• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PRODUKSI BIOMASSA TANAMAN SINGKONG (Manihot esculenta) PADA TIGA TANAH (LATOSOL CIKARAWANG, REGOSOL SINDANG BARANG, DAN ANDISOL SUKAMANTRI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PRODUKSI BIOMASSA TANAMAN SINGKONG (Manihot esculenta) PADA TIGA TANAH (LATOSOL CIKARAWANG, REGOSOL SINDANG BARANG, DAN ANDISOL SUKAMANTRI)"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

CIKARAWANG, REGOSOL SINDANG BARANG, DAN

ANDISOL SUKAMANTRI)

ERVINDY NAFARUDIN A14070093

SKRIPSI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SUMMARY

ERVINDY NAFARUDIN. A14070093. Analysis of Cassava (Manihot esculenta) Biomass Production in Three Soils (Latosol Cikarawang, Regosol Sindang Barang, and Andisol Sukamantri. Supervised by SYAIFUL ANWAR

and BUDI NUGROHO.

Cassava is a tropical plant that extensively cultivated at Africa, Asia and South America. In the world, Indonesia is the fourth largest of cassava producer after Nigeria, Brazil, and Thailand. In Indonesia, cassava has long been recognized as carbohydrate source as well as food source. For food diversification, cassava is also widely used for snacks. Cassava is used as raw material for tapioca, syrop, sorbitol, monosodium-glutame, ethanol industries, and othe processed forms. However, those utilization limited only from the cassava tuber.

Overall potential production of cassava, including tuber, tuber skin, stem, and leaves was studied. Field observation and biomass production measurement of cassava at harvest time (was conducted in three cassava cultivations which different in their soils, i.e. Latosol Cikarawang, Regosol Sindang Barang, and Andisol Sukamantri. At the same time, composite soil sampling for soil fertility analysis was conducted. Laboratory analysis of N, P, and K of soil samples and each of biomass part of cassava was conducted. In addition, tuber was analyzed for its carbohydrates, fats, and protein; while stem was analyzed for its holocellulose and lignin.

The results of soil fertility analysis indicated that in general Regosol Sindang Barang has the highest fertility, followed by Andisol Sukamantri and Latosol Cikarawang. The highest overall dry (65ºC) biomass was produced on Latosol Cikarawang 29.8 ton/ha, the highest tuber without skin was produced on Latosol Cikarawang 27.1 ton/ha, the highest trunk and leaves were produced on Andisol Sukamantri 3.2 and 1.3 ton/ha. The highest tuber skin were produced occur in common to Latosol Cikarawang and Regosol Sindang Barang 0.8 ton /ha.

Average carbohydrate, protein, and fat of the tuber without skin produced on the three soils were 74.80%, 2.64%, and 0.42%, respectively. Meanwhile, average holocellulose and lignin of the stem produced on the three soil were 49.22% and 20.73%. Total nutrients uptake by the overall biomass on the three soils were in the range of 83.8-166.4 kg/ha, 17.6-54.4 kg/ha, and 106.5-217.8 kg/ha, respectively for N, P, and K. Both tuber without skin and stem of cassava are potential for the future production of bioethanol. In order to maintain soil productivity, it is suggested that the tuber skin and the leaves should be returned to the soil. If the tuber skin and the leaves both were returned to soil, it is equivalent with 44.2-74.3 kg Urea/ha, 16.6-26.7 kg SP-36/ha, and 38.6-85.1 kg KCl/ha.

(3)

RINGKASAN

ERVINDY NAFARUDIN. A14070093. Analisis Produksi Biomassa Tanaman Singkong (Manihot esculenta) pada Tiga Tanah (Latosol Cikarawang, Regosol Sindang Barang, dan Andisol Sukamantri). Dibimbing oleh SYAIFUL ANWAR

dan BUDI NUGROHO.

Singkong (Manihot esculenta) adalah tanaman tropis yang banyak dikembangkan di benua Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Pada tataran dunia, Indonesia merupakan negara produsen singkong terbesar ke empat (9.7%) setelah Nigeria (19%), Brazil (14%), dan Thailand (11%). Singkong sudah lama dikenal sebagai sumber karbohidrat kedua setelah padi di Indonesia, selain sebagai sumber pakan. Melalui diversifikasi pangan, singkong juga banyak dimanfaatkan untuk panganan dan bahan baku industri tapioka, gula sirup, sorbitol, monosodium-glutamat, etanol, maupun bentuk olahan lainnya. Seluruh pemanfaatan singkong tersebut bersumber pada umbinya.

Pada penelitian ini potensi singkong akan dipelajari dengan mendasarkan kepada keseluruhan produksi biomassanya. Pengamatan lapang dan pengukuran produksi dilakukan pada tanaman singkong siap panen, dengan umur panen 9 bulan, pada tiga tanah yaitu, Andisol Sukamantri, Latosol Cikarawang, dan Regosol Sindang Barang. Pada saat bersamaan, dilakukan pengambilan contoh tanah secara komposit untuk analisis kesuburan tanah. Analisis kadar hara N, P, K dilakukan terhadap umbi, batang, daun, dan kulit umbi. Analisis karbohidrat, lemak, dan protein dilakukan pada umbi, serta analisis holoselulosa dan lignin dilakukan terhadap batang.

Secara relatif dari sifat kimia tanah yang ditetapkan, Regosol Sindang Barang paling baik, diikuti oleh Andisol Sukamantri, dan yang terburuk adalah Latosol Cikarawang.Produksi biomassa kering (65ºC) tanaman singkong tertinggi secara keseluruhan dihasilkan pada tanah Latosol Cikarawang 29.8 ton/ha, dan produksi umbi bersih tertinggi terdapat pada tanah Latosol Cikarawang 27.1 ton/ha, produksi biomassa batang dan daun tertinggi terdapat pada tanah Andisol Sukamantri yaitu 3.2 dan 1.3 ton/ha, sedangkan kulit umbi tertinggi terdapat kesamaan untuk Latosol Cikarawang dan Regosol Sindang Barang yaitu 0.8 ton/ha. Kadar senyawa organik umbi rata-rata pada tiga tanah berturut-turut untuk karbohidrat, protein dan lemak adalah 74.80%, 2.64%, dan 0.42%. Selanjutnya kadar holoselulosa dan lignin batang berturut-turut adalah 49.22%, dan 20.73%. Pada masa yang akan datang , holoselulosa batang singkong ini merupakan salah satu potensi untuk pengembangan bioetanol.

Serapan total N, P, dan K untuk seluruh bagian tanaman pada ketiga tanah berturut-turut berkisar 83.8-166.4 kg/ha, 17.6-54.4 kg/ha, dan 106.5-217.8 kg/ha. Apabila diasumsikan Daun dan Kulit umbi tanaman dikembalikan ke tanah, maka kesetaraanya dengan Urea, SP-36, dan KCl untuk ketiga tanah berturut-turut berkisar 44.2 - 74.3 kg/ha, 16.6 - 26.7 kg/ha, dan 38.6 - 85.1 kg/ha.

(4)

ANALISIS PRODUKSI BIOMASSA TANAMAN SINGKONG

(Manihot esculenta)

PADA TIGA TANAH (LATOSOL

CIKARAWANG, REGOSOL SINDANG BARANG, DAN

ANDISOL SUKAMANTRI)

ERVINDY NAFARUDIN A14070093

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Analisis Produksi Biomassa Tanaman Singkong (Manihot

esculenta) Pada Tiga Tanah (Latosol Cikarawang, Regosol Sindang Barang, dan Andisol Sukamantri)

Nama : Ervindy Nafarudin NIM : A14070093

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Lahan

Menyetujui, Pembimbing I

Dr. Ir. Syaiful Anwar, MSc 19621113 198703 1 003

Pembimbing II

Dr. Ir. Budi Nugroho, MSi.

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Syaiful Anwar, MSc 19621113 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor tanggal 23 Januari 1989 yang merupakan putra pertama dari bapa Asep Nafarudin dan ibu Ecin Quraesin. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 9 Bogor dan pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN). Penulis memilih Mayor Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian.

Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif di beberapa organisasi yaitu UKM Koperasi Mahasiswa IPB sebagai staf divisi Infokom periode 2008-2009, UKM Basket 2008-2010. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Bioteknologi Tanah (2009/2010) dan Pengantar Ilmu Tanah (2011/2012).

Beberapa prestasi yang pernah diraih oleh penulis selama menjalani masa pendidikannya antara lain Juara I cabang olah raga lari estafet dalam Pekan Olimpiade mahasiswa TPB IPB pada tahun 2008, Juara I cabang olah raga bola basket TPB CUP IPB pada tahun 2008 dan Juara 1 Basket pekan olah tanah pada tahun 2010-2011 dan Juara II cabang olah raga bola basket putra dalam SERI A Faperta Institut Pertanian Bogor 2011.

Dalam usaha memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian IPB, penulis menyusun skripsi yang berjudul “Analisis Produksi Biomassa Tanaman Singkong (Manihot esculenta) pada Tiga Tanah (Latosol Cikarawang, Regosol Sindang Barang, dan Andisol Sukamantri)” dibawah bimbingan Dr. Ir. Syaiful Anwar, MSc. dan Dr. Ir. Budi Nugroho, MSi.  

     

(7)

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahirobil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, judul yang dipilih adalah “Analisis Produksi Biomassa Tanaman Singkong (Manihot esculenta) pada Tiga Tanah (Latosol Cikarawang, Regosol Sindang Barang, dan Andisol Sukamantri)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc dan Dr. Ir. Budi Nugroho, M.Si selaku pembimbing atas segala saran, kritik, dorongan, dan bimbingannya selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Feky, Denny, Ridho, Asrar, Gilang yang telah membantu selama penelitian di lapang sehingga penelitian ini bisa selesai seperti sekarang. Terimaksih sebesar-besarnya kepada kedua orang-tua saya Bapak Asep Nafarudin dan Ibu Ecin Quraesin serta Adinda Trisnata Nafarudin, Revensa Putra Nafarudin, dan Regy Saputra Nafarudin karena atas doa dan dorongan semangatnya, nasehatnya, dan telah bersedia menyediakan tempat untuk dilakukannya penelitian ini, serta kepada semua pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini berjalan lancar dan selesai tepat waktu.

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang berguna bagi berbagai pihak. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2012

(8)

DAFTAR ISI

 

    Halaman

DAFTAR TABEL………  viii 

DAFTAR GAMBAR ………..  ix 

BAB I. PENDAHULUAN ………  1

  1.1. Latar Belakang ………..  1

  1.2. Tujuan………  2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……….  3

  2.1. Taksonomi Tanaman Singkong………..  3

  2.2. Syarat Tumbuh Singkong………  4

  2.3. Evaluasi Kesesuaian Lahan...  2.4. Biomassa……….  5 6   2.5. Bioetanol……….  6

  2.6. Sifat dan Ciri Umum Tanah Latosol, Regosol, Andisol……… 10

BAB III. BAHAN DAN METODE……….  14

  3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian……….  14

  3.2. Bahan dan Alat………  14

  3.3. Metode Pengambilan Sampel Analisis Tanah dan Tanaman...  14

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……….  16

  4.1. Kondisi Lahan Pertanaman Singkong di Lokasi Penelitian………  16

  4.2. Sifat Kimia Tanah Latosol, Regosol, dan Andisol………..  17

  4.3. Produksi Biomassa Singkong……….  20

  4.4. Kandungan Senyawa Organik Umbi dan Batang Singkong...  22

  4.5. Serapan N, P dan K………..  23

  4.6. Serapan Total Tanaman……….  4.7. Kesetaraan Serapan Hara……….. 28 28 BAB V. KESIMPULAN………..  30 DAFTAR PUSTAKA……….  LAMPIRAN...  32 34

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor  

Teks

 

Halaman

1. Kesesuaian Tanaman Singkong………  5

2 Konversi Biomassa Menjadi Bioetanol………  7

3 Nilai Kalori Tanaman Penghasil Karbohidrat……….  8

4 Potensi Beberapa Tanaman Sebagai Bahan Baku Bioetanol……….…..  9

5 Metode Analisis Untuk Tanah dan Tanaman………..  15

6 Sifat Kimia Tanah Latosol, Regosol, Andisol ………  17

7 Kandungan Karbohidrat, Protein, dan Lemak Pada Umbi……….  22

8 Kandungan Holoselulosa dan Lignin Pada Batang ………  22

9 Serapan N, P dan K Total Singkong………..  28

10 11 12 Kesetaraan Serapan Hara N, P, dan K Sebagai Urea, SP36, dan KCl pada Daun dan Kulit Umbi………  Kesetaraan Serapan Hara N, P, dan K Sebagai Urea, SP36, dan KCl pada Umbi bersih dan Batang ………  Kesetaraan Serapan Hara Total N, P, dan K Sebagai Urea, SP36, dan KCl……….  29 29 30   Lampiran     1 Unsur Hara N, P, dan K Singkong………  36

2 Bobot Basah (Umbi bersih, Batang, Daun, dan Kulit Umbi) pada tiga tanah………...  37 3 Pengolahan data……….. 

 

(10)

DAFTAR GAMBAR

 

Nomor  

Teks

 

Halaman

1 Produksi Biomassa Singkong Pada Tiga Tanah………..  20

2 Serapan N, P dan K Umbi Bersih Singkong………..  23

3 Serapan N, P dan K Batang Singkong………  25

4 Serapan N, P dan K Daun Singkong………  26 5 Serapan N, P dan K Kulit Umbi Singkong………. 

 

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Singkong (Manihot esculenta) adalah tanaman tropis yang banyak dikembangkan di benua Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Saat ini, Indonesia merupakan negara produsen singkong terbesar keempat di dunia (9.7%) setelah Nigeria (19%), Brazil (14%), dan Thailand (11%) (FAO, 2002). Singkong sudah lama dikenal sebagai sumber karbohidrat ketiga setelah padi dan jagung di Indonesia. Melalui diversifikasi pangan, singkong dimanfaatkan sebagai pelengkap pemenuhan kebutuhan karbohidrat selain beras. Singkong juga banyak dimanfaatkan untuk panganan dan bahan baku industri tapioka, gula sirup, sorbitol, monosodium-glutamat, etanol, maupun bentuk olahan lainnya. Sebagian besar produksi tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Seiring dengan isu dunia mengenai pengganti Bahan Bakar Fosil (BBF) maka energi alternatif yang dipilih adalah sumber-sumber terbarukan dan ramah lingkungan. Salah satu tanaman yang potensial dan memenuhi syarat untuk tanaman

bio-fuel adalah singkong. Singkong selain sudah dikenal, juga mudah dibudidayakan

oleh petani di Indonesia, baik di lahan tidak subur maupun di lahan yang subur. Singkong pada saat ini hanya dimanfaatkan umbinya saja sedangkan komponen-komponen tanaman singkong lainnya seperti batang, daun, dan kulit umbi belum dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber biomassa.

Biomassa singkong tersebut dapat digunakan untuk sumber bioenergi pada masa yang akan datang sehingga tidak ada lagi limbah yang terbuang. Salah satu faktor yang menentukan produksi biomassa adalah media tanam yaitu tanah atau lahan serta faktor-faktor lain seperti, iklim dan ketinggian tempat yang mempengaruhi dalam produksi biomassa. Sebagai faktor utama produksi biomassa, tanah memiliki potensi yang berbeda-beda sesuai dengan sifat tanahnya, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian hubungan biomassa singkong dengan sifat tanah.

(12)

1.2 Tujuan Umum

1. Menganalisis sifat-sifat kimia tiga tanah (Latosol Cikarawang, Regosol Sindangbarang, dan Andisol Sukamantri) pada pertanaman singkong.

2. Mendata produksi biomassa tanaman singkong (umbi, batang, daun dan kulit umbi), pada tiga tanah yaitu (Latosol Cikarawang, Regosol Sindang Barang, dan Andisol Sukamantri).

3. Mendata serapan hara masing - masing komponen produksi biomassa tanaman singkong.

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Taksonomi Tanaman Singkong (Manihot esculenta)

Singkong (Manihotesculenta Crantz sin), termasuk dalam Kingdom Plantae atau tumbuh-tumbuhan, Divisi Spermathophyta atau tumbuhan berbiji, Sub divisi

Angiospermeae atau berbiji tertutup, Kelas Dicotyledoneae atau biji berkeping dua,

Ordo Euphorbiales, Family Euphorbiaceae, Genus Manihot, dan Spesies Manihot

esculenta Pohl dan Manihot esculenta Crantz sin (Bappenas, 2009).

Singkong merupakan tanaman pangan yang berasal dari benua Amerika berupa perdu, memiliki nama lain singkong, kasepe dan dalam Bahasa Inggris

cassava. Umbi singkong dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat dan

daunnya dikonsumsi sebagai sayuran. Di Indonesia, singkong menjadi bahan pangan pokok setelah beras dan jagung (Lidiasari et al., 2006).

Singkong memiliki umbi atau akar pohon yang panjang dengan diameter dan tinggi batang yang beragam tergantung dari varietasnya. Daging umbinya berwarna putih kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan disimpan lama meskipun di dalam lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida (HCN) yang bersifat racun bagi manusia. Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat, namun sangat miskin protein. Sumber protein terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino.

Singkong merupakan salah satu sumber pati. Pati merupakan senyawa karbohidrat yang kompleks. Pati singkong dapat diproses menjadi etanol. Sebelum difermentasi, pati diubah menjadi glukosa, karbohidrat yang lebih sederhana. Dalam penguraian pati diperlukan bantuan cendawan Aspergillus sp. Cendawan ini akan menghasilkan enzim alfaamilase dan glikoamilase yang akan berperan dalam mengurai pati menjadi glukosa atau gula sederhana. Setelah menjadi gula baru difermentasi menjadi etanol (Kusumastuti, 2007).

(14)

2.2. Syarat tumbuh singkong

Produktifitas tanaman singkong dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karakteristik lahan, iklim, dan ketinggian tempat. Berikut adalah syarat iklim, media tanam (tanah), dan ketinggian yang sesuai untuk produktivitas yang baik bagi tanaman singkong (Bappenas, 2009).

2.2.1. Iklim

Kondisi iklim yang menjadi syarat tumbuh singkong adalah : a) Curah hujan antara 1500 – 2500 mm/tahun

b) Suhu udara minimal sekitar 10ºC. Bila suhunya dibawah 10ºC pertumbuhan tanaman sedikit terhambat.

c) Kelembaban udara optimal antara 60 – 65%.

d) Sinar matahari yang dibutuhkan sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.

2.2.2. Media Tanam

Media tanam yang menjadi syarat tumbuh singkong adalah :

a) Tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu porus serta kaya bahan organik.

b) Jenis tanah yang sesuai adalah jenis Aluvial, Latosol, Podsolik Merah-Kuning, Mediteran, Grumosol dan Andisol.

c) Derajat kemasaman pH berkisar antara 4.5 - 8.0 dengan pH ideal 5.8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4.0 - 5.5, sehingga seringkali dikatakan cukup sesuai bagi suburnya tanaman singkong.

2.2.3. Ketinggian tempat

Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman singkong antara 10-700 mdpl, sedangkan toleransinya antara 10 - 1500 mdpl. Jenis singkong tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.

(15)

2.3. Evaluasi Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan tanaman singkong menurut (FAO, 1983) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kesesuaian tanaman singkong menurut (FAO, 1983)

karakteristik lahan S1 S2 S3 N t-Regim temperatur(°C) 22-28 29-30 31-35 >35 21-20 19-18 <18 w-Air tersedia 1. Bulan kering (<75mm) 24 4.1-6 <2 6.1-7 >7

2. Rata-rata hujan tahunan

(mm) 1000-2000 2000-4000 >4000

1000-750 750-500 <500

r-Kondisi perakaran

1. Drainase tanah Baik sedang, agak baik agak tidak

baik sangat tidak baik 2. Tekstur tanah lempung,lempung liat berpasir,lempung berdebu,debu,lempung berliat lempung berpasir,lempung liat berdebu,liat berpasir pasir,liat berdebu,liat kerikil,l iat massif 3. kedalaman akar >100 75-99 50-74 <50 f-Penyimpanan nutrisi 1. CEC me/100g tanah

(subsoil) >sedang rendah

sangat rendah 2. pH 5.5-6.5 6.6-7.5 5.4-5.0 7.6-8.5 4.9-4.0 >8.5 <4.0 n-Nutrisi tersedia

1. Total N >sedang rendah sangat

rendah

2. P-tersedia >tinggi sedang

rendah-sangat rendah

3. K-tersedia >sedang rendah sangat

rendah x-Toksisitas Salinitas mmhos/cm (subsoil) <2 23 36 >6 s-Terrain 1. Lereng (%) 0-5 58 816 >16

(16)

2.4. Biomassa

Biomassa adalah total berat atau volume organisme dalam suatu area atau volum tertentu. Biomassa juga didefinisikan sebagai total jumlah materi hidup di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan luas (Brown, 1997).

Biomassa adalah bagian yang dapat didegradasi secara biologis dari produk, limbah dan residu pertanian, kehutanan, industri dan limbah rumah tangga. Biomassa, meliputi hewan, sisa-sisa binatang dan bagian tumbuhan yang dapat dimakan

(edible). Oleh karena itu, jika akan memanfaatkan biomassa sebagai sumber energi

kadang-kadang harus berhadapan dengan sumber bahan kebutuhan hidup lainnya. Sebagai contoh, banyak tumbuhan yang diharapkan dapat menjadi bahan baku biofuel ternyata diperlukan untuk bahan pangan, misalnya jagung, singkong, dan kelapa sawit.

Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk menghasilkan biofuel mengingat begitu besarnya sumber daya hayati yang tersedia, baik di darat maupun di perairan. Menurut hasil riset Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT, 2006), Indonesia memiliki banyak jenis tanaman yang berpotensi menjadi energi bahan bakar alternatif, antara lain :

• Kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, sirsak, srikaya, kapuk : sebagai sumber bahan bakar alternatif pengganti solar (minyak diesel)

• Tebu, jagung, sagu, jambu mete, singkong, ubi jalar, dan ubi-ubian yang lain : sebagai sumber bahan bakar alternatif pengganti premium.

• Nyamplung, algae, azolla : kemungkinan besar dapat dijadikan sebagai sumber pengganti kerosene, minyak bakar atau bensin penerbangan.

2.5. Bioetanol

Etanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari

sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Karena berbahan dasar dari sisa kehidupan maka sering disebut sebagai bioetanol. Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium.

(17)

Untuk pengganti premium, terdapat alternatif gasohol yang merupakan campuran antara bensin dan bioetanol (BPPT, 2006). Adapun manfaat pemakaian gasohol di Indonesia yaitu : memperbesar basis sumber daya bahan bakar cair, mengurangi impor BBM, menguatkan keamanan pasokan bahan bakar, meningkatkan kesempatan kerja, berpotensi mengurangi ketimpangan pendapatan antar individu dan antar daerah, meningkatkan kemampuan nasional dalam teknologi pertanian dan industri, mengurangi kecenderungan pemanasan global dan pencemaran udara (bahan bakar ramah lingkungan) dan berpotensi mendorong ekspor komoditi baru. Untuk pengembangan bioetanol diperlukan bahan baku diantaranya :

• Nira bergula (sukrosa) : nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira kelapa, nira aren, nira siwalan, sari-buah mete.

• Bahan berpati : tepung-tepung sorgum biji, jagung, cantel, sagu, singkong/ umbi singkong, ubi jalar, ganyong, garut, suweg, umbi dahlia.

• Bahan berselulosa (lignoselulosa) : kayu, jerami, batang pisang, bagas, batang singkong.

Adapun konversi biomasa berbagai tanaman menjadi bioetanol disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Konversi Biomasa menjadi Bioetanol

Biomasa (kg) Kandungan gula (kg) Jumlah hasil bioetanol (Liter) Biomasa : Bioetanol Singkong 1.000 250-300 166.6 6.5 : 1 Ubi jalar 1.000 150-200 125 8 : 1 Jagung 1.000 600-700 400 2.5 : 1 Sagu 1.000 120-160 90 12 : 1 Tetes 1.000 500 250 4 : 1 Sumber : BPPT,(2006)

(18)

Pemanfaatan Bioetanol :

• Sebagai bahan bakar substitusi BBM pada motor berbahan bakar bensin; digunakan dalam bentuk murni 100% (B100) atau diblending dengan premium (EXX)

• Gasohol sampai dengan E10 bisa digunakan langsung pada mobil bensin biasa (tanpa mengharuskan mesin dimodifikasi).

Pengujian pada kendaraan roda empat di laboratorium BPPT menunjukkan bahwa tingkat emisi karbon dan hidrokarbon Gasohol E-10 yang merupakan campuran bensin dan etanol 10% lebih rendah dibandingkan dengan premium dan pertamax. Pengujian karakteristik unjuk kerja yaitu daya dan torsi menunjukkan bahwa gasohol etanol 10% identik atau cenderung lebih baik daripada pertamax. Etanol mengandung 35% oksigen sehingga meningkatkan efisiensi pembakaran (BPPT, 2006).

Singkong merupakan tanaman pangan dan perdagangan. Sebagai tanaman perdagangan, singkong menghasilkan pati, gaplek, tepung, etanol, gula cair, sorbitol, tepung aromatik, dan pellet. Sebagai tanaman pangan, singkong merupakan sumber karbohidrat bagi sekitar 500 juta manusia di dunia. Singkong merupakan penghasil kalori terbesar dibandingkan dengan tanaman lain perharinya (Yakinudin, 2010). Data nilai kalori disajikan pada Tabel 3. Dan data potensi beberapa tanaman sebagai bahan baku etanol disajikan pada Tabel 4.

Tabel 3. Nilai Kalori berbagai Tanaman Karbohidrat No Jenis Tanaman Nilai Kalori (kal/ha/hari)

1 Singkong 250 x 10³ 2 Jagung 200 x 10³ 3 Beras 176 x 10³ 4 Sorgum 114 x 10³ 5 Gandum 110 x 10³ Sumber : Yakinudin,(2010)

(19)

Tabel 3, menunjukkan bahwa nilai kalori tertinggi diantara 5 tanaman karbohidrat tersebut adalah singkong, yang menunjukkan bahwa tanaman tersebut menghasilkan energi tertinggi dibandingkan tanaman lainnya. Selain itu singkong juga memiliki kemudahan dalam penanamannya yang tidak perlu banyak mengeluarkan biaya, karena singkong merupakan tanaman yang kuat dalam proses pertumbuhannya karena dapat tumbuh di daerah subur ataupun tidak subur akan tetapi tanaman tersebut memiliki sifat yang rakus terhadap unsur hara dalam tanah. Tabel 4 menunjukkan potensi beberapa tanaman sebagai bahan baku etanol.

Tabel 4. Potensi Beberapa Tanaman sebagai Bahan Baku Etanol

No Jenis tanaman Hasil panen (ton/ha/tahun) Etanol (liter/ha/tahun)

1 Bit 20 – 100 3000 - 8000 2 Jagung 1 – 6 400 - 2500 3 Kentang 10 – 35 1000 - 4500 4 Singkong 10 – 50 2000 - 7000 5 Sorgum 3 – 12 1500 - 5000 6 Sorgummanis 20 – 60 2000 - 6000 7 Tebu 40 – 120 3000 - 8500 8 Ubi jalar 10 – 40 1200 - 5000 Sumber : Yakinudin,(2010)

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari berbagai tanaman yang umum singkong merupakan tanaman penghasil etanol ketiga setelah bit. Hal ini menunjukkan bahwa singkong memiliki potensi yang cukup bagus sebagai tanaman bahan baku etanol. Bit tidak dipertimbangkan karena tidak dapat berproduksi optimal di Indonesia sehingga tidak ekonomis. Keunggulan singkong dibanding tebu adalah masa panen singkong relatif lebih singkat dan biaya produksi lebih murah. Singkong yang akan digunakan sebagai bahan FuelGrade Ethanol (FGE) disarankan memiliki kadar pati yang tinggi, potensi hasil tinggi, tahan cekaman biotik dan abiotik, dan fleksibel dalam usaha tani dan umur panen (Yakinudin, 2010).

(20)

2.6. Sifat dan Ciri Umum Tanah Latosol, Regosol, dan Andisol

Produktivitas tanaman singkong sangat dipengaruhi oleh tempat tumbuhnya, karena untuk pertumbuhan optimum singkong memerlukan berbagai unsur hara yang tersedia di dalam tanah. Berikut adalah sifat dan ciri umum dari ketiga tanah tesebut.

2.6.1. Latosol

Latosol adalah tanah yang penyebarannya luas di Indonesia. Tanah ini diantaranya dijumpai di daerah Darmaga Kabupaten Bogor. Latosol coklat kemerahan Darmaga Bogor termasuk ke dalam order Inceptisols menurut sistem klasifikasi USDA dan terletak pada zona fisiografi Bogor bagian Barat, dengan bahan induk vulkanik kuarter berasal dari Gunung Salak (Yogaswara, 1977). Soepardi (1983) menyebutkan bahwa Latosol terbentuk di bawah kondisi iklim dengan curah hujan dan suhu yang tinggi di daerah tropik dan semi tropik, gaya-gaya hancuran bekerja lebih cepat dan berpengaruh lebih ekstrem dari pada di daerah sedang. Di banyak tempat di daerah tropik, musim basah dan kering yang silih berganti sangat mengintensifkan kegiatan kimia, terutama dari bahan organik. Proses yang berperan dalam pembentukan tanah demikian disebut latosolisasi.

Latosol banyak dimanfaatkan untuk perladangan berpindah, pertanian lahan kering, tegalan dan kebun campuran serta tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit bahkan bila iklim memungkinkan dapat dipergunakan untuk perkebunan tebu. Apabila kandungan kerikil tidak terlalu banyak, tanah ini mudah untuk ditanami. Latosol relatif stabil dan tahan terhadap erosi karena dominasi liat aktivitas rendah

(low activity clay) dan bersifat mudah melewatkan air. Latosol pada umumnya

mempunyai potensi kesuburan tergolong sangat rendah sampai rendah, dimana kandungan bahan organik lapisan atas sebagian rendah dan sebagian lagi sedang sampai tinggi dan berangsur menurun menjadi sangat rendah sampai rendah dengan kedalaman. Rasio C/N tergolong rendah (6-10). Kandungan P dan K di lapisan atas dan bawah hampir semuanya rendah. Rata-rata kandungan K2O pada bagian pedon

lebih besar dari pada P2O5. Jumlah basa-basa dapat ditukar dan KTK termasuk rendah

(21)

latosol bereaksi sedang bahkan hingga sangat masam. Tanah-tanah itu biasanya memberikan respon baik terhadap pemupukan dan pengapuran. (Soepardi, 1983).

2.6.2. Regosol

Buringh (1983) mendefinisikan Regosol sebagai tanah yang sangat muda, hampir tanpa perkembangan tanah. Soepraptohardjo (1961) menyatakan bahwa, Regosol mempunyai solum tipis-tebal tanpa horizon.

Menurut PPT (1983), Regosol adalah tanah lain yang bertekstur kasar dari bahan albik, tidak mempunyai horizon diagnostik, atau horizon apapun (kecuali jika tertimbun oleh 50 cm atau lebih bahan baru) selain horizon A okrik, horizon histik atau sulfuric serta berkadar fraksi pasir 60% atau lebih pada kedalaman antara 25-100 cm dari permukaan tanah mineral.

Soepraptohardjo (1961) mengemukakan bahwa Regosol mempunyai porositas sedang sampai terlalu baik, bertekstur pasir kasar sampai lempung, konsistensi lepas sampai gembur, pH antara 6 sampai 7, serta kandungan P dan K cukup sedangkan N kurang. Buringh (1983) menambahkan Regosol mempunyai kapasitas menahan air yang rendah dan secara keseluruhan faktor penghambat pertumbuhan tanaman yang paling besar pada Regosol adalah kekurangan air. Sifat-sifat kimia Regosol dicirikan oleh kandungan bahan organik rendah, KB bervariasi, daya jerap rendah dan permeabilitas tinggi.

2.6.3. Andisol

Kata Andisol berasal dari kata ando, yang berarti tanah hitam. Tanah ini adalah tanah-tanah yang gembur, ringan dan porous, tanah bagian atasnya berwarna gelap atau hitam, bertekstur sedang, terasa licin seperti semir apabila dipirit, dan secara khusus terbentuk dari bahan piroklastik yang kaya gelas volkan, baik yang masih lepas dan belum terangkut seperti abu volkan dan tephra, maupun yang sudah mengalami transportasi seperti endapan lahar dan alluvium volkanik (Subagyo et al., 2004). Sesuai dengan sifat-sifat tanah yang berkembang dari bahan piroklastik hasil kegiatan volkanisme, penyebaran Andisol umumnya terbatas pada wilayah sekitar

(22)

atau dekat dengan daerah volkan (gunung api). Selain secara dominan menyebar di dataran tinggi, sebagian Andisol dapat juga terbentuk di dataran dan perbukitan volkan. Luas seluruhnya diperkirakan 5.39 juta ha, atau sekitar 2.9% wilayah dataran Indonesia. Berdasarkan urutan luasannya, penyebaran Andisol yang cukup luas terdapat berturut-turut di Sumatera Utara 1.06 juta ha, Jawa Timur 0.73 juta ha, Jawa Barat 0.50 juta ha, Jawa Tengah 0.45 juta ha, dan Maluku 0.32 juta ha (Puslittanak, 2000).

Dari tujuh subordo dalam kelompok Andisol, yang termasuk tanah-tanah pertanian utama adalah Udands yaitu Andisols berdrainase baik di wilayah beriklim humit, dengan rejim kelembaban tanah udik; Aquands : Andisols basah, dengan air tanah berada pada atau dekat permukaan tanah; Ustands ; Andisols yang berada di wilayah agak kering sampai kering, dengan rejim kelembaban tanah ustik; dan

Vitrands yaitu Andisol yang bertekstur agak kasar, dengan kandungan gelas volkan

yang tunggi. Oleh karena umumnya menempati wilayah dataran tinggi sekitar 700 mdpl, atau lebih tinggi, maka penggunaan utama baik udands, ustands, maupun vitrands umumnya untuk pertanian pangan lahan kering, hortikultura, serta tanaman perkebunan. Aquands secara khusus dimanfaatkan untuk persawahan, dan tanaman sayuran. Areal Andisols yang tidak di usahakan untuk pertanian umumnya ditutupi hutan sekunder, pinus dan semak belukar.

Subagyo et al. (2004) melaporkan data analisis tanah Andisol dari berbagai wilayah, menunjukan bahwa Andisol memiliki tekstur yang bervariasi dari berliat (30-60% liat), sampai berlempung kasar (10-20%), namun sebagian besar tergolong berlempung halus sampai berlempung kasar. Reaksi tanah umumnya agak masam (5.6-6.5). Kandungan bahan organik lapisan atas sedang sampai tinggi, dan lapisan bawahnya umumnya rendah; dengan rasio C/N tergolong rendah (6-10). Kandungan P dan K-potensial bervariasi sebagian sedang sampai tinggi, dan sebagian lagi rendah sampai sedang. Jumlah basa-basa dapat ditukar tergolong sedang sampai tinggi, dan didominasi oleh ion Ca dan Mg, sebagian juga K. Kapasitas tukar kation tanah, sebagian besar sedang sampai tinggi, dengan kejenuhan basa umumnya sedang.

(23)

Potensi kesuburan alami Andisol, dengan demikian dinilai termasuk sedang sampai tinggi.

Andisol memiliki sifat andik yaitu memiliki kandungan C-organik <25%, dan kandungan bahan amorf dalam bentuk alofan, imogolit, ferrihidrit, atau senyawa kompleks humus alumunium dalam jumlah yang cukup signifikan (bobot isi 0.90 g/cm2 atau kurang), retensi fosfat 85% atau lebih dan jumlah persentase Al dan ½ Fe (ekstraksi NH4 –oksalat) 2.0 atau lebih (Subagyo et al: 2004).

(24)

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi pertanaman singkong yang diteliti terletak di Desa Cikarawang, Sindang Barang, dan Sukamantri Kabupaten Bogor. Analisis tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor (IPB). Analisis karbohidrat, protein, lemak, holoselulosa dan lignin dilakukan di Laboratorium Pengujian Hasil Hutan, Pusat Litbang Hasil Hutan Bogor. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Oktober 2011.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah singkong (Manihot

esculenta) dan tanah yang diambil dari tiga lokasi tersebut di atas. Bahan dan alat

yang digunakan untuk analisis dalam penelitian ini adalah beberapa alat lapang, seperti timbangan, plastik, pisau dan alat-alat laboratorium seperti gelas piala, gelas ukur, erlenmeyer, shaker, botol kimia, kertas label, sentrifuse, labu takar, dan lain-lain.

3.3. Metode Pengambilan Sampel Analisis Tanah dan Tanaman

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan pengamatan lapang dan analisis laboratorium. Proses pengamatan lapang dilakukan pada pertanaman singkong milik petani yang siap panen dengan umur panen sekitar 9 bulan. Dalam pengamatan ini diamati ciri morfologi tanaman dan mengukur produksi biomassa singkong. Pengelolaan pertanaman yang diamati dilakukan tanpa proses pemupukan atau perlakuan sehingga, penelitian dilakukan hanya dengan mendata berat masing-masing komponen tanaman seperti: umbi bersih, batang, daun, dan kulit umbi. Pada saat pengambilan contoh tanah dan tanaman, dilakukan pengamatan pengelolaan pertanaman secara langsung dan wawancara dengan petani.

(25)

3.3.1 Pengambilan Sampel Tanah dan Tanaman

Pengambilan sampel tanah komposit dan tanaman dilakukan dalam 3 ulangan pada setiap lokasi pertanaman singkong. Produksi biomassa tanaman (umbi bersih, batang, daun dan kulit umbi) ditimbang di lapang, kemudian contoh masing masing bagian tanaman dan sampel tanah dibawa ke laboratorium untuk dianalisis serapan N, P dan K dan kandungan karbohidrat, protein, lemak, holoselulosa dan lignin

.

3.3.2 Analisis Tanah, Tanaman dan Pengolahan Data

Umbi, batang, daun, dan kulit yang dianalisis di laboratorium terlebih dahulu dihaluskan dengan cara digiling terkecuali umbinya yang ditepungkan. Langkah yang dilakukan dalam pembuatan tepung adalah dengan pengirisan secara tipis untuk umbi singkong, dan dicacah kecil-kecil untuk batang, daun, dan kulit. Kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 65ºC, dan kemudian digiling. Umbi yang telah berbentuk tepung kemudian dianalisis N, P, K, protein, karbohidrat dan lemak; Batang dilakukan analisis N, P, K, lignin dan holoselulosa, sedangkan daun dan kulit hanya N, P dan K saja. Metode analisis disajikan pada Tabel 5. Data lapang dan laboratorium diolah dengan menggunakan Microsoft Excel.

Tabel 5. Metode Analisis untuk Tanah dan Tanaman

No Jenis Analisis Metode

A Tanah

1. Kemasaman tanah (pH H2O 1 : 2.5) pH meter

2. C-organik Walkley and Black

3. N-total Kjeldahl

4. P tersedia Bray I

5. KTK dan Basa-basa (K, Na, Ca, Mg) NH4OAc, pencucian B Tanaman 1. Holoselulosa SNI No 01-1303-1989 2. Lignin SNI N0 0492-2008 3. Karbohidrat Iodometri, 4. Protein Kjeldhal 5. Lemak Soxhlet 6 N Kjeldahl 7 P Pengabuan kering 550°C 8 K Pengabuan kering 550°C

(26)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Lahan Pertanaman Singkong di Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi contoh pertanaman dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan jenis tanah yang ditanami singkong yaitu di daerah Cikarawang Darmaga (Latosol), Sindang Barang (Regosol), dan Sukamantri (Andisol). Tanah dari ketiga daerah pertanaman, ditanami singkong secara monokultur tanpa adanya pemupukan. Namun dikarenakan lahan untuk pertanaman singkong tersebut pada waktu-waktu sebelumnya secara bergilir atau tumpang sari ditanami juga dengan tanaman lain seperti: jagung, ubi jalar, atau tanaman hortikultura, maka dimungkinkan adanya residu pupuk anorganik dan pupuk kandang. Keterangan tersebut diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani.

Penggunaan lahan mayoritas di Cikarawang Darmaga, adalah kebun campuran. Komoditas yang sering diusahakan antara lain singkong, jagung, pepaya, dan ubi jalar yang ditanam secara bergilir maupun tumpang sari. Lahan lokasi pengamatan memiliki luas 700 m2 dengan topografi lahan memiliki kemiringan lereng landai yaitu sekitar 0 - 2%. Jarak tanam singkong yang diterapkan adalah 80 × 80 cm dengan produktivitas berkisar 2 ton umbi kotor/700 m2. Lokasi ini mempunyai ketinggian 240 mdpl

Penggunaan lahan mayoritas ditemukan di Sindang Barang, adalah pemukiman dan sebagian kecil kebun. Komoditas yang sering diusahakan antara lain singkong dan pisang. Lokasi yang dijadikan contoh merupakan kebun singkong dengan luas 300 m2. Topografi tempat tergolong landai dengan lereng yaitu sekitar 2 - 8%. Jarak tanam singkong yang diterapkan adalah 50 × 50 cm dengan produktivitas sesuai informasi petani sekitar 3-5 kwintal umbi kotor/300 m2. Lokasi ini mempunyai ketinggian 300 mdpl.

Penggunaan lahan yang umum di daerah Sukamantri, adalah kebun campuran dan komoditi yang sering ditanami adalah hortikultura dan sebagian kecil ditanami

(27)

singkong dan jagung. Lahan tersebut memiliki luasan 330 m2. Topografi tempat pengambilan sampel di tanah tersebut adalah bergelombang yaitu sekitar 15 - 25% . Jarak tanam yang diterapkan adalah 50 × 50 cm dengan produktivitas sesuai informasi petani sekitar 5 kwintal umbi kotor/330 m2. Lokasi ini mempunyai ketinggian 540 dpl.

4.2. Sifat Kimia Tanah Latosol, Regosol, dan Andisol

Data sifat kimia tanah dan harkatnya berdasarkan PPT (1983) disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Sifat Kimia Tanah (Latosol Cikarawang, Regosol Sindang Barang, Andisol Sukamantri)

Sifat Kimia Latosol Cikarawang Regosol Sindang Barang Andisol Sukamantri

Nilai Harkat Nilai Harkat Nilai Harkat

pH H2O (1:2.5) 5.53 Masam 6.23 agak masam 5.47 Masam

C-organik (%) 1.71 rendah 1.60 rendah 2.55 Sedang

KTK (me/100 g) 18.99 Sedang 25.63 Tinggi 14.87 Rendah

N-total (%) 0.19 Rendah 0.16 Rendah 0.23 Sedang

P-tersedia (ppm P) 11.16 Rendah 9.45 sangat rendah 4.36 sangat rendah

K-dd (me/100 g) 0.28 Rendah 0.89 Tinggi 0.31 Sedang

Ca-dd (me/100 g) 8.02 Sedang 16.34 Tinggi 7.96 Sedang

Mg-dd (me/100 g) 2.53 Tinggi 1.88 Sedang 1.38 Sedang

Na-dd (me/100 g) 0.40 Sedang 0.73 Sedang 0.34 Rendah

Al-dd (me/100 g) Tr tr tr

H-dd (me/100 g) 0.04 0.04 0.04

Keterangan tr : Tidak terukur; keterangan Harkat adalah kategori kriteria PPT (1983)

Berdasarkan data dari Tabel 6 terlihat bahwa pH H2O pada Latosol

Cikarawang sebesar 5.53, tergolong tanah masam. Kandungan C-organik sebesar 1.71% dan tergolong rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) sebesar 18.99 me/100g, tergolong sedang, sedangkan untuk N-total sebesar 0.19% dan tergolong rendah. P-tersedia untuk Latosol Cikarawang termasuk rendah yaitu sebesar 11.16 ppm P. Kandungan K juga termasuk rendah, yaitu sebesar 0.28 me/100g. Kandungan

(28)

basa-basa pada Latosol Cikarawang seperti Ca, Mg, dan Na memiliki nilai yang bervariasi. Ca sebesar 8.02 me/100g yang tergolong sedang, Mg sebesar 2.53 me/100g yang tergolong tinggi, dan Na tergolong sedang yaitu sebesar 0.40 me/100g.

Regosol Sindang Barang termasuk agak masam memiliki pH 6.23. Kandungan C-organik sebesar 1.60% dan tergolong rendah. Kapasitas tukar kation untuk Regosol Sindang Barang sebesar 25.63 me/100g tergolong tinggi. N-total sebesar 0.16% dan tergolong kriteria rendah. P tersedia termasuk kriteria sangat rendah yaitu sebesar 9.45 ppm P. Kandungan K pada Regosol Sindang Barang adalah 0.89 me/100g yang tergolong tinggi. Kandungan basa-basa lain pada Regosol Sindang Barang memiliki nilai yang bervariasi sama seperti pada tanah Latosol Cikarawang. Nilai Ca Regosol Sindang Barang sebesar 16.34 me/100g yang tergolong tinggi, Mg sebesar 1.88 me/100g tergolong sedang, dan Na tergolong sedang yaitu 0.73 me/100g.

Andisol Sukamantri memiliki pH 5.47 tergolong masam. Kandungan C-organik tergolong rendah yaitu sebesar 2.55%. Kapasitas tukar kation (KTK) Andisol Sukamantri bernilai 14.87 me/100g tergolong rendah. N-total sebesar 0.23% yang tergolong sedang. P tersedia memiliki kandungan 4.36 ppm P termasuk sangat rendah, sedangkan kandungan K 0.31 me/100g yang tergolong sedang. Kandungan basa-basa pada Regosol Sindang Barang sama seperti dua tanah lainnya yang memiliki nilai bervariasi. Nilai Ca Andisol Sukamantri sebesar 7.96 me/100g yang tergolong sedang, Mg sebesar 1.38 me/100g tergolong sedang, kemudian Na tergolong rendah dengan nilai 0.34 me/100g.

Latosol Cikarawang dan Andisol Sukamantri termasuk tanah yang tergolong masam, sedangkan Regosol Sindang Barang tergolong agak masam. Kandungan C-organik total tanah Andisol Sukamantri lebih tinggi dibandingkan Latosol Cikarawang dan Regosol Sindang Barang. Kapasitas Tukar Kation terendah sampai yang tertinggi dimiliki Andisol Sukamantri, kemudian Latosol Cikarawang, dan Regosol Sindang Barang.

N-total tanah Andisol Sukamantri lebih tinggi dibandingkan dengan Latosol Cikarawang dan Regosol Sindang Barang dimana keduanya tergolong rendah.

(29)

P-tersedia dalam tanah Andisol Sukamantri dan Regosol Sindang Barang sangat rendah, sedangkan P-tersedia Latosol Cikarawang lebih tinggi namun juga masih tergolong rendah. Kadar K-dd dari yang terendah sampai tertinggi berturut-turut dimiliki oleh tanah Latosol Cikarawang, Andisol Sukamantri, dan Regosol Sindang Barang.

Kandungan basa-basa yang dapat ditukar pada ketiga tanah tergolong dalam kisaran rendah sampai tinggi, nilai lebih tinggi terdapat pada tanah Regosol Sindang Barang, diikuti oleh Latosol Cikarawang, dan Andisol Sukamantri. Kandungan Ca-dd dan Mg-dd pada Andisol Sukamantri dan Latosol Cikarawang tergolong sedang, sementara pada Regosol Sindang Barang keduanya tergolong tinggi. Ketiga tanah memiliki kandungan basa-basa dapat ditukar secara relatif dalam urutan Ca > Mg > K

≈ Na. Kriteria tersebut menggambarkan tanah-tanah pertanian yang baik tanpa memiliki masalah terkait dengan pengaruh negatif dari natrium.

Berdasarkan KTK, C-organik, N-total, P-tersedia, K-dd, Ca-dd dan Mg-dd, maka Regosol Sindang Barang relatif paling subur, diikuti oleh Andisol Sukamantri. Sementara Latosol Cikarawang relatif paling tidak subur. Hal ini disebabkan oleh kandungan unsur makro utama seperti N, P, dan K pada Latosol Cikarawang relatif rendah, sedangkan Regosol Sindang Barang relatif rendah dalam kandungan N dan P, sementara Andisol Sukamantri relatif rendah dalam kandungan P.

Toksisitas ketiga tanah ditinjau dari kandungan Al-dd dan H-dd relatif tidak terlihat. Hal ini ditunjukkan oleh kadar Al-dd pada ketiga tanah yang tidak terukur, sedangkan kandungan H-dd pada ketiga tanah relatif sangat rendah yaitu hanya sebesar 0.04 me/100g.

Berdasarkan peninjauan dari hasil tabel sifat kimia dari ketiga tanah tersebut, tanah yang cocok untuk budidaya tanaman singkong dalam produksi biomassa dari yang terbaik yaitu tanah Latosol Cikarawang, kemudian Andisol Sukamantri, dan Regosol Sindang Barang.

(30)

4.3. Produksi Biomassa Singkong

Produksi biomassa singkong ditetapkan secara keseluruhan, kemudian dipisahkan berdasarkan empat bagian organ tanaman, yaitu : umbi bersih, batang, daun, dan kulit. Data produksi biomassa singkong pada ketiga tanah disajikan pada Gambar1.

Gambar 1. Produksi biomassa singkong pada tiga tanah.

Berdasarkan Gambar 1, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa produksi biomassa singkong (berat kering 65ºC), pada tiga tanah berbeda dimana produksi tertinggi ditemukan pada Latosol Cikarawang yaitu sebesar 29.8 ton/ha, diikuti oleh Andisol Sukamantri dan Regosol Sindang Barang yaitu sebesar 16.3 ton/ha dan 9.0 ton/ha. Pemisahan produksi biomassa menjadi umbi bersih, batang, daun dan kulit umbi, menunjukkan pola yang berbeda dengan produksi keseluruhan. Sebagaimana disajikan pada Gambar 1, terlihat bahwa produksi umbi bersih singkong tertinggi terdapat pada Latosol Cikarawang yaitu 27.1 ton/ha dibandingkan dengan Andisol Sukamantri dan Regosol Sindang Barang yang mempunyai produksi umbi bersih 11.4 ton/ha dan 4.9 ton/ha. Produksi Singkong tertinggi pada Latosol Cikarawang diduga berkaitan dengan kadar P tersedia yang terkandung di dalam tanah tersebut,

27.1 1.5 0.4 0.8 29.8 4.9 2.3 1.0 0.8 9.0 11.4 3.2 1.3 0.4 16.3 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0

Umbi bersih Batang Daun Kulit total

Pr oduk si   to n   /ha

(31)

karena unsur P mempunyai fungsi untuk mempercepat pematangan pada umbi (Suprapti, 2005). Rendahnya umbi singkong pada Andisol Sukamantri dibandingkan dengan tanah Latosol Cikarawang disebabkan karena pada Andisol Sukamantri memiliki ketinggian tempat (altitut) yang lebih tinggi dan kondisi iklim yang berbeda dari pada Latosol Cikarawang yang membuat proses pembesaran umbi menjadi terhambat serta rendahnya P tersedia pada tanah tersebut sehingga pembesaran umbi tidak optimum seperti pada Latosol Cikarawang, sedangkan rendahnya produksi umbi pada Regosol Sindang Barang dibandingkan kedua tanah lainnya disebabkan karena faktor struktur yang dominan berpasir sehingga penyerapan hara pada akar umbi tidak optimum selain itu faktor kesesuaian tanaman singkong yang tidak optimum pada tanah yang dominan berpasir.

Biomassa batang singkong tertinggi pada tanah Andisol Sukamantri mencapai 3.2 ton/ha diikuti oleh tanah Regosol Sindang Barang dengan biomassa 2.3 ton/ha dan terendah pada Tanah Latosol Cikarawang dengan biomassa hanya 1.5 ton/ha. Batang singkong tersebut dikarenakan, mengandung holoselulosa yang tinggi dapat digunakan untuk produksi alkohol. Produksi biomassa daun tertinggi terdapat pada Andisol Sukamantri sebesar 1.3 ton/ha diikuti dengan Regosol Sindang Barang dan Latosol Cikarawang yang produksi biomassa daunnya 1.0 ton/ha dan 0.4 ton/ha. Produksi kulit tertinggi terdapat kesamaan pada Latosol Cikarawang dan Regosol Sindang Barang yaitu 0.8 (ton/ha) dan Andisol Sukamantri yang memiliki produksi kulit 0.4 (ton/ha). Hasil produksi biomassa daun dan kulit tersebut akan didata untuk mengetahui berapa biomassa yang dikembalikan ke dalam tanah.

Berdasarkan hasil biomassa di atas dapat disimpulkan Latosol Cikarawang memiliki biomassa total yang jauh lebih tinggi dari dua tanah lainnya. Tingginya produksi biomassa pada Latosol Cikarawang terkonsentrasi pada umbi singkongnya yaitu sekitar 91%, sementara pada Andisol Sukamantri hanya 70% dan pada Regosol Sindang Barang 54% dari produksi total.

(32)

4.4. Kandungan Senyawa Organik Umbi dan Batang Singkong

Singkong memiliki beberapa kandungan senyawa organik dalam setiap bagian tubuh tanaman seperti umbi dan batang yang terdiri: karbohidrat, protein, lemak untuk umbi dan holoselulosa, lignin untuk potensi batang yang masing-masing mempunyai fungsi berbeda-beda. Pada Tabel 7, dapat dilihat kadar beberapa senyawa organik pada umbi yang meliputi: karbohidrat, protein, dan lemak sedangkan pada Tabel 8, dapat dilihat beberapa kandungan senyawa organik pada batang yaitu: holoselulosa dan lignin.

Tabel 7. Kandungan Karbohidrat, Protein, dan Lemak pada Umbi.

Tanah   Karbohidrat (%)  Protein (%)  Lemak (%) 

Latosol 74.22 3.31 0.27 

Regosol  72.55  2.30  0.50 

Andisol  77.64  2.32  0.50 

Karbohidrat merupakan unsur penting dalam kehidupan sehari-hari sebagai penghasil tenaga atau energi. Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa kadar karbohidrat umbi singkong tertinggi terdapat pada Andisol Sukamantri yaitu 77.64% yang diikuti dengan Latosol Cikarawang dengan nilai 74.22%, dan Regosol Sindang Barang sebesar 72.55%. Umbi singkong dengan kadar karbohidrat yang tinggi sangat cocok sebagai bahan panganan.

Nilai kadar protein untuk umbi singkong tertinggi terdapat pada Latosol Cikarawang sebesar 3.31% disusul Andisol Sukamantri 2.32%, dan terendah Regosol Sindang Barang sebesar 2.30%.

Nilai kadar Lemak umbi singkong yang tertinggi terdapat pada Andisol Sukamantri dan Regosol Sindang Barang dengan nilai kandungan 0.50%, sedangkan kadar Lemak terendah terdapat pada Latosol Cikarawang sebesar 0.27%.

Tabel 8. Kandungan Holoselulosa dan Lignin pada Batang.

Tanah  Holoselulosa (%)  Lignin (%) 

Latosol  50.94  23.54 

Regosol  52.49  19.96 

(33)

Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat batang singkong mempunyai senyawa organik holoselulosa dan lignin, yang diproduksi pada tiga tanah berbeda mempunyai kadar yang bervariasi. Kadar Holoselulosa tertinggi terdapat pada Regosol Sindang Barang sebesar 52.49%, sedikit lebih tinggi dibandingkan pada Latosol Cikarawang yang memiliki kadar sebesar 50.94%. Terendah pada tanah Andisol Sukamantri yang memiliki kadar Holoselulosa sebesar 44.23%. Batang Singkong selain mempunyai Holoselulosa Singkong juga memiliki kandungan Lignin, (Lawford dan Rousseau, 2000). Lignin, berfungsi untuk mempertebal jaringan serat kayu tanaman yang membuat batang menjadi agak keras pada suatu tanaman.

Berdasarkan Tabel 8, kadar Lignin tertinggi terdapat pada Latosol Cikarawang dengan nilai 23.54% dibandingkan dengan 2 tanah lainnya yaitu Regosol Sindang Barang dan Andisol Sukamantri yang masing-masing sebesar 19.96% dan 18.70%..

4.5. Serapan N, P dan K

Serapan hara singkong pada ketiga tanah menunjukan bahwa masing-masing tanah memiliki serapan yang berbeda-beda. Berikut disampaikan data serapan N, P dan K dari beberapa bagian tanaman.

4.5.1. Umbi Bersih

Berikut disajikan gambar serapan N, P dan K umbi bersih singkong pada tanah Latosol Cikarawang, Regosol Sindang Barang, dan Andisol Sukamantri.

Gambar 2. Serapan N,P dan K Umbi Bersih Singkong.

124.7 48.8 178.9 18.2 9.3 50.6 33.0 15.9 45.6 0.0 50.0 100.0 150.0 200.0 N P K Se rapan   kg /h

(34)

Berdasarkan Gambar 2, dapat dilihat bahwa serapan N umbi bersih tertinggi terdapat pada Latosol Cikarawang sebesar 124.7 kg/ha diikuti dengan Andisol Sukamantri sebesar 33.0 kg/ha, dan terendah Regosol Sindang Barang sebesar 18.2 kg/ha. Serapan P umbi tertinggi terdapat pada Latosol Cikarawang sebesar 48.8 kg/ha diikuti Andisol Sukamantri sebesar 15.9 kg/ha, dan terendah Regosol Sindang Barang dengan jumlah serapan 9.3 kg/ha. Serapan hara K umbi bersih tertinggi terdapat pada Latosol Cikarawang dengan jumlah serapan 178.9 kg/ha diikuti dengan Regosol Sindang Barang dengan jumlah serapan 50.6 kg/ha dan terendah Andisol Sukamantri memiliki jumlah serapan K sebesar 45.6 (kg/ha). Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa untuk serapan N, P, K umbi bersih tertinggi terdapat pada Latosol Cikarawang, diikuti oleh Andisol Sukamantri dan Regosol Sindang Barang.

Unsur N pada tanaman digunakan sebagai penyusun asam amino (protein) dan berperan penting dalam pembentukkan organ vegetatif tanaman seperti pertumbuhan batang, dan daun. Kekurangan unsur N dapat menyebabkan penguningan daun (klorosis) yang dapat memperlambat proses fotosintesis (Tejasarwana, 1995).

Unsur P pada tanaman digunakan untuk proses pematangan buah dan memperkuat batang tubuh tanaman dan mempercepat proses pembungaan serta dapat memperkuat akar semai. Kekurangan unsur P dapat menyebabkan tanaman kerdil, dan jumlah anakan yang sedikit serta daun meruncing dengan warna hijau gelap.

Unsur K pada tanaman digunakan untuk menjaga vigor tanaman sehingga tanaman tidak mudah rebah dan mempercepat pertumbuhan akar. Selain itu tanaman dengan unsur K yang cukup akan lebih kuat terhadap hama dan penyakit. Kekurangan unsur K dapat menyebabkan tanaman mudah rebah selain itu, petumbuhan tanaman akan menjadi kerdil dan permukaan daun menunjukkan klorotik dengan daun yang terlihat kering.

Berdasarkan serapan hara N, P, dan K umbi di ketiga jenis tanah dapat dilihat bahwa kadar hara N Latosol Cikarawang tergolong rendah, dan serapan N yang tergolong tinggi hal ini memiliki hubungan tidak searah antara kadar hara tanah dan serapan hara. Pada Regosol Sindang Barang kadar hara dan serapan hara N tergolong rendah keduanya memiliki hubungan searah, sedangkan untuk kadar hara dan serapan

(35)

hara pada Andisol Sukamantri memiliki hubungan tidak searah, karena kadar hara N Andisol Sukamantri yang tergolong lebih tinggi dari Latososol Cikarawang memiliki serapan N yang rendah dibandingkan dengan Latosol Cikarawang.

Kadar hara dan serapan hara P pada ketiga jenis tanah memiliki hubungan searah, Kadar hara K dan serapan K pada Regosol Sindang Barang dan Andisol Sukamantri cenderung tidak searah dibandingkan dengan Latosol Cikarawang yang hubungannya searah. Pada kasus Latosol Cikarawang walaupun mempunyai kadar hara N, P, dan K yang relatif rendah, tanah tersebut mempunyai serapan yang tinggi dibandingkan dua tanah lainnya.

4.5.2. Serapan Hara Batang

Berikut disajikan gambar serapan N, P dan K batang singkong pada Latosol Cikarawang, Regosol Sindang Barang, dan Andisol Sukamantri.

Gambar 3. Serapan N, P dan K Batang Singkong.

Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat secara keseluruhan bahwa serapan N batang tertinggi terdapat pada Andisol Sukamantri dengan jumlah serapan 43.9 kg/ha, diikuti dengan Regosol Sindang Barang dengan jumlah serapan 31.5 kg/ha, dan terendah terdapat pada Latosol Cikarawang yaitu dengan jumlah serapan 21.3 kg/ha. Serapan hara P pada batang tertinggi terdapat pada Andisol Sukamantri sebesar 4.4 kg/ha diikuti dengan Regosol Sindang Barang dengan jumlah serapan P 4.1 kg/ha,

21.3 2.9 19.6 31.5 4.1 55.7 43.9 4.4 37.9 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 N P K Se ra pa n   kg /ha

(36)

sedangkan serapan P batang terendah terdapat pada Latosol Cikarawang dengan jumlah serapan P 2.9 kg/ha.

Serapan hara K pada batang tertinggi terdapat pada Regosol Sindang Barang dengan jumlah serapan 55.7 kg/ha dan diikuti dengan Andisol Sukamantri dengan jumlah serapan K 37.9 kg/ha, sedangkan terendah terdapat pada Latosol Cikarawang dengan jumlah serapan 19.6 kg/ha.

Berdasarkan serapan hara N, P, dan K batang di ketiga jenis tanah dapat dilihat, bahwa kadar hara dan serapan hara N, P, dan K Latosol Cikarawang dan Regosol Sindang Barang cenderung searah, sedangkan untuk Andisol Sukamantri kadar hara dan serapan hara N, P, dan K cenderung searah, tetapi untuk kasus kadar hara P dalam tanah sangat rendah sedangkan serapan P tinggi dari ketiga tanah, berarti pada batang singkong mempunyai sifat rakus terhadap hara P.

4.5.3. Serapan Hara Daun

Berikut disajikan gambar serapan N, P dan K daun singkong pada Latosol Cikarawang, Regosol Sindang Barang, dan Andisol Sukamantri.

.

Gambar 4. Serapan N, P dan K Daun Singkong.

Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa serapan N daun tertinggi terdapat pada Regosol Sindang Barang sebesar 24.9 kg/ha dan diikuti oleh Andisol Sukamantri sebesar 13.5 kg/ha, sedangkan terendah terdapat pada Latosol Cikarawang sebesar 8.9 kg/ha. Serapan hara P daun tertinggi terdapat pada Regosol

8.9 1.7 7.5 24.9 3.2 27.8 13.5 1.3 16.4 0.0 10.0 20.0 30.0 N P K Se rapan   kg /h a

(37)

Sindang Barang yaitu sebesar 3.2 kg/ha, diikuti dengan Latosol Cikarawang sebesar 1.7 kg/ha, sedangkan terendah terdapat pada Andisol Sukamantri sebesar 1.3 kg/ha. Serapan hara K daun tertinggi terdapat pada Regosol Sindang Barang sebesar 27.8 kg/ha, diikuti dengan Andisol Sukamantri sebesar 16.4 kg/ha, sedangkan terendah terdapat pada Latosol Cikarawang sebesar 7.5 kg/ha.

4.5.4. Serapan Hara Kulit Umbi

Berikut disajikan grafik serapan N, P dan K kulit umbi singkong pada Latosol Cikarawang, Regosol Sindang Barang, dan Andisol Sukamantri.

.

Gambar 5. Serapan N, P dan K Kulit Umbi Singkong.

Berdasarkan Gambar 5, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa serapan N pada kulit umbi tertinggi terdapat pada Latosol Cikarawang dengan jumlah serapan N 11.5 kg/ha, diikuti oleh Andisol Sukamantri dengan jumlah serapan N 10.2 kg/ha, sedangkan terendah terdapat pada Regosol Sindang Barang yaitu 9.2 kg/ha. Serapan P pada kulit umbi yang tertinggi terdapat pada Andisol Sukamantri dengan jumlah serapan 1.3 kg/ha, diikuti dengan Latosol Cikarawang dan Regosol Sindang Barang dengan jumlah serapan P 1.0 kg/ha. Serapan K pada kulit umbi tertinggi terdapat

11.5 1.0 11.7 9.2 1.0 14.6 10.2 1.3 6.7 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 N P K Se ra pa n   kg /ha

(38)

pada Regosol Sindang Barang dengan jumlah serapan 14.6 kg/ha, diikuti oleh Latosol Cikarawang yang memiliki jumlah serapan 11.7 kg/ha, dan terendah terdapat pada Andisol Sukamantri dengan jumlah serapan 6.7 kg/ha.

4.6. Serapan Total Tanaman

Secara keseluruhan jumlah serapan hara total N, P, dan K Singkong pada ketiga tanah adalah:

Tabel 9. Serapan N, P dan K Total Singkong.

N (kg/ha) P (kg/ha) K (kg/ha

Latosol Cikarawang 166.4 54.4 217.8 Regosol Sindang Barang 83.8 17.6 148.7 Andisol Sukamantri 100.5 23.0 106.5

Berdasarkan Tabel 9, Latosol Cikarawang memiliki jumlah serapan hara tanaman N 166.4 kg/ha, P 54.4 kg/ha, dan K 217.8 kg/ha tertinggi, diikuti oleh Andisol Sukamantri yang memiliki jumlah serapan N 100.5 kg/ha, P 23.0 kg/ha, dan K 106.5 kg/ha serta Regosol Sindang Barang yaitu N dan P masing-masing 83.8 kg/ha dan 17.6 kg/ha dan K 148.7 kg/ha. Serapan total K pada Andisol Sukamantri lebih rendah dibandingkan Regosol Sindang Barang. Perbedaan serapan hara ini searah dengan perbedaan produksi biomassa total.

4.7. Kesetaraan Serapan Hara N, P, dan K Sebagai Urea, SP36, dan KCl pada Tanaman

Sebagaimana telah disampaikan pada awal skripsi ini, tanaman singkong merupakan salah satu tanaman masa depan baik untuk pangan maupun energi. Dimasa depan selain umbi, maka batang singkong dapat digunakan untuk produksi etanol. Sementara itu, untuk membantu menjaga dan memperbaiki produktivitas tanah, maka harus ada bagian tanaman yang dikembalikan ke tanah.

Tabel 10, 11 dan 12 menyajikan kesetaraan serapan hara N, P dan K oleh berbagai bagian tanaman singkong dengan Urea, SP-36 dan KCL.

(39)

Tabel 10. Kesetaraan Serapan Hara N, P, dan K Sebagai Urea, SP36, dan KCl pada Daun dan Kulit Umbi.

Daun Kulit umbi

Tanah Urea (kg/ha) SP-36 (kg/ha) KCl (kg/ha) Urea (kg/ha) SP-36 (kg/ha) KCl (kg/ha)

Latosol 19.3 10.9 15.1 24.9 6.3 23.5

Regosol 54.2 20.2 55.8 20.1 6.5 29.3

Andisol 29.3 8.4 32.9 22.1 8.2 13.4

Berdasarkan Tabel 10. Apabila diasumsikan Daun dan Kulit umbi tanaman pada ketiga tanah dikembalikan ke tanah maka setara Urea, SP-36, dan KCL berkisar antara 44.2 - 74.3 kg/ha untuk N, 16.6 - 26.7 kg/ha untuk P, dan 38.6 - 85.1 kg/ha untuk K.

Tabel 11. Kesetaraan Serapan Hara N, P, dan K Sebagai Urea, SP36, dan KCl pada Umbi bersih dan Batang.

Umbi bersih Batang

Tanah Urea (kg/ha) SP-36 (kg/ha) KCl (kg/ha) Urea (kg/ha) SP-36 (kg/ha) KCl (kg/ha)

Latosol 271.1 310.5 359.4 46.4 18.6 39.5

Regosol 39.5 59.4 101.6 68.4 25.9 111.9

Andisol 71.8 101.4 91.5 95.3 28.1 76.1

Berdasarkan Tabel 11. Apabila diasumsikan Umbi bersih dan Batang tanaman memiliki kesetaraan dengan Urea, SP36, dan KCl untuk ketiga tanah berturut-turut berkisar 107.9 - 317.5 kg/ha untuk N, 85.3 - 329.1 kg/ha untuk P, dan 167.6 - 398.9 untuk K.

(40)

Tabel 12. Kesetaraan Serapan Hara Total N, P, dan K Sebagai Urea, SP36, dan KCl. Serapan Total

Tanah Urea (kg/ha) SP-36 (kg/ha) KCl (kg/ha)

Latosol 361.7 346.3 437.5

Regosol 182.2 112 298.6

Andisol 218.5 146.1 213.9

Berdasarkan tabel 12. Dapat dilihat ternyata tanah Latosol Cikarawang memiliki nilai kesetaraan serapan hara yang lebih tinggi yaitu berkisar 361.7 - 437.5 diikuti oleh kedua tanah lainnya. Ternyata perlu diketahui bahwasanya potensi tanaman singkong itu memiliki peranan yang sangat baik dalam memelihara dan menjaga produktivitas tanah hal ini dapat dilihat karena potensi bagian – bagian tanaman apabila dikembalikan ke tanah dapat memiliki konstribusi yang sangat baik untuk tanaman karena dapat menggantikan hara – hara yang hilang akibat panen sehingga hara – hara yang hilang tersebut dapat tergantikan.

(41)

BAB V KESIMPULAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Latosol Cikarawang mempunyai sifat kimia tanah yang lebih sesuai untuk umbi singkong, diikuti oleh Andisol Sukamantri, dan Regosol Sindang Barang.

2. Secara relatif dari sifat kimia tanah yang ditetapkan, Regosol Sindang Barang paling baik, diikuti oleh Andisol Sukamantri, dan yang terburuk adalah Latosol Cikarawang

3. Hasil biomassa kering (65ºC) singkong tertinggi terdapat pada tanah Andisol Sukamantri (29.8 ton/ha). Hasil umbi bersih tertinggi terdapat pada Latosol Cikarawang (27.1 ton/ha), hasil biomassa batang tertinggi terdapat pada Andisol Sukamantri (3.2 ton/ha) sedangkan, untuk daun tertinggi terdapat pada Andisol Sukamantri (3.1 ton/ha) dan kulit umbi tertinggi terdapat pada tanah Latosol Cikarawang dan Regosol Sindang Barang (0.8 ton/ha).

4. Kadar karbohidrat, protein, dan lemak rata-rata pada tiga tanah berturut-turut adalah 74.80%, 2.64%, dan 0.42%. Kadar Holoselulosa dan Lignin batang rata-rata berturut-turut 49.22%, dan 20.73%.

5. Serapan total N, P, dan K untuk seluruh bagian tanaman pada ketiga tanah berturut-turut berkisar 83.8-166.4 kg/ha, 17.6-54.4 kg/ha, dan 106.5-217.8 kg/ha. Apabila diasumsikan Daun dan Kulit umbi tanaman dikembalikan ke tanah, maka kesetaraanya dengan Urea, SP-36, dan KCl untuk ketiga tanah berturut-turut berkisar (19.3-54.2 kg/ha, 8.4-20.2 kg/ha, dan 15.1-55.8 kg/ha) dan (20.1-24.9 kg/ha, 6.3-8.2 kg/ha, dan 13.4-29.3 kg/ha). Apabila diasumsikan Umbi bersih dan Batang tanaman memiliki kesetaraan dengan Urea, SP-36, dan KCl untuk ketiga tanah berturut-turut berkisar (39.5-271.1

(42)

kg/ha, 59.4-310.5 kg/ha, dan 91.5-359.4 kg/ha) dan (46.4-95.3 kg/ha, 18.6-25.9 kg/ha, dan 39.5-111.9 kg/ha).

(43)

DAFTAR PUSTAKA

[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2009. Budidaya Singkong. http://www.smallcrab.com/forex/500-budidaya-singkong. [19 Nov 2009].

[BPPT] Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2006. Kajian Lengkap Prospek Pemanfaatan Biodiesel dan Bioetanol pada Sektor Transportasi di Indonesia. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta.

Brown S. 1997. Estimating biomass and biomass change of tropical forest: a Primer. (FAO Forestry Paper – 134). FAO, Rome.

Burringh, P. 1983. Introduction to The Study of Soils in Tropical and Subtropical Regions. 2nd Ed. Cent. Agric. Pub. Doc. Waginingen.

FAO. 1983. Reconnaissance Land Resource Surveys. Centre For Soil Research. Bogor. Indonesia.

FAO. 2002. World Summit on Sustainable Development. http/www.fao.org.[di akses 24 mei 2010].

Fortuna IF. 2008. Bioetanol Alternatif Energi untuk Babel. Bangka Pos Cetak: Bangka Belitung.

Kusumastuti CT. 2007. Singkong Sebagai Salah Satu Sumber Bahan Bakar Nabati (BBN) [makalah]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Lawford, HG and JD Rousseau. 2000. Comparative energetics of glucose and xylose metabolism cassava in Zymonas mobilis. Appl. Biochem. Biotechnol. 84-86: 277-292.

Lidiasari E, Syafutri MI, dan Syaiful F. 2006. Influence of drying temperature difference on physical and chemical qualities of partially fermented cassava flour, Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia, 2006, vol. 8, pp. 141-146.

[PPT] Pusat Penelitian Tanah. 1983. Term of Reference. Klasifikasi Kesesuaian Lahan. Pusat Penelitian Tanah, Bogor.

[Puslitanak] Penelitian Tanah dan Agroklimat. 2000. Atlas Sumberdaya Tanah Eksplorasi Indonesia, skala 1: 1.000.000. Publikasi Puslittanak, Badan Litbang Pertanian.

Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Soepraptohardjo, M. 1958. Klasifikasi Tanah di Indonesia. Lembaga Penelitian Tanah. Bogor.

(44)

Soepraptohardjo. 1961. Jenis-jenis Tanah di Indonesia. Lembaga Penelitian Tanah. Bogor.

Subagyo H, Suharto N, dan Siswanto AB. 2004. Tanah Pertanian di Indonesia. Dalam Pengembangan dan Manajemen Tanah-tanah di Indonesia. 30-61. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Suprapti ML. 2005. Tepung Tapioka: Pembuatan dan Pemanfaatannya. Kanisius: Yogyakarta.

Tejasawarna. 1995. Evisiensi dan Penggunaan pupuk N dan P dengan Budidaya Padi Sawah, Dalam M. Syam, Hermanto, Arif Musaddad dan Sumhard (penyunting). Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Kinerja Penelitian Tanaman pangan (Bulan III). Badan Penelitian dan Pengembangan Pangan.

Yakinudin A. 2010. Bioetanol Singkong Sebagai Sumber Bahan Bakar Terbaharukan dan Solusi untuk Meningkatkan Penghasilan Petani Singkong. IPB:Bogor.

Yogaswara A. 1977. Seri-seri Tanah dari 7 tempat di Jawa Barat. Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(45)
(46)

Tabel Lampiran 1. Unsur Hara N, P, dan K Tanaman Singkong  Tanah   Bagian  Tanaman  N  (%)  P  (%)  K  (%)  Kadar air  (%)  Latosol  Daun  2.44  0.47  2.07  207.67     Kulit   1.39  0.12  1.42  197.33     Batang   1.39  0.19  1.28  202.33     Umbi   0.46  0.18  0.66  142.50  Regosol  Daun   2.44  0.31  2.72  500.23     Kulit   1.09  0.12  1.72  380.12     Batang   1.39  0.18  2.46  317.02     Umbi   0.37  0.19  1.03  246.33  Andisol  Daun  1.02  0.1  1.24  106.75     Kulit   2.44  0.31  1.6  180.88     Batang   1.39  0.14  1.2  252.40     Umbi   0.29  0.14  0.4  133.10 

(47)

Tabel Lampiran 2. Bobot Basah Tanaman Singkong pada Tiga Tanah

Tanah     Tanaman    

   Tingkat  Umbi bersih  Batang  Daun  Kulit  buku tnmn 

Latosol  Alur 1 bwh 1  5.6  2.35  0.7  1.15  369     Alur 1 bwh 2  2.32  2  0.4  0.78  401     alur 2 tgh 1  6.07  1.6  0.3  1.23  472     alur 2 tgh 2  3.45  2.4  0.6  0.85  436     alur 3 atas 1  5.18  1.2  0.3  1.12  350     alur 3 atas 2  2.68  1.1  0.3  0.52  338  regosol  tanaman 1  1.1  1.8  1  0.6  292     tanaman 2  0.45  1.5  1.15  0.4  332     tanaman 3  1  1.6  0.6  0.6  318  andosol  singkong 1  0.64  1.46  0.2  0.2  146     singkong 2  0.39  0.98  0.1  0.13  134     singkong 3  0.28  1.18  0.26  0.08  122     singkong 4  1.34  1.23  0.8  0.13  194     singkong 5  0.23  1.56  0.22  0.57  144     singkong 6  1.1  1.57  0.85  0.23  166 

(48)

Tabel Lampiran 3. Pengolahan data

umbi bersih serapan

Lokasi Luas Luas efektif Jarak tanam Jumlah tanaman Produksi/6 pokok Produksi per luasan Produksi/ha KA rata-rata berat kering ton/ha N% P% K% N P K Cikarawang 700 595 0.64 930 25.3 3920.2 65885 143 27113 27.1 0.46 0.18 0.66 124.7 48.8 178.9 sindang barang 300 270 0.25 1080 2.55 459.0 17000 246 4913 4.9 0.37 0.19 1.03 18.2 9.3 50.6 Sukamantri 330 313.5 0.25 1254 3.98 831.8 26533 133 11388 11.4 0.29 0.14 0.4 33.0 15.9 45.6 Batang Cikarawang 700 595 0.64 930 1.78 275.8 4635 202 1535 1.5 1.39 0.19 1.28 21.3 2.9 19.6 sindang barang 300 270 0.25 1080 1.63 293.4 10867 380 2264 2.3 1.39 0.18 2.46 31.5 4.1 55.7 Sukamantri 330 313.5 0.25 1254 1.33 278.0 8867 181 3155 3.2 1.39 0.14 1.2 43.9 4.4 37.9 Daun Cikarawang 700 595 0.64 930 0.43 66.6 1120 208 364 0.4 2.44 0.47 2.07 8.9 1.7 7.5 sindang barang 300 270 0.25 1080 0.92 165.6 6133 500 1022 1.0 2.44 0.31 2.72 24.9 3.2 27.8 Sukamantri 330 313.5 0.25 1254 0.41 85.7 2733 107 1320 1.3 1.02 0.1 1.24 13.5 1.3 16.4 kulit umbi Cikarawang 700 595 0.64 930 0.94 145.7 2448 197 824 0.8 1.39 0.12 1.42 11.5 1.0 11.7 sindang barang 300 270 0.25 1080 0.53 95.4 3533 317 847 0.8 1.09 0.12 1.72 9.2 1.0 14.6 Sukamantri 330 313.5 0.25 1254 0.22 46.0 1467 252 417 0.4 2.44 0.31 1.6 10.2 1.3 6.7 38

Gambar

Tabel 1. Kesesuaian tanaman singkong menurut (FAO, 1983)
Tabel 4 menunjukkan potensi beberapa tanaman sebagai bahan baku etanol.
Tabel 6. Sifat Kimia Tanah (Latosol Cikarawang, Regosol Sindang Barang,  Andisol Sukamantri)
Gambar 1. Produksi biomassa singkong pada tiga  tanah.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah dan Surat Penetapan Pemenang

CHAPTER II LITERATURE REVIEW AND CONCEPTUAL FRAMEWORK ... Theoritical Review ... Notions of Translation ... Types of Translation ... Translation Process ... Notions

Lomba mengenai Postur Tubuh Ergonomis dan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) di SDN 01 Pempatan merupakan salah satu program yang diselenggarakan dalam pelaksanaan KKN PPM

Ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan salah satu bahan antibakteri herbal yang dipercaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri seperti bakteri

Kalimat penutup surat balasan lamaran pekerjaan tersebut memberikan dorongan kepada pelamar agar tidak terlalu merasa kecewa karena lamarannya ditolak dan memberikan harapan

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk

Oleh karena itu perlu diketahui volume banjir yang dapat meluap ke bantaran Sungai Code yang akan mengisi lahan wilayah Gondolayu Lor sehingga diperoleh peil bangunan

Gasifikasi adalah proses pengubahan materi yang mengandung karbon seperti batubara, minyak bumi, maupun biomassa ke dalam bentuk karbon monoksida (CO) dan hidrogen (H 2 )