• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Publik Periode 2010-2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Publik Periode 2010-2012"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Price Earning Ratio (PER)

Price earnig ratio memberikan petunjuk mengenai apa yag di

pikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa

mendatang (Moeljadi, 2006:176). Menurut Darmaji (2001:79) Price earning ratio

menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba investor.

PER (price earning ratio) merupakan faktor yang sangat penting dan perlu

diperhatikan investor sebelum mengambil keputusan investasi, karena PER

mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk

memperoleh satu rupiah earning perusahaan (Tandelilin, 2001)

Pendekataan ini lebih populer dipakai dikalangan analisis saham

dan praktisi karena lebih mudah untuk di hitung. Price Earning Ratio. sering juga

disebut pendekatan multiplier, investor akan menghitung berapa kali earning yang

tercermin dalam suatu saham.

Rumus menghitung PER sebagai berikut (Brigham, 2006:110) :

Price Earning Ratio =����� ��� ������ ��ℎ��

(2)

2.1.2 Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan total hutang yang dimiliki

perusahaan dengan ekuitas pemegang saham (Martono, 2002:236). Debt to Equity

Ratio dapat berpengaruh positif atau negatif terhadap Price Earning Ratio.

Penambahan hutang meningkatkan resiko perusahaan tetapi sekaligus juga

meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan. Semakin tinggi resiko

akibat membesarnya hutang cenderung menurunkan harga saham, yang berarti

akan menurunkan Price Earning Ratio.

Penambahan hutang memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus juga

memperbesar tingkat pengembalian (return) yang diharapkan (Sawir, 2001:105).

Hal ini digambarkan dengan peluang pertumbuhan perusahaan dianggap cukup

tinggi, sehingga penambahan hutang dan proporsi hutang pada struktur dana akan

memberikan gains from leverage dan meningkatkan pertumbuhan. Kepercayaan

para pemodal mungkin lebih tinggi pada perusahaan dengan DER yang relative

besar, umumnya ada pada perusahaan besar dan bonafide, sehingga akan

membuat naiknya PER perusahaan tersebut.

Debt to Equity Ratio merupakan satu aspek yang dinilai dalam mengukur

kinerja perusahaan adalah aspek leverage atau utang perusahaan.

Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Van

Horne, 2005:209)

Debt to Equity Ratio = ����� ������

(3)

Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman

(hutang) terhadap total modal yang dimliki perusahaan. Semakin tinggi Debt to

Equity Ratio menunjukkan komposisi total hutang semakin besar dibanding

dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan

terhadap pihak luar (kreditur).

2.1.3 Return on Asset

Pengertian return on asset yaitu rasio antara net Income after tax terhadap

aset secara keseluruhan menunjukan ukuran produktivitas aktiva dalam

memberikan pengembalian pada penanaman modal (Sawir, 2001:332). Return on

Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.

Return on asset merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak (EBIT)

dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio Return On Asset digunakan

untuk mengukur manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba)

secara keseluruhan.

Tandelilin (2010:372) Return On Assets menggambarkan sejauh mana

kemampuan aset – aset yang dimiliki perusahaan bisa mengahsilkan laba. Hal ini

mengartikan bahwa ROA yang positif menunjukan aktiva yang digunakan

beroperasi dengan maksimal dan mampu menghasilkan laba bagi perusahaan,

Investor akan sangat tertarik dengan perusahaan dengan ROA yang relative besar

sehingga akan membuat naiknya PER perusahaan, sebaliknya apabila return on

asset yang menunjukan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan

(4)

tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula

posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset.

Maka dari itu perusahaan mempunyai return on asset tinggi maka

perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan laba. Dua perusahaan

dengan profit margin dan total asset turnover yang berbeda dapat saja memiliki

Return on Asset yang sama (Van Horne, 225:2005).

ROA =Laba bersih setelah pajak

����� ������

2.1.4 Return on Equity

Return on equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari pendapatan

yang tersedia dari para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan

di dalam perusahaan (Lukman Syamsudin, 2007: 64). Return on equity

menunjukkan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat kembalian

pada pemegang saham. Return on equity sering disebut dengan rate of return on

Net Worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan

ekuitas yang dimiliki sehingga Return on equity ini sering di sebut juga sebagai

rentabilitas modal sendiri.

Semakin besar persentase Return on equity yang dimiliki perusahaan maka

semakin tinggi pula penghasilan yang diterima perusahaan (Faisal, 2005:61), Hal

ini mengartikan bahwa semakin efektif kinerja perusahaan dalam menghasilkan

laba, maka investor akan sangat tertarik dengan perusahaan dengan ROE yang

(5)

Return on Equity digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian

perusahaan atau efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity

membandingkan laba bersih setelah pajak (dikurangi dividen saham biasa) dengan

ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham di perusahaan. Rasio ini dapat

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Van Horne, 2005:225) :

Return on Equity =������� �������� ��ℎ��

���� ����� ℎ������ ℎ �����

2.1.5 Earning Per Share

Earning Per Share atau laba per lembar saham adalah bentuk pemberian

keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham dari setiap lembar saham

yang dimiliki (Fahmi, 2012:97). Earning Per Share merupakan rasio yang

menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau

pemegang saham per lembar saham (Darmadji, 2001:139). Earning Per Share

adalah laba bersih per lembar saham biasa yang beredar selama periode tertentu.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dirumuskan bahwa Earning Per Share

adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diperoleh

investor atau pemegang saham dari setiap lembar saham biasa yang dimiliki

selama periode tertentu.

Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002:7) memaksimalkan

kekayaan pemegang saham dapat diukur dari pendapatan per lembar saham

(6)

kepercayaan investor pada perusahaan. Hal ini juga akan mempengaruhi kenaikan

PER perusahaan.

Earning Per Share (EPS) menunjukkan tingkat keuntungan bersih untuk

tiap lembar saham yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan

operasinya. Earning Per Share diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang

saham biasa dibagi dengan rata-rata saham biasa yang beredar. Earning Per Share

merupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh pemegang saham untuk

setiap lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaannya dalam perusahaan.

Earning Per Share dapat dianggap sebagai indikator laba yang harus diperhatikan

oleh para investor yang umumnya terhadap korelasi yang kuat antara

pertumbuhan laba dan pertumbuhan harga saham.

Earning Per Share yang besar menunjukkan kemampuan perusahaan yang

lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham.

Peningkatan Earning Per Share menandakan bahwa perusahaan berhasil

meningkatkan kemakmuran para investor dan dari hal tersebut akan mendorong

investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Dan

itu akan mengakibatkan kenaikan laba yang pada akhirnya ada kecenderungan

kenaikan harga saham, begitu juga sebaliknya. Besarnya nilai Earning Per Share

suatu perusahaan dapat diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan

langsung atau dapat dihitung berdasarkan laporan neraca dan laporan laba rugi

perusahaan dengan rumus sebagai berikut (Van Horne, 2005:240):

EPS = ���� ����� ℎ

(7)

2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdaulu No Nama Penelitian Judul

Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian 1. Rr.Fitria Agustin

(2013

Analisis

Pengaruh Price

book value, earning per share, debt to equity, return on asset terhadap Price Earning Ratio (PER) Pada perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012 Variabel independent : Price book value, earning per share, debt to equity, return on asset Variabel dependen : price earning ratio (PER)

Variabel PBV, EPS, DER, ROA Secara simultan dan parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap PER

2 Puti

Yumettasari,Endang

Tri Widiastuti,

Wisnu Mawardi

(8)

ratio (PER)

MG. Sukamdiani

(2011) Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Price Earning Ratio Saham pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2002-2007 Variable independen :

total debt ratio, long-term capital to fixed asset ratio, current ratio, total asset trunover, retun on asset, profit growth ratio Variable dependend : price earning ratio (PER) Variabel TDR, LCT, ROA, PGR tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap PER Variabel CR dan TAT berpengaruh positif dan signifikan terhadap PER

Nur haryati (2010) Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhi

Price Earning Ratio Sebagai

Salah Satu Kriteria Keputusan Investasi Saham Perusahaan

Real Estate &

Property Di

Bursa Efek

Variable independen :

(9)

Jurnal

Manajemen

dan Akuntansi

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual atau kerangka berfikir menurut

Sugiyono (2006 : 49) adalah sintesa tentang hubungan variabel yang disusun dari

berbagai teori yang telah dideskripsikan. Selanjutnya dianalisis secara kritis dan

sistematis, sehingga menghasilkan sitesa tentang hubungan antar variabel yang

diteliti. kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah yang penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara

teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu

dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen.

Debt to equity merupakan rasio mengukur tinggkat penggunaan hutang

terhadap ekuitas yang dimiliki perusahaan, pertambahan hutang memperbesar

risiko perusahaan tetapi sekaligus memperbesar tingkat pengembalian (Sawir,

2001: 224), sehingga kemugkinan kepercayaan pasar terhadap perusahaan akan

semakin berkurang dan menciptakan harga saham yang lebih rendah dan

mengakibatkan PER saham semakin kecil.

Return on asset digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang

diperoleh dari penggunaan aktiva, Kasmir (2003:68) menunjukkan bahwa

semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dapat dicapai

dan semakin baik pula posisi perusahaan itu dari segi penggunaan asset dan

(10)

rasio ini kemungkinan semakin baik produkivitas asset dalam memperoleh

keuntungan, hal ini berdampak kepada PER perusahaan tersebut di pasar modal

juga akan semakin tinggi.

Return on equity menunjukan sejauh mana perusahaan mampu megelola

modal sendiri secara efektif, semakin besar nilai ROE maka tingkat pengembalian

diharapkan investor juga besar, maka semakin besar nilai ROE maka perusahaan

diaggap semakin menguntungkan. Menurut Faisal (2005:61) semakin tinggi ROE

maka semakin tinggi pula penghasilan yang diterima pemilik perusahaan. Maka

demikian ROE berarti semakin baik kinerja perusahaan dalam mengelola modal

secara efektif untuk memperoleh laba.

Earning per share sangat berkaitan dengan ekspektasi pasar, pendapatan

yang akan diperoleh dari suatu perusahaan merupakan faktor penentu harga

saham perusahaan tersebut. Saham dengan return yang tinggi pada umumnya

memiliki pendapatan yang lebih besar, karena para calon pemengang saham

tertarik dengan EPS yang besar, hal ini merupakan salah satu indikator

(11)

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian, maka

kerangka pemikiran pada gambar 2.1 sebagai berikut :

Kerangka Konseptual Gambar 2.1

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual, maka di hipotesiskan bahwa debt to

equity ratio (DER), return on equity (ROE), return on asset (ROA), dan earning per share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terterhadap price earning ratio

(PER) perusahaan perbakan yang terdaftar di BEI.

Debt to Equity Ratio

Price Earning Ratio Return on Equity

Return on Asset

Gambar

Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Iklan merupakan salah satu informasi yang banyak dilihat pada saat ini kita sadari bahwa asuransi merupakan suatu jasa informasi. Dan untuk memperkenalkan produk asuransi

Pengaruh Paparan Gas NOx Terhadap Kapasitas Vital Paru Pada Pedagang Kuliner di Depan Pusat Grosir Solo dan Pasar Buku2.

a non-selected control line C-line. Several studies have indicated that a higher RFI is related to a higher activity level. Differences in activity may suggest underlying differences

Aset keuangan AFS adalah aset keuangan non- derivatif yang ditetapkan untuk dimiliki selama periode tertentu, dimana akan dijual dalam rangka pemenuhan likuiditas atau perubahan

Hal ini dikarenakan pada penelitian diawali dengan mengidentifikasi kelompok dengan efek (kasus) dan kelompok tanpa efek (kontrol). Langkah selanjutnya adalah

Kebiasaan dalam pengelolaan pembuatan kue rumahan di Desa Lampanah memiliki kebiasaan kurang baik, hal ini di sebabkan karena pengelolaan kue rumahan oleh

Pembuatan pati resisten tipe III yang berasal dari singkong dengan metode autoclaving-cooling dan debranching oleh enzim pululanase belum dilakukan oleh karena itu penelitian

production of Holstein x Bali cattle hybrid (Fl) embryos using USA Holstein oocytes collected from the slau&terhouse and fertilized with spermatozoa of Bali or