namun, masih terdapat distorsi makna atau terjemahan makna ganda (taksa) atau ada makna yang dihilangkan, yang mengganggu keutuhan pesan. Tidak Akurat 1 Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat

(19)

2. Keberterimaan

Keberterimaan berarti sebuah hasil penerjemahan terasa alamiah dan tidak kaku ketika dibaca. Keberterimaan dapat dicapai apabila suatu penerjemahan sudah dialihkan sesuai dengan kaidah-kaidah, norma-norma dan budaya yang berlaku ke dalam BSa. Hal ini menjadikan keberterimaan merupakan salah satu faktor penting dalam proses penerjemahan. Walaupun sebuah hasil penerjemahan telah akurat dari segi isi dan pesannya, namun apabila cara pengungkapannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah, norma dan budaya BSa, hasil penerjemahan belum dikategorikan berterima. Selain itu konsep keberterimaan juga mengacu kepada menghindari penggunaan kata-kata yang kurang lazim dibaca atau didengar oleh pembaca sasaran maka terjemahan tersebut tidak memenuhi konsep keberterimaan suatu terjemahan. Berikut merupakan instrumen penilaian keberterimaan terjemahan yang dapat dilihat pada tabel 2.2

Berterima 3 Terjemahan terasa alamiah; istilah teknis yang digunakan lazim digunakan dan akrab bagi pembaca; frasa, klausa dan kalimat yang digunakan sudah sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia

Kurang Berterima 2 Pada umumnya terjemahan sudah terasa alamiah; namun ada sedikit masalah pada penggunaan istilah teknis atau terjadi sedikit kesalahan gramatikal. Tidak Berterima 1 Terjemahan tidak alamiah atau terasa seperti karya

(20)

sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia Sumber: Nababan (2012:51)

3. Keterbacaan

Keterbacaan dapat mengacu apakah teks BSa dapat dipahami dan dimengerti oleh si pembaca. Nababan (1999:64:71) juga menambahkan bahwa ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi keterbacaan teks terjemahan, antara lain; a) penggunaan kata-kata baru, b) penggunaan kata asing atau daerah, c) penggunaan kata taksa, d) penggunaan kalimat tidak lengkap, e) panjang rata-rata kalimat, f) penggunaan kalimat kompleks, dan f) alur pikiran yang tidak runtut dan tidak logis. Selain faktor-faktor tersebut, isi teks, rupa tulisan dan kemampuan pembaca atau penerjemah juga berperan dalam menentukan tingkat keterbacaan teks. Berikut merupakan instrumen penilaian keterbacaan terjemahan yang dapat dilihat pada tabel 2.3

3 Kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks terjemahan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca.

1 Terjemahan sulit dipahami oleh pembaca

(21)

2.7 Penelitian Relevan

Penelitian-penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini adalah: 1. Risnawaty (2011) dalam penelitiannya berjudul Pergeseran Makna

Tekstual dalam Terjemahan Teks Popular “See You at The Top” membahas tentang analisis pergeseran makna tekstual yang terdapat dalam sebuah buku teks dengan judul “See you at the Top” dan versi

terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Teori yang digunakan untuk menganalisis makna tekstual terjemahan novel tersebut adalah teori Halliday (1994, 2004) dan Hasan (1980) yang secara khusus menganalisis hubungan tema-rema dan kohesi. Kemudian teori Larson (1984) dan Zellermeyer (1987) secara khusus menganalisis pergeseran dalam penerjemahan. Metode riset yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan mengadopsi usulan Miles dan Huberman (1994) khususnya dalam tahapan dalam penganalisaan data. Aspek-aspek yang dianalisis adalah pergeseran dalam bidang (1) kohesi gramatikal dan bandingannya; (2) kohesi leksikal terutama yang berkaitan dengan (i) sinonim; (ii) kolokasi; (iii) meronim; (iv) hyponim; (3) Transposisi, (4) konjungsi‟ (5) rema-rema. Disamping itu, dampak dari pergeseran dalam

(22)

penggantian substitusi, (5) penggantian refren dan penambahan (addition); (6) penggantian dalam aspek kohesi meliputi (i) sinonim; (ii) antonim; (iii) kolokasi; (iv) meronim, (v) hiponim, (vi) pergeseran transposisi; (8) pergeseran struktural; (9) pergeseran konjungsi; dan (10) pergeseran dalam tema-rema. Ada 3 faktor semantik, (3) faktor linguistik. Pergeseran dalam perbedaan leksikon gramatikal dan ellipsis sekitar 367 dan dari penambahan (addition) sekitar 712; dan substitusi sekitar 65.Sebagai simpulan bahwa unsur-unsur penambahan lebih mendominasi pergeseran makna tekstual.

Dari penjelasan di atas, penelitian Risnawaty memiliki persamaan dengan penelitian ini karena membahas transposisi. Perbedaannya penelitian Risnawaty menggunakan teori Halliday, sedangkan penelitian sipenulis menggunakan teori Catford.

(23)
(24)

Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian Nurhayuna dengan penelitian ini adalah pada penelitian ini juga membahas mengenai transposisi berupa structure shift, unit shift, dan class shift seperti penjelasan sebelumnya. Kemudian, Pada penelitian Nurhayuna menggunakan teori Molina dan Albir, sedangkan penelitian ini menggunakan teori Catford.

3 Susilawati (2010) dalam penelitiannya berjudul Analisis Transposisi dan Modulasi pada Terjemahan Petunjuk Pemakaian Produk – Produk Oriflame. Penelitian ini mengindentifikasi bentuk transposisi dan modulasi yang terdapat pada terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk Oriflame terhadap kualitas terjemahan dalam hal keakuratan dan kebeterimaan. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa dari 172 data yang diteliti terdapat 64% data yang dikategorikan sebagai transposisi akurat. Dinilai dari sisi kebeterimaan, sebanyak 72,2% dinilai sebagai transposisi berterima. Sementara itu hasil penelitian terhadap penilaian bentuk-bentuk modulasi tercatat 62,8% data yang dinilai akurat dan hasil keberterimaan bentuk modulasi adalah 78,5% data dikategorikan modulasi berterima. Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian Susilawati dengan penelitian ini adalah sama-sama penelitian ini membahas mengenai transposisi yang mengacu pada tataran kata, frasa, klausa dan kalimat.

(25)

4 Munif (2010) dalam penelitiannya berjudul Pergeseran Dalam Penerjemahan Klausa pasif Dari Novel The Lord Of The Rings : The Return Of The King Karya JRR Tolkien oleh Gita Yuliani K. Penelitian ini mendeskripsikan jenis-jenis transposisi dan mengetahui ketepatan penerjemahan klausa pasif dari novel tersebut. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut; 1) bentuk-bentuk pergeseran dalam penerjemahan klausa pasif meliputi; transposisi unit shift ada 12 data (14%), transposisi structure shift ada 43 data (60%).

Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian Munif dengan penelitian ini adalah penelitian berfokus pada transposisi yaitu yang spesifiknya pada structure shift.

Perbedaan penelitian Munif dengan penelitian ini adalah di dalam penelitian ini membahas transposisi tidak hanya mengacu pada transposisi structure shift, tetapi juga membahas transposisi unit shift, class shift, dan intra system shift.

(26)

dengan kategori berterima, 20 data (13,33%) dengan kategori kurang berterima, dan 6 data (4%) dengan kategori tidak berterima, sedangkan untuk tingkat keterbacaan diperoleh 145 data (96,67%) dengan kategori keterbacaan tinggi dan sisanya 5 data (3,33%) dengan kategori keterbacaan sedang.

Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian ini dengan penelitian sipenulis adalah keduanya berfokus pada transposisi yaitu structure shift, class shift dan juga menggunakan teori yang sama yang dikemukakan oleh Catford.

Perbedaan penelitian Akiriningsih dengan penelitian ini adalah penelitian ini membahas 4 transposisi yang tidak hanya mengacu pada transposisi structure shift, class shift, tetapi juga membahas transposisi unit shift, dan intra system shift.

6. Yuliana (2006) dalam penelitiannya berjudul Analisis Transposisi pada terjemahan “Harry Potter dan Pangeran berdarah campuran”. Pada

(27)

bahasa sasaran akan sangat membingungkan bagi para pembacanya. Tujuan penulisan thesis ini adalah untuk menjabarkan penggunaan transposisi dalam proses penerjemahan khususnya dalam penerjemahan novel Harry Potter and the Half-Blood Prince ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Harry Potter dan Pangeran Berdarah-Campuran. Dalam penelitian ini ingin mengetahui kapan penerjemah harus menggunakan transposisi dan kapan penerjemah tidak perlu menggunakan transposisi. Adapun metode yang digunakan yaitu untuk mendapatkan data dengan metode random dan purposive. Dari analisa yang dilakukan pada thesis ini ada beberapa kesimpulan, antara lain: 1) Transposisi dilakukan karena adanya perbedaan struktur bahasa. 2) Penerjemah melakukan transposisi semata-mata untuk mendapatkan terjemahan yang se-natural mungkin. 3) Dari 24 data, terdapat 9 data yang menggunakan transposisi intra system shift, 3 data yang menggunakan transposisi structure shift, 6 data menggunakan transposisi class shift, dan 19 data menggunakan transposisi tingkatan (unit shift).

(28)

7. Silalahi (2009) dalam penelitiannya berjudul Dampak Teknik, dan Ideologi Penerjemahan pada Kualitas Terjemahan Teks Medical-Surgical Nursing dalam Bahasa Indonesia. Pada penelitian Silalahi membahas kualitas terjemahan pada buku teks medical surgical nursing yang didapatkan hasil penelitiannya 338 (64,75%) diterjemahkan secara akurat, 136 (26,05%) kurang akurat, dan 48 (9,20%) tidak akurat. Dari aspek keberterimaannya, 396 (75,86%) berterima, 91 (17,44%) kurang berterima dan 35 (6,70%) tidak berterima. Sementara itu, 493 (96,29%) data sasaran mempunyai tingkat keterbacaan tinggi dan 19 (3,71%) mempunyai tingkat keterbacaan sedang.

Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian Silalahi dengan penelitian ini adalah penulis sama-sama mengadopsi instrumen kualitas terjemahan yang mencakup keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan.

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat penelitian pengembangan ini adalah.. Mengembangkan konsep, teori, prinsip, dan prosedur teknologi pendidikan,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa aspek yaitu membandingkan dan menemukan kesesuain isi buku dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK dan