• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan dan Penggemukan Ternak Domba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pertumbuhan dan Penggemukan Ternak Domba"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Domba

Domba memiliki kedudukan yang sama dalam sistematika hewan yaitu:

Filum: Chordata, Sub Filum: Vertebrata (bertulang belakang), Marga:

Gnatostomata (mempunyai rahang), Kelas: Mammalia, Bangsa: Placentalia

(mempunyai plasenta), Suku: Ungulata (berkuku), Ordo: Artiodactyla (berkuku

genap), Sub ordo: Seledontia, Famili: Caprinus, Genus: Ovis, Spesies: Ovis aries

(Kartadisastra, 1997).

Dalam pemeliharaan domba terdapat beberapa keuntungan yaitu dapat

beranak lebih dari satu ekor, cepat berkembang biak, berjalan dengan jarak lebih

dekat saat digembalakan sehingga pemeliharaan lebih mudah, termasuk

pemakan rumput sehingga dalam pemberian pakan lebih mudah

(Tomaszweska et al., 1993).

Domba Lokal

Domba asli Indonesia adalah domba yang memiliki ekor tipis, populasinya

ada di Jawa Barat dan Jawa Tengah sekitar 80%. Domba ini mempunyai tubuh

dan bentuk badan yang kecil, serta memiliki ciri yang lain yaitu: 1) badannya

memiliki bulu yang berwarna putih, tetapi ada yang berwarna lain, seperti

hitam belang-belang yang terletak disekitar mata. 2) Domba jantan memiliki

tanduk yang kecil sedangkan domba betina tidak memiliki tanduk. 3) Ekor relatif

(2)

Pakan Domba

Bahan pakan berserat seperti hijauan merupakan bahan pakan sumber

energi dan secara alamiah ternak domba lebih menyukai bahan pakan berserat dari

pada konsentrat. Hijauan tersebut pada umumnya merupakan bahan pakan yang

kandungan serat kasarnya relatif tinggi. Ternak ruminansia mampu mencerna

hijauan yang umumnya mengandung selulosa yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh

adanya mikroorganisme di dalam rumen. Makin tinggi populasinya akan semakin

tinggi pula kemampuan mencerna selulosa (Siregar, 1994). Kebutuhan harian zat

makanan untuk domba dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan pakan domba

BB

Menurut Parakkasi (1995) pakan merupakan semua bahan yang bisa

diberikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas

tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak untuk

kehidupannya seperti air, karbohidrat, lemak, protein dan mineral.

Pakan yang di berikan harus benar-benar bermanfaat untuk kebutuhan

hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk produksi

(3)

Pertumbuhan dan Penggemukan Ternak Domba

Pertumbuhan adalah pertambahan berat jaringan pembangun seperti

tulang, urat daging, jantung, otak, semua jaringan tubuh, serta alat-alat tubuh

sedangkan pertumbuhan murni adalah jumlah protein yang bertambah dan

zat-zat mineral. Pertambahan akibat penimbunan lemak atau penimbunan air

bukanlah pertumbuhan murni (Anggorodi, 1984).

Komponen tubuh secara kumulatif mengalami pertambahan berat selama

pertumbuhan sampai mengalami kedewasaan. Bagian-bagian dan komponen

tubuh mengalami perubahan selama pertumbuhan dan perkembangan.

Jaringan-jaringan tubuh mengalami pertumbuhan maksimal yang berbeda pula. Komposisi

kimia komponen-komponen tubuh termasuk tulang, otot dan lemak. Tulang, otot

dan lemak merupakan komponen utama penyusun tubuh (Soeparno, 1994).

Pemberian Air Minum Domba

Kompisisi tubuh domba, 70% dari berat badannya berupa berupa air.

Kekurangan air di dalam tubuh hingga mencapai 20% akan menyebabkan domba

mengalami dehidrasi yang bisa menyebabkan kematian. Karena itu, ketersedian

air bersih di dalam kandang untuk minum merupakan hal yang mutlak perlu.

Kebutuhan domba terhadap air tergantung pada banyak faktor, misalnya kondisi

fisiologis, kondisi hijauan, ataupun kondisi lingkungan.

Domba muda relatif membutuhkan air lebih banyak dibandingkan dengan

domba tua. Jika hijauan yang diberikan dan dikonsumsi sudah tua, yang umumnya

berkadar air rendah, domba akan membutuhkan air lebih banyak dibandingkan

dengan hijauan yang masih muda. Jika temperatur lingkungan cukup tinggi,

(4)

membutuhkan air sebanyak 1,5-2,5 liter per hari. Sebaiknya, air disediakan dalam

jumlah yang tidak terbatas (Sodiq dan Abidin, 2002).

Sistem Pencernaan Domba

Hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi, kerbau disebut

sebagai hewan memamah biak (ruminansia). Sistem pencernaan pada hewan ini

lebih panjang dan kompleks. Pakan hewan ini banyak mengandung selulosa yang

sulit dicerna oleh hewan pada umumnya sehingga sistem pencernaannya berbeda

dengan sistem pencernaan hewan lain. Perbedaan sistem pencernaan pakan pada

hewan ruminansia, tempat pada struktur gizi, yaitu terdapat geraham belakang

(molar yang besar), berfungsi untuk mengunyah rerumputaan yang sulit dicerna.

Disamping itu terdapat pada hewan ruminansia modifikasi lambung yang

dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu rumen (perut besar), retikulum (perut jala),

omasum dan abomasum. Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan

makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%,

abomasums 7-8% (Prawirokusumo, 1994).

Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik ataupun

mikrobial. Proses mekanik terdiri dari mastikasi ataupun pengunyahan dalam

mulut dan gerakan–gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan oleh

kontraksi-kontraksi otot sepanjang usus. Pencernaan secara enzimatik atau kimiawi

dilakukan oleh enzim yang dihasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan dan yang

berupa getah-getah pencernaan. Pencernaan oleh mikroorganisme ini juga

dilakukan secara enzimatik yang enzimnya dihasilkan oleh sel-sel

(5)

Pengolahan Bahan Pakan

Menurut jenis mediumnya proses fermentasi dibagi menjadi dua yaitu

fermentasi medium padat dan fermentasi medium cair. Fermentasi medium padat

merupakan fermentasi yang digunakan tidak larut tetapi cukup mengandung air

untuk keperluan mikroorganisme, sedangkan fermentasi medium cair adalah

proses fermentasi yang substratnya larut atau tersuspensi didalam fase cair

(Hardjo et al., 1989).

Ada beberapa pengolahan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

kecernaan potensial serat kasar (Preston dan Leng, 1987). Peningkatan kuantitas

bagian yang dapat dicerna pada pakan yang berkualitas rendah, dapat dilakukan

melalui proses kimia, fisik dan biologis (Hungate, 1966).

a. Pengolahan Secara Fisik

Pengolahan secara fisik pada bahan pakan berserat tinggi bertujuan untuk

merombak struktur fisik bahan dan memecah matriks karbohidrat penyusun

dinding sel. Pengolahan secara fisik dapat juga digunakan dalam pengawetan dan

menghilangkan kandungan antinutrisi bahan. Perlakuan fisik berupa pemotongan,

penggilingan, peletting, penghancuran dan lain-lain.

b. Pengolahan Secara Kimia

Perlakuan kimia pada pakan berserat tinggi bertujuan untuk meningkatkan

kecernaan dan konsumsi pakan bebas dengan cara memecah

komponen-komponen dinding sel atau memecah ikatan lignin dengan senyawa karbohidrat

(6)

perlakuan-perlakuan kimia yang telah dicoba diteliti antara lain terdiri dari

perlakuan Naoh, KOH, Ca (OH)2 dan urea.

Urea dengan rumus molekul CO (NH2)2 banyak digunakan dalam ransum

ternak ruminansia karena mudah diperoleh, harga murah dan sedikit keracunan

yang diakibatkannya dibanding biuret. Secara fisik urea berbentuk kristal padat

berwarna putih dan higroskopis. Urea mengandung nitrogen sebanyak 42 – 45%

atau setara dengan potein kasar antara 262 – 281% (Belasco, 1954).

Perlakuan amoniasi dengan urea telah terbukti mempunyai pengaruh yang

baik untuk pakan. Proses amoniasi lebih lanjut juga akan memberikan keuntungan

yaitu meningkatkan kecernaan pakan. Setelah terurai menjadi NH3 dan CO2.

Dengan molekul air NH3 akan mengalami hidrolisis. Dengan demikian amoniasi

akan serupa dengan perlakuan alkali. Amoniasi dapat menurunkan kadar zat

makanan yang sukar bahkan tidak dicerna oleh ternak. Yang berakibat

meningkatkan kecernaan pakan lebih jauh. Dari hasil percoban

Chuzaemi dan Soejono (1987) dengan level urea yang lebih tinggi yaitu 6% dan

8% secara in vivo selain dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan

organik juga energinya. Energi tercerna meningkat dari 6,07 MJ menjadi 8,32 dan

9,54 MJ.

c. Pengolahan Secara Biologis

Aplikasi perlakuan secara biologi dalam pengolahan bahan pakan limbah

bertujuan untuk megubah struktur fisik bahan, pengawetan dan mengurangi

kandungan anti nutrisi. Perubahan struktur fisik pada bahan kasar dilakukan oleh

enzim delignifikasi sekaligus memperkaya jaringan pakan dengan protein

(7)

enzim pendegradasi dinding sel seperti selulase, hemiselulase dan enzim pemecah

lignin, jamur ligninolitik, bakteri dan jamur rumen dengan proses fermentasi

dengan maksud untuk mendapatkan bahan pakan yang bermutu tinggi serta tahan

lama agar dapat diberikan kepada ternak pada masa kekurangan pakan ternak.

Menurut Saono (1974), fermentasi adalah segala macam proses

metabolisme dimana enzim dari mikroorganisme (jasad renik) melakukan

oksidasi, reduksi, hidrolisa dan reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan

kimia pada substrat organik dengan menghasilkan produk tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi menurut Kuswanto (1989),

adalah konsentrasi gula, pH fermentasi, temperatur, penambahan nutrisi seperti

nitrogen dan fosfor, ammonium sulfat, ammonium fosfat dan lain-lain yang

mengandung N, P, K waktu fermentasi dan aerasi.

Aspergillus niger

Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang paling umum dan mudah

diidentifikasi dari genus Aspergillus, famili Moniliaceae, ordo Monoliales dan kelas

Fungi imperfecti. Aspergillus niger dapat tumbuh dengan cepat, diantaranya

digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat dan

pembuatan beberapa enzim seperti amilase, pektinase, amiloglukosidase dan

sellulase. Aspergillus niger dapat tumbuh pada suhu 35 - 37ºC (optimum), 6 - 8ºC

(minimum), 45 - 47ºC (maksimum) dan memerlukan oksigen yang cukup (aerobik).

Aspergillus niger memiliki bulu dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan

konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam. Kepala konidia berwarna

(8)

bertambahnya umur. Konidiospora memiliki dinding yang halus, hialin tetapi juga

berwarna coklat (Suharto, 2003).

Konsentrat

Ternak ruminansia membutuhkan konsentrat untuk mengisi kekurangan

makanan yang diperolehnya dari hijauan. Pemberian konsentrat pada sapi tidak

sama dengan hewan lainnya (Novirma, 1991).

Konsentrat adalah pakan yang memiliki protein dan energi yang cukup

tinggi PK ≥ 18%. Pada ternak yang digemukkan semakin banyak konsentrat

dalam pakan akan semakin baik apabila konsumsi serat kasar tidak kurang dari

15 % BK pakan. Oleh karena itu, banyaknya pemberian pakan konsentrat adalah

formula pakan harus terbatas agar tidak terlalu gemuk (Siregar, 2003).

Pelepah Daun Kelapa Sawit

Pelepah daun kelapa sawit merupakan salah satu bahan pakan ternak yang

memiliki potensi yang cukup tinggi, akan tetapi kedua bahan pakan tersebut

belum dimanfaatkan secara optimal oleh peternakan. Produksi pelepah daun

kelapa sawit dapat mencapai 10,5 ton pelepah kering/ha/tahun. Kandungan

protein kasar pada kedua bahan pakan tersebut masing-masing mencapai 15% BK

(daun) dan 2 – 4% BK (pelepah) (Mathius, 2003). Sementara itu, campuran

kedua bahan pakan tersebut dapat meningkatkan kandungan protein menjadi

4,8%.

Menurut Direktoral Jenderal Perkebunan, 2008 luas lahan perkebunan

kelapa sawit di Indonesia mencapai 7,1 juta. Sumatera Utara sendiri pada tahun

2008 memiliki luas perkebunan kelapa sawit 948.800 Ha. Pelepah dan daun

(9)

Pelepah kelapa sawit dipanen 1 – 2 pelepah/panen/pohon. Setiap tahun dapat

menghasilkan 22 – 26 pelepah/ pohon/ tahun dengan rataan berat pelepah daun

sawit 4 – 6 kg/pelepah, bahkan produksi pelepah dapat mencapai

40 – 50 pelepah/pohon/tahun dengan berat sebesar 4,5 kg/ pelepah

(Jalaluddin dan Hutagalung, 1982).

Hasil panen pelepah ini merupakan potensi yang cukup besar sebagai

pakan ternak ruminansia. Pelepah kelapa sawit saat ini belum dimanfaatkan secara

optimal merupakan salah satu bahan pakan pengganti hijauan

(Kawamoto et al., 2002), disamping hasil ikutan lain dalam pengolahan buah kelapa sawit.

Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit dapat di lihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 2. Kandungan nutrisi pelepah daun kelapa sawit

Zat nutrisi Kandungan (%)

Bahan kering 26,07a

Protein kasar 5,02b

Lemak kasar 1,07a

BETN 39,82a

TDN 45,00a

Ca 0,96a

P 0,08a

Energi (MCal/ME) 56,00c

Serat kasar 36,94a

Sumber : a. Wartat Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2003).

b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP-USU (2000). c. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor (2000).

(10)

Bungkil Inti Sawit

Menurut Davendra (1997) bungkil inti sawit adalah limbah hasil ikutan

dari hasil ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau

cara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya agak baik, tapi karena serat

kasarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah menyebakan kurang cocok bagi ternak

monogastrik, melainkan lebih cocok bagi ternak ruminansia.

Semakin tinggi persentase bungkil inti sawit dalam pakan, maka kenaikan

bobot badan perhari semakin besar, namun demikian pemberian optimal dari

bungkil inti sawit ialah 1,5 % dari bobot badan untuk mempengaruhi pertumbuhan

ternak domba. Kandungan nilai gizi dalam bungkil inti sawit dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan nilai gizi bungkil inti sawit

Uraian Kandungan (%)

Protein kasar 15,4a

TDN 81b

Serat kasar 16,9a

Lemak kasar 2,4a

Bahan kering 92,6a

Ca 0,10c

P 0,22c

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak FP USU (2005). b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000). c. Siregar (2003).

Dedak Padi

Dedak padi pada musim panen melimpah, sebaliknya pada musim

kemarau berkurang. Selain itu, dedak padi tidak dapat disimpan lama. Keadaan ini

disebabkan karena aktivitas enzim yang dapat menyebabkan kerusakan atau

ketengikan oksidatif pada komponen minyak yang ada dalam dedak padi

(11)

Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari hasil pemisahan beras

dengan kulit gabah melalui proses penggilingan dan pengayakan padi

(Parakkasi, 1999). Pemanfaatan dedak padi di Indonesia sampai saat ini adalah

sebagai pakan ternak. Hal ini disebabkan kandungan nilai gizi dalam dedak padi

cukup tinggi seperti lipid, protein, karbohidrat, vitamin, mineral dan juga serat.

Kandungan nutrisi pada dedak padi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan nilai gizi dedak padi

Uraian Kandungan (%)

Bahan kering 89,6

Protein kasar 13,8

Lemak kasar 7,2

Serat kasar 8,0

TDN 67,0

Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2005).

Garam

Garam merangsang sekresi saliva. Terlalu banyak garam akan

menyebabkan retensi air sehingga menimbulkan odema. Devisiensi garam lebih

sering terlihat pada hewan herbivora, hal ini disebabkan karena hijauan dan

butiran mengandung sedikit garam. Gejala defisiensi garam yaitu nafsu makan

menghilang, bulu kotor, makan tanah, keadaan badan tidak sehat, produksi

mundur dan berat badan turun (Anggorodi, 1994). Menurut Parakkasi (1999),

kebutuhan domba akan garam sebanyak 9 % dalam makanan.

(12)

Mineral merupakan salah satu zat yang mempunyai peranan pokok dalam

hal pertumbuhan dan reproduksi ternak domba, seperti metabolisme protein,

energi serta biosintesa zat – zat pakan esensial (Davendra dan Burns, 1994).

Menurut Murtidjo (1993) juga berpendapat bahwa di Indonesia yang

beriklim tropis defisiensi mineral tertentu merupakan kasus lapangan yang sering

terjadi, dimana hal ini dapat mengakibatkan ternak domba yang dipelihara

mengalami penurunan nafsu makan, efisiensi pakan tidak dicapai, terjadi

penurunan bobot tubuh dan gangguan kesuburan ternak bibit. Kandungan mineral

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan mineral

Kandungan Zat Kadar Zat (%)

Kalsium karbonat 50,00

Phospor 25,00

Mangan 0,35

Iodium 0,20

Kalium 0,10

Cuprum 0,15

Sodium klorida 23,05

Besi 0,80

Zn 0,20

Mg 0,15

Sumber : Eka Farma disitasi Warisman (2009).

Molases

Molases dapat digunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan penggunaan

molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (46-60% sebagai

gula), kadar mineral cukup disukai ternak. Molasses atau tetes tebu juga

mengandung vitamin B kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi

ternak. Molases dapat diganti sebagai bahan pakan ternak yang berenergi tinggi.

Disamping rasanya manis juga dapat memperbaiki rasa pakan dan aroma.

(13)

menyebabkan diare bila dikonsumsi terlalu banyak (Rangkuti et al., 1985).

Kandungan nutrisi molases dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan nutrisi pada molasses

Zat Nutrisi Kandungan (%)

Bahan kering 92,6

Protein kasar 4,00

Lemak kasar 0,08

Serat Kasar 0,38

TDN 81,00

Sumber : Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Program Studi Peternakan, FPUSU (2000)

Urea

Urea dengan rumus molekul Co (NH2)2 banyak digunakan dalam ransum

ternak ruminansia karena mudah di peroleh, harganya murah dan sedikit resiko

keracunan yang diakibatkannya dibanding burret. Secara fisik urea berbentuk

kristal berwarna putih dan higroskopis (Sodiq dan Abidin, 2002).

Urea sebagai bahan pakan ternak berfungsi sebagi sumber NPN (Non

Protein Nitrogen) dan mengandung lebih kurang 45% unsur Nitrogen sehingga

pemakaian urea mampu memperbaiki kualitas rumput yang diberikan kepada

domba, namun perlu diingat bahwa penggunaan urea terlalu tinggi konsentratnya

dalam rumen dapat menimbulkan keracunan (Hartadi, et. al., 1990).

Parameter Penelitian

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan

apabila bahan pakan tersebut diberikan secara ad libitum. Jumlah konsumsi pakan merupakan faktor penentu paling penting yang menentukan jumlah nutrien yang

(14)

Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan dicerminkan oleh

kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat

tergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting,

menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya

(temperatur, kelembapan udara) serta berat badannya. Jadi setiap ekor ternak yang

berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda (Kartadisastra, 1997).

Suhu yang tinggi juga dapat menyebabkan nafsu makan menurun dan

meningkatnya konsumsi air minum. Hal ini mengakibatkan otot-otot daging

lambat membesar sehingga daya tahannya juga menurun (Tillman et al., 1993). Ransum adalah campuran dari beberapa jenis bahan makanan yang

diberikan pada ternak dalam waktu 24 jam, makanan itu dapat diberikan

seluruhnya sekaligus atau dalam beberapa kali sebagian-sebagian dari padanya.

Ransum disebut sempurna apabila kombinasi beberapa bahan makanan yang

bila dikonsumsi secara normal dapat mensuplai zat –zat makanan kepada ternak

dalam perbandingan jumlah dan bentuk sedemikian rupa sehingga fungsi-fungsi

fisiologis tubuh berjalan dengan normal. Dalam mengkonsumsi ransum ternak di

pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat energi, keseimbangan asam amino,

tingkat kehalusan ransum, keaktifan ternak , berat badan kecepatan pertumbuhan

dan suhu lingkungan (Parakkasi, 1995). Menurut Pilliang (1997), bahwa untuk

memproduksi satu kilogram daging domba diperlukan bahan pakan ternak

sebanyak 8,0 kilogram.

Pengukuran konsumsi pakan dipengaruhi oleh perbedaan ternak,

(15)

mempunyai hubungan dengan kebutuhan energi ternak yang sering menyebabkan

konsumsi pakan ternak menjadi berbeda (Williamson dan Payne, 1993).

Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan dinyatakan pada umumnya dengan pengukuran kenaikan

berat badan yang dengan mudah dilakukan dengan penimbangan berulang – ulang

dan di ketengahkan dengan penambahan berat badan tiap hari, tiap minggu atau

tiap waktu lainnya (Tillman, et al., 1991).

Penimbangan ternak pada setiap jangka waktu tertentu misalnya setiap

minggu atau setiap bulan akan dapat mengetahui besarnya pertambahan bobot

badan ternak. Pertambahan bobot badan ternak tersebut dapat digunakan untuk

mengetahui kecepatan pertumbuhan (Kamal, 1994).

Konversi Ransum

Konversi ransum sangat penting artinya sebab berkaitan dengan biaya

produksi, biaya pakan adalah yang terbesar dari total biaya produksi. Konversi

ini merupakan salah satu indeks yang dapat memperlihatkan sampai sejauh mana

efisiensi usaha ternak dapat menentukan besar kecilnya keuntungan yang

diterima oleh peternak (Rasyaf, 1994).

Kualitas pakan menentukan konversi pakan. Pakan yang berkualitas baik

dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Penggunaan pakan

akan semakin efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi rendah, namun

menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi (Martawidjaja, 1998).

Kualitas pakan menentukan konversi pakan. Pakan yang berkualitas baik

(16)

akan semakin efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi rendah, namun

menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi (Martawidjaja, 1998).

Konversi pakan pada ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, nilai

kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme di dalam

jaringan tubuh ternak. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak, akan

diikuti oleh pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dan makin efisien

Gambar

Tabel 1. Kebutuhan pakan domba
Tabel 2. Kandungan nutrisi pelepah daun kelapa sawit
Tabel 3. Kandungan nilai gizi bungkil inti sawit
Tabel 4. Kandungan nilai gizi dedak padi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu bahan yang belum dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah ampas

Stevenson (2001) menyatakan bahwa kondisi tubuh saat flushing membutuhkan waktu untuk penyesuaian, ketika BCS kurang optimal maka perlu dilakukan pemberian pakan yang cukup

Limbah organik berupa sayuran yang dihasilkan pasar dapat dimanfaatkan menjadi pakan. Akan tetapi kelemahan dari limbah sayuran adalah memiliki kandungan kadar air yang cukup

Teluk Banten memiliki potensi sumberdaya ikan pelagis kecil yang cukup besar yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah. Potensi yang ada di Kota Serang belum dimanfaatkan

Dengan didukung adanya sumberdaya lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal, ketersediaan hijauan makanan ternak (segar maupun limbah pertanian), dan sumberdaya manusia yang

Ternak yang mempunyai potensi genetik pertumbuhan yang tinggi akan memiliki respon yang baik terhadap makanan yang diberikan dan memiliki efisiensi produksi yang tinggi

Dalam kajian ini konsumsi bahan kering pakan pada ternak domba jantan penggemukan lebih tinggi, bila dibandingkan hasil penelitian Rianto et al... yaitu ternak domba yang diberi

Berdasarkan kandungan nutrisi tersebut, batang pisang memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pakan ternak, dengan kandungan protein cukup tinggi yang