BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi analitik potong lintang untuk mengetahui perbedaan rerata tekanan darah pada remaja berdasarkan tipe disomnia di Kecamatan Muara Batang Gadis.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2016 di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Muara Batang Gadis, Desa Singkuang, Kecamatan Muara Batang Gadis, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi target pada penelitian ini adalah pelajar sekolah menengah pertama. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pelajar sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Muara Batang Gadis. Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel dipilih dengan teknik total sampling.
3.4. Perkiraan Besar Sampel
Besar sampel pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus besar sampel untuk uji hipotesis pada satu populasi. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan power 80%.
𝑛 ={𝑍𝛼�𝑃𝑜(1− 𝑃𝑜) +(𝑃𝑎 − 𝑃𝑜)𝑍𝛽�𝑃𝑎(12 − 𝑃𝑎)}2
n : besar sampel minimal
Po : proporsi penderita gangguan tidur pada pelajar sekolah menengah pertama, dari kepustakaan didapat nilai 0.6296
Pa : perkiraan proporsi penderita gangguan tidur pada pelajar sekolah menengah pertama di lokasi penelitian, ditetapkan 0.429
Zα : tingkat kepercayaan yang dikehendaki, ditetapkan 95% dengan nilai dalam rumus 1.96
Zβ : power, ditetapkan 80% dengan nilai dalam rumus 0.842
Berdasarkan rumus tersebut, dijumpai besar sampel minimal 47 orang.
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
1. Remaja yang duduk di bangku sekolah menengah pertama
2. Remaja yang mengalami gangguan tidur berdasarkan kuesioner Sleep Disturbance Scale for Children.
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
1. Telah didiagnosis sebelumnya dengan penyakit sekunder yang dapat menyebabkan perubahan pada tekanan darah seperti penyakit ginjal kronis, penyakit jantung bawaan dengan atau tanpa gagal jantung, penyakit tiroid, dan sindroma kongenital.
2. Sedang mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mempengaruhi jumlah, kualitas, dan waktu tidur serta obat-obatan yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Obat-obatan yang dapat mempengaruhi tidur antara lain golongan antihistamin, benzodiazepin, barbiturat, antiansietas, dan antidepresan. Obat-obatan yang dapat mempengaruhi tekanan darah antara lain diuretik, penyakat reseptor beta,
penyakat reseptor alfa, penyakat kanal kalsium, penyakat reseptor angiotensin dan penghambat enzim pengkonversi angiotensin.
3.6. Persetujuan Setelah Penjelasan/Informed Consent
Masing-masing orang tua sampel telah diminta persetujuan untuk mengikuti penelitian sebelum mengikutsertakan anak-anak mereka. Formulir persetujuan terlampir di bagian akhir tesis ini.
3.7. Etika Penelitian
Penelitian ini telah mendapat izin dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 3.8.1. Cara Kerja
1. Populasi yang memenuhi kriteria inklusi akan diikutsertakan dalam penelitian dengan sebelumnya meminta persetujuan untuk mengikuti penelitian dari masing-masing orang tua.
2. Dibagikan kuesioner Sleep Disturbance Scale for Children kepada masing-masing sampel untuk diisi oleh orang tua atau wali di rumah dan dikumpulkan kembali pada hari berikutnya. Apabila orang tua atau wali menemukan kesulitan dalam mengisi kuesioner tersebut, peneliti akan melakukan kunjungan ke rumah sampel. Kunjungan tersebut bertujuan untuk menjelaskan bagian yang belum dimengerti oleh orang tua atau wali dari sampel dan membantu pengisian kuesioner tersebut.
3. Setelah kuesioner terkumpul, dilakukan wawancara terhadap masing-masing sampel untuk memperoleh data demografis. Data demografis yang diperlukan antara lain jenis kelamin dan umur.
4. Dilakukan pengukuran tinggi badan terhadap masing-masing sampel. Tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise merk Gea buatan Tiongkok dengan ketelitian 0.1 cm. Sampel diukur tanpa alas kaki dengan posisi berdiri dimana kepala, punggung, bokong, dan tumit menempel pada dinding tempat microtoise digantung. Microtoise ditarik hingga menempel pada puncak kepala sampel dan dibaca pengukuran yang tertera.
5. Dilakukan pengukuran tekanan darah dari masing-masing sampel. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali di jam sekolah dengan selang waktu 15 menit untuk tiap pengukuran. Alat ukur yang digunakan adalah tensimeter raksa merk Riester buatan Jerman dengan ketelitian 1 mmHg. Pengukuran dilakukan terhadap masing-masing sampel di ruangan yang tenang dan nyaman. Sampel diberikan waktu untuk beristirahat selama 10 menit sebelum pengukuran dilakukan. Sampel berada pada posisi duduk dengan lengan kanan diletakkan pada meja setentang jantung. Digunakan manset sesuai ukuran lengan sampel. Manset dililitkan pada lengan kanan di pertengahan akromion dan olekranon kemudian cuff dipompa. Bunyi Korotkoff didengarkan dengan menggunakan setoskop merk Littman buatan Amerika Serikat, yang diletakkan pada daerah siku. Tekanan darah yang terukur saat bunyi Korotkoff 1 terdengar dinyatakan sebagai tekanan darah sistolik. Tekanan darah yang terukur saat bunyi Korotkoff 5 muncul dinyatakan sebagai tekanan darah diastolik. Dihitung rerata tekanan darah sistolik dan diastolik dari tiga kali pengukuran. Rerata tekanan darah sistolik dan diastolik juga dikategorikan menjadi hipertensi dan bukan hipertensi.
6. Data yang telah diperoleh kemudian ditabulasi dan dilakukan analisis statistik untuk mengetahui karakteristik sampel dan perbedaan rerata tekanan darah.
3.8.2. Alur Penelitian
Gambar 3.1. Diagram alur penelitian
Sampel yang memenuhi kriteria inklusi
Persetujuan mengikuti penelitian dari orang tua
Orang tua mengisi kuesioner Sleep Disturbance Scale for
Chldren
Dilakukan wawancara terhadap sampel untuk memperoleh data demografis
Dilakukan pengukuran tinggi badan
Dilakukan pengukuran tekanan darah sebanyak tiga kali dengan selang waktu 15 menit
3.9. Identifikasi Variabel
Variabel bebas Skala
Jenis Kelamin Nominal
Usia Rasio
Gangguan tidur Nominal
Disomnia Nominal
Variabel Tergantung Skala
Tekanan darah sistolik Interval
Tekanan darah diastolik Interval
Hipertensi Nominal
3.10. Definisi Operasional
1. Jenis kelamin adalah sifat jasmani atau rohani yang membedakan dua makhluk sebagai wanita dan pria.35
2. Usia adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan.35
3. Gangguan tidur adalah kumpulan gejala yang ditandai oleh gangguan dalam jumlah, kualitas dan waktu tidur pada seseorang. Gangguan tidur dibagi menjadi enam jenis sesuai dengan Sleep Disturbance Scale for Children.5
4. Disomnia adalah kelompok gangguan tidur yang terdiri dari gangguan memulai dan mempertahankan tidur, gangguan pernafasan saat tidur, gangguan transisi tidur-bangun, dan gangguan somnolen berlebihan.3
5. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah yang terukur saat munculnya bunyi Korotkoff 1 pada pengukuran tekanan darah anak.32
6. Tekanan darah diastolik adalah tekanan darah yang terukur saat munculnya bunyi Korotkoff 5 pada pengukuran tekanan darah anak.32
7. Hipertensi adalah rerata tekanan darah sistolik dan/atau diastolik yang lebih besar atau sama dengan persentil ke-95 sesuai usia, jenis kelamin, dan tinggi badan pada tiga kali atau lebih pengukuran.32
8. Skala Gangguan Tidur untuk Anak adalah kuesioner yang diadaptasi dari Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC) yang mudah diisi oleh orang tua bersama anak, dapat mendeteksi gangguan tidur dan jenis gangguan tidur yang sering dialami oleh anak, dan telah divalidasi dalam bahasa Indonesia. Anak dikatakan mengalami gangguan tidur jika skor total SDSC lebih dari 39. Jenis gangguan tidur diketahui berdasarkan persentasi skor item terkait gangguan tidur spesifik dibandingkan dengan skor total SDSC.5,13
3.11. Pengolahan dan Analisis Data
Analisis univariat, bivariat, dan multivariat dilakukan terhadap data pada penelitian ini. Untuk data demografis dilakukan analisis univariat sehingga didapatkan distribusi karakteristik sampel. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor demografis dengan tekanan darah dan disomnia. Uji statistik yang digunakan adalah regresi logistik. Untuk mengetahui perbedaan rerata tekanan darah pada jenis gangguan tidur disomnia, dilakukan analisis multivariat. Analisis multivariat menggunakan uji Kruskal-Wallis karena data tidak berdistribusi normal. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan perangkat lunak statisik dimana nilai p<0.05 dianggap bermakna. Hasil pengolahan dan analisis data akan disajikan dalam bentuk tabel.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Data Demografis dan Karakteristik Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Muara Batang Gadis. Sekolah tersebut terletak di Desa Singkuang, Kecamatan Muara Batang Gadis, Kabupaten Mandailing Natal. Jumlah seluruh siswa pada sekolah tersebut adalah 205 orang dan sampel yang memenuhi kriteria inklusi adalah 76 orang. Distribusi karakteristik sampel pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Distribusi karakteristik sampel
Karakteristik n=76
Rerata usia, tahun (SB) 13.9 (1.1) Jenis kelamin, n (%) Laki-laki Perempuan 26 (34) 50 (66) Kelas, n (%) Kelas 7 Kelas 8 Kelas 9 34 (45) 29 (38) 13 (17)
Sampel pada penelitian ini memiliki rerata tinggi badan 146.3 (SB 7.2) cm, dengan rerata tekanan sistol sebesar 111.1 (SB 16.3) mmHg dan tekanan diastol sebesar 70.3 (SB 11.8) mmHg. Dari hasil jawaban kuesioner gangguan tidur yang diberikan oleh orang tua sampel, dijumpai rerata skor sebesar 49.4 (SB 8.8).
Berdasarkan jenis gangguan tidur, sampel pada penelitian ini dibagi menjadi 7 kelompok sesuai tabel 4.2. Jenis gangguan tidur yang paling banyak dijumpai adalah
gangguan memulai dan mempertahankan tidur (37%) dan yang paling sedikit adalah gangguan kesadaran saat tidur (1%).
Tabel 4.2. Distribusi sampel berdasarkan jenis gangguan tidur
Jenis Gangguan Tidur Persentase
Gangguan memulai dan mempertahankan tidur (Disorders of initiating and maintaining sleep)
37
Gangguan pernafasan saat tidur (Sleep breathing disorders)
8
Gangguan kesadaran saat tidur (Disorders of arousal/nightmares)
1
Gangguan transisi tidur-bangun (Sleep-wake transition disorders)
25
Gangguan somnolen berlebihan (Disorders of excessive somnolence)
10
Hiperhidrosis saat tidur (Sleep hyperhydrosis)
4
Kombinasi 14
Sampel kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis gangguan tidur yang dialaminya menjadi kelompok disomnia dan bukan disomnia. Terdapat 14 sampel dengan kombinasi dua gangguan tidur. Namun, kombinasi gangguan tidur yang mereka alami merupakan jenis gangguan tidur disomnia, sehingga semua sampel tersebut dimasukkan ke dalam kelompok disomnia. Berdasarkan data tersebut, diketahui proporsi jenis gangguan tidur disomnia dibandingkan dengan seluruh jenis gangguan tidur pada penelitian ini adalah sebesar 95%.
Berdasarkan rerata tekanan darah, sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dengan hipertensi dan kelompok tanpa hipertensi sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan tinggi badan. Dari pembagian tersebut, dijumpai proporsi penderita hipertensi pada penelitian ini adalah 26%.
4.2. Faktor Risiko Hipertensi pada Sampel dengan Disomnia
Dilakukan uji regresi logistik untuk mengetahui pengaruh faktor demografis terhadap hipertensi pada sampel dengan disomnia. Faktor demografis yang diuji adalah usia dan jenis kelamin. Berdasarkan uji statistik tersebut, dijumpai bahwa usia dan jenis kelamin bukan merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi pada sampel dengan disomnia.
Tabel 4.3. Faktor risiko hipertensi pada sampel dengan disomnia
Konstanta Wald P*
Usia 0.003 0.000 0.991
Jenis kelamin -1.387 3.636 0.057
* Uji regresi logistik
4.3. Perbedaan Rerata Tekanan Darah Sampel dengan Disomnia
Uji normalitas dilakukan terhadap variabel rerata tekanan darah sistolik dan diastolik. Uji normalitas yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov, dengan hasil yang menunjukkan bahwa data pada variabel tersebut tidak berdistribusi normal (P<0.001 untuk masing-masing variabel).
Tabel 4.4. Uji normalitas rerata tekanan darah sistolik dan diastolik
Z P*
Rerata tekanan darah sistolik 0.178 0.0001 Rerata tekanan darah diastolik 0.167 0.0001 * Uji Kolmogorov-Smirnov
Karena data tidak berdistribusi normal maka dilakukan uji Kruskal-Wallis untuk mengetahui perbedaan rerata tekanan darah berdasarkan jenis gangguan tidur disomnia pada penelitian ini. Untuk rerata tekanan darah sistolik, dijumpai perbedaan
yang bermakna secara statistik berdasarkan jenis gangguan tidur disomnia (P=0.006). Kelompok sampel dengan gangguan disomnia kombinasi memiliki rerata tekanan darah sistolik tertinggi yaitu 126.0 (SB 13.2) mmHg
Tabel 4.5. Perbedaan rerata tekanan darah sistolik berdasarkan gangguan tidur disomnia Rerata (mmHg) SB (mmHg) P*
Gangguan memulai dan mempertahankan tidur
108.6 15.5
0.006 Gangguan pernafasan saat tidur 116.3 9.6
Gangguan transisi tidur-bangun 107.0 17.2 Gangguan somnolen berlebihan 104.7 13.2
Kombinasi 126.0 14.9
* Uji Kruskal-Wallis
Uji Kruskal-Wallis terhadap rerata tekanan darah diastolik berdasarkan jenis gangguan tidur disomnia pada penelitian ini juga memberikan hasil yang sama. Dijumpai perbedaan yang bermakna secara statistik pada rerata tekanan darah diastolik berdasarkan jenis gangguan tidur disomnia dengan nilai P=0.022. Rerata tekanan darah diastolik yang tertinggi tetap dijumpai pada kelompok sampel dengan gangguan disomnia kombinasi (80.1, SB 11.3 mmHg).
Tabel 4.6. Perbedaan rerata tekanan darah diastolik berdasarkan gangguan tidur disomnia Rerata (mmHg) SB (mmHg) P*
Gangguan memulai dan mempertahankan tidur
69.5 11.8
0.022 Gangguan pernafasan saat tidur 74.6 7.2
Gangguan transisi tidur-bangun 66.4 12.7 Gangguan somnolen berlebihan 65.6 6.4
Kombinasi 80.1 11.3
BAB 5 PEMBAHASAN
Gangguan tidur merupakan masalah yang sering terlupakan terutama pada anak dan remaja. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan beberapa dekade belakangan ini menunjukkan adanya peningkatan prevalensi gangguan tidur pada kelompok usia tersebut. Bruni, dkk melakukan penelitian dan melaporkan angka prevalensi tertinggi yaitu sebesar 73.4%.11 Di Indonesia telah dilakukan penelitian mengenai gangguan tidur pada remaja dan melaporkan angka yang tidak jauh berbeda, yaitu 62.9%.13 Di Jepang, Ohida, dkk melaporkan prevalensi gangguan tidur yang lebih rendah (15.3% sampai 39.2%)11 dan hampir sama dengan penelitian di Beijing oleh Liu, dkk (21.1%).3 Terdapat tiga kelompok gangguan tidur menurut International Classification of Sleep Disorders, dimana disomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering dijumpai pada remaja.3,4,6,12,14 Chevrin, dkk dalam penelitiannya melaporkan bahwa gangguan memulai dan mempertahankan tidur, yang merupakan kelompok gangguan tidur disomnia, merupakan jenis ganguan tidur yang paling sering dijumpai (10% sampai 20%). Survei di beberapa negara seperti Perancis, Inggris, Jerman, dan Italia melaporkan bahwa 25% gangguan tidur yang dialami remaja adalah insomnia yang juga merupakan kelompok gangguan tidur disomnia.3
Pada penelitian ini, dijumpai 76 remaja dari keseluruhan 205 remaja di lokasi penelitian yang mengalami gangguan tidur berdasarkan kuesioner Sleep Disturbance Scale for Children. Beranjak dari data tersebut, diketahui bahwa prevalensi gangguan tidur pada penelitian ini adalah 37.1%. Jenis gangguan tidur yang paling banyak dijumpai adalah gangguan memulai dan mempertahankan tidur (37%).
Secara keseluruhan, proporsi disomnia dibandingkan dengan seluruh gangguan tidur pada penelitian ini adalah 95%.
Hipertensi merupakan penyakit tersering di dunia. Hingga kini masih beredar anggapan bahwa hipertensi hanya terjadi pada populasi dewasa. Walaupun kasus hipertensi pada anak cenderung lebih rendah dibandingkan dewasa, namun tidak sedikit kejadian hipertensi pada usia dewasa diawali dari masa anak atau remaja. Prevalensi hipertensi pada anak dan remaja semakin lama semakin meningkat, diduga akibat perubahan gaya hidup termasuk pola makan, aktivitas fisik yang kurang dan kelelahan fisik serta mental.36,37 Penelitian yang dilakukan oleh Kuciene, dkk terhadap remaja berusia 12-15 tahun yang memiliki masalah tidur, melaporkan prevalensi hipertensi sebesar 22.5%.38 Hasil penelitian tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian ini. Pada penelitian ini, dijumpai proporsi hipertensi pada sampel dengan gangguan tidur sebesar 26%.
Terdapat beberapa faktor risiko dari hipertensi. Ewald, dkk dalam tulisannya menyebutkan bahwa hipertensi pada remaja dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi antara lain usia, jenis kelamin, ras, dan penyakit medis sedangkan faktor eksternal meliputi kebiasaan tidur, asupan makanan, dan pola hidup.39 Hasil penelitian ini berbeda dengan laporan tersebut, dimana usia dan jenis kelamin bukan merupakan faktor risiko hipertensi pada remaja dengan disomnia. Penelitian yang dilakukan oleh Tavasoli, dkk memberikan hasil yang sama dengan penelitian ini. Tavasoli, dkk melaporkan bahwa indeks massa tubuh, usia, jenis kelamin, dan faktor risiko dalam keluarga bukan merupakan faktor risiko hipertensi pada remaja.8
Hubungan antara disomnia dengan peningkatan tekanan darah pada anak masih merupakan kontroversi. Au, dkk melakukan penelitian terhadap 143 remaja di
Hong Kong untuk mencari hubungan antara gangguan tidur dengan tekanan darah. Penelitian tersebut menggunakan polisomnografi, yang merupakan baku emas dalam menilai kualitas tidur. Hasilnya dijumpai adanya hubungan antara gangguan tidur dengan tekanan darah, dimana remaja dengan gangguan tidur akan memiliki tekanan darah yang lebih tinggi.9 Narang, dkk melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh gangguan tidur terhadap tekanan darah. penelitian tersebut dilakukan terhadap 4 140 remaja dan menunjukkan terdapat peningkatan tekanan darah pada remaja yang mengalami gangguan tidur.40
Tavasoli, dkk melakukan penelitian terhadap 76 anak di Iran. Penelitian tersebut bertujuan untuk mencari hubungan antara gangguan tidur dan tekanan darah sekaligus mengetahui perbedaan tekanan darah pada anak normal dan anak dengan gangguan tidur. Hasil penelitian tersebut melaporkan bahwa tidak terdapat hubungan antara gangguan tidur dengan tekanan darah dan tidak terdapat perbedaan tekanan darah antara anak normal dan anak dengan gangguan tidur. Namun, penelitian tersebut tidak menguji perbedaan rerata tekanan darah berdasarkan tipe gangguan tidur.8
Pada penelitian ini didapatkan perbedaan rerata tekanan darah remaja yang bermakna berdasarkan tipe disomnia. Tipe disomnia kombinasi memiliki rerata tekanan darah tertinggi dibandingkan dengan tipe disomnia lainnya. Penelitian mengenai perbedaan rerata tekanan darah pada remaja berdasarkan tipe disomnia belum pernah dilaporkan sebelumnya. Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama kali dilakukan.
Disomnia secara teori akan meningkatkan sekresi hormon vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah. Disomnia juga mengaktifkan sistem renin angiotensin aldosteron sehingga meningkatkan volume intravaskular. Selain itu
sekresi kortisol juga meningkat dan sistem saraf simpatis ikut diaktifkan sehingga meningkatkan kontraktilitas jantung. Kombinasi kondisi tersebut akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah.6,8 Patofisiologi tersebut menyatakan bahwa gangguan tidur yang diderita seseorang akan meningkatkan tekanan darah pada orang tersebut. Hal tesebut sesuai dengan hasil penelitian ini, dimana adanya gangguan tidur akan meningkatkan rerata tekanan darah, dan kombinasi gangguan tidur akan mengakibatkan peningkatan yang paling tinggi.
Terlepas dari hasil-hasil di atas, penelitian ini masih memiliki kekurangan. Pertama, faktor-faktor risiko untuk disomnia dan hipertensi seperti tingkat ekonomi, konsumsi garam, dan kebiasaan hidup yang tidak sehat tidak ikut dianalisis pada masing-masing sampel. Kedua, meskipun pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak tiga kali dan dihitung berdasarkan reratanya, tapi pengukuran dilakukan dengan selang waktu yang singkat (15 menit) sehingga kemungkinan hasil positif palsu atau negatif palsu masih ada. Terakhir, sampel pada penelitian ini belum cukup banyak sehingga memberikan beberapa hasil yang berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan tekanan darah pada remaja berdasarkan tipe disomnia. Tipe disomnia kombinasi memiliki rerata tekanan darah tertinggi diantara semua tipe disomnia. Usia dan jenis kelamin bukan merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi pada penelitian ini.
6.2. Saran
Diharapkan agar klinisi semakin tanggap terhadap gangguan tidur yang diderita pasien anak karena gangguan tidur memberikan dampak jangka panjang yang buruk, termasuk hipertensi.
Pengukuran tekanan darah hendaknya menjadi salah satu pemeriksaan rutin pada pasien anak berusia tiga tahun atau lebih yang datang ke fasilitas kesehatan agar peningkatan tekanan darah dapat dideteksi lebih dini dan segera diintervensi agar tidak berlanjut menjadi hipertensi pada saat dewasa nanti.
Pasien anak dengan disomnia kombinasi hendaknya mendapatkan perhatian khusus dan intervensi yang lebih agresif karena lebih berisiko untuk mengalami peningkatan tekanan darah dibandingkan dengan gangguan tidur lainnya.
Untuk sentra kita sendiri, diharapkan skrining untuk gangguan tidur dapat diterapkan dengan menggunakan kuesioner Sleep Disturbance Scale for Children.
BAB 7 RINGKASAN
Gangguan tidur merupakan kondisi yang sering dijumpai pada remaja. Diantara seluruh jenis gangguan tidur, disomnia merupakan jenis yang paling sering dijumpai. Disomnia merupakan masalah yang sering terlupakan, padahal disomnia dapat menyebabkan masalah pada anak di kemudian hari, salah satunya adalah peningkatan tekanan darah. Beberapa penelitian telah melaporkan hubungan antara disomnia dengan tekanan darah, namun belum ada penelitian yang mempelajari perbedaan tekanan darah pada masing-masing jenis disomnia.
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata tekanan darah pada remaja berdasarkan tipe disomnia. Perbedaan tersebut terlihat pada tekanan darah sistolik (nilai P=0.006) dan diastolik (nilai P=0.022), dimana rerata tekanan darah tertinggi dijumpai pada tipe disomnia kombinasi (126.0/80.1 mmHg). Faktor-faktor risiko berupa usia dan jenis kelamin tidak mempengaruhi hipertensi pada remaja dengan disomnia dalam penelitian ini. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang bermakna pada rerata tekanan darah remaja berdasarkan tipe disomnia.