BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesian Ostomy Association (InOA) mengatakan bahwa jumlah kasus
yang menggunakan stoma terus meningkat, dan penyebab tersering di Indonesia
sendiri adalah karena keganasan (Indonesian Ostomy Association, 2009).
Perawatan stoma harus diajarkan pada pasien dan keluarga. Singkatnya masa
perawatan (2-4 minggu) membuat pasien belum dapat sepenuhnya terlatih dalam
teknik perawatan stoma sebelum pulang (Smeltzer & Bare, 2002 dalam Nuari,
2015).
Pemasangan stoma ini ada yang bersifat sementara dan ada yang
menetapkan untuk seumur hidup. Bagi yang harus dipasang untuk seumur hidup,
kemungkinan besar akan berdampak pada aspek-aspek kehidupan dari pasien
tersebut baik fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Dengan kata lain, hal tersebut
juga akan berdampak pada kepuasan, kebahagiaan, dan pengalaman pasien.
(Suratum & Lusiana, 2010).
Menurut pengakuan subjek rata-rata keperluan perawatan stoma per bulan
bervariasi antara Rp. 20.000 sampai Rp. 4.000.000 hal ini tergantung tipe dan
jenis alat yang digunakan juga komplikasi penyerta yang biasa timbul pada stoma.
Hal tersebut menuntut kecermatan dari perawat juga tenaga kesehatan lainnya
untuk terlebih dahulu mengkaji kemampuan biaya kliennya sehingga bisa
merekomendasikan produk perawatan stoma dengan biaya terjangkau (Suratun &
Keberadaan stoma dapat menjadi beban bagi pasien, bahkan beban
tersebut akan bertambah jika keberadaan stoma tidak baik. Kurnia (2012)
memaparkan sekitar 10.000 orang yang dilakukan indikasi pemasangan stoma
pada umumnya disebabkan oleh kanker kolorektal, kanker kandung kemih, kolitis
ulseratif, penyait Crohn, diverticulitis, obstruksi, inkontinensia urin dan fekal, dan
trauma.
Untuk mengantisipsi luka stoma agar tidak terjadi infeksi maka akan
dilakukannya perawatan kolostomi. Kolostomi adalah pembuatan lubang
sementara atau permanen dari usus besar melalui dinding perut dengan tindakan
bedah bila jalan ke anus tidak bisa berfungsi, dengan cara pengalihan aliran feses
dari kolon karena gangguan fungsi anus (Suratun & Lusiana, 2010). Mayers (1996
dalam Simanjuntak & Nurhidayah, 2007) menyebutkan bahwa alasan paling
sering dilakukannya tindakan kolostomi adalah adanya karsinoma pada kolon dan
rectum dimana karsinoma adalah tumor ganas yang tumbuh dari jaringan epitel.
Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa
kemerahan yang disebut stoma. Penyebab terbanyak dari indikasi pembuatan
kolostomi adalah karena kanker atau keganasan. Kebanyakan dapat dicegah
dengan cara menjaga gaya hidup sehat masyarakat perkotaan, yaitu menjaga pola
makan sehat dan berat badan ideal, melakukan olahraga secara rutin, teratur dan
terukur, serta mengurangi asupan alcohol (Anna, 2011).
Penelitian Lyon, dkk (2000) dari 325 responden pengguna kantong stoma,
73% melaporkan masalah kulit seperti dermatosis, psoriasis, dermatitis seboriok,
reaksi iritasi, terutama dari kebocoran urin dan tinja (42%); penyakit kulit yang
sudah ada, terutama psoriasis, dermatitis seboriok dan eksim (20%), infeksi (6%);
dermatitis kontak alergi (0,7%) dan pioderma gangrenosum (0,6% kejadian
tahunan). Selanjutnya 15% dari pasien mengalami dermatitis parsisten atau
berulang tidak diketahui dengan pasti apakah akibat alergi, infeksi atau iritasi.
Hasil penelitian Piccinellil, Brazzale dan Saracco (2009) juga menunjukkan dari
48 pasien, 35 (73%) menyatakan tidak ada masalah kulit tapi secara keseluruhan
27 pasien memiliki gangguan kulit dan 13 terdeteksi oleh perawat stoma memiliki
erosi kulit.
Santos (2001 dalam Simanjuntak & Nurhidayah 2007) mengatakan bahwa
pembentukan stoma atau kolostomi dapat berdampak pada perubahan peran, harga
diri, body image, seksual dan hubungan sosial. Penelitian Mekenzie (2006 dalam
Kurnia, 2012) menunjukkan bahwa 50% pasien merasa tubuh mereka berada di
luar kontrol, 45% merasakan bahwa stoma mengatur hidup mereka, 47% merasa
hilang rasa percaya diri, dan 55% merasa bahwa tidak ada seorang pun yang dapat
merasakan bagaimana memiliki stoma. Klien dengan kolostomi akan beresiko
untuk mengalami gambaran diri negatif.
Angka kejadian kolostomi meningkat dari tahun ke tahun, tindakan
kolostomi paling sering dilakukan karena adanya karsinoma kolon dan rectum.
Angka kejadian kolostomi di Amerika Serikat pada tahun 2000 berkisar 150.000
dalam setahun (Smeltzer & Bare, 2002). Dilihat dari data yang digunakan oleh
Project 650.000 – 730.000 orang yang hidup dengan kolostomi permanen di
Amerika Serikat (WHO, 2008).
Peneliti belum menemukan hasil penelitian tentang pengalaman hidup
pasien dengan stoma di Indonesia, tetapi di luar negeri telah dilakukan penelitian
serupa, namun ada perbedaan latar belakang budaya, status sosial dan ekonomi,
serta perbedaan paham agama dalam hal ibadah. Bagi muslim tangan kiri
merupakan tangan yang digunakan untuk membersihkan yang kotor-kotor dan
tangan kanan digunakan untuk makan dan menyentuh yang bersih-bersih (Black,
2004). Hal yang dirasakan antara lain adanya perasaan tidak suci karena adanya
lobang stoma, serta perubahan dalam membersihkan yang semula menggunakan
tangan kiri, tetapi pada pasca kolostomi harus menggunakan kedua tangan untuk
membersihkan kotoran. Kondisi ini merupakan faktor penyebab distress spiritual
bagi pasien dalam kualitas hidup pada pasien dengan stoma (Black, 2004).
Kualitas hidup pasien seharusnya menjadi perhatian penting bagi para
professional kesehatan karena dapat menjadi acuan keberhasilan dari suatu
tindakan/intervensi atau terapi. Disamping itu, data tentang kualitas hidup juga
dapat merupakan data awal untuk pertimbangan merumuskan intervensi/tindakan
yang tepat bagi penderita. Dari penelusuran kepustakaan baik cetak maupun
elektronik (internet), beberapa studi telah dilakukan yang berkaitan dengan
kualitas hidup pada pasien stoma di beberapa Negara maju (WHO, 2008).
Beberapa hal juga yang perlu diperhatikan dalam merawat klien dengan
kolostomi ialah terkait perubahan pada eliminasi BAB klien, meliputi perubahan
perubahan tersebut. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka peneliti ingin
menggali pengalaman hidup pada pasien dengan stoma di kota medan, yang
kemungkinan besar akan muncul pengalaman hidup pada pasien dengan stoma di
Negara lain.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan penelitian dari
penelitian ini adalah “Bagaimanakah Pengalaman hidup pada pasien dengan end
colostomy di kota medan?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengalaman hidup pada pasien dengan end colostomy di
kota medan.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dalam ilmu
keperawatan, khususnya bidang keperawatan Medikal bedah dan jiwa tentang
pengalaman pasien stoma.
1.4.2 Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi tambahan
informasi dan wawasan mengenai pengalaman pasien stoma. Ini penting sebagai
dasar bagi perawat dalam mengembangkan tindakan keperawatan yang holistik.
1.4.3 Penelitian Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang berharga