• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDEKATAN TEMATIK DALAM PENGAJARAN MENGGAMBAR PADA ANAK USIA DINI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDEKATAN TEMATIK DALAM PENGAJARAN MENGGAMBAR PADA ANAK USIA DINI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDEKATAN TEMATIK

DALAM PENGAJARAN MENGGAMBAR PADA ANAK USIA DINI

Oleh: Aprillia

(Dosen Seni Rupa FBS Unnes, Magister Pendidikan Seni Alamat: Jl. Argomukti 764 Semarang. Telp. 024 6712242

Abstrak

Taman Kanak-Kanak II Pertiwi Semarang masih menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 karena Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) belum diberlakukan. TK sebagai tingkat dasar pendidikan bagi anak-anak sebelum memasuki pendidikan formal, melaksanakan pendidikan berdasarkan karakteristik anak usia dini dalam rangka pertumbuhan potensinya. Penelitian ini dilatar-belakangi oleh situasi lingkungan yang berpengaruh terhadap pengayaan tema dalam pelaksanaan pembelajaran menggambar, dengan permasalahan tentang implementasi pendekatan tematik dalam pengajaran menggambar di TK. Tujuan penelitian ini ialah menguraikan proses pengajaran menggambar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya bagi perkembangan fungsi-fungsi jiwa dan keterampilan anak. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif-analitis yang menggambarkan dan menguraikan pembelajaran menggambar dengan menghasilkan data secara kualitatif dalam perspektif paedagogis dan psikologis. Sasaran penelitian tentang implementasi pendekatan tematik dalam pengajaran menggambar ditinjau dari berbagai aspek, melalui hasil pengumpulan data dari pihak sekolah, orangtua, dan anak didik, yang diperoleh dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Keabsahan data didapat dengan menggunakan teknik triangulasi, yang mendukung pelaksanaan pengajaran menggambar, kemudian dianalisis dengan model interaktif, dan diamati melalui hasil gambar anak-anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pengajaran menggambar dengan pendekatan tematik yang dilaksanakan di TK II Pertiwi Semarang adalah memperlancar proses pembelajaran karena penjabaran tema-tema yang terdapat dalam kurikulum tersebut mudah diterima, memberi keleluasaan bagi pengembangan fungsi-fungsi jiwa dan pelatihan bagi keterampilan motorik anak. Hasil gambar menunjukkan spontanitas goresan, kebebasan pada pilihan jenis warna, dan media yang dipakai oleh anak. Sebagai kurikulum yang berfokus pada pendidikan bagi perkembangan kemampuan anak, peran guru sangat penting, maka metode dan strategi pengajaran guru harus lebih kreatif, tidak perlu selalu memberi contoh di papan tulis, supaya anak berpikir kreatif, imajinatif, dan ekspresif. Bagi perkembangan kemampuan motoriknya, permainan teknik melalui media gambar perlu lebih beragam.

Kata Kunci: implentasi, tematik, usia dini, menggambar

Pendahuluan

Kurikulum 2004 menekankan pada kegiatan individual sehingga secara umum pula kurikulum ini dapat dikatakan sebagai “suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan (kompetensi) melakukan tugas-tugas dengan standar

performasi tertentu hingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik…”, demikian menurut Mulyasa (2003: 39). Secara umum Kurikulum 2004 bertujuan agar kualitas pembelajaran semakin meningkat dan berkembang melalui strategi dan metode

(2)

dalam proses belajar mengajar yang berpusat pada peserta didik.

Pencapaian kompetensi anak dalam kurikulum 2004 pada pendekatan pembelajar-an di TK, di pembelajar-antarpembelajar-anya adalah pembelajarpembelajar-an dengan menggunakan pendekatan tematik, yakni salah satu pendekatan pembelajaran yang selama ini dilaksanakan di TK, dengan menggunakan pembelajaran berdasarkan tema-tema dalam kurikulum. Pembelajaran tersebut merupakan kegiatan pembelajaran yang mempunyai keterkaitan antarkegiatan (berbagai bidang), bersumber dari tema yang menarik minat anak, menyenangkan, dan mengembangkan pengetahuan serta me-nambah pengalaman bagi anak, sesuai dengan pernyataan Jazuli (2008: 177-178) bahwa, pembelajaran dengan pendekatan tematik merupakan kegiatan yang bertolak dari minat dan keinginan siswa, yang mempunyai manfaat dalam pembelajaran di antaranya mengga-bungkan beberapa kompetensi dasar beserta indikator dan isinya.

Menggambar sebagai salah satu bentuk pendidikan seni yang diberikan pada anak usia dini. Aktivitas menggambar dimaknai untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian anak agar kemampuan logika dan emosinya bertumbuh seimbang. Secara psikologis anak menggambar berarti mengungkapkan gagasan dan emosinya, apa yang dipikir dan dirasa dalam suatu bentuk yang ada pada gam-barnya, juga sebagai proses pendidikan membina aspek kognitif, membina aspek afektif agar memiliki sensitivitas, apresiasi, dan peng-alaman estetis, serta aspek psikomotoris yang melatih keterampilan menggunakan media dan teknik gambar sederhana yang dikuasai anak. Selaras dengan pendapat Riyanto dan Handoko (2004: 10) bahwa sejak usia dini anak-anak hendaknya dilatih keterampilan tangannya karena keterampilan tangan merupakan jendela pengetahuan.

Pembelajaran di TK dan RA dimaknai sebagai bimbingan, bukan tuntutan belajar untuk mencapai hasil berdasarkan intelektual, tetapi belajar melalui bermain atau permainan. Hal ini ditandaskan oleh Suyanto (2005: 114) bahwa, bermain merupakan faktor penting dalam kegiatan pembelajaran dan esensi bermain harus menjadi jiwa dari setiap kegiatan pembelajaran usia dini. Oleh karenanya, menggambar sebagai bagian dari sarana pendidikan seni memberikan kebebasan dalam pelaksanaan berproses kreatif, imajinatif, maupun ekspresi yang dipunyai anak, melalui bermain atau bercerita.

Salah satu lembaga pendidikan formal bagi anak usia dini, TK II Pertiwi di Kecamatan Gayamsari kota Semarang dijadikan obyek penelitian ini. Lokasi TK II Pertiwi berada di antara Perumahan Pemda Provinsi Jawa Tengah, dan berbagai kantor dinas pe-merintahan yang melayani kepentingan masyarakat, serta tidak jauh dari keramaian lalu-lintas. Kondisi ini menimbulkan asumsi bahwa, lingkungan tersebut memberi dampak untuk pengayaan materi kegiatan terhadap pembelajaran menggambar, dalam melak-sanakan KBK 2004 yang menyajikan berbagai subtema pada tiap tema yang ada dalam kurikulum tersebut. Kondisi dan situasi TK yang demikian cukup kompleks suasananya, sangat menarik bagi penulis untuk menjadikannya sasaran penelitian.

Melalui pendekatan tematik yang disajikan dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan bagi pengembangan kemam-puan dasar anak serta didukung oleh lingkungan setempat tersebut, maka hal itu menjadikan peneliti ingin menelaah lebih dalam. Berbagai faktor dalam proses dan hasil pembelajaran pada kurikulum, yang salah satunya menerapkan pengajaran melalui pendekatan tematik, merupakan suatu hal yang perlu dikaji.

(3)

Dilatarbelakangi oleh uraian yang telah dikemukakan, maka masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana aktivitas pengajaran menggambar, pengaruh lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga bagi anak dalam pengajaran menggambar, perkembangan fungsi-fungsi jiwa dan keterampilan anak melalui pengajaran menggambar, serta bagaimana hasil gambar anak melalui implementasi pendekatan tematik dalam pengajaran menggambar pada anak usia dini di Taman Kanak-Kanak Pertiwi II Kota Semarang.

Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dijelaskan bahwa, tujuan penelitian ini ialah memaparkan proses pengajaran menggambar yang dilakukan guru dan aktivitas anak dalam penggunaan pendekatan tematik; menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi pengajaran menggambar dengan pendekatan tematik; menjelaskan perkembangan fungsi-fungsi jiwa dan keterampilan anak melalui pengajaran menggambar dengan pendekatan tematik, serta menganalisis hasil gambar anak melalui implementasi pendekatan tematik yang diberikan oleh guru di TK II Pertiwi Kota Semarang.

Tinjauan Pustaka

Lingkup dan Karakteristik Anak Usia Dini Anak usia dini pada umumnya mempunyai kebiasaan yang menjadi karakternya, yaitu suka bermain. Bermain atau gerak mendorong dan memberi kesempatan kepada anak untuk berkreasi, di samping itu juga rasa ingin tahunya tinggi dan suka bertanya (Hawadi 2001:8) yang menunjukkan karakternya, sehingga masa-masa ini anak menjadi kreatif, lebih lagi didukung oleh suasana dan kondisi dalam keluarganya yang berlandaskan pada keakraban situasi, penuh kasih, ceria, dan bebas (bukan dari keluarga

yang otoriter, tetapi demokratis). Berkaitan dengan hal itu Munandar (1999:92) menutur-kan bahwa orangtua yang percaya untuk memberikan kebebasan kepada anak cenderung menjadikan anak kreatif. Selain itu bermain fantasi adalah normal dan berguna, dapat membantu anak menghadapi beberapa masalah psikologi dan dapat merangsang kreativitas (Munandar 1999: 94), sehingga bagi anak, cerita merupakan hal yang menyenang-kan, karena seolah-olah anak dibawa masuk ke dalam cerita tersebut, melalui imajinasinya. Untuk membangkitkan kreasi dan imajinasi anak berdasarkan karakternya, motivasi yang mudah dilakukan adalah bercerita dengan bermacam tema atau subtema. Penyampaian tema atau subtema dengan bercerita tersebut melatih anak dapat mengintegrasikan pengalaman dengan lingkungannya (keluarga, teman, alam sekitar). Sehubungan dengan hal ini, Salam (2001:35) menyatakan bahwa, sering ditemui gambar anak yang berisi cerita, karena gambar adalah cerita anak tentang diri sendiri dan lingkungannya.

Keunikan karakter anak usia dini dalam bentuk gambar sering berupa simbol, apa pun tema atau subtema yang dikerjakannya yang memiliki makna tertentu dari rentetan imajinasi, cerita, gagasan, atau apa pun yang diekspresi-kan. Dalam situasi dan aktivitas demikian sesungguhnya mereka belajar sambil bermain. Menurut Syah (2000:113) mereka seolah-olah sedang menceritakan gagasan, imajinasi dari pengalamannya ke dalam bentuk goresan gambarnya dan belajar merupakan aktivitas yang berproses. Biasanya yang diutamakan dari objek yang ditangkap anak adalah yang aktif (Herawati dan Iriaji 1997: 41), atau yang paling menarik perhatian dari objek tertentu.

(4)

Pengertian Menggambar bagi Anak Usia Dini

Visualisasi tindakan kreatif mampu terungkap dalam karya seni, atau hasil dari imajinasi yang dimiliki anak. Pengalaman atau peristiwa yang dialami oleh anak tersebut, dirasakan dan diolah dalam bentuk imajinasi sebagai langkah pada tindak kreatif (belum direalisasikan). Sesuai dengan pendapat Rohidi (2000:120) bahwa, dunia seni adalah dunia imajinasi, maka sudah pada tempatnya apabila anak menceritakan imajinasinya itu ke dalam salah satu karya seni yaitu dengan menggambar.

Kesulitan anak-anak untuk meng-ungkapkan pengalaman dengan kata-kata lewat gerak dan lagu atau bunyi dapat divisualisasikan melalui seni dengan berekspresi, bereksplorasi, dan dialihkan dalam bentuk gambar. Gambar adalah realita ungkapan imajinasi atau wujud yang diinterpretasikan sesuai perkembangan imajinasi yang menjadikan anak kreatif, karena kekuatan kreativitas muncul dan kuat ketika anak membuka kemampuan imajinasinya. Artinya kemampuan yang memungkinkan adanya perkembangan gagasan terhadap pemaknaan tertentu sebagai kemampuan imajinasinya, yang ditandaskan oleh Tedjoworo (2001:95) bahwa, “anak yang kreatif, karena ia kuat daya imajinasinya”.

Menggambar bagi anak adalah bentuk dari hasil pengalaman ekspresi dan imajinasinya yang kreatif. Dalam berkarya seni (menggambar) bentuk ekspresi emosional adalah ungkapan kebebasan dan demokrasi berpikir, berkreasi, dan bertindak positif. Lebih mengutamakan kepentingan ungkapan fungsi jiwa yang menekankan pada proses kegiatan untuk mengembangkan kepribadian. Dengan demikian menggambar sebagai sarana pendidikan memberikan kebebasan dalam pelaksanaan berproses kreatif, sehingga guru

juga harus mempunyai kemampuan berkreasi, seperti pernyataan Barrett (1982:78), “a large

of art teachers considers creativity to be an important and element of art education, …”

Melalui menggambar, anak dapat merefleksikan kebutuhan jiwa dan fisiknya (gerakan tangan), sehingga begitu banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan kegiatan tersebut. Secara leluasa, anak dapat memilih media yang akan dipakai, sehingga melalui menggambar mereka mempunyai kesempatan bereksplorasi terhadap media tersebut. Oleh sebab itu peranan pendidikan seni rupa (dalam hal ini menggambar) dapat sebagai alat bermain, relevan dengan masa perkembangan jiwa anak yang pada dasarnya sudah memiliki sifat senang bermain. Senada dengan hal itu, Wachowiak dan Ramsay (dalam Ismiyanto 1994:49) menyatakan bahwa, guru harus mengetahui subjek pendidikan seni rupa (di dalamnya yaitu menggambar) dan karakteristik anak.

Secara visual anak dapat mengko-munikasikan permainan dan cerita yang dibangun melalui ekspresi, imajinasi, dan kreasinya, sehingga bentuk-bentuk gambar mereka sebenarnya adalah ‘simbol’ yang dimaknai sebagai bentuk gagasan dan imajinasi kreatif, yang secara kognitif membutuhkan binaan. Melalui menggambar anak dapat merefleksikan kebutuhan jiwa dan fisiknya, karena untuk anak TK, gambar adalah bentuk komunikasi yang divisualkan.

Pengajaran Menggambar di TK

Pengajaran menggambar (bagian dari aspek seni) bertujuan supaya anak mempunyai kemampuan dasar untuk mengekspresikan diri dengan menggunakan berbagai media, bahan, dalam berkarya seni melalui kegiatan eksplorasi (Depdiknas 2004:25). Berarti bahwa, dalam pengajaran menggambar digunakan pendekatan yang berbasis anak, yang disebut student centered dengan tipe

(5)

demokratis, seperti yang ditandaskan oleh Sudjana (1989:158) yaitu proses pengajaran yang berpusat kepada siswa, bukan kepada guru atau pengajar.

Melalui tahapan-tahapan dalam pengajar-an menggambar pada kurikulum 2004 ypengajar-ang dilakukan dengan pendekatan tema dapat disampaikan kepada anak-anak disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau lingkungan setempat. Sajian tema sebagai materi dalam proses pengajaran menggambar tersebut, tidak lepas dari tujuan membina fungsi-fungsi jiwa anak, seperti yang telah disinggung sebelum-nya yaitu, kreasi, imajinasi, dan ekspresi, dengan tidak mengabaikan fungsi keteram-pilannya (dalam hal ini spontanitas meng-gores).

Dapat disimpulkan bahwa, melalui pengajaran menggambar yang mencakup berbagai tema dalam kurikulum 2004 di TK dan RA bertujuan untuk memenuhi kepentingan perkembangan potensi anak. Tersirat di dalamnya yaitu, pembentukan fungsi-fungsi jiwa anak dalam bentuk karya-karya gam-barnya.

Pendekatan Tematik dalam Pengajaran Menggambar di TK

Salah satu bentuk pendidikan seni melalui pengajaran menggambar yang bertujuan meningkatkan kemampuan fungsi-fungsi jiwa dan keterampilan anak, dilandasi oleh konsep pendidikan itu sendiri secara luas untuk “membangun watak manusia yang mencakup pencapaian perubahan knowledge dan skill” (Salim 2004:84). Pendidikan tersebut memberi peluang kepada anak untuk mempunyai kebebasan dan mengembangkan potensi yang ada, serta dimilikinya.

Potensi anak dapat berkembang apabila anak aktif, dan untuk lebih memotivasinya dibutuhkan pendekatan yang dapat menum-buhkan atau meningkatkan fungsi-fungsi

jiwanya melalui pengajaran menggambar sebagai bagian dari bentuk pendidikan yang dimaksud. Melalui metode yang disampaikan oleh guru (cerita, bermain, dan lainnya) dalam pengajaran menggambar dapat mempermu-dah anak menangkap materi untuk diungkap-kan dalam karya-karya gambarnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan tematik, yaitu salah satu bentuk pendekatan pembelajaran pada kurikulum 2004 yang diberlakukan di TK, karena dapat dilakukan secara terpadu, seperti yang dikatakan Suyanto (2005: 31) bahwa, pembelajaran untuk anak usia dini sebaiknya terpadu.

Pendekatan tematik dalam kurikulum TK dan RA 2004 merupakan bagian dari pendekatan pembelajaran dalam pendidikan, yang dirancang dan mengacu pada tema. Tema sebagai alat atau sarana untuk mengenalkan berbagai konsep pada anak, adalah sebagai motivasi yang menggerakkan ide, ekspresi, kreasi, dan imajinasinya dari lingkungan, yang memberi pengalaman untuk menumbuh-kembangkan kemampuan, serta berapresiasi terhadap lingkungan tersebut. Pendekatan tematik melalui cerita dapat menjadi motivasi yang dipakai untuk pengem-bangan fungsi-fungsi jiwa anak dalam gambar-gambarnya. Dengan demikian, selain tema atau subtema yang sudah tertera di kurikulum, guru perlu mengembangkannya dari lingkung-an setempat atau alam sekitar, sebab melalui ‘faktor alam lingkungan, membawa anak untuk berapresiasi’ (Syafii 1987:51). Alam lingkungan banyak memberi motivasi pada anak untuk bercerita yang dapat menumbuhkan apresia-sinya, dan apresiasi tersebut dapat diterapkan ke dalam bentuk karya seni (gambarnya).

Dalam konsep pendidikan, pendekatan tematik dapat merupakan motivasi bagi perkembangan kemampuan belajar anak melalui bimbingan sebagai suatu proses, sehingga perwujudan potensi anak itu semakin

(6)

tampak dalam kegiatannya secara optimal. Melalui pendekatan tematik dalam proses pengajaran menggambar pada pendidikan seni di TK tersebut adalah, memberi pengayaan materi yang dikenal dan mudah diterima anak sebagai media pembelajaran untuk berima-jinasi yang kreatif dan ekspresif.

Metode Penelitian

Pendekatan dan Fokus Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong 2000:3) sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, sehingga metode yang peneliti pilih adalah metode deskriptif-analitis.

Permasalahan yang diungkap dan dibahas dalam penelitian ini disajikan secara sistematis dan bertujuan ingin menggambarkan dan menguraikan (mendeskripsikan) tentang keadaan atau status fenomena (Moleong 2002: 17), bagaimana pandangan guru dan pihak sekolah terhadap pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan kurikulumnya yang berbasis kepada kemampuan anak. Namun tidak menutup kemungkinan dengan melakukan beberapa pendekatan yang dapat dijadikan pendekatan-pendekatan pendukung. Hal ini terkait dengan pernyataan Miles dan Huberman (1992:28), bahwa untuk mengkaji masalah tertentu dapat digunakan beberapa pendekatan, dan sehubungan dengan penelitian ini, maka dipakai juga pendekatan psikologis, karena berkaitan dengan sikap dan karakter anak melalui hasil gambar mereka.

Sasaran dan Lokasi Penelitian

Sasaran penelitian ini ialah implementasi pendekatan tematik dalam pembelajaran menggambar yang ditinjau dari berbagai aspek yaitu, metode, materi, media, interaksi, iklim

sekolah, dan evaluasi yang dilaksanakan pada proses dan hasil pembelajaran di TK II Pertiwi, Kota Semarang. Di samping itu sasaran penelitian ini mengarah pada hasil gambar anak-anak berdasarkan pembelajaran dari para guru dengan pendekatan tematik, dan kemungkinan-kemungkinan faktor lain yang mempengaruhi atau melingkupinya.

Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Data diperoleh dari guru, sebagai pembina peserta didik yang merupakan sumber utama dalam melaksanakan metode dan strategi pembelajaran dengan pendekatan tematik dalam mengajar menggambar. Data lain diperoleh dari kepala sekolah, sebagai sumber pendukung dan pelaku kebijakan sistem pendidikan dalam menjalankan kurikulum yang diterapkan pada sekolah yang dipimpinnya. Data pelengkap juga diperoleh dari peserta didik (anak-anak kelompok kelas B di TK II Pertiwi) sebagai pelaku yang beraktivitas dari pembelajaran dengan pendekatan tematik yang diterapkan oleh guru. Di samping itu juga, orang tua anak sebagai sumber pendidik dari keluarga yang kemungkinan besar dapat mempengaruhi perilaku, sikap, dan kemampuan anak dalam beraktivitas menggambar.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara. Observasi dan dokumentasi dilakukan pada waktu proses pembelajaran berlangsung, maupun pada hasil kegiatan yang dilakukan secara visual atau aspek lain yang terkait. Wawancara dilakukan pada saat yang memungkinkan terjadinya wawancara tersebut, namun tetap fokus pada masalah yang dikaji. Instrumen untuk mengumpulkan data disusun dalam bentuk pedoman observasi, pedoman wawancara, dan catatan dokumentasi.

(7)

Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992: 20), yang di dalamnya terdapat empat komponen yang saling berkaitan, berinteraksi, dan tidak dapat dipisahkan, yakni pengum-pulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Dalam menganalisis data digunakan analisis kualitatif, yaitu berupa uraian kata-kata, kemudian disusun dalam bentuk penjelasan yang sesuai dengan keadaan di lapangan. Data yang telah direduksi, disajikan dalam bentuk teks naratif, dan foto hasil gambar anak-anak TK yang diteliti. Berdasarkan analisis hasil reduksi dan penyajian data, kemudian dilakukan verifikasi atau penarikan simpulan.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Metode Pelaksanaan Pengajaran Menggambar

Perancangan pembelajaran terlebih dahulu adalah menentukan metode yang akan digunakan agar proses mengajar guru dan hasil belajar anak berdampak positif. Dalam hal ini, rancangan dan penerapan pembelajaran yang dilakukan oleh guru diintegrasikan dengan karakter atau perkembangan tingkat usia anak, sehingga pelaksanaan pembelajaran tersebut berjalan lancar dan tepat. Proses pembelajaran tersebut dilaksanakan dengan metode bercerita dan peragaan (menunjukkan contoh benda yang berhubungan dengan tema, atau memberi contoh gambar di papan tulis). Kedua metode itu selalu mengacu pada tema yang disampaikan pada anak-anak didiknya, yang menurut para guru bertujuan agar mereka mudah menangkap dan memahami isi materi (kegiatan) untuk digambar.

Metode bercerita merupakan metode yang lazim dilaksanakan untuk anak-anak TK,

sesuai karakter anak TK yang memang suka mendengarkan cerita. Didukung oleh Hidayat (2003: 45) mengatakan, metode cerita sering dilakukan oleh guru-guru TK, karena cerita mempunyai perbagai tujuan di antaranya mengembangkan kemampuan dasar untuk mengembangkan daya cipta, dalam pengertian membuat anak kreatif serta berolah tangan sebagai latihan motorik halus. Di samping itu yang tidak dapat diabaikan, anak suka dengan cerita yang imajinatif, karena seturut ungkapan Hurlock (1978: 336) anak sendiri suka berimaji-nasi, dan cenderung egosentrik, menyukai cerita yang berpusat di sekitar dirinya.

Di samping bercerita, kadang antara guru dan anak-anak didiknya bertanya-jawab melalui alat peraga yang berkaitan dengan subtemanya, kemudian guru menggambar di papan-tulis (demonstrasi). Gambar di papan tulis bukan untuk dicontoh, tetapi sebagai penjelasan subtema yang dirancang, seperti asas demonstrasi yang diungkapkan oleh Alipandie (1984: 87) dan Soetomo (1993: 162) yang mengatakan bahwa, pengajaran dengan memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang suatu proses, atau cara yang ingin menjelaskan tentang bagaimana proses dalam membuat atau melakukan sesuatu.

Selama proses pengajaran berjalan, secara tidak langsung anak diajak bermain, dengan menggunakan media pastel (crayon) dan pinsil warna, sehingga keterampilan motorik anak itu pun dapat terbina. Pengguna-an media dPengguna-an teknik yPengguna-ang dilakukPengguna-an Pengguna-anak-Pengguna-anak melalui pembelajaran menggambar, merupa-kan metode bermain yang diberimerupa-kan guru sebagai cara untuk melatih keterampilan dan memotivasi anak bereksperimen serta memiliki sikap spontan.

Sajian Materi Pengajaran Menggambar di TK II Pertiwi

Sajian materi yang berupa kegiatan berdasarkan tema-tema yang tertera dalam

(8)

kurikulum, adalah sebagai acuan inti kegiatan yang dilakukan dalam pengajaran meng-gambar. Tema-tema dijabarkan dalam berbagai subtema yang digambar oleh anak-anak seringkali diberi motivasi terlebih dahulu melalui cerita, gerak tubuh, atau nyanyian/lagu. Cerita atau gerak dan lagu tersebut memberi gagasan untuk dijadikan unsur atau bentuk-bentuk gambar yang menjelaskan dari tema yang dimaksud.

Sebagai pengajar menggambar, guru TK II Pertiwi mempunyai tugas keterampilan khusus yang tidak lepas dari nilai-nilai apresiasi dan keindahan yang dimilikinya. Materi akan mudah disajikan dan dengan mudah pula diterima olah anak-anak, apabila guru mempunyai dasar keterampilan dan kemam-puan apresiasi tentang keindahan. Karenanya, Tientje dan Iskandar (2001: 69) juga mengingatkan bahwa, peran guru sangat dominan dalam keseluruhan proses belajar mengajar.

Penggunaan Media dalam Pengajaran Menggambar di TK II Pertiwi

Media dalam pelaksanaan mengambar yang dilakukan anak-anak di TK II Pertiwi pada umumnya menggunakan crayon atau pinsil warna, mereka dapat bereksplorasi melalui permainan warna, karena media dapat dijadikan alat komunikasi. Keinginan mengungkapkan ide, kreasi, dan imajinasi, dapat dituangkan dengan media yang dipakainya.

Dalam proses menggambar, media merupakan alat komunikasi yang mampu memperlancar proses interaksi pada proses pembelajaran. Penggunaan media bagi guru juga dapat menunjang proses pengajaran di kelas, sebab melalui media yang sesuai dengan tujuan, akan terjadi interaksi belajar mengajar yang maksimal, membantu melakukan komunikasi aktif pada anak didiknya, sehingga dapat mencapai hasil

belajar. Selain itu, pemanfaatan media bagi anak dapat dikatakan sebagai proses belajar anak untuk menjadi lebih interaktif, membantunya untuk melakukan komunikasi secara aktif pula.

Interaksi Guru dan Anak dalam Aktivitas Pengajaran Menggambar

Hubungan antara guru dan anak di TK II Pertiwi dalam setiap aktivitas pembelajaran diliputi dengan suasana santai walau dalam kondisi berkegiatan itu juga mengandung suasana gembira, sebagaimana pembawaan anak yang dalam hal ini membuat anak menjadi semakin semangat. Interaksi yang terjalin dalam proses belajar mengajar anak di TK tersebut menunjukkan interaksi yang tinggi, karena terjadi pembelajaran yang aktif. Guru aktif memberikan motivasi agar anak selalu merespon tugas-tugas yang diberikan, sementara anak pun aktif mengikuti kegiatan dengan penuh antusias. Jelas terlihat bahwa guru berusaha mengembangkan kegiatan yang dapat melibatkan anak secara aktif dalam proses belajarnya berdasar tujuan instruksi-onalnya, yaitu kegiatan yang menumbuhkan kreativitas anak sesuai karakteristik gambar dan karakteristik anak itu sendiri.

Pengaruh Lingkungan terhadap Pengajaran Menggambar

Lingkungan dalam arti luas mencakup dari berbagai aspek, tidak terbatas pada pengertian alam sekitar, tetapi lingkungan di manapun anak berkegiatan, baik di sekolah, maupun di lingkungan tempat tinggal atau di rumahnya, yang dapat mempengaruhi aktivitas menggambarnya.

Tema-tema yang disajikan guru, serasa diterima dengan mudah dan lancar oleh anak-anak karena lingkungan di sekitar sekolah tersebut sangat mendukung. Bagaimana pun lingkungan sekitar, baik fisik maupun sosial berinteraksi, dapat mempengaruhi gambar anak. Sebab dari lingkungan yang ada dapat

(9)

dimodifikasi dan diadaptasi untuk berkreasi melalui gambarnya.

Sama halnya lingkungan di sekolah, gambar anak kadang mendapat pengaruh dari lingkungan tempat tinggalnya, yang juga sedikit banyak berpengaruh terhadap proses dan hasil gambarnya. Anak dapat kreatif karena memperoleh banyak dorongan dari orangtua untuk melakukan hal kreatif pula. Oleh sebab itu, orangtua dapat mengikuti perkembangan anak dan hasil belajarnya, dengan tidak memaksa anak untuk beraktivitas di luar batas kemampuannya.

Evaluasi dalam Pengajaran Menggambar Kegiatan menggambar tidak dapat dinilai dengan ukuran secara matematis melalui angka, sehingga memiliki kriteria tersendiri untuk melakukan hal-hal yang tertib, disiplin, dapat menjaga kerapian, kerajinan dan keindahan. Oleh sebab itu, objektivitas guru mengevaluasi sangat diperlukan untuk menghasilkan nilai yang sesuai dengan kenyataan terhadap karya berdasarkan tingkat kemampuan anak. Selama penilaian dilakukan dalam penentuan atau pemberian penilaian pada karya anak-anak, tidak semata-mata gambar anak sesuai dengan tema yang diberikan dan kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi, tetapi bagaimana guru mempertanggung-jawabkan pengajarannya melalui informasi dalam bentuk penilaian yang diberikan. Dapat disimpulan bahwa, pelak-sanaan evaluasi dalam pengajaran menggam-bar merupakan sistem, yang ditinjau dari berbagai aspek sebagai pertimbangan pada evaluasi melalui proses dan hasil gambar itu sendiri.

Aktivitas, Pengaruh Lingkungan, Perkem-bangan Fungsi-fungsi Jiwa dan Hasil Gambar Anak dengan Pendekatan Tematik Apabila dicermati, kegiatan menggambar berkaitan erat dengan fungsi-fungsi jiwa yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya usia, lingkungan, sarana dan prasarana, termasuk pula dari pendidiknya. Pada anak usia dini pembinaan menggambar mengarah untuk pembentukan pribadinya yang spontan, tidak ragu-ragu waktu melakukan sesuatu (dalam menggambar). Mereka berolah seni untuk mewujudkan sesuatu yang merupakan hasil aktivitasnya. Hal ini didukung oleh pernyataan Affandi (2001: 128) bahwa, berolah seni bagi anak-anak tidak ubahnya sebagai aktivitasnya dalam bermain, yaitu bermain dengan warna melalui alat pinsil warna atau dengan crayon, untuk mewujudkan aspek-aspek jiwanya.

Aktivitas menggambar yang dilakukan melalui pilihan tema tertentu sesuai dengan kurikulum, dikondisikan dalam situasi yang menyenangkan, selalu ada interaksi antar teman dan gurunya, sehingga selalu ada suasana yang gembira. Hal ini bisa terjadi karena posisi tempat duduk diatur tidak formal menghadap ke papan-tulis atau menghadap ke satu arah, tetapi posisi mereka saling berhadapan. Setting ruang dibuat agar antar anak akrab dan guru leluasa berpindah dari kelompok satu ke kelompok yang lain, anak membutuhkan suasana yang akrab, kedekatan fisik, dan bisa kontak mata dengan guru. Pengaruh Lingkungan pada Gambar Anak

Pengaruh lingkungan terhadap gambar anak dapat dilihat pada faktor lingkungan sekolah yang ditinjau dari 2 aspek, yaitu dari dalam kelas, dan dari luar kelas (faktor di dalam kelas dipengaruhi antara lain dari guru yang mengajar dan situasi serta kondisi kelas itu sendiri, sedangkan dari luar kelas adalah lingkungan pada masyarakat dan lingkungan

(10)

keluarga). Pengaruh lingkungan sangat berdampak pada proses pembelajaran bagi anak, sebab faktor lingkungan memiliki pengaruh cukup penting bagi pengembangan gagasan untuk berkreasi melalui aktivitas menggambar. Hal ini membuktikan pernyataan dari Victor d’Aminoo (dalam Susanto 2003: 292) bahwa, anak yang mendapat pengaruh lingkungan akan berguna bagi pengembangan selera dan pribadinya.

Faktor lingkungan yang didapat dari dalam kelas sangat berperan bagi perkem-bangan kemampuan anak beraktivitas yang dilakukan dengan menggambar subtema yang disajikan guru, dan didukung oleh fasilitas yang terdapat di dalam kelas tersebut. Sedangkan pengaruh lingkungan di luar kelas yaitu lingkungan di sekitar sekolah dan lingkungan di sekitar tempat tinggal anak. Faktor di luar kelas tersebut berpengaruh pada anak-anak waktu menggambar, sebab subtema yang dijadikan materi kegiatan menggambar, oleh guru dipadukan dengan situasi-kondisi di luar kelas, atau diadopsi dari pengalaman anak-anak yang diperoleh dari lingkungan tempat tinggalnya, atau lingkungan keluarga terhadap penerimaan materi anak dalam gambarnya melalui tema atau subtema tersebut. Sesuai hasil wawancara yang penulis catat, kegiatan yang berkaitan dengan kebutuhan aktivitas menggambar anak selalu dipenuhi oleh orangtua anak tersebut.

Perkembangan Fungsi-fungsi Jiwa Anak dalam Menggambar

Karya gambar diwujudkan berdasarkan corak atau gaya masing-masing anak, yang perbedaannya terlihat pada goresan dan bentuk gambar itu sendiri, tetapi pada umumnya memiliki karakter goresan yang sama, yaitu spontan dan bebas, serta senang dengan pilihan warna sesuai seleranya. Goresan yang ekspresif tersebut sering ditemui

pada gambar anak-anak, karena dalam berekpresi anak mengungkapkan kata hati, emosi, dan pengalamannya. Karya pada anak itu adalah hasil dari proses aktivitas fungsi-fungsi jiwanya yang meliputi ekspresi, imajinasi, kreativitas, sensitivitas, dan juga keteram-pilannya.

Melalui pendidikan seni, pembelajaran yang terdapat pada suatu susunan dalam pendidikan seni tersebut dapat melayani kebutuhan pengungkapan hati, yang merupa-kan kebebasan individu untuk berkreasi, berekspresi, berimajinasi, dengan keterampilan menggunakan media serta teknik yang dikuasai anak. Senada dengan hal itu, karya seni dikenal dan diwujudkan melalui konsep, teknik, keterampilan, aktivitas, produk, pesan dan isinya (lihat Sahman 1993: 26-28). Melalui proses pembelajaran seni, effektivitas program seni merupakan rencana yang menyeluruh, yaitu merupakan perencanaan berpikir berkelanjutan atau berkesinambungan, yang terkait dengan proses dan medianya.

Kemampuan anak mengungkapkan fungsi-fungsi jiwanya adalah ungkapan yang menunjukkan kebebasan emosi dan pikiran melalui gambarnya, karena kebebasan berpikir dan bertindak merupakan ciri untuk anak yang kreatif, karena kreativitas sebagai potensi, dimiliki oleh setiap orang yang dinyatakan dalam karyanya. Oleh sebab itu, pada masa kanak-kanak yang merupakan masa ‘keemasan’, berkreasi sangatlah penting diperhatikan dan dibina, sehingga bukan saja di sekolah, tetapi berawal dari keluarga juga yang ambil bagian atau peran, sebab keluarga mempunyai kekuatan penting dan sumber pertama untuk pengembangan kemampuan kreativitas anaknya.

Melalui penyajian bermacam subtema pada kegiatan menggambar, banyak membantu anak mampu menghadapi berbagai tantangan untuk berkreasi dan bereksplorasi.

(11)

Anak akan semakin kreatif karena dari subtema tersebut memunculkan berbagai ide dan imajinya penuh inisiatif. Dapat dikatakan bahwa, kreativitas dapat ditumbuhkan oleh kemampuan imaji seseorang dan juga mampu mendukung fungsi pikir atau kecerdasan. Dengan demikian, perkembangan fungsi-fungsi jiwa melalui menggambar dengan penyajian tema dan subtema yang beragam, semakin terbentuk pada aktivitas tersebut dengan dukungan kemampuan keterampilan motoriknya.

Kajian Gambar Anak-Anak TK II Pertiwi Kota Semarang

Pembahasan khusus pada gambar anak-anak TK II Pertiwi Semarang bukan berarti bahwa anak-anak TK tersebut mempunyai perbedaan karakter sebagaimana karakter anak-anak seusia TK pada umumnya, tetapi berkaitan dengan penelitian yang dilakukan pada pengajaran menggambar yang diberikan di TK II Pertiwi dengan pendekatan tematik dapat diuraikan sebagai berikut.

Unsur warna, walau pun bentuk gambar anak kelihatannya semua sama, tetapi masih ada unsur kebebasan yang diberikan kepada anak yaitu dalam hal mewarnai jenis warna yang digoreskan pada tiap bentuk gambarnya berbeda. Pilihan warna dari anak tetap beragam, menandakan bahwa tiap anak memiliki kebebasan untuk menentukan jenis warna dan media gambarnya, menurut selera dan keinginannya. Dengan kebebasan pilihan warna terlihat seperti tanpa beban atau ragu-ragu menempatkan warna-warna pada bidang yang dikehendaki, dan tanpa ‘sengaja’ serta secara keseluruhan memunculkan komposisi warna yang serasi dan keseimbangan pada penempatan warna-warna tersebut.

Pewarnaan dengan crayon adalah umum digunakan oleh anak-anak TK II Pertiwi karena selain jenis warna-warnanya cerah, terang,

memberi kemungkinan banyak ragam teknik’ juga mudah dan cepat dalam pengisian bidang-bidang gambarnya. Demikian pula dengan goresan-goresan yang ekspresif dengan pinsil-warna menunjukkan ciri khasnya, yaitu sifat liniernya yang tegas dan jelas, serta dengan pilihan warna pada tiap bentuk tanpa memikirkan bahwa warna-warna tersebut sesuai dengan kenyataan atau tidak, tetapi bagaimana mereka mewarnai sesuai dengan pilihan keinginan dan kreasinya.

Teknik, keberanian dan kebebasan menggores, memberikan kriteria mendapatkan penilaian baik. Goresan-goresan media yang dipakai anak-anak menunjukkan spontanitas, berani, dan berkesan tidak takut salah walaupun melampaui batas bidang yang digambar, dan dengan goresan-goresan yang dilakukan juga seperti ‘tak terkendali, semau sendiri, dan seakan-akan tidak mau diatur’. Hasil goresan anak merupakan koordinasi antara gerakan tangan dengan unsur-unsur jiwanya, goresan-goresan medianya kelihatan dominan, sehingga sifat linier-nya lebih memperlihatkan goresan tangan yang ekspresif.

Secara umum keterampilan teknik menggores media pada gambar yang tertera dapat dikatakan lancar, spontan, tidak ada keraguan, walau pun kelihatan tidak rapi dengan goresan yang melewati batas bentuk yang ditentukan, tetapi goresan itu sendiri menunjukkan pada karakter anak-anak TK umumnya yang tidak takut salah pada waktu mereka menggambar.

Kebebasan yang ditampilkan bukan saja dari faktor goresan warna, atau bentuk-bentuk gambarnya, tetapi juga dari bagaimana anak-anak itu menempatkan bentuk-bentuk tersebut sebagai gambar yang dapat dibaca sebagai suatu cerita. Gambar yang dibuat anak-anak, tidak lepas dari pengalamannya atau dapat juga merupakan hasil cerita yang didengar. Hal

(12)

ini didukung oleh Raines dan Isbell (2002: vii) yang menyatakan bahwa, anak-anak meng-gambarkan sesuatu yang dapat menghidupkan ceritanya.

Media, kebebasan yang merupakan salah satu karakteristik anak usia dini dalam menggambar adalah melalui media, yaitu crayon, spidol, dan pinsil warna, dan yang biasa ditemui dan dipakai oleh anak-anak pada kegiatan menggambar adalah crayon dan pinsil warna. Ekspresi garis-garis warna yang dibuatnya terlihat ‘kuat’, yang dalam hal ini membuktikan dari pernyataan Sulistyo (2005: 94) bahwa, dengan perantaraan gerak, garis, warna, aktivitas seni dapat membangkitkan seseorang suatu perasaan yang pernah dialaminya. Bukan menjadi halangan bagi anak untuk berekspresi dengan media pinsil warna, karena media apa pun bagi anak adalah sebagai sarana melakukan aktivitas untuk berkreasi dan berekspresi sebagai media berproses atau beraktivitas melalui gerakan-gerakan tangannya.

Goresan juga merupakan permainan media yang dipakai, sehingga banyak faktor yang menjadikan anak suka menggambar, karena hal itu bukan merupakan tugas, atau beban, melainkan aktivitas bermain. Hal ini dapat diperhatikan pada bentuk gambar anak-anak, yang sepertinya mereka menikmati goresannya tanpa berpikir, apakah gambarnya bagus atau tidak, yang penting mereka bebas menggores dan memperoleh kepuasan. Aktivitas yang dilakukan anak-anak TK II Pertiwi ini tepat dan sesuai dengan pernyataan Beal dan Miller (2003: 47) bahwa, menggambar adalah media yang paling ekspresif, sehingga bila pinsil dan kertas tersedia, secara otomatis anak-anak akan menggambar.

Bagi anak TK II Pertiwi media juga sarana untuk mengungkapkan keinginan hati dan sekagus sebagai alat bermain dalam menggambar. Didukung oleh Tabrani (2005:

103) yang mengatakan bahwa anak belajar melalui bermain, dan bermain menjamin perkembangan kemampuan kreatifnya. Di samping hal itu, menurut beberapa teori tentang menggambar (di antaranya Beal dan Miller 2003: 50) menyatakan bahwa, meng-gambar adalah masalah garis, maka hal itu terlihat jelas pada gambar anak-anak TK II Pertiwi, yang goresan garisnya tampil dominan. Kespontanan dan ketidak ragu-raguan goresannya itu, melatih keterampilannya pula, dan melalui subtema yang dikerjakan oleh anak-anak TK II Pertiwi, memperlihatkan adanya keterpaduan antara pikir, imajinasi kreatif, dan keterampilannya.

Penutup Simpulan

Menggambar salah satu tema, bukan berarti menggambarkan bentuk dari tema itu, tetapi juga menghubungkannya dengan bidang lain (dalam bentuk tulisan pada bidang Bahasa Indonesia, atau dalam bentuk pengetahuan pada bidang IPA, atau bentuk lain pada bidang yang lain pula). Tema-tema yang dijabarkan ke dalam bermacam subtema selalu ada keterkaitan dengan lingkungan alam (manusia, hewan, tumbuhan) dan kehidupannya. Tiap subtema itu diberikan selalu menciptakan situasi yang membangun interaksi antar anak-anak, sehingga pembelajaran melalui pendekatan tematik ini sangat tepat diberikan kepada anak usia dini seperti yang dilaksanakan di TK II Pertiwi.

Penerapan sajian tema atau subtema menjadi lebih mudah dikerjakan oleh anak-anak TK II Pertiwi, karena bukan saja ketersediaan sarana dan kesempatan yang diberikan pada anak dalam kegiatan itu, tetapi juga karena lingkungan sekitar sekolah dan situasi-kondisi di lingkungan tempat tinggal anak yang juga mempunyai peran terhadap

(13)

aktivitasnya, sangat mendukung kelancaran dan kemudahan pada proses pembelajaran menggambar tersebut.

Pada perkembangan fungsi-fungsi jiwa anak melalui pengajaran menggambar dapat diamati melalui proses dan hasil dari kegiatan tersebut, yaitu melalui pembelajaran meng-gambar sebagai salah satu bentuk pendidikan seni, yang bertujuan membentuk dan mengembangkan kepribadian anak sejak usia dini (TK) agar kemampuan logika dan emosinya tumbuh seimbang. Oleh karenanya, menggambar sebagai bagian dari proses perkembangan fungsi-fungsi jiwa, menekankan pada kebebasan kemampuan anak untuk pengembangan pribadinya yang berkaitan dengan proses perwujudan diri. Maka dari itu, menggambar sebagai sarana pendidikan berupaya membentuk kepribadian anak dengan kegiatan yang bersifat estetik, ekspresif dan kreatif dalam pengungkapan ide, pikiran, dan perasaannya.

Hal yang tidak dapat diabaikan pada kebiasaan anak-anak usia dini pada tingkatan anak TK adalah, bercerita atau mendengarkan cerita. Apa yang dialami, yang menjadi gagasan, pikiran, kreasi, dan imajinasi anak, diwujudkan dalam bentuk gambar atau dengan kata lain bahwa, wujud karakteristik anak usia dini seperti juga karakteristik anak-anak TK II Pertiwi Semarang, disalurkan dalam bentuk kegiatan menggambar.

Hasil gambar anak-anak dari implemen-tasi pengajaran menggambar melalui pendekatan tematik dapat dikatakan mencapai tujuan yang diharapkan para guru melalui objek atau bentuk-bentuk yang digambar anak. Objek gambar mereka dikembangkan dari subtema yang telah ditentukan melalui bentuk-bentuk gambarnya, dan tambahan bentuk gambar yang dibuat anak menunjukkan kreativitas mereka. Kreasi yang muncul karena anak menemukan gagasan atau mencari sumber

gagasan yang dapat diwujudkan, divisu-alisasikan ke media yang dipilihnya.

Secara garis besar dapat diperoleh hasil kesimpulan bahwa, implementasi pendekatan tematik dalam pengajaran menggambar pada anak usia dini (Taman Kanak-Kanak) adalah, merupakan stimulasi bagi guru sebagai pengayaan tema yang disampaikan kepada anak didiknya menjadi lebih mudah dipahami dan diterima, karena guru mengembangkan tema-tema dengan berbagai subtema dan penjabarannya yang diungkapkan atau diwujudkan dalam bentuk gambar anak. Saran

Guru tidak perlu sering menggunakan metode demonstrasi di papan-tulis yang membatasi kreasi dan inisiatif anak, melainkan justru sering memberi kesempatan kepada anak untuk bebas menggambar berdasarkan tanggapannya terhadap suatu tema yang diberikan, walaupun metode tersebut hanya bertujuan sebagai motivasi bagi anak untuk beraktivitas. Demikian juga bahwa, guru tidak harus selalu yang menceritakan tentang isi atau makna dari suatu tema tersebut, tetapi biarkan anak-anak yang bercerita melalui ungkapan gagasan, kreasi, dan imajinasinya agar beragam, walau pun mengacu pada tema yang sama. Hal ini perlu dilakukan agar fungsi-fungsi jiwa anak berkembang melalui gambar yang diciptakannya, karena anak pada masa usia dini seperti anak-anak TK II Pertiwi adalah masa kreatif dan masa bermain.

Hal lain yang perlu diperhatikan ialah, pembimbingan atau pengarahan yang dilakukan guru terhadap anak didik yang disambut dengan aktivitas anak melalui menggambar, merupakan interaksi yang cukup baik dan komunikatif, namun dapat lebih ditingkatkan lagi, apabila antara sesama peserta didik diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat atau

(14)

pengalaman-nya, yang kemudian disambut atau ditanggapi oleh anak lain (teman-temannya). Sebenarnya hal ini perlu dilakukan, karena dengan menanggapi hasil karya teman (anak lain), berarti memberi ‘pelajaran’ pada anak untuk mengevaluasi karya orang lain dan sekaligus membawa anak memiliki sensitivitas serta berapresiasi.

Daftar Pustaka

Affandi, M. 2001. “Aktivitas Membentuk dan Perkembangannya dalam Kehidupan Anak-anak: Sebuah Studi Kasus Cabang Pendidikan Seni Rupa”. Dalam Lingua

Artistika, Jurnal Bahasa dan Seni, FBS-UNNES, No. 1 Tahun XXIV Januari:

126-136. Semarang.

Alipandie, I. 1984. Didaktik Metodik: Pendidikan

Umum. Surabaya: Usaha Nasional.

Barrett, M. 1982. Art Education: a Strategy for

Course Design. London: Heinemann

Educational Books.

Beal, N. dan Miller, Glorya B. 2003. Rahasia

Menyajikan Seni pada Anak: di Rumah dan di Sekolah. Terjemahan. Yogyakarta:

Penerbit Pripoenbooks.

Depdiknas. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran

Taman Kanak-Kanak. Jakarta.

Hawadi, R. 2004. Psikologi Perkembangan

Anak: Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta: PT Grasindo.

Herawati, I. dan Iriaji.1997. Pendidikan

Kesenian. Jakarta: Depdikbud.

Hidayat, H. 2003. Aktivitas Mengajar Anak TK. Bandung: Penerbit Katarsis.

Hurlock, E. 1978. Perkembangan Anak. Jilid I. Alih Bahasa Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Ismiyanto, PC. S. 1994. “Pembelajaran Pendidikan Seni Rupa di SD”. Dalam

Media, Jurnal Fakultas Bahasa dan Seni.

No. 3. Th. XVII Desember: 43- 54. Semarang: IKIP Semarang.

Jazuli, M. 2008. Paradigma Kontesktual

Pendidikan Seni. Surabaya: Penerbit

Unesa University Press.

_____ Kurikulum 2004: Standar Kompetensi

TKK dan Raudhatul Athfal. Jakarta:

Depdiknas.

Milles, M. dan Huberman, Michael A. 1992.

Analisis Data Kualitatif. Dalam

Terjemahan Rohidi, TR. Jakarta: Penerbit UI.

Moleong. 2000. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Roesdakarya.

——— 2002. “Membentuk Profesionalisme Tenaga Kependidikan Anak Dini Usia”. Dalam Buletin ‘PADU’ Jurnal Ilmiah Anak

Dini Usia. Edisi 03: 48-53 Jakarta.

Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis

Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Munandar, U. 1999. Pengembangan

Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:

Rineka Cipta.

Raines, C. dan Isbell, R. 2002. 17 Cerita Moral

dan Aktivitas Anak. Alih Bahasa Susi

Sensusi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Riyanto, Theo dan Handoko, Martin. 2004.

Pendidikan Pada Usia Dini: Tuntunan Psikologis dan Paedagogis bagi Pendidikan dan Orangtua. Jakarta: PT

Gramedia Widiasarana Indonesia. Rohidi, T. Rohendi. 2000. Kesenian: Dalam

Pendekatan Kebudayaan. Bandung:

STISI Press.

Sahman, Humar. 1993. Mengenali Dunia Seni

Rupa: Tentang Seni, Karya Seni, Aktivitas Kreatif, Apresiasi, Kritik, dan Estetika.

Semarang: IKIP – Semarang Press. Salam, Sofyan. 2001. Pendidikan Seni di SD.

(15)

Salim, Agus. (Eds). 2004. Indonesia Belajarlah:

Membangun Pendidikan Indonesia.

Semarang: Gerbang Madani Indonesia. Soetomo. 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar

Mengajar. Surabaya: Penerbit Usaha

Nasional.

Sudjana, Nana. 1989. Dasar-Dasar Proses

Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sulistyo, Edy Tri. 2005. Kaji Dini Pendidikan

Seni. Surakarta: LPP – UNS dan UPT

Penerbitan & UNS Press.

Susanto, Mikke. 2003. Membongkar Seni

Rupa. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik

dan Penerbit Jendela.

Suyanto, Slamet. 2005. Dasar-Dasar

Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:

Hikayat.

Syafii. 1987. “Pendidikan Seni dan Pendidikan Nasional: Kajian Singkat tentang Tujuan dan Fungsinya”. Dalam Media Jurnal

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni.

No. 24. Th. XII Maret: 44-55. Semarang: IKIP Semarang.

Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan

dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Tabrani, Primadi. 2000. Proses Kreasi,

Apresiasi Belajar. Bandung: Penerbit ITB.

Tedjoworo. 2001. Imaji dan Imajinasi: Suatu

Telaah Filsafat Postmodern. Yogyakarta:

Penerbit Kanisius.

Tientje, NNQ Mei dan Iskandar, Yul. 2004.

Pendidikan Anak Dini Usia (PADU): Untuk Mengembangkan Multipel Intelegensi.

(16)
(17)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

and Subsidiaries (unaudited), and Consolidated Financial Statement as at and for the years ended December 31, 2015 its subsidiaries have been audited by Purwantono, Sungkoro

Harga bahan didapat dari pasaran, dikumpulkan dalam suatu daftar yang dinamakan daftar harga satuan bahan, sedangkan upah tenaga kerja didapatkan dilokasi

Skripsi dengan judul “Studi efektivitas biaya antibiotik pada pasien Community-Acquired Pneumonia di RSUD Dr.Soetomo Surabaya”.. ini disusun untuk memenuhi

Maka dapat diketahuilah bahwa amil zakat itu bertugas karena diangkat oleh pemerintah yang melaksanakan pengadministrasiaan zakat, mengadminstrasi orang-orang yang

Indeed, our results seem to suggest that tariff reductions have induced positive income effects and reduced poverty, eventually leading to a reduction in rural child labor..

a. Kota Tarakan termasuk rawan bencana banjir, dan longsor, pohon tumbang, kecelakaan laut, gempa serta abrasi pantai. Terkait dengan shelter buat para pengungsi juga

Hasan Basri Tarmizi, S.U selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan petunjuk, saran dam kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.. Bapak Paidi Hidayat, S.E, M.Si selaku Dosen