• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP SISA HASIL USAHA (SHU) PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) SE KOTA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP SISA HASIL USAHA (SHU) PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) SE KOTA SEMARANG"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP SISA HASIL USAHA (SHU) PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) SE

KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Isma Octavia Ade Fufani NIM 7350407085

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :

Hari : Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Murwatingsih, MM Moh. Khoirudin, Se, M. Si

NIP. 195201231980032001 NIP.197001062008121001

Mengetahui :

a/n Ketua Jurusan Manajemen Sekretaris Jurusan Manajemen

Dra. Palupiningdyah, M. Si NIP. 195208041980032001

(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Penguji

Dr. Ketut Sudarma, MM NIP. 195211151978031002

Anggota I Anggota II

Dra. Murwatiningsih, MM Moh. Khoiruddin, SE, M. Si

NIP. 195201231980032001 NIP.197001062008121001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi

Dr. S. Martono, M. Si NIP. 196603081989011001

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Agustus 2013

Isma Octavia Ade Fufani NIM. 7350407085

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Jangan mencari tuhan karena kamu butuh jawaban. Carilah tuhan karena kamu tahu bahwa dia-lah jawaban atas pertanyaanmu itu. Banyak kegagalan dalam hidup ini di karenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.

- Thomas A. Edison

Persembahan :

 Orangtuaku tercinta terimakasih atas doanya.  Almamaterku, Universita Negeri Semarang.

(6)

vi PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : Pengaruh struktur modal terhadap sisa hasil usaha (SHU) pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) se Kota Semarang Penulis menyadari bahwa skripsi ini tak dapat disusun tanpa adanya peran dari berbagai pihak yang turut mendukung, membimbing, dan membantu, hingga penelitian ini selesai. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M. Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan belajar di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. S. Martono, M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan belajar di Universitas Negeri Semarang.

3. Dra. Palupiningdyah, M.Si, Ketua Jurusan Manajemen UNNES, yang telah memberikan kesempatan belajar di Universitas Negeri Semarang. 4. Dra. Murwatiningsih, MM Pembimbing I yang membimbing,

mengarahkan, dan memotivasi dalam pembuatan skripsi ini.

5. Moh. Khoiruddin, SE, M.Si Pembimbing II yang dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

(7)

vii

6. Dr. Ketut Sudarma, MM Penguji Skripsi yang mengarahkan, dan memotivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

7. Bapak dan Ibu Dosen Manajemen yang selalu membimbing didalam dan diluar perkuliahan.

8. Orangtua dan keluarga terima kasih untuk kasih sayang, semangat, dan dukungannya.

9. Teman-teman Manajemen angkatan 2007 dan teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

10. Semua pihak yang turut membantu, mendukung dan memotivasi sebelum, saat, dan sesudah penulisan skripsi ini.

Semoga segala kebaikan yang telah dicurahkan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa, amin. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Semarang, Agustus 2013

(8)

viii SARI

Isma Octavia Ade Fufani, 2013. “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Sisa Hasil

Usaha (SHU) Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Se Kota Semarang”. Skripsi. Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dra. Murwatiningsih, MM. Pembimbing II : Moh Khoiruddin, SE, M.Si.

Kata Kunci: Modal Sendiri, Modal Pinjaman, Sisa Hasil Usaha (SHU).

Koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia, meskipun tidak berorientasi mencari keuntungan semata akan tetapi usaha-usaha yang dikelola harus tetap memperoleh penghasilan yang layak demi menjaga kelangsungan hidup dan meningkatkan kemampuan usaha. Demikian halnya pada KPRI di Kota Semarang setiap usaha yang dijalankan bertujuan untuk memperoleh Sisa Hasil Usaha (SHU) yang wajar. Mengingat fungsi Sisa Hasil Usaha (SHU) yang sangat penting bagi kelangsungan hidup KPRI, maka usaha-usaha yang dijalankan harus senantiasa dapat meningkatkan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU). Salah satu upaya untuk meningkatkan Sisa Hasil Usaha (SHU) tersebut adalah dengan menggunakan modal yang dimiliki KPRI, baik Modal Sendiri maupun Modal Pinjaman secara efisien serta memiliki struktur finansial dan struktur modal yang baik. Dengan Modal Sendiri dan Modal Pinjaman yang digunakan untuk mengelola usaha-usaha KPRI, diharapkan dapat meningkatkan Sisa Hasil Usaha (SHU). Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Adakah pengaruh rasio modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI se Kota Semarang? (2) Adakah pengaruh rasio pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI se Kota Semarang? (3) Seberapa besar pengaruh rasio modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER) dan rasio modal pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI se Kota Semarang? Penelitian ini bertujuan untuk: (1)Untuk mengetahui pengaruh antara modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) (2) Untuk mengetahui pengaruh antara modal pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) (3) Untuk mengetahui pengaruh modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER) dan modal pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU). Populasi dalam penelitian ini adalah KPRI yang menjadi anggota PKPRI dan mengumpulkan laporan pertanggung jawaban tahun 2010-2011 sebanyak 60 KPRI. Variabel penelitian ada dua yaitu variabel independen dan variabel dependen. Sebagai variabel independen dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER) (X1) dan Debt To Total Asset Ratio (DAR) (X2), sedangkan untuk variabel dependen (Y) adalah Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan data statistik yaitu analisis regresi linier berganda. Hasil yang diperoleh setelah penelitian yaitu data sampel KPRI Kota Semarang berdistribusi normal, dilihat dari pola titik-titik yang diperoleh dari uji kenormalan data yang tersebar pada daerah garis diagonal. Hasil pengujian menunjukkan tidak

(9)

ix

terjadi multikolinearitas dalam model empiris yang diuji. Hal ini ditunjukkan dengan nilai tolerance dari semua variabel independen yang lebih dari 0,10. Hasil pertimbangan nilai VIF (Variance Inflation Factor) menunjukkan tidak ada satupun variabel independen yang memiliki VIF lebih dari 10. Nilai D-W 1,951 lebih besar dari batas atas (du) 1,67 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi. Pola yang jelas dengan titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y pada uji scatterplot menunjukkan tidak mengandung heterokedastisitas.

Pengaruh struktur modal terhadap sisa hasil usaha, struktur modal dan sisa hasil usaha berpengaruh positif dan signifikan secara simultan terhadap sisa hasil usaha yang ditunjukan oleh F hitung sebesar 4,921 dengan sig 0,000. F hitung dengan tingkat signifikansi 0.000 jauh lebih kecil dari level significance 5% (0,05) menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Struktur modal mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap sisa hasil usaha, yang ditunjukkan oleh nilai t hitung untuk struktur modal -0,024 dengan sig 0,014. Struktur modal sendiri mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap sisa hasil usaha, yang ditunjukkan oleh nilai t hitung untuk variabel modal sendiri sebesar 0,294 dengan sig 0,009. Struktur modal pinjaman mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap sisa hasil usaha, yang ditunjukkan oleh hasil t hitung untuk variabel struktur modal sebesar -0,157 dengan sig -0.003.

Hasil penelitian membuktikan bahwa struktur modal dan sisa hasil usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan secara simultan. Hasil penelitian membuktikan bahwa struktur modal pinjaman berpengaruh negatif dan signifikan terhadap sisa hasil usaha. Hasil penelitian membuktikan bahwa struktur modal berpengaruh terhadap sisa hasil usaha. Hasil penelitian membuktikan bahwa struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap sisa hasil usaha. Peneliti menyarankan untuk para peneliti selanjutnya hendaknya dapat melakukan penelitian serupa dengan menambahkan variabel struktur modal optimum. Saran untuk pengurus koperasi harus lebih memanfaatkan modalnya dengan pengembangan usaha, untuk meningkatkan perolehan sisa hasil usaha

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 7

(11)

xi

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Koperasi ... 10

2.1.1 Pengertian Koperasi ... 10

2.1.2 Jenis Jenis Koperasi ... 13

2.1.3 Modal Koperasi ... 14

2.2 Sisa Hasil Usaha (SHU) ... 18

2.2.1 Pembagian Sisa Hasil Usaha ... 19

2.2.2 Faktor Faktor yang Mempengaruhi SHU ... 21

2.2.3 Prinsip Prinsip Pembagian SHU ... 22

2.6 Hubingan Modal Sendiri dengan Sisa Hasil Usaha (SHU) ... 24

2.7 Hubingan Modal Pinjaman dengan Sisa Hasil Usaha (SHU) ... 26

2.8 Stuktur Modal ... 26

2.8.1 Definisi Struktur Modal ... 26

2.8.2 Faktor Faktor yng Mempengaruhi Struktur Modal ... 39

2.9 Penelitian Terdahulu ... 42

(12)

xii

2.11 Hipotesis ... 46

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi Penelitian ... 48

3.2 Sampel Penelitian ... 48

3.3 Variabel Penelitian ... 50

3.3.1 Variabel Independen ... 50

3.3.2 Variabel Dependen ... 51

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 52

3.5 Metode Pengolahan Dan Analisis Data ... 52

3.6 Analisis Inferensial ... 53

3.6.1 Uji Normalitas Data ... 53

3.6.2 Analisis Regresi Berganda ... 53

3.6.3 Koefisien Determinasi R² ... 54

3.7 Uji Hipotesis ... 54

3.7.1 Uji Hipotesis t-test ... 54

3.7.2 Uji Hipotesis F-test ... 55

3.8 Uji Asumsi Klasik ... 56

(13)

xiii

3.8.2 Multikolinearitas ... 56

3.8.3 Heteroskedastisitas ... 57

3.8.4 Autokorelasi ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 59

4.1.1 Obyek Penelitian ... 59

4.1.2 Jenis Usaha KPRI ... 59

4.2 Struktur Modal ... 64

4.3 Variabel Struktur Modal ... 60

4.3.1 Variabel Struktur Modal Sendiri (DER) ... 64

4.3.2 Variabel Struktur Modal Pinjaman (DAR) ... 65

4.3.3 Sisa Hasil Usaha ... 65

4.4 Uji Analisis Data ... 66

4.4.1 Uji Asumsi Klasik ... 66

4.4.2 Uji Normalitas ... 66

4.4.3 Uji Multikolinieritas ... 67

(14)

xiv

4.4.5 Uji Autokorelasi ... 70

4.5 Analisis Regresi ... 71

4.6 Uji Hipotesis ... 72

4.6.1 Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ... 72

4.6.2 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 73

4.7 Koefisien Determinasi ... 74

4.8 Pembahasan ... 74

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Pembahasan ... 77

5.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Daftar Sampel KPRI di Kota Semarang ... 49

Tabel 4.1 Struktur Modal KPRI Kota Semarang tahun 2010 ... 61

Tabel 4.2 Struktur Modal KPRI Kota Semarang tahun 2011 ... 62

Tabel 4.1 Sisa Hasil Usaha KPRI Kota Semarang tahun 2010-2011 ... 63

Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas Rangkuman Nilai tolerance dan VIF ... 68

Tabel 4.8 Uji glejser ... 69

Tabel 4.7 Hasil Analisis Autokorelasi ... 70

Tabel 4.7 Durbin-Watson Test ... 70

Tabel 4.9 Analisis Regresi Linier Berganda ... 71

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 46

Gambar 4.1 Uji Normalitas Data dengan P-Plot...67

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Keuangan 2010 ... 82

Lampiran 2 Data Keuangan 2011 ... 84

Lampiran 3 Data Keuangan Regresi 2010 ... 86

Lampiran 4 Data Keuangan Regresi 2011 ... 88

Lampiran 5 Data Modal Sendiri, Pinjaman dan DER 2010 ... 90

Lampiran 6 Data Modal Sendiri, Pinjaman dan DER 2011 ... 91

Lampiran 7 Data Modal Sendiri, Pinjaman dan DAR 2010 ... 92

Lampiran 8 Data Modal Sendiri, Pinjaman dan DAR 2011 ... 93

Lampiran 9 Data Struktur Modal 2010 ... 94

Lampiran 10 Data Struktur Modal 2011 ... 95

Lampiran 11 Data Struktur Modal (Log) 2010 ... 96

Lampiran 12 Data Struktur Modal (Log) 2011 ... 97

Lampiran 13 Data Debt to Equity Ratio (DER) 2010-2011 ... 98

Lampiran 14 Data Debt to Total Asset Ratio (DAR) 2010-2011 ... 99

Lampiran 15 Data Sisa Hasil Usaha... 100

(18)

xviii

Lampiran 17 Data Peningkatan Debt to Equity Ratio (DER) 2011 ... 102

Lampiran 18 Data Peningkatan Debt to Total Asset Ratio (DAR) 2010 ... 103

Lampiran 19 Data Peningkatan Debt to Total Asset Ratio (DAR) 2011 ... 104

Lampiran 20 Data Peningkatan Sisa Hasil Usaha ... 105

Lampiran 21 Populasi ... 106

(19)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Koperasi lahir sebagai reaksi terhadap sistem liberalisme ekonomi pada permulaan abad ke19, yang pada waktu itu sekelompok kecil pemilik-pemilik modal menguasai kehidupan masyarakat. Mereka hidup berlebih sedangkan sekelompok besar dari masyarakat yang lemah kedudukan sosial ekonominya makin terdesak. Pada saat itulah tumbuh gerakan Koperasi, yang menentang aliran individualisme dengan asas kerja sama dan bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Bentuk kerja sama ini melahirkan perkumpulan Koperasi.

Dalam tata perekonomian nasional kita, sangat diharapkan agar Koperasi Indonesia dapat menempati posisi dan kedudukan yang penting. Bahkan Koperasi Indonesia diharapkan menjadi soko guru perekonomian nasional Indonesia. Koperasi Indonesia mempunyai dasar konstitusional yang kuat, yakni UUD 1945 pasal 33 ayat 1 berbunyi “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Dalam penjelasan dari pasal tersebut dikatakan bahwa produksi dikerjakan oleh semua untuk semua, di bawah pimpinan atau kepemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang. Oleh karena itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan .

(20)

Menurut UU No. 25 Tahun 1992, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) adalah Koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari para Pegawai Negeri Republik Indonesia dalam suatu daerah kerja. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) merupakan salah satu jenis Koperasi yang membutuhkan modal yang cukup untuk menggerakkan dan meningkatkan seluruh bidang usahanya. Sebagian besar KPRI dalam mengelola usahanya lebih mengutamakan menggunakan Modal Sendiri daripada Modal Pinjaman.

Koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia, meskipun tidak berorientasi mencari keuntungan semata akan tetapi usaha-usaha yang dikelola harus tetap memperoleh penghasilan yang layak demi menjaga kelangsungan hidup dan meningkatkan kemampuan usaha. Keuntungan di dalam Koperasi biasa disebut dengan istilah Sisa Hasil Usaha (SHU). Berdasarkan UU No.25 Tahun 1992 Pasal 45 Ayat 1 Sisa Hasil Usaha merupakan pendapatan Koperasi yang diperoleh dalam waktu satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.

(21)

Jumlah Sisa Hasil Usaha yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan meningkat merupakan faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian dalam menilai keuntungan suatu Koperasi. Stabilitas usaha menunjukkan kemampuan Koperasi menggunakan modalnya secara efisien sehingga memperoleh keuntungan yang besar. Adapun faktor yang mempengaruhi SHU terdiri dari faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam seperti partisipasi anggota, jumlah Modal Sendiri, kinerja pengurus, jumlah unit usaha yang dimiliki, kinerja manajer, dan kinerja karyawan. Sedangkan faktor dari luar seperti modal pinjaman dari luar, para konsumen dari luar selain anggota Koperasi dan pemerintah (Tri Ruli Yanti, 2005).

Semakin besar SHU yang diperoleh Koperasi akan meningkatkan kesejahteraan para anggotanya dan masyarakat pada umumnya. Untuk meningkatkan perolehan SHU sangat tergantung dari besarnya modal yang berhasil dihimpun oleh Koperasi untuk menjalankan usahanya. Modal Koperasi terdiri dari Modal Sendiri dan Modal Pinjaman. Modal Sendiri dapat berasal dari: Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, dana cadangan dan hibah. Sedangkan Modal Pinjaman dapat berasal dari: anggota, Koperasi lainnya dan atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, serta sumber lainnya yang sah.

Hubungan modal Koperasi dengan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) juga tergantung pada peran aktif anggotanya untuk tetap mempertahankan untuk menjadi anggota, artinya setiap anggota tidak akan meninggalkan Koperasinya. Oleh karena itu fungsi pendidikan bagi anggota harus terus-menerus dilaksanakan

(22)

untuk mempertahankan mereka mempercayai Koperasinya, bahwa pengelolaan Koperasi benar-benar sehat, baik sehat organisasi maupun sehat usaha.

Dalam setiap tahunnya SHU yang diperoleh Koperasi disisihkan dan dibagi untuk keperluan: cadangan koperasi, jasa anggota, dana pengurus, dana pegawai, dana pendidikan, dana sosial dan dana pembangunan daerah kerja. Adapun cara dan besarnya penyisihan SHU ditetapkan dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) masing-masing Koperasi.

Mengingat kegunaan dan fungsi dari penyisihan SHU yang begitu banyak, maka perolehan SHU bagi Koperasi pada setiap tahun menjadi sangat penting. Melalui SHU, Koperasi dapat memupuk Modal Sendiri yaitu dengan dana cadangan yang disisihkan setiap akhir periode tutup buku, sehingga akan memperkuat struktur modalnya. Selain itu dana-dana yang disisihkan dari SHU, apabila belum dicairkan atau digunakan maka akan diperlakukan sebagai tambahan modal yaitu sebagai modal pinjaman tanpa dikenakan biaya modal. Oleh sebab itu apabila Koperasi dapat meningkatkan perolehan SHU dalam setiap tahunnya dengan sendirinya akan memperkuat struktur finansialnya.

Pada KPRI Kota Semarang, setiap usaha yang dijalankan bertujuan untuk memperoleh Sisa Hasil Usaha. Mengingat fungsi SHU yang sangat penting bagi kelangsungan hidup KPRI, maka usaha-usaha yang dijalankan harus senantiasa dapat meningkatkan perolehan SHU. Dengan pengelolaan Modal Sendiri yang baik diharapkan akan memberikan manfaat yang dapat mendatangkan keuntungan Sisa Hasil Usaha (SHU) bagi Koperasi. Jika Modal Sendiri naik maka Sisa Hasil Usaha yang diperoleh akan naik juga.

(23)

KPRI Kota Semarang adalah Koperasi yang usahanya bertumpu pada usaha pertokoan, simpan pinjam dan aneka jasa, berbagai jenis usaha ini dikelola oleh KPRI se Kota Semarang. Simpanan Wajib dan Simpanan Pokok merupakan Modal Sendiri yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan usaha pada KPRI Kota Semarang. Modal Sendiri yang diperoleh dari simpanan anggota digunakan Koperasi untuk usaha simpan pinjam dengan didukung oleh kemampuan permodalan yang cukup besar diharapkan akan diperoleh SHU yang cukup besar pula.

Dalam setiap tahunnya KPRI Kota Semarang membuat Laporan Tahunan Pengurus dan Pengawas yang berisi tentang laporan pertanggungjawaban pengurus kepada Rapat Anggota atas kegiatan Koperasi dan usahanya yang dilakukan selama satu tahun. Adapun tujuan dibuatnya laporan tersebut untuk mengevaluasi sampai sejauh mana perkembangan yang telah dicapai oleh KPRI Kota Semarang.

Mengingat kegunaan dan fungsi dari penyisihan SHU yang begitu banyak, maka perolehan SHU bagi Koperasi pada setiap tahun menjadi sangat penting. Melalui SHU, Koperasi dapat memupuk Modal Sendiri yaitu dengan dana cadangan yang disisihkan setiap akhir periode tutup buku, sehingga akan memperkuat struktur modalnya. Selain itu dana-dana yang disisihkan dari SHU, apabila belum dicairkan atau digunakan maka akan diperlakukan sebagai tambahan modal yaitu sebagai modal pinjaman tanpa dikenakan biaya modal. Oleh sebab itu apabila Koperasi dapat meningkatkan perolehan SHU dalam setiap tahunnya dengan sendirinya akan memperkuat struktur finansialnya.

(24)

Pada KPRI Kota Semarang, setiap usaha yang dijalankan bertujuan untuk memperoleh Sisa Hasil Usaha. Mengingat fungsi SHU yang sangat penting bagi kelangsungan hidup KPRI, maka usaha-usaha yang dijalankan harus senantiasa dapat meningkatkan perolehan SHU. Dengan pengelolaan Modal Sendiri yang baik diharapkan akan memberikan manfaat yang dapat mendatangkan keuntungan Sisa Hasil Usaha (SHU) bagi Koperasi. Jika Modal Sendiri naik maka Sisa Hasil Usaha yang diperoleh akan naik juga.

KPRI Kota Semarang adalah Koperasi yang usahanya banyak bertumpu pada pertokoan, simpan pinjam dan aneka jasa. Simpanan Wajib dan Simpanan Pokok merupakan Modal Sendiri yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan usaha pada KPRI Kota Semarang. Modal Sendiri yang diperoleh dari simpanan anggota digunakan Koperasi untuk usaha simpan pinjam dengan didukung oleh kemampuan permodalan yang cukup besar diharapkan akan diperoleh SHU yang cukup besar pula.

Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan analisis lebih lanjut temuan-temuan empiris mengenai struktur modal. Khususnya yang menyangkut kegunaannya dalam pengaruh terhadap sisa hasil usaha. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu (1) variabel independen; Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Asset Ratio (DAR), (2) Variabel Dependen ; Sisa Hasil Usaha. Diadopsi dari variabel yang digunakan pada penelitian sebelumnya dan berbagai sumber dari literatur lain.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa variabel Struktur Modal dapat membantu memberikan informasi dan mengevaluasi keadaan finansial masa lalu,

(25)

sekarang serta untuk memproyeksi hasil atau laba yang akan datang, serta berdasarkan penelitian terdahulu membuktikan ada hubungan variabel struktur modal terhadap sisa hasil usaha, sehingga penelitian ini akan membahas mengenai

“Pengaruh Struktur Modal Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Se Kota Semarang”

1.2 Perumusan Masalah

Perolehan besarnya SHU bagi koperasi menjadi sangat penting, karena dengan meningkatnya SHU, maka akan meningkat pula kesejahteraan para anggotanya dan masyarakat pada umumnya.

Diperlukan perhatian yang khusus dalam upaya meningkatkan SHU. Masalah yang utama dalam koperasi untuk meningkatkan SHU selama ini adalah dalam hal permodalan, tanpa adanya modal yang cukup koperasi tidak mungkin dapat meningkatkan perolehan SHU. Dalam hal ini modal yang dimiliki koperasi baik modal sendiri maupun modal pinjaman yang digunakan untuk menjalankan usaha akan sangat menentukan perolehan SHU. Dalam hal ini KPRI harus benar-benar memperhatikan struktur modal yang efektif dalam upaya meningkatkan perolehan SHU.

Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah pengaruh rasio modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI se Kota Semarang? 2. Adakah pengaruh rasio pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR)

(26)

3. Adakah pengaruh rasio modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER) dan rasio modal pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI se Kota Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh antara modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).

2. Untuk mengetahui pengaruh antara modal pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).

3. Untuk mengetahui pengaruh antara modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER) dan modal pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) secara bersama-sama terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :

a. Kegunaan Teoritis

Secara akademis penelitian ini bermanfaat sebagai bahan kajian dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan dibidang manajemen keuangan terutama mengenai penerapan variabel struktur modal dalam perkoperasian. Dapat mengetahui sejauh mana pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi serta memberikan rangsangan dalam melakukan

(27)

penelitian lanjutan dengan topik dan pembahasan yang berkaitan dengan penelitian.

b. Kegunaan Praktis 1. Bagi KPRI

Hasil Penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan KPRI pada khususnya, dan bagi koperasi lain pada umumnya.

2. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan mampu menciptakan kemampuan dalam menganalisis kinerja keuangan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan para civitas akademika khususnya dalam hal yang berkaitan dengan variabel struktur modal.

(28)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Koperasi

2.1.1 Pengertian Koperasi

Dilihat asal katanya, istilah Koperasi berasal dari bahasa Inggris cooperation yang berarti usaha bersama. Dengan arti lain adalah segala bentuk pekerjaan yang dilakukan secara bersamasama sebenarnya dapat dikatakan sebagai Koperasi. Tetapi yang dimaksud Koperasi dalam hal ini bukanlah segala bentuk pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama dalam arti yang sangat umum tersebut .

Secara umum yang dimaksud dengan Koperasi adalah suatu badan usaha bersama yang bergerak di bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya (G. Kartasapoetra, dkk, 2007:1).

Menurut bapak Koperasi Indonesia Moh. Hatta, mendefinisikan Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan „seorang buat semua dan semua buat seorang‟.

(29)

Menurut UU No.25 Tahun 1992 Pasal 1 mengatakan bahwa Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

1) Prinsip Koperasi

Menurut UU No. 25 tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip Koperasi, yaitu:

1) Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut: a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.

b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.

c. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota (andil anggota tersebut dalam Koperasi).

d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. e. Kemandirian.

2) Dalam pengembangan Koperasi, maka Koperasi melaksanakan pula prinsip Koperasi sebagai berikut:

a. Pendidikan perkoperasian. b. Kerjasama antar Koperasi.

Prinsip Koperasi ini merupakan esensi dari dasar kerja Koperasi sebagai badan usaha dan merupakan ciri khas dan jati diri Koperasi yang membedakannya dari badan usaha lainnya.

(30)

1) Sifat kesukarelaan dalam keanggotaan Koperasi mengandung makna bahwa menjadi anggota Koperasi tidak boleh dipaksakan siapapun. Sifat kesukarelaan juga mengandung makna bahwa seorang anggota dapat mengundurkan diri dari Koperasinya sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam Anggaran Dasar Koperasi. Sedangkan sifat terbuka memiliki arti bahwa dalam keanggotaan tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.

2) Prinsip demokrasi menunjukkan bahwa pengelolaan Koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota. Para anggota itulah yang memegang kekuasaan tertinggi dalam.

3) Pembagian Sisa Hasil Usaha kepada anggota dilakukan tidak sematamata berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam Koperasi tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota terhadap Koperasi. Ketentuan yang demikian ini merupakan perwujudan nilai kekeluargaan dan keadilan.

4) Modal dalam Koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan anggota dan bukan untuk sekedar mencari keuntungan. Oleh karena itu balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota juga terbatas, dan tidak didasarkan semata-mata atas besarnya modal yang diberikan, yang dimaksud dengan terbatas adalah wajar dalam arti tidak melebihi suku bunga yang berlaku dipasar.

5) Kemandirian mengandung pengertian dapat berdiri sendiri, tanpa tergantung pada pihak lain yang dilandasi oleh kepercayaan kepada

(31)

pertimbangan, keputusan, kemampuan dan usaha sendiri. Dalam kemandirian terkandung pula pengertian kebebasan yang bertanggung jawab, otonomi, swadaya, berani mempertanggung-jawabkan perbuatan sendiri, dan kehendak untuk mengelola diri sendiri.

Untuk pengembangan dirinya Koperasi juga melaksanakan dua prinsip Koperasi yang lain yaitu pendidikan perkoperasian dan kerjasama antar Koperasi, hal tersebut merupakan prinsip Koperasi yang penting dalam meningkatkan kemampuan, memperluas wawasan anggota, dan memperkuat solidaritas dalam mewujudkan tujuan Koperasi. Kerja sama dapat dilakukan antar Koperasi ditingkat lokal, regional, nasional dan internasional.

1.5 Jenis Jenis Koperasi

Dasar jenis Koperasi Indonesia adalah kebutuhan suatu golongan dalam masyarakat yang homogen karena kesamaan aktivitas dan ekonominya. Berbagai jenis Koperasi lahir seirama dengan aneka jenis usaha untuk memperbaiki kehidupan. Secara garis besar jenis Koperasi yang ada dapat kita bagi menjadi 5 golongan, yaitu: (Anoraga dan Widiyanti, 2007:1927).

1. Koperasi Konsumsi

Koperasi konsumsi ialah Koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari tiap-tiap orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam lapangan konsumsi.

(32)

Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam ialah Koperasi yang bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan-tabungan para anggota secara teratur dan terus-menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah, murah, cepat, dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. 3. Koperasi Produksi

Koperasi Produksi adalah Koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan barang, baik yang dilakukan oleh Koperasi sebagai organisasi maupun orang-orang anggota Koperasi .

4. Koperasi Jasa

Koperasi Jasa adalah Koperasi yang berusaha di bidang penyediaan jasa tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum.

5. Koperasi Serba Usaha

Koperasi Serba Usaha adalah Koperasi yang berusaha dalam beberapa macam kegiatan ekonomi yang sesuai dengan kepentingan para anggota.

2.1.3 Modal Koperasi

Seperti halnya bentuk badan usaha yang lain, untuk menjalankan kegiatan usahanya Koperasi memerlukan modal. Adapun modal Koperasi terdiri atas Modal Sendiri dan Modal Pinjaman.

Menurut Riyanto (2001:227-240) ada 2 (dua) macam modal yaitu Modal Sendiri dan modal asing. Yang dimaksud Modal Sendiri adalah modal yang

(33)

berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan laba) atau berasal dari pengambil bagian, peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta). Dan yang dimaksud dengan modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan merupakan utang yang harus dibayar kembali.

Yang dimaksud dengan Modal Sendiri menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1992 adalah modal yang menangung risiko atau disebut modal ekuiti. Apabila dalam suatu tahun buku, Koperasi menderita kerugian maka yang harus menanggung kerugian tersebut adalah komponen Modal Sendiri. Modal Sendiri menurut UU No.25 tahun 1992 pasal 41, sebagai berikut :

1. Simpanan Pokok

Simpanan Pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada Koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan Pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

2. Simpanan Wajib

Simpanan Wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada Koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan Wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

(34)

Dana Cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa Hasil Usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk Modal Sendiri dan untuk menutup kegiatan Koperasi bila diperlukan.

4. Hibah

Hibah adalah pemberian yang diterima Koperasi dari pihak lain berupa uang atau barang secara cuma-cuma.

Bagi Koperasi, Modal Sendiri merupakan sumber permodalan yang utama, hal tersebut karena alasan: (Anoraga dan Widiyanti, 2007:84)

1 . Modal yang berasal dari anggota merupakan salah satu wujud kepemilikan anggota terhadap Koperasi beserta usahanya. Anggota yang memodali usahanya sendiri akan merasa lebih bertanggung jawab terhadap keberhasilan usaha tersebut .

2. Alasan Ekonomi

Modal yang berasal dari anggota akan dapat dikembangkan secara lebih efisien dan murah karena tidak diperkenankan persyaratan bunga. 3. Alasan Resiko

Modal Sendiri/anggota juga mengandung resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan modal dari luar, khususnya pada saat usaha tidak berjalan dengan lancar.

Yang dimaksud dengan modal pinjaman menurut Purwanto (1986:30) pinjaman adalah modal yang berasal dari luar perusahaan dan bukan dari perusahaan itu sendiri. Dalam UU No.7 Tahun 1992 pinjaman adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu didasasrkan persetujuan atau

(35)

kesepakatan pinjaman antar bank dan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutang setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga/ imbalan/ penghasilan hasil keuntungan. Modal pinjaman/ modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan “utang” yang pada saatnya harus dibayar kembali (Riyanto 2001:227).

Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 1992 modal pinjaman koperasi dapat berasal dari:

a. Anggota

Modal pinjaman dari anggota adalah pinjaman yang diperoleh dari anggota koperasi yang bersangkutan, termasuk calon anggota yang memenuhi syarat.

b. Koperasi lain dan atau anggotanya

Modal pinjaman dari koperasi lain dan atau anggotanya adalah pinjaman yang diperoleh dari koperasi lain atau anggotanya yang didasari dengan perjanjian kerja sama antar koperasi.

c. Bank dan Lembaga Keuangan lainya

Modal pinjaman ini diperoleh dari bank atau lembaga keuangan lainya, dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

d. Penerbitan Obligasi dan surat utang lainya

Modal pinjaman ini diperoleh dari penerbitan obligasi atau surat utang lainya, dilakukan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

(36)

e. Sumber lain yang syah

Modal pinjaman ini diperoleh dari bukan anggota yang dilakukan tidak melalui penawaran secara umum.

2.2 Sisa Hasil Usaha (SHU)

Secara kompleks arti dari Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi adalah selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan total (Total Revenue) dengan biaya-biaya atau biaya total (Total Cost) dalam satu tahun waktu (Arifin Sitio dan Halomoan Tambah, 2001 : 87). Sisa Hasil Usaha Koperasi bila ditinjau menurut UU No.25 Tahun 1992, tentang Perkoperasian, Bab IX, pasal 45 adalah sebagai berikut:

1. Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan Koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. 2. Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada

anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan Koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari Koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.

3. Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.

2.3 Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU)

Sisa Hasil Usaha pada dasarnya adalah jumlah dari kelebihan atau kekurangan yang harus dikembalikan kepada anggota-anggota yang mengadakan transaksi dengan Koperasi (Kartasapoetra, dkk, 2007:171).

(37)

Pembagian SHU dibicarakan atau diputuskan dalam Rapat Anggota kemudian ditetapkan dalam Anggaran Dasar Koperasi sebelum dibagikan kepada anggota sesuai dengan hak anggota tersebut, SHU bersumber dari :

1. Dari usaha atau bisnis yang diselenggarakan dengan anggota. 2. Dari usaha atau bisnis yang diselenggarakan dengan bukan anggota.

Dari kedua sumber tersebut, maka SHU yang dibagikan kepada anggota hanyalah SHU yang memang berasal dari usaha atau bisnis dengan anggota Koperasi. Sedangkan SHU yang bersumber dari usaha yang bukan berasal dari anggota dimasukkan ke dalam cadangan untuk modal Koperasi atau untuk keperluan lainnya.

SHU Koperasi yang diterima oleh anggota bersumber dari dua kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota sendiri, yaitu:

1. SHU atas jasa modal

Pembagian ini juga sekaligus mencerminkan anggota sebagai pemilik ataupun investor, karena jasa atas modalnya.

2. SHU atas jasa usaha

Jasa ini menegaskan bahwa anggota Koperasi selain pemilik juga sebagai pemakai atau pelanggan.

Pembagian Sisa Hasil Usaha Koperasi diatur sebagai berikut: (Anoraga dan Widiyanti, 2007: 8788)

1. SHU yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota, dibagikan untuk:

(38)

b. Para anggota, sebanding dengan jasa yang diberikan masingmasing

c. Dana Pengurus

d. Dana Pegawai/ karyawan e. Dana Pendidikan Koperasi f. Dana Sosial

g. Dana Pembangunan Daerah

2. Sisa Hasil Usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk bukan anggota, dibagikan untuk:

a. Cadangan Koperasi b. Dana Pengurus

c. Dana Pegawai/ karyawan d. Dana Pendidikan Koperasi e. Dana Sosial

f. Dana Pembangunan Daerah

Cara penggunaan Sisa Hasil Usaha tersebut, kecuali cadangan, diatur dalam Anggaran Dasar dengan mengutamakan kepentingan Koperasi yang bersangkutan. Cadangan ini dimaksudkan untuk memupuk modal Koperasi bila diperlukan, oleh karenanya cadangan tidak boleh dibagikan kepada anggota walaupun di waktu pembubaran.

Penggunaan Dana Sosial diatur oleh Rapat Anggota dan dapat diberikan antara lain pada fakir miskin, yatim piatu, atau usahausaha sosial lainnya.

(39)

Penggunaan Dana Pembangunan Daerah seyogyanya dilakukan setelah mengadakan konsultasi dengan pihak pemerintah daerah setempat.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi SHU

Menurut Tri Ruli Yanti (2005) faktor yang mempengaruhi SHU adalah: Faktor dari dalam yaitu :

1. Partisipasi Anggota

Anggota Koperasi harus berpartisipasi dalam kegiatan Koperasi karena tanpa adanya peran anggota maka Koperasi tidak akan berjalan lancar.

2. Jumlah Modal Sendiri

SHU anggota yang diperoleh sebagian dari Modal Sendiri yaitu dari Simpanan Wajib, Simpanan Pokok, dana cadangan dan hibah. 3. Kinerja Pengurus

Kinerja pengurus sangat diperlukan dalam semua kegiatan yang dilakukan oleh Koperasi, dengan adanya kinerja yang baik dan sesuai persyaratan dalam Anggaran Dasar serta Undang-Undang perkoperasian maka hasil yang dicapaipun juga akan baik.

4. Jumlah unit usaha yang dimiliki

Setiap Koperasi pasti memiliki unit usaha hal ini juga menentukan seberapa besar volume usaha yang dijalankan dalam kegiatan usaha.

(40)

Kinerja manajer menentukan jalannya semua kegiatan yang dilakukan Koperasi dan memiliki wewenang atas semua hal yang bersifat intern.

6. Kinerja Karyawan

Merupakan kemampuan seorang karyawan dalam mengelola Koperasi.

Faktor dari luar yaitu :

1. Modal pinjaman dari luar

Modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan dan bagi perusahaan merupakan utang yang pada saatnya harus dibayar kembali agar tidak menderita kerugian.

2. Para konsumen dari luar selain anggota Koperasi 3. Pemerintah

Kekayaan Koperasi yang merupakan pemberian bantuan kepada pihak Koperasi secara sukarela baik berwujud uang maupun barang biasanya berasal dari pemerintah dan merupakan hibah.

2.5 Prinsip Prinsip Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU)

Agar tercermin azas keadilan, demokrasi, tranparasi, dan sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip pembagian SHU sebagai berikut :

(41)

Pada hakikatnya SHU yang dibagi kepada anggota adalah yang bersumber dari anggota sendiri, sedangkan SHU yang bukan berasal dari anggota dijadikan sebagai cadangan koperasi. Oleh sebab itu.Langkah pertama dalam pembagian SHU adalah memilahkan antara SHU yang bersumber dari hasil transaksi anggota dan SHU yang bersumber dari non anggota.

b. SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan anggota sendiri.

SHU yang diterima setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif dari modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang dilakukannya dengan koperasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan proporsi SHU untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha yang dibagi kepada anggota.

c. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan.

Proses perhitungan SHU per anggota dan jumlah SHU yang dibagi kepada anggota harus diumumkan secara transparan, sehingga setiap anggota dapat dengan mudah menghitung secara kuantitatif berapa partisipasinya kepada koperasinya. Prinsip ini pada dasarnya juga merupakan salah satu proses pendidikan bagi anggota koperasi dalam membangun suatu kebersamaan, kepemilikan terhadap suatu badan usaha, pendidikan dalam proses demokrasi.

(42)

SHU per anggota harus diberikan secara tunai, karena dengan demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang sehat kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya.

2.6 Hubungan Antara Modal Sendiri Dengan Sisa Hasi Usaha (SHU)

Setiap kegiatan usaha yang bertujuan untuk mendapatkan laba pasti memerlukan modal. Modal tersebut merupakan sumber pembiayaan untuk kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh badan usaha. Oleh karena itu, modal merupakan satu masalah yang paling penting di dalam menjalankan suatu usaha demikian halnya bagi Koperasi.

Berbagai penelitian tentang pengaruh Modal Sendiri terhadap Sisa Hasil Usaha telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Penelitian Lubuk Novi Suryaningrum (2007) mendapatkan hasil bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan antara Modal Sendiri terhadap perolehan SHU. Hal ini berarti semakin besar Modal Sendiri yang dimiliki maka akan semakin besar pula SHU yang diperoleh Koperasi. Tersedianya modal yang cukup,

akan sangat menentukan kelancaran kegiatan usaha Koperasi dan besarnya volume usaha, demikian sebaliknya kurangnya modal bisa menghambat kelancaran kegiatan usaha. Dengan menjaga kelancaran kegiatan usaha, maka diharapkan kegiatan usaha tersebut akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang menguntungkan yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan perolehan Sisa Hasil Usaha.

Keberhasilan Koperasi dalam melaksanakan perannya sebagai badan usaha sangat tergantung pada kemampuan Koperasi menghimpun modal. Modal

(43)

Koperasi diutamakan berasal dari anggota. Modal anggota tersebut bersumber dari Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib.

Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib akan semakin besar jumlahnya apabila terjadi penambahan anggota, ini berarti modal Koperasi menjadi semakin banyak pula. Namun apabila ada anggota yang keluar karena merasa tidak sesuai lagi dengan tujuan Koperasi, maka simpanan anggota yang akan keluar tersebut dapat diambil kembali yang mengakibatkan modal Koperasi berkurang. Sehubungan dengan hal tersebut, pengurus dituntut untuk bekerja keras agar tidak ada anggota yang keluar, sehingga modal yang berasal dari Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib tidak mengalami penurunan. Karena hal tersebut akan mempengaruhi perolehan SHU, untuk meningkatkan perolehan SHU sangat tergantung dari besarnya modal yang berhasil dihimpun oleh Koperasi.

Jumlah Sisa Hasil Usaha yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan meningkat merupakan faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian dalam menilai kinerja suatu Koperasi. Stabilitas usaha menunjukkan kemampuan Koperasi menggunakan modalnya secara efisien sehingga memperoleh keuntungan yang besar.

SHU yang diterima anggota pada dasarnya merupakan insentif dari modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang dilakukannya dengan Koperasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan proporsi SHU untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha yang dibagi kepada anggota.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

(44)

Ha = Ada hubungan positif antara modal sendiri dengan perolehan Sisa Hasil Usaha.

2.7 Hubungan Antara Modal pinjaman Dengan Sisa Hasi Usaha (SHU)

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pengaruh modal pinjaman terhadap Sisa Hasil Usaha dapat disimpulkan Ha diterima Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif dan signifikan modal pinjaman terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU). Dengan meningkatnya modal pinjaman maka akan diikuti pula dengan meningkatnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI Kota Semarang.

Ha = Ada hubungan negatif antara modal pinjaman dengan perolehan Sisa Hasil Usaha.

2.8 Struktur Modal

2.8.1 Definisi Struktur Modal

Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Bambang Riyanto, 2001). Wasis (1981) menyatakan bahwa struktur modal harus dapat dibedakan dengan struktur keuangan. Struktur keuangan menyatakan dengan cara bagaimana harta perusahaan dibiayai. Oleh karena itu struktur keuangan adalah keseluruhan yang terdapat di dalam neraca sebelah kredit. Pada neraca sebelah kredit terdapat hutang jangka panjang maupun jangka pendek, dan modal sendiri baik jangka panjang maupun jangka pendek. Jadi struktur keuangan mencakup semua pembelanjaan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Sebaliknya struktur modal hanya menyangkut pembelanjaan jangka panjang saja. Tidak termasuk pembelanjaan jangka pendek.

(45)

Struktur modal juga dapat didefinisikan sebagai pembiayaan permanen yang terdiri utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan Capeland, 1997). Berdasarkan pengertian di muka, struktur modal dapat diartikan sebagai perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Hutang jangka panjang terdiri dari berbagai jenis obligasi dan hutang hipotik, sedangkan modal sendiri terdiri dari berbagai jenis saham dan laba ditahan.

Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen (Bambang Riyanto, 2001) yaitu:

1. Modal asing atau hutang jangka panjang

Hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membiayai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut mencakup jumlah yang besar.

Komponen hutang jangka panjang ini terdiri dari: a. Hutang hipotik

Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang dijamin dengan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan).

b. Obligasi

Obligasi adalah sertifikat yang menunjukkan pengakuan bahwa perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu.Pelunasan atau pembayaran kembali obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva

(46)

tetap yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan.

Hutang jangka panjang merupakan sumber dana bagi perusahaan yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu tertentu. Hutang tersebut harus dibayar pada waktu yang sudah ditetapkan tanpa memperhatikan kondisi keuangan perusahaan pada saat itu dan harus sudah disertai dengan bunga yang sudah diperhitungkan sebelumnya. Dengan demikian seandainya perusahaan tidak mampu membayar kembali hutang dan bunga, maka kreditor dapat memaksa perusahaan dengan menjual aset yang dijadikan jaminannya. Oleh karena itu, kegagalan membayar hutang atau bunganya akan mengakibatkan perusahaan kehilangan kontrol terhadap perusahaannya. Begitu pula sebaliknya para kreditor dapat kehilangan kontrol sebagian atau keseluruhan dana pinjaman dan bunganya, karena segala macam bentuk yang ditanamkan dalam perusahaan selalu dihadapkan pada risiko kerugian.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar proporsi modal asing atau hutang jangka panjang dalam struktur modal perusahaan akan semakin besar pula risiko kemungkinan terjadinya ketidakmampuan untuk membayar kembali hutang jangka panjang beserta bunga pada saat jatuh tempo. Bagi kreditor hal ini berarti bahwa kemungkinan turut serta dana yang mereka

(47)

investasikan dalam perusahaan untuk dipertaruhkan pada kerugian juga semakin besar.

2. Modal Sendiri

Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu lamanya. Modal sendiri bersal dari sumber intern maupun ekstern. Sumber intern didapat dari keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan, sedangkan sumber ekstern berasal dari modal yang berasal dari pemilik perusahaan.

Komponen Modal sendiri terdiri dari : 1. Modal Saham

Saham adalah tanda bukti kepemilikan suatu Perusahaan Terbatas (PT), dimana modal saham terdiri dari:

a. Saham Biasa

Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamkan oleh investor, dengan memiliki saham ini berarti harus siap menanggung segala risiko sebesar dana yang ditanamkan.

b. Saham Preferen

Saham preferen adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang.

(48)

Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak dibayarkan sebagai deviden. Komponen modal sendiri ini merupakan modal perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko kerugian lainnya. Modal sendiri ini tidak memerlukan jaminan atau keharusan untuk pembayaran kembali dalam setiap keadaan maupun tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali modal sendiri. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus mempunyai jumlah minimum modal yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan.

Modal sendiri merupakan sumber dana perusahaan yang paling tepat untuk diinvestasikan pada aktiva tetap yang bersifat permanen dan investasi-investasi yang berisiko kerugian relatif kecil. Hal ini karena suatu kerugian atau kegagalan dari investasi tersebut dengan alasan apapun merupakan tindakan membahayakan bagi keberlangsungan hidup perusahaan.

Keputusan untuk memilih sumber pembiayaan merupakan keputusan bidang keuangan yang penting bagi perusahaan. Apabila dana yang dimiliki perusahaan tidak mencukupi, maka perusahaan harus mencari tambahan dana untuk memulai operasinya. Struktur keuangan adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya dan dapat dilihat pada seluruh sisi kanan neraca yang terdiridari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang serta modal.

(49)

Struktur modal dapat dilihat dengan adanya suatu perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri, yang mampu memaksimalkan keuntungan perusahaan pada tingkat arus kas operasinya. Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai operasi perusahaan, yang bisa dipenuhi dari pemilik modal sendiri atau dari pihak lain berupa hutang. Arti penting struktur modal terutama disebabkan oleh perbedaan karakteristik diantara jenis modal, perbedaan karakteristik diantara jenis modal tersebut secara umum mempunyai pengaruh pada dua aspek penting dalam kehidupan perusahaan yaitu:

1. Terhadap kemampuan untuk menghasilkan laba

2. Terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutang jangka panjang.

Menurut Bambang Riyanto (2001), arti penting struktur modal pada umumnya diperlukan dalam perusahaan yaitu:

1. Pada waktu mendirikan perusahaan

2. Pada waktu membutuhkan tambahan modal baru untuk ekspansi 3. Pada waktu diadakan konsolidasi

4. Pada waktu dijalankan penyusunan kembali struktur modal

Baik buruknya struktur modal akan mempunyai pengaruh langsung terhadap posisi finansial perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang kurang baik, dimana mempunyai hutang yang sangat besar akan memberikan beban yang berat kepada

(50)

perusahaan. Struktur modal merupakan cermin dari kebijaksanaan perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang dikeluarkan.

Berikut ini adalah beberapa teori struktur modal menurut Weston and Capeland (1997):

1. Teori Mogdiliani-Miller (MM) tanpa pajak

Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Mogdiliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah teori pasar sempurna atau pasar modal sempurna. Pasar modal sempurna adalah pasar modal yang memiliki kondisi antara lain:

1. Tidak ada pajak

2. Tidak ada biaya kebangkrutan. 3. Tidak ada biaya keagenan 4. Tidak ada biaya informasi

5. Individu dapat meminjam dan meminjamkan pada tingkat bunga bebas risiko

6. Tidak ada pertumbuhan

Dengan asumsi-asumsi tersebut, MM mengajukan dua preposisi yang dikenal sebagai preposisi MM tanpa pajak yaitu:

Preposisi I: Nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak berhutang. Implikasi dari preposisi I ini adalah struktur modal dari suatu

(51)

perusahaan tidak relevan, perubahan struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

Preposisi II: Biaya modal saham akan meningkat apabila perusahaan melakukan atau mencari pinjaman dari pihak luar.

2. Teori Mogdiliani-Miller (MM) dengan pajak

Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak.

Dalam teori MM dengan pajak ini terdapat dua preposisi yaitu: Preposisi I: Nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai

dari perusahaan yang tidak berhutang ditambah dengan penghematan pajak karena bunga hutang.

Preposisi II: Biaya modal saham akan meningkat dengan semakin meningkatnya hutang, tetapi penghematan pajak akan lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal saham.

Teori MM tersebut sangat kontroversial. Implikasi teori tersebut adalah perusahaan sebaiknya menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Dalam praktiknya, tidak ada perusahaan yang mempunyai hutang sebesar itu, karena semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan, akan semakin tinggi juga kemungkinan kebangkrutannya.

(52)

Inilah yang melatarbelakangi teori MM mengatakan agar perusahaan menggunakan hutang sebanyak-banyaknya, karena MM mengabaikan biaya kebangkrutan.

3. Trade-off Theory

Menurut trade-off teory yang diungkapkan oleh Myers (2001), perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress). Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan dan biaya keagenan yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.

Trade-off theory ini memandang bahwa struktur modal optimal dapat ditentukan.Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan.

Trade-off theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan struktur modal. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi

(53)

pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak. Dalam kenyataannya jarang manajer keuangan yang berpikir demikian.

4. Pecking Order Theory

Menurut Myers (2001), pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan hutang terlebih dahulu daripada menerbitkan saham pada saat membutuhkan pendanaan ekstern. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-urutan (hierarki) dalam penggunaan dana. Pendanaan menurut pecking order theory, dilakukan berdasarkan pendanaan yang memiliki risiko lebih kecil yaitu pertama laba ditahan, diikuti dengan hutang, dan yang terakhir ekuitas baru.

Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang dalam menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai seperti skenario urutan (hierarki) yang disebutkan dalam pecking order theory. Dalam peckingorder theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal.

5. Balance theory

Teori lain mengenai struktur modal adalah balance theory. Teori ini memprediksi suatu hubungan variabilitas pendapatan dengan penggunaan hutang.Teori tersebut menyatakan bahwa perusahaan dengan risiko bisnis rendah menggunakan hutang lebih banyak, dan menggunakan sedikit hutang pada risiko bisnis yang tinggi. Jadi pada

(54)

kondisi yang rendah ketidakpastiannya, dampak keputusan pendanaan pada pertumbuhan akan positif, dan pada kondisi yang tidak pasti dampak keputusan pendanaan pada pertumbuhan negatif.

6. Teori Signaling

Struktur modal dengan tingkat leverage yang tinggi digunakan sebagai sinyal untuk membedakan perusahaan yang baik dan yang buruk. Hanya perusahaan yang sehat dan kuat yang dapat berhutang dengan menanggung risikonya. Sehingga untuk meminimalkan biaya informasi dari pelepasan saham, maka suatu perusahaan lebih menyukai menggunakan hutang daripada ekuitas jika perusahaan tampak undervalued, dan menggunakan ekuitas dari pada hutang jika perusahaan tampak overvalued.

Myers dan Majluf (1984) memiliki pandangan bahwa adainformasi asimetrik yang terjadi antara manajer perusahaan dan investor. Biaya akibat informasi asimetrik meningkat ketika manajer dalam perusahaan memiliki pengetahuan yang superior mengenai distribusi risiko dan tingkat pengembalian proyek-proyek investasi, dibandingkan dengan investor di luar yang baru.Selanjutnya manajer perusahaan memaksimalkan nilai yang sesungguhnya dari klaim pemegang saham saat ini.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa diperlukan keseimbangan optimal antara hutang jangka panjang dengan modalsendiri. Dengan prinsip hati-hati, aturan

(55)

struktur finansial konservatif dalam mencari struktur modal akan optimal. Trade off theory memandang bahwa struktur modal optimal dapat ditentukan.Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan.

Menurut Atmaja (2002) terdapat beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan tentang struktur modal yaitu:

1. Kelangsungan hidup jangka panjang

Manajer perusahaan memiliki tanggungjawab untuk menyediakan produk dan jasa yang berkesinambungan.Oleh karena itu, perusahaan harus menghindari tingkat penggunaan hutang yang dapat membahayakan kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan. 2. Konservatisme manajemen

Manajer yang besifat konservatif cenderung menggunakan tingkat hutang yang sedikit.

(56)

Pengawasan hutang yang besar dapat berakibat semakin ketat pengawasan dari pihak kreditor. Pengawasan ini dapat mengurangi keleluasaan manajemen dalam membuat keputusan perusahaan

4. Struktur aktiva

Perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan sebagai jaminan hutang cenderung menggunakan hutang yang relatif lebih besar.

5. Risiko bisnis

Perusahaan yang memiliki risiko bisnis tinggi cenderung kurang dapat menggunakan hutang yang besar karena kreditor akan meminta biaya hutang yang tinggi.

6. Tingkat pertumbuhan

Faktor lain dianggap tetap, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi pada umumnya lebih tergantung pada modal dari luar perusahaan.

7. Pajak

Biaya bunga adalah biaya yang dapat mengurangi pembayaran pajak sehingga memperbesar daya tarik penggunaan hutang.

8. Profitabilitas

Pada umumnya, perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan tinggi menggunakan hutang yang relatif kecil.

(57)

2.8.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Perusahaan pada umumnya mempertimbangkan faktor-faktor berikut yang mungkin mempunyai pengaruh penting terhadap struktur modal. Menurut J.

Fred. Weston dan Eugene F. Brigham (2004:198), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi struktur modal diantaranya adalah: 1. Profitabilitas

Menurut Sartono (2001:120) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan memberikan gambaran dan jawaban akhir tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan. Laba maksimum adalah tujuan umum setiap perusahaan yang bersifat jangka pendek dan merupakan elemen terpenting agar kelanjutan dari perusahaan itu dapat terjamin. Selain itu tujuan yang bersifat jangka panjang yaitu kemampuan untuk bersaing, kemampuan untuk bertumbuh dan kemampuan untuk berkembang.

2. Stabilitas Penjualan

Stabilitas penjualan dan rasio-rasio utang berhubungan satu sama lain secara langsung. Dengan stabilitas yang lebih besar dalam penjualan dan laba, suatu perusahaan dapat mengambil beban tetap utang dengan risiko yang lebih sedikit daripada bila penjualan dan labanya mengalami penurunan secara periodik dalam hal yang disebut terakhir perusahaan akan menghadapi kesulitan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya.

(58)

3. Struktur Saingan

Kemampuan pelayanan utang tergantung pada kemampuan untuk memperoleh laba dan juga volume penjualan. Oleh karena itu stabilitas margin laba adalah sama pentingnya dengan stabilitas penjualan. Gampangnya, perusahaan baru memasuki industri dan kemampuan perusahaan yang bersaing untuk memperluas kapasitas mempengaruhi margin laba. Suatu industri yang sudah berkembang menjanjikan margin laba yang lebih tinggi, tetapi margin ini tampaknya akan semakin sempit jika industri merupakan salah satu dari sejumlah perusahaan yang dapat dengan mudah ditingkatkan melalui pemasukan tambahan.

4. Struktur Aktiva

Struktur aktiva mempengaruhi sumber-sumber pembelanjaan dalam beberapa cara. Perusahaan-perusahaan dengan aktiva-aktiva tetap yang berumur panjang, terutama bila permintaan untuk keluaran/outputnya secara relatif dijamin (misalnya perusahaan X untuk kebutuhan umum = utilities), mempergunakan utang hipotek jangka panjang yang cukup besar (ekstensif). Perusahan-perusahaan yang sebagian terbesar aktivanya berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya tergantung pada kemampuan memperoleh laba yang kontinu secara individual (misalnya pedagang besar dan eceran) lebih sedikit mengandalkan pembelanjaan dengan utang jangka panjang dan banyak memakai sumber pembelanjaan jangka pendek.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir  2.11  Hipotesis
Gambar 4.1. P-Plot
Tabel 4.5   Uji Multikolinearitas
Tabel 4.7  Durbin-Watson Test

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Kajian ini dijalankan untuk mengenalpasti masalah yang sering dihadapi oleh guru pelatih 3SPM dan 3SPT semasa latihan mengajar bagi semester 1, sesi

Pengamatan terhadap jumlah daun menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk NPK tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada umur 2 mst, sedangkan perlakuan takaran pupuk

Hasil analis menunjukan bahwa kelompok kontrol negatif memiliki perbedaan jumlah geliat yang bermakna

Tantangan memainkan tokoh Marno adalah cara aktor menggambarkan suasana yang terjadi antar tokoh Marno dengan Jane, karena konflik yang dimiliki tidaklah terlalu

Perbedaan pendekatan antara space faring states dan non space faring states perlu dijembatani, untuk mencegah suatu keterlambatan dalam membuat suatu aturan yang jelas dan

M t er hadap kel uarga 2 1 0  A Saya puas bahwa saya dapat kembal i ke kel uarga bi l a menghadapi masal ah √. P Saya puas dengan cara kel uarga saya membahas dan

Distribusi status periodontal berdasarkan kontrol gula darah (HbA1c) menunjukkan bahwa yang mengalami skor 4 paling banyak pada penderita DM dengan kontrol gula darah buruk

Kami telah mengaudit laporan keuangan konsolidasian PT Multi Agro Gemilang Plantation Tbk dan Entitas Anak terlampir, yang terdiri dari laporan posisi keuangan