• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Strategi Pemasaran Bioetanol Dan Pemanfaatan Limbah Bioetanol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. Strategi Pemasaran Bioetanol Dan Pemanfaatan Limbah Bioetanol"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

i

Modul

STRATEGI PEMASARAN BIOETANOL DAN

PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI

BIOETANOL

Disusun oleh: Beni Usman, M. Pd Linda Dwinanda, S. Pd., M.Si

Editor: Niamul Huda, ST., M.Pd

Didukungi oleh:

TEACHING BIOMASS TECHNOLOGIES

AT MEDIUM TECHNICAL SCHOOLS

Dikembangkan oleh:

ETC Foundation the Netherlands

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri/ TEDC Bandung

Desember 2013

DIKLAT TEKNOLOGI BIOETANOL BAGI GURU SMK

(2)

i KATA PENGANTAR

Modul ini dimaksudkan untuk memandu peserta pendidikan dan pelatihan kompetensi untuk melaksanakan tugas kegiatan belajar di tempat diklat ataupun di tempat masing-masing. Dengan demikian diharapkan setiap peserta diklat akan berusaha untuk melatih diri memecahkan berbagai persoalan sesuai dengan tuntutan kompetensi yang akan dipilih.

Di dalam buku modul ini diberikan kegiatan belajar, tugas- tugas dan tes formatif dimana seluruh kegiatan tersebut diharapkan dikerjakan/dilakukan secara man-diri/kelompok oleh setiap peserta diklat untuk melatih kemampuan dirinya dalam memecahkan berbagai persoalan

Dalam pelaksanaanya seluruh kegiatan dilakukan oleh setiap peserta/siswa dengan arahan Pembimbing/Instruktur yang ditugaskan, dan pada akhir diklat seluruh materi dari modul ini akan diujikan secara mandiri untuk memenuhi tuntutan kompetensi dan standar pekerjaan/perusahaan.

Materi pembelajaran atau bahan dari modul dan tugas-tugas ini diambil dari be-berapa buku referensi yang dipilih dan juga buku referensi tersebut sebagai bahan bacaan yang dianjurkan untuk memperkaya penguasaan kompetensi peserta diklat.

Diharapkan setiap peserta pelatihan setelah mempelajari dan melaksanakan semua petunjuk dari modul ini secara tuntas, akan mempunyai kompetensi sesuai dengan tuntutan pekerjaan sebagai tenaga pelaksana pemeliharaan Teknik Energi Terbarukan.

Bandung, Nopember 2013 Kepala,

Dr. Dedy H. Karwan, MM NIP. 19560930 198103 1 003

(3)

ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR TABEL ... v

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Deskripsi Modul ... 3

C. Tujuan Pembelajaran ... 3

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ... 3

BAB II KEGIATAN PEMBELAJARAN ... 4

A. POTENSI PEMANFAATAN BIOETANOL ... 4

1. Deskripsi Materi ... 4

2. Indikator Keberhasilan ... 4

3. Uraian Materi ... 4

a. Pengertian bioetanol ... 4

b. Keunggulan bioetanol ... 5

c. Penggunaan bioetanol pengganti minyak tanah ... 8

d. Penggunaan bioetanol untuk kendaraan ... 9

e. Bioetanol sebagai energi terbarukan ... ...13

4. Latihan Soal ………... ...19

5. Rangkuman ... ... 19

6. Evaluasi ………... ... 20

7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... ... 23

B. Peraturan dan Pembiayaan Produksi Bioetanol ... ... 24

1. Deskripsi Materi ... ... 24

2. Indikator Keberhasilan ... ... 24

(4)

iii

b. Peraturan Bioetanol ... ... 24

c. Pembiayaan Produksi Bioetanol ... ... 29

4. Latihan Soal dan Penugasan... 36

5. Rangkuman ... 36

6. Evaluasi Materi Pokok ... 37

7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 37

C. Aspek Pemasaran dan Pengolahan Limbah Bioetanol ... 39

1. Deskripsi Materi ... 39

2. Indikator Keberhasilan ... 39

3. Uraian Materi ... 39

a. Pemasaran Bioetanol ... 39

b. Kendala Bisnis Bioetanol ... 45

c. Pemanfatan Limbah Bioetanol ... 46

4. Latihan Soal dan Penugasan... 50

5. Rangkuman ... 50

6. Evaluasi Materi Pokok ... . 51

7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 51

BAB III PENUTUP ... 52

(5)

iv DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bioetanol ... ... 4 Gambar 2 Bioetanol atau Etanol ... 19 Gambar 3. Alur bisnis bioetanol skala UKM ... 33

(6)

v DAFTAR TABEL

Tabel 1. Analisis pembiayaan produksi bioetanol ... 32

Tabel 2. Segmentasi Bioetanol ... 34

Tabel 3. Spesifikasi standar bioetanol terdenaturasi untuk gasohol ... 35

Tabel 4. Produksi Bahan bakar etanol Per tahun Per negara ... 40

Tabel 5. Produsen Ethanol di Indonesia ... 41

(7)

vi

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

1. Baca semua isi dan petunjuk pembelajaran modul mulai halaman judul hingga akhir modul ini. Ikuti semua petunjuk pembelajaran yang harus diikuti pada setiap Kegiatan Belajar

2. Belajar dan bekerjalah dengan penuh tanggung jawab dan sepenuh hati, baik secara kelompok maupun individual sesuai dengan tugas yang diberikan. 3. Kerjakan semua tugas yang diberikan dan kumpulkan sebanyak mungkin

informasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan pemahaman Anda terhadap modul ini.

4. Jagalah keselamatan dan keamanan kerja serta peralatan baik di kelas, laboratorium maupun di lapangan.

5. Kompetensi yang dipelajari di dalam modul ini merupakan kompetensi minimal. Oleh karena itu disarankan Anda mampu belajar lebih optimal.

6. Laporkan semua pengelamana belajar yang Anda peroleh baik tertulis maupun lisan sesuai dengan tugas setiap modul.

(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan bahan bakar minyak dewasa ini semakin meningkat, padahal telah diketahui bersama bahwa jumlah BBM semakin menipis. Oleh karena itulah diperlukan suatu sumber energi alternatif untuk menggantikan BBM yang semakin langka. Salah satu sumber energi yang dikembangkan yaitu bahan bakar dari bioetanol. Bioetanol yaitu etanol yang berasal dari sumber hayati dan mengandung pati seperti jagung, talas, tebu dll.

Alkohol merupakan bahan kimia yang diproduksi dari bahan baku tanaman yang mengandung pati seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu. Ubi kayu, ubi jalar, dan. jagung merupakan tanaman pangan yang biasa ditanam rakyat hampir di seluruh wilayah Indonesia, sehingga jenis tanaman tersebut merupakan tanaman yang potensial untuk dipertimbangkan sebagai sumber bahan baku pembuatan bioetanol atau gasohol.

Secara umum ethanol/bio-ethanol dapat digunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol campuran untuk miras, bahan dasar industri farmasi dll. Selain itu Bio-ethanol juga memiliki potensi sebagai bahan bakar alternatif. Untuk itu dilakukan berbagai pengembangan untuk mendapatkan Bio-ethanol yaitu memiliki grade sepadan dengan bahan bakar yang berada di pasar saat inBioetanol merupakan etanol yang dihasilkan dari bahan baku tumbuhan melalui proses fermentasi. Pembuatan etanol hasil fermentasi telah dilakukan sejak zaman dahulu yang dapat ditemukan pada minuman beralkohol seperti

sake, arak, anggur, wine, dan minuman memabukan lainnya. Selain sebagai minuman memabukan, bioetanol juga digunakan sebagai campuran pada bahan bakar kendaraan. Saat ini, penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar menjadi sangat penting. Semakin sedikitnya sumber energi fosil yang ada dibumi dan semakin tingginya pencemaran lingkungan menjadi faktor utama dibutuhkannya energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Penggunaan bioetanol menjadi bahan bakar kendaraan dapat menjadi sebuah alternatif yang aman, karena sumbernya berasal dari tumbuhan dan dapat mengurangi pencemaran lingkungan.

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dunia, kebutuhan akan energi semakin hari semakin meningkat. Sementara itu sumber daya alam yang

(9)

2

dapat menghasilkan energi selama ini semakin terkuras, karena sebagian besar sumber energi saat ini berasal dari sumber daya alam yang tidak terbarukan , misalkan minyak bumi, gas, dan batubara. Di Indonesia berdasar data ESDM 2006 pemakaian energi minyak bumi mencapai 52,5%, gas bumi 19%, batu bara 21,5 %, air 3,7%, panas bumi 3% dan energi terbarukan hanya 0,2% dari total energi yang digunakan di Indonesia (Hambali E., dkk 2007). Hasil kajian energi yang diakukan oleh Komite Nasional Energi-World Energy Cunmcil (2004)-memprediksikan bahwa sumber minyak di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan akan habis masing-masing pada tahun 2018, 2014 dan 2017(Hermiati, dkk, 2005). Hal inilah yang mendorong berbagai negara berusaha keras untuk mengadakan efisiensi dan penghematan energi minyak bumi. Salah satunya adalah mencari sumber energi baru sebagai energi alternatif. Harapannya tentu, sumber energi alternatif tersebut merupakan sumber energi yang terbarukan, lebih ramah lingkungan dan tidak menambah pencemaran.

Tingginya harga bahan bakar minyak, salah satunya adalah bensin, membuat rakyat kecil semakin berat untuk menghadapi dinamika hidup sehari-hari. Pemanfaatan

bioetanol sangatlah luas. Tak heran permintaannya pun sangat tinggi di antaranya sebagai bahan bakar kendaraan bermotor hingga kompor ramah lingkungan. Selain itu, bioetanol juga diperlukan industri kosmetik, minuman, farmasi, dan parfum. Dengan mesin sederhana berkapasitas 20-200 liter, tebu atau singkong dapat diolah menjadi bioetanol. Biaya untuk memproduksi bioetanol berbahan baku singkong berkisar Rp3.400-Rp4.000 per liter,

Berbagai penelitian telah dilakukan oleh para ahli untuk menghasilkan bahan bakar dari sumber lain sebagai bahan bakar alternatif. Salah satu yang sedang mendapat perhatian serius adalah pemanfaatan sumber nabati sebagai bahan bakar. Bahan bakar nabati selain ramah lingkungan, juga merupakan sumber bahan bakar yang bisa diperbarui karena sumber bahan bakar tersebut bias ditanam dan dikembangkan, Salah satu pencapaian positif dari penelitian tersebut adalah pemanfaatan bioetanol sebagai sumber bahan bakar. Beberapa sumber bahan baku yang bias digunakan untuk memproduksi bioetanol tersebut diantaranya adalah beras, ubi, jagung, dan jarak Besarnya penggunaan etanol menjadi bahan bakartidak lepasdari tumbuhnya kesadaran manusia terhadap dampak lingkungan. Bayangkan saja, BBM telah distempel sebagai sumber utama polusi dunia, sementara etanol (bioetanol) terbukti merupakan bahan bakar terbarui yang ramah lingkungan.Tidak hanya itu, biaya

(10)

3

pembuatannya pun relative lebih sederhana dan lebih murah, serta tidak harus berburu sampai kelepas pantai untuk mendapatkan sumber minyaknya.

Di samping itu, kehadiran etanol mampu mengurangi beban impor BBM.Khusus untuk Indonesia, selain bias mengatasi krisis bahan bakar rumah tangga seperti minyak tanah dan gas, juga bisa mendongkrak peningkatan jumlah tenaga kerja yang sangat luar biasa, dan sangat cocok dikembangkan di kawasan perkebunan tanaman pangan.

B. Deskripsi Modul

Modul ini secara umum berguna membekali dan meningkatkan kemampuan kompetensi melalui informasi/teori maupun praktis pada aspek kognitif dan psikomotorik serta sikap profesional sesuai dengan standar kompetensi guru kejuruan.

C. Tujuan Pembelajaran 1. Tujuan umum (TU)

1)Mengetahui. proses Pemanfaatan bioetanol

2) Mengetahui Proses Produksi produksi dari Bioetanol

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

3. Potensi Pemanfaatan Bioetanol dan Cara kerja proses produksi Bioetanol a. Pengertian Bio-Ethanol

b. Keunggulan Bio-Ethanol

c. Penggunaan Bio-Ethanol pengganti Minyak tanah d. Penggunaan Bio-Ethanol pada Kendaraan

e. Bio-Ethanol sebagai Energi Terbarukan 4. Peraturan dan Pembiayaan Produksi Bioetanol

a. Peraturan Bioetanol

b. Pembiayaan Produksi Bioetanol

5. Aspek Pemasaran dan Pengolahan Limbah Bioetanol a. Pemasaran Bioetanol

b. Kendala Bisnis Bioetanol c. Pemanfatan Limbah Bioetanol

(11)

4 BAB II

KEGIATAN PEMBELAJARAN

A. POTENSI PEMANFAATAN BIO-ETHANOL 1. Deskripsi materi

Materi ini secara umum berguna membekali dan meningkatkan kemampuan kompetensi melalui informasi/teori maupun praktis tentang pemanfaatan Bioetanol pada aspek kognitif dan psikomotorik serta sikap profesional sesuai dengan standar kompetensi guru kejuruan.

2. Indikator Keberhasilan

Setelah mempelajari materi ini peserta diklat mampu menjelaskan pemanfaatan dan Proeses prosuksi langkah kerja pembuatan Bio-Ethanol.

3. Uraian Materi

a. Pengertian Bio-Ethanol

(Gambar 1) Bioetanol

Bio-ethanol adalah etanol yang diproduksi dengan cara fermentasi menggunakan bahan baku nabati.. Bioetanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol adalah C2H5OH atau rumus empiris C2H6O atau rumus bangunnya CH3-CH2-OH. (Bio)Etanol merupakan bagian dari kelompok metil (CH3-) yang terangkai pada kelompok metilen (-CH2-) dan terangkai dengan kelompok hidroksil (-OH).

(12)

5

Secara umum akronim dari (Bio)Etanol adalah EtOH (Ethyl-(OH)). Bioetanol adalah salah satu bentuk energi terbaharui yang dapat diproduksi dari tumbuhan. Etanol dapat dibuat dari tanaman-tanaman yang umum, lebih spesifiknya yang memiliki karbohidrat/gula. Bahan bakar etanol adalah etanol (etil alkohol) dengan jenis yang sama dengan yang ditemukan pada minuman beralkohol dengan penggunaan sebagai bahan bakar. Etanol seringkali dijadikan bahan tambahan bensin sehingga menjadi biofuel.

Proses pembuatan Bio-ethanol dibedakan menjadi tiga berdasarkan bahan bakunya yaitu bahan baku sumber gula, pati dan serat. Proses pembuatan bioetanol meliputi aspek fermentasi dan destilasinya. Disamping itu buku ini juga membahas produk samping, perlengkapan teknis produksi dan pengawasan dan pengendalian mutu dalam industri Bio-ethanol.

Bio-ethanoldapat dibuat dari singkong. Singkong (Manihot utilissima) sering juga disebut sebagai ubi kayu atau ketela pohon, merupakan tanaman yang sangat populer di seluruh dunia, khususnya di negara-negara tropis. Di Indonesia, singkong memiliki arti ekonomi terpenting dibandingkan dengan jenis umbi-umbian yang lain. Selain itu kandungan pati dalam singkong yang tinggi sekitar 25-30% sangat cocok untuk pembuatan energi alternatif. Dengan demikian, singkong adalah jenis umbi-umbian daerah tropis yang merupakan sumber energi paling murah sedunia. Potensi singkong di Indonesia cukup besar maka dipilihlah singkong sebagai bahan baku utama.

Melihat potensi pembuatan bioetanol dari bahan singkong. Proses pembuatan Bio-etanol ini pun cukup sederhana. Singkong yang memiliki kandungan karbohidrat dan glukosa tinggi dihaluskan, lalu direbus. Kemudian Sebelum difermentasi menjadi etanol, pati yang dihasilkan dari umbi singkong terlebih dahulu diubah menjadi glukosa dengan bantuan enzim amilase. dan diberi ragi menggunakan ragi tape. Digunakan ragi tape karena ragi tape sangat komersil dan mudah didapat.. Setelah didiamkan sekitar tiga hingga empat hari untuk proses fermentasi, jadilah Bio-etanol. Untuk penyempurnaannya, bio etanol tadi dicampur batu kapur. Setelah jadi, tinggal diukur kadar ethanolnya menggunakan alkohol meter.

b. Keunggulan Bio-ethanol

Bio-ethanoladalah Energi masa depan untuk bahan bakar bensin yang sangat aman digunakan. Cukup 10% Bio-etanol dari bahan bakar anda dan campurkan

(13)

6

maka bbm premium anda menjadi bensin Super Plus 98 dan dapatkan hasil lebih hemat dan lebih bertenaga.

- Pembakaran lebih sempurna, gas buang menjadi sangat bersih. - Tarikan lebih spontan dan enteng.

- Mesin Halus, Aman Untuk Mesin dan katalisator. - Irit bahan bakar sampai dengan 20 %.

- Memperpanjang usia mesin. - Melindungi lingkungan. - Bebas timbal

- Aman untuk lingkungan

Menambah kemampuan jarak tempuh kendaraan + 20 % lebih jauh - Oktan 117 Menghilangkan gelitik mesin.

- Meminimalisasi kerak-kerak diruang bakar

Produksi etanol/Bio-ethanol (alcohol) dengan bahan baku tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air.konversi bahan baku tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat dan tetes menjadi bioetanol.Selain tanaman yang mengandung karbohidrat,bioetanol juga dapat dibuat dari tanaman yang mengandung selulosa .Secara singkat teknologi proses produksi etanol/Bio-ethanoltersebut dapat dibagi dalam tiga tahap,yaitu gelatinasi, fermentasi, dan distilasi.

Keunggulan Bio-ethanol sebagai bahan bakar

Ethanol merupakan senyawa Hidrokarbon dengan gugus Hydroxyl (-OH) dengan 2 atom karbon (C) dengan rumus kimia C2H5OH. Secara umum Ethanol lebih dikenal sebagai Etil Alkohol berupa bahan kimia yang diproduksi dari bahan baku tanaman (Bioetanol adalah ethanol yang diproduksi dari tumbuhan), mengandung karbohidrat (pati) seperti ubi kayu,ubi jalar,jagung,sorgum,beras,ganyong dan sagu yang kemudian dipopulerkan dengan nama Bio-etanol. Bahan baku lain-nya adalah tanaman atau buah yang mengandung gula seperti tebu,nira,buah mangga,nenas,pepaya,anggur,lengkeng,dll. Bahan berserat (selulosa) seperti sampah organik dan jerami padi pun saat ini telah menjadi salah satu alternatif penghasil ethanol. Bahan baku tersebut merupakan tanaman pangan yang biasa ditanam rakyat hampir di seluruh wilayah Indonesia,sehingga jenis tanaman

(14)

7

tersebut merupakan tanaman yang potensial untuk dipertimbangkan sebagai sumber bahan baku pembuatan Bio-ethanol. Namun dari semua jenis tanaman tersebut, ubi kayu merupakan tanaman yang setiap hektarnya paling tinggi dapat memproduksi Bio-ethanol. Selain itu pertimbangan pemakaian ubi kayu sebagai bahan baku proses produksi bioetanol juga didasarkan pada pertimbangan ekonomi. Pertimbangan ke-ekonomian pengadaan bahan baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai bahan baku, tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman, biaya produksi pengadaan bahan baku, dan biaya bahan baku untuk memproduksi setiap liter ethanol.

Secara umum ethanol biasa digunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol, campuran untuk miras, bahan dasar industri farmasi, kosmetika dan kini sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan bermotor. Mengingat pemanfaatan ethanol beraneka ragam, sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai dengan penggunaannya. Untuk ethanol yang mempunyai grade 90-95% biasa digunakan pada industri, sedangkan ethanol/bioetanol yang mempunyai grade 95-99% atau disebut alkohol teknis dipergunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar industri farmasi. Sedangkan grade ethanol/bioetanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan bermotor harus betul-betul kering dan anhydrous supaya tidak menimbulkan korosif, sehingga ethanol/bio-ethanol harus mempunyai grade tinggi antara 99,6-99,8 % (Full Grade Ethanol = FGE). Perbedaan besarnya grade akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air. Bioetanol tidak saja menjadi alternatif yang sangat menarik untuk substitusi bensin, namun mampu juga menurunkan emisi CO2. Dalam hal prestasi mobil, bioetanol dan gasohol (kombinasi bioetanol dan bensin) tidak kalah dengan bensin. Pada dasarnya pembakaran bioetanol tidak menciptakan CO2 neto ke lingkungan karena zat yang sama akan diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sebagai bahan baku bioetanol. Bioetanol bisa didapat dari tanaman seperti tebu, jagung, gandum, singkong, padi, lobak, gandum hitam.BiodieselSerupa dengan bioetanol, biodiesel telah digunakan di beberapa negara sebagai pengganti solar. Biodiesel didapatkan dari minyak tumbuhan seperti sawit, kelapa, jarak pagar, kapok. Kadar sulfur yang relatif rendah serta angka cetane yang lebih tinggi menambah daya tarik penggunaan biodiesel dibandingkan solar. Seperti diketahui, tingginya kandungan sulfur merupakan slah satu kendala dalam penggunaan mesin diesel.Green

(15)

8

Transport FuelDua minyak berbahan dasar tumbuhan tersebut (bioetanol & biodiesel) saat ini mendapat perhatian besar dan penggunaannya cukup besar di negara-negara maju. Faktor yang memicu peningkatan bahan bakar ethanol adalah berlakunya peraturan reduksi emisi gas rumah kaca, yaitu Clean Air Act 1990 (di Amerika Serikat) dan Kyoto Protocol.Supply ethanol sebagai bahan pencampur minyak fosil beberapa tahun belakangan ini menandakan dimulainya era bahan bakar hijau (green transport fuels). Produk minyak yang sangat ramah lingkungan ini lebih populer disebut gasohol. Gasohol diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan meningkatkan kesejahteraan jutaan petani yang menanam tanaman untuk bahan baku ethanol.Berikut merupakan beberapa keunggulan dari penggunaan ethanol sebagai bahan bakar:Diproduksi dari tanaman yang bersifat renewable.Mengandung kadar oksigen sekitar 35% sehingga dapat terbakar lebih sempurna.Penggunaan gasohol dapat menurunkan emisi gas rumah kaca.Pembakaran tidak menghasilkan partikel timbal dan benzene yang bersifat karsinogenik (penyebab kanker).Mengurangi emisi fine-particulates .yang membahayakan kesehatan manusia.Mudah larut dalam air dan tidak mencemari air permukaan dan air tanah.

c. Penggunaan Bioetanol Pengganti Minyak tanah

Penggunaan Bio Etanol dapat sebagai Pengganti Minyak Tanah Yang Dapat Dibuat Sendiri Dirumah Dan Lebih Hemat

Seorang Peneliti ITS Surabaya menemukan bio-ethanol dari singkong, atau bahan berkarbohidrat tinggi lainnya untuk menggantikan minyak tanah.

“Bio-ethanol sangat hemat, karena satu liter minyak bio-ethanol setara dengan sembilan liter minyak tanah biasaia mengatakan, harga satu liter bio-ethanol Rp10.000, sedang sembilan liter minyak tanah berkisar Rp27.000 dengan asumsi harga Rp3.000/liter.

bio-ethanol juga dapat dibuat sendiri oleh masyarakat, karena bahan pembuatan ethanol dapat ditemukan di pasar dan cara pembuatannya pun mudah”.

ethanol dapat dibuat dari bahan yang mengandung karbohidrat, diantaranya ubi kayu, walur, kelapa sawit, tetes tebu, kacang koro, limbah tahu, limbah sampah, dan sebagainya.

(16)

9

“Bahan paling ideal adalah ubi kayu yang di Jawa dikenal dengan sebutan singkong gendruwo, karena tingkat karbohidrat-nya cukup tinggi. Singkong gendruwo juga mengandung pati (racun) yang tak layak dikonsumsi,” katanya menambahkan. Cara pembuatannya, singkong gendruwo itu ditumbuk halus, kemudian dimasak dengan panci sampai menjadi bubur.

“Hasilnya diberi ragi (proses fermentasi) dan didiamkan selama 4-5 hari sampai keluar ethanol-nya dengan kadar 90 persen. Namun, kadar ethanol 90 persen itu belum cukup untuk berfungsi seperti minyak tanah, sebab kadar ethanol yang dibutuhkan adalah 95 persen. Karena itu, perlu ditingkatkan.

“Kalau kadar ethanol-nya di bawah 95 persen masih mengandung Pb (timbal), sedangkan bahan bakar harus bebas dari Pb, sebab kalau ada Pb-nya bisa meledak”,.

Untuk menaikkan kadar ethanol itu, katanya, perlu ditambahkan batu kapur (gamping), sehingga ethanol-nya menjadi “bersih” dari Pb.

kompor minyak tanah bio-ethanol itu juga tidak bersumbu, Oleh karena itu, minyak tanah bio-ethanol tidak hanya ekonomis, tapi juga terbukti tanpa jelaga.

“Mungkin pemanasan minyak bio-ethanol yang agak lama. Misalnya, untuk memasak mie, kompor minyak tanah biasa hanya membutuhkan waktu 10 menit, sedangkan kompor bio-ethanol 2-3 menit lebih lama”,

d. penggunaan bio-ethanol untuk kendaraan

Alkohol untuk bahan bakar Penggunaan alkohol sebagai bahan bakar mulai diteliti dan diimplementasikan di USA dan Brazil sejak terjadinya krisis bahan bakar fosil di kedua negara tersebut pada tahun 1970-an. Brazil tercatat sebagai salah satu negara yang memiliki keseriusan tinggi dalam implementasi bahan bakar alkohol untuk keperluan kendaraan bermotor dengan tingkat penggunaan bahan bakar ethanol saat ini mencapai 40% secara nasional (Nature, 1 July 2005). Ethanol bisa digunakan dalam bentuk murni ataupun sebagai campuran untuk bahan bakar gasolin (bensin) maupun hidrogen. Interaksi ethanol dengan hidrogen bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi fuel cell ataupun dalam mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) konvensional.

(1) dampak penggunaan ethanol pada mesin pembakaran dalam dengan penyalaan busi (spark ignition),

(17)

10

(2) implementasi bahan bakar ethanol di Brazil -negara yang telah serius menggunakan bahan bakar ethanol.

Penggunaan ethanol pada mesin pembakaran dalam waktu ini, hampir seluruh mesin pembangkit daya yang digunakan pada kendaraan bermotor menggunakan mesin pembakaran dalam. Mesin bensin (Otto) dan diesel adalah dua jenis mesin pembakaran dalam yang paling banyak digunakan di dunia. Mesin diesel, yang memiliki efisiensi lebih tinggi, tumbuh pesat di Eropa, sedangkan komunitas USA yang cenderung khawatir pada tingkat polusi sulfur dan UHC pada diesel, lebih memilih mesin bensin. Meski saat ini, mutu solar dan mesin diesel yang digunakan di Eropa sudah semakin baik yang berimplikasi pada rendahnya emisi sulfur dan UHC. Ethanol yang secara teoritik memiliki angka oktan di atas standard maksimal bensin, cocok diterapkan sebagai substitusi sebagian ataupun keseluruhan pada

mesin bensin.

Terdapat beberapa karakteristik internal ethanol yang menyebabkan penggunaan ethanol pada mesin Otto lebih baik daripada gasolin. Ethanol memiliki angka research octane 108.6 dan motor octane 89.7 ( Yuksel dkk, 2004). Angka tersebut (terutama research octane) melampaui nilai maksimal yang mungkin dicapai oleh gasolin (pun setelah ditambahkan aditif tertentu pada gasolin). Sebagai catatan, bensin yang dijual Pertamina memiliki angka research octane 88 (Website Pertamina) (catatan: tidak tersedia informasi motor octane untuk gasolin di Website Pertamina, namun umumnya motor octane lebih rendah daripada research octane). Angka oktan pada bahan bakar mesin Otto menunjukkan kemampuannya menghindari terbakarnya campuran udara-bahan bakar sebelum waktunya (self-ignition). Terbakarnya campuran udara-bahan bakar di dalam mesin Otto sebelum waktunya akan menimbulkan fenomena ketuk (knocking) yang berpotensi menurunkan daya mesin, bahkan bisa menimbulkan kerusakan serius pada komponen mesin. Selama ini, fenomena ketuk membatasi penggunaan rasio kompresi (perbandingan antara volume silinder terhadap volume sisa) yang tinggi pada mesin bensin. Tingginya angka oktan pada ethanol memungkinkan penggunaan rasio kompresi yang tinggi pada mesin Otto. Korelasi antara efisiensi dengan rasio kompresi berimplikasi pada fakta bahwa mesin Otto berbahan bakar ethanol (sebagian atau seluruhnya) memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar gasoline ( Yuksel dkk, 2004), (Al-Baghdadi, 2003). Untuk rasio campuran ethanol:gasoline mencapai 60:40%, tercatat peningkatan efisiensi hingga

(18)

11

10% ( Yuksel dkk, 2004).

Ethanol memiliki satu molekul OH dalam susunan molekulnya. Oksigen yang inheren di dalam molekul ethanol tersebut membantu penyempurnaan pembakaran antara campuran udara-bahan bakar di dalam silinder. Ditambah dengan rentang keterbakaran (flammability) yang lebar, yakni 4.3 - 19 vol% (dibandingkan dengan gasoline yang memiliki rentang keterbakaran 1.4 - 7.6 vol%), pembakaran campuran udara-bahan bakar ethanol menjadi lebih baik -ini dipercaya sebagai faktor penyebab relatif rendahnya emisi CO dibandingkan dengan pembakaran udara-gasolin, yakni sekitar 4%. Ethanol juga memiliki panas penguapan (heat of vaporization) yang tinggi, yakni 842 kJ/kg (Al-Baghdadi, 2003). Tingginya panas penguapan ini menyebabkan energi yang dipergunakan untuk menguapkan ethanol lebih besar dibandingkan gasolin. Konsekuensi lanjut dari hal tersebut adalah temperatur puncak di dalam silinder akan lebih rendah pada pembakaran ethanol dibandingkan dengan gasolin.

Rendahnya emisi NO, yang dalam kondisi atmosfer akan membentuk NO2 yang bersifat racun, dipercaya sebagai akibat relatif rendahnya temperatur puncak pembakaran ethanol di dalam silinder. Pada rasio kompresi 7, penurunan emisi NOx tersebut bisa mencapai 33% dibandingkan terhadap emisi NOx yang dihasilkan pembakaran gasolin pada rasio kompresi yang sama (Al-Baghdadi, 2003). Dari susunan molekulnya, ethanol memiliki rantai karbon yang lebih pendek dibandingkan gasolin (rumus molekul ethanol adalah C2H5OH, sedangkan gasolin memiliki rantai C6-C12 (Wikipedia) dengan perbandingan antara atom H dan C adalah 2:1 (Rostrup-Nielsen, 2005)). Pendeknya rantai atom karbon pada ethanol menyebabkan emisi UHC pada pembakaran ethanol relatif lebih rendah dibandingkan dengan gasolin, yakni berselisih hingga 130 ppm (Yuksel dkk, 2004). Dari paparan di atas, terlihat bahwa penggunaan ethanol (sebagian atau seluruhnya) pada mesin Otto, positif menyebabkan kenaikan efisiensi mesin dan turunnya emisi CO, NOx, dan UHC dibandingkan dengan penggunaan gasolin. Namun perlu dicatat bahwa emisi aldehyde lebih tinggi pada penggunaan ethanol meski bahaya emisi aldehyde terhadap lingkungan adalah lebih rendah daripada berbagai emisi gasolin ( dkk, 2004). Selain itu, pada prinsipnya emisi CO2 yang dihasilkan pada pembakaran ethanol juga akan dipergunakan oleh tumbuhan penghasil ethanol tersebut. Sehingga berbeda dengan bahan bakar fosil, pembakaran ethanol tidak menciptakan sejumlah CO2 baru ke lingkungan. Terlebih

(19)

12

untuk kasus di Indonesia, dimana bensin yang dijual Pertamina masih mengandung timbal (TEL) sebesar 0.3 g/L serta sulfur 0.2 wt% (Website Pertamina), penggunaan ethanol jelas lebih baik dari bensin. Seperti diketahui, TEL adalah salah satu zat aditif yang digunakan untuk meningkatkan angka oktan bensin -dan zat ini telah dilarang di berbagai negara di dunia karena sifat racunnya. Keberadaan sulfur juga menjadi perhatian di USA dan Eropa karena dampak yang ditimbulkannya bagi kesehatan.

Ethanol murni akan bereaksi dengan karet dan plastik Oleh karena itu, ethanol murni hanya bisa digunakan pada mesin yang telah dimodifikasi. Dianjurkan untuk menggunakan karet fluorokarbon sebagai pengganti komponen karet pada mesin Otto konvensional. Selain itu, molekul ethanol yang bersifat polar akan sulit bercampur secara sempurna dengan gasolin yang relatif non-polar, terutama dalam kondisi cair. Oleh karena itu modifikasi perlu dilakukan pada mesin yang menggunakan campuran bahan bakar ethanol-gasolin agar kedua jenis bahan bakar tersebut bisa tercampur secara merata di dalam ruang bakar. Salah satu inovasi pada permasalahan ini adalah pembuatan karburator tambahan khusus untuk ethanol (Yuksel dkk, 2004). Pada saat langkah hisap, uap ethanol dan gasolin akan tercampur selama perjalanan dari karburator hingga ruang bakar ・

memberikan tingkat pencampuran yang lebih baik. Studi kasus penggunaan bahan bakar ethanol di Brazil Brazil mencanangkan program bahan bakar ethanol dalam skala besar sejak terjadinya krisis minyak pada era 1970-an (Riberio dkk, 1997). Ethanol diekstrak dari tebu (sugarcane). Bagian tanaman yang tidak digunakan dalam produksi gula / ethanol, yakni bagasse, digunakan pula sebagai bahan bakar untuk distilasi ethanol dan untuk menghasilkan listrik ・baik untuk memenuhi kebutuhan listrik pabrik ethanol serta dijual ke masyarakat. Pembakaran bagasse relatif ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar minyak dan batu bara. Kandungan abu bagasse hanya 2.5% (dibandingkan batu bara: antara 30-50%), dan bagasse juga tidak mengandung sulfur Dengan menggunakan bagasse, pabrik ethanol tidak memerlukan asupan energi dari luar, justru dia bisa menjual sisa listrik yang dihasilkannya ke masyarakat. Terlebih karena hal tersebut terjadi di musim panas, manakala pembangkit listrik tenaga air tidak bisa maksimal dalam memenuhi kebutuhan listrik masyarakat

(20)

13 e. Bioetanol sebagai energi terbarukan

Energi Terbarukan adalah energi yang pada umumnya merupakan sumberdaya non fosil yang dapat diperbaharui dan apabila dikelola dengan baik maka sumberdayanya tidak akan habis. Jenis energi terbarukan meliputi Panasbumi, Mikrohidro, Tenaga Surya, Tenaga Gelombang, Tenaga Angin, dan Biomasa

Kontinuitas penggunaan bahan bakar fosil (fossil fuel) memunculkan - paling sedikit dua ancaman serius:

(1) faktor ekonomi, berupa jaminan ketersediaan bahan bakar fosil untuk beberapa dekade mendatang, masalah suplai, harga, dan fluktuasinya

(2) polusi akibat emisi pembakaran bahan bakar fosil ke lingkungan. Polusi yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar fosil memiliki dampak langsung maupun tidak langsung kepada derajad kesehatan manusia. Polusi langsung bisa berupa gas-gas berbahaya, seperti CO, NOx, dan UHC (unburn hydrocarbon), juga unsur metalik seperti timbal (Pb). Sedangkan polusi tidak langsung mayoritas berupa ledakan jumlah molekul CO2 yang berdampak pada pemanasan global (Global Warming Potential).

Kesadaran terhadap ancaman serius tersebut telah mengintensifkan berbagai riset yang bertujuan menghasilkan sumber-sumber energi (energy resources) ataupun pembawa energi (energy carrier) yang lebih terjamin keberlanjutannya (sustainable) dan lebih ramah lingkungan.Alkohol untuk bahan bakarPenggunaan alkohol sebagai bahan bakar mulai diteliti dan diimplementasikan di USA dan Brazil sejak terjadinya krisis bahan bakar fosil di kedua negara tersebut pada tahun 1970-an. Brazil tercatat sebagai salah satu negara yang memiliki keseriusan tinggi dalam implementasi bahan bakar alkohol untuk keperluan kendaraan bermotor dengan tingkat penggunaan bahan bakar ethanol saat ini mencapai 40% secara nasional (Nature, 1 July 2005). Di USA, bahan bakar relatif murah, E85, yang mengandung ethanol 85% semakin populer di masyarakat (Nature, 1 July 2005). Selain ethanol, methanol juga tercatat digunakan sebagai bahan bakar alkohol di Rusia (Wikipedia), Dampak penggunaan ethanol pada mesin pembakaran dalam dengan penyalaan busi (spark ignition), dan implementasi bahan bakar ethanol di Brazil -negara yang telah serius menggunakan bahan bakar ethanol.Penggunaan ethanol pada mesin pembakaran dalamDewasa ini, hampir seluruh mesin pembangkit daya yang

(21)

14

digunakan pada kendaraan bermotor menggunakan mesin pembakaran dalam. Mesin bensin (Otto) dan diesel adalah dua jenis mesin pembakaran dalam yang paling banyak digunakan di dunia. Mesin diesel, yang memiliki efisiensi lebih tinggi, tumbuh pesat di Eropa, sedangkan komunitas USA yang cenderung khawatir pada tingkat polusi sulfur dan UHC pada diesel, lebih memilih mesin bensin. Meski saat ini, mutu solar dan mesin diesel yang digunakan di Eropa sudah semakin baik yang berimplikasi pada rendahnya emisi sulfur dan UHC. Ethanol yang secara teoritik memiliki angka oktan di atas standard maksimal bensin, cocok diterapkan sebagai substitusi sebagian ataupun keseluruhan pada mesin bensin.Terdapat beberapa karakteristik internal ethanol yang menyebabkan penggunaan ethanol pada mesin Otto lebih baik daripada gasolin. Ethanol memiliki angka research octane 108.6 dan motor octane 89.7 ( Yuksel dkk, 2004). Angka tersebut (terutama research octane) melampaui nilai maksimal yang mungkin dicapai oleh gasolin (pun setelah ditambahkan aditif tertentu pada gasolin). Sebagai catatan, bensin yang dijual Pertamina memiliki angka research octane 88 (Website Pertamina) (catatan: tidak tersedia informasi motor octane untuk gasolin di Website Pertamina, namun umumnya motor octane lebih rendah daripada research octane). Angka oktan pada bahan bakar mesin Otto menunjukkan kemampuannya menghindari terbakarnya campuran udara-bahan bakar sebelum waktunya (self-ignition). Terbakarnya campuran udara-bahan bakar di dalam mesin Otto sebelum waktunya akan menimbulkan fenomena ketuk (knocking) yang berpotensi menurunkan daya mesin, bahkan bisa menimbulkan kerusakan serius pada komponen mesin. Selama ini, fenomena ketuk membatasi penggunaan rasio kompresi (perbandingan antara volume silinder terhadap volume sisa) yang tinggi pada mesin bensin. Tingginya angka oktan pada ethanol memungkinkan penggunaan rasio kompresi yang tinggi pada mesin Otto. Korelasi antara efisiensi dengan rasio kompresi berimplikasi pada fakta bahwa mesin Otto berbahan bakar ethanol (sebagian atau seluruhnya) memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar gasoline ( Yuksel dkk, 2004), (Al-Baghdadi, 2003). Untuk rasio campuran ethanol:gasoline mencapai 60:40%, tercatat peningkatan efisiensi hingga 10% ( Yuksel dkk, 2004).Ethanol memiliki satu molekul OH dalam susunan molekulnya. Oksigen yang inheren di dalam molekul ethanol tersebut membantu penyempurnaan pembakaran antara campuran udara-bahan bakar di dalam silinder. Ditambah dengan rentang keterbakaran (flammability) yang lebar, yakni 4.3 - 19 vol% (dibandingkan dengan

(22)

15

gasoline yang memiliki rentang keterbakaran 1.4 - 7.6 vol%), pembakaran campuran udara-bahan bakar ethanol menjadi lebih baik -ini dipercaya sebagai faktor penyebab relatif rendahnya emisi CO dibandingkan dengan pembakaran udara-gasolin, yakni sekitar 4% ( dkk, 2004). Ethanol juga memiliki panas penguapan (heat of vaporization) yang tinggi, yakni 842 kJ/kg (Al-Baghdadi, 2003). Tingginya panas penguapan ini menyebabkan energi yang dipergunakan untuk menguapkan ethanol lebih besar dibandingkan gasolin. Konsekuensi lanjut dari hal tersebut adalah temperatur puncak di dalam silinder akan lebih rendah pada pembakaran ethanol dibandingkan dengan gasolin.Rendahnya emisi NO, yang dalam kondisi atmosfer akan membentuk NO2 yang bersifat racun, dipercaya sebagai akibat relatif rendahnya temperatur puncak pembakaran ethanol di dalam silinder. Pada rasio kompresi 7, penurunan emisi NOx tersebut bisa mencapai 33% dibandingkan terhadap emisi NOx yang dihasilkan pembakaran gasolin pada rasio kompresi yang sama (Al-Baghdadi, 2003). Dari susunan molekulnya, ethanol memiliki rantai karbon yang lebih pendek dibandingkan gasolin (rumus molekul ethanol adalah C2H5OH, sedangkan gasolin memiliki rantai C6-C12 (Wikipedia) dengan perbandingan antara atom H dan C adalah 2:1 (Rostrup-Nielsen, 2005)). Pendeknya rantai atom karbon pada ethanol menyebabkan emisi UHC pada pembakaran ethanol relatif lebih rendah dibandingkan dengan gasolin, yakni berselisih hingga 130 ppm (Yuksel dkk, 2004).Dari paparan di atas, terlihat bahwa penggunaan ethanol (sebagian atau seluruhnya) pada mesin Otto, positif menyebabkan kenaikan efisiensi mesin dan turunnya emisi CO, NOx, dan UHC dibandingkan dengan penggunaan gasolin. Namun perlu dicatat bahwa emisi aldehyde lebih tinggi pada penggunaan ethanol ・meski bahaya emisi aldehyde terhadap lingkungan adalah lebih rendah daripada berbagai emisi gasolin ( dkk, 2004). Selain itu, pada prinsipnya emisi CO2 yang dihasilkan pada pembakaran ethanol juga akan dipergunakan oleh tumbuhan penghasil ethanol tersebut. Sehingga berbeda dengan bahan bakar fosil, pembakaran ethanol tidak menciptakan sejumlah CO2 baru ke lingkungan. Terlebih untuk kasus di Indonesia, dimana bensin yang dijual Pertamina masih mengandung timbal (TEL) sebesar 0.3 g/L serta sulfur 0.2 wt% (Website Pertamina), penggunaan ethanol jelas lebih baik dari bensin. Seperti diketahui, TEL adalah salah satu zat aditif yang digunakan untuk meningkatkan angka oktan bensin -dan zat ini telah dilarang di berbagai negara di dunia karena sifat racunnya. Keberadaan sulfur juga menjadi perhatian di

(23)

16

USA dan Eropa karena dampak yang ditimbulkannya bagi kesehatan.Ethanol murni akan bereaksi dengan karet dan plastik (Wikipedia). Oleh karena itu, ethanol murni hanya bisa digunakan pada mesin yang telah dimodifikasi. Dianjurkan untuk menggunakan karet fluorokarbon sebagai pengganti komponen karet pada mesin Otto konvensional. Selain itu, molekul ethanol yang bersifat polar akan sulit bercampur secara sempurna dengan gasolin yang relatif non-polar, terutama dalam kondisi cair. Oleh karena itu modifikasi perlu dilakukan pada mesin yang menggunakan campuran bahan bakar ethanol-gasolin agar kedua jenis bahan bakar tersebut bisa tercampur secara merata di dalam ruang bakar. Salah satu inovasi pada permasalahan ini adalah pembuatan karburator tambahan khusus untuk ethanol (Yuksel dkk, 2004). Pada saat langkah hisap, uap ethanol dan gasolin akan tercampur selama perjalanan dari karburator hingga ruang bakar ・ memberikan tingkat pencampuran yang lebih baik.Studi kasus penggunaan bahan bakar ethanol di BrazilBrazil mencanangkan program bahan bakar ethanol dalam skala besar sejak terjadinya krisis minyak pada era 1970-an (Riberio dkk, 1997). Ethanol diekstrak dari tebu (sugarcane). Bagian tanaman yang tidak digunakan dalam produksi gula / ethanol, yakni bagasse, digunakan pula sebagai bahan bakar untuk distilasi ethanol dan untuk menghasilkan listrik ・baik untuk memenuhi kebutuhan listrik pabrik ethanol serta dijual ke masyarakat. Pembakaran bagasse relatif ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar minyak dan batu bara. Kandungan abu bagasse hanya 2.5% (dibandingkan batu bara: antara 30-50%), dan bagasse juga tidak mengandung sulfur (Wikipedia). Dengan menggunakan bagasse, pabrik ethanol tidak memerlukan asupan energi dari luar, justru dia bisa menjual sisa listrik yang dihasilkannya ke masyarakat. Terlebih karena hal tersebut terjadi di musim panas, manakala pembangkit listrik tenaga air tidak bisa maksimal dalam memenuhi kebutuhan listrik masyarakat (Wikipedia).Posisi program bahan bakar ethanol dan produk sampingnya di Brazil pada periode 2003/2004 (kecual disebutkan lain) adalah:Areal pertanian : 45,000 km2 pada tahun 2000Pekerja : 1 juta pekerjaan -(50% bertani, 50% pemrosesan)Sugarcane : 344 juta ton (50-50 untuk gula dan alkohol)Gula : 23 juta ton (30% dieksport)Ethanol : 14 juta m3 (7.5 anhydrous, 6.5 hydrated; 2.4% dieksport)Bagasse kering : 50 juta tonListrik dihasilkan : 1350 MW (1200 MW dipergunakan pabrik ethanol, 150 MW dijual ke masyarakat) pada tahun 2000Sumber: Wikipedia*Sebagai perbandingan, PLTU

(24)

17

Suralaya yang merupakan pemasok sekitar 25% kebutuhan listrik Jawa-Bali memiliki kapasitas 3,400 MW (Sumber: Miningindo).Penggunaan bahan bakar ethanol (murni ataupun campuran dengan gasolin) diperhitungkan telah menekan emisi CO2 di Brazil dari tahun 1995-2010 sebesar 293 ton (hipotesis rendah) hingga 461 ton (hipotesis tinggi). Ini berarti emisi CO2 tahunan yang bisa dikurangi di Brazil adalah sekitar 12% bila menggunakan hipotesis tinggi (Riberio dkk, 1997).Implementasi bahan bakar ethanol di Brazil tidak selamanya berjalan mulus. Dukungan politik dan insentif pemerintah diperlukan guna keberlanjutan program tersebut. Di awal implementasi program penggunaan bahan bakar ethanol, yakni di era 1980-an, lebih dari 90% mobil yang terjual di Brazil adalah mobil yang berbahan bakar khusus ethanol (Riberio dkk, 1997). Namun tidak lancarnya pasokan ethanol di awal 1990-an menyebabkan penjualan mobil yang sama hanya mencapai kurang dari 1% di tahun 1997 (Riberio dkk, 1997). Pada tahun 1997, hanya separuh dari seluruh jumlah mobil di Brazil yang menggunakan bahan bakar khusus ethanol, sedangkan sisanya menggunakan campuran gasolin + ethanol (hingga 22%) (Riberio dkk, 1997). Sedangkan saat ini, seperti dikemukakan di awal, 40% pasokan energi di Brazil berasal dari bioetanol (Nature, 1 July 2005).Pengaruh terhadap lingkunganBeberapa ilmuwan Amerika penentang implementasi bioetanol mengangkat permasalahan lingkungan yang dimunculkan oleh mata rantai produksi bioetanol. Ilmuwan tersebut menyoroti praktek pembakaran ladang guna memudahkan panen tebu, kerusakan tanah akibat ancaman terhadap keanekaragaman hayati, penggunaan air dalam jumlah besar untuk membersihkan sugarcane, serta erosi tanah yang disebabkan praktek penanaman tebu (Nature, 1 July 2005). Selain itu, beberapa kalangan juga mempertanyakan rasio antara energi yang dihasilkan terhadap energi yang diperlukan dalam produksi ethanol yang hanya mencapai 1.1 (Rostrup-Nielsen, 2005).Untuk meminimalkan dampak negatif mata rantai produksi ethanol, pemerintah Brazil telah mengeluarkan aturan yang melarang pembakaran ladang sebelum panen tebu; dan sebagai gantinya digunakan mesin pemanen untuk memudahkan dan mempercepat panen (Wikipedia). Menilai implementasi ethanol secara kuantitatif, seperti yang dipraktekkan di Brazil, seharusnya juga perlu diperhitungkan faktor produk samping berupa bagasse yang menghasilkan listrik (dalam jumlah signifikan) serta efek pengurangan emisi CO2 yang berkorelasi positif terhadap tingkat kesehatan masyarakat. Dalam kasus penggunaan bahan bakar hidrogen, Jacobson dkk (2005)

(25)

18

memperkirakan bahwa sekitar 3,700 - 6,400 orang per tahun akan terselamatkan bila seluruh kendaraan bermotor di USA bermigrasi menggunakan bahan bakar hidrogen yang dibangkitkan dari energi angin. Oleh karena itu, bila factor-faktor tersebut turut diperhitungkan, nampaknya penggunaan bioetanol akan lebih superior terhadap gasolin. Sedangkan ancaman terhadap keanekaragaman hayati mungkin bisa dipecahkan dengan menggunakan beberapa tanaman sebagai sumber ethanol. Meski relatif lebih menyulitkan dalam pengaturannya, praktek multikultur tersebut diharapkan akan menekan penurunan kualitas tanah secara radikal.KesimpulanDua ancaman serius yang muncul akibat ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, yakni: faktor ekonomi (keterbatasan eksplorasi yang berakibat pada suplai, harga; dan fluktuasinya), serta faktor polusi bahan bakar fosil yang merugikan lingkungan hidup, mau tidak mau memaksa umat manusia untuk memikirkan alternatif energi yang lebih terjamin pengadaannya serta ramah terhadap lingkungan. Gasohol adalah salah satu alternatif yang memungkinkan transisi ke arah implementasi energi alternatif berjalan dengan mulus. Dari sisi teknik pembangkitan daya dan emisi gas buang, ethanol (dalam bentuk murni ataupun campuran) relatif superior terhadap gasolin. Penggunaan ethanol sebagai bahan bakar pada mesin pembakaran dalam akan meningkatkan efisiensi mesin, serta menurunkan kadar emisi gas yang berbahaya bagi lingkungan (relatif terhadap gasolin). Produk samping berupa listrik, serta dampak penurunan emisi CO2 merupakan dua nilai tambah yang sangat berkontribusi positif terhadap lingkungan hidup. Terdapat beberapa hal yang bisa dipelajari dari Brazil dalam implementasi bahan bakar bioetanol, yakni: (1) Perlunya diversifikasi sumber ethanol untuk menghindari penurunan kualitas tanah secara radikal (2) Implementasi bahan bakar bioetanol lebih baik dimulai dari pencampuran gasoline + ethanol, bukan dari penggunaan bioetanol 100%. Hal tersebut akan menjamin transisi ke arah bioenergy secara lebih mulus ・sembari menyiapkan secara lebih matang seandainya era penggunaan bioetanol 100% dipandang sudah tiba (3) Perlunya kerjasama yang erat dengan pihak industri otomotif untuk menyediakan kendaraan yang optimal bagi implementasi bahan bakar gasoline + ethanol (4) Perlu sinergi antar instansi serta antara pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penyediaan bahan baku, pemrosesan, serta distribusi bahan bakar bioetanol.

(26)

19 (Gambar 2). Bioetanol atau Ethanol (Alkohol)

4. Latihan Soal

1. Sebutkan beberapa manfaat untuk pemakaian Bio-ethanol ? 2. Apa yang disebut dengan Bio-Ethanol ?

3. Apa saja keunggulan Bio-ethanol ?

4. Jelaskan keunggulan Bio-ethanol sebagai pengganti bahan bakar bensin ?

5. Jelaskan Keunggulan Bio-ethanol sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah ?

6. Apa yang disebut dengan energi terbarukan dan mengapa Bio-ethanol merupakan salah satu sumber untuk energi terbarukan ?

5. Rangkuman

Bioetanol adalah sebuah bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan, dimana memiliki keunggulan mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18 %. DiIndonesia, minyak bioetanol sangat potensial untuk diolah dan dikembangkan karena bahan bakunya merupakan jenis tanaman yang banyak tumbuh di negara ini dan sangat dikenal masyarakat. Tumbuhan yang potensial untuk menghasilkan bioetanol adalah tanaman yang

(27)

20

memiliki kadar karbohidrat tinggi, seperti: tebu, nira, sorgum, ubi kayu, garut, ubi jalar, sagu, jagung, jerami, bonggol jagung, dan kayu.

Bioetanol adalah salah satu bentuk energi terbaharui yang dapat diproduksi dari tumbuhan. Etanol dapat dibuat dari tanaman-tanaman yang umum, misalnya tebu, kentang, singkong, dan jagung. Telah muncul perdebatan, apakah bioetanol ini nantinya akan menggantikan bensin yang ada saat ini. Kekhawatiran mengenai produksi dan adanya kemungkinan naiknya harga makanan yang disebabkan karena dibutuhkan lahan yang sangat besar,[9] ditambah lagi energi dan polusi yang dihasilkan dari keseluruhan

produksi etanol, terutama tanaman jagung. Pengembangan terbaru dengan munculnyakomersialisasi dan produksi etanol selulosa mungkin dapat memecahkan sedikit masalah.

6. Evaluasi

1. Buatlah Bagan / Skema Proses Pembuatan Bio-ethanol secara berurutan samp[ai menghasilkan Bio-ethanol !!

(28)

I

Kunci Jawaban !!

BAGAN / SKEMA DASAR PEMBUATAN BIOETANOL

&

21

ZAT PATI / UBI KAYU H ( C6 H10 O5 ) Air tawar Enzymes GLUKOSA N C6 H12 O6 Ragi Urea , NPK BIOETANOL C2 H5 O H CO2 Panas H /EX - 1 H /EX - 2 BIOETANOL 85 – 95 % Fermentasi Sacharifikasi Hydrolisis Evaporator Condenser Distilator Parutan Limbah

(29)

II LANGKAH KERJA TAHAPAN PROSES PEMBUATAN BIOETANOL

SKALA UKM 8/25/2013 3

(1) Cuci ,Kupas

Parut

(3) Sacharifikasi

Cooking 60°

(2) Hydrolisis

Cooking 90°

(5) Fermentasi

(6) Evaporator

(7) Distilator Unit

Bioetanol 95 %

(8) Condenser

(Pendingin AirTawar)

(4) Persiapan

Fermentasi

Limbah

(1) Cuci ,Kupas

Parut

(2) Hydrolisis

Cooking 90°

(3) Sacharifikasi

Cooking 60°

(5) Fermentasi

(6) Evaporator

(7) Distilator Unit

Bioetanol 95 %

(8) Condenser

(Pendingin AirTawar)

(4) Persiapan

Fermentasi

Limbah

(1) Cuci ,Kupas

Parut

(2) Hydrolisis

Cooking 90°

(30)

23 7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Nama :... Asal Sekolah :...

Pekerjaan :Praktek Pembuatan Bio-ethanol

ASPEK YANG

DIUKUR KRITERIA PENILAIAN L/BL REKOMENDASI

Persiapan Peralatan Bahan Proses pengolahan Penccucian Pengupasan Pemarutan Pengeringan Proses Hydrolis Sacharifikasi Fermentasi Destilkasi Laporan Hasil Pengujian Langkah kerja dan hasil pengujian Tanggal selesai, Penilai

(31)

24 B. Peraturan dan Pembiayaan Produksi Bioetanol

1. Deskripsi Materi

Bab ini mengulas mengenai peraturan cukai bioetanol, estimasi pembiayaan produksi bioetanol, dan industri pendukung produksi bioetanol.

2. Indikator Keberhasilan

Setelah mempelajari bab ini peserta diklat mampu  memahami peraturan cukai mengenai bioetanol

 memahami perhitungan pembiayaan pengolah bioetanol 3. Uraian Materi

a. Peraturan Bioetanol

Harga minyak yang mahal jangan hanya dilihat sebagai ancaman, melainkan juga peluang. Peluang ini bisa menyadarkan seluruh komponen masyarakat Indonesia bahwa ketergantungan pada BBM adalah sangat berbahaya dan kita punya kesempatan besar untuk mengkonversi BBM ke biofuel. Tanah Indonesia yang subur merupakan aset untuk membangun kemandirian sumber energi terbarukan. AS dan Eropa juga Jepang dan Cina saat ini tengah bahu membahu mengganti ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Pemerintah Indonesia juga sudah berpikir jauh ke sana dan langsung mengimplementasikannya ke dalam sistem kerja yang terencana dan terpadu untuk menyongsong kemandirian energi ramah lingkungan ini. AS, misalnya, sudah mulai melaksanakan program untuk menyongsong program tahun 2017, di mana 20 persen bahan bakarnya berasal dari tanaman. Ini artinya, setiap hari di tahun 2017, AS akan membutuhkan lebih dari 8 juta barel biofue. Program ini jelas sangat raksasa dan AS sudah bertekad melaksanakannya.

Pertumbuhan industri bahan bakar nabati di Indonesia saat ini nyaris jalan di tempat. Padahal pemerintah telah memberikan dorongan perkembangan industri bahan bakar nabati ini melalui Permen ESDM No 32/2008 tentang Mandatory Bahan Bakar Nabati. Esensi peraturan Menteri ESDM adalah kewajiban bagi campuran bahan bakar nabati dengan persentase tertentu bagi sektor transportasi mulai 2009.

(32)

25

Dalam peraturan tersebut disebutkan untuk sektor transportasi maka premium harus dicampur dengan 3% bioetanol, sedangkan solar untuk industri harus dicampur dengan biodiesel 2,5%, dan transportasi solar harus dicampur dengan biodiesel 1%.

Bioetanol merupakan produk yang memiliki utilitas yang tinggi, karena dapat digunakan pada berbagai industri yang berbeda. Bisa digunakan untuk bahan-baku industri kimia, kosmetik, pharmasi, dan tentunya substitusi BBM. Minyak tanah dan Gas adalah sasaran paling strategis dari pemasaran bioetanol. Konversi minyak tanah ke gas membutuhkan biaya substitusi (termasuk kompensasi distribusi) yang memberatkan konsumen didaerah pinggiran kota dan pedesaaan. Harga kompor gas jauh lebih mahal dibanding kompor etanol. Resiko salah penggunaan kompor gas dan tabung elpiji jauh lebih besar dibanding kompor etanol.

Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam Undang-undang Cukai. Sedangkan dasar hukum mengenai cukai adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagai mana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai;

2. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 62/PMK.011/2010 tentang Tarif Cukai Etil Alkohol, Minuman Yang Mengandung Etil Alkohol, Dan Konsentrat Yang Mengandung Etil Alkohol;

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau;

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.011/2010 tentang Perubahan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau;

5. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: P-43/BC/2009 tentang Tata Cara Penetapan Tarif Cukai Hasil Tembakau;

6. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: P - 22/BC/2010 tentang Tata Cara Pemungutan Cukai Etil Alkohol, Minuman Mengandung Etil Alkohol, dan Konsentrat Mengandung Etil Alkohol.

(33)

26

Cukai dikenakan terhadap Barang Kena Cukai yang terdiri dari:

a. etil alkohol atau etanol, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan proses pembuatannya;

b. minuman yang mengandung etil alkohol dalam kadar berapa pun, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan proses pembuatannya, termasuk konsentrat yang mengandung etil alkohol;

c. hasil tembakau, yang meliputi sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau iris, dan hasil pengolahan tembakau lainnya, dengan tidak mengindahkan digunakan atau tidak bahan pengganti atau bahan pembantu dalam pembuatannya.

Barang kena cukai adalah barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik, yang :

1. konsumsinya perlu dikendalikan, 2. peredarannya perlu diawasi,

3. pemakaiannya dapat menimbulkan efek negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup,

4. atau pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan

Sehubungan dengan penetapan jenis barang kena cukai sebagaimana disebutkan di atas sesuai Undang-Undang 11 Tahun 1995 Tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tentang Cukai, maka saat ini untuk sementara waktu kita baru mengenal tiga jenis barang kena cukai secara umum, yaitu etil alkohol, minuman yang mengandung etil alkohol, dan hasil tembakau. Tidak menutup kemungkinan perubahan jenis Barang Kena Cukai.

Regulasi Pemerintah

 Kewenangan setingkat Gubernur untuk izin operasional kapasitas produksi diatas 5.000 ton/tahun s/d 10.000 ton/tahun.

 Kewenangan setingkat Bupati/Walikota, untuk izin operasional kapasitas produksi hingga 5.000 ton/tahun.

 Setiap daerah Propinsi/Kabupaten-Kota wajib memanfaatkan penggunaan bioetanol hingga 15% dari kuota BBM didaerahnya.

 Penggunaan untuk kendaraan otomotif maksimal 10% dari kuota nasional, dalam bentuk campuran.

(34)

27

 Indikasi harga disesuaikan dengan mekanisme pasar, atau dibawah BBM Non Subsidi

 Peluang distribusi secara mandiri (independent).

 Peluang eksport bioetanol

Berdasarkan data, tarif jenis Etil Alkohol (EA) per liter untuk semua jenis golongan dalam negeri dan luar negeri Rp 20 ribu. Konsentrat mengandung EA Tarif per liter semua golongan, dalam negeri maupun impor Rp 100 ribu. Lebih terincinya bisa dilihat di lampiran Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 62/PMK.011/2010 tentang Tarif Cukai Etil Alkohol, Minuman Yang Mengandung Etil Alkohol, Dan Konsentrat Yang Mengandung Etil Alkohol

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMR

62/PMK.011/2010

TENTANG TARIF CUKAI ETIL

ALKOHOL, MINUMAN YANG

MENGANDUNG ETIL

ALKOHOL, DAN KONSENTRAT YANG

MENGANDUNG ETIL ALKOHOL

I ETIL ALKOHOL ATAU ETANOL.

GOLONGAN KADAR ETIL ALKOHOL

TARIF CUKAI (PER LITER) PRODUKSI DALAM

NEGERI IMPOR Dari semua jenis etil alkohol, kadar, dan

golongan Rp 20.000,00 Rp 20.000,00 II MINUMAN YANG MENGANDUNG ETIL ALKOHOL.

GOLONGAN KADAR ETIL ALKOHOL

TARIF CUKAI (PER LITER) PRODUKSI DALAM NEGERI IMPOR A Sampai dengan 5 % Rp 11.000,00 Rp 11.000,00 B Lebih dari 5 % sampai dengan 20 % Rp 40.000,00 Rp 40.000,00 C Lebih dari 20 % Rp 75.000,00 Rp 130.000,00

(35)

28

III KONSENTRAT YANG MENGANDUNG ETIL ALKOHOL.

GOLONGAN KADAR ETIL ALKOHOL

TARIF CUKAI (PER LITER) PRODUKSI DALAM

NEGERI IMPOR Dari semua jenis konsentrat, kadar, dan

golongan, sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan Minuman Yang Mengandung Etil Alkohol

Rp 100.000,00 Rp 100.000,00

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 17 Maret 2010 MENTERI KEUANGAN,

SRI MULYANI INDRAWATI

Mencermati PP di atas, tegas bahwa semua produsen bioetanol, bahkan industri rumahan wajib membayar cukai EA. Demikian juga penjualannya, bila lebih dari 30 liter/ hari. Apakah artinya aturan ini menghambat penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar nabati (BBN) ? Apakah pemerintah tidak care terhadap kebutuhan BBN-bioetanol, khususnya produk UMKM ? Bayangkan bea cukainya aja Rp 20.000 per liter, maka akan dijual berapa harga bio-etanol? Apakah masyarakat mampu membeli dan produsen bioetanol mampu menjalankan usahanya ?

Ternyata pemerintah cukup perhatian terhadap BBN berbasis bioetanol. Bila di atas telah kita membahas, barang (baca: EA) TIDAK DIPUNGUT CUKAI maka ada ketentuan PEMBEBASAN CUKAI. Ketentuan EA yang dibebaskan dari cukai diatur, sesuai :

 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 47/PMK.04/2007 tentang Pembebasan Cukai;

 Peraturan Dirjen Bea dan Cukai Nomor P-13/BC/2007 tentang Tata Cara Pemberian Pembebasan Cukai Etil Alkohol;

 Peraturan Dirjen Bea dan Cukai Nomor P-14/BC/2007 tentang Tata Cara Pencampuran dan Perusakan Etil Alkohol yang mendapat Pembebasan Cukai Dalam ketentuan di atas, EA dapat bebas cukai antara lain bila digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang bukan

(36)

29

merupakan barang kena cukai (PermenKeu No. 47/2007 bab II, bagian satu, pasal 2). Artinya bioetanol yang akan digunakan sebagai BBN karena hanya sebagai bahan baku dalam pembuatan Biopremium dan Biopertamax, maka bebas cukai.

Selain itu di Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2008, di pasal 3 tertulis :

Dikecualikan dari kewajiban untuk memiliki NPPBKC (Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diberikan kepada

b. Orang yang membuat minuman mengandung etil alkohol yang diperoleh dari hasil peragian atau penyulingan, apabila:

1. dibuat oleh rakyat Indonesia;

2. pembuatannya dilakukan secara sederhana;

3. produksi tidak melebihi 25 (dua puluh lima) liter setiap hari; dan 4. tidak dikemas dalam kemasan penjualan eceran;

b. Pembiayaan Produksi Bioetanol

Bisnis bioetanol pada basis industri rakyat (UKM) dan peran subtitusi bioetanol rasanya perlu untuk ditempatkan pada pemahaman yang lebih sederhana, ekonomis dan strategis. Memahami bahwa terdapat pasar potensial yang sangat lebar dan terbuka pada segmentasi bawah - sebagai calon konsumen yang sangat membutuhkan solusi atas keterbatasan BBM dan Gas akan sangat membantu dalam menyusun perencanaan bisnis industri rakyat bioetanol. Bahwa sejauh ini, setidaknya untuk sementara waktu, segmentasi menengah-atas adalah kelompok konsumen yang banyak menikmati subsidi BBM dan tidak terlalu dipusingkan dengan issue krisis BBM ataupun Gas, sehingga barangkali belum sepenuhnya ideal untuk menjadi target end-user pada saat ini. Demikian pula pasar institusi seperti industri menengah-atas maupun institusi pemerintahan.

Pada sisi aktifitas operasional, memproduksi bioetanol berkadar 75%, jauh lebih mudah dilakukan yaitu melalui proses destilasi dengan nilai investasi yang relatif terjangkau tetapi sudah sangat layak digunakan untuk kompor etanol. Memasak dengan kompor etanol menggunakan 1 (satu) liter bioetanol berkadar 75% sudah setara dengan 3 (tiga) liter minyak tanah. Dengan indikator perbandingan ini, penetapan harga jual bioetanol dalam hitungan per-liter dapat lebih disesuaikan. Bilamana 20% (saja) dari populasi masyarakat di tingkat kabupaten sebagai konsumennya, putaran omzet per-bulan dari bisnis bioetanol sudah “lumayan menguntungkan” danfisible.

(37)

30

Masalahnya, banyak calon pebisnis bioetanol cenderung mengesamping aspek investasi pasar dan kurang berperan sebagai pemasar. Fokus senantiasa terarah pada aktifitas penjualan dalam batasan yang cenderung sempit, Beli – Jual – Untung ! Padahal, bisnis mempunyai dimensi ilmu pengetahuan dan seni yang menyatu secara alamiah. Bila setiap aktifitas bisnis begitu mudah untuk "dilakoni", tidaklah heran jika peminatnya begitu cepat bertambah banyak. Konsekuensinya juga logis, keuntungan akan senantiasa bergerak turun. Banyak pebisnis papan-atas hanya kita kenal ketika mereka sukses. Sangat sedikit yang mengenal mereka ketika sedang berusaha membangun bisnisnya, bahkan tidak jarang hingga bertahun-tahun lamanya.

Banyak pakar manajement bisnis mengisyarakatkan bahwa PROFIT tidak lagi didapat dari sekedar hitung keuangan rugi-laba, tetapi berangkat dari seberapa efektif perbedaan dan nilai services yang bisa dirasakan oleh konsumen. Banyak studi kasus telah membuktinya. Sekedar ilustrasi, "bukan siapa yang lebih dulu start, tetapi siapa yang lebih dulu finish. Bukan siapa yang lebih besar, tetapi siapa yang lebih smart.

Industri Etanol mempunyai prospek yang sangat bagus di Indonesia, karena kebutuhan etanol di Indonesia terus mengalami peningkatan. Hal ini tidak diimbangi dengan kapasitas produksi industri etanol di Indonesia, yang hanya berjumlah sekitar 9 industri. Akan tetapi, saat ini banyak produsen yang menghasilkan bioetanol dengan kemurnian di bawah 95%. Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95% masih layak dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Hanya saja, dengan kadar kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan bakar agar tidak menimbulkan karat. Karena penggunaan bahan bakar alternatif ini menjadi salah satu pilihan yang diharapkan dapat memenuhi permintaan kebutuhan bahan bakar yang semakin meningkat, maka perlu dikembangkan etanol dengan kadar yang lebih tinggi lagi yaitu 99,6%.

Pengembangan bioetanol oleh pemerintah sebagai alternatif premium ditujukan dalam upaya menghemat impor premium hingga 2,25 juta kilo liter senilai US $ 1,35 miliar dan impor methyl tertiary buthyl ether (MTBE) senilai US $ 23,14 miliar. Selain itu dapat menyerap 3,6 juta tenaga kerja kebun dan 2.280 tenaga kerja terampil setingkat SMK hingga sarjana.

Apalagi di tahun 2010 bioetanol dapat mensubstitusi 10 % konsumsi bensin maka akan dibutuhkan bioetanol sebanyak 2,25 juta kiloliter, dengan asumsi konsumsi bensin 22,5 juta kiloliter. Untuk itu perlu dibangun 114 unit pabrik dengan kapasitas masing-masing 60 kiloliter atau 38 unit pabrik dengan kapasitas 180 kiloliter. Di tahun 2005 konsumsi

(38)

31

premium 16,5 juta kiloliter, maka porsi bioetanol 10% yaitu 1,65 juta kiloliter dengan nilai nominal Rp 8,25 triliun (Pertamina membeli bioetanol Rp 5.000/liter). Untuk dibutuhkan 600 ribu ha lahan singkong (ubi kayu) yang menghasikan 15 juta ton ubi kayu dengan biaya produksi budi daya sebesar 2,1 triliun rupiah (Kardiman, 2006). Produsen bioetanol dibedakan atas:

1. skala kecil (rumah tangga), bila berproduksi maksimal 10 kiloliter/hari 2. skala menengah, bila berproduksi maksimal 100 kiloliter/hari

3. skala besar, bila berproduksi maksimal 1000 kiloliter/hari

saat ini volume produksi skala kecil (rumah tangga) beragam dari 30 liter hingga 2000 liter.Perijinan pabrik Bioetanol skala rumahan ( Home Industri ) s/d kapasitas : 1000 Ltr /hari :

- Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan ( SPPL). - Rekomendasi Lingkungan dari BAPELDADA.

- Surat Ijin Tempat Usaha ( SITU )

- Surat ijin Usaha Perdagangan ( SIUP ) Kecil. - Tanda Daftar Industri ( TDI )..

- Tanda Daftar Perusahaan ( TDP)

Ijin dapat dilakukan oleh Perusahaan atau Perorangan, pengurusan perijinan hanya di PEMKAB/PEMKOT.

Keuntungan finansial dalam usaha bioetanol skala kecil berbahan baku ubi kayu (gunawan, 2007) dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Bioetanol yang diproduksi 2.100 liter/bulan dengan nilai jual Rp 10.000/liter, maka nilai penjualan 21 juta/bulan

2. Biaya produksi 1 liter bioetanol berbahan baku ubi kayu Rp 3.900 3. Laba bersih yang diperoleh sebesar Rp 12.810.000/bulan

Indonesia berpotensi sebagai produsen bioetanol terbesar di dunia. Menurut Dr Ir Arief Yudiarto, periset di Balai Besar Teknologi Pati, ada 3 kelompok tanaman sumber bioetanol: tanaman mengandung pati, bergula, dan serat selulosa. 'Seluruhnya ada di Indonesia,' ujarnya.

Singkong tanaman itu adaptif di berbagai daerah. Itulah sebabnya singkong menjadi salah satu pilihan bahan baku. Kerabat euphorbia itu salah satu sumber pati. Rata-rata kadar pati singkong 28,5%. Untuk menghasilkan seliter bietanol perlu 6,5 kg singkong. Berikut analisis usaha produksi bioetanol dari singkong dari PT Panca Jaya Raharja dan B2TP BPPT

(39)

32

Tabel 1. Analisis pembiayaan produksi bioetanol

No Jenis Biaya Jumlah Harga Satuan Total Biaya investasi

1 Mesin pengolah bioetanol 1 paket Rp

150.000.000/paket

Rp 150.000.000

2 Zeolit local 2 X 47 kg Rp 1..500/kg Rp 141.000 Total biaya investasi Rp 150.141.000

Biaya produksi

1 Bahan baku singkong 455 kg Rp 300/kg Rp 136.500 2 Enzim alfa amilase 135 g Rp 71.000/kg Rp 9.585 3 Enzim beta amilase 81 g Rp 77.000/kg Rp 6.237 4 Ragi 310 g Rp 75.000/kg Rp 23.250 5 Urea 161 g Rp 2.000/kg Rp 322 6 NPK 80 g Rp 3.500/kg Rp 280 7 Biomassa 2 m3 Rp 10.000/m3 Rp 20.000 10 Tenaga kerja operator 3 orang Rp 20.000/orang/hari Rp 60.000 11 Biaya penyusutan mesin Rp41.096 /hari Rp 41.096 12 Biaya penyusutan zeolit lokal Rp 141 Total biaya produksi perhari Rp 323.911 Biaya produksi per liter Rp 4.627,3 Pendapatan perhari Rp 385.000

Laba perhari Rp 61.089

R/C ratio 1,19%

Net B/C ratio 19%

Asumsi:

 Lahan yang digunakan untuk produksi adalah milik sendiri, bukan sewa.  Umur ekonomis mesin produksi bioetanol 10 tahun.

 Umur ekonomis zeolit lokal 500 kali pemakaian setara 500 hari.  Jam kerja produksi 8 jam/hari.

 Harga jual bioetanol berkadar 99% Rp5.500 per liter.  Tingkat suku bunga Bank Indonesia saat perhitungan 8%.

 Kapasitas produksi 70 liter per hari.  Bioetanol yang dihasilkan berkadar 99%

Dari analisis di atas dapat disimpulkan, dengan tingkat keuntungan 19%, produksi bioetanol berbahan baku singkong layak diusahakan karena lebih menguntungkan daripada menyimpan dana di bank dengan tingkat bunga Bank Indonesia per 6

Gambar

Gambar 3. alur bisnis bioetanol skala UKM
Tabel 2. Segmentasi Bioetanol  No  Grade
Tabel 3. Spesifikasi standar bioetanol terdenaturasi untuk gasohol
Tabel 5. Produsen Ethanol di Indonesia
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Maka nyatalah bahwa salah satu cara rasional yang dapat digunakan untuk menghadapi kecemasan pada wanita yang memasuki usia madya dalam menghadapi menopause adalah dengan

Evaluasi proses dari pelaksanaan PDK dari banyak aspek yang diukur seperti dalam penelitian ini meliputi proses persiapan PDK (proses pendaftaran PDK, proses

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka model pembalajaran inuiri terbimbing disertai metode mencongak diharapkan dapat dapat menjadi salah satu solusi untuk

Penelitian ini mengkaji tentang analisis laporan keuangan untuk lembaga keuangan mikro berbasis syariah dengan menggunakan dua rasio utama yaitu rasio likuiditas

Hipotesis peneliti yaitu kepentingan AS dengan alasan kemanusiaan maka Amerika Serikat merasa mempunyai kewajiban untuk membantu pemerintah Uganda dan negara yang

1) Aspek Fisik (Tangible), atau fisik yaitu berupa penampilan fasilitas fisik, peralatan dan berbagai bentuk bangunan fisik, fasilitas yang terlihat secara kasat mata,

Hasil dari penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakuakan oleh Mardisar dan Sari (2007) yang mengatakan bahwa pengetahuan berpengaruh secara signifikan

Hasil regresi dengan tingkat signifikan 5% menunjukkan bahwa modal, jumlah tenaga kerja dan jam kerja per hari berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pedagang