• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KUALITAS APARATUR DAERAH REGULA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH KUALITAS APARATUR DAERAH REGULA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

15 - Volume 2, No.1 Februari 2013

PENGARUH KUALITAS APARATUR DAERAH, REGULASI,

DAN SISTEM INFORMASI TERHADAP MANAJEMEN ASET

(Studi pada SKPD Pemerintah Kota Banda Aceh)

Iqlima Azhar1, Darwanis2, Syukriy Abdullah2

1)

Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

2)

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala

Abstract: this research aims to know the influence of the quality of local officials, regulatory, and information systems for asset management at SKPD of Government in Banda Aceh City, either jointly and partially.The population in this resea rch is an employee who works as a user, management, and storage of goods. This research used a cencus method. Total target population are 124 people. The analysis method used in this research is multiple regression analysis.The results of this research indicate the jointly quality of local officials, regulatory, and information systems influence toward asset management, partially quality of local officials have no effect toward asset management, while two other free variables, regulatory and information systems influence significantly to asset management.

Keywords: quality of local officials, regulatory, information systems, and asset management

Abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas aparatur daerah, regulasi, dan sistem informasi terhadap manajemen aset pada SKPD di Pemerintah Kota Banda Aceh, baik secara bersama-sama maupun secara parsial. Populasi pada penelitian ini adalah pegawai yang bekerja sebagai pengguna, pengurus, dan penyimpan barang pada SKPD Pemko Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan metode sensus. Total populasi sasaran adalah 124 orang. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi berganda linear. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama kualitas aparatur daerah, regulasi, dan sistem informasi berpengaruh terhadap manajemen aset, Secara parsial kualitas aparatur daerah tidak berpengaruh terhadap manajemen aset, sementara dua variabel bebas lain, regulasi dan sistem informasi berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen aset.

Kata Kunci: kualitas aparatur daerah, regulasi, sistem informasi, dan manajemen aset

PENDAHULUAN

Pengelolaan barang daerah merupakan bagian penting dari keuangan Negara. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 17/2003 tentang

Keuangan Negara: “Keuangan Negara

adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak

dan kewajiban tersebut”. Pengaturan

tentang barang milik daerah selanjutnya ditetapkan dalam PP No.6/2006 tentang pengelolaan barang milik daerah dengan pedoman teknis berupa Peraturan Mendagri No.17/2007 tentang pedoman teknis pengelolaan barang milik daerah.

(2)

Volume 2, No.1, Februari 2013 - 16 dan menatausahakan barang milik daerah

yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa aparatur daerah sangat berperan penting dalam menciptakan manajemen aset yang efektif.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, aparatur daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan (regulasi). Pasal 1 angka 5 UU No.32/2004 menyatakan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengaturan oleh Pemerintah Daerah ini dinyatakan dalam UU No.12/2011 dalam bentuk Peraturan Daerah (PERDA) atau Qanun dan Peraturan Kepala Daerah (Pasal 3 Permendagri No.53/2001). Untuk melaksanakan Perda dan atas kuasa Peraturan Perundang-undangan, kepala daerah menetapkan peraturan Kepala Daerah dan atau keputusan Kepala Daerah (UU No.32/2004 Pasal 146 angka 1). Berdasarkan peraturan daerah, kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah tentang sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah (PP No.58/2005 Pasal 151 angka 2).

PP No.56/2005 mengenai sistem informasi keuangan daerah juga menyebutkan bahwa setiap daerah harus menyelenggarakan sistem informasi di

daerahnya masing-masing. Teknologi informasi yang dibutuhkan untuk mengelola aset daerah cukup dengan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan nilai kerugian yang sangat besar akibat kelalaian dalam pengelolaan aset daerah.

Dalam mengelola barang milik daerah, kepala SKPD adalah pejabat pengguna barang daerah (PP No.58/2005 Pasal 5 angka 3 huruf b), dan dibawah SKPD ada Pengurus Barang dan Penyimpan Barang (sesuai dengan PP No.6/2006). Dalam melaksanakan tugasnya pejabat pengurus dan penyimpan barang, dituntut untuk memiliki kapabilitas atau kompetensi yang dinilai dari latar belakang pendidikan, pengalaman, dan pelatihan/bimbingan teknis yang pernah diikutinya yang sesuai dengan jabatannya. Selain kualitas aparatur daerah, perlu dilihat juga apakah sudah efektif regulasi pada Pemerintahan Kota Banda Aceh sebagai dasar untuk pejabat tersebut mengelola aset tetap daerah. Sistem informasi sebagai salah satu upaya yang diperlukan untuk mengelola aset daerah juga dianggap penting, sesuai dengan PP No.56/2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.

(3)

17 - Volume 2, No.1, Februari 2013 Mei 2012), sehingga hampir setiap tahun menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Dia mempersoalkan aset berupa tanah milik Pemerintah Kota Banda Aceh yang hingga kini belum bersertifikat sehingga status aset tersebut tidak jelas, PP No.6/2006, dan Permendagri No.17/2007 menyebutkan bahwa barang milik daerah harus disertifikatkan atas nama Pemerintah Daerah.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti berminat ingin melakukan penelitian mengenai manajemen aset, dan faktor-faktor yang diduga mempengaruhinya, yaitu kualitas aparatur daerah, regulasi, dan sistem informasi.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Manajemen Aset

Definisi manajemen menurut Ensiklopedi Administrasi Indonesia, dalam LAN (2007:3) adalah segenap kekuatan menggerakkan sekelompok orang yang mengerahkan fasilitas dalam satu usaha kerja untuk mencapai tujuan tertentu. Pengertian aset secara umum menurut Siregar (2004:178) adalah barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu (perorangan).

Berdasarkan Undang-undang No.1/2004 yang dimaksud dengan Barang

Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau yang berasal dari perolehan lainnya yang sah. Manajemen aset sangat penting karena akan mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Alasan pentingnya manajemen aset meliputi kebutuhan untuk menegaskan posisi hukum setiap aset terutama tanah dan bangunan yang seringkali menjadi objek sengketa antar lebih dari satu instansi, kebutuhan perawatan aset, penegasan pihak yang bertanggung jawab mengelola aset ini.

Menurut Jim (2007) dalam Hanis (2009:36), manajemen aset didefinisikan sebagai a continuous process-improvement strategy for improving the availability,

safety, reliability and longevity of assets;

that is systems, facilities, equipment and

processes, yaitu suatu strategi proses-perbaikan yang terus menerus untuk meningkatkan ketersediaan, keamanan, keandalan dan umur panjang dari aset tersebut, yaitu: sistem, fasilitas, peralatan dan prosesnya.

Makna manajemen aset daerah adalah melaksanakan pengelolaan aset/Barang Milik Daerah (BMD) berdasarkan prinsip dasar-dasar manajemen aset terhadap aset/BMD dengan mengikuti landasan kebijakan yang diatur berdasarkan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keppres, Kepmen dan Surat Keputusan lainnya yang

(4)

Volume 2, No.1, Februari 2013 - 18 pengaturan/pengelolaan aset daerah

(agusranu.blogspot.com). Kualitas Aparatur Daerah

Sumber daya manusia atau pada pemerintahan daerah biasanya disebut aparatur daerah harus mempunyai kualitas yang memadai sehingga dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dangan baik. Terkait dengan kualitas atau kemampuan SDM, Robbins (2008:52) mendefinisikan kemampuan merujuk ke kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu.

Dalam penyelenggaraan

pemerintahan, khususnya dalam pengelolaan aset, kemampuan intelektual dan kemampuan fisik sangat dibutuhkan oleh aparatur pemerintahan untuk mengamankan dan mengoptimalkan asetnya. Ishak (2002:5) menyatakan bahwa sumberdaya manusia adalah pemegang kunci dari semua aktivitas. Banyaknya modal yang berhasil dikumpulkan, akan hilang tanpa makna jika sumberdaya manusia sebagai pengelolanya tidak memiliki kapasitas yang tepat untuk mengurus modal tersebut.

Regulasi

Peraturan adalah ketentuan yang digunakan untuk mengatur hubungan antar manusia dalam sebuah masyarakat dan atau sebuah negara (Kurniawan, 2008:1). Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Undang-undang No.12/2011 tentang Pembentukan Perundang-undangan dinyatakan bahwa

Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Pemda harus mengatur sendiri pengelolaan asetnya (Pasal 1 UU No.32/2004).

Dalam konteks otonomi daerah, Aceh sebagai salah satu daerah otonomi diberi kewenangan untuk membuat peraturan perundang-undangan sendiri, yang tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi (Pasal 1 angka 5 UU No.32/2004). Pada Pasal 194 UU No.32/2004 juga disebutkan bahwa penyusunan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pengawasan, dan pertanggungjawaban keuangan daerah diatur lebih lanjut dengan Perda yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Pasal 146 UU No.32/2004 menyebutkan untuk melaksanakan Perda dan atas kuasa peraturan perundang-undangan, kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah dan atau keputusan kepala daerah.

Sistem Informasi

(5)

19 - Volume 2, No.1, Februari 2013 sistem informasi keuangan daerah.

Hal tersebut sejalan dengan bunyi pasal 151 angka 2 PP No.58/2005 tentang pengelolaan keuangan daerah yang

menyatakan “kepala daerah menetapkan

peraturan kepala daerah tentang sistem dan

prosedur pengelolaan keuangan daerah”.

Dengan demikian pemerintah daerah seharusnya menyusun peraturan daerah dan peraturan kepala daerah sebagai pedoman pelaksanaan perda tersebut. Bagi SKPD peraturan kepala daerah menjadi pedoman pelaksanaan atau petunjuk teknis dalam melaksanakan tugas dan fungsinya (Abdullah, 2010).

Dalam pengelolaan aset daerah dibutuhkan keberadaan sistem informasi. Menurut Hall (2001) dalam Kadir (2003:11), sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur formal dimana data dikelompokkan, diproses menjadi informasi, dan didistribusikan kepada pemakai.

Grubisic (2009) mencoba memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai manajemen aset publik sebagai bagian integral dari reformasi sektor publik. Menurut Grubisic (2009), kurangnya informasi mengenai aset publik menghalangi penentuan nilai aset. Untuk mencapai tujuan manajemen aset secara terencana, terintegrasi dan sanggup menyediakan data dan informasi yang dikehendaki dalam jangka waktu yang singkat, diperlukan sistem informasi pendukung pengambilan keputusan atas

aset atau sistem informasi manajemen aset (SIMA). Sekarang ini, SIMA merupakan suatu sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja sehingga transparansi kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan pengawasan dan pengendalian yang lemah (Siregar, 2004:36). Tujuan mengembangkan SIMA adalah sebagai alat untuk optimalisasi dan efisiensi pengelolaan aset. Adapun manfaat SIMA adalah untuk tertib administrasi aset; mengetahui pemanfaatan aset tertinggi dan aset terbaik, mempermudah pengendalian aset, mengetahui nilai aset, dan mendukung pengembangan perencanaan strategi (Siregar, 2004:40).

Kerangka Pemikiran

(6)

Volume 2, No.1, Februari 2013 - 20 berperan penting dalam pengelolaan aset

dalam suatu organisasi atau lembaga pemerintahan.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas peraturan perundang-undangan yang baik, perlu dibuat peraturan mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan yang dilaksanakan dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan standar yang mengikat semua lembaga yang berwenang membentuk peraturan perundang-undangan (dalam menimbang UU No.12/2011). Dalam hierarki peraturan perundang-undangan, produk hukum yang berlaku di daerah terdiri dari peraturan daerah atau qanun, peraturan kepala daerah dan atau keputusan kepala daerah (lihat pasal 7 UU No.12/2011, Pasal 146 UU No.32/2004, Pasal 151 PP No.58/2005, dan Pasal 3 Permendagri No.53/2011).

Mardiasmo (2002:237)

mengemukakan bahwa terkait dengan peningkatan kewenangan manajemen aset negara maka pemerintah daerah perlu menyiapkan instrumen yang tepat untuk melakukan manajemen aset daerah secara profesional, transparan, akuntabel, efisien, dan efektif mulai dari perencanaan, pengelolaan/pemanfaatan, serta pengawasan. Berdasarkan kutipan tersebut, terlihat adanya kebutuhan akan suatu sistem informasi manajemen aset yang mampu mengoptimalkan aset daerah. Berdasarkan PP No.56/2005 mengenai sistem informasi keuangan daerah juga menyebutkan bahwa setiap daerah harus

menyelenggarakan sistem informasi di daerahnya masing-masing.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran, maka pernyataan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Kualitas aparatur daerah, regulasi, dan sistem informasi berpengaruh secara bersama-sama terhadap manajemen aset.

H2 : Kualitas aparatur daerah berpengaruh terhadap manajemen aset.

H3 : Regulasi berpengaruh terhadap manajemen aset

H4 : Sistem informasi berpengaruh terhadap manajemen aset.

METODE PENELITIAN

Adapun desain dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam suatu pengujian Sistem

Informasi Kualitas Aparatur Daerah

Manajemen Aset

(7)

21 - Volume 2, No.1, Februari 2013 hipotesis (hypothesis testing research).

2. Jenis penelitian

Penelitian ini bersifat kausal yaitu tipe penelitian yang menyatakan adanya hubungan sebab akibat antara variabel independen yaitu kualitas aparatur daerah, regulasi, dan sistem informasi terhadap variabel dependen yaitu manajemen aset.

3. Tingkat intervensi peneliti

Dalam penelitian ini peneliti melakukan intervensi dan manipulasi data untuk mempengaruhi hasil penelitian.

4. Situasi penelitian (Study setting) Mengingat tujuan penelitian ini menguji hipotesis mengenai pengaruh kualitas aparatur daerah, regulasi, dan sistem informasi terhadap manajemen asett, maka diperlukan data yang sebenarnya yaitu melalui studi lapangan pada SKPD di Pemerintahan Kota Banda Aceh.

5. Unit analisis

Unit analisis penelitian ini adalah individu (pegawai) yang bekerja sebagai pengguna, pengurus, dan/atau penyimpan barang pada SKPD di Pemerintahan Kota Banda Aceh. 6. Horizon waktu

Penelitian ini bersifat cross-section studi yaitu data dikumpulkan sekaligus/satu tahap dari Pegawai yang bekerja pada SKPD Pemerintah Kota Banda Aceh

Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai yang bekerja sebagai pengguna, pengurus, dan/atau penyimpan barang pada SKPD di Pemerintahan Kota Banda Aceh karena berhubungan langsung dalam mengelola aset/barang milik daerah. Berdasarkan survey lapangan yang dilakukan oleh peneliti, jumlah SKPD yang ada di Pemerintah Kota Banda Aceh sebanyak 40. Setiap SKPD memiliki 3 sampai 4 orang yang menjabat sebagai pengguna, pengurus, dan/atau penyimpan barang (dapat dilihat pada lampiran SK pejabat pengelola barang). Penelitian ini akan mempertimbangkan seluruh populasi yang menjadi responden, yaitu berjumlah 124 orang, sehingga jenis penelitian ini dapat disebut sebagai penelitian sensus.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer yaitu data diperoleh melalui kuisioner yang langsung disebarkan kepada pegawai bagian barang di setiap SKPD Pemerintah Kota Banda Aceh.

Operasionalisasi Variabel Penelitian

(8)

Volume 2, No.1, Februari 2013 - 22 Metode Analisis

Kuisioner yang telah diisi oleh responden dikuantitatifkan terlebih dahulu sehingga menghasilkan keluaran-keluaran berupa angka yang selanjutnya dianalisis melalui program SPSS (Statistical Package for Sosial Science). Setelah kuisioner terkumpul maka dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Kedua pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan sesuai dengan yang diukur dan juga melihat konsistensi data yang terkumpulkan.

Setelah dilakukan pengukuran variabel dalam penelitian ini, selanjutnya dilakukan pengujian untuk setiap hipotesis. Untuk menentukan apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak, maka perlu dilakukan pengujian hipotesis. Hipotesis penelitian ini akan diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Persamaan model empiris yang digunakan adalah:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + €

Keterangan:

Y = Manajemen aset

X1 = Kualitas aparatur daerah

X2 = Regulasi

X3 = Sistem informasi

β1,β2,β3 = Koefisien regresi

α = Konstanta € = Error estimation

HASIL PEMBAHASAN

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 40 SKPD pada Pemko Banda

Aceh, dan yang menjadi responden dari masing-masing dinas sebanyak 3 sampai 4 orang, sehingga responden berjumlah 124 orang, dari jumlah yang disebarkan sebanyak 124 telah kembali juga sebanyak 124, artinya kuisioner kembali 100%.

Dari hasil pengujian validitas data menunjukkan bahwa koefisien korelasi yang diperoleh oleh masing-masing item dari variabel kualitas aparatur daerah, regulasi, sistem informasi, dan manajemen aset berada di atas nilai kritis korelasi product moment (koefisien korelasi > 0.176) dan memiliki tingkat signifikansi dibawah 0.05 sehingga kuisioner yang digunakan dinyatakan valid.

Dari hasil pengujian reliabilitas, nilai koefisien alpha untuk masing-masing variabel berada di atas 0.8, sehingga dapat disimpulkan bahwa kuisioner yang dijadikan sebagai alat ukur dalam penelitian ini layak untuk digunakan.

Berdasarkan hasil output komputer melalui program SPSS dari nilai coefficientsa di atas, maka persamaan regresi berganda diperoleh sebagai berikut: Y=15,526+0,079X1+1,148X2+0,122X3+€

Sig 0,000 0,455 0,000 0,007

Fhitung = 578.878 R = 0.967 R2 = 0.935

(9)

23 - Volume 2, No.1, Februari 2013 1. Koefisien korelasi (R) sebesar 0,967

menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi) antara variabel independen dengan variabel dependen sebesar 96,7%. Artinya kualitas aparatur daerah, regulasi, dan sistem informasi mempunyai hubungan terhadap manajemen aset sebesar 96,7%.

2. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,935 artinya secara bersama-sama manajemen aset dipengaruhi oleh kualitas aparatur daerah, regulasi, dan sistem informasi sebesar 93,5%, sedangkan sebesar 6,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

3. Koefisien regresi (β):

a. Nilai konstanta berdasarkan persamaan regresi tersebut sebesar 15,526 menyatakan bahwa jika variabel kualitas aparatur daerah, regulasi, dan sistem informasi bernilai konstan, maka besarnya nilai manajemen aset adalah sebesar 15,526.

b. Koefisien regresi kualitas aparatur daerah sebesar 0,079 menyatakan bahwa setiap 100% peningkatan kualitas aparatur daerah maka secara relatif akan menaikkan nilai manejemen aset sebesar 7,9%, namun karena kualitas aparatur daerah mempunyai nilai signifikansi/Pvalue yang lebih besar dari 5% maka variabel ini tidak

berpengaruh signifikan terhadap manajemen aset.

c. Koefisien regresi regulasi sebesar 1,148 menyatakan bahwa setiap 100% peningkatan regulasi, maka secara relatif juga akan berpengaruh terhadap manejemen aset sebesar 114,8% secara signifikan, karena variabel regulasi ini memiliki nilai signifikansi di bawah 0,05 yaitu 0,000, regulasi yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (manajemen aset). d. Yang terakhir, koefisien regresi

sistem informasi sebesar 0,122 menyatakan bahwa setiap 100% peningkatan sistem informasi, maka secara relatif juga akan berpengaruh terhadap manejemen aset sebesar 12,2%. Dengan nilai signifikansi di bawah 0,05 yaitu 0,007 maka regulasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen aset, dengan kata lain semakin baik atau tinggi suatu sistem informasi yang digunakan pada setiap SKPD di Pemko Banda Aceh maka akan semakin baik pula sistem manajemen aset atau pengelolaan barang milik daerah yang dilakukan oleh SKPD tersebut.

KESIMPULAN, KETERBATASAN

DAN SARAN

(10)

Volume 2, No.1, Februari 2013 - 24 Setelah dilakukan pengujian dan

analisis data dalam penelitian ini, secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan bahwa kualitas aparatur daerah, regulasi, dan sistem informasi berpengaruh secara bersama-sama terhadap manajemen aset, namun secara parsial hanya kualitas aparatur daerah yang tidak berpengaruh terhadap manajemen aset.

Keterbatasan

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada pegawai bagian pengguna barang, pengurus, dan penyimpan barang di setiap SKPD pada Pemerintahan Kota Banda Aceh, sehingga tidak menggali lebih jauh pelaksanaan kebijakan Pengelolaan Barang Milik Daerah. 2. Tidak semua responden mengisi

kuisioner di depan peneliti, atas permintaan responden untuk meninggalkan kuisioner karena kesibukan mereka sehingga kemungkinan adanya ketidakseriusan responden dalam menjawab semua pertanyaan dan peneliti tidak bisa melakukan wawancara lebih dalam dengan responden terkait variabel-variabel yang diteliti.

Saran

- Saran untuk Pemerintah Kota Banda Aceh

Dalam melaksanakan tugas diharapkan dapat lebih meningkatkan motivasi pada diri masing-masing pejabat untuk mengelola aset milik daerah dengan sebaik-baiknya, karena aset daerah ini berhubungan langsung dengan kesejahteraan rakyat, dan jika dimaksimalkan penggunaannya maka akan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), serta pejabat diharapkan dapat belajar lagi tentang regulasi yang mengatur mengenai manajemen aset, dan lebih sering lagi mengikuti pelatihan untuk peningkatan kompetensi anda.

- Saran Untuk Peneliti Selanjutnya Penelitian dapat dilakukan pada lingkungan yang berbeda, yaitu lebih luas lagi seperti pada Pemerintahan Kabupaten/Kota atau di Pemerintahan Provinsi Aceh, dan dengan menambah variabel lain, R2 pada penelitian ini hanya 93,5%, yaitu berarti masih ada 6.5% variabel lain di luar dari variabel yang ada dalam penelitian ini yang dapat diteliti pengaruhnya terhadap manajemen aset/pengelolaan barang milik daerah.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdullah, S., 2009. Optimalisasi Pengelolaan Aset Daerah.

http://syukriy.wordpress.com/2009/04/25/ optimalisasi-pengelolaan-aset-daerah/.

Agusranu, 2011. Manajemen Aset Barang Milik Daerah.

(11)

najemen-aset-barang-milik-daerah-25 - Volume 2, No.1, Februari 2013

1.html

Agustina, M., 2005. Manajemen Aset (Tanah dan Bangunan) Pemerintah Daerah Studi Kasus di Kabupaten Pontianak. Tesis. Akbar, R. & Azhari Lukman, 2010. Manajemen

Taman Milik pemerintah Kota Bandung

Berbasiskan Pendekatan manajemen Aset.

Bandung: Institut Teknologi Bandung. Anonim. 2010. Pemko Dinilai Tak Serius Rutledge. 2002. Asset Management

Model for Local Governments, Local

Government Reform Project (LGRP), The Urban Institute.

Chair, A., 2001. Peranan Manajemen dalam Upaya Meningkatkan Kegunaan Aset Tanah dan Bangunan untuk Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus di Pemda DKI Jakarta). Tesis.

Yogyakarta: Program Pascasarjana UGM. Griffin, R., 2004. Manajemen. Jakarta:

Erlangga.

Grubisic, M., Nusinovic, Mustafa & Roje, Gorana. 2009. Towards Efficient Public Sector Asset Management. Disertasi. Zagreb: The Institute of Economics. Hanis, H. M, Bambang, Trigunarsyah &

Connie, Susilawati. 2009. The Application of Public Asset Management in Indonesian Government. Journal of Corporate Real Estate. Vol. 13, No.1. Hasibuan, M., 2000. Manajemen Sumber Daya

Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

http://bandaaceh.bpk.go.id/web/wp- content/uploads/2012/03/plugin-kotabandaaceh-2007-1.pdf> [18/5/12] http://jdih.bsn.go.id/index.php?option= com_co

ntent&view= a rticle&id= 60:regulasi&cat id= 36:info-hukum&Itemid= 59> [21/5/12] http://www.a

rtikata.com/arti-358461-peraturan.html> [21/5/12]

http://www.serambinews.com/news/view/37754 /pemko-dinilai-tak-serius-kelola-aset-daerah. Diakses tanggal 18 Mei 2012.

Ishak, M., 2002. Akuntansi dan Aspek-Aspek perilaku. Paper. Kota Magelang.

Kadir, A., 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta: ANDI.

Kurniawan, W., 2008. Peraturan Perundang-undangan. Jakarta: Azka Press.

LAN. 2007. Diklat Teknis Manajemen Aset

Daerah. Modul I: Dasar-dasar

Manajemen Aset/Barang Milik Daerah. Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen

Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi.

Mitchell, J. S., 2006. Physical Asset

Management Handbook. Boston:

CLARION Technical.

Pakiding, Y., 2006. Hubungan Manajemen Aset Dalam Optimalisasi Aset Tetap (Tanah dan Bangunan) Pemerintah Daerah (Studi Kasus di Kabupaten Bantul). Tesis.

Yogyakarta: Program Pascasarjana UGM Pandu, 2009. Sistem Informasi Manajemen

Aset Daerah.

http://manajemenaset08.blogspot.com/20 09/01/sistem-informasi-manajemen-aset-daerah.html.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri dalam Negeri No. 17 Tahun 2007, Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri dalam Negeri No. 53 Tahun 2011, Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah.

Republik Indonesia, Peraturan Walikota Banda Aceh No.63 Tahun 2010, Tentang

Pedoman Kapitalisasi Barang

Milik/Kekayaan Daerah Dalam

Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Banda Aceh.

Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan No.1 Tahun 2001, Tentang

Pedoman Kapitalisasi Barang

Milik/Kekayaan Negara Dalam Sistem Akuntansi Pemerintahan.

Republik Indonesia, Undang-undang RI No.17 tahun 2003, TentangKeuangan Negara. Republik Indonesia, Undang-undang RI No.1

tahun 2004, Tentang Perbendaharaan Negara.

Republik Indonesia, Undang-undang RI No.10 tahun 2004, Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan.

Republik Indonesia, Undang-undang RI No.12 tahun 2004, Tentang Pembentukan

Perundang-undangan.

Republik Indonesia, Undang-undang RI No.32 tahun 2004, TentangPemerintah Daerah. Republik Indonesia, Undang-undang RI No.33 tahun 2004, Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No.24, Tahun 2005. Standar Akuntansi Pemerintah.

Republik Indonesia, Undang-undang RI No.11 tahun 2006, TentangPemerintahan Aceh. Republik Indonesia, Qanun Kota Banda Aceh

(12)

Volume 2, No.1, Februari 2013 - 26 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No.

6 Tahun 2006, Tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005, Tentang Sistem Informasi

Keuangan Daerah.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005, Tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah.

Robbins. 2008. Perilaku Organisasi.

Terjemahan Molan, Benyamin. Jakarta: PT.Indeks.

Sabardi, A., 2001. Manajemen Pengantar. Jakarta: Kencana.

Santoso, S., 2005. Mengatasi Berbagai Masalah dengan SPSS Versi 11.5. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Sanapiah, A., 2005. Strategi Peningkatan Kompetensi Sumber Daya Manusia Aparatur Melalui Pendidikan dan Pelatihan. Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Sekaran, U., 2006. Research Methods for

Business. Terjemahan Yon, Kwan,

Jakarta: Salemba Empat.

Sekaran, U., 2006. Research Methods for

Business. Terjemahan Yon, Kwan,

Jakarta: Salemba Empat.

Siregar, D. D., 2004. Management Aset

Strategi Penataan Konsep Pembangunan Berkelanjutan secara Na sional dalam

Konteks Kepala Daerah sebagai CEO’s

pada Era Globalisasi dan Otonomi Daerah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Siregar, D. D., 2004. Manajemen Aset. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Surminah, I., 2008. Manajemen Aset di

Lembaga Litbang. PAPPIPTEK: LIPI.

Sutabri, T., 2005. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: ANDI.

Tangkilisan, H. N. S., 2005. Manajemen

Publik. Jakarta: PT.Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Wessels, E. & Tenny, Ed., 2005. Practical Asset Management. Water Environment & Technology. ProQuest. Vol: 7, Hal: 32. Widayanti, E., 2010. Pengaruh Manajemen

Aset Terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset Tetap Pemerintahan Daerah (Studi Kasus di Kabupaten Sragen). Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Williams, C., 2001. Manajemen. Terjemahan Napitupulu, Sabaruddin. Jakarta: Salemba Empat.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang undangan (statute approach). Penelitian ini menggunakan pendekatan tersebut karena menelaah berbagai aturan hukum yang

[r]

Terdapat dua perbedaan besar pada kedua program yaitu yang pertama adalah proses pembentukan jaring segitiga untuk meghasilkan peta kontur dilakukan secara otomatis pada

Petugas Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Melayu Dalam Peningkatan Kesehatan. Ibu Hamil di Puskesmas Tanjung Beringin Kabupaten

pengakhiran berjalan cukup baik, namun perlu penegasan kembali terhadap materi yang disampaikan. Penggunaan metode pembelajaran sudah cukup baik. Partisipasi siswa dalam

cabe jawa yang akan digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. 2) Mengetahi golongan metabolit sekunder dalam cabe jawa.. Metabolit Sekunder : Senyawa kimia tanaman

Penentuan aturan main dan skenario permainan berdasarkan pada faktor-faktor yang ada dalam proses manajemen hotel yaitu pemain harus menjaga keamanan, kebersihan, dan

Bidang Pelayanan Teknis, Sarana, dan Penyuluhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan kerja sama,