• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

1 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah memberikan keleluasaan wewenang kepada daerah untuk melaksanakan pembangunan daerah sesuai dengan potensi dan kemampuan daerahnya. Kebutuhan anggaran pembangunan yang memadai serta kualitas sumberdaya manusia yang tinggi sebagai subyek perencana sekaligus pelaksana pembangunan menjadi hal penting yang harus menjadi prioritas dalam mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan.

Dengan keleluasaan yang diberikan kepada daerah untuk membangun daerahnya sendiri, diperlukan suatu sistem pertanggungjawaban yang sistematis, periodik dan melembaga yang berisi mengenai pengukuran kinerja keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian sasaran program maupun kegiatan. Hal tersebut diperlukan agar secara bertahap instansi pemerintah dapat senantiasa meningkatkan pelaksanaan pemerintahannya menjadi lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab khususnya dalam menanggapi perubahan atau isu yang terjadi di masyarakat seperti masih rendahnya minat investasi masyarakat di bidang peternakan, sarana dan prasarana pelayanan publik peternakan yang tidak memadai, masih relatif rendahnya sumberdaya manusia peternakan dan sebagainya.

Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan Rencana Kerja (Renja) sebagai dokumen perencanaan yang bersifat tahunan yang menampilkan target yang ingin dicapai baik oleh program maupun kegiatan pada tahun tertentu yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Subang Tahun 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Subang Tahun 2014-2018 serta Rencana Strategis (Renstra) Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2014-2018 yang memuat pokok-pokok sasaran, program, kegiatan serta sumberdaya penunjang program Dinas Peternakan Kabupaten Subang untuk tahun 2015.

(4)

2 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc Secara garis besar rencana kerja Dinas Peternakan Tahun 2015 masih dititik beratkan pada upaya pemberdayaan masyarakat khususnya di pedesaan dalam bidang peternakan disamping peningkatan sarana dan prasarana pelayanan publik peternakan dan peningkatan sumberdaya manusia. Sebagaimana pada tahun-tahun sebelumnya, rencana kerja Dinas Peternakan untuk tahun depan diharapkan dapat memperoleh dukungan anggaran tidak hanya dari APBD Kabupaten tapi juga APBD Propinsi, APBN ataupun dari dana-dana lainnya.

1.2.

Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari disusunnya Rencana Kerja (RENJA) Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015, antara lain :

a. Merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Peternakan Tahun 2014-2018 yang bersifat tahunan;

b. Memberi gambaran secara detail mengenai Rencana Kerja (RENJA) Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Peternakan untuk tahun 2015;

c. Memberi arah gerak organisasi yang mengacu kepada visi dan misi Dinas melalui penetapan target dan sasaran yang harus dicapai pada tahun yang bersangkutan

1.3.

Landasan Hukum

Landasan hukum penyusunan Rencana Kerja SKPD Dinas Peternakan Tahun 2015 mengacu kepada peraturan perundang-undangan sebagai berikut :

a. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang;

b. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

c. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

d. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

e. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

(5)

3 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc f. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;

g. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan;

h. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

i. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2005-2009;

j. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

k. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

l. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

m. Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 72 Tahun 2005 tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan Tahunan Daerah;

n. Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Subang Tahun 2005-2029;

o. Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Subang Tahun 2009-2014;

p. Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Subang;

q. Peraturan Bupati Subang Nomor 14C.11 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Peternakan Kabupaten Subang;

r. Peraturan Bupati Subang Nomor 49 Tahun 2012 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (SISRENBANGDA);

s. Peraturan Bupati Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Subang Tahun 2014-2018

(6)

4 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

1.4.

Hubungan Rencana Kerja dengan Dokumen

Perencanaan Lainnya

Sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional tertuang mengenai ruang lingkup Perencanaan Pembangunan Nasional yang digambarkan sebagai berikut :

PEDO-

PEDO-MAN MAN

Renstra - KL Renja - KL RKA - KL Rincian

APBN Pemerintah Pusat

PEDO- DIJABAR-

PEDO-MAN KAN MAN

RPJP RPJM RKP RAPBN APBN

Nasional Nasional

DIACU DIPERHATIKAN DISERASIKAN MELALUI MUSRENBANG

PEDO- DIJABAR-

PEDO-MAN KAN MAN

RPJPD RPJMD RKPD,

KUA & PPA Pemerintah

Daerah Kabupaten/

PEDO- PEDO- Kota

MAN MAN

RENSTRA RENJA RKA RINCIAN

SKPD SKPD SKPD APBD

APBD RAPBD

Gambar 1.1

Hubungan Renja SKPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Dari gambar diatas terlihat jelas mengenai ruang lingkup perencanaan pembangunan daerah jangka panjang (20 tahun) yang tertuang dalam RPJPD dijabarkan secara sistematis dalam perencanaan jangka menengah daerah (5 tahun) yang tertuang dalam RPJMD. Dokumen RPJMD itulah yang selanjutnya akan menjadi pedoman dalam penyusunan Renstra dan Renja SKPD di daerah.

(7)

5 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

Rencana Strategis (Renstra) SKPD memuat visi, misi, strategi, kebijakan,

program dan kegiatan pembangunan yang disusun berdasarkan tupoksi serta berpedoman pada RPJMD dan bersifat indikatif sedangkan Rencana Kerja (Renja) SKPD disusun dengan berpedoman kepada Renstra SKPD dan mengacu kepada RKPD yang memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Secara umum bagan alir penyusunan prioritas pembangunan dan keterhubungannya dengan proses penyusunan prioritas dan kegiatan adalah sebagaimana dijelaskan dalam gambar berikut :

Arah kebijakan pembangunan Prioritas Program

Lima Tahunan Periode II Pembangunan Nasional Tahun 2014

Program pemba- ngunan daerah Tahun 2014

Rancangan prioritas Program & Kegiatan

Rancangan Prioritas Program & Kegiatan

Program & Kegiatan Tahun 2014

Gambar 1.2.

Bagan Alir Hubungan antara Penyusunan Prioritas Program dan Kegiatan Pembangunan Daerah

RPJPD

RPJMD

RKP

Penyusunan

RKPD

Renstra

SKPD

Penyelenggaraan

Musrenbang RKPD

Penyusunan

Renja SKPD

Prioritas Pemb. Program prioritas &

Kegiatan prioritas Tahun 2014

Prioritas Program & Kegiatan Tahun 2014

(8)

6 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

1.5.

Proses Penyusunan

Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Peternakan Tahun 2015 dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

1. Di tingkat internal SKPD, Bidang Program mencoba memfasilitasi penyusunan perencanaan kegiatan pembangunan peternakan TA.2015 dengan berpedoman kepada strategi dan kebijakan pembangunan pemerintah yang sudah ditetapkan di tingkat Propinsi dan Pusat (top-down planning)

2. Di tingkat eksternal SKPD, Bidang Program mencoba memfasilitasi penyusunan perencanaan kegiatan pembangunan peternakan TA.2015 melalui mekanisme musrenbang desa/kecamatan/kabupaten yang menampung seluruh aspirasi masyarakat di bidang peternakan (bottom-up planning)

3. Penyusunan perencanaan kegiatan pembangunan peternakan yang tertuang dalam Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang merupakan titik temu dari top-down planning dan bottom-up planning dengan tetap mengacu kepada RPJMD Kabupaten Subang dan Rencana Strategis SKPD Tahun 2014-2019 yang sudah ditetapkan serta menyusun program dan kegiatan prioritas di bidang peternakan

4. Setelah Draft Renja selesai disusun, Bidang Program mensosialisasikan rancangan awal tersebut kepada seluruh unsur stakeholder yang ada di Dinas Peternakan dan meminta saran, masukan dan atau revisi dari seluruh bidang dan UPTD guna melengkapi atau menyempurnakan kekurangan draft dokumen tersebut

5. Setelah menerima semua masukan, Bidang Program melakukan beberapa penyempurnaan dari Draft yang sudah ada untuk kemudian disosialisasikan kembali dalam pembahasan selanjutnya

6. Setelah dirasakan draft yang ada telah mewakili seluruh aspirasi, maka Bidang Program menyampaikan Dokumen Renja tersebut kepada Bapak Sekretaris SKPD sebelum kemudian disahkan oleh Bapak Kepala Dinas Peternakan

7. Dokumen yang sudah ditandatangani oleh Kepala Dinas kemudian diserahkan ke Bappeda untuk menjadi bahan acuan penetapan Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015

(9)

7 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

1.6.

Sistematika Penyusunan

Adapun sistematika penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015 didasarkan pada Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 pasal 143 antara lain :

BAB I PENDAHULUAN

Memuat tentang latar belakang, maksud tujuan dan sasaran, landasan hukum, hubungan dokumen Renja dengan dokumen perencanaan lainnya, proses penyusunan dan sistematika penyusunan

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA SKPD TAHUN

LALU

Memuat tentang evaluasi pelaksanaan rencana kerja tahun lalu, progress rencana kerja yang sedang dilaksanakan pada tahun berjalan dan permasalahan-permasalahannya

BAB III PROGRAM DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2015

Memuat tentang arah kebijakan, program dan kegiatan pembangunan peternakan tahun 2015

BAB IV RENCANA KERJA DAN PENDANAAN

Memuat tentang rencana program dan kegiatan tahun 2015 secara detail yang meliputi : indikator kinerja, kelompok sasaran, lokasi kegiatan, kebutuhan dana indikatif dan sumber dana (APBD Kab/APBD Prop/ APBN)

BAB V PENUTUP

Memuat kesimpulan dan saran

(10)

8 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

BAB II

EVALUASI PELAKSANAAN

RENCANA KERJA DINAS PETERNAKAN

TAHUN LALU

2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu

Salah satu arah kebijakan pembangunan daerah yang selaras dengan pembangunan agribisnis di Kabupaten Subang adalah peningkatan pertumbuhan dan produktifitas hasil-hasil peternakan. Adapun pelaksanaan pembangunan peternakan di Kabupaten Subang untuk tahun 2013 secara umum telah menunjukkan perkembangan yang cukup baik walaupun ada beberapa program dan kegiatan yang hasilnya belum optimal. Hal ini dapat disebabkan karena permasalahan teknis maupun non teknis.

Beberapa indikator makro peternakan yang dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan pembangunan peternakan di Kabupaten Subang, antara lain populasi ternak, produksi ternak dan konsumsi hasil ternak.

Pada tahun 2013 kegiatan pembangunan peternakan di Kabupaten Subang difasilitasi oleh 3 (tiga) sumber pendanaan dengan tingkat penyerapan masing-masing sebagai berikut :

(11)

9 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

a. APBD Kabupaten Subang TA.2013 sebesar Rp 3.879.900.000,-

No.DPA Program Kegiatan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)

Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Penyediaan Jasa Surat Menyurat Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perijinan Kendaraan Dinas/Operasional Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor Penyediaan Alat Tulis Kantor Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/ Penerangan Bangunan Kantor Penyediaan Peralatan Rumah Tangga Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-undangan Penyediaan Makanan dan Minuman Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultansi ke Luar Daerah Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional Pengadaan Perlengkapan Gedung Kantor Pengadaan Peralatan Gedung Kantor 5.000.000 54.000.000 11.900.000 21.125.000 40.000.000 30.000.000 8.300.000 11.371.000 3.600.000 19.350.000 55.000.000 205.000.000 19.154.000 45.000.000 5.000.000 (100,00%) 44.434.863 (82,29%) 6.917.300 (58,13%) 21.125.000 (100,00%) 40.000.000 (100,00%) 30.000.000 (100,00%) 8.300.000 (100,00%) 11.371.000 (100,00%) 3.600.000 (100,00%) 19.350.000 (100,00%) 54.970.000 (99,95%) 193.982.500 (94,63%) 18.954.000 (98,96%) 44.800.000 (99,56%)

(12)

10 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc Program Peningkatan Pengembangan Sistem Capaian Kinerja dan Keuangan Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak Pengadaan Mebeuler Pemeliharaan Rutin/Berkala Rumah Dinas Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor Pemeliharaan Rutin/Berkala Mobil Jabatan Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor Pemeliharaan Rutin/Berkala Peralatan Gedung Kantor Penambahan Lokal Bangunan Kantor Pengadaan Kendaraan Roda 3 (pengangkut daging) Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD Penyusunan Laporan Keuangan Semesteran Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Dinas Pemutakhiran Data Sensus Sapi dan Kerbau Pemeliharaan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit Menular Ternak Penyidikan Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Pemagaran 40.000.000 6.000.000 15.000.000 4.000.000 900.000 10.200.000 404.500.000 60.000.000 25.000.000 15.000.000 35.000.000 125.000.000 250.000.000 30.000.000 100.000.000 40.000.000 (100,00%) 6.000.000 (100,00%) 15.000.000 (100,00%) 4.000.000 (100,00%) 900.000 (100,00%) 10.200.000 (100,00%) 390.930.000 (96,65%) 59.859.500 (99,77%) 25.000.000 (100,00%) 15.000.000 (100,00%) 35.000.000 (100,00%) 125.000.000 (100,00%) 249.255.000 (99,70%) 30.000.000 (100,00%) 99.250.000

(13)

11 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan Program Pening-katan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan Bangunan RPH Subang Inseminasi Buatan pada Sapi Potong Pengembangan Pembibitan Sapi Potong Pengembangan Ternak Itik Penggemukan Ternak Domba Pembibitan Ternak Domba Unggul Pembibitan Ternak Domba Lokal Pengembangan Ternak Kambing Pengadaan Alat Pembuat Pakan Konsentrat untuk Ternak Pembangunan Sarana dan Prasarana Perbibitan Ternak Sapi Potong Penataan Pasar Hewan Pelatihan dan Bimbingan Pengoperasian Teknologi Peternakan Tepat Guna Pengembangan Agribisnis Peternakan Pembinaan Kelompok Tani Ternak 100.000.000 280.000.000 130.500.000 50.000.000 460.000.000 610.000.000 20.000.000 30.000.000 100.000.000 200.000.000 50.000.000 100.000.000 100.000.000 (99,25%) 99.132.000 (99,13%) 273.568.000 (97,70%) 123.152.000 (94,37%) 50.000.000 (100%) 413.700.000 (89,93%) 567.496.000 (93,03%) 20.000.000 (100,00%) 30.000.000 (100,00%) 93.760.500 (93,76%) 198.775.000 (99,39%) 50.000.000 (100,00%) 99.493.000 (99,49%) 100.000.000 (100,00%) JUMLAH 3.879.900.000 3.727.275.663 (96.07%)

(14)

12 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

b. APBD Propinsi Jawa Barat TA.2013 sebesar Rp 1.000.000.000,-

No.DPA Program Kegiatan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)

Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan 1. Optimalisasi RPH di Kabupaten Subang 1.000.000.000 990.830.000 (99.08%) JUMLAH 1.000.000.000 990.830.000 (99.08%)

c. APBN-TP (Propinsi Jawa Barat) TA.2013 sebesar Rp 4.043.713.000,-

No.DIPA Program Kegiatan Anggaran (Rp) Realisasi

(Rp) DIPA-018.06.4. 029096/2013 tanggal 5 Desember 2012 Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi/ Kerbau dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal 1. Peningkatan Produksi Ternak dengan Pendayaguna-an Sumber Daya Lokal 2. Peningkatan Produksi Pakan Ternak dengan Pendayaguna-an Sumber Daya Lokal 3. Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Benih dan Bibit dgn Mengoptimal-kan Sumber Daya Lokal 1.442.061.000 669.542.000 812.410.000 1.426.111.000 (98.89%) 659.857.000 (98,55%) 812.410.000 (100,00%) DIPA-018.08.4. 029008/2013 tanggal 5 Desember 2012 Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian 1. Perluasan Areal dan Pengelola-an Lahan Pertanian 140.000.000 140.000.000 (100,00%) DIPA-018.07.4. 029007/2013 tanggal 5 Desember 2012 Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor Hasil Pertanian 1. Pengembangan Pemasaran Domestik 2. Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian 783.200.000 196.500.000 708.242.400 (90,43%) 185.705.100 (94,51%) JUMLAH 4.043.713.000 3.932.325.500 (97.25%)

(15)

13 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

2.1.1.

Populasi Ternak

Secara umum perkembangan populasi ternak di Kabupaten Subang tahun 2013 mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan populasi pada beberapa komoditi ternak unggulan seperti sapi potong, sapi perah, domba, ayam buras dan ayam ras pedaging,. Walaupun demikian, ada juga ternak yang populasinya mengalami penurunan yaitu kerbau, kambing, ayam ras petelur dan itik.

Tabel 2.1.

Perkembangan Populasi Ternak

di Kabupaten Subang Tahun 2012 – 2013 (ekor)

2012 2013 1 Sapi Potong 27.775 30.352 9,28 2 Sapi Perah 1.187 1.307 10,11 3 Kerbau 3.820 3.651 (4,42) 4 Kambing 33.855 32.521 (3,94) 5 Domba 237.283 240.029 1,16 6 Ayam Buras 1.044.883 1.139.398 9,05 7 Ayam Ras Pedaging 42.406.620 42.932.820 1,24 8 Ayam Ras Petelur 58.300 51.703 (11,32)

9 Itik 539.936 496.186 (8,10)

No Jenis Ternak Tahun R/T (%)

Ket : * Pemeliharaan ayam ras pedaging 6 siklus/tahun

** Target berdasarkan Renstra Disnak 2009-2014

Tabel 2.2.

Perkembangan Populasi Ternak di Kabupaten Subang Tahun 2013 dan Harapan Tahun 2014-2015 (ekor)

Target Realisasi 2014 2015 1 Sapi Potong 17.457 30.352 173,87 31.263 32.200 2 Sapi Perah 1.655 1.307 78,97 1.372 1.441 3 Kerbau 5.707 3.651 63,97 3.688 3.724 4 Kambing 25.710 32.521 126,49 33.497 34.502 5 Domba 237.579 240.029 101,03 244.830 249.726 6 Ayam Buras 1.250.591 1.139.398 91,11 1.196.368 1.256.186

7 Ayam Ras Pedaging 28.498.000 42.932.820 150,65 44.650.133 46.882.639

8 Ayam Ras Petelur 6.776 51.703 763,03 54.288 57.003

9 Itik 651.026 496.186 76,22 511.072 526.404

Tahun 2013

No Jenis Ternak R/T Target

Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Subang (2013), diolah Ket : * Pemeliharaan ayam ras pedaging 6 siklus/tahun

(16)

14 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

A. SAPI POTONG

Populasi ternak di Kabupaten Subang memiliki pola sebaran tersendiri sesuai dengan topografi wilayahnya. Ternak ruminansia besar pada umumnya lebih dominan berada di wilayah selatan sampai dengan wilayah tengah, sedangkan dari tengah ke utara didominasi oleh ruminansia kecil dan unggas, kecuali untuk Kecamatan Pabuaran dan Kecamatan Kalijati dimana terdapat lokasi perusahaan peternakan sapi potong.

Tahun 2013 populasi sapi potong di Kabupaten Subang sebanyak 30.352 ekor atau mengalami peningkatan sebesar 9,28%, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 27.775

ekor. Data tersebut diperoleh dari hasil

pemutakhiran data sensus sapi dan kerbau yang dilaksanakan tanggal 1 Juni tahun 2013.

Peningkatan populasi sapi potong di Kabupaten Subang ini lebih disebabkan oleh adanya peningkatan sapi potong di perusahaan swasta dari 9.574 ekor tahun 2012 menjadi 14.205 ekor tahun 2013. Sedangkan untuk jumlah populasi sapi potong milik masyarakat menunjukkan kecenderungan yang menurun dari 18.201 ekor tahun 2012 menjadi 16.147 ekor tahun 2013.

B. SAPI PERAH

Populasi ternak sapi perah di Kabupaten Subang tahun 2013 mencapai

1.307 ekor atau mengalami peningkatan sebesar 10,11% dibandingkan dengan

tahun lalu yaitu 1.187 ekor. Data tersebut diperoleh dari hasil PSPK Tahun 2013. Peningkatan populasi ternak sapi perah ini sangat menggembirakan setelah beberapa tahun terakhir mengalami penurunan.

Populasi ternak sapi perah yang ada di Kabupaten Subang pada tahun 2013 tersebar di 8 kecamatan, yaitu Kecamatan Ciater 435 ekor

(33,28%), Kecamatan Sagalaherang 374 ekor

(28,62%), Kecamatan Kasomalang 224 ekor

(17,14%), Kecamatan Cisalak 130 ekor (9,95%), Kecamatan Jalancagak 106 ekor

(17)

15 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

(1,07%), Kecamatan Tanjungsiang 1 ekor (0,08%), dan Kecamatan Purwadadi 1

ekor (0,08%).

Wilayah selatan Kabupaten Subang memiliki sejumlah potensi yang dapat dijadikan sentra pengembangan ternak sapi perah. Agroklimat yang mendukung, ketersediaan pakan hijauan yang melimpah, aksesibilitas yang baik untuk pelayanan KPSBU serta ketersediaan lahan yang cukup luas. Kondisi ini kiranya dapat dipertimbangkan oleh Pemerintah Propinsi Jawa Barat untuk menjadikan Kabupaten Subang sebagai daerah alternatif dalam upaya pengembangan sapi perah.

Pengembangan agribisnis ternak sapi perah yang sudah berkembang, baru pada tahap on-farm yaitu sebagai produsen susu sedangkan segmen usaha lainnya belum berkembang secara optimal. Dalam rangkaian agribisnis sapi perah segmen rearing atau penyediaan induk tidak banyak dilirik oleh peternak karena tidak memberikan perputaran modal yang relatif cepat, padahal hingga saat ini belum ada daerah yang spesifik mengusahakan segmen tersebut sehingga kendala terbesar yang sangat dirasakan dalam pengembangan usaha sapi perah adalah sulitnya memperoleh bibit induk yang berkualitas dengan harga yang bersaing.

Ketersediaan hijauan yang cukup kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan lokal Subang maupun wilayah kabupaten lain menuntut adanya upaya penyediaan pakan hijauan yang tidak hanya tertumpu pada rumput saja, tetapi juga dengan penggunaan leguminoceae dalam upaya perbaikan kualitas hijauan

disamping sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada konsentrat yang harganya terus meningkat dengan ketersediaan yang terbatas di pasaran.

C. KERBAU

Populasi ternak kerbau pada tahun 2013 mengalami penurunan 4,42%, yaitu menjadi 3.651 ekor dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu mencapai sebanyak 3.820 ekor. Data tersebut diperoleh dari hasil Pemutakhiran data sensus sapi dan kerbau Tahun 2013. Semakin intensifnya mekanisme pertanian, peran kerbau dalam kehidupan masyarakat pun semakin berkurang. Dari aspek nilai ekonomis, ternak kerbau dikenal sebagai animal under value dengan makin terpinggirkannya nilai kerbau dibandingkan dengan ternak sapi-sapi eksotis hasil persilangan seperti Limousine, Simmental maupun Brahman.

Dari aspek ketersediaan daging, sebenarnya daging kerbau mampu mensubtitusi daging sapi secara sempurna karena dari rasa dan tekstur memang

(18)

16 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc tidak terlalu jauh berbeda dengan daging sapi. Pola pemeliharaan ternak kerbau di Kabupaten Subang pada umumnya dipelihara sebagai tabungan bagi peternak dan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja karena daerahnya merupakan perbukitan dengan kontur lahan berat serta luasan lahan sawah yang relatif kecil sehingga menyulitkan dalam pemanfaatan traktor.

Pemeliharaan ternak kerbau pada umumnya dilakukan secara semi-intensif dengan pola digembalakan di daerah tegalan atau lahan-lahan terlantar. Nilai tambah usaha ternak kerbau selain diperoleh dari pertambahan berat badan, efisiensi usaha dari pemanfaatan tenaga ternak dalam pengolahan tanah, juga nilai ekonomis lain dari jasa sewa ternak untuk membajak sawah milik orang lain.

Dari aspek reproduksi ternak kerbau juga tidak mudah untuk dikembangkan sebagaimana ternak sapi. Siklus birahi yang tidak jelas (silent heat) cukup menyulitkan dalam proses adopsi teknologi IB dalam pengembangan ternak kerbau. Dengan potensi produksi yang relatif rendah serta potensi pasar (lokal) yang tidak terlalu baik menjadikan komoditi ini kurang populer untuk dikembangkan di kalangan masyarakat luas.

D. DOMBA

Peningkatan populasi ternak domba di Kabupaten Subang tidak terlepas dari potensi pasar yang cukup baik untuk komoditi ini sehingga mampu membangkitkan gairah bagi peternak untuk mengusahakan komoditi ini. Populasi ternak domba tahun 2013 mencapai 240.029 ekor atau mengalami peningkatan mencapai 1,16%

dibandingkan dengan tahun lalu yakni 237.283 ekor. Sifat ternak domba yang prolifik dapat dipelihara dengan pembiayaan yang murah (atau bahkan zero cost) dengan nilai jual yang cukup baik menjadikan ternak domba banyak berperan sebagai tabungan penting keluarga peternak.

Populasi ternak domba di Kabupaten Subang memiliki pola sebaran tersendiri sesuai dengan topografi wilayahnya. Pola pemeliharaan yang dilakukan memiliki karakteristik yang khas dikaitkan dengan sebaran jenis domba yang dipelihara dengan topografi wilayah yang beragam.

Di wilayah selatan dengan ketinggian 500-1.500 m dpl jenis domba yang banyak dipelihara adalah Domba Garut/Priangan beserta turunannya dengan sistem pemeliharaan insentif, dikandangkan sepanjang tahun, pakan diberikan secara cut and carry, dan skala tidak terlalu besar yaitu sekitar 5-10 ekor per RTP. Dengan pemeliharaan yang intensif seperti itu maka pola breedingnya juga relatif terkontrol walaupun belum sampai pada pencatatan pedigree. Pola breeding domba di

(19)

17 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc wilayah ini terjaga melalui budaya adu ketangkasan domba yang sangat populer di masyarakat.

Lain di selatan, lain pula di wilayah utara. Dengan ketinggian 0-50 m dpl jenis domba yang banyak dipelihara adalah domba lokal. Sistem pemeliharaan ekstensif dengan cara digembalakan di lahan-lahan umum (sawah, tegalan, bantaran kali, lahan perkebunan dan lainnya) dengan skala usaha

relatif besar (>10 ekor per RTP). Kelemahan sistem ini adalah pola breeding menjadi tidak terkontrol karena seringkali kasus inbreeding terjadi dalam satu kelompok penggembalaan.

Selama ini perkembangan ternak domba di Kabupaten Subang seringkali timpang karena pengeluaran ternak ke luar daerah seringkali tidak diimbangi dengan pertumbuhan populasi di tingkat lokal. Disisi lain teknologi IB pada ternak domba juga belum banyak dilakukan atau masih asing di kalangan masyarakat.

Itulah sebabnya ada kecenderungan mutu genetik ternak domba lokal yang ada di masyarakat mengalami penurunan.

E. KAMBING

Populasi ternak kambing di Kabupaten Subang Tahun 2013 mencapai

32.521 ekor atau mengalami penurunan 3,94% dibandingkan dengan tahun lalu

yaitu 33.855 ekor. Jumlah tersebut sudah termasuk dengan populasi kambing PE/perah yang ada di Kabupaten Subang yaitu sebanyak 157 ekor. Dari aspek pasar, komoditi ternak ini relatif kurang populer dibandingkan dengan ternak domba karena pangsa pasar lokal yang lebih banyak membutuhkan ternak domba baik untuk konsumsi maupun untuk ternak qurban. Hingga saat ini target pasar kambing masih terfokus pada wilayah Jakarta dan sekitarnya.

(20)

18 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc Dengan potensi produksi yang relatif rendah sedangkan potensi pasar cukup tinggi khususnya untuk daerah Jakarta dan sekitarnya, diharapkan kedepannya pengembangan ternak kambing dapat dilakukan dengan orientasi pemeliharaan yang lebih baik, tidak hanya untuk kambing potong tapi juga kambing perah. Populasi kambing perah di Kabupaten Subang tersebar di 2 kecamatan yaitu Kecamatan Sagalaherang sebanyak 134 ekor dan Kecamatan Dawuan sebanyak 23 ekor.

F. AYAM BURAS

Populasi ternak ayam buras di Kabupaten Subang tahun 2013 mencapai

1.139.398 ekor atau mengalami peningkatan hingga 9,05% dibandingkan dengan

tahun lalu yaitu 1.044.883 ekor. Pola pemeliharaan tradisional dengan tingkat mobilitas ternak yang cukup tinggi menyebabkan

ayam buras menjadi jenis unggas yang rentan terhadap wabah penyakit. Selain itu tingginya permintaan pasar yang tidak diimbangi dengan sistem pemeliharaan yang intensif berpengaruh juga pada populasi ternak ayam buras.

Perkembangan pemasaran ternak ayam buras pada saat ini telah merambah ke sektor pariwisata dimana rumah makan yang menyajikan produk daging ayam buras/kampung semakin menjamur dimana-mana. Diperlukan upaya keras agar perkembangan populasi komoditi ini tidak mengalami penurunan. Upaya preventif terus dilakukan sejak merebaknya kasus AI melalui kegiatan vaksinasi, pelatihan kaderisasi vaksinator maupun lokakarya pencegahan penyakit hewan menular di masyarakat. Sosialisasi terus dilakukan dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya penanggulangan penyakit AI khususnya di daerah.

G. AYAM RAS PEDAGING

Perkembangan ayam ras pedaging di Kabupaten Subang didominasi oleh peternak plasma (yang bermitra) dan perusahaan peternakan dengan sistem pemeliharaan yang intensif. Pada tahun 2013 populasi ternak ayam ras pedaging di Kabupaten Subang mencapai 42.932.820 ekor (7.155.470 ekor/ siklus) atau

(21)

19 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc mengalami peningkatan sebesar 1,24% dibandingkan dengan tahun lalu yakni

42.406.620 ekor. Walaupun demikian terjadi penurunan jumlah peternak plasma

(yang bermitra) dari 1.059 orang menjadi 1.042 orang.

Perkembangan sub sistem agribisnis pasca

produksi ayam ras pedaging di Kabupaten

Subang belum optimal karena penjualan produk masih dilakukan dalam bentuk ternak hidup. Beberapa Tempat Pemotongan Unggas telah berperan penting dalam penyediaan daging unggas di pasaran walaupun dari aspek teknis proses pemotongan yang dilakukan belum mampu memberikan jaminan atas produk yang berkualitas.

H. AYAM RAS PETELUR

Pada tahun 2013 populasi ternak ayam ras petelur di Kabupaten Subang mencapai sebanyak 51.703 ekor atau mengalami penurunan sebesar 11,32% dibandingkan dengan tahun lalu yakni 58.300

ekor. Hal ini disebabkan oleh adanya proses culling/pengafkiran ayam yang dilakukan peternak, yakni dengan cara menjual ternak ayam yang dianggap sudah kurang produktif. Populasi ternak ayam ras petelur di Kabupaten Subang berada di 4 kecamatan yaitu Kecamatan

Dawuan sebanyak 45.000 ekor Kecamatan Sagalaherang 4.500 ekor, Kecamatan Pagaden sebanyak 2.003 ekor dan Kecamatan Binong sebanyak 200 ekor.

I. ITIK

Budidaya ternak itik merupakan kegiatan usaha yang tidak kalah pentingnya dengan budidaya unggas lain yang sama-sama menunjang perekonomian masyarakat. Populasi ternak itik di Kabupaten

Subang tahun 2013 mencapai 496.186 ekor atau mengalami penurunann hingga 8,10% dibanding populasi ternak itik tahun sebelumnya yaitu 539.936 ekor. Penurunan populasi komoditi itik ini disebabkan terjadinya kasus flu burung (AI) yang

(22)

20 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc menyerang ternak itik, sehingga beberapa peternak menghentikan dulu usahanya. Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk mencegah penyebarluasan penyakit tersebut yaitu dengan cara vaksinasi, desinfeksi dan peningkatan biosekuriti.

2.1.2.

Produksi Ternak

Produksi hasil ternak baik yang berupa daging, telur maupun susu penyediaannya sangat dipengaruhi oleh perkembangan populasi dan pemotongan yang dilakukan atas ternak yang bersangkutan. Adapun arus lalu lintas ternak maupun produksi hasil ternak yang keluar masuk dari dan ke wilayah Kabupaten Subang juga turut mempengaruhi jumlah penyediaan hasil produksi ternak. Secara umum perkembangan produksi ternak di Kabupaten Subang adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3.

Perkembangan Produksi Ternak

di Kabupaten Subang Tahun 2012 – 2013 (ekor)

2012 2013 1 PRODUKSI DAGING 39.007.824 39.261.642 0,65 - Sapi 2.396.787 1.912.308 (20,21) - Kerbau 17.149 18.521 8,00 - Kambing 153.441 56.180 (63,39) - Domba 1.051.302 1.406.393 33,78 - Ayam Buras 967.237 1.054.729 9,05 - Ayam Ras 34.083.723 34.502.730 1,23 - Itik 338.184 310.781 (8,10) 2 PRODUKSI TELUR 4.706.929 4.418.208 (6,13) - Ayam buras 640.810 698.775 9,05 - Ayam ras 535.871 475.234 (11,32) - Itik 3.530.248 3.244.199 (8,10) 3 PRODUKSI SUSU 2.512.784 2.766.814 10,11 - Sapi perah 2.512.784 2.766.814 10,11

NO JENIS PRODUKSI TAHUN r (%)

(23)

21 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc Tabel 2.4.

Perkembangan Produksi Ternak di Kabupaten Subang Tahun 2013 dan Harapan Tahun 2014-2015 (ekor)

Target Realisasi 2014 2015 1 PRODUKSI DAGING 34.311.800 39.261.642 114,43 41.069.808 42.966.460 - Sapi 1.465.653 1.912.308 130,47 1.931.431 1.950.745 - Kerbau 28.305 18.521 65,43 18.891 19.269 - Kambing 55.570 56.180 101,10 1.420.457 1.434.661 - Domba 1.236.896 1.406.393 113,70 57.247 58.392 - Ayam Buras 611.047 1.054.729 172,61 1.096.918 1.140.795 - Ayam Ras 30.685.289 34.502.730 112,44 36.227.867 38.039.260 - Itik 229.040 310.781 135,69 316.997 323.337 2 PRODUKSI TELUR 4.993.200 4.418.208 88,48 4.520.829 4.626.216 - Ayam Buras 712.703 698.775 98,05 712.751 727.006 - Ayam Ras 62.118 475.234 765,05 498.996 523.945 - Itik 4.218.379 3.244.199 76,91 3.309.083 3.375.265 3 PRODUKSI SUSU 3.052.300 2.766.814 90,65 2.905.155 3.050.412 - Sapi perah 3.052.300 2.766.814 90,65 2.905.155 3.050.412 Tahun 2013

No Jenis Ternak R/T Target

Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Subang (2013), diolah

A. PRODUKSI DAGING

Secara umum produksi daging di Kabupaten Subang terbagi atas 2 jenis yaitu daging ternak dan unggas. Perkembangan beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran preferensi konsumen dari red meat ke white meat (daging ternak ke

daging unggas). Pada tahun 2013 jumlah produksi daging mencapai hingga 39.261.642 kg atau mengalami peningkatan 0,65%

dibandingkan dengan tahun lalu yaitu

39.007.824 kg. Jumlah produksi

tersebut disupply dari daging ternak 8,64% (3.393.402 kg) dan daging unggas

91,36% (35.868.240 kg).

Namun bila dibandingkan dengan target capaian produksi daging tahun 2013 di Renstra 2009-2014 yaitu 34.311.800 kg maka produksi daging tahun 2013 sebesar 39.007.824 kg jelas mengalami peningkatan dengan capaian positif mencapai 114,43%. Hal ini sejalan dengan peningkatan demand akan kebutuhan daging dari konsumen yang menunjukkan trend yang terus meningkat setiap tahunnya.

(24)

22 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

B. PRODUKSI TELUR

Secara umum produksi telur di Kabupaten Subang didominasi oleh telur itik. Pada tahun 2013 jumlah produksi telur mencapai hingga 4.418.207 kg atau

mengalami penurunan 6,13% dibandingkan dengan tahun lalu yaitu 4.706.929 kg. Namun bila dibandingkan dengan target capaian produksi telur tahun 2013 di Renstra 2009-2014 yaitu 4.993.200 kg maka produksi telur tahun 2013 sebesar 4.418.207 kg jelas mengalami penurunan dengan capaian hanya 88,48%. Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan jumlah populasi ternak ayam ras petelur dan itik sebagai sumber penghasil telur di Kabupaten Subang.Produksi telur berasal dari 3 sumber yaitu telur ayam buras 15,82% (698.775 kg), telur ayam ras 10,76% (475.234 kg) dan telur itik 73,43% (3.530.248 kg).

C. PRODUKSI SUSU

Jumlah produksi susu sapi perah pada tahun 2013 mencapai 2.766.814 lt

atau mengalami peningkatan 10,11% dibandingkan dengan tahun lalu yaitu

2.512.784 lt. Sementara bila dibandingkan

dengan target capaian produksi susu tahun 2013 di Renstra 2009-2014 yaitu 2.776.300 lt

maka produksi susu tahun 2013 sebesar

2.766.814 lt jelas mengalami penurunan

dengan capaian hanya 90,65%. Penurunan

produksi susu ini disebabkan oleh adanya penurunan populasi ternak sapi perah di Kabupaten Subang dimana ada beberapa peternak yang menjual ternak peliharaannnya untuk berbagai kepentingan.

2.1.3.

Konsumsi Pangan Hasil Ternak

Pencapaian konsumsi masyarakat akan hasil ternak di Kabupaten Subang tahun 2013 masih dibawah standar gizi yang ditetapkan secara nasional. Secara rinci perkembangan konsumsi hasil ternak dapat dilihat pada tabel berikut :

(25)

23 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc Tabel 2.5.

Perkembangan Konsumsi Pangan Hasil Ternak di Kabupaten Subang Tahun 2012 – 2013 (kg/kap/th)

TARGET (WKPG) 2012 2013 1 Daging 10,10 7,77 7,68 (1,16) 76,04 2 Telur 4,70 2,53 2,37 (6,32) 50,43 3 Susu 6,10 0,15 0,16 6,67 2,62 REALISASI NO KOMODITI r (%) R/T (%)

Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Subang (2013), diolah

A. KONSUMSI DAGING

Dewasa ini kecenderungan pemenuhan kebutuhan protein hewani melalui daging sangat tergantung kepada produk unggas. Hal ini dapat dipahami mengingat dari aspek ketersediaan, produk ini relatif tersedia secara berlebih di dalam negeri (swasembada). Dari aspek keterjangkauan produk inipun mampu bersaing dengan daging sapi khususnya bila dikaitkan dengan daya beli masyarakat yang beragam. Sedangkan dari aspek stabilitas pengadaan, dengan siklus hidup yang relatif pendek produk unggas mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan daging. Ditunjang dengan semakin berkembangnya agribisnis di sektor hilir, industri pengolahan ayam ras telah mampu menyediakan kebutuhan daging nasional baik pada standar umum maupun prime quality.

Tahun 2013 konsumsi daging masyarakat Kabupaten Subang mengalami penurunan 1,16% dibandingkan dengan tahun lalu atau mencapai 7,68 kg/kap/th. Pencapaian target standar gizi nasional hingga akhir tahun 2013 baru mencapai

76,04% sehingga diperlukan sosialisasi yang lebih intens kepada masyarakat akan

pentingnya protein hewani dalam membangun kualitas sumberdaya manusia. Ditinjau dari aspek ketersediaan, produksi daging di Kabupaten Subang didominasi oleh daging unggas baik ayam buras, itik maupun ayam ras pedaging yang mana cakupan konsumsinya relatif luas tidak hanya di wilayah perkotaan tapi juga pedesaan. Dari aspek stabilitas pengadaan juga produk ini juga relatif tersedia sepanjang tahun karena siklus hidupnya yang pendek dengan jumlah yang relatif berlebih di Kabupaten Subang. Sedangkan dari aspek keterjangkauan atau aksesibilitas produk ini relatif memiliki harga yang bersaing dengan daging sapi maupun protein hewani asal ikan sehingga banyak masyarakat yang mampu mengakses pangan tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa protein hewani yang dikandung oleh bahan pangan asal ternak merupakan asupan pangan yang

(26)

24 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc berkualitas dimana untuk memperolehnya diperlukan kompensasi biaya yang relatif tidak murah. Oleh karena itu diperlukan upaya Pemerintah Daerah untuk terus meningkatkan daya beli masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja khususnya di pedesaan.

B. KONSUMSI TELUR

Pemenuhan kebutuhan protein hewani selain berasal dari daging juga telur dan susu. Hingga saat ini ketersediaan telur di Kabupaten Subang berasal dari produksi lokal dan pasokan dari luar kabupaten maupun luar propinsi Jawa Barat. Tahun 2013 konsumsi telur masyarakat Kabupaten Subang mengalami penurunan

6,32% dibandingkan tahun lalu atau mencapai 2,37 kg/kap/th. Pencapaian target

standar gizi nasional hingga akhir tahun 2013 baru mencapai 50,43% sehingga diperlukan langkah-langkah strategis dari Pemerintah Daerah untuk dapat memperluas jangkauan komoditi ini hingga ke pelosok melalui pengembangan usahaternak ayam buras dan itik.

C. KONSUMSI SUSU

Tahun 2013 konsumsi susu masyarakat Kabupaten Subang mencapai

0,16 kg/kap/th. Dari angka yang terukur selama ini, pencapaian target standar gizi

nasional untuk komoditi susu hingga akhir tahun 2013 baru mencapai 2,62%.

Khusus untuk produk susu, angka tersebut tidak menunjukkan angka yang sebenarnya karena perhitungan yang dilakukan masih pada komoditi susu segar saja sedangkan susu olahan belum. Padahal potensi perkembangan susu olahan baik susu tepung, susu pasteurisasi dan susu sterilisasi di Kabupaten Subang sangat baik dan relatif telah mampu menjangkau hampir seluruh pelosok wilayah. Diharapkan untuk kedepannya perhitungan untuk konsumsi susu dapat lebih dioptimalkan sehingga hasil pengukuran yang diperoleh dapat lebih akurat.

2.1.4.

Kemitraan Usahaternak

Kemitraan usahaternak ayam ras pedaging di Kabupaten Subang tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu sebesar 1,61%

untuk jumlah plasma yang menjalin kemitraan dari 1.059 orang peternak (tahun 2012) menjadi 1.042 orang peternak tahun 2013. Seiring dengan penurunan jumlah peternak yang melakukan kemitraan, jumlah populasi ternak ayam ras pedaging (yang diusahakan dalam kemitraan) juga ikut menurun sebesar 1,68%

(27)

25 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc dari 5.077.900 ekor/siklus (tahun 2013) menjadi 4.992.600 ekor/siklus (tahun 2013). Skala usaha tiap peternak juga mengalami penurunan 0,08% dari 4.795

ekor/siklus/peternak (tahun 2012) menjadi 4.791 ekor/siklus/peternak (tahun

2013). Secara lengkap perkembangan kemitraan usaha ayam ras pedaging di Kabupaten Subang tahun 2012-2013 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.6.

Perkembangan Kemitraan Usaha Ayam Ras Pedaging Di Kabupaten Subang Tahun 2012 - 2013

Uraian 2012 Tahun 2013 Pertumbuhan (%)

Jumlah Inti 36 36 -

Jumlah Plasma (orang) 1.059 1.042 (1,61)

Jumlah populasi ternak (ekor) 5.077.900 4.992.600 (1,68)

Rata-rata skala usaha (ek/org) 4.795 4.791 (0,08)

Sementara yang bertindak sebagai pihak Inti pada kemitraan ayam ras pedaging berkisar 36 pengusaha, maka dalam pengembangan kemitraan agribisnis sapi perah di Kabupaten Subang pihak inti yang dominan adalah KPSBU (Koperasi Peternak Sapi Perah Bandung Utara) yang berlokasi di Lembang Kabupaten Bandung Barat. Tidak semua peternak sapi perah yang berdomisili di wilayah selatan Kabupaten Subang merupakan plasma dari KPSBU. Pada tahun 2013 jumlah peternak sapi perah yang bermitra dengan KPSBU mengalami penurunan

12,14% dibandingkan dengan tahun lalu yakni dari 173 orang tahun 2012 menjadi

152 orang tahun 2013. Jumlah populasi ternaknya juga mengalami penurunan

3,05% dari 786 ekor tahun 2012 menjadi 762 ekor tahun 2013 dengan rata-rata

kepemilikan ternak sebanyak 5 ekor campuran per RTP. Secara lengkap perkembangan kemitraan usaha sapi perah di Kabupaten Subang tahun 2012-2013 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.7.

Perkembangan Kemitraan Usaha Sapi Perah Di Kabupaten Subang Tahun 2012-2013

Uraian Tahun Pertumbuhan (%)

2012 2012

Jumlah Inti (KPSBU) 1 1 -

Jumlah Plasma (orang) 173 152 (12,14)

Jumlah populasi ternak (ekor) 786 762 (3,05)

(28)

26 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

2.1.5.

Inseminasi Buatan

Upaya peningkatan kualitas bibit ternak di Kabupaten Subang untuk ternak besar khususnya ternak sapi potong masih memanfaatkan teknologi Inseminasi Buatan yang dinilai sebagai cara yang paling mudah dan murah untuk diterapkan di masyarakat peternak. Hasil kegiatan IB pada sapi potong di Kabupaten Subang tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.8.

Hasil Kegiatan Inseminasi Buatan pada Sapi Potong Di Kabupaten Subang Tahun 2013

Jumlah Akseptor (ekor) Jumlah Straw (dosis) Jumlah Bunting (ekor)

Jumlah Kelahiran (ekor) S/C CR (%)

Jtn Btn Jml

3.146 3.601 2.359 1.252 975 2.227 1,55 72,24

Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Subang (2013), diolah

Dua parameter yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam menilai keberhasilan IB adalah S/C (Service per Conception) dan CR (Conception Rate). Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa saat ini rata-rata S/C 1,55 artinya bahwa rata-rata kebuntingan ternak terjadi setelah mengalami perlakuan IB diatas 1 kali. Sedangkan CR 72,24% artinya bahwa dari jumlah akseptor yang terlayani hanya sekitar 72,24% yang mengalami kebuntingan pada IB pertama sedangkan sisanya baru berhasil setelah mengalami perlakuan IB yang kedua dan ketiga.

Dari total jumlah akseptor yang terlayani sebanyak 3.146 ekor,dapat dilihat bahwa tingkat kebuntingan ternak mencapai 74,98% atau 2.359 ekor sedangkan tingkat kelahiran mencapai 94,40% atau 2.227 ekor. Dari jumlah kelahiran ternak tersebut 74,18% atau 1.652 ekor merupakan hasil IB tahun 2012, sedangkan

25,82% atau 575 ekor merupakan hasil IB tahun 2013, dan sisanya masih dalam

keadaan bunting.

Sapi potong keturunan hasil IB diikutsertakan pada kontes ternak tingkat Propinsi Jawa Barat Tahun 2013 dan berhasil meraih juara 1 dan 3 untuk kategori keturunan Peranakan Ongole (PO), betina umur 18-24 bulan atas nama peternak Ajang Sutrisno yang beralamat di Desa Cikaum Barat Kecamatan Cikaum dan atas nama Sahmir yang beralamat di Desa Mekarwangi Kecamatan Pagaden Barat.

(29)

27 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc Layanan IB sudah menjangkau di 30 kecamatan yang ada di Kabupaten Subang, yang terbagi kedalam 4 Satuan Pelayanan (SP) IB yaitu :

a. SP-IB Kalijati meliputi 12 Kecamatan yaitu Kecamatan Kalijati, Cibogo, Cipeundeuy, Purwadadi, Ciasem, Blanakan, Dawuan, Cijambe, Pabuaran, Subang, Cikaum dan Patokbeusi,

b. SP-IB Jalancagak meliputi 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Jalancagak, Ciater, Serangpanjang dan Sagalaherang.

c. SP-IB Pagaden meliputi 11 Kecamatan yaitu Kecamatan Pagaden, Cipunagara, Binong, Pagaden Barat, Pamanukan, Pusakanagara, Compreng, Legonkulon, Tambakdahan, Sukasari dan Pusakajaya.

d. SP-IB Tanjungsiang meliputi 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Tanjungsiang, Cisalak dan Kasomalang.

Jumlah dan sebaran tenaga inseminator masih sangat terbatas dan tidak merata. Dengan luas wilayah layanan yang meliputi 30 kecamatan, jumlah inseminator hanya sebanyak 26 orang (10 orang PNS dan 16 orang Non PNS/swadaya), dengan spesifikasi keahlian 26 inseminator, 15 orang Pemeriksa Kebuntingan (PKB), dan 5 orang sebagai Asisten Teknis Reproduksi (ATR). Diharapkan untuk kedepannya pelayanan IB dapat lebih dioptimalkan dengan menambah lagi jumlah tenaga inseminator yang dibutuhkan.

2.1.6.

Kelembagaan Tani Ternak

Sasaran kegiatan pembinaan dan penyuluhan dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sumberdaya peternakan adalah kelompok tani ternak dan masyarakat tani ternak secara luas. Pada tahun 2013 dilaksanakan pembinaan kelompok di 15 kelompok tani ternak yang tersebar di Kabupaten Subang dan dilaksanakan pelatihan/ bimbingan pengolahan pakan ternak di 3 kelompok tani ternak yaitu Kelompok Tani Ternak Cipta Mandiri Desa Parigi Mulya Kecamatan Cipunagara, Kelompok Tani Ternak Surya Wijaya Desa Sindangsari Kecamatan Cikaum dan Kelompok Tani Ternak Jaya Mandiri Desa Sindanglaya Kecamatan Tanjungsiang. Secara lebih rinci jumlah kelompok tani ternak yang ada di Kabupaten Subang tahun 2013 dapat dilihat pada tabel dibawah.

Klasifikasi kelompok tani ternak yang ada di Kabupaten Subang terdiri dari 73,02% pemula, 22,37% lanjut dan 0,14% madya. Prestasi kelompok tani ternak tahun 2013 Kabupaten Subang adalah sebagai berikut :

(30)

28 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

a. Juara 3 lomba kelompok tani ternak sapi perah Tingkat Propinsi Jawa Barat, diraih oleh Kelompok Tani Ternak Sugih Mukti Desa Kasomalangwetan Kecamatan Kasomalang.

b. Juara 3 lomba kelompok tani ternak itik Tingkat Propinsi Jawa Barat, diraih oleh

Kelompok Tani Ternak Srijaya Mulya Desa Padamulya Kecamatan

Cipunagara.

Tabel 2.9.

Jumlah Kelompok Tani Ternak di Kabupaten Subang Tahun 2013

No Komoditi

Klasifikasi Kelompok

Jumlah BD Pemula Lanjut Madya Utama

1. Sapi Perah - - 1 6 1 8 2. Sapi Potong - 145 46 10 - 201 3. Kerbau - 2 1 1 - 4 4. Domba - 295 83 3 - 381 5. Kambing - 3 2 - - 5 6. Ayam Buras - 11 - 1 - 12 7. Ayam Ras - 7 5 5 - 17 8. Itik - 39 17 5 - 61 9. Puyuh - 2 - - - 2 10 Burung Hias - 2 - - - 2 JUMLAH - 506 155 31 1 693

2.1.7.

Sarana Prasarana Penunjang Kegiatan Peternakan

Pembangunan peternakan di Kabupaten Subang tidak dapat dilepaskan dari pengembangan sarana dan prasarana penunjang peternakan sebagai fasilitas publik yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Sehubungan dengan hal tersebut dalam upaya meningkatkan pelayanan publik peternakan kepada masyarakat, maka pada tahun 2015 beberapa kegiatan telah direncanakan untuk dilaksanakan, antara lain :

 Penataan Pasar Hewan Pagaden dan Pasar Hewan Subang

 Pembangunan TPT Pabrik Pakan

 Pemagaran dan Pembangunan TPT RPH Ciasem

(31)

29 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc Pabrik Pakan Ternak

Ds.Dawuan Kidul Kec.Dawuan

Pos IB Pagaden Ds.Sukamulya

Kec.Pagaden

Pasar Hewan Pemerintah Ds.Sukamulya Kec.Pagaden

Hingga tahun 2013 jumlah sarana dan prasarana penunjang peternakan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.10.

Sarana dan Prasarana Penunjang Peternakan Di Kabupaten Subang Tahun 2013

No Sarana Prasarana Jumlah

(buah)

Kondisi (%)

1 RPH milik Pemerintah 3 43,33

2 Pasar Hewan milik Pemerintah 6 45,00

3 Pasar Hewan (sewa) 5 -

4 Pos Inseminasi Buatan (IB) 8 50,00

5 Puskeswan 1 70,00

6 Pos Keswan 2 30,00

Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Subang (2013), diolah

2.1.8. Pengamatan dan Penyidikan Penyakit Hewan

Penanganan kesehatan hewan di Kabupaten Subang hingga saat ini tetap mengacu kepada sistem kesehatan hewan nasional yaitu melalui pola pendekatan

penanganan kesehatan hewan (animal health approach) yang dipandang lebih

berhasil menangani masalah-masalah di bidang kesehatan hewan dibandingkan dengan pola pendekatan penanganan penyakit hewan (animal disease approach) sehingga kegiatan rutin yang dilakukan lebih bersifat pencegahan dan pengendalian daripada pemberantasan.

Kegiatan pengamatan dan penyidikan penyakit hewan memiliki tujuan dan sasaran antara lain untuk :

1. Mempertahankan Kabupaten Subang bebas penyakit zoonosis maupun strategis terutama AI, anthrax, rabies dan brucellosis.

(32)

30 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc 2. Mempertahankan wilayah Kabupaten Subang sebagai sentra investasi

agribisnis peternakan yang memiliki keunggulan daya saing baik di tingkat lokal, regional, maupun global.

3. Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap penyakit hewan menular strategis melalui kegiatan sosialisasi.

4. Meningkatkan kewaspadaan dini terhadap kemungkinan mutasi gen virus AI melalui surveillance epidemologi dan pemeriksaan untuk diagnosa

Berdasarkan hal tersebut diatas maka dilaksanakanlah beberapa kegiatan yang terkait dengan pembinaan kesehatan hewan di Kabupaten Subang, yaitu : 1. Pengamatan dan Penyidikan Avian Influenza (AI)

2. Pengamatan dan Penyidikan Anthrax 3. Pengamatan dan Penyidikan Rabies 4. Pengamatan dan Penyidikan Brucellosis

5. Pengawasan Kesehatan Hewan di Breeding Farm 6. Pengawasan Kesehatan Hewan Qurban

A.

Pengamatan dan Penyidikan Avian Influenza

Kasus AI mulai terdeteksi di Kabupaten Subang tepatnya pada triwulan IV tahun 2003 dimana sampai dengan saat ini kasusnya masih merupakan kasus aktif. Upaya yang dilakukanpun masih bersifat pengendalian dan pencegahan. Kalaupun terjadi kasus upaya pemberantasan yang dilakukan adalah depopulasi unggas di sekitar kejadian. Kegiatan surveillance AI dilaksanakan oleh Tim dari Kesehatan Hewan bersama dengan Tim PDSR (Partisipatory Disease Surveilans dan Respons) dengan hasil lapangan sebagai berikut :

Tabel 2.11.

Hasil Pengamatan dan Penyidikan Kasus Avian Influenza (AI) Di Kabupaten Subang Tahun 2013

Jenis

Ternak Jumlah Kasus Positif Rapid Test Positif Serolo gis Positif PCR Jumlah Kema-tian Total Populasi Ayam Buras 13 9 - - 542 816 Itik 12 - - - 5.492 11.867 Entog 1 - - - 1 4 Jumlah 26 9 - - 6.035 12.687

(33)

31 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc Tahun 2013 terjadi kematian unggas sebanyak 6.035 ekor yang diduga akibat kasus AI. Hasil pengujian menunjukkan 9 ekor positif rapid test. Untuk mengantisipasi penularan yang lebih luas di lokasi kasus telah dilakukan upaya pengendalian baik melalui vaksinasi, penyemprotan/desinfektan dan surveilans.

Selain dari kasus yang terjadi, pengamatan dan penyidikan penyakit AI juga dilakukan melalui pemeriksaan sampel darah unggas yang ada di masyarakat untuk mengetahui titer antibody unggas setelah vaksinasi AI dilakukan. Pada umumnya titer antibody AI akan meningkat atau menunjukkan protektifitas 3 minggu setelah vaksinasi. Hasil pemeriksaan sampel darah unggas milik masyarakat adalah sebagai berikut :

Tabel 2.12.

Hasil Pemeriksaan Antibodi Avian Influenza (AI) Unggas Milik Masyarakat Di Kabupaten Subang Tahun 2013

No Pengujian Tanggal Jenis Ternak Jumlah sampel Hasil Titer Antibodi

1 16-09-2013 Ayam Buras, Itik dan Entog 477 18,03%

Jumlah 477 18,03%

Hasil pemeriksaan titer antibody Avian Influenza menunjukkan bahwa secara umum unggas yang dipelihara oleh masyarakat memiliki protektifitas rendah (protektifitas < 70%) terhadap adanya serangan penyakit dari luar. Hal ini dapat dipahami mengingat pelaksanaan vaksinasi dan penerapan biosecurity di kalangan masyarakat masih belum berkesinambungan. Sosialisasi tentang penyakit Avian Influenza terus dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam rangka pengendalian penyakit tersebut.

B.

Pengamatan dan Penyidikan Anthrax

Penyakit anthrax pernah terdeteksi di Kabupaten Subang pada tahun 1961-1965. Sejak saat itu belum pernah ada lagi laporan berkaitan dengan kasus tersebut atau “0” kasus. Walau demikian kegiatan surveillans penyakit ini terus dilakukan sebagai tindakan untuk mewaspadai penyakit ini karena anthrax merupakan penyakit tahunan yang dapat muncul kembali secara tiba-tiba dalam kurun waktu 10 tahun kemudian.

(34)

32 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc Tabel 2.13.

Hasil Pengamatan dan Penyidikan Penyakit Anthrax Di Kabupaten Subang Tahun 2013

No Tanggal

Pengujian Jenis

Ternak Pemilik Ternak

Jumla h sampe l Hasil (+/-) Penguji Lab. 1 01-09-13 Domba Suhri, dkk 91 - 91 BP3HK JUMLAH 91 - 91

Pengujian spesimen anthrax dilakukan oleh Balai Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet (BP3HK) Cikole-Bandung dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular di Kabupaten Subang. Hasil pengujian laboratoris yang dilakukan pada sampel yang dikirim adalah negative anthrax. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan Good Veterinary Practice dalam wujud penerapan pengendalian penyakit hewan menular zoonosis di Kabupaten Subang sudah cukup baik karena dapat menekan tingkat kejadian (kasus) penyakit hewan menular khususnya anthrax hingga 0%.

C.

Pengamatan dan Penyidikan Rabies

Kasus penyakit rabies pernah dilaporkan terjadi di Kabupaten Subang pada tahun 1985 – 1996. Sejak itu belum pernah ada lagi laporan kasus terkait dengan penyakit tersebut. Walaupun begitu pelaporan terhadap kasus gigitan, observasi hewan tersangka rabies dan eliminasi vektor rabies terus dilakukan sebagai upaya pengendalian dan pencegahan penyakit tersebut. Pada tahun 2013 laporan penggigitan dan observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.14.

Laporan Penggigitan dan Observasi Penyakit Rabies Di Kabupaten Subang Tahun 2013

No Tanggal Jenis

Hewan Pemilik Korban yang Digigit Ket.

1. 02-01-2013 Anjing Koster Panjaitan Kp.Hegarmanah RT 3 RW 6 Kel.Wanareja Kec. Subang NN Kp.Hegarmanah RT 3 RW 6 Kel.Wanareja Kec. Subang Bebas rabies 2. 25-03-2013 Anjing Suhanda Kp. Pakuhaji RT 18/ RW 5 Ds. Pakuhaji Kec. Cisalak Sopandi (60 th) Kp. Pakuhaji RT 18/ RW 5 Ds. Pakuhaji Kec. Cisalak Bebas rabies

(35)

33 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc 3. 25-06-2013 Anjing Pd. Dewi Jl. Otista depan Pondok Dewi Ade Wahyu Kp. Curugrendeng Kec. Jalancagak Bebas rabies 4. 19-07-2013 Anjing Hari Kp Bulansari 21/07 Kel. Pasirkareumbi Kec. Subang Arum Kp Bulansari 21/07 Kel. Pasirkareumbi Kec. Subang Bebas rabies

Dari hasil observasi menunjukan bahwa anjing yang melakukan penggigitan dinyatakan bebas penyakit rabies.

D.

Pengamatan dan Penyidikan Brucellosis

Walaupun termasuk dalam kategori 4 Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) yang mendapat prioritas pengendalian di Jawa Barat dan termasuk dalam kategori 11 penyakit hewan menular strategis yang mendapat prioritas pengendalian di Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan Nomor : 103/TH.510/Kpts/DJP/0398, akan tetapi hingga saat ini penanganan dan pengendalian penyakit Brucellosis belum memperoleh perhatian yang maksimal bila dibandingkan dengan penyakit AI, Anthrax dan Rabies. Keterbatasan personal maupun anggaran menuntut dilakukannya skala prioritas untuk penanganan penyakit hewan menular di Kabupaten Subang. Secara rinci hasil pengamatan dan penyidikan penyakit brucellosis dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.15.

Hasil Pengamatan dan Penyidikan Penyakit Brucellosis Di Kabupaten Subang Tahun 2013

No Jenis Ternak Jumlah sampel Hasil Laboratorium Penguji

( + ) ( - )

1 Sapi Potong 231 - 231 BPPV-Subang/BBPHK Cikole

2 Sapi Perah 8 8 - BPPV-Subang

3 Kerbau 5 - 5 BPPV-Subang

4 Domba 116 - 116 BPPV-Subang

5 Kambing 20 - 20 BPPV-Subang

Jumlah 380 8 372

Hasil pengujian laboratorium penyakit brucellosis tahun 2013 menunjukan bahwa dari 380 sampel ditemukan 8 sampel atau 2,11% yang positif brucellosis (berdasarkan pemeriksaan tekhnik RBT) yaitu pada ternak sapi perah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa di Kabupaten Subang masih ada kasus brucellosis pada sapi perah yang memerlukan penanganan lebih lanjut.

(36)

34 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

E. Pengawasan Kesehatan Hewan di

Breeding Farm

Pengawasan kesehatan hewan di perusahaan pembibitan ayam ras (breeding farm) dilakukan melalui pengambilan sampel darah untuk mengetahui titer antibody unggas setelah vaksinasi AI. Pada umumnya titer antibody AI akan meningkat atau menunjukkan protektifitas 3 minggu setelah vaksinasi dilakukan.

Hasil pemeriksaan sampel darah unggas milik perusahaan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.16.

Hasil Pemeriksaan Antibodi Avian Influenza (AI) Unggas Milik Perusahaan Di Kabupaten Subang Tahun 2013

No Tanggal Jenis Ternak Pemilik Jumlah sampel Hasil Titer Antibodi

1 07-01-2013 Ayam Ras PT. Bibit Indonesia 20 100,00%

2 02-04-2013 Ayam Ras PT. CA Farm 2 80 96,25%

3 12-07-2013 Ayam Ras PT. CPJF Farm 3 95 100,00%

4 27-08-2013 Ayam Ras PT. CA Farm 1 125 76,00%

5 14-11-2013 Ayam ras PT. CPJF Farm 4 40 97,50%

6 15-11-2013 Ayam Ras PT. CPJF Farm 4 40 92,50%

Jumlah 400

Hasil pemeriksaan titer antibody AI menunjukkan bahwa unggas yang dipelihara oleh perusahaan memiliki protektifitas tinggi (>70%) terhadap adanya serangan penyakit dari luar. Hal ini dapat dipahami mengingat penerapan biosecurity di kalangan perusahaan relatif sudah sangat baik.

Selain untuk AI, pengawasan rutin kesehatan hewan di breeding farm juga termasuk dalam pemeriksaan pullorum dan mycoplasma. Pengujian pullorum dan mycoplasma dilaksanakan oleh Laboratorium Keswan dan Kesmavet Dinas Peternakan Kabupaten Subang yang dibantu oleh Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet (BP3HK) Cikole, Bandung. Adapun hasil pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

(37)

35 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc Tabel 2.17.

Hasil Test Pullorum Perusahaan Peternakan di Kabupaten Subang Tahun 2013

No Perusahaan Tanggal Pemerik

saan

Populasi

(ekor) Sampel (buah) Pullorum Mycoplasma Dubi

us Negatif Dubius Negatif 1. PT. CPJF F5 11-01-13 81.330 285 62 223 59 226 2. PT. CPJF F4 11-01-13 86.140 160 16 144 7 153 3. PT. Leong AP F3 18-01-13 84.730 163 0 163 0 163 4. PT. Malindo FM 18-01-13 16.301 30 0 30 0 30 5. PT. Quility Ind. 18-01-13 4.036 44 0 44 0 44 6. PT. CAP F4 30-01-13 31.190 61 13 48 0 61 7. PT. JAPFA 05-02-13 146.109 270 0 270 0 270 8. PT. Malindo FM 18-02-13 16.301 30 0 30 0 30 9. PT. Quility Ind. 18-02-13 3.912 45 0 45 0 45 10. PT. Leong AP F3 18-02-13 74.908 165 0 165 0 165 11. PT. CAP F4 27-02-13 30.810 60 17 43 13 47 12. PT. CPJF F4 27-02-13 82.695 239 14 225 27 212 13. PT. CAP F4 21-03-13 30.500 60 18 42 - - 14. PT. CAP F4 09-04-13 29.510 60 0 60 - - 15. PT. CA F1 12-04-13 167.562 288 0 288 16 272 16. PT. Leong AP F3 19-04-13 31.178 60 0 60 0 60 17. PT. Leong AP F2 19-04-13 58.658 120 0 120 0 120 18. PT. JAPFA 20-05-13 137.148 160 0 160 0 160 19. PT. Leong AP F3 31-05-13 27.564 60 0 60 0 60 20. PT. Leong AP F2 31-05-13 57.620 120 0 120 0 120 21. PT. CPJF F3 18-06-13 31.720 60 0 60 0 60 22. PT. JAPFA F2 21-06-13 133.650 160 0 160 0 160 23. PT. Leong AP F1 09-07-13 24.287 30 0 30 0 30 24. PT. Leong AP F2 09-07-13 71.079 100 0 100 0 100 25. PT. CPJF F3 16-07-13 3.172 64 0 64 0 64 26. PT. Leong AP F1 30-07-13 21.858 30 0 30 0 30 27. PT. Leong AP F2 30-07-13 70.421 100 0 100 0 100 28. PT. CPJF F3 30-07-13 34.330 64 0 64 4 60 29. PT. CPJF F3 27-08-13 3.433 64 3 61 19 45 30. PT. CAP F2 03-09-13 34.050 64 7 57 3 61 31. PT. CAP F2 08-10-13 32.400 64 3 61 9 55 32. PT. CAP F2 08-10-13 33.650 64 1 63 12 52 33. PT. Leong AP F1 11-10-13 89.202 120 0 120 0 120 34. PT. Malindo FM 11-10-13 15.970 20 0 20 0 20 35. PT. CAP 30-10-13 32.075 80 4 76 6 74 36. PT. Malindo FM 15-11-13 15.970 20 0 20 0 20 37. PT. Leong AP F1 15-11-13 89.202 120 0 120 0 120 38. PT. CA F2 09-12-13 94.255 160 2 158 1 159 JUMLAH 2.028.926 3.864 160 3.704 113 3.568 Hasil test pullorum menunjukkan bahwa dari 3.864 sampel yang diuji

95,86% atau 3.704 sampel negatif pullorum, sedangkan untuk test mycoplasma

Referensi

Dokumen terkait

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut

Pada data citra yang didapat, nilai konsentrasi klorofil-a untuk perairan Selat Bangka menunjukkan tidak adanya nilai klorofil-a baik pada citra harian tanggal 3 dan 4 Maret

Pada penelitian yang dilakukan oleh Gumulec (2013), penggunaan antipsikotik generasi pertama/tipikal menggunakan haloperidol secara signifikan dapat

Kabela dan Hidayat (2009) melakukan penelitian tentang Pengaruh Peristiwa Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden 9 juli 2009 Di Indonesia Terhadap Abnormal Return Di

Sanitasi lingkungan dan perilaku hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan buang air besar sembarangan, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas,

Fungsi terkait untuk menangani permasalahan tersebut biasanya pakai trigger mas, namun sepengetahuan saya, di MySQL kita tidak dapat memanipulasi row pada tabel yang

Secara umum jenis tanah dominan yang terdapat di DAS Citanduy berupa latosol dengan bahan induk Tuff Vilkan yang sangat peka erosi. Jenis tanah ini

Penamaan anak Rangga Lawe itu cukup aneh karena merujuk pada gelar yang diberikan Raden Wijaya kepada tokoh tersebut dalam Kidung Rangga Lawe meski itu juga terjadi