7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Produk
Produk adalah suatu kombinasi dari atribut-atribut yang dapat menimbulkan daya tarik bagi para pelanggan antara lain corak, mode, desain, merk dan lain-lain. Setiap kombinasi dari tiap-tiap atribut dapat menciptakan suatu produk baru selain itu produk-produk tidak sama bagi setiap orang, misalna penawaran suatu produk adalah apa yang dirasakan oleh penjual sebagai suatu dasar yang akan menjadi produk yang akan diproduksi. Produk yang dapat di produksikan oleh suatu perusahaan pada umumnya tidak dapat di ubah dalam jangka waktu yang pendek, melainkan perubahan tersebut dapat dilaksanakan dalam jangka waktu yang panjang. Perubahan produk tersebut akan memerlukan perubahan system produksi yang di pergunakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Dari penelitian ini maka perusahaan akan merubah salah satu komponen pendukung dalam proses produksi Settop Box untuk meningkatkan efisiensi.
2.2. Perancangan Produk
Dalam arti lain produk adalah sebuah benda teknik yang keberadaannya di dunia merupakan hasil karya keteknikan, yaitu hasil rancangan, pembuatan dan kegiatan teknik lain yang terkait. Sedangkan perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam proses pembuatan produk.
Fungsi perancangan memainkan peranan penting dalam mendefinisaikan bentuk fisik produk agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, perancangan produk itu sendiri adalah proses secara periodic yang mempertimbangkan portofolio dari proyek pengembangan produk. Dalam suatu perancangan produk ada berbagai pertimbangan-pertimbangan utama yang harus dikerjakan yaitu kebutuhan pemakai, menyertakan fungsional yang khusus, material dan kebutuhan visual masalah. Perancanga produk dikembangkan dengan memprediksi sasaran perusahaan, kemampuan, batasan dan lingkungan pesaing.
2.2.1. Proses Pengembangan Produk
Pengembangan konsep adalah urutan langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan dimana suatu perusahaan berusaha untuk menyusun, merancang, dan mengkomersialkan suatu produk, sedangkan pengembangan produk itu sendiri merupakan tahapan pertama dalam proses perancangan.
Pada proses pengembangan konsep itu sendiri mempunyai proses awal hingga akhir, yang mena proses pengembangan konsep tersebut mencakup kegiatan-kegiatan berikut:
1. Identifikasi kebutuhan, Sasarannya adalah untuk mengetahui permintaan pelanggan dengan tingkat kepentingan masing-masing.
2. Menetapkan strategi target, merupakan terjemahan dari kebutuhan pelanggan menjadi kebutuhan teknis. Hasilnya berupa suatu daftar spesifi target. Setiap spesifikasi terdiri dari suatu metric (besaran) serta nilai-nilai batas dan ideal untuk besaran tersebut.
3. Penyusunan konsep, merupakan suatu upaya untuk mengetahui secara lebih jauh area-area konsep produk yang mungkin sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
4. Pemilihan konsep, suatu fase dimana berbagai konsep di analisis dan secara berturut-turut dieleminasi untuk mengidentifikasi konsep yang paling baik.
5. Pengujian konsep, fase ini untuk mengetahui apakah kebutuhan pelanggan telah terpenuhi, dan mengidentifikasi bebrapa kelemahan yang harus di perbaiki selama proses pengembangan selanjutnya.
6. Penentuan spesifikasi akhir, di tahap ini dimana spesifikasi target yang telah ditentukan di awal proses akan ditinjau kembali setelah proses diuji dan dipilih.
7. Analisis ekonomis, merupakan salah satu dari kegiatan dalam tahap pengembangan menyeluruh dan memecahkan tawar menawar spesifik. 8. Perencanaan proyek. Pada kegiatan akhir pengembangan konsep, akan
dibuat serta jadwal pengembangan secara rinci, menentukan strategi untuk meminimasi waktu pengembangan dan mengidentifikasi sumber daya yang digunakan untuk menyelesaikan produk.
Secara umum proses pengembangan produk ada lima fase yaitu : (Ulrich dan Eppinger, 2001 :14-17)
a. perencanaan
kegiatan perencanaan sering di sebut sebagai “Zero fase” karena kegiatan ini mendahului persetujuan suatu proyek dan proses peluncuran pengembangan produk actual.
b. Pengembangan Konsep
Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pelanggan di identifikasi alternative konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi dari atau lebih dari konsep yang dipilih untuk dikembangkam lebih lanjut.
c. Perancangan Tingkat Sistem
Mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi sub sistem –sub sistem serta komponen-komponen.
d. Perancangan Detail
Mencakup spesifikasi lengkap dari produk, material dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unik pada produk identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok.
e. Produk Awal
Produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya.
Dalam buku Rosnani Ginting menyebutkan bahwa proses perancangan terdiri dari fase-fase berikut:
Langkah pra perancangan produk a. Penetapan asumsi perancangan
b. Orientasi produk yang meliputi: - Analisa kelayakan produk
- Uraian kegiatan perancangan produk - Jaringan kerja perancangan produk
- Perhitungan kerja waktu dan mundur waktu kegiatan - Penentuan jalur kritis
- Perhitungan waktu penyelesaian proyek
Langkah perancangan produk a. Fase informasi
Fase ini bertujuan untuk memahami seluruh aspek yang berkaitan dengan produk yang hendak dikembangkan dengan cara mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan secara akurat. Informasi-informasi yang dibutuhkan antara lain: - Gambar produk awal dan spesifikasi
- Kriteria keinginan konsumen terhadap produk - Kriteria kepentingan relative konsumen
- Kriteria manufaktur yang mencakup diagram mekanisme pembuatan dan struktur fungsi
- Kriteria buying
- Kriteria finance produk awal
b. Fase Kreatif
Fase ini bertujuan untuk menampilkan alternatif yang dapat memenuhi fungsi yang dibutuhkan. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
- Penentuan kriteria produk dengan menggunakan diagram pohon
- Penentuan prioritas perancangan dengan menggunakan matriks Quality Fungction Deployment (QFD)
- Pembuatan alternative model produk - Perhitungan biaya alternative model c. Fase analisa
Fase ini bertujuan untuk menganalisa alternatif-alternatif yang dihasilkan pada fase yang memberikan rekomendasi terhadap alternatif-alternatif terbaik. Analisa yang dilakukan antara lain: - Analisa atribut yang akan dikembangkan
- Penilaian atribut antar model ( dengan matrik zero one)
- Pembobotan kriteria atribut produk Matriks combinex
- Value analisis
d. Fase pengembangan
Fase ini bertujuan memilih salah satu alternatif tunggal dari beberapa alternatif yang ada, yang merupakan alternatif terbaik dan merupakan output dari fase analisa.
- Alternatif terpilih
e. Fase presentasi
Fase ini bertujuan mengkomunikasikan secara baik dan menarik terhadap hasil pengembangan produk.
2.2.2. Pentingnya Pengembangan Produk
Pengembangan produk pada dasarnya adalah upaya perusahaan untuk senantiasa menciptakan produk baru, memperbaiki produk lama atau memodifikasi produk lama agar selalu dapat memenuhi tuntutan pelanggan. Keinginan untuk melakukan pengembangan produk sangat tergantung pada strategi bisnis yang diterapkan. Apapun strategi bisnis yang dimiliki perusahaan, pengembangan produk sangat diperlukan. Misalnya, meskipun terdapat globalisai selera konsumen, segmentasi produk dan jasa pelayanan yang diperlukan untuk melayani segmentasi pasar dan menuntut pengembangan produk harus terus dilakukan (Yamit, 2002 100). Pengembangan produk dapat pula dikatakan sebagai aktivitas kreatif dan merupakan lompatan imajinatif dari fakta yang sekarang menuju kemungkinan masa depan.
Karena itu keputusan yang diambil selama tahap pengembanga produk akan berpengaruh pada keseluruhan organisasi dalam jangka panjang. Tanpa adanya pengembangan produk maka kemungkinan dapat menimbulkan ketidakpuasan pelanggan dan pada akhirnya berakibat penurunan penjualan. Organisasi yang berhasil mencapai tujuan adalah selalu yang berusaha memberikan produk dan jasa pelayanan sesuai keinginan pelanggan ( Yamit, 2002 : 101 ).
2.3. Pengertian Pelanggan
Pelanggan adalah semua orang yang menuntut kita atau perusahaan untuk memenuhi standar kualitas tertentu dan arena itu akan memberikan pengaruh pada performasi kita atau perusahaan kita.
Beberapa definisi tentang pelanggan sebagai berikut:
a. Pelanggan adalah orang yang tidak tergantung pada kita tetapi kita yang tergantung padanya.
b. Pelanggan adalah orang yang membawa kita kepada keinginannya.
c. Tidak ada seorangpun yang menang beradu argumentasi dengan pelanggan.
d. Pelanggan adalah orang yang teramat penting yang harus dipuaskan.
2.4. Jenis Pelanggan
Pelanggan terdiri dari tiga jenis menurut ( Gaspersz, 1997 :33) yaitu:
a. Pelanggan internal
Adalah orang yang berada dalam perusahaan dan memiliki pengaruh pada performasi perusahaan. Bagian-bagian pembelian, produksi, pemasaran, pembayaran gaji, requitmen dan karyawan, merupakan contoh dari pelanggan internal.
b. Pelanggan Antara
Adalah mereka yang bertindak sebagai perantara bukan sebagai pemakai akhir produk, seperti distributor dan agen-agen.
Adalah pembeli atau pemakai akhir produk, sering di sebut sebagai pelanggan nyata (Real customer )
2.5. Kepuasan Pelanggan
Menurut Yamit (2001 : 78) kepuasan pelanggan adalah hasil yang dirasakan atas oenggunaan produk dan jasa, sama atau melebihi harapan yang di inginkan. Secaratradisional pelanggan diartikan orang yang membeli dan menggunakan jasa pelayanan. Dalam dunia perbankan diartikan nasabah. Pandangan tradisional ini menyimpulkan bahwa pelanggan adalah orang yang berinteraksi dengan perusahan setelah proses produksi selesai, karena mereka pengguna produk. Sedang yang berinteraksi dengan perusahaan sebelum proses produksi berlangsung adalah dianggap sebagai pemasok.
Kotler mengemukakan beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan, metode tersebut antara lain ( Yamit, 2002 : 80 ):
1. Sistem pengaduan
Sistem ini memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk memberikan saran, keluhan, dan bentuk ketidak puasan lainnya dengan cara menyediakan kotak saran.
2. Survey pelanggan
Merupakan cara yang umum digunakan dalam mengukur kepuasan pelanggan terhadap pengembangan lebih lanjut.
3. Panel pelanggan
Perusahaan mengundang pelanggan yang setia terhadap produk dan mengundang pelanggan yang telah berhenti atau telah pindah menjadi
pelanggan perusahaan lain. Untuk memperoleh informasi seberapa tingkat kepuasan pelanggan.
2.6. Packing Pad Type
Pad type adalah salah satu part yang terbuat dari corrugate sebagai pengganti cusion pelindung, ada 6 ukuran pad type yang digunakan pada produksi
Settop Box (STB), selama ini pad type di kirim dengan menggunakan carton box
dan biaya untuk carton box tersebut di bebankan pada harga pad type setiap
pcsnya. Pad type memiliki komposisi kertas berupa sheet e-flute dengan
substance K125/M125/K125.
Gambar 2. 1 Sheet Corrugate Sumber : http://www.poleroya.com
Packing pad type sebelumnya berbahan baku kertas dengan sheet B-Flute dengan kombinasi substance K200/M150/K200 yang berfungsi sebagai box container
untuk pad type yang terbuat dari sheet kertas .sebelum masuk line produksi pad type dikeluarkan dari box dan si susun, setelah itu box atau kardus tersebut kemudian dibuang dan menjadi sampah.
Gambar 2. 2 Pengiriman Menggunakan Packing Pad Lama Sumber : Data Perusahaan
Gambar 2. 3 Proses Penyusunan Pad Type di Line Sumber : Data Perusahaan
Gambar 2. 4 Sampah Packing Pad Type Sumber : Data Perusahaan
2.7. Quality Function Deployment (QFD)
2.7.1.Pengertian Quality Function Deployment (QFD)
Quality Function Deployment (QFD) ialah suatu metode untuk
kmengembangkan suatu desain kualitas dengan tujuan memenuhi dan memuaskan konsumen. Merupakan suatu metode perencanaan dan pengembangan secara terstruktur yang memungkinkan tim pengembangan mendefinisikan secara jelas kebutuhan dan harapan pelanggan, dan mengevaluasi kemampuan produk atau jasa secara sistematik untuk memenuhi kebutuhan dan harapan tersebut (Wahyu, 1999 :88).
2.7.2. Manfaat QFD
Manfaat utama yang diperoleh perusahaan bila menggunakan metode QFD yaitu :
a. Memperbaiki kualitas.
b. Memperbaiki performasi perusahaan.
c. Biaya lebih rendah dalam desain dan manufaktur. d. Menaikkan reliabilitas produk.
e. Menurunkan waktu perencanaan.
f. Manaikkan produktivitas teknikal dan staf lain. g. Menurunkan jaminan klaim.
h. Menaikkan oportunitas marketing. i. Menaikkan pembuatan keputusan.
QFD adalah kunci penting dalam pengurangan biaya produksi. QFD akan membuat tim pengembangan produk atau jasa untuk membuat keputusan awal dalam proses pengembangan (Wahyu, 1999 :89 ). Manfaat lain yang diperoleh dari penerapan QFD ini juga meliputi (Wahyu, 1999:39):
a. Focus pada pelanggan
Yaitu mendapatkan input dan umpan balik dari pelanggan mengenai kebutuhan dan harapan pelanggan. Hal ini penting, karena performasi suatu organisasi tidak bisa lepas dar pelanggan.
b. Effisien Waktu
Dengan menerapkan QFD, maka program pengembangan akan memfokuskan pada harapan dan kebutuhan pelanggan.
c. Orientasi kerjasama
QFD menggunakan pendekatan yang berorientasi pada kelompok. Semua keputusan didasarkan pada consensus dan keterlibatan semua orang dalam diskusi dan pengambilan keputusan.
d. Orientasi pada dokumentasi
QFD menggunakan data dan dokumentasi yang berisi proses mendapatkan seluruh kebutuhan dan harapan pelanggan. Data dan dokumentasi ini digunakan sebagai informasi mengenai kebutuhan dan harapan pelanggan yang selalu diperbaiki dari waktu ke waktu.
2.7.3. Bagan atau Matrik QFD
Proses di dalam QFD dilaksanakan dengan menyusun satu atau lebih matrik yang disebut House of Quality. Matrik ini menjelaskan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan pelanggan dan bagaimana memenuhinya. Matrik ini terdiri dari beberapa bagian atau submatrik yang tergabung dalam beberapa cara, yang masing-masing berisi informasi yang saling berhubungan. Adapun matrik yang di sebut House of Quality dapat dilihat pada gambar 2.1.
C. Technical Response (parameter teknik pengembangan bahasa pelanggan)
B. Technical Coleration
(kolerasi teknik hubungan dan keterangan antar respon teknik)
D. Relationship
(hubungan antara parameter teknik dengan kebutuhan dan keinginan konsumen) E. Planning Matrix (matrik perencanaan) - Persaingan - Nilai Target - Rasio perbaikan - Nilai Penjualan - Bobot perencanaan A. Customer
need and benefit (kebutuhan dan harapan
pelangan)
F. Technical Matrix (prioritas tanggapan teknik)
Gambar 2. 5 House of Quality
Sumber : Perancangan Produk, Rosnani Ginting.2009
Keterangan tiap bagianya adalah sebagai berikut (Cohen, 1999:68):
a. Bagian A
Berisi daftar semua kebutuhan dan harapan pelanggan yang biasanya ditentukan dengan riset pasar secara kualitatif. Cara untuk mengetahui kebutuhan dan harapan pelanggan antara lain:
Mengadakan wawancara secara langsung dengan pelanggan untuk mengetahui keinginan mereka.
Menyebarkan angket atau kuisoner kepada pelanggan mengenai kebutuhan dan harapan pelanggan terhadap produk atau layanan yang diberikan organisasi atau perusahaan kepada pelanggan. Menerima saran dan keluhan dari pelanggan.
Mengadakan pengujian terhadap pelanggan potensial, yaitu dengan memberikan kepada merek baru, kemudian meminta tanggapan mereka terhadap produk tersebut.
b. Bagian B
Berisi berbagai macam informasi. Pertama, data pasar dari atribut pada bagian A yang bersifat kualitatif perlu diketahui derajat kepentingannya bagi konsumen pada setiap atribut produk yang signifikan. Kedua, perusahaan perlu mengadakan evaluasi terhadap kinerja produk yang dihasilkan instansi dengan kinerja produk yang dihasilkan pesaingnya. Ketiga, instansi perlu menetapkan tujuan strategis untuk produk baru. Keempat, dengan mengetahui besarnya nilai target dan kinerja dari atribut produk ataupun pelayanan dari suatu perusahaan atau instansi, maka dapat diukur besarnya rasio perbaikan (Improvement). Rasio perbaikan ini diukur dengan rumus sebagai berikut:
Rasio Perbaikan = Nilai target … (2.1)
Sebelum menghitung bobot dari setiap atribut, perlu dipahami terlebih dahulu apa yang disebut sales point. Sales point adalah persepsi atau pendapat tentang suatu produk atau jasa dari pihak manajemen. Dan nilai
atau bobot yang sering dipakai pada ketetapan sales point dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2. 1 Sales Point Nilai Keterangan
1 Tidak terdapat penjualan
1,2 Titik penjualan tengah atau sedang 1,5 Titik penjualan tinggi
Sumber :Perancangan Produk, Rosnani Ginting, 2009
Sikap satu tanggapan baik terhadap kebutuhan konsumen bisa dijadikan hal untuk mempermudah dalam menjual produk atau jasa. Kelima, perusahaan perlu menetapkan bobot dari setiap atribut produk. Bobot ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Bobot =Derajat Kepentingan x Rasio Perbaikan x Sales Point (2.2)
Normalisasi bobot dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
= … (2.3)
c. Bagian C
Meruakan parameter teknik yang memberikan gambaran bagaimana cara tim pengembangan produk/jasa pelayanan dalam merespon kebutuhan dan keinginan konsumen. Suara konsumen yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif harus di terjemahkan kedalam suara pengembang ( voice of the developer ).
d. Bagian D
Bagian ini menunjukkan hubungan antara parameter teknik dengan kebutuhan dan keinginan konsumen yang telah dimodelkan dalam QFD. Hubungan tersebut merupakan dari tim pengembangan yang dapat bersifat kuat, moderat, lemah dan tidak ada hubungannya. Hubungan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut:
Tabel 2. 2 Simbol dan Nilai Matrik Interaksi Hubungan Simbol Nilai
Positif kuat V 4
Positif sedang √ 3
Negatif lemah X 2
Negatif kuat X 1
Sumber :Perancangan Produk, Rosnami Ginting.2009
Untuk memperoleh informasi yang bersifat kuantitatif, maka nilai yang merupakan representative hubungan diatas perlu dikalikan dengan normalisasi bobot.
e. Bagian E
QFD merupakan kunci untuk menuju concuren engineering. Karena disini ada fasilitas untuk mengkomunikasikan satu sama lain dari bagian parameter teknik. Bagian ini akan memetakan hubungan dan saling ketergantungan diantara parameter teknik. Interaksi diantara parameter teknik dapat dilihat pada tabel 2.3 sebagai berikut:
Tabel 2. 3 Simbol Interaksi Parameter Teknik Simbol Hubungan V Positif kuat √ Positif sedang X Negatif lemah X Negatif kuat
<blank> Tidak ada hubungan
Sumber :Perancangan Produk, Rosnami Ginting.2009
f. Bagian F
Bagian ini berisi berbagai macam informasi . pertama, menghitung besarnya pengaruh atau keterkaitan dari technical response serta kebutuhan dan keinginan konsumen. Kedua, perbandingan antara produk yang dihasilkan instansi maupun perusahaan dan pelayanan atau produk yang dihasilkan pesaing. Ketiga, dari adanya perbandingan diatas maka instansi atau perusahaan dapat menetapkan sasaran kinerja (nilai target) secara teknis yang akan dicapai instansi atau perusahaan. Penetapan target ini akan disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki instansi atau perusahaan.
2. 7.4. Tahap-tahap Implementasi QFD
Tahap-tahap dan pengimplementasian QFD secara umum ada tiga fase yaitu:
1. Fase pengumpulan suara konsumen (Voice Of Customer ) prosedur umum dalam pengumpulan suara konsumen adalah:
a. Menentukan atribut-atribut yang dipentingkan konsumen (berupa data kualitatif) dan data ini biasanya diperoleh dari wasancara dan observasi terhadap konsumen.
b. Mengukur tingkat kepentingan dari atribut-atribut. 2. Fase penyusunan rumah kualitas HOQ
Langkah-langkah dalam pembuatan rumah kualiatas meliputi: Pembuatan matrik kebutuhan konsumen, tahap ini meliputi:
a. Menentukan konsumen.
b. Mengumpulkan data keinginan dan kebutuhan konsumen. Pembuatan Matrik Perencanaan, tahap ini meliputi :
a. Mengukur kebutuhan konsumen.
b. Menentukan kebutuhan performasi konsumen
Beberapa kolom dalam matrik perencanaan:
a. Importance to Customer
Tempat untuk menyatakan seberapa penting tiap kebutuhan bagi konsumen.
b. Relative Importance
Merefleksikan suatu kebutuhan beberapa kali lebih penting dibandingkan dengan kebutuhan lainnya bagi konsumen.
c. Ordinal Importance
Tingkat kepentingan ini meminta responden untuk mengurutkan data, sehingga keputusan akan lebih konsisten.
d. Customer Satisfaction Performance
Merupakan persepsi konsumen terhadap seberapa baik produk yang ada saat ini dalam memuaskan konsumen.
e. Competitive Satisfaction Performance
Merupakan persepsi konsumen terhadap seberapa baik produk pesaing dapat memuaskan konsumen.
f. Goal and Improvement Ratio
Dibuat untuk memutuskan level dari customer performance
yang ingin dicapai dalam memenuhi kebutuhan konsumen.
g. Sales Point
Berisi informasi tentang kemampuan dalam menjual produk atau jasa, didasarkan pada seberapa baik tiap kebutuhan konsumen dapat dipenuhi.
h. Row Weight
Memodelkan kepentingan keseluruhan bagi tim dari tiap
customer need, improvement ratio, dan sales point
3. Pembuatan Respon Teknis
Tahap ini merupakan tahap pemunculan karakteristik kualitas pengganti (Subtitute Quality Characteristic). Pada tahap ini dilakukan transformasi dari kebutuhan yang bersifat non teknis menjadi data yang bersifat teknis guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan konsumen.
4. Menentukan Hubungan Respon Teknis Dengan Kebutuhan Konsumen Tahap ini menentukan seberapa kuat hubungan antara respon teknis dengan kebutuhan konsumen. Hubungan antara keduanya bisa berupa hubungan yang sangat kuat, sedang, atau lemah.
5. Korelasi Teknis
Tahap ini menggambarkan hubungan dan ketergantungan antar respon teknis. Sehingga dapat dilihat apakah suatu respon teknis yang satu mempengaruhi respon teknis yang lain.
6. Benchmarking dan Penetapan Target
Tahap ini dilakukan analisa perbandingan bagi pesaing dengan perusahaan, sehingga dapat diketahui tingkat persaingan yang terjadi. 7. Fase Analisa dan Interpretasi
Merupakan analisa dari tahap-tahap diatas.
2.8. Teknik Pengambilan Sample (Sampling)
Sebelum mensurvei responden, peneliti harus membuat perencanaan pengambilan sample (sampling) yang membutuhkan 3 keputusan :
1. Penentuan target populasi yang akan di sampling.
2. Penentuan ukuran sample, yaitu jumlah elemen populasi yang akan diteliti. Langkah-langkah dalam menentukan ukuran sample minimum adalah:
Menentukan tingkat kesalahan (error) dari interval estimasi.
Menentukan tingkat keyakinan (confidence level) bahwa interval estimasi itu benar. Semakin tinggi tingkat keyakinan yang
digunakan maka semakin rendah tingkat kepentingannya (significant level).
Standar deviasi populai diestimasi dari standar deviasi sample karena standar deviasi populasi tidak diketahui. Standar deviasi sample diperoleh dari uji coba sample (pilot sample). Mengingat sulitnya mengestimasi presentase standar deviasi populasi ( SD ) dari atribut yang diteliti dan agar kuesioner terjamin keabsahannya, serta dapat mewakili populasi, maka dilakukan perhitungan jumlah sample minimum yang harus diperoleh dengan rumus:
= . . 0,25
[ . ( − 1) + ( . 0,25)]… (2.4) Dimana :
n = besar sample yang dipersyaratkan N = besar populasi yang diperkirakan d = tingkat presisi
Z = jumlah unit SD distribusi sampling yang berkorespondensi dengan tingkat kepercayaan yang diinginkan.
3. Pemilihan teknik pengambilan sample, terdiri dari dua metode yaitu : Pengambilan sampel dengan probabilitas, yaitu prosedur
pengambilan sampel dimana setiap elemen populasi memiliki kemungkinan probabilistic yang tetap untuk menjadi sampel. Yang termasuk kedalam teknik sample dengan probabilitas ini antara lain
seperti simple random sampling, stratified sampling, systematic sampling, dan cluster sampling.
Pengambilan sample tanpa probabilitas (nonprobability sampling), yaitu prosedur pengambilan sample dengan menggunakan pendapat individu dari peneliti. Teknik sampling tanpa probabilitas ini antara lain adalah convenience/incidental sampling, judgement/purposive sampling dan quota sampling.
2.9. Skala Likert
Mutu jasa atau produk dapat juga di indeks dengan kekuatan jawaban menuju kesetiap butir kepuasan. Format tipe likert dirancang untuk memungkinkan pelanggan menjawab dalam berbagai tingkatan pada setiap butir yang menguraikan jasa/produk (J. Suprapto, 1997 :85). Adapun didalam skala likert tingkat kepentingan responden terhadap suatu pertanyaan dalam angket diklasifikasikan sebagai berikut:
Sangat penting (SP) Penting (P)
Cukup penting (CP) Kurang penting (KP) Tidak penting (TP)
Penilaian skor yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan harapan sebagai berikut:
1. Menggantikan sementara untuk pernggantian huruf pilihan pada setiap item. Harga sementara yang diberikan utnuk setiap kategori jawaban dapat diliha dalam tabel 2.4 berikut :
Tabel 2. 4 Skala Klasifikasi Jawaban Klasifikasi Jawaban Skor
Tidak Penting 1
Kurang Penting 2
Cukup penting 3
Penting 4
Sangat penting 5
Sumber :Perancangan Produk, Rosnami Ginting.2009
2. Menyusun tabel yang berisi harga-harga sementara tersebut berdasarkan responden dan butiran pertanyaan.
3. Menghitung frekwensi pilihan jawaban pada tiap-tiap butir, lalu dijumlah pada setiap item atau butir.
4. Menganalisa data pada tahap kedua untuk mengetahui kesahihan dan keandalan.
2.10. Peneliti Terdahulu
2.10.1. Perancangan Produk Water Waker Menggunakan Metode Quality Fuction Deployment (QFD)
Penelitian ini di lakukan oleh Yulistiana Rahman, 2012. Dimana Pemilihan metode yang lebih baik dalam perancangan produk untuk menigkatkan mutu atau jasa yang dihasilkan sangat diperlukan. Perancangan produk jam water weker sebagai produk inovasi dari produk jam weker yang sudah ada untuk mengetahui suara konsumen terhadap perancangan produk water waker. Metode
yang digunakan adalah metode gabungan antara sudi pustaka dan studi lapangan. Penelitian ini dilakukan sampai pada desain jam weker, objek penelitian adalah responden yang sering menggunakan jam weker dan sejenisnya. Dari analisa produk jam weker yang sudah ada, dapat dikembangkan suatu model dengan tambahan fitur. Dan dari hasil uji kecukupan data untuk kuesioner akhir dengan nilai N > N’ sehingga data tersebut sudah cukup untuk acuan desain produk sesuai dengan keinginan pelanggan.