• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN HUTAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUALBUALI TAHUN 2006 DENGAN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN HUTAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUALBUALI TAHUN 2006 DENGAN 2013"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN HUTAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUALBUALI

TAHUN 2006 DENGAN 2013

Forest Land Coverage Change at Dolok Sibualbuali Nature Reserve in 2006 to 2013

Windy Sahraeni Batubara1, Anita Zaitunah2,Muhdi2

1Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Jl. Tri Dharma Ujung No.1

Kampus USU Medan 20155 (*Penulis korespondensi, E-mail: sahraenibb@gmail.com)

2Staff Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155 Abstract

Nature Reserve area Dolok Sibual-Buali government administratively located in the village Banyan, Marancar and Tapus, District Sipirok Batang Toru and Mulberry South Tapanuli. Conditions Nature Reserve is still intact and is a source of water for the surrounding area. The purpose of this study was to determine the changes in land cover and determine the condition land cover there in 2006 and 2013 by using the interpretation of Landsat ETM 7 and 8. Landsat TM image analysis and classification change detection method using Arcview Gis 3.3 and ERDAS IMAGINE 8.5. Image analysis were performed, land cover in the Nature Dolok Sibual-Buali classified into 5 classes of land cover namely primary dry forest, secondary dry forest, scrub, vacant land, water bodies and not identified (clouds and cloud shadows). The results obtained by the classification of the primary dry forest is 68.5 ha changed into a secondary dry forest and 11.8 ha to Body Air.Pada secondary dry forest area of 583.28 changes ha become better forest and 30.61 ha turned into Shrublands., 74 ha.Sedangkan on bushes changed into the body area of 3.42 ha of water.

Keyword : Land coverage change, Dolok Sibualbuali Nature Reserve.

PENDAHULUAN

Cagar Alam Dolok Sibual-buali (CADS) merupakan salah satu kawasan konservasi di Sumatera Utara yang kaya dengan keanekaragaman hayati berupa spesies tumbuhan dan satwa liar. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Hutan Wilayah II Sumatera Utara, menyatakan bahwa kawasan hutan Dolok Sibual-buali merupakan kawasan hutan lindung dan baru ditetapkan sebagai cagar alam pada tanggal 8 April 1982 dengan luas kurang lebih 5.000 Ha. HutanCADS terletak pada ketinggian 750-1.819 mdpl. Kemiringan lahan sebagian besar adalah curam (21-55%). Jenis tanahnya berupa tanah aliuvial yang berhumus sedang dengan warna tanah coklat tua kehitaman dengan pH antara 5-6,5. Suhu maksimum 29oC dan minimum 18oC dengan kelembaban antara 35-100% (Hasibuan, 2011).

Kawasan Cagar Alam Dolok Sibual-buali secara administratif pemerintahan terletak di Desa Beringin, Marancar dan Tapus, Kecamatan Sipirok Batang Toru dan Padang Sidempuan Kabupaten Tapanuli Selatan. Masyarakat yang tinggal di daerah penyangga CADS sebagian besar bermatapencaharian petani, peladang, dan pembuat gula aren. masih sulit, dan umumnya tergolong kategori masyarakat desa miskin (Kuswanda, 2013).

Kepadatan penduduk pada setiap kecamatan yang berbatasan sangat bervariasi. Sebagai contoh di Kecamatan Marancar kepadatan penduduk sekitar 100,81 jiwa/km2 dengan laju pertumbuhan 0,88%, Kecamatan Sipirok sekitar 73,58 jiwa/km2 dengan laju pertumbuhan 0,24% dan Kecamatan Padang Sidempuan Timur sekitar 59,14 jiwa/km2 dengan laju pertumbuhan 1,83% (Departemen Kehutanan, 2005)

Lahan oleh beberapa pengertian yang diberikan baik itu oleh FAO maupun pendapat para ahli. Menurut Purwowidodo (1983) lahan adalah suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang sampai pada batas tertentu akan mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan. Lahan juga diartikan sebagai permukaan daratan dengan benda-benda padat, cair bahkan gas (Rafi,1985).

Tutupan lahan hutan dari tahun ke tahun dapat berubah menjadi sesuai dengan faktor biofisik hutan dan kegitan manusia oleh karena itu maka dilakukan penelitian untuk melihat perubahan tutupamn lahan di Cagar Alam Dolok Sibual-buali dari tahun 2006 ke tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi Cagar Alam Dolok Sibuall-buali pada tahun 2006 dan 2013.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

(2)

Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - September 2014. Penelitian ini dilakukan di Cagar Alam Dolok Sibual-buali, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan Terpadu, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Data

Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu GPS (Global Positioning System), kamera, alat tulis, dan seperangkat komputer yang dilengkapi paket Sistem Informasi Geografis termasuk Software ArcView 3.3, dan ERDAS IMAGINE 8.5.Data yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah peta tutupan lahan kawasan Cagar Alam Dolok sibual-buali pada bulan agustus tahun 2006 Citra Landsat 7 ETM dan 2013 citra Landsat TM 8 path/row 129/58 Mei 2013dari Glovis.

Prosedur Penelitian 1. Pengumpulan data

Pada tahapan ini data data primer diperoleh dari pengambilan titik di lapangan dengan menggunakan GPS sebagai training area. Data sekunder berupa data utama dan data pendukung. Data utama berupa citra TM 7 ETM dan TM 8 path/row 129/58 Mei tahun 2006 dan tahun 2013 diperoleh dengan mendownload melalui USGS sesuai dengan daerah yang diinginkan dan data pendukung diperoleh dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH), BPS, dan stakeholder (peneliti, universitas dan lain-lain).

2. Survey Lapangan/ Ground Check

Tujuan dilakukannya survey lapangan untuk pengecekan kebenaran klasifikasi penggunaan lahan dan mengetahui bentuk-bentuk perubahan fungsi lahan di Cagar Alam Dolok Sibual Buali Kecamatan Sipirok. Pengecekandi lapangan dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Peta Administrasi Cagar Alam Dolok Sibual Buali diubah menjadi Peta kordinat titik di lapangan untuk kegiatan ground check. 2. Titik yang akan di tentukan di bagi berdasarkan

banyaknya jenis tutupan lahan yang ada di Cagar Alam Dolok Sibual-buali secara merata. 3. Kegiatan ground check dilapangn yaitu dengan

pengecekan dari setiap warna yang ada di peta. 4. Kegiatan pengecekan dilapangan dilakukan dengan melihat titik kordinat yang telah ditentukan pada saat pembuatan peta ground check.

3. Analisis data

Analisis citra untuk pembuatan peta tutupan lahan menggunakan Citra Landsat 7 ETM dan Citra Landsat TM8 dianalisis dengan tujuan untuk memperoleh peta penutupan lahan (land cover) dari kawasan yang diteliti. Analisis citra dapat dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut:

1. Peta tutupan lahan tahun 2006dengan peta tutupan lahan tahun 2013 dilakukan klasifikasi supervised sehingga diperolah peta tutupan lahan berdasarkan klasifikasi supervised pada tahun 2006 dan 2013.

2. Peta hasil tutupan lahan tahun 2006 di uji analisisdengan 14 titik hasil ground check di lapangan dan 24 titik hasil ground check akan di intersecke peta Cagar Alam Dolok Sibual-buali yang terdapat pada tahunn 2013.

3. Peta hasil klasifikasi terbimbing (supervised) tahun 2013 yang telah di intersec dan peta Cagar Alam Dolok Sibual-buali yang telah di intersec kemudian di Clip agar data kedua peta dapat ditampilkan secara bersamaan.

4. Peta hasil klasifikasi terbimbing pada tahun 2006 dan 2013 kemudian di change detection. 5. Klasifikasi citra (image classification) dilakukan

untuk mengelompokkan seluruh piksel pada suatu citra ke dalam sejumlah kelas.

5. Identifikasi dan klasifikasi tutupan lahan dengan menggunakan monogram sumatera.

6. Uji ketelitian, dilakukan dengan menggunakan metode maksimum likelihood. Besarnya tingkat akurasi akan diperoleh dari hasil uji ketelitian sebagai berikut: Producer′s accuracy = Xkk Xkt × 100% User′s accurasy =Xkk Xtk × 100% Kappa accurasy =N ∑ Xkk− r k ∑ Xrk ktXtk N2− ∑ X ktXtk r k × 100% Overall accurasy = ∑ Xkk r k N × 100% Keterangan :

N = Jumlah semua piksel yang digunakan untuk pengamatan

r = Jumlah baris/lajur pada matriks kesalahan (jumlah kelas)

Xkk= Jumlah piksel pada kelas bersangkutan (diagonal matriks)

Xkt = ΣXij (jumlah semua kolom pada baris ke i) Xtk = ΣXij (jumlah semua kolom pada lajur ke j)

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Klasifikasi

Berdasarkan hasil analisis citra yang dilakukan, penutupan lahan di Cagar Alam Dolok Sibual-buali dikelaskan ke dalam 5 kelas penutupan lahan yaitu hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, semak belukar, tanah kosong, badan air dan tidak teridentifikasi (awan dan bayangan awan).

Tabel 1. Tutupan Lahan Pada Tahun 2006 dan 2013

Cagar

Alam Dolok Sibual-buali memiliki

luas keseluruhan adalah 5012.47 ha.Hasil klasifikasi penutupan lahan tahun 2006 dan 2013 dapat terlihat tutupan lahan Cagar Alam Dolok Sibual-buali didominasi oleh hutan lahan kering primer dan hutan lahan kering sekunder. Hutan lahan kering primer dan hutan lahan kering sekunder ini hampir mencakup semua area tutupan lahan cagar alam dolok sibual-buali. Hal ini dikarenakan Cagar Alam Dolok Sibual-buali termasuk hutan yang dilindungi, sehingga tidak diperbolehkan untuk membuat lahan pertanian juga pemukiman. Keterangan tersebut disajikan pada Gambar 2 dan 3.

Gambar 2 : Peta Tutupan Lahan Tahun 2006

Gambar 3 : Peta Tutupan Lahan Tahun 2013 Perubahan Tutupan Lahan Pada Tahun 2006 dan 2013

Hasil klasifikasi tutupan lahan pada tahun 2006 hingga 2013 dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Luas Perubahan Tutupan Lahan Pada

Tahun 2006 dan 2013

Identifikasi perubahan tutupan lahan

dilakukan dengan sofware Arcview Gis 3.3

dengan menggunakan metode

change

detection

yaitu membandingkan

peta tutupan

lahan yang terdapat pada tahun 2006 dengan peta tutupan lahan pada tahun 2013 sehingga diperoleh perbedaan tutupan lahan yang terdapat pada tahun 2006 dan 2013. Perubahan tutupan lahan pada tahun 2006 dan 2013 terdapat jumlah yang signifikan terhadap hutan lahan kering primer yang telah bertambah sebesar402,98 ha pada kurun waktu 7 tahun. Hal tersebut juga terjadi pada tubuh air dan semak belukar yang bertambah jumlahnya sebesar 12,48 ha dan 29,93 ha. Pada hutan lahan kering sekunder pada kurun waktu 7 tahun mengalami penurunan sebesar 545,39 ha yang berubah menjadi hutan yang lebih lebat dan semak belukar.

Hasil klasifikasi yang diperoleh yaitu pada Hutan Lahan Kering Primer mengalami perubahan yaitu 68,5 ha menjadi hutan lahan kering sekunder dan 11,8 ha menjadi Tubuh Air.Pada Hutan Lahan Kering Sekunder mengalami perubahan luas sebesar 583,28 ha menjadi hutan yang lebih baik dan 30,61 ha berubah menjadi Semak Belukar. Pada Tubuh Air pada tahun 2013 telah berubah menjadi semak belukar sebesar 2,74 ha.Sedangkan pada Semak Belukar berubah seluas 3,42 ha menjadi Tubuh Air. Kondisi di atas sangat bagus dimana hutan lahan kering primer dan sekunder hingga tahun 2013 telah mendominasi di kawasan CADS sehingga dapat disimpulkan kondisi hutan CADS semakin bagus hal ini sesuai dengan pendapatArsyad (2011) yang menyatakan perubahan tutupan lahan adalah bergesernya jenis tutupan lahan dari jenis satu ke jenis lainnya diikuti dengan bertambah atau berkurangnya tipe penggunaan dari waktu ke waktu atau berubahnya fungsi lahan pada waktu yang berbeda. Data Penutupan Lahan Tahun 2006 Luas

(Ha) Luas Tahun 2013 (Ha) Hutan Lahan Kering Primer 2487,59 2612,11 Hutan Lahan Kering Sekunder 2248,29 1880,49 Tubuh Air 146,42 171,96 Semak Belukar 130,17 151,09 Tidak Teridentifikasi 0 196.82 Total 5012.47 5012,47

(4)

perubahan tutupan lahan suatu wilayah umumnya bervariasi dan jumlahnya cukup banyak. Contoh variasi perubahan tutupan lahan antara lain semak menjadi sawah, sawah menjadi pemukiman, sawah menjadi jalan dan perubahan-perubahan tutupan lahan lainnya.

Pada kawasan CADS Masyarakat di sekitar kawasan belum mengerti daerah batas pengelolaan kawasan CADS yang memungkinkan masyarakat tidak bisa menyadari bahwa mereka telah masuk ke dalam kawasan dan merusak CADS. Namun demikian, masyarakat tidak pernah memasuki Cagar Alam, sehingga pada kawasan tidak terjadi perambahan oleh masyarakat desa sekitar kawasan. Penyabab masyarakat sekitar kawasan CADS tidak bisa memasuki daerah kawasan cagar alam salah satunya adalah topografinya yang cukup curam dan batas kawasan yang cukup jauh dengan desa sekitar Cagar Alam. Hal yang juga menyebabkan masyarakat sulit melakukan perambahan adalah hutan masyarakat yang berada di daerah penyangga cukup luas dan berbukit-bukit. Hal ini sesuai dengan pendapat kuswanda (2013), sampai saat ini sebagian masyarakat di sekitar Cagar alam Dolok Sibual-buali masih memanfaatkan hasil hutan non-marketable yang berasal dari sekitar kawasan tersebut seperti kayu bakar, aren, tanaman obat-obatan dan lain-lain.

Menurut Purwowidodo (1983) lahan adalah suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang sampai pada batas tertentu akan mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan. Hal ini berhubungan dengan kondisi CADS dimana terdapat beberapa tanaman yang mendominasi kawasan yang berasal dari family Euphorbiaceae, myrtaceae, Anacardiaceae, Dipterocarpaceae dan Moracea seperti jenis hoteng (Quercus gemelliflora Blume), sitarak (Macaranga lowii King ex Hook.f.) dan medang (Litsea sp)Dimana jenis-jenis-nya adalah dengan cepat mampu memperbaiki kondisi hutan yang terdapat di kawasan CADS.

Perubahan kawasan hutan CADS menuju kepada baik. Diduga ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tersebut diantaranya adalah kondisi biofisik CADS dimana kondisi ini meliputi biologi dan fisik hutan CADS. Kondisi fisik yaitu kondisi topografi yang cukup curam berkisar (21-55%) dan kawasan CADS memiliki kontur yang berbukit-bukit serta tidak tersedianya jalan menuju ke hutan CADS Hal ini juga mempersulit dalam mendata titik ground check. Faktor biologi CADS meliputi, iklim, cuaca dan bencana alam serta faktor penutup lahan yang terdapat di kawasan CADS. Semenjak pemerintah menetapkan CADS sebagai hutan dilindungi kawasan ini mengalamai perubahan tutupan lahan

yang semakin membaik, hal ini disebabkan tidak adanya aksesibilitas serata sarana pendukung yang memudahkan masyarakat untuk memasuki kawasan cagar alam. Kegiatan yang dapat dilakukan di kawasan CADS hanya sebagai areal penelitian saja, hal ini sesuai dengan pendapat Perbatakusuma dkk (2006), yaitu Pegunungan di Cagar Alam Dolok Sibual-buali memiliki lereng agak curam sampai curam dan didominasi oleh kelerengan antara 25-40%. Sekitar 1,8%. Kawasan hutan Cagar Alam Dolok Sibual-buali merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Toru yang masih terdapat hutan alam yang relatif utuh seluas kurang lebih 140.000 ha.

Uji Ketelitian

Dari hasil perhitungan didapatkan ketelitian interpretasi sebesar 96,24% pada tahun 2006 dan98,41% pada tahun 2013. Angka ketelitian interpretasi Citra Landsat 7 ETM+ pada tahun 2006 serta Citra Landsat TM 8 pada tahun 2013 yang didapat cukup bagus, mengingat citra yang digunakan mempunyai resolusi spasial 30 meter. Tingkat ketelitian itu telah memenuhi syarat ketelitian interpretasi minimal 85%. Kesalahan interpretasi disebabkan oleh rendahnya resolusi citra, sehingga sulit untuk membedakan tutupan lahan yang hampir sama warnanya dalam Citra Landsat 7 ETM +. Luas hutan lahan kering primer ini dalam jangka waktu tertentu terus peningkatan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh tidak adanya kegiatan masyarakat sekitar hutan dan faktor-faktor biofosik Cagar Alam Dolok Sibual-buali yang dapat merubah kawasan menjadi lebih baik.

Uji akurasi dilakukan dengan membandingkan peta citra tahun 2006dan peta citra tahun 2013 dengan hasil ground check. Dengan menghitung besarnya tingkat akurasi kemudian membaginya dengan data groundchek dilapangan sehingga diperoleh nilai sebesar 77,8% pada tahun 2006 dan 86% pada tahun 2013. Dari hasil yang diperoleh dapat dikatakan bahwa hasil pembagian peta dan titik grouncheck memiliki keakurasian lebih dari 50% ataupun setengah dari data rujukan di peta dan data lapangan, sehingga kesalahan yang diperoleh tidak sampai 30% dari data yang dihasilkan. Hal ini membuat peta tutupan lahan yang dihasilkan dapat digunakan sebagai indikator tutupan lahan hutan CADS.

Dengan melakukan perbandingan dengan titik ground check terlebih dahulu dapat diketahui bahwa peta Citra yang diperoleh melalui Citra Landsat memiliki akurasi yang cukup baik dimana pada uji ketelitian diperoleh nilai diatas rata-rata yang dibutuhkan. Sehingga dapat dikatakan uji ketelitian menggunakan metode likelihood ini dilakukan dengan baik sehingga hampir tidak memiliki kekurangan dalam menentukan

(5)

piksel-piksel berdasarkan kelas tutupan lahannya. Hasil uji ketelitiang hasil klasifikasi dengan kontingensi dapat dilihat pada tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Hasil evaluasi kontingensi tutupan lahan citra Landsat ETM 7 tahun 2006

Tabel 4. Hasil evaluasi kontingensi tutupan lahan citra Landsat TM 8 tahun 2013

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perubahan tutupan lahan pada hutan lahan kering primer pada tahun 2013 mengalami peningkatanyaitu sebesar 8,03%.Pada hutan lahan kering sekunder pada tahun 2013 mengalami penurunan hingga 10,08% yang berkonversi menjadi hutan lahan kering primer, dan semak belukar.Tubuh air dan semak belukar mengalami penambahan luas pada tahun 2013 sebesar 0,24% dan 0,6% 2. Kondisi Hutan Cagar Alam Dolok Sibual-buali

semakin membaik yaitu, dengan bertambahnya hutan lahan kering primer, disebabkan faktor biofisik hutan Cagar Alam Dolok Sibual-buali yaitu iklim, cuaca, penutup lahan serta memiliki topografi yang curam menyebabkan kawasan cagar alam sulit di jangkau oleh manusia.

Saran

Untuk menjaga kelestarian cagar alam dolok sibual-buali diharapkan kepada pihak pengelola, LSM, Pemerintah maupun masyarakat sekitar Cagar Alam Dolok Sibual-buali agar tetap ikut serta dalam menjaga daerah sekitar kawasan cagar alam melalui pemantauan yang signifikan oleh PAMHUT agar masyarakat tetap tidak memasuki kawasan dan melewati batas Cagar Alam Dolok Sibual-buali.

DAFTAR PUSTAKA

Adam R.D, Victor m, Ropper A.H. 2005. Principles of GIS. 8” ed. McGraw Hill. New York. Aronoff S. 1989. Geographic Information Systems: A

Management Perspective. Ottawa: WDI Publications.

Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air.IPB Press. Bogor.

Bakosurtanal. 2007. Informasi Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI). Cibinong. Bogor Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam

Sumatera Utara, 2002. “Cagar Alam Dolok Sibual-buali”. Diakses dari www.bbksda-sumut.com hari Rabu (30 Oktober 2013).

Briggs, R. 1999. Introduction To GIS. New York. Departemen Kehutanan. 2002. Pedoman

Inventarisasi dan Identifikasi Lahan Kritis Mangrove. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Jakarta. Departemen Kehutanan, 2005. SK Menteri

Kehutanan No. 44/Menhut-II/2005 tanggal 16 Februari 2005 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan

Perairan Provinsi Sumatera Utara Departemen Kehutanan. 2008. Rekalkulasi

Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2008. Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Kehutanan. Badan Planologi Kehutanan. Departemen Kehutanan.

FWI/GFW. 2003. Potret Keadaan Hutan Indonesia. Bogor. Indonesia.

Harjadi, B., D. Prakosa, A. Wuryanta. 2007. Analisis Karakteristik Kondisi Fisik Lahan DAS DENGAN PJ dan SIG di DAS Benain-Noelmina, NTT.Jurnal Ilmu Tanah danLingkungan Vol. 7 No.2 (2007) p: 74-79 Hasibuan, M. A. S, 2011. Etnobotani masyrakat

suku angkola (studi kasus di desa padang bujur sekitar cagar alam dolok sibual-buali, kabupaten tapanuli selatan, sumaterautara). Skripsi Institut Pertanian Bogor. Bogor

Horning, N., Robinson, J.A., Sterling, E.J., Turner, W., Spector, S., 2010.Remote Sensing for Ecology and Conservation. Oxford University Press, NewYork

Howard, J.A. 1996. Penginderaan Jauh Untuk Sumber daya Hutan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Hurvitz, P. 2003. The GIS Spatial Data Mode.The University of Washington Spatial Technology.

Huete, A., Didan, K., Leeuwen, W.V., Miura, T., Glenn, E., 2011..MODIS Vegetation

(6)

Indices. Land Remote Sensing and Global Environmental Change.Springer. New York

Indriasari. 2009. Hutan Hakikat Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Yayasan Obor indonesia. Jakarta

Khalil, B. 2009. Analisis Perubahan Tutupan Lahan di Hutan Adat Kasepuhan Citorek, Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Departemen konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Intitut Pertanian Bogor. Kuswanda. 2013. Inventarisasi Pakan Orang Utan di

Cagar Alam Dolok Sibual-buali. IPB.Bogor.

Lilesand dan Kiefer. 1994. Penginderaan Jauh Dan Interpretasi Citra Digital. Gramedia. Jakarta.

Lo, C.P. 1995. Penginderaan jauh Terapan. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Perbatakusuma, Edwin A, Supratna, Jatna, Siregar,

Rondang S.E, Wurjanto Didy, Sihombing, Luhut, dan Sitaparasti. 2006. Mengharuskan Kebijakan Konservasi Biodiversitas dan Sistem Penyangga Kehidupan di Kawasan Hutan Alam Batang Toru Provinsi Sumatera Utara. Laporan Teknik. Konservasi Orang utan Batang Toru. Conservation International Indonesia-Departemen Kehutanan. Pandan.

Purwoko, A., 2010. Analisis Perubahan Fungsi lahan di Kawasan Pesisir Dengan Menggunakan Citra Satelit Berbasis

Sistem Informasi Geografis. Jurnal Ekosistem Laut. Respository.usu.ac.id Rafi.1985. Ilmu Tanah. Bandung

Sitorus., J., Purwandari., Darwini, E., L., Widyastuti, R., Suharno. 2006. Kajian Model Deteksi Perubahan Penutup Lahan Menggunakan Data Inderaja Untuk Aplikasi Perubahan Lahan Sawah. PUSBANGJA LAPAN.http://www.lapanrs.com/ INOVS /PENL I/ind/ INOVS--PENLI--255--ind-laplengkap--jansen_upap_2006.pdf (1 Desember 2013).

Tanjung. 2006. Database Menggunakan Acces. Universitas Yogyakarta. Yogyakarta. Wardoyo, E. 2002. Hutan Kemasyarakatan,

Pengelolaan Hutan Partisipasi. PUSKAF FISIF USU. WIM dan Yayasan Sintesa. Medan.

Wijaya, T. 2004. Analisis Structural Equation Modelling Untuk Modeling Menggunakan AMOS. Universitas Atmajaya. Yogyakarta. Zain, S.A. 1998. Kamus Kehutannan. Rineke Cipta,

Jakarta.

Gambar

Gambar 3 : Peta Tutupan Lahan Tahun 2013  Perubahan Tutupan Lahan Pada Tahun 2006 dan  2013
Tabel  3.  Hasil  evaluasi  kontingensi  tutupan  lahan  citra Landsat ETM 7 tahun 2006

Referensi

Dokumen terkait

Such models are not only aesthetically pleasing but can also contain metric information, the quality of which depends on several factors: photo capturing strategies,

didasar pada dokumen sumber dan dokumen pendukung berikut ini : “Pencatatan terjadinya piutang didasarkan atas faktur penjualan yang didukung dengan surat order pengiriman dan

Dari berbagai alternatif solusi yang telah ditawarkan dalam penyelesaian masalah keluarga maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwasanya setiap masalah yang

Sel yang tidak memiliki reseptor untuk hormone tersebut tidak akan Sel yang tidak memiliki reseptor untuk hormone tersebut tidak akan berespons.Reseptor untuk

Migas hanya terbentuk dalam setting geologi dan syarat  –   –   syarat  syarat tertentu dimana migas terakumulasikan yang mana nantinya akan membutuhkan tahapan -

Hal menarik dari metode probabilistik adalah representasi yang eksplisit dari ketidakpastian dalam kajian stabilitas lereng.Nilai faktor keamanan disain lereng

Pabrik Gula Candi Baru Sidoarjo, diperoleh kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut : Faktor tingkat gaji, suasana kerja, perhatian pimpinan dan kesejahteraan sosial

Akan tetapi beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan di Indonesia seperti penelitian yang dilakukan oleh Padmantyo (2010), Zainuldin dan Lui (2018) dan Hamdi dan Zarai (2012)