• Tidak ada hasil yang ditemukan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci: Kualitas Hidup, Diabetes Melitus, Lansia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci: Kualitas Hidup, Diabetes Melitus, Lansia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DENGAN DM DAN TANPA DM DI KELURAHAN KOLONGAN KOTA TOMOHON

Inriyani Cili Kapoh*, Sekplin A S Sekeon,*, Windy Wariki** *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK

Masyarakat yang berusia 60 tahun keatas pastilah mengalami suatu proses penuaan. Dalam proses penuaan banyak hal kurang baik terjadi jika tidak menjaga pola hidup sehat, misalnya saja metabolisme tubuh seiring bertambah usia dapat mengganggu kesehatan. Penyakit Diabetes Melitus mejadi satu diantara penyakit tidak menular yang banyak diderita oleh usia lanjut 60 tahun keatas. Hal ini jika dibiarkan bisa mengganggu kualitas hidup lansia. Indonesia sendiri masuk dalam 10 besar penyandang Diabetes Melitus terbanyak didunia, untuk kota Tomohon penderita Diabetes Melitus sebanyak 286 kasus. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pada lansia dengan Diabetes Melitus dan tanpa Diabetes Melitus di Kelurahan Kolongan Kecamatan Tomohon Tengah Kota Tomohon. Penelitian ini menggunakan metode peneitian deskriptif dengan rancangan potong lintang (cross-sectional study) pada bulan April-Juni 2017. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh penduduk lanjut usia yang berusia ≥ 60 tahun sebanyak 113 orang dengan jumlah sampel 51 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu Purposive Sampling, yang menjadi alat ukur kualitas hidup yaitu kuesioner EQ-5D-5L dan alat ukur gula darah menggunakan glukometer merk autocheck. Hasil penelitian : dari hasil analisis univariat kualitas hidup lansia di Kelurahan Kolongan mayoritas memiliki kualitas hidup baik dengan persentase 78,4%, untuk gambaran kualitas hidup berdasarkan jenis kelamin, hasil yang diperoleh bahwa pria memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan wanita. Kualitas hidup berdasarkan lima dimensi, diperoleh hasil bahwa lansia dengan Diabetes Melitus memiliki lebih banyak masalah / kendala pada dimensi rasa nyeri / tidak nyaman.

Kata Kunci: Kualitas Hidup, Diabetes Melitus, Lansia

ABSRACT

People aged ≥60 years and above definitely experiencing the aging proses. In the aging process many things are not good to happen if not maintain a healthy lifestyle, for example the body's metabolism as age increases can interfere with health. Diabetes Mellitus disease is one of the non-communicable diseases suffered by the elderly. This if left unchecked could disrupt the quality of life of the elderly. Indonesia is included in the top 10 people with Diabetes Mellitus in the world, for the city of Tomohon Diabetes Mellitus had 286 cases. The purpose of this study to determine the quality of life in the elderly with Diabetes Mellitus and without Diabetes Mellitus in Kolongan village. This study used descriptive research method with cross-sectional study in April-June 2017. The population in this study is all elderly aged ≥ 60 years with a sample of 51 people. The sampling technique used was Purposive Sampling, which became the life quality measuring tool that is the questionnaire EQ-5D-5L and blood sugar measuring instrument using autocheck glukometer. Result of research: from univariate analysis quality of elderly life in Kolongan village, majority have good quality of life with percentage 78,4%, to described of quality of life by sex, result obtained that male have better quality of life than female . The quality of life based on the five dimensions, the results obtained that elderly with Diabetes Melitus is more had problem with dimension of pain / discomfort compared to elderly without Diabetes Mellitus.

(2)

PENDAHULUAN

Penduduk Indonesia tahun 2015 yaitu sebanyak 255.461.686 jiwa, dengan persentase penduduk lansia menurut jenis kelamin yaitu perempuan 9,0% dan laki-laki 8,0% (Kemenkes RI, 2015) jumlah penduduk lansia Indonesia yang begitu banyak dengan beberapa penyakit tidak menular yang diderita, pasti kualitas hidup dari pada lansia banyak yang terganggu. Kualitas hidup adalah status kesehatan, kepuasan hidup, keadaan mental, atau kesejahteraan. (WHOQoL Group, 1995). Kualitas hidup menjadi tolok ukur dalam pencapaian status kesehatan bagi masyarakat. Masyarakat Indonesia memiliki kualitas hidup dengan kriteria kurang didapati pada usia lanjut, perempuan dan tingkat pendidikan rendah (Pradono, 2009).

Diabetes Melitus menjadi salah satu penyakit tidak menular yang banyak diderita oleh masyarakat di Indonesia. Diabetes Melitus adalah penyakit metabolism yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa akibat tidak bekerjanya produksi insulin dalam tubuh (Riskesdas, 2013). Indonesia menempati urutan 7 dari 10 besar negara diduni dengan jumlah penderita Diabetes Melitus terbanyak (IDF, 2015) Untuk kota Tomohon jumlah kasus Diabetes Melitus, data rekapan dari seluruh puskemas yang ada di kota Tomohon terdapat 286 kasus. Untuk kelurahan

Kolongan yang menjadi ssalah satu wilayah kerja Puskesmas Matani, diperoleh data penderita Dabetes Melitus sebanyak 30 kasus (Dinkes Kota Tomohon, 2017).

Penyakit yang ada pada lansia adalah gabungan dari kelainan – kelainan yang timbul akibat proses menua dimana proses menghilangnya secara perlajhan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya (Buletin Lansia, 2013).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan potong lintang (cross-sectional study). Tempat penelitian adalah kelurahan Kolongan Kecamatan Tomohon Tengah Kota Tomohon dengan waktu penelitian selam bulan April sampai Juni 2017. Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh lansia di kelurahan Kolongan yang berjumlah 113, dengan jumlah sampel 51 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik puposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner EQ-5D-5L serta alat pengukur gula darah.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden

Lansia terbagi atas 3 kategori yaitu lansia muda, lansia madya dan lansia tua. Jumlah responden untuk lansia muda dan madya yaitu 23 responden dan untuk lansia tua 5

(3)

responden. Kebanyakan dari responden yaitu berjenis kelamin wanita dengan jumlah 37 dan pria 14 responden. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh lansia kelurahan Kolongan paling banyak yaitu tamat SMP

dengan jumlah 22 responden diikuti dengan tamat SD yaitu 16 responden.

Kualitas Hidup Pada Lansia Secara Umum dan Berdasarkan Dimensi EQ-5D Tabel 1. Distribusi Kualitas Hidup pada Lansia Secara Umum

Kategori n Persentase (%)

Baik 40 78,4

Kurang Baik 11 21,6

Total 51 100

Tabel 2. Distribusi Kualitas Hidup Pada Lansia Secara Umum Berdasarkan Dimensi EQ-5D 5 Dimensi Kualitas Hidup EQ-5D n (%) Tidak ada masalah Sedikit bermasalah Cukup bermasalah Sangat bermasalah Masalah berat Kemampuan Berjalan 33 (64,7%) 13 (25,5%) 4 (7,8%) 0 (0%) 1 (2,0%) Perawatan Diri 41 (80,4%) 4 (7,8%) 5 (9,8%) 0 (0%) 1 (2,0%) Kegiatan yang Biasa Dilakukan 34 (66,7%) 5 (9,8%) 7 (13,7%) 2 (3,9%) 3 (5,9%) Rasa Nyeri/Tidak Nyaman 21 (41,2%) 18 (35,3%) 8 (15,7%) 2 (3,9%) 2 (3,9%) Rasa Cemas/Depresi (sedih) 32 (62,7%) 14 (27,5%) 5 (9,8%) 0 (0%) 0 (0%)

Pada tabel 1 diperoleh hasil bahwa dari 51 responden terdapat 40 responden dengan kualitas hidup yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Wikananda (2015) yang mengatakan bahwa kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas Tampak Siring I termasuk pada kualitas hidup baik.

Pada tabel distribusi kualitas hidup berdasarkan 5 dimensi EQ-5D terdapat dimensi yang paling banyak memiliki masalah yaitu pada dimensi rasa nyeri / tidak nyaman, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2017) dimana lansia yang memiliki penyakit tidak menular memiliki banyak masalah dalam dimensi rasa nyeri / tidak nyaman karena banyaknya gejala-gejala penyakit Diabetes Melitus seperti kelelahan, berat badan yang turun serta infeksi yang terjadi pada luka yang menimnulkan rasa tidak nyaman dalam keseharian.

(4)

Dimensi perawatan diri lansia pada hasil penelitian ini diperoleh bahwa lansia yang menderita Diabetes Melitus memiliki kualitas hidup lebih baik dibandingkan lansia yang tidak menderita Diabetes Melitus dengan hasil perbandingan yang cukup kecil. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2016) diperoleh bahwa penderita Diabetes Melitus cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih baik dalam dimensi perawatan diri dibandingkan yang tidak Diabetes Melitus.

Gambaran Kualitas Hidup Pada Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 3. Distribusi Kualitas Hidup Pada Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin

Variabel n (%) Total

Baik Kurang Baik

Pria 13 (93%) 1 (7%) 14 (100%) Wanita 27 (73%) 10 (27%) 37 (100%) Total 40 11 51 (78,4%) (21,6%) (100%)

Data dari tabel 3 menunjukan bahwa kualitas hidup pada lansia berdasarkan jenis kelamin diperoleh kualitas hidup baik lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita, sedangkan kualitas hidup kurang baik lebih banyak didapatkan pada wanita dibandingkan pria hanya terdapat 1 responden yang memiliki kualitas hidup kurang baik. Hasil yang diperoleh sesuai dengan penelitian Juanita dan Safitri (2016) bahwa diperoleh lansia dengan jenis kelamin pria memiliki kualitas hidup baik. Juanita dan Safitri menjelaskan dalam penelitian mereka mengapa lansia jenis kelamin pria lebih memiliki kualitas hidup baik dibandingkan lansia jenis kelamin wanita dikarenakan lansia pria memiliki kepuasan lebih tinggi pada domain

psikologi dan hubungan sosial, dibandingkan dengan lansia perempuan. Hal ini dikarenakan, lansia pria cenderung merasa dirinya dalam kondisi yang baik walaupun memiliki penyakit. Hasil ini diperkuat dari penelitian Orfila, dkk (2006 dalam Wikananda, 2015) bahwa pada wanita yang populasinya berusia 60 tahun keatas lebih tinggi atau cenderung memiliki kualitas hidup yang kurang baik dibandingkan pada pria. Hasil ini pula di dukung dengan penelitian yang dilakukan oleh You Lu, dkk (2017) tentang

Health-related quality of life in type-2 diabetes patients: a cross-sectional study in East China dimana diperoleh hasil bahwa

(5)

Dengan adanya penurunan kesehatan yang berdampak karena proses menopause yang dialami wanita, sehingga menurunnya produksi hormon estrogen yang mempunyai efek pelindung melalui metabolisme glukosa dan sistem hemostatik, memungkinkan seorang wanita memiliki risiko terserang penyakit-penyakit tertentu (Suiraoka, 2012). Hasil ini juga didukung dengan banyaknya jumlah penduduk lansia wanita di Indonesia yaitu sebesar 9,0% pada tahun 2015, sehingga memungkinkan kualitas hidup yang dimiliki lebih cenderung akan menurun pada jenis kelamin wanita karena proses penuaan dan kemunduran fungsi fisiologis tubuh (Kemenkes RI, 2016).

Kualitas Hidup Pada Lansia Diabetes Melitus dan Tidak Diabetes Melitus berdasarkan Dimensi EQ-5D

Pada penelitian ini lansia dikategorikan memiliki Diabetes Melitus yaitu dengan pengukuran kadar gula sewaktu. Kadar gula darah sewaktu diartikan apabila seseorang memiliki kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl (plasma vena) maka penderita tersebut sudah memenuhi kriteria Diabetes

Melitus (Kardika 2014). Riwayat penyakit Diabetes Melitus juga menjadi salah satu syarat responden lansia masuk dalam kategori Diabetes Melitus, dimana responden ditanyakan apakah pernah didiagnisis dokter menderita Diabetes Melitus. Berikutnya yang menjadi salah satu syarat juga untuk kategori Diabetes Melitus yaitu jika lansia sementara mengkonsumsi obat anti Diabetes Melitus yang di anjurkan dokter. Jika lansia sudah termasuk dalam salah satu dari ketigasyarat diatas maka lansia tersebut sudah masuk dalam kategori lansia dengan Diabetes Melitus.

Tabel 4. Distribusi kualitas hidup pada lansia dengan Diabetes Melitus dan tidak Diabetes Melitus Variabel n (%) Total Baik Kurang Baik Diabetes Melitus 8 (73%) 3 (27%) 11 (100%) Tidak Diabetes Melitus 32 (80%) 8 (20%) 40 (100%) Total 40 11 51 (78,4%) (21,6%) (100%)

(6)

Tabel 5. Distribusi Kualitas HIdup Pada Lansia dengan Diabetes Melitus dan Tanpa Diabetes Melitus Menurut Kemampuan Berjalan

Variabel n (%) Total Tidak ada masalah Sedikit bermasalah Cukup bermasalah Sangat bermasalah Masalah berat n % N % n % n % n % n % Diabetes Melitus 6 54,6 4 36,3 1 9,10 0 0 0 0 11 100 Tidak Diabetes Melitus 27 67,5 9 22,5 3 7,5 0 0 1 2,5 40 100 Total 33 64,7 1 3 25,5 4 7,8 0 0 1 2 51 100

Tabel 6. Distribusi Kuallitas Hidup Pada Lansia Diabetes Melitus dan Tanpa Diabetes Melitus Menurut Dimensi Perawatan Diri

Variabel n (%) Total Tidak ada masalah Sedikit bermasalah Cukup bermasalah Sangat bermasalah Masalah berat n % n % n % n % n % N % Diabetes Melitus 9 81,8 1 9,10 1 9,10 0 0 0 0 11 100 Tidak Diabetes Melitus 32 80 3 7,5 4 10 0 0 1 2,5 40 100 Total 41 80,4 4 7,8 5 9,8 0 0 1 2,0 51 100

Tabel 7. Distribusi Kualitas Hidup Pada Lansia Dengan Diabetes Melitus dan Tanpa Diabetes Melitus Menurut Dimensi Kegiatan Yang Biasa Dilakukan

Variabel n (%) Total Tidak ada masalah Sedikit bermasalah Cukup bermasalah Sangat bermasalah Masalah berat n % n % n % n % n % n % Diabetes Melitus 5 45,4 2 18,2 2 18,2 1 9,1 1 9,1 11 100 Tidak Diabetes Melitus 29 72,5 3 7,5 5 12,5 1 2,5 2 5 40 100 Total 34 66,7 5 9,8 7 13,7 2 3,9 3 5,9 51 100

(7)

Tabel 8. Distribusi Kualitas Hidup Pada Lansia Dengan Diabetes Melitus Menurut Dimensi Rasa Nyeri / Tidak Nyaman

Variabel n (%) Total Tidak ada masalah Sedikit bermasalah Cukup bermasalah Sangat bermasalah Masalah berat n % n % n % n % n % n % Diabetes Melitus 3 27,3 5 45,5 2 18,1 0 0 1 9,1 11 100 Tidak Diabetes Melitus 18 45 1 3 32,5 6 15 2 5 1 2,5 40 100 Total 21 41,2 1 8 35,3 8 15,7 2 3,9 2 3,9 51 100

Tabel 9. Distribusi Kualitas Hidup Pada Lansia Berdasakan Diabetes Melitus dan tidak Diabetes Melitus Menurut Dimensi Rasa Cemas/Depresi

Variabel n (%) Total Tidak ada masalah Sedikit bermasalah Cukup bermasalah Sangat bermasalah Masalah berat n % n % n % n % n % n % Diabetes Melitus 7 63,6 3 27,3 1 9,1 0 0 0 0 11 100 Tidak Diabetes Melitus 25 62,5 1 1 27,5 4 10 0 0 0 0 40 100 Total 32 62,7 1 4 27,5 5 9,8 0 0 0 0 51 100 Kelurahan Kolongan jumlah lansia yang

diperoleh menderita Diabetes Melitus yaitu 11 responden dan yang tidak menderita Diabetes Melitus yaitu 40 responden. Berdasarkan kualitas hidup lansia dengan Diabetes Melitus lebih banyak didapatkan kualitas hidup kurang baik, dibandingkan lansia dengan tidak Diabetes Melitus.

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme yang ditandai dengan keadaan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia dan disertai dengan kelainan metabolik lain akibat gangguan hormonal (Azila, 2016).

Gejala-gejala yang ada pada penderita diabetetes melitus yaitu poliuri (banyak kencing), polidipsi (banyak minum), poliphagi (banyak makan), kelelahan, infeksi, penurunan berat badan, luka sulit sembuh, katarak, gejala saraf, gangguan serangan jantung (Dewi, 2014)

Analisis data distribusi kualitas hidup pada lansia dengan Diabetes Melitus dan tidak Diabetes Melitus menurut masing-masing dimensi EQ-5D hasil yang diperoleh pada dimensi kemampuan berjalan, serta kegiatan yang biasa dilakukan lansia dengan Diabetes Melitus

(8)

memiliki lebih banyak masalah dari pada lansia yang tidak menderita Diabetes Melitus hal ini dikarenakan oleh gejala yang sering muncul pada penderita Diabetes Melitus yaitu kelelahan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil yang diperoleh Rizkifani (2014) bahwa dimensi kemampuan berjalan atau fungsi fisik pada lansia penderita Diabetes Melitus lebih rendah dikarenakan penderita merasa terbatas dalam melakukan aktivitas fisik, sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasekhah (2016) bahwa ada hubungan antara kelelahan dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus, dimana semakin tinggi tingkat kelelahan maka akan memiliki kualitas hidup yang semakin buruk.

Dimensi perawatan diri lansia pada hasil penelitian ini diperoleh bahwa lansia yang menderita Diabetes Melitus memiliki kualitas hidup lebih baik dibandingkan lansia yang tidak menderita Diabetes Melitus dengan hasil perbandingan yang cukup kecil. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2016) diperoleh bahwa penderita Diabetes Melitus cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih baik dalam dimensi perawatan diri dibandingkan yang tidak Diabetes Melitus.

Kualitas hidup berdasarkan dimensi rasa nyeri / tidak nyaman lebih banyak ditemukan masalah pada lansia yang

menderita Diabetes Melitus dengan perbandingan yang cukup besar dari pada lansia yang tidak menderita Diabetes Melitu. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2017) bahwa lansia yang memiliki penyakit tidak menular memiliki banyak masalah dalam dimensi rasa nyeri / tidak nyaman karena banyaknya gejala-gejala penyakit Diabetes Melitus seperti kelelahan, berat badan yang turun serta infeksi yang terjadi pada luka yang menimbulkan rasa tidak nyaman dalam keseharian.

Lansia yang tidak menderita Diabetes Melitus lebih banyak memiliki masalah dalam kualitas hidup berdasarkan dimensi rasa cemas / depresi dibandingkan dengan lansia yang menderita Diabetes Melitus walaupun dengan nilai perbandingan yang cukup kecil. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramdani (2016) diperoleh hasil bahwa lebih banyak didapat responden yang menderita Diabetes Melitus tidak memiliki masalah dalam dimensi rasa cemas / depresi atau ingkat depresi pada penderita Diabetes Melitus tergolong rendah. Berbeda dengan penelitian oleh Jauhari (2016) bahwa pasien Diabetes Melitus memiliki tingkat kecemasan sebesar 56,7% dalam kategori sedang.

Dari hasil analisis kualitas hidup melalui pengukuran 5 dimensi menggunakan EQ-5D diperoleh data lansia

(9)

dengan Diabetes Melitus lebih mendominasi atau lebih banyak mengalami masalah dalam dimensi rasa nyeri / tidak nyaman, kemampuan berjalan, dan melakukan aktivitas biasa. Dapat dilihat bahwa lansia yang menderita Diabetes Melitus mempunyai kualitas hidup yang kurang dibandingkan dengan yang tidak menderita Diabetes Melitus.

KESIMPULAN

Lansia yang ada di Kelurahan Kolongan secara umum memiliki kualitas hidup yang baik. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas hidup menggunakan kuesioner EQ-5D diperoleh hasil bahwa lansia dengan Diabetes Melitus memiliki lebih banyak masalah pada dimensi kemampuan berjalan, kegiatan yang biasa dilakukan, dan rasa nyeri / tidak nyaman. Kualitas hidup lansia berdasarkan jenis kelamin, diperoleh data bahwa pria memiliki kualitas hidup lebih baik dibandingkan wanita.

SARAN

Kelompok lansia yang ada di Kelurahan Kolongan lebih meningkatkan pola hidup sehat dan bagi lansia yang menderita hipertensi untuk secara rutin memeriksakan kadar gula darah dan mengkonsumsi obat secara teratur. Diikuti dengan adanya peran keluarga sangat penting untuk dapat memotivasi dan memberi dukungan pada lansia dimasa-masa tuanya. Pemerintah dan

petugas kesehatan kiranya dapat memantapkan setiap program-program yang ada, agar para lansia dapat hidup sehat berkualitas baik fisi, sosial maupun jiwa

DAFTAR PUSTAKA

Azila A A. 2016. Gambaran Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poli Interna RSD dr. Soebandi Jember. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan. Universitas Jember. 2016

Habsari Oktaviana Devi. 2015. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kualitas Hidup pada Lansia di Desa Margoagung Kecamatan Seyegan Sleman Yogyakarta. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran. Universitas Gadjah Mada.

Jauhari. 2016. Dukungan Sosial dan

Kecemasan Pada Pasien Diabetes Melitus. The Indonesian Journal of Health Science. Vol 7 No 1.

Desember 2016

Juanita. Safitri C P. 2016. Hubungan Basic

Conditioning Factors Dengan

Kualitas Hidup Lanjut Usia Dengan Diabetes Melitus Di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Vol. VII. No 1. Idea Nursing Jurnal.. ISSN: 2087-2879. 2016.

Kardika I B W. 2014. Preanalitik dan Interpretasi Glukosa darah Untuk Diagnosis Diabetes Melitus. Fakultas Kedokteran. Unversitas Udayana.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Buletin

Lansia. Jakarta

Nasekhah A D. 2016. Hubungan Antara Kelelahan Dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Persadia Salatiga. Jurusan Keperawatan. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Agustus 2016.

(10)

Orfila, Francesc, dkk. 2006. Gender Difeferences In Health-Related Quality Of Life Among The Elderly: The Role Of Objective Functional Capacity And Chronic Conditions. Barcelona: Institut Municipal d’Investigacio Medica. (Online),

(http://www.sciencedirect.com/scie nce/article , diakses 02 Juli 2017). Putri M S. 2016. Hubungan Kualitas Tidur

Dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Ota Padang Tahun 2016. Fakultas Keperawatan. Universitas Andalas. Juni 2016.

Putri L R. 2016. Gambaran Self Care Penderita Diabetes Melitus (DM) di Wilayah Kerja Puskesmas Srondol Semarang. Jurnal

Departemen Keperawatan. Tahun 2016.

Pradono.2009. Kualitas Hidup Penduduk

Indonesia Menurut International

Classification Of Functioning

Disability and Health (ICF) dan

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhinya. Jakarta:

Bul.Penelit. Kesehatan., Supplement 2009 : 1-10.

Ramdani IM. 2016. Gambaran Tingkat

Depresi Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit

Umum Kardinah Kota Tegal.

Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).

2013. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan Kementerian Kesehatan RI tahun 2013 http://www.depkes.go.id/ (diakses online pada tanggal 28 Maret 2017)

Rizkifani S. 2014. Pengukuran Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Di RS PKU Muhammadiyah Bantul. Universitas Ahmad Dahlan.

Yogyakarta Farmasains Vol. 2 No 3. April 2014

Sari A. 2015. Vadilitas ST European

Quality of Life-5 Dimensions (EQ-5D) Versi Indonesia pada pasien Hipertensi di Puskesmas Kotagede II Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas

Farmasi Universitas Admad Dahlan Suiraoka. 2012. Penyakit Degeneratif.

Yogyakarta: Medical Book. Wikananda, G. 2015. Hubungan Kualitas

Hidup dan Faktor Risiko pada Usia Lanjut di Wilayah Kerja Puskesmas Tampaksiring I Kabupaten Gianyar Bali 2015.Bali : Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana. Vol. 8:41-49. (Online),

(http://isainsmedis.id/index.php/ism/art icle/ diakses 03 April 2017).

Gambar

Tabel 5. Distribusi Kualitas HIdup Pada Lansia dengan Diabetes Melitus dan Tanpa Diabetes  Melitus Menurut Kemampuan Berjalan

Referensi

Dokumen terkait

Penyerbukan sendiri dapat dilakukan dengan cara buatan yaitu dengan cara mengumpulkan serbuk sari dari kepala sari suatu tanaman dan kemudian mengoleskannya

As we would expect, for arbitrary n , the mean interaction contrast for a serial process with an exhaustive stopping rule must be 0 due to the additivity of the processing times

Berdasarkan penelitian dan analisis data hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep kalor antara siswa yang belajar melalui

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk membangun suatu aplikasi Sistem Informasi Pembayaran Biaya Perawatan Rumah Sakit yang dapat membantu proses penyelesain tagihan,

Angka kejadian gangguan tidur pada responden menunjukkan angka yang lebih kecil dibandingkan penelitian lain tentang kesulitan tidur pada mahasiswa kedokteran tetapi masih

Penyakit ini memiliki masa inkubasi sekitar &2, hari. ;lkus pada a/alnya mun)ul sebagai papul merah ke)il yang dengan )epat men9adi pustule kemudian mengalami ulserasi

3.1 udara ambien udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, mahluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya 3.2

Namun demikian, setelah Akta Universiti dan Kolej Universiti (AUKU) dikuatkuasakan, pengisian- pengisian seperti pengendalian Minggu Haluan Mahasiswa ini sukar lagi