• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 DATA DAN ANALISA. diperoleh dari beberapa sumber, antara lain : wawancara langsung oleh narasumber Apakah Permainan Tradisional itu?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 DATA DAN ANALISA. diperoleh dari beberapa sumber, antara lain : wawancara langsung oleh narasumber Apakah Permainan Tradisional itu?"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

DATA DAN ANALISA

2.1 Sumber Data

Data dan informasi yang dipakai dalam penulisan tugas akhir ini diperoleh dari beberapa sumber, antara lain :

1. Data Formatif : Data yang berasal dari literatur seperti buku, dan juga wawancara langsung oleh narasumber.

2. Data Sumatif : Berasal dari observasi, focus group discussion, artikel majalah, internet

2.1.1 Apakah Permainan Tradisional itu?

Istilah permainan berasal dari kata dasar main. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pustaka arti kata main adalah melakukan permainan untuk menyenangkan hati atau melakukan perbuatan untuk bersenang-senang baik menggunakan alat-alat tertentu atau tidak menggunakan alat-alat. Jadi main adalah kata kerja, sedang permainan merupakan kata benda jadian untuk memberi sambutan pada sesuatu yang jika dilakukan dengan baik akan membuat senang hati si pelaku.

Istilah tradisional berasal dari kata tradisi. Menurut buku kamus tersebut, arti kata tradisi adalah adat kebiasaan yang turun temurun dan masih dijalankan di masyarakat; atau penilaian/anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik. Adat adalah aturan berupa perbuatan dan sebagainya yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala. Kebiasaan

(2)

adalah sesuatu yang biasanya dilakukan. Namun adat berarti pula wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukuman dan aturan-aturan yang satu dengan yang lainnya berkaitan menjadi satu sistem. Tradisional mempunyai arti sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma-norma dan adat kebiasaan secara turun temurun. Namun tradisional mempunyai arti pula menurut tradisi. Maka permainan tradisional mempunyai makna sesuatu (permainan) yang dilakukan dengan berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun dan dapat memberikan rasa puas atau senang bagi pelaku.

Hal yang sangat menonjol ditemui dalam permainan tradisional adalah sifat kejujuran atau sportifitas dan sikap memegang teguh aturan atau kebiasaan yang berlaku. Permainan tradisional dilakukan setiap saat namun bersifat tetap misalnya pagi, siang, sore, atau malam hari sesuai kebiasaan. Sifat permainan itu sebagai pengisi waktu melaksanakan aktifitas pokok. Penggunaan waktu biasanya disesuaikan dengan sifat permainan. Sifat permainan itu antara lain permainan yang memerlukan kekuatan fisik dan penerangan cukup adalah cocok dilakukan di pagi hari atau sore hari ; permainan yang tidak memerlukan kekuatan fisik dapat dilakukan setiap saat, bahkan di malam hari. Bahkan., ada permainan yang bersifat musiman, karena berhubungan dengan sesuatu hal yang berkaitan dengan kepercayaan dan lain lain.

2.1.2 Permainan Rakyat

Setiap bangsa di dunia ini umumnya mempunyai permainan rakyat. Kegiatan ini termasuk folklor karena diperoleh melalui warisan lisan. Hal ini disebarkan hampir murni melalui tradisi lisan dan banyak di antaranya

(3)

disebarluaskan hampir murni melalui tradisi lisan dan banyak diantaranya disebarluaskan tanpa bantuan orang dewasa seperti orangtua mereka atau guru sekolah mereka.

Permainan rakyat di dunia ini, untuk orang dewasa maupun untuk anak-anak, biasanya berdasarkan gerak tubuh seperti lari dan lompat, atau berdasarkan kegiatan sosial sederhana, seperti kejar-kejaran, bersembunyi, dan berkelahi-kelahian, atau juga berdasarkan matematika dasar atau kecepatan tangan seperti menghitung, dan melempar batu kesuatu lubang tertentu, atau berdasarkan keadaan untung-untungan, seperti bermain dadu (Brunvand, 1968 : 227)

Berdasarkan perbedaan sifat permainan, maka permainan rakyat (folk games) dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu permainan untuk bermain (play) dan permainan untuk bertanding (game).

Perbedaan permainan bermain dan permainan bertanding, adalah bahwa yang pertama lebih bersifat untuk mengisi waktu senggang atau rekreasi. Sedangkan yang kedua bersifat kurang mempunyai sifat itu. Namun yang kedua hampir selalu mempunyai lima sifat khusus, seperti : (1) terorganisasi, (2) perlombaan (competitive), (3) harus dimainkan paling sedikit oleh dua orang peserta, (4) mempunyai kriteria yang menentukan siapa yang menag dan siapa yang kalah, dan (5) mempunyai peraturan permainan yang telah diterima bersama oleh para pesertanya ( Roberts, Arth, dan Bush, 1959 : 597)

2.1.3 Permainan Tradisional Tidak Lagi Populer

Permainan tradisional bisa mengasah kemampuan motorik anak, baik kasar maupun halus, serta gerak refleksnya. Selain gerakan motorik, anak juga

(4)

dilatih bersikap cekatan, berkonsentrasi, dan melihat peluang dengan cepat untuk mengambil keputusan terbaik agar bisa menangkap lawan seperti dalam permainan Bentengan. Permainan seperti dakon dapat merangsang menggunakan strategi. Anak harus pandai menentukan poin atau biji di lubang mana yang harus diambil terlebih dahulu, agar bisa mengumpulkan biji lebih banyak dari lawan. Melihat manfaat-manfaat tersebut, sebenarnya permainan tradisional ini penting dilakukan oleh anak-anak zaman sekarang.

Permainan tradisional kini kian tersisih, tertinggal bahkan terlupakan. Mulai dari anak-anak sampai mereka yang telah dewasa pun kini asyik di depan layar TV, komputer, dan handphone untuk bermain game, bahkan mereka rela merogoh uang yang tidak sedikit untuk melengkapi aplikasi game mereka. Hal tersebut tidak mengherankan karena permainan ini tidak memerlukan tempat khusus dan luas serta bisa dimainkan sendiri.

Kurangnya perhatian dari pemerintah, membuat permainan tradisional tertinggal jauh dibanding video game, computer game, game watch, dan jenis permainan modern elektronik lain yang saat ini menjamur di berbagai kota-kota besar. Jika hal ini tidak juga menjadi perhatian serius baik dari pemerintah maupun masyarakat, bukan tidak mungkin salah satu warisan budaya turun temurun itu akan musnah karena ketidaktahuan generasi muda dan generasi seterusnya. Kebudayaan tradisional maupun kebudayaan modern yang baik harus dilestarikan sedangkan kebudayaan yang bernilai tidak baik bagi kemajuan bangsa harus disingkirkan.

Bagaimana mau melestarikan jika tidak tahu jenis-jenis permainan tradisional dan cara memainkannya. Kenyataan ini menjadi suatu tamparan bagi

(5)

generasi sekarang yang telah banyak berubah seiring berkembangnya teknologi modern. Jika permainan tradisional tetap terjaga tentunya bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi suatu daerah. Sehingga dengan demikian tidak sekedar kebudayaan saja tetapi kebudayaan yang bisa mendatangkan devisa yakni dikemas dalam pertunjukan kebudayaan dan pariwisata.

(http://www.scribd.com/doc/8746767/Aspek-Psikologis-Dari-Permainan-Anak-Tradisional)

2.1.4 Game Generation Revolusi Permainan Yang Menghawatirkan

Bisa dibilang, dunia permainan anak-anak sekarang ini sedang ,mengalami revolusi. Permainan tradisional yang tumbuh dalam budaya agraris di pedesaan kini digantikan dengan permainan elektronik.

Permainan elektronik dengan variasi seri yang selalu diperbarui itu dapat membuat anak ketagihan. Pikiran terlalu dekat dengan game, bakal menurunkan konsentrasi anak untu membaca buku pelajaran. Masalah lain, obsesi tokoh rekaan juga mengurangi sentuhan manusiawi anak sehingga mereka jadi sulit berempati, bertenggang rasa, dan menghargai orang lain sebagai manusia.

Bagaimana mengantisipasi perkembangan revolusi permainan itu? Kuncinya adalah pada orangtua. Orangtua harus menyempatkan diri mendampingi anak bermain dan mendorong permainan kelompok.

Sekolah dapat menerapkan kurikulum yang lebih menekankan cara belajar aktif, belajar melalui pengalaman, praktik lapangan, atau bermain dalam kelompok. Pemerintah sendiri bisa ambil bagian dengan membangun lebih

(6)

banyak lagi ruang terbuka hijau (RTH) yang mendukung permainan di alam terbuka.

(Kompas Minggu, 17-02-2008. Halaman : 18)

2.1.5 Observasi lapangan

Observasi yang dilakukan berupa penelitian ke berbagai kawasan ataupun tempat tinggal yang masih terdapat kental unsur budaya khususnya dalam permainan tradisionalnya seperti :

1. Daerah Condet, Kelurahan Batu Ampar, Jakarta Timur 2. Rumah Susun Klender, Jakarta Timur

Daerah Condet

Pada Saat penulis melakukan survei pada tanggal 7 April 2009, menurut masyarakat sekitar, permainan yang masih tersisa dan masih sering dimainkan oleh anak-anak di daerah ini antara lain adalah galasin atau dikenal sebagai permainan gobak sodor di Jawa Tengah. Permainan galasin juga merupakan permainan campuran budaya, tetapi permainan ini masih digemari oleh sebagian anak-anak yang berada di Condet dan sekitarnya.

Rumah Susun Klender

Kawasan rumah susun ini berada di Klender Jakarta Timur. Banyak anak-anak berusia 6-9 tahun yang masih bermain permainan tradisional, seperti permainan gundu atau disebut sebagai Palogan Gundu / Klereng. Permainannya

(7)

dimainkan ketika sore hari dengan jumlah pemain lebih dari 2 orang anak laki-laki berusia 10 tahunan. Permainannya cukup mudah, hanya dengan menyentilkan gundu ke gundu lawannya. Jika mengena, maka bayarannya berupa gundu ataupun karet gelang.

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

Permainan tradisional di Perkampungan Budaya Betawi yang terletak di Setu Babakan, Jagakarsa, pada saat ini telah jarang ditemui. Selain dengan sudah berkembangnya teknologi, invasi game-game seperti rental playstation sudah banyak menjamur disana. Oleh karena itu sudah sangat jarang sekali ditemukan permainan tradisional yang dimainkan oleh anak-anak disana.

2.1.6 Wawancara

Wawancara yang dilakukan berupa wawancara ke beberapa narasumber yang berhubungan dengan topik permasalahan, antara lain dengan :

1. Sadiqqin Umar, Ketua Rumah Kesenian Betawi, Condet Jakarta Timur 2. Anak-anak SD yang ditemui di beberapa pusat perbelanjaan

Dari hasil wawancara dengan Sadiqqin Umar, ketua Rumah Kesenian Betawi, Condet, penulis mendapatkan informasi tentang beberapa macam permainan tradisional yang dulu sering dimainkan oleh anak-anak di Jakarta. Diantaranya adalah, galasin, tok kadal (bisa disebut petak lele atau gatrik) , bentengan, dampu gunung, andar-undur, ular naga dsb. Sangat memperihatinkan memang pada zaman yang serba modern ini, anak-anak di daerah-daerah

(8)

perkotaan, sudah meninggalkan permainan tradisional yang dulu banyak digemari. Seiring dengan banyaknya jumlah rental play station di wilayah ini, semakin menjadikan permainan tradisional dilupakan. Tetapi pada hari- hari besar tertentu seperti perlombaan 17 Agustusan anak-anak masih dapat dikumpulkan untuk kemudian mengadakan lomba yang banyak diisi permainan tradisional.

Wawancara langsung juga dilakukan dengan beberapa anak-anak sekolah dasar berusia 6-9 tahun ( kelas 1- 4 ) yang penulis jumpai secara acak di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta yang terdapat wahana permainan diluar permainan tradisional. Inti dari hasil wawancara tersebut adalah, seputar jenis-jenis permainan tradisional yang mereka ketahui, dan apakah mereka sering untuk bermain permainan tradisional. beberapa dari mereka menjawab mengetahui permainan – permainan seperti tak umpet dan juga bentengan yang pernah mereka mainkan di sekolah. Tetapi dalam waktu sekarang ini banyak yang sudah meninggalkan permainan tradisional tersebut dikarenakan permainan tersebut telah tergantikan dengan permainan elektronik seperti playstation portable dsb. Mereka menjawab bahwa permainan elektronik lebih menyenangkan ketimbang bermain diluar rumah.

2.2 Data Proyek

Data- data yang akan dimasukkan dalam tugas ini adalah mengenai permainan tradisional yang masih sering dimainkan ataupun pernah menjadi bagian dari anak-anak Indonesia dengan mengambil sampel dari anak-anak yang berdomisili di DKI Jakarta.

(9)

Materi yang akan dibuat adalah Perancangan Komunikasi Visual Buku “Hom Pim Pa Alaium Gambreng – Yuuk Kita Main Permainan Tradisional Indonesia!”. Selain perancangan buku tersebut, dibuat juga perancangan poster promo buku dan materi pendukung lainnya.

2.2.1 Isi Buku

Isi dari publikasi buku ini bercerita tentang pengertian, jenis-jenis permainan tradisional secara umum, dan juga tentang profil dan tata cara bermain permainan tradisional anak dengan halaman full ilustrasi dan beberapa halaman interaktif .

2.2.2 Garis Besar Isi Buku

Garis besar isi buku ini adalah sebagai berikut : • Halaman Penerbit

Apakah permainan tradisional itu?

Bagaimana cara mengundi permainannya?

Bahan-bahan apa saja yang dapat dipakai untuk bermain? Permainan tanpa menggunakan alat dan dengan

menggunakan Alat

Permainan tradisional anak , beserta dengan penjelasan dan halaman ilustrasi:

(10)

• Permainan Galasin • Permainan Bentengan • Permainan Petak Umpet

• Permainan Engklek/Dampu Gunung • Permainan Andar Undur

• Permainan Engrang

• Permainan Tak Kadal Lobang • Permainan Damdas 16 Batu • Permainan Pulu-Pulu • Permainan Gasing

Permainan-permainan tersebut akan dibahas beserta dengan cara bermain, tips dan trik dan juga nilai positif yang akan kita dapat didalamnya

Halaman Penutup

2.3 Data Penerbit

Buku “Hom Pim Pa Alaium Gambreng – Yuuk Kita Main Permainan Tradisional Indonesia!” ini akan diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Toko Buku Gramedia didirikan 02 Februari 1970 oleh P.K. Ojong, yang juga merupakan pendiri KKG, dengan misi turut serta menyebarkan produk pendidikan dan informasi, demi

(11)

tercapainya cita-cita bersama mencerdaskan kehidupan bangsa, menuju masyarakat baru Indonesia yang berkehidupan Pancasila Ragam Produk dan Dukungan Pemasok

Semula Toko Buku Gramedia hanya menawarkan buku. Namun saat ini ragam

produknya sudah semakin berkembang, antara lain : stationary, fancy, peralatan kantor, peralatan olahraga, dan produk berteknologi tinggi seperti CD-ROM, audio-video book, dan berbagai produk lain. Gramedia juga telah menerbitkan banyak buku anak-anak yang tentunya berguna bagi nusa dan bangsa.

2.4 Buku Pembanding

Penulis mendapatkan beberapa buku pembanding yang dapat dijadikan masukan agar pembuatan Publikasi Buku “Hom Pim Pa Alaium Gambreng – Yuuk Kita Main Permainan Tradisional Indonesia!” ini dapat dibuat berbeda dan semenarik mungkin. Buku tersebut adalah :

Gambar 2.4.1 Gambar 2.4.2 “Permainan Tradisional Indonesia”, Terbitan Depdiknas, 1998

(12)

• Buku ini merupakan buku yang diterbitkan pada tahun 1998. Buku ini sudah tidak dijual dipasaran dan sekarang menjadi koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan Museum Nasional.

Gambar 2.4.3 Gambar 2.4.4 “Permainan Tradisional Jawa”, Terbitan Kepel Press, 2007

Kesimpulan terhadap buku-buku tersebut adalah :

• Buku Permainan Tradisional Indonesia tidak disajikan secara menarik, sehingga tidak sesuai apabila ditujukan untuk anak-anak

• Pada umumnya tidak terdapat elemen desain yang sesuai dengan isi cerita dari buku tersebut

• Beberapa buku hanya menggunakan elemen typografi saja dan beberapa fotografi

• Buku tidak dibuat secara interaktif, sehingga terkesan membosankan ketika dibaca oleh anak-anak

(13)

2.5 Target Pembaca

Target Pembaca dari “Hom Pim Pa Alaium Gambreng – Yuuk Kita Main Permainan Tradisional Indonesia!” ini dibedakan menjadi dua, yaitu target primer dan juga target sekunder, secara garis besar adalah mereka yang tinggal di kota besar Indonesia khususnya pulau Jawa.

Target Primer

a. Geografi

• Domisili : Kota besar Indonesia

• Wilayah : DKI Jakarta, Bandung, Surabaya • Kepadatan : Perkotaan, pusat kota

• Iklim : Daerah tropis perkotaan b. Demografi

• Usia : 6-9 tahun

• Kelamin : Laki-laki dan perempuan • Pengeluaran per bulan : ± Rp.350.000 • Pekerjaan : Pelajar

• Pendidikan : Siswa / siswi SD kelas 1-4 • Kepercayaan : Semua agama

• Suku/Etnik : Semua suku

• Kewarganegaraan : Warga Negara Indonesia c. Psikografi

(14)

• Gaya hidup : Modern dan belongers (rasa ingin tahu tinggi)

• Kepribadian : Mudah bergaul d. Aktivitas

• Hobby : Bermain

• Hiburan : Bermain video game, bermain Lego, membaca

• Liburan : Pusat perbelanjaan, rekreasi Target Sekunder

e. Geografi

• Domisili : Kota besar Indonesia

• Wilayah : DKI Jakarta, Bandung, Surabaya • Kepadatan : Perkotaan, pusat kota

• Iklim : Daerah tropis perkotaan f. Demografi

• Usia : 28 – 35 tahun • Kelamin : Pria dan wanita • Penghasilan : > Rp.6.000.000

• Pekerjaan : Pegawai Swasta / Wirausahawan • Pendidikan : Sarjana

• Kepercayaan : Semua agama • Suku/Etnik : Semua suku

(15)

g. Psikografi

• Kelas Sosial : B-A (menengah – atas) • Gaya hidup : Modern

h. Aktivitas

• Hobby : Membaca, mengoleksi barang antik • Hiburan : Komputer, travelling

• Liburan : Pusat perbelanjaan, rekreasi • Olah raga : Jogging, tenis, golf

2.6 Analisa SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threat)

2.6.1 Strenght

• Buku ini merupakan buku pertama yang membahas tentang permainan tradisional Indonesia dengan konsep buku ilustrasi yang interaktif untuk anak-anak

• Elemen visual yang disajikan lebih bermain dengan penggunaan tipografi , ilustrasi , serta halaman flip page serta pop up yang interaktif • Masih sedikitnya jumlah buku yang membahas tentang permainan

tradisional Indonesia yang dikemas secara unik, menjadikan buku ini dapat bersaing dengan buku-buku anak yang berasal dari negara asing • Dampak positif yang ditimbulkan dari buku ini, diharapkan dapat

membuat anak-anak lebih mencintai dan melestarikan kembali permainan tradisional yang mulai ditinggalkan

(16)

2.6.2 Weakness

• Masih lemahnya tingkat kesadaran anak-anak untuk lebih melestarikan kebudayaan Indonesia melalui permainan tradisional

• Setelah munculnya model permainan elektronik yang berasal dari negara asing, kesadaran anak-anak pada permainan tradisional kian memudar • Merupakan media publikasi buku, di khawatirkan minat anak-anak dalam

membaca masih kurang

2.6.3 Opportunity

• Dapat digunakan sebagai bahan acuan atau referensi mengajar bagi para pendidik mata pelajaran Kesenian Daerah yang dikemas lebih menarik dan interaktif

• Lebih banyaknya anak-anak yang mengenal permainan tradisional Indonesia dan berusaha untuk melestarikannya

• Dapat dijadikan bahan acuan untuk pembuatan buku publikasi permainan tradisional daerah lainnya dengan konsep yang unik dan menarik

• Menjadi buku nostalgia masa kecil bagi para kolektor buku anak.

2.6.4 Threat

• Banyaknya buku bacaan luar negeri yang dikemas secara menarik yang beredar di toko buku di Jakarta

(17)

• Makin menjamurnya jumlah online game yang berada di Jakarta, sehingga minat anak-anak untuk melestarikan permainan tradisional kian memudar

• Terbitnya buku serupa yang lebih murah tetapi hanya berupa informasi yang disajikan secara monoton

• Masih kecilnya apresiasi masyarakat pada umumnya dan anak-anak pada khususnya mengenai permainan tradisional Indonesia dapat menjadi ancaman yang serius bagi keberhasilan publikasi buku ini

Referensi

Dokumen terkait

This undergraduate thesis focuses on the criticism toward the self- reliance among American society in twentieth century revealed through the Sean Penn‘s Into The Wild

Penelitian ini dilakukan untuk melihat karakteristik fisikokimia tahu formalin dan tanpa formalin yang digoreng dengan 2 metode, yaitu : deep fat frying dan shallow

Persoalan yang masih dialami bidang energi adalah belum dapat dilayaninya kebutuhan energi listrik oleh jaringan PLN dibeberapa bagi masyarakat di wilayah Kabupaten

Bagian keuntungan atas hasil investasi di Asuransi Syariah Bumi Putera Semarang dari rekening tabungan Adapun status kepemilikan dana pada rekening tabungan masih

Berdasarkan tingkat kemiripan maka dilakukan pemetaan posisi kamera ponsel samsung terhadap ponsel kamera merek lain dengan menggunakan metode multidimensional scaling

Saran yang diberikan peneliti berdasarkan kesimpulan penelitian yang dipaparkan di atas yaitu, sebagai Kepala Sekolah harus menjadi contoh teladan yang bisa menjadi

setelah itu dilakukan penentuan target penjualan, pengendalian persediaan bahan baku dengan menggunakan metode yang digunakan perusahaan saat ini, perhitungan EOQ,

Strategi pengembangan keripik ketela ungu antara lain: Membangun kemitraan yang kuat dengan supplier ketela ungu, Pengembangan basis wilayah sentra ketela ungu, Efisiensi