BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anemia merupakan masalah medik yang sering dijumpai terutama di negara
berkembang. Kelainan ini merupakan penyebab penyakit kronis yang mempunyai
dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik.
Secara fungsional anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah masa eritrosit
sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah
yang cukup ke jaringan perifer. Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan
kadar hemoglobin, hematokrit atau hitungan eritrosit. Anemia merupakan istilah yang
menunjukkan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan
hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara
fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan (Smeltzer, 2002).
Anemia merupakan masalah gizi yang paling lazim dan dialami lebih dari 600
juta orang di dunia. Perkiraan prevalensi anemia secara global adalah sekitar 51 %.
Bandingkan dengan prevalensi untuk balita yang sekitar 43%, anak usia sekolah 37%,
Akibat nyata dari anemia gizi terhadap kualitas sumber daya manusia
tergambar pada angka kematian ibu dan bayi, menurunkan prestasi belajar anak
sekolah dan produktifitas pekerja. Dari aspek konsumsi masalah yang belum
terselesaikan adalah rendahnya konsumsi oleh masyarakat kelompok ekonomi rendah
(Aguilar dkk, 2012). Sama dengan pernyataan Arsiman (2004), bahwa pada dasarnya,
anemia dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang kurang
mengandung zat besi, selain faktor infeksi sebagai pemicunya. Secara umum,
konsumsi makanan berkaitan erat dengan status gizi. Bila makanan yang dikonsumsi
mempunyai nilai gizi yang baik, maka status gizi juga baik, sebaliknya bila makanan
yang dikonsumsi kurang nilai gizinya, maka akan menyebabkan kekurangan gizi dan
dapat menimbulkan anemia.
Yip & Mehra (1995), menyebutkan bahwa pola konsumsi pada umumnya
merupakan pola menu dengan bioavailabilitas zat besi yang rendah, karena hanya
terdiri dari nasi atau umbi-umbian dengan kacang-kacangan dan sedikit (jarang
sekali) daging, ayam atau ikan, serta sedikit makanan yang mengandung vitamin A
dan Vitamin C. Sesuai dengan analisa yang dilakukan oleh Mitrache et al. (2001),
pada penelitiannya, bahwa albumin darah berhubungan dengan terjadinya anemia
pada pasien di rumah sakit. Anemia sebagai komplikasi yang terdapat pada pasien
yang dirawat rumah sakit dapat disebabkan oleh beberapa faktor, dan salah satunya
Menurut Rea (1999), penderita kusta merupakan salah satu kelompok yang
berisiko mengalami anemia. Salah satu penyebabnya dikarenakan konsumsi
obat-obatan selama mereka menderita penyakit kusta. Obat yang umumnya dikonsumsi
bagi penderita kusta adalah dapson. Hal tersebut senada dengan pernyataan Jacbson
(1989), penyebab anemia bagi penderita kusta adalah disebabkan pemberian dapson,
yang menimbulkan anemia hemolitik. Dapson merupakan preparat sulfon, yang
dipergunakan untuk pertama kalinya untuk pengobatan kusta pada tahun 1941 dan
diberikan secara monoterapi.
Pada tahun 1965 ditemukan kuman kusta yang resisten terhadap dapson, sehingga WHO merekomendasikan penggunaan obat secara kombinasi untuk semua kasus kusta pada tahun 1977 dan pada tahun 1982 pengobatan kusta di Indonesia mengikuti keputusan WHO Expert Committee Meeting (Oktober 1981) di Geneva, menggunakan MDT (Multi Drug Therapy) terdiri atas rifampisin, clofazimin (lampren) dan dapson (Jacbson (1989).
Unit pelaksana teknis (UPT) Rumah Sakit Kusta Hutasalem adalah rumah
sakit kusta yang berada di Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir. Para eks
penderita kusta yang tinggal di pemondokan UPT RS Kusta Hutasalem pada
umumnya pekerjaannya bertani dan boleh dikatakan tingkat ekonominya cukup
rendah sehingga sulit untuk memenuhi gizi seimbang. Data yang diperoleh peneliti
Samosir terdapat 112 orang eks penderita kusta dan kurang lebih 85 orang (76%)
menderita anemia.
Kejadian anemia pada eks penderita kusta di pemondokan UPT RS Kusta
Hutasalem dapat disebabkan kondisi malnutrisi yang seringkali kurang diperhatikan.
Berdasarkan hasil survei awal terlihat bahwa keadaan konsumsi makanan eks
penderita kusta sehari-hari kurang menunjukkan kuantitas yang baik. Sebab keadaan
ekonomi eks penderita kusta yang tinggal di pemondokan UPT RS Kusta Hutasalem
pada umumnya juga rendah, sehingga mereka hanya memilih makanan yang murah
setiap hari. Ikan dan sumber hewani lainnya sangat jarang dimakan, mereka hanya
mengonsumsi nasi dan lauk pauk seadanya. Konsumsi energi lebih banyak didapat
dari sumber makanan pokok.
Jenis makanan yang dimakan eks penderita kusta digolongkan ke dalam bahan
makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, kacang-kacangan, sayuran, dan buah.
Keragaman dari jenis makanan yang dimakan harian masih kurang beragam.
Berdasarkan situasi dan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk
meneliti faktor-faktor apa saja yang memengaruhi kejadian anemia pada eks
penderita kusta di UPT Rumah Sakit Kusta Hutasalem Kecamatan Laguboti
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang memengaruhi kejadian anemia pada eks penderita kusta di UPT Rumah Sakit Kusta Hutasalem Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, kecukupan zat gizi (tingkat cukupan energi, protein, zat besi, dan Vitamin C), kebiasaan mengonsumsi teh atau
kopi, dan penyakit infeksi terhadap kejadian anemia pada eks penderita kusta di UPT Rumah Sakit Kusta Hutasalem Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap kejadian anemia pada eks penderita kusta di UPT Rumah Sakit Kusta Hutasalem Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
3. Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan mengonsumsi teh atau kopi terhadap kejadian anemia pada eks penderita kusta di UPT Rumah Sakit Kusta Hutasalem Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
4. Untuk mengetahui pengaruh penyakit infeksi terhadap kejadian anemia pada eks penderita kusta di UPT Rumah Sakit Kusta Hutasalem Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
1.4. Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh faktor pengetahuan, kecukupan zat gizi (tingkat cukupan energi, protein, zat besi, dan vitamin C), kebiasaan mengonsumsi teh atau kopi, dan
penyakit infeksi terhadap kejadian anemia pada eks penderita kusta di UPT Rumah Sakit Kusta Hutasalem Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir.