• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 ALJABAR MATRIKS UNTUK STATISTIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 ALJABAR MATRIKS UNTUK STATISTIKA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

ALJABAR MATRIKS UNTUK

STATISTIKA

Analisis data, khususnya estimasi parameter dalam regresi multi-variat, banyak melibatkan operasi matriks. Dalam bab ini akan diba-has teori matriks yang banyak terkait dengan statistika.

Kompetensi

Setelah membaca bab ini, pembaca diharapkan memahami aljabar matriks, turunan yang berkaitan dengan matriks serta menggunakan-nya dalam statistika, khususmenggunakan-nya dalam analisis regresi.

(2)

2.1 Materi

1. Definisi dan jenis matriks 2. Operasi matriks

3. Kebergantungan linier

4. Bentuk kuadrat dan turunannya 5. Aplikasi R untuk matriks

2.2 Defenisi dan Jenis Matriks

Definisi 2.1. Matriks adalah kumpulan unsur yang disusun dalam baris dan kolom yang berbentuk persegi panjang.

Matriks biasanya dinotasikan dengan huruf besar tebal, misalnya

A, B, sedangkan unsur-unsurnya bisa berupa bilangan atau huruf

kecil. Banyaknya baris dan kolom matriks disebut ordo matriks ma-triks. Matriks yang memiliki n baris dan m kolom,dikatakan berordo

n× m dan dinotasikan dengan An×m = [aij]. Dalam hal ini, aij adalah unsur yang berada pada baris ke i dan kolom ke j dengan

i = 1, 2,· · · , n dan j = 1, 2, 3, · · · , m.

Contoh 2.1. Matriks A berikut adalah matriks yang berordo 4 ×3;

A= ⎛ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ 3 4 5 1 3 6 7 10 20 5 7 2 ⎞ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠

Beberapa matriks khusus yang banyak digunakan dalam statistika diantaranya adalah matriks bujur sangkar, matriks diagonal, matriks

(3)

2.2. DEFENISI DAN JENIS MATRIKS 53

skalar dan matriks simetrik. Definisi formal masing- masing jenis matriks tersebut dapat dilihat pada buku-buku teks standar yang membahas matriks.

Definisi 2.2. Matriks bujur sangkar (square matrix), adalah matriks

dengan banyak barisnya sama dengan banyak kolomnya, yaitu n = m.

Pada matriks bujur sangkar, unsur unsur yang berada pada baris dan kolom dengan nomor sama disebut diagonal utama (yaitu:

aii, i = 1, 2,· · · , n.) Contoh 2.2. B= ⎛ ⎜ ⎝ 3 14 5 11 3 6 7 10 20 ⎞ ⎟ ⎠

Definisi 2.3. Matriks diagonal adalah matriks yang semua unsurnya, selain unsur-unsur pada diagonal utamanya, adalah nol, yaitu aij = 0 untuk setiap i= j. Contoh 2.3. D= ⎛ ⎜ ⎝ 3 0 0 0 0 0 0 0 2 ⎞ ⎟ ⎠

Definisi 2.4. Matriks skalar adalah matriks diagonal yang semua unsurnya sama, tetapi tidak sama dengan 0.

Contoh 2.4. C= ⎛ ⎜ ⎝ 3 0 0 0 3 0 0 0 3 ⎞ ⎟ ⎠

Definisi 2.5. Matriks identitas I adalah matriks skalar yang semua unsurnya 1

(4)

Contoh 2.5. I= ⎛ ⎜ ⎝ 1 0 0 0 1 0 0 0 1 ⎞ ⎟ ⎠

Definisi 2.6. Matriks nol (0) adalah matriks yang semua unsurnya adalah 0.

Definisi 2.7. Matriks simetris adalah matriks yang unsur-unsurnya simetris terhadap diagonal utama, yaitu aij = aji untuk setiap i dan

j. Contoh 2.6. A= ⎛ ⎜ ⎝ 3 1 5 1 2 0 5 0 4 ⎞ ⎟ ⎠ Contoh 2.7.

Dalam statistika, matriks simetris yang banyak ditemukan adalah matriks korelasi (R) dan matriks varians-kovarians atau matriks ragam-koragam(V). R= ⎛ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ 1 r12 · · · r1n r21 1 · · · r2n .. . ... . .. ... rn1 r2n · · · 1 ⎞ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ dan V = ⎛ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ σ12 σ12 · · · σ1n σ21 σ22 · · · σ2n .. . ... . .. ... σn1 σ2n · · · σn2 ⎞ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ Selain matriks-matriks umum di atas, dalam statistika ada yang disebut matriks desain X. Matriks ini merupakan matriks yang meng-hubungkan parameterβ dengan peubah- peubah penjelas Xj. Pada

(5)

2.3. OPERASI MATRIKS DAN SIFAT-SIFATNYA 55

umumnya model yang dipergunakan selalu mengandung konstanta sehingga kolom pertama matriks X biasanya beranggotakan 1.

X= ⎛ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ 1 x11 x12 · · · x1p 1 x21 x22 · · · x2p .. . ... . .. ... 1 xn1 xn2 · · · xnp ⎞ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠

2.3

Operasi Matriks dan Sifat-sifatnya

Operasi matriks yang penting yang banyak dipergunakan dalam sta-tistika diantaranya adalah operasi uner yaitu: invers dan transpos dan operasi biner yaitu penjumlahan dan perkalian.

2.3.1 Operasi uner

Untuk melakukan operasi uner diperlukan cukup satu matriks. Ope-rasi yang termasuk uner adalah opeOpe-rasi invers baik untuk penjumla-han maupun perkalian dan operasi transpos.

Definisi 2.8. Invers penjumlahan suatu matriks A ditulis−A, ada-lah matriks yang unsur-unsurnya adaada-lah negatif dari unsur-unsur ma-triks A Contoh 2.8. Jika A = ⎛ ⎜ ⎝ 3 1 5 1 −2 0 5 0 −4 ⎞ ⎟ ⎠ , maka −A = ⎛ ⎜ ⎝ −3 −1 −5 −1 2 0 −5 0 4 ⎞ ⎟ ⎠ .

(6)

Definisi 2.9. Transpos matriks A (berordo m×n) ditulis AT adalah matriks berordo n× m yang diperoleh dengan menukar baris matriks

Amenjadi kolom dan sebaliknya, yaitu jika B = AT, maka bij = aji.

Contoh 2.9. Jika A = ⎛ ⎜ ⎝ 4 5 1 7 2 4 ⎞ ⎟ ⎠ maka AT=  4 1 2 5 7 4

Hasil 2.1. Jika A adalah matriks simetris, maka A = AT

Definisi 2.10. Invers perkalian suatu matriks A ditulis A−1, adalah

matriks yang jika dikalikan dengan A menghasilkan matriks identitas yaitu A.A−1= A−1.A = I.

2.3.2 Operasi biner

Dalam operasi matriks secara simbolik kita akan banyak menggu-nakan notasi . dan . Untuk itu dalam subbab ini akan dibahas

secara sepintas kedua notasi tersebut.

Definisi 2.11.

n

i=1

f (xi) = f (x1) + f (x2) +· · · + f(xi) +· · · + f(xn).

Sifat-sifat operator Sigma diberikan dalam hasil berikut ini.

Hasil 2.2. Sifat- sifat operator Sigma adalah

1. Jika k adalah suatu konstanta, maka

n i=1

(7)

2.3. OPERASI MATRIKS DAN SIFAT-SIFATNYA 57

2. Jika k adalah suatu konstanta, dan f adalah fungsi dalam xi

maka n i=1 kf (xi) = k n i=1 f (xi).

3. Jika k1, k2 adalah konstanta dan f (xi) = x2i + k1xi+ k2, maka n i=1 f (xi) = n i=1 x2i + k1 n i=1 +nk2. Bukti: 1 ni=1k = k + k + · · · + k n = nk. 2 ni=1kf (xi) = kf (x1) + kf (x2) +· · · + kf(xn) = k(f (x1) + f (x2) +· · · + f(xn)) = k n i=1 f (xi). 3 ni=1f (xi) = n i=1  x2i + k1xi+ k2 =x21+ k1x1+ k2+· · · +x2n+ k1xn+ k2 = x21+· · · + x2n+ k1x1+· · · + k1xn+ k 2+· · · + k 2 n = n i=1 x2i + n i=1 k1xi+ nk2 = n i=1 x2i + k1 n i=1 xi+ nk2.

Untuk lebih meringkas notasi, kadang-kadang jumlah untuk selu-ruh rentangan indeks hanya dinotasikan dengan tanda titik (.) untuk

(8)

indeks tersebut, misalnya xi.= n j=1 xij x.j= m i=1 xij.

Jika operator merupakan penjumlahan yang berulang, maka operator untuk perkalian berulang disebut operator yang didefi-nisikan seperti berikut ini.

Definisi 2.12.

n  i=1

f (xi) = f (x1)× f(x2)× · · · × f(xi)× · · · × f(xn).

Sedangkan sifat-sifat operator dinyatakan dalam hasil berikut.

Hasil 2.3. Sifat- sifat operator adalah: • jika k adalah suatu konstanta, maka

n  i=1

k = kn;

• jika k adalah suatu konstanta, dan f adalah fungsi dalam xi

maka n  i=1 kf (xi) = kn n  i=1 f (xi);

• jika k1, k2 adalah konstanta dan f (xi) = (x2i)(k1xi)(k2), maka n  i=1 f (xi) = n  i=1 x2i × kn1 n  i=1 xi× kn2.

Pembuktian hasil di atas analog dengan pembuktian sifat- sifat operator.

(9)

2.3. OPERASI MATRIKS DAN SIFAT-SIFATNYA 59

Penjumlahan Matriks

Matriks yang bisa dijumlahkan (ditambah dan dikurangi) adalah ma-triks yang berdordo sama. Mama-triks yang berordo sama disebut Kon-formabel (conformable terhadap penjumlahan. Penjumlahan matriks dilakukan dengan menjumlahkan unsur unsur yang seletak, yaitu un-sur unun-sur yang terletak pada baris dan kolom yang sama atau yang mempunyai indeks yang sama.

Definisi 2.13. Jika A = (aij) dan B = (bij) i = 1, 2,· · · , m; j = 1, 2,· · · , n maka A + B adalah matriks C yang berordo m×n dengan unsur unsurnya adalah cij = aij+ bij.

Contoh 2.10. Jika A= ⎛ ⎜ ⎝ 3 5 8 4 6 10 ⎞ ⎟ ⎠ dan B = ⎛ ⎜ ⎝ 6 8 2 4 3 10 ⎞ ⎟ ⎠ , maka A+ B = ⎛ ⎜ ⎝ 3 + 6 5 + 8 8 + 2 4 + 4 6 + 3 10 + 10 ⎞ ⎟ ⎠ = ⎛ ⎜ ⎝ 9 13 10 8 9 20 ⎞ ⎟ ⎠ .

Definisi 2.14. Selisih dua matriks didefinisikan sebagai jumlah de-ngan negatif matriks pengurang, yaitu A− B = A + (−B).

Hasil 2.4. Sifat- sifat penting dari penjumlahan matriks adalah

A+ B = B + A komutatif

A+ 0 = 0 + A identitas A+ (−A) = 0 invers A+ (B + C) = (A + B) + C assosatif

(10)

Perkalian matriks

Perkalian matriks bisa dilakukan apabila banyaknya kolom matriks terkali sama dengan banyaknya baris matriks pengali. Matriks-matriks yang dapat dikalikan disebut matriks-matriks yang conformable ter-hadap perkalian. Selain perkalian dengan sesama matriks, matriks juga dapat dikalikan dengan skalar.

Definisi 2.15. Hasil kali suatu matriks dengan suatu skalar adalah matriks yang unsur- unsurnya adalah hasil kali setiap unsur matriks dengan skalar tersebut, yaitu kA = (kaij) .

Contoh 2.11. 3 ⎛ ⎜ ⎝ 3 −2 −6 1 2 0 −5 0 4 ⎞ ⎟ ⎠ = ⎛ ⎜ ⎝ 9 −6 −18 3 6 0 −15 0 12 ⎞ ⎟ ⎠ .

Definisi 2.16. Hasil kali dua matriks adalah matriks yang berordo sedemikian sehingga barisnya sama dengan baris matriks yang dika-likan dan kolomnya sama dengan kolom matriks pengali. Unsur unsur dari matriks pengali merupakan kombinasi linier dari baris matriks terkali dengan kolom dari matriks pengali. Jadi jika Am×nBn×p, maka Cm×p= AB dengan cik= ai1b1k+ ai2b2k+· · · + ainbnk = n j=1 aijbjk. Contoh 2.12. Jika A= ⎛ ⎜ ⎝ 3 −2 −6 1 2 0 −5 0 4 ⎞ ⎟ ⎠ dan B = ⎛ ⎜ ⎝ 3 −1 2 5 2 0 0 2 4 ⎞ ⎟ ⎠ ,

(11)

2.3. OPERASI MATRIKS DAN SIFAT-SIFATNYA 61 maka AB adalah = ⎛ ⎜ ⎝ (3)(3) + (−2)(5) + (−6)(0) (3)(−1) + (−2)(2) + (−6)(2) (1)(3) + (2)(5) + (0)(0) (1)(−1) + (2)(2) + (0)(2) (−5)(3) + (0)(5) + (4)(0) (−5)(−1) + (0)(2) + (4)(2) (3)(2) + (−2)(0) + (−6)(4) (1)(2) + (2)(0) + (0)(4) (−5)(2) + (0)(0) + (4)(4) ⎞ ⎟ ⎠ = ⎛ ⎜ ⎝ −1 −19 −18 13 3 2 −15 13 6 ⎞ ⎟ ⎠ .

Hasil 2.5. Sifat-sifat operasi perkalian yang penting di antaranya adalah:

1. nonkomutatif, yaitu secara umum AB= BA; 2. assosiatif, yaitu (AB)C = A(BC);

3. distributif perkalian terhadap penjumlahan, yaitu A(B + C) = AB + AC.

4. distributif transpos terhadap perkalian, yaitu (AB)T= BTAT.

2.3.3 Determinan dan Invers Matriks

Definisi 2.17. Determinan dari suatu matriks bujur sangkar A, dinotasikan dengan |A| atau det(A), adalah fungsi skalar yang di-definisikan sedemikian rupa sehingga merupakan jumlah hasil kali

(12)

unsur yang sejajar diagonal utama dikurangi jumlah unsur-unsur yang sejajar diagonal lain. Dalam bentuk notasi

|A| = n  i=1 aii+ n  i=1 ai,i+1+· · · + a1n n−1 i=1 ai+1,i n  i=1 an+1−i,i− · · · − a11 n−1 i=2 an+2−i,i.

Definisi 2.18. Matriks yang determinannya tidak nol disebut ma-triks nonsinguler, sedangkan mama-triks yang determinannya 0 disebut matriks singuler. Contoh 2.13. Jika A = ⎛ ⎜ ⎝ 3 4 1 5 7 6 3 2 5 ⎞ ⎟

⎠ , maka det A adalah

|A| = (3)(7)(5) + (4)(6)(3) + (1)(5)(2) − (3)(7)(1) − (5)(4)(5) − (3)(2)(6)

= 105 + 72 + 10− 21 − 100 − 36 = 187− 157 = 30

Definisi 2.19. Teras(trace) suatu matriks bujur sangkar adalah jum-lah unsur diagonal utama dari matriks tersebut, yaitu tr(A) =ni=1aii.

Contoh 2.14. Dari A= ⎛ ⎜ ⎝ −1 −19 −18 13 3 2 −15 13 6 ⎞ ⎟ ⎠ ,

(13)

2.4. KEBERGANTUNGAN LINIER DAN RANK MATRIKS 63

maka tr(A) =−1 + 3 + 6 = 8.

Untuk matriks bujur sangkar beordo 2, cara mencari invers adalah sebagai berikut. Hasil 2.6. Jika A =  a c b d , maka • | A |= ac − bd • A−1 = 1 |A|  d −c −b a

Contoh 2.15. Bertikut adalahcontoh matriks bujur sangkar berordo 2× 2 dan inversnya A=  1 2 −1 2 , maka A−1 = 1 4  2 −2 1 1 =  1/2 −1/2 1/4 1/4

2.4 Kebergantungan Linier dan Rank Matriks

Dalam statistika pada umumnya kolom-kolom matriks mewakili pe-ubah - pepe-ubah acak yang bisa saling bebas atau tidak saling bebas satu sama lain. Kondisi ini akan mempengaruhi apakah matriks yang akan dihasilkan mempunyai rank penuh atau tidak, apakah matriks yang dihasilkan akan mempunyai invers atau tidak.

Definisi 2.20. Suatu kolom dari matriks A dikatakan bergantung linier dengan kolom-kolom lainnya jika dia dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari kolom-kolom lainnya tersebut.

(14)

Definisi 2.21. Rank suatu matriks adalah bilangan yang menun-jukkan banyaknya maksimum kolom yang saling bebas linier.

Definisi 2.22. Suatu matriks dikatakan mempunyai rank penuh jika ranknya sama dengan banyaknya kolom

Hasil 2.7. Suatu matriks bujur sangkar akan nonsingular jika mem-punyai rank penuh, sebaliknya akan singular jika tidak mempuyai rank penuh. Contoh 2.16. Matriks A = ⎛ ⎜ ⎝ 3 4 1 5 7 6 3 2 5 ⎞ ⎟

⎠ adalah matriks nonsingular dengan rank

penuh 3. Tetapi B = ⎛ ⎜ ⎝ 3 4 1 18 7 6 15 2 5 ⎞ ⎟

⎠ tidak mempunyai rank penuh karena kolom pertama merupakan 3× kolom ketiga dan karenanya

B adalah matriks singular dan tidak memiliki invers. Penyelesaian konkrit dari kegergantungan ini dapat dihitung dengan membentuk sistim persamaan homogen antara kolom-kolom matriks dan mencari apakah sistem persamaan homogen tersebut mempunyai atau tidak penyelesaian tidak nol.

Hasil 2.8. Jika matriks Anp bukan matriks bujur sangkar (n < p),

paling tidak ada (p− n) kolom yang dapat dinyatakan sebagai kombi-nasi linier dari kolom lainnya. Dengan demikian maka A tidak akan mempunyai rank penuh.

Contoh 2.17. Matriks A = ⎛ ⎜ ⎝ 3 4 1 1 5 7 6 1 3 2 5 1 ⎞ ⎟

⎠ mempunyai banyak kolom yang lebih besar dari banyaknya baris, karena itu pasti salah satu dari kolom

(15)

2.4. KEBERGANTUNGAN LINIER DAN RANK MATRIKS 65

yang ada dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari yang lain-nya. Secara aljabar hal ini mengandung pengertian bahwa sistim persamaan ak1+ b + k2+ ck3+ dk4 = 0, dengan kj adalah kolom ke

j, mempunyai penyelesaian dimana sekalar a, b, c, d tidak semuanya

sama dengan nol.

3a + 4b + c + d = 0 (1) 5a + 7b + 6c + d = 0 (2) 3a + 2b + 5c + d = 0 (3) Selanjutnya (1)-(3) dan (2)-(3) akan menghasilkan

2b +−4c = 0 (4) 2a + 5b + c = 0 (5)

Persamaan (4) menghasilkan hubungan b = 2c yang dapat disubsti-tusikan ke (5)

2a + 10c + c7 = 0 2a + 11c = 0

a =−11

2 c (7)

Selanjutnya jika (7) disubstitusikan ke persamaan (1) akan meng-hasilkan −33 2 c + 8c + c + d = 0 d = 33 2 c− 9c = 15 2 c

(16)

Jadi sistim persamaan ini mempunyai penyelesaian yang bersifat pa-rametrik, salah satu diantaranya adalah untuk c = 2, maka diperoleh

b = 4, a =−11, d = 15.

Dalam statistika, jika X adalah matriks desain yang kolomnya me-nunjukkan peubah-peubah penjelas dan barisnya merupakan sampel, untuk menjamin agar X mempunyai rank penuh, maka banyaknya sampel selalu diusahakan jauh lebih banyak dari banyaknya peubah penjelas yang menjadi perhatian.

2.5

Bentuk Kuadrat dan Diferensial Matriks

Definisi 2.23. Misalkan x= ⎛ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ x1 x2 x3 · · · xn ⎞ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ dan A = ⎛ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ a11 a12 · · · an1 a21 a22 · · · an2 .. . ... . .. ... an1 an2 · · · ann ⎞ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠, maka Q = xTAx= ⎛ ⎝ n i=1 ⎡ ⎣ n j=1 xjaij⎦ xi⎠ ; merupakan matriks 1 ×1 (skalar) yang disebut matriks bentuk kuadrat.

Matriks A pada umumnya merupakan matriks simetrik, misal-nya matriks korelasi ataupun matriks ragam - koragammisal-nya. Dalam statistika

Definisi 2.24. Matriks bentuk kuadrat Q disebut definit positif apa-bila Q > 0 untuk setiap x= 0 dan Q = 0 jika dan hanya jika x = 0. Selanjutnya matriks A dari Q disebut matriks positif definit.

(17)

2.5. BENTUK KUADRAT DAN DIFERENSIAL MATRIKS 67

Definisi 2.25. Matriks bentuk kuadrat Q disebut semi definit positif apabila Q≥ 0 untuk setiap x = 0 dan Q = 0 paling tidak untuk satu

x = 0. Selanjutnya matriks A dariQ disebut matriks positif semi

definit.

sering diperlukan turunan suatu matriks terhadap sekelompok pe-ubah dalam satu vektor. Pada dasarnya turunan satu pepe-ubah ter-hadap suatu vektor adalah adalah suatu vektor atau matriks yang unsur-unsurnya adalah turunan peubah pertama terhadap peubah unsur-unsur vektor penurun sedemikain sehingga posisi unsurnya se-suai dengan posisi unsur yang diturukan dan unsur penurun.

Definisi 2.26. Misalkan x= ⎛ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ x1 x2 x3 .. . xn ⎞ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ dan g =  g(x)  maka ∂g ∂x = ⎛ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ ∂g ∂x1 ∂g ∂x2 ∂g ∂x3 .. . ∂g ∂xn ⎞ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ dan ∂g ∂xT =  ∂g ∂x T = ⎛ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ ∂g ∂x1 ∂g ∂x2 ∂g ∂x3 · · · ∂g ∂xn ⎞ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠

(18)

Contoh 2.18. Jika g = (2x1+ 5x2), dan x =  x1 x2 , maka ∂g ∂x =  2 5 Contoh 2.19. Jika g= ⎛ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ g1 g2 g3 .. . gn ⎞ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ , dan x = ⎛ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ x1 x2 x3 .. . xp ⎞ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ ,

maka yang dapat dilakukan adalah ∂g

∂xT yang menghasilkan matriks n× p atau ∂g

T

∂x yang menghasilkan matriks p× n.

∂g ∂xT = ⎛ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ dg1/dx1 dg1/dx2 · · · dg1/dxp dg2/dx1 dg2/dx2 · · · dg2/dxp dg3/dx1 dg3/dx2 · · · dg3/dxp .. . ... . .. ... dgn/dx1 dgn/dx2 · · · dgn/dxp ⎞ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ Contoh 2.20. Misalkan x =  x1 x2 dan A =  1 2 2 1 maka 1. Ax =  x1+ 2x2 2x1+ x2 ;

(19)

2.5. BENTUK KUADRAT DAN DIFERENSIAL MATRIKS 69

2. xTAx = x1(x1+ 2x2) + x2(2x1+ x2) 

= x21+ 4x1x2+ x22  yang merupakan bentuk kuadrat;

3. ∂Ax ∂xT = ⎛ ⎜ ⎝ ∂(x1+ 2x2) ∂x1 ∂(x1+ 2x2) ∂x2 ∂(2x1+ x2) ∂x1 ∂(2x1+ x2) ∂x2 ⎞ ⎟ ⎠ =  1 2 2 1 = A;

4. Turunan xTAx terhadap x adalah

∂xTAx ∂x = ⎛ ⎜ ⎜ ⎝ ∂(x21+ 4x1x2+ x22) ∂x1 ∂(x21+ 4x1x2+ x22) ∂x2 ⎞ ⎟ ⎟ ⎠ =  2x1+ 4x2 4x1+ 2x2 = 2  1 2 2 1  x1 x2 = 2Ax;

5. Karena xTAx pada dasarnya adalah suatu skalar, maka dapat juga diturunkan terhadap xT.

∂xTAx ∂xT =  ∂(x21+ 4x1x2+ x22) ∂x1 ∂(x21+ 4x1x2+ x22) ∂x2  =  2x1+ 4x2 4x1+ 2x2  = 2  x1 x2  1 2 2 1 = 2xTA;

6. berdasarkan hasil butir 3 dan 4 di atas maka, maka diperoleh

2xTAx ∂xT∂x =

2xTAx ∂x∂xT = 2A.

(20)

Hasil 2.9. Misalkan A adalah matriks simetrik berordo n× n dan x adalah vektor baris berordo n, maka

1. ∂xTA ∂x = ∂Ax ∂xT = A 2. ∂x TAx ∂x = 2Ax 3. 2xTAx ∂xT∂x = 2A Contoh 2.21. Misalkan A =  2 1 1 3 , x =  x1 x2 , sedangkan x1= 2t1+ 3t2 dan x2 = 3t1+ t2, jika t =  2 3 3 1 , maka: 1. x = Bt dan ∂x ∂tT = B; 2. Ax =  2x1+ x2 x1+ 3x2 =  2(2t1+ 3t2) + 3t1+ t2 2t1+ 3t2+ 3(3t1+ t2) , sehingga ∂Ax ∂xT = A dan 3. ∂Ax ∂tT =  7 7 11 6 =  2 1 1 3  2 3 3 1 = AB = ∂Ax ∂xT ∂x ∂tT.

Hasil di atas dapat diperluas pada hasil berikut. Bukti umum dari hasil berikut tidak dibahas dalam buku ini.

Hasil 2.10. Misalkan y adalah vektor peubah yang merupakan fungsi dari x, yaitu merupakan hasil perkalian antara x dengan suatu ma-triks simetrik dan F adalah mama-triks peubah yang merupakan fungsi

(21)

2.5. BENTUK KUADRAT DAN DIFERENSIAL MATRIKS 71

dari y, yaitu hasil kali y dengan suatu matriks simetrik, maka berlaku sifat turunan rantai sebagai berikut:

∂F ∂x = ∂F ∂yT ∂y ∂x atau ∂F ∂x = ∂F ∂y ∂yT ∂x

Contoh 2.22. Misalkan X, Y dan β adalah matriks-matriks sede-mikian sehingga

Q= (Y− Xβ)T (Y− Xβ)

adalah suatu bentuk kuadrat (matriks 1× 1). Tentukan 1. ∂Q/∂β 2. ∂2Q/ (∂βT∂β) Jawab: Q= (Y− Xβ)T (Y− Xβ) =YT − βTXT(Y− Xβ) = YTY− βTXTYβTXTYT +βTXTXβ

mengingatβTXTYadalah matriks 1×1, maka identik dengan traspos-nya dan persamaan di atas menjadi

Q= YTY− 2βTXTY+βTXTXβ. Maka ∂Q β = 0− 2X TY+ 2XTXβ = 2XTXβ − XTY =−2XTY− XTXβ =−2XT(Y− Xβ) , dan 2Q βT∂β = 2X TX.

(22)

Contoh 2.23. Misalkan X, Y dan β adalah matriks-matriks sede-mikian sehingga

Q= (Y− Xβ)T V−1(Y− Xβ)

adalah suatu bentuk kuadrat (matriks 1× 1), dengan V adalah ma-triks simetrik. Tunjukkan bahwa ∂Q β =−2X TV−1(Y− Xβ) , dan 2Q βT∂β = 2X TV−1X.

2.6 Aplikasi R untuk Operasi Matriks

Untuk aplikasi R tentang matriks dan operasinya, selain menggu-nakan beberapa fungsi yang telah didefinisikan secara internal, pem-baca dapat juga mencari paket/library yang berkaitan dengan ma-triks. Beberapafungsi R terkait matriks diberikan pada Tabel 2.1

2.6.1 Mendefinisikan matriks

Matriks dapat didefinisikan dengan beberapa cara yaitu:

1. memberikan data elemen matriks (c(a11, a21, a31, ..., a21, a22, ...) yang selanjutnya disusun dalam bentuk baris dan kolom. Ingat bahwa R akan melengkapi seluruh baris kolom 1 baru melengkapi kolom 2 dan seterusnya.

>x<-seq(1,10,1) >xmat<-matrix(x,2,5)

(23)

2.6. APLIKASI R UNTUK OPERASI MATRIKS 73

Tabel 2.1: Fungsi R terkait matriks No perintah R Keterangan

1 matrix(c,b,k) menyusun matriks berordo b× k 2 diag(M) menyusun matriks diagonal, atau

mengambildiagonal dari matriks bujur sangkar

3 t(M) transpos matriks M

4 A*B perkalian unsur-unsur pada baris dan kolom yang bersesuaian

5 A%*%B perkalian dua matriks yang konforma-bel

6 solve(M) menghitung inverse matriks M

>ymat<-matrix(x,5,2) >xmat [,1] [,2] [,3] [,4] [,5] [1,] 1 3 5 7 9 [2,] 2 4 6 8 10 > ymat [,1] [,2] [1,] 1 6 [2,] 2 7 [3,] 3 8 [4,] 4 9 [5,] 5 10

2. menjadikan matriks data yang sudah tersusun dalam bentuk baris dan kolom dengan perintah as.matrix(). Untuk matriks berukuran besar, mungkin tidak praktis mencetak seluruh

(24)

el-emennya, tetapi kita bisa memeriksa dimensi/ordonya dengan dim(). Pada contoh berikut data kecepatan dan jarak tempuh mobil yang berupa tabel dengan 50 baris dan 2 kolom didefi-nisikan menjadi matriks berordo 50×2.

>data(cars) >x<-as.matrix(cars) >dim(x) [1] 50 2 >amat<-x%*%t(x) >bmat<-t(x)%*%x >dim(amat) [1] 50 50 >dim(bmat) [1] 2 2

3. beberapa matriks didefinisikan secara khusus diantaranya ada-lah

(a) matriks dengan elemen yang sama, misalnya k dengan ordo m× n. >matrix(0,2,3) [,1] [,2] [,3] [1,] 0 0 0 [2,] 0 0 0 >matrix(1,2,3) [,1] [,2] [,3] [1,] 1 1 1 [2,] 1 1 1

(25)

2.6. APLIKASI R UNTUK OPERASI MATRIKS 75

>matrix(5,2,3) [,1] [,2] [,3] [1,] 5 5 5 [2,] 5 5 5

(b) matriks diagonal atau matriks identitas. > diag(1,3) [,1] [,2] [,3] [1,] 1 0 0 [2,] 0 1 0 [3,] 0 0 1 > diag(2,3) [,1] [,2] [,3] [1,] 2 0 0 [2,] 0 2 0 [3,] 0 0 2 >diag(c(1,2,3,4,5)) [,1] [,2] [,3] [,4] [,5] [1,] 1 0 0 0 0 [2,] 0 2 0 0 0 [3,] 0 0 3 0 0 [4,] 0 0 0 4 0 [5,] 0 0 0 0 5

Sebaliknya jika diag() dilakukan pada matrik bujur sangkar, maka fungsi ini akan mengekstrak diagonal matriks tersebut. > diag(bmat)

(26)

speed dist 13228 124903

2.6.2 Operasi Matriks dengan R

Beberapa operasi matriks yang dapat dilakukan yang terkait dengan kebutuhan statistika diantaranya adalah perkalian matriks, determi-nan ((det()) invers dan transpose matriks.

xmat%*%ymat [,1] [,2] [1,] 95 220 [2,] 110 260 > ymat%*%xmat [,1] [,2] [,3] [,4] [,5] [1,] 13 27 41 55 69 [2,] 16 34 52 70 88 [3,] 19 41 63 85 107 [4,] 22 48 74 100 126 [5,] 25 55 85 115 145 >det(xmat%*%ymat) [1] 500 > solve(xmat%*%ymat) [,1] [,2] [1,] 0.52 -0.44 [2,] -0.22 0.19 > det(ymat%*%xmat)

(27)

2.6. APLIKASI R UNTUK OPERASI MATRIKS 77

[1] 0

> solve(ymat%*%xmat) #tes walau kita tahu det=0. Error in ... system is exactly singular

Untukmatriks yang berordo sama, ada kalanya diperlukan hasil per-kalian dari unsur-unsur seletak. Pada R perper-kalian ini dinotasikan dengan A*B. Berikut adalah contoh perkalian tersebut.

> A.mat<-matrix(c(2,3,4,1),2,2) > B.mat<-matrix(c(1,3,2,5),2,2) > A.mat [,1] [,2] [1,] 2 4 [2,] 3 1 > B.mat [,1] [,2] [1,] 1 2 [2,] 3 5 > A.mat*B.mat [,1] [,2] [1,] 2 8 [2,] 9 5 > B.mat*A.mat [,1] [,2] [1,] 2 8 [2,] 9 5

Jadi perkalian tersebut di atas bersifat komutatif (A* B=B*A). Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan perkalian umum matriks,

(28)

seperti pada contoh berikut, yang pada umumnya A%*% B= B%*% A > B.mat%*%A.mat [,1] [,2] [1,] 8 6 [2,] 21 17 > A.mat%*%B.mat [,1] [,2] [1,] 14 24 [2,] 6 11

Berikut adalah matriks pada Contoh 2.15 yang dihitung dengan R. > A<-matrix(c(1,-1,2,2),2,2) > print(A) [,1] [,2] [1,] 1 2 [2,] -1 2 > solve(A) [,1] [,2] [1,] 0.50 -0.50 [2,] 0.25 0.25

2.7

Bacaan Lebih Lanjut

Referensi umum mengenai matriks dapat dijumpai pada buku-buku teks tentang matriks atau aljabar linier. Namun tidak banyak refer-ensi yang membahas turunan matriks/ vektor terutama yang terkait

(29)

2.8. RINGKASAN 79

dengan statistika. Pembahasan dalam bab ini, terutama mengenai aplikasi matriks dalam statistika, dapat dijumpai pada Timm (1975, Bab 1), Searle (1982), Harville (1997), dan Neter et al. (1985).

2.8 Ringkasan

Beberapa halpenting terkait matriks perlu dipahamidenganbaik di-antaraya seperti berikut ini.

1. Matriks adalah kumpulan unsur yang disusun dalam baris dan kolum sehingga membentuk persegi panjang.

2. Operasi matriks ada yang bersifat uner (negatif dan transpos) dan bersifat biner(penjumlahan dan perkalian).

3. Matriks yang dapat dilakukan operasi tertentu dikatakan kon-formabel untuk operasi tersebut.

4. Operasi penjumlahan bersifat asosiatif, memiliki identitas 0, memiliki invers, dan komutatif.

5. Operasi perkalian secara umum memehuhi sifat asosiatif, ma-triks bujur sangkar memiliki identitas, beberapa diantaranya memiliki invers.

6. Suatu kolom dari matriks A dikatakan bergantung linier de-ngan kolom-kolom lainnya jika dia dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari kolom-kolom lainnya tersebut.

7. suatu matriks bujur sangkar dikatakan memiliki rank penuh jika semua kolomnya bebas(tidak bergantung) linier dengan kolom lainnya.

(30)

8. Matriks bujursangkar yang memiliki invers disebut matriks non-singuler, matriks ini memiliki rank penuh dan determinan tidak nol.

9. Bentuk yTAy dengan ymatriks peubah, dan A matriks kon-stanta, disebut matriks bentuk kuadrat.

2.9

Latihan Soal-soal

Kerjakan soal-soal berikut secara sendir atau berkelompok.

1. Sebutkan definisi matriks berikut dan beri masing- masing satu (1) contoh.

(a) Matriks diagonal (b) Matriks skalar

(c) Matriks simetrik (d) Matriks nonsinguler.

2. Buatlah dua buah matriks (A, B), masing- masing berordo 2×2 , selanjutnya hitung

(a) AB (b) BA (c) A−1

3. Selidiki apakah matriks-matriks berikut mempunyai rank kolom lengkap atau tidak.

(a) A = ⎛ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ 1 2 4 3 3 6 2 4 1 5 5 3 6 2 −1 ⎞ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠

(31)

2.9. LATIHAN SOAL-SOAL 81 (b) B = ⎛ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ 1 2 4 1 5 5 3 0 2 4 1 2 6 2 −1 −4 3 3 6 0 ⎞ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ (c) C = ⎛ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ 3 3 6 3 3 −1 1 2 4 1 1 1 5 5 3 0 0 1 6 2 −1 4 3 5 2 4 1 2 5 10 ⎞ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ 4. Diketahui A= ⎛ ⎜ ⎝ 1 2 4 2 3 6 4 6 1 ⎞ ⎟ ⎠ dan x= ⎛ ⎜ ⎝ x y z ⎞ ⎟ ⎠ Tentukan (a) Q = XTAX (b) ∂Q ∂x (c) 2Q ∂xT∂x

baik dengan cara menurunkan unsur-unsurnya maupun dengan cara keseluruhan dengan cara matriks.

(32)

5. Diketahui A= ⎛ ⎜ ⎝ 3 2 4 2 3 5 4 6 1 ⎞ ⎟ ⎠ . Definisikan A pada R, selanjutnya tentukan:

(a) AT (b) ATA

(c) AAT (d) AAT−1

Gambar

Tabel 2.1: Fungsi R terkait matriks No perintah R Keterangan

Referensi

Dokumen terkait

M atriks transformasi adalah matriks yang memetakan sebuah vektor atau posisi pada satu sistem koordinat ke sistem koordinat yang lain dengan memperhatikan rotasi,

Suatu sistem pada dasarnya adalah sekolompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama – sama untuk mencapai tujuan tertentu.. Secara sederhana,

didakwakan yaitu unsur Pasal 44 ayat (4) Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2004 dalam dakwaan Primair yang mana pada Pasal tersebut salah satu unsurnya yaitu: “perbuatan

Pada dasarnya rumus pada regresi ganda sama dengan rumus pada regresi sederhana, hanya saja pada regresi berganda ditambahkan variabel-variabel lain yang juga diikutsertakan

regresi dengan Metode Kuadrat Terkecil yang dapat dibuat dalam bentuk matriks.

Suatu sistem pada dasarnya adalah sekolompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama – sama untuk mencapai tujuan tertentu.. Secara sederhana,

Kesimpulannya CAI adalah salah satu metode pengajaran yang digunakan untuk membantu pengajar dalam mengajarkan materi secara interaktif dalam sebuah program tutorial

Matrisk baris adalah salah satu matriks yang memiliki satu baris dan lebih dari satu kolom, yaitu matriks 1 x n, dengan n &gt; 1. Matriks baris sering disebut juga sebagai