• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL KEBIJAKAN PENGELOLAAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN BERKELANJUTAN DI KAWASAN PUNCAK KABUPATEN BOGOR SYARIFAH SOFIAH DWIKORAWATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL KEBIJAKAN PENGELOLAAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN BERKELANJUTAN DI KAWASAN PUNCAK KABUPATEN BOGOR SYARIFAH SOFIAH DWIKORAWATI"

Copied!
359
0
0

Teks penuh

(1)

PUNCAK KABUPATEN BOGOR

SYARIFAH SOFIAH DWIKORAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

(2)

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam disertasi saya yang berjudul:

MODEL KEBIJAKAN PENGELOLAAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN BERKELANJUTAN DI KAWASAN PUNCAK KABUPATEN BOGOR

Merupakan hasil penelitian disertasi saya sendiri, dengan bimbingan para komisi pembimbing kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Disertasi ini belum pernah disajikan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Januari 2012

Syarifah Sofiah Dwikorawati P 062074154

(3)

SYARIFAH SOFIAH DWIKORAWATI, Model of Competitive and Sustainable Tourism

Development in Puncak Area of Bogor Regency. Under supervision of ARIS MUNANDAR,

SURJONO HADI SUTJAHJO, dan SUAEDI.

Puncak area has a multifunctional role as a conservation as well as tourism area. The role of conservation is needed since Puncak area is located on the upstream side which is dominated by the function of protection and has a primary function as a water conservation area. However, the condition of natural characteristic of Puncak is really potential and very attractive for the development of tourism, so that it could be one of the nine leading tourist area of West Java. The increasing number of tourists who visit Puncak area, the more housing built, the increasing of garbage stack, the pollution of environment, traffic jam, loss of aesthetic due to the slum area, and the high risk of landslide are the real condition recently occurred in Puncak tourism area. If this condition is left untreated, it would lead to the decreasing of image and competitiveness of Puncak as tourism area. The purpose of this research is to analyze competitiveness and sustainability of tourism in Puncak Area also to design the model system to give the policy intervention in tourism developing in Puncak Area, Bogor Regency. Competitiveness index analysis, sustainability analysis and the analysis of dynamical systems are being used to analyze the competitiveness and sustainability of tourism in Puncak Area.The index value of competitiveness of Puncak area is 0,482 or lower when compared to the index value of competitiveness of Lembang. The Regency of West Bandung shows index value of 0,492. Likewise, the sustainability status of Puncak area is 34,74, means the status of Puncak area for tourism development is unsustainable. Dynamic model offered 3 scenarios to manage tourism in Puncak area, theirs were: Without Intervention (TI), Government Planning (RP) and Alternative (Alt). The most effective scenario to manage tourism in Puncak area are Alt. Based on dynamic model system developed in this study, the performance of Puncak area for tourism development would be better if conducted by the policy intervention towards the controll of population,vehicles number, unlicensed buildings and the increase of region’s economy and financing environment.

(4)

Berdaya Saing dan Berkelanjutan di Kawasan Puncak Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ARIS MUNANDAR, SURJONO HADI SUTJAHJO, dan SUAEDI.

Industri pariwisata merupakan industri penting sebagai penyumbang Gross Domestic

Product (GDP) suatu negara dan bagi daerah sebagai penyumbang Pendapatan Asli Daerah

(PAD) serta membuka lapangan kerja baru. Kepariwisataan Kabupaten Bogor yaitu Kawasan Wisata Alam Pegunungan Puncak dalam perwilayahan pariwisata Provinsi Jawa Barat ditetapkan sebagai wilayah yang termasuk dalam satu dari sembilan kawasan wisata unggulan Provinsi Jawa Barat. Pola pemanfaatan ruang untuk Kawasan Puncak, yaitu (a) didominasi fungsi lindung; (b) pengembangan prasarana wilayah khususnya jalan raya relatif dibatasi; (c) pola pengelolaan kawasan pariwisata harus menunjang fungsi utama Kawasan Puncak sebagai kawasan konservasi air dan alam serta sosial budaya, adat istiadat dan karakteristik fungsi lingkungan setempat. Kawasan Puncak memiliki multifungsi sebagai area konservasi tetapi sekaligus sebagai kawasan pariwisata. Peningkatan jumlah wisatawan yang mengunjungi Puncak berakibat pada peningkatan jumlah pemukiman, berkurangnya tutupan lahan, peningkatan timbulan sampah, pencemaran lingkungan, kemacetan lalu lintas, pemukiman kumuh serta kejadian bencana alam longsor di Kawasan Puncak.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kebijakan, kelembagaan, daya saing, daya dukung dan keberlanjutan pariwisata di Kawasan Puncak serta mendesain struktur model untuk memberikan arahan kebijakan dalam pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak Kabupaten Bogor. Metode analisisnya menggunakan metode pengukuran indeks daya saing dengan memperhitungkan 8 indikator, indeks keberlanjutan (MDS), daya dukung, TCM (Travel Cost Method), analisis kelembagaan dengan menggunakan ISM (Intrepetive

Structural Modelling), FGD (focus group discussion) dan analisis sistem dinamik, untuk

mendapatkan arahan kebijakan agar pariwisata di Kawasan Puncak memiliki daya saing dan berkelanjutan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan pencatatan langsung dilapangan, diskusi, wawancara dan pengisian kuesioner terhadap 168 responden. Data sekunder diperoleh dengan cara mencari berbagai sumber, seperti hasil penelitian terdahulu, studi pustaka, serta laporan dan dokumen dari berbagai instansi yang berhubungan dengan bidang penelitian. Selain pengumpulan data, pada kegiatan ini dilakukan pula wawancara atau diskusi dengan pihak instansi mengenai permasalahan – permasalahan di setiap bidang/aspek yang menjadi kewenangannya serta menyerap informasi mengenai kebijakan-kebijakan dan program yang sedang dan akan dilakukan.

Jumlah wisatawan di Kawasan Puncak secara total terjadi peningkatan sebesar 21.11 %, yaitu dari 1,102,680 wisatawan pada tahun 2004 menjadi 1,335,443 pada tahun 2009. Kunjungan wisatawan terbanyak pada tahun 2009 adalah menuju lokasi Taman Safari Indonesia Indah, atau sekitar 47.92 % dari jumlah total wisatawan yang menuju Kawasan Puncak. Sementara lokasi kunjungan wisatawan terbanyak kedua dan ketiga di kawasan Puncak pada tahun 2009 adalah menuju Gunung Mas (20.61 %) dan Curug Cilember (14.34%). Wisatawan yang mengunjungi kawasan wisata Puncak sekitar 40% berasal dari Jakarta sedangkan pengunjung lain berasal dari Bogor (18%), Depok (17%), Bandung (14%), Jawa Tengah (6%), dan Sumatera (5%). Wisatawan lokal maupun nusantara pada umumnya merupakan repeater (kunjungan berulang-ulang) dengan rata-rata frekuensi kunjungan sebagian besar (81%) lebih dari 3 kali dan tidak menginap (20%).

Penyebab keluhan para wisatawan tentang kawasan Puncak, yaitu : 46.67 % responden menyatakan kemacetan di kawasan Puncak semakin parah sehingga mengurangi jumlah kunjungan wisatawan ke kawasan Puncak. Kemudian 33.33 % responden menyatakan bahwa pertumbuhan PKL sangat mengganggu kenyamanan dan keindahan panorama kawasan Puncak serta menimbulkan kemacetan dalam menuju lokasi obyek wisata. Saran-saran yang diberikan oleh para wisatawan untuk perbaikan kinerja pariwisata di Kawasan Puncak, yaitu : sebanyak 59 % dari responden menyarankan agar

(5)

memelihara fasilitas yang berada di lokasi obyek wisata sehingga dapat meningkatkan aksesibilitas dan kenyamanan berwisata.

Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa waktu tempuh memiliki hubungan yang positif dengan frekuensi kunjungan, artinya walaupun waktu tempuh menuju objek wisata bertambah, hal ini tidak menurunkan frekuensi kunjungan ke objek wisata di Kawasan Puncak. Selain itu terdapat pengaruh yang signifikan antara kondisi objek wisata terhadap frekuensi kunjungan. Artinya semakin baik kondisi objek wisata di Kawasan Puncak, maka akan meningkatkan frekuensi kunjungan para wisatawan. Perhitungan daya saing secara kumulatif berdasarkan 8 indikator pembentuk daya saing, nilai indeks daya saing Kawasan Puncak Kabupaten Bogor yaitu 0.482 lebih rendah dari daya saing Kawasan Lembang Kabupaten Bandung Barat yaitu 0.492, Puncak, Hampir seluruh nilai pada indikator yang dihitung, Lembang memiliki nilai yang lebih tinggi dari Kawasan Puncak kecuali untuk indikator Price competitiveness (PC) dan Human Tourism (HT) Lembang memiliki nilai lebih rendah dari Kawasan Puncak.

Kondisi daya dukung efektif (ECC) obyek tempat wisata di Kawasan Puncak setelah mempertimbangkan kapasitas infrastruktur dan kapasitas manajemen, pada umumnya masih dapat menampung kunjungan wisata saat ini, kecuali di tempat obyek wisata agrowisata gunung mas dan Curug Cilember yang sedikit melampaui kapasitas daya dukung efektifnya. Namun jika pihak pengelola obyek wisata dapat melakukan perbaikan manajemen di masing-masing lokasinya maka kapasitas daya dukung sebenarnya (RCC) masih sangat memadai. Selanjutnya analisis multi dimensi terhadap status keberlanjutan Kawasan Puncak untuk pengembangan pariwisata menunjukkan nilai indeks keberlanjutan sebesar 34,74 yang berarti status Kawasan Puncak untuk pengembangan pariwisata adalah tidak berkelanjutan. Status tidak berkelanjutan tersebut dicerminkan oleh nilai indeks keberlanjutan pada setiap dimensi yaitu untuk dimensi hukum dan kelembagaan sebesar 31,86 dengan status tidak berkelanjutan, dimensi ekologi sebesar 31,38 dengan status tidak berkelanjutan, dimensi ekonomi sebesar 67,87 dengan status berkelanjutan, dimensi sosial budaya sebesar 32,43 dengan status tidak berkelanjutan dan dimensi sarana prasarana sebesar 27,73 dengan status tidak berkelanjutan.

Proses perancangan model, dilakukan dengan membagi sistem menjadi empat sub model, yaitu: Submodel Penduduk, Submodel Transportasi dan Akomodasi, Submodel Fisik Lingkungan dan Submodel Hukum dan Kelembagaan. Hasil uji validasi untuk penduduk menunjukkan tingkat ketepatan yang sangat tinggi (sangat tepat), berdasarkan jumlah penduduk menunjukkan bahwa, AME (Absolute Mean Error) menyimpang 2,5% dan AVE (Absolute Variation Error) 8,9% untuk penduduk simulasi dari data aktual. Berdasarkan hal tersebut bahwa model yang telah dibentuk telah mampu menggambarkan kondisi yang sesungguhnya. Model yang telah dibentuk dan sah setelah divalidasi, kemudian disimulasikan mulai tahun 2009 sampai tahun 2029. Selanjutnya untuk melihat perilaku model, dibuat beberapa skenario model, yaitu: (1) skenario Tanpa Intervensi (TI), yaitu jika pemerintah tidak melakukan apa-apa; (2) skenario RP (Rencana Pemerintah), yaitu kebijakan yang telah dan akan dilakukan oleh pemerintah berupa; pengendalian penduduk, peningkatan ekonomi wilayah, membuka akses jalan baru serta pengendalian bangunan tidak berizin; serta (3) skenario Alt (Alternatif), yaitu skenario yang diusulkan berupa kebijakan pengendalian penduduk, pembatasan jumlah kendaraan, peningkatan perekonomian kawasan, pengendalian bangunan tidak berizin, serta pembiayaan lingkungan.

Peningkatan jumlah penduduk dan wisatawan akan meningkatkan jumlah kendaraan. Jumlah kendaraan eksisting yang melintas di Kawasan Puncak pada tahun 2009 terdapat sebanyak 6.144.000 setahun, dengan demikian walaupun telah dilakukan pengendalian jumlah penduduk melalui intervensi pada skenario RP dan Alt, namun jumlah kendaraan yang melintas ke Kawasan Puncak, terus mengalami peningkatan. Jumlah lalu lintas harian kendaraan di Kawasan Puncak berdasarkan data dari DLLAJ adalah 10.000 kendaraan/hari dan pada hari minggu mencapai 39.564 kendaraan. Jika tidak dilakukan intervensi apapun

(6)

jumlah kendaraan berkurang menjadi 12.802.131 kendaraan. Selanjutnya pada skenario Alt dibuat suatu kebijakan yang prinsipnya tidak terlalu mengurangi jumlah wisatawan sebagai sumber perekonomian daerah tetapi mengurangi atau membatasi kendaraan yang masuk/melintas ke jalur Puncak karena kondisi saat ini mengalami keterbatasan kapasitas jalan. Setelah intervensi program dalam skenario Alt, maka jumlah kendaraan pada tahun 2029 adalah 12.110.994 kendaraan, atau lebih rendah dari skenario TI dan RP.

Peningkatan wisatawan ke Kawasan Puncak akan mendorong para pengusaha untuk menambah pembangunan akomodasi baik berupa hotel, vila, resort maupun wisma.

Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, luas obyek wisata yang ada saat ini yaitu seluas 1.416.000 m2, setelah diakumulasikan dengan data luas tutupan jalan, akomodasi dan penduduk, maka total luas tutupan lahan pada tahun 2009 adalah 6.445.256 m2. Tanpa intervensi pembatasan wisatawan dan penduduk, pengaturan ruang dan perizinan maka jumlah tutupan lahan akan terus bertambah, sehingga pada tahun 2029 luas tutupan lahan yang diperlukan mencapai 9.582.032 m2 atau sekitar 7,4% dari luas Kawasan Puncak (129.780.000 m2). Jumlah tutupan lahan yang dibutuhkan akibat perkembangan akomodasi dan infrastruktur jalan pada skenario RP dan Alt lebih sedikit jika dibandingkan skenario TI, yaitu 9.266.839.8 m2 dan 9.227.684 m2.

Selanjutnya penambahan jumlah wisatawan akan dibatasi oleh daya dukung lokasi obyek wisata. Pada tahun 2009, kondisi obyek wisata yang ada di Kawasan Puncak dapat menampung 13.186.355 wisatawan. Seiring dengan pertambahan waktu, kemampuan daya dukung obyek wisata untuk menampung jumlah wisatawan akan semakin berkurang/menurun. Pada tahun 2029 jumlah wisatawan yang dapat ditampung berkurang menjadi 10.785.734 wisatawan pada skenario TI dan 11.424.075 wisatawan pada skenario RP serta 11.893.139 wisatawan pada skenario Alt. Penurunan daya dukung objek tempat wisata dalam menampung kunjungan wisatawan dapat disebabkan oleh kondisi infrastruktur yang buruk, kondisi obyek wisata yang tidak terpelihara serta kapasitas manajemen atau pelayanan yang menurun.

Kesimpulan Model pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak melalui skenario Alternatif tepat digunakan dalam pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak mengingat telah mempertimbangkan beberapa aspek dan menghasilkan kinerja yang lebih baik. Keterbatasan infrastruktur diatasi dengan pembatasan jumlah kendaraan, sehingga dapat mengurangi pencemaran udara, kebutuhan jalan, dan tutupan lahan. Peningkatan PAD masih dapat tetap dilakukan sebagai sumber pembiayaan pembangunan dan pengendalian pembangunan serta tersedianya alokasi dana untuk memperbaiki kualitas lingkungan di Kawasan Puncak.

(7)

@ Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

(8)

PUNCAK KABUPATEN BOGOR

SYARIFAH SOFIAH DWIKORAWATI

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

(9)

Judul Disertasi : MODEL KEBIJAKAN PENGELOLAAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN BERKELANJUTAN DI KAWASAN PUNCAK KABUPATEN BOGOR

Nama Mahasiswa : SYARIFAH SOFIAH DWIKORAWATI

Nomor Pokok : P 062074154

Program Studi : Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Program : Doktor (S3)

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Aris Munandar,MS Ketua

Prof. Dr.Ir. Surjono Hadi Sutjahjo,MS Dr. Suaedi, S.Pd, Msi

Anggota Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana, Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam

dan Lingkungan,

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana,MS Dr. Ir. Dahrul Syah,Msc.Agr

(10)

dapat menyelesaikan disertasi ini. Disertasi yang berjudul Model Pengelolaan Pariwisata yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan di Kawasan Puncak Kabupaten Bogor, disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada.:

1. Dr. Ir. Aris Munandar,MS sebagai ketua komisi pembimbing, Prof.Dr.Ir Surjono Hadi Sutjahjo,MS dan. Dr.Suaedi S.Pd.,MSi, sebagai anggota komisi pembimbing, atas curahan waktu dan kesabaran serta keikhlasannya dalam memberikan arahan dan petunjuk serta motivasi sejak penyusunan proposal, pengambilan data, pengolahan hingga penyusunan disertasi ini.

2. Prof.Dr. Ir.Cecep Kusmana,MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL), sekretaris Program beserta staf yang senantiasa memberikan informasi dan layanan administrasi yang baik.

3. Dr. Ir. Dahrul Syah, Msc.Agr, selaku Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, yang telah mendukung dan memberikan curahan waktu serta saran terutama pada saat menjadi penguji pada ujian tertutup.

4. Prof.Dr.Ir.Bambang Pramudya,M.Eng dan Dr.Ir.Setia Hadi,MS sebagai penguji luar pada saat ujian tertutup dan Dr.Ir.Ruchyat Deni Djakapermana,M.Eng dan Dr.Ir.Ernan Rustiadi sebagai penguji luar pada saat ujian terbuka.

5. Bupati Bogor, Pemerintah Kabupaten Bogor yang telah memberi kesempatan studi program S3 SPs IPB.

6. Sekretaris Daerah, para kepala dinas, serta LSM dan stakeholder pemerhati lingkungan yang berpartisipasi selama proses penelitian ini.

7. Selanjutnya, ucapan terima kasih ditujukan kepada keluarga penulis sendiri atas motivasi dukungan, doa, dan sarannya selama proses penulisan.

8. Semua pihak yang telah berkontribusi langsung maupun tidak langsung baik moril maupun materiil sampai selesainya penyusunan disertasi ini.

Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih belum sempurna, untuk itu kritik dan saran, penulis harapkan dari semua pihak guna penyempurnaan disertasi ini. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermafaat bagi kita semua.

Bogor, Januari 2012

(11)

keenam dari pasangan H.Ayip Rughby (alm) dan H.T. Sultinah (alm). Penulis menikah dengan Ir.H.Muhammad Zaini Hanafi, MM yang bekerja pada Departemen Kelautan dan Perikanan serta memiliki putra Irsyadul Ibad. Penulis menyelesaikan pendidikan pada jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 1988. Pada tahun 1994 penulis menyelesaikan studi program S2 pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2007 diterima sebagai mahasiswa S3 pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menjadi Pegawai Negeri Sipil pada tahun 1990 dan pertama kali bekerja di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bogor. Saat ini penulis bekerja sebagai kepala Badan Perizinan Terpadu Pemerintah Kabupaten Bogor.

Karya ilmiah berjudul Model Kebijakan Pengelolaan Pariwisata yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan di Kawasan Puncak Kabupaten Bogor, akan diterbitkan pada Jurnal Ilmiah Forum Pascasarjana IPB untuk penerbitan volume 35 no 1, Januari 2012. Artikel dengan judul Sistem Dinamik Kebijakan Pengelolaan Pariwisata di Kawasan Puncak Kabupaten Bogor akan diterbitkan oleh redaksi Majalah Ilmiah Panorama Nusantara pada edisi Januari-Juni 2012. Artikel lain berjudul Kajian Biaya Perjalanan dan Daya Dukung Pariwisata di Kawasan Puncak Kabupaten Bogor akan diterbitkan pada Bulan Desember 2011, pada Majalah Ilmiah Widya yang diterbitkan Kopertis Wilayah III. Publikasi ilmiah ini merupakan bagian dari penelitian disertasi.

(12)

Nama Mahasiswa : SYARIFAH SOFIAH DWIKORAWATI

Nomor Pokok : P 062074154

Program Studi : Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Program : Doktor (S3)

Penguji luar komisi ujian tertutup :

1. Prof.Dr.Ir.Bambang Pramudya, M.Eng 2. Dr.Ir.Setia Hadi, MS

Penguji luar komisi ujian terbuka :

1. Dr.Ir. Ruchyat Deni Djakapermana, M.Eng 2. Dr.Ir.Ernan Rustiadi

(13)

Halaman

Daftar Isi ... i

Daftar Tabel ... v

Daftar Gambar ... viii

Daftar Lampiran ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Kerangka Pemikiran ... 3 1.3 Perumusan Masalah ... 5 1.4 Tujuan Penelitian ... 7 1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Kebaruan Penelitian (Novelty) ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Batasan Pariwisata ... 9

2.2 Sistem Kepariwisataan ... 12

2.3 Pengelolaan Pariwisata ... 14

2.4 Tata Ruang Pariwisata ... 15

2.5 Daya Saing Pariwisata ... 18

2.6 Daya Dukung Pariwisata ... 22

2.7 Dampak Kegiatan Pariwisata ... 24

2.8 Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan ... 27

2.9 Kebijakan Pariwisata ... 32

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 35

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 36

3.2.1 Teknik Pengambilan Data ... 36

3.2.2 Sumber dan Jenis Data ... 36

3.2.3 Metode Pengambilan Sampel ... 36

3.3 Metode Analisis ... 38

3.3.1 Metode Biaya Perjalanan/TCM ... 40

3.3.2 Analisis Daya Saing Kawasan Pariwisata ... 42

3.3.3 Analisis Daya Dukung Kawasan Wisata ... 43

3.3.4 Analisis Multy Dimensional Scaling (MDS) ... 46

3.3.5 Analisis Kelembagaan dengan Interpretive Structural Modelling (ISM) ... 51

3.3.6 Analisis Isi (Content Analysis) ... 57

3.3.7 Analisis Sistem Dinamik ... 57

3.3.7.1 Analisis Kebutuhan ... 59

3.3.7.2 Formulasi Permasalahan ... 61

3.3.7.3 Identifikasi Sistem ... 62

3.3.7.4 Pemodelan Sistem ... 66

3.3.7.5 Perangkat Lunak Simulasi ... 66

1.3.7.6 Simulasi Model ... 67

1.3.7.7 Validasi Model ... 67

(14)

ii

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 70

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bogor ... 70

4.1.1 Aspek Geografis dan Administratif ... 70

4.1.2 Aspek Geomorfologis ... 72

4.1.3 Aspek Klimatologi ... 73

4.1.4 Aspek Demografi dan Sosial Budaya ... 73

4.1.5 Aspek Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi ... 77

4.1.6 Aspek Pelayanan Umum ... 78

4.1.6.1 Pendidikan ... 78

4.1.6.2 Kesehatan ... 78

4.1.7 Sarana dan Prasarana Umum ... 79

4.1.8 Kebijakan Penataan Ruang ... 80

4.1.9 Lingkungan Hidup ... 81

4.2 Gambaran Umum Kawasan Puncak ... 83

4.2.1 Aspek Geografis dan Administrasi ... 83

4.2.2 Aspek Klimatologi ... 85

4.2.3 Aspek Geomorfologi ... 85

4.2.4 Aspek Geologis ... 86

4.2.5 Aspek Tanah ... 88

4.2.6 Aspek Hidrologi ... 89

4.2.7 Aspek Tutupan Lahan ... 92

4.2.8 Kondisi Sarana Prasarana ... 92

4.2.8.1 Sarana Pendidikan ... 92

4.2.8.2 Sarana Kesehatan ... 93

4.2.9 Kondisi Sosial Kependudukan ... 93

4.2.10 Kondisi Aksesibiltas dan Transportasi ... 94

4.2.10.1 Aksesibilitas ... 94

4.2.10.2 Transportasi ... 95

4.2.11 Kondisi Obyek Wisata ... 98

V. ANALISIS SITUASI PARIWISATA KAWASAN PUNCAK ... 107

5.1 Analisis Situasi Wisatawan dan Obyek Tujuan Wisata (OTW) ... 106

5.1.1 Analisis Kunjungan Wisatawan ... 106

5.1.2 Analisis Karakteristik Wisatawan ... 108

5.1.3 Analisis Biaya Perjalanan (Travel Cost Method / TCM) ... 111

5.2 Analisis Daya Saing ... 120

5.2.1 Price Competitiveness Indicator (PCI) ... 121

5.2.2 Human Tourism Indicator (HTI) ... 122

5.2.3 Infrastructure Development Indicator (IDI) ... 123

5.2.4 Environment Indicator (EI) ... 124

5.2.5 Technology Advancement Indicator (TAI) ... 125

5.2.6 Human Resources Indicator (HRI) ... 126

5.2.7 Social Development Indicator (SDI) ... 126

5.2.8 Openess Indicator (OI) ... 127

5.3 Analisis Daya Dukung Kawasan (DDK) ... 128

5.3.1 Analisis Daya Dukung Fisik (PCC) ... 128

5.3.2 Analisis Daya Dukung Sebenarnya (RCC) ... 130

5.3.3. Analisis Daya Dukung yang Diperbolehkan/Efektif (ECC) ... 132

(15)

iii

VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN PARIWISATA KAWASAN

PUNCAK ... 139

6.1 Status Keberlanjutan Dimensi Hukum dan Kelembagaan ... 140

6.2 Status Keberlanjutan Dimensi Ekologi ... 142

6.3 Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi ... 147

6.4 Status Keberlanjutan Dimensi Sosial Budaya ... 151

6.5 Status Keberlanjutan Dimensi Sarana Prasarana ... 154

6.6 Analisis Multi Dimensi Satus Keberlanjutan ... 158

VII. ANALISIS STRUKTURISASI KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PARIWISATA DI KAWASAN PUNCAK ... 162

7.1 Metode Analisis Strukturisasi Kelembagaan, Permasalahan, Tujuan dan Aktivitas/Program yang diperlukan di Kawasan Puncak ... 162

7.1.1 Elemen Lembaga yang Terkait dalam Pengelolaan Pariwisata di Kawasan Puncak ... 164

7.1.2 Elemen Kendala Kelembagaan yang dihadapi dalam Pengelolaan Pariwisata Kawasan Puncak ... 170

7.1.3 Elemen Tujuan yang diinginkan dalam Pengelolaan Pariwisata Kawasan Puncak ... 176

7.1.4 Elemen Aktivitas/Program yang diharapkan dalam Pengelolaan Pariwisata Kawasan Puncak ... 181

7.2 Pembahasan ... 187

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN DI KAWASAN PUNCAK ... 191

8.1 Peraturan Perundang-Undangan Penataan Ruang dan Pariwisata ... 191

8.2 Analisis Isi Kebijakan ... 194

8.2.1 Pengaturan Ruang ... 200

8.2.2 Pengembangan Pariwisata ... 205

8.2.3 Pengaturan Lingkungan ... 207

8.2.4 Kelembagaan ... 209

8.2.5 Peran Serta Masyarakat dan Kerjasama antar Daerah ... 211

8.2.6 Pengendalian Pembangunan ... 212

IX. DISAIN MODEL DINAMIK PENGELOLAAN PARIWISATA DI KAWASAN PUNCAK ... 216

9.1 Sintesis Analisis Pariwisata Kawasan Puncak ... 216

9.2 Penyusunan Black Box (Kotak Gelap) ... 219

9.3 Model Dinamik Pengelolaan Pariwisata ... 223

9.3.1 Submodel Penduduk ... 224

9.3.2 Submodel Transportasi dan Akomodasi ... 229

9.3.3 Submodel Fisik Lingkungan ... 232

9.3.4 Submodel Hukum dan Kelembagaan ... 235

9.4. Validasi Model .... ... 238

9.4.1 Uji Validasi Struktur dan kinerja ... 239

9.5 Simulasi Skenario Model Pengelolaan Pariwisata di Kawasan Puncak ... 241

(16)

iv

9.5.2 Skenario Rencana Pemerintah (RP) : Kebijakan Pengendalian penduduk, Meningkatkan perekonomian wilayah, pembangunan jalan alternatif serta

meningkatkan frekuensi penertiban bangunan liar... . 244

9.5.3 Skenario Alternatif (Alt) :Kebijakan Pengendalian penduduk, Membatasi jumlah kendaraan, Meningkatkan perekonomian wilayah, meningkatkan frekuensi penertiban bangunan tidak berizin, serta internalisasi biaya lingkungan ... 247

9.6 Perbandingan antara Ketiga Skenario ... 247

9.7 Kebijakan dan Pendekatan Program ... 253

9.7.1 Kebijakan Pengendalian Penduduk ... 254

9.7.1.1 Program KB dan Operasi Yustisi ... 255

9.7.1.2 Program Pembatasan Kawasan Permukiman ... 257

9.7.2 Kebijakan Peningkatan Perekonomian Kawasan ... 260

9.7.2.1 Peningkatan Kualitas SDM Tenaga Kerja yang Siap Pakai ... 261

9.7.2.2 Peningkatan UKM di Bidang Pertanian dan Industri Rumah tangga (Home Industry) ... 261

9.7.2.3 Peningkatan Penerimaan Pajak dan Retribusi ... 262

9.7.3 Kebijakan Pengendalian Bangunan Tidak Berizin ... 264

9.7.4 Kebijakan Pembatasan Jumlah Kendaraan ... 265

9.7.5 Pembiayaan Lingkungan Kawasan Puncak ... 269

9.8. Simulasi Peningkatan Nilai Keberlanjutan Multi Dimensi Kawasan Puncak ... 269

X. KESIMPULAN DAN SARAN ... 282

10.1 Kesimpulan ... 282

10.2 Saran ... 283

Daftar Pustaka ... 284

(17)

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jumlah bangunan ber-IMB dan tidak ber-IMB ... 4

Tabel 2. Dampak positif dan negatif pariwisata ... 26

Tabel 3. Resiko akibat kegiatan kepariwisataan ... 27

Tabel 4. Prinsip-prinsip panduan kepariwisataan dalam agenda 21 ... 31

Tabel 5. Dimensi dalam pariwisata ... 32

Tabel 6. Jumlah pengunjung di DTW Kawasan Puncak Tahun 2009 ... 37

Tabel 7. Tujuan, jenis data, sumber, metode analisis dan output ... 39

Tabel 8. Parameter, sumber data dan kegunaan ... 43

Tabel 9. Structural self interaction matrix (SSIM) awal elemen ... 53

Tabel 10. Hasil reachability matrix (RM) final elemen ... 56

Tabel 11. Elemen dan sub elemen dalam kajian pengelolaan pariwisata Kawasan Puncak ... 56

Tabel 12. Analisis kebutuhan stakeholder ... 61

Tabel 13. Uraian komponen sistem kotak gelap (black box) ... 65

Tabel 14. Simbol-simbol diagram alir (Muhammadi et al. 2001) ... 67

Tabel 15. Banyaknya desa menurut desa perkotaan dan perdesaan di Kabupaten Bogor Tahun 2008 ... 71

Tabel 16. Pembagian wilayah Kabupaten Bogor berdasarkan ketinggian tempat ... 72

Tabel 17. Kemiringan lahan di Kabupaten Bogor ... 73

Tabel 18. Jumlah penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2010 ... 76

Tabel 19. Banyaknya sekolah di Kabupaten Bogor Tahun 2007-2008 ... 78

Tabel 20. Luas wilayah di Kecamatan Ciawi, Cisarua dan Megamendung ... 84

Tabel 21. Luas DAS yang terdapat di Kawasan Puncak ... 91

Tabel 22. Persentase tutupan lahan Tahun 1992, 1995, 2000 dan 2006 ... 92

Tabel 23. Jumlah fasilitas pendidikan di Kecamatan Cisarua, Ciawi dan Megamendung ... 93

Tabel 24. Jumlah fasilitas kesehatan di Kecamatan Cisarua, Ciawi dan Megamendung ... 93

Tabel 25. Panjang jalan di Kecamatan Ciawi, Cisarua dan Megamendung ... 97

Tabel 26. Trayek, jurusan, jarak tempuh, jumlah maksimal kendaraan dan warna kendaraan angkutan umum yang melintasi Kawasan Puncak ... 98

Tabel 27. Tipologi jenis dan atraksi wisata Kawasan Puncak ... 99

Tabel 28. Kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara ke objek wisata Taman Safari Indonesia Tahun 2004 – 2009 ... 101

Tabel 29. Kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara ke objek wisata Telaga Warna Tahun 2004 – 2009 ... 102

Tabel 30. Kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara ke objek wisata Agro Gunung Mas Tahun 2004 – 2009 ... 102

(18)

vi

Tabel 31. Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Wisatawan Mancanegara ke Objek Wisata Curug Cilember Tahun

2004 – 2009 ... 103

Tabel 32. Kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara ke Objek Wisata Taman Melrimba Tahun 2004 – 2009 ... 104

Tabel 33. Kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara ke objek wisata Curug Panjang Tahun 2004 – 2009 ... 104

Tabel 34. Kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara ke Objek Wisata Taman Wisata Matahari tahun 2004 – 2009 ... 105

Tabel 35. Kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara ke objek wisata Taman Wisata Riung Gunung tahun 2004 – 2009 ... 105

Tabel 36. Kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara ke Objek Wisata Curug Cisuren tahun 2004 – 2009 ... 106

Tabel 37. Jumlah kunjungan wisatawan ke berbagai objek tujuan wisata dari tahun 2004 sampai dengan 2009 ... 107

Tabel 38. Rata-rata biaya yang dikeluarkan pengunjung pada kawasan wisata Puncak Bogor (BPTi) ... 112

Tabel 39. Hasil uji parsial (Uji t) frekuensi kunjungan ... 115

Tabel 40. Hasil Pengujian Serentak (Uji-F) pada Frekuensi Kunjungan ... 116

Tabel 41. Hasil pengujian statistik deskriptif ... 116

Tabel 42. Hasil uji multikolinearitas ... 117

Tabel 43. Keputusan uji autokorelasi ... 118

Tabel 44. Hasil uji autokorelasi (n=168, k=5, α=0.05) ... 119

Tabel 45. Hasil uji heteroskedastisitas ... 119

Tabel 46. Perbandingan daya saing antara Kawasan Pariwisata Puncak dan Lembang ... 121

Tabel 47. Daya dukung fisik (PCC) untuk kendaraan dan wisatawan berdasarkan lokasi objek tujuan wisata di Kawasan Puncak ... 128

Tabel 48. Curah hujan dan Hari hujan di Kawasan Puncak ... 130

Tabel 49. Faktor koreksi curah hujan di lokasi objek wisata tahun 2009 ... 131

Tabel 50. Kondisi PCC dan RCC pada setiap lokasi objek tempat wisata ... 131

Tabel 51. Kondisi PCC, RCC, ECC dan kunjungan wisatawan pada setiap lokasi objek tempat wisata ... 132

Tabel 52. Luas dan presentase Lahan Kritis di Kecamatan Ciawi,Cisarua dan Megamendung ... 146

Tabel 53. Bencana Longsor di Kecamatan Ciawi, Cisarua dan Megamendung ... 146

Tabel 54. Luas Kerentanan Tanah di Kecamatan Ciawi, Cisarua dan Megamendung ... 147

Tabel 55. Rasio KUKM berdasarkan data KUKM (Koperasi, UMKM dan IKM) dan jumlah penduduk ... 149

Tabel 56. Rumah tangga pelanggan dan pemakaian air minum dari PDAM di lokasi penelitian dari tahun 2005 s.d 2008 ... 156

(19)

vii

Tabel 57. Jumlah rumah tangga pelanggan air minum tahun

2005-2008 ... 156

Tabel 58. Timbulan sampah berdasarkan pengolahan sampah ... 157

Tabel 59. Jumlah Fasilitas Peribadatan Kecamatan Ciawi, Cisarua, Megamendung Tahun 2009 ... 158

Tabel 60. Nilai indeks keberlanjutan kawasan puncak Kabupaten Bogor tahun 2010 ... 158

Tabel 61. Perbedaan nilai indeks keberlanjutan analisis Monte Carlo dengan analisis Rap-Tourism Kawasan Puncak ... 159

Tabel 62. Hasil Analisis RAP-TOURISM untuk nilai stress dan koefisien determinasi (R2) ... 160

Tabel 63. Faktor pengungkit per-dimensi keberlanjutan Kawasan Puncak ... 161

Tabel 64. Matriks jawaban pakar untuk elemen lembaga yang terkait dalam pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak ... 165

Tabel 65. Reachability matriks elemen lembaga yang terkait dalam pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak ... 165

Tabel 66. Matriks jawaban pakar untuk elemen kendala yang terkait dalam pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak ... 170

Tabel 67. Matriks Reachability elemen kendala kelembagaan yang dihadapi dalam pengelolaan pariwisata Kawasan Puncak ... 171

Tabel 68. Elemen Tujuan yang diinginkan dalam Pengelolaan Pariwisata Kawasan Puncak ... 177

Tabel 69. Matriks jawaban pakar untuk elemen tujuan yang diinginkan yang terkait dengan pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak ... 177

Tabel 70. Matriks reachability elemen tujuan yang diinginkan dalam pengelolaan pariwisata Kawasan Puncak ... 178

Tabel 71. Elemen aktivitas/program yang diharapkan dalam pengelolaan pariwisata Kawasan Puncak ... 182

Tabel 72. Matriks Jawaban Pakar untuk Elemen Aktivitas/Program yang Diharapkan yang Terkait dengan Pengelolaan Pariwisata di Kawasan Puncak ... 182

Tabel 73. Matriks reachability elemen aktivitas/program yang diharapkan dalam pengelolaan pariwisata Kawasan Puncak ... 183

TabeI 74. Identifikasi hierarki dan klasifikasi subelemen pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak. ... 188

Tabel 75. Peraturan berkaitan dengan penataan Kawasan Puncak ... 192

Tabel 76. Peraturan Perundang-undangan berdasarkan tujuan dan pokok-pokok yang diatur ... 196

Tabel 77. Aspek kunci pada berbagai peraturan perundang-undangan ... 199

Tabel 78. Aspek kunci kelembagaan dan koodinasi pada peraturan perundang-undangan ... 209

Tabel 79. Perbandingan Pengendalian dan Pemberian Perizinan di Kawasan Puncak berdasarkan UU 26/2007 dan Perpres 54/2008 ... 215

Tabel 80. Keterkaitan tujuan, alat analisis dan hasil analisis dengan rumusan black box ... 216

Tabel 81. Simulasi sub model penduduk ... 228

Tabel 82. Simulasi sub model transportasi dan akomodasi ... 231

(20)

viii

Tabel 84. Simulasi sub model hukum dan kelembagaan ... 237 Tabel 85. Data Validasi Model Berdasarkan Perkembangan Jumlah

Penduduk ... 240 Tabel 86. Data validasi model berdasarkan perubahan jumlah

kendaraan... 241 Tabel 87. Hubungan antara Output dalam Black Box dan Pemilihan

Skenario ... 243 Tabel 88. Perbandingan berdasarkan skenario TI, RP dan Alt pada

tahun 2009 dan 2029 ... 248 Tabel 89. Rekomendasi kebijakan dan program pengelolaan

(21)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kerangka pemikiran pengelolaan pariwisata yang

berdaya saing dan berkelanjutan di Kawasan Puncak

Kabupaten Bogor ... 5

Gambar 2. Perumusan masalah penelitian ... 7

Gambar 3. Model komponen fungsional kunci yang membentuk dinamika dan sistem hubungan kepariwisataan ... 14

Gambar 4. Indeks daya saing pariwisata (Gooroochurn dan Sugiyarto 2004). ... 20

Gambar 5 Peta wilayah penelitian ... 35

Gambar 6. Ilustrasi penentuan indeks keberlanjutan pengembangan kawasan pariwisata dalam skala ordinasi ... 49

Gambar 7. Ilustrasi indeks keberlanjutan setiap dimensi ... 50

Gambar 8. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor ... 55

Gambar 9. Tahapan analisis sistem (Eriyatno 1999) ... 59

Gambar 10. Tahapan penelitian dan metode analisis ... 69

Gambar 11. Gateway (pintu masuk) ke Kawasan Puncak ... 95

Gambar 12. Prosentase wisatawan berdasarkan daerah asal ... 109

Gambar 13. Prosentase alasan wisatawan mengunjungi objek tujuan wisata di Kawasan Puncak ... 109

Gambar 14. Prosentase keluhan wisatawan di Kawasan Puncak ... 110

Gambar 15. Prosentase saran wisatawan untuk perbaikan kinerja pariwisata Kawasan Puncak ... 110

Gambar 16. Prosentase usulan penanganan kemacetan lalu lintas di Kawasan Puncak ... 111

Gambar 17. Prosentase biaya yang dikeluarkan pengunjung pada kawasan wisata puncak Bogor ... 112

Gambar 18 Perbandingan biaya yang dikeluarkan pengunjung pada kawasan wisata Puncak Bogor ... 113

Gambar 19. Grafik uji normalitas untuk model frekuensi kunjungan ... 117

Gambar 20. Bagan keputusan uji autokorelasi ... 118

Gambar 21. Kondisi perbandingan antara, RCC dan kunjungan wisatawan pada setiap lokasi objek tempat wisata ... 133

Gambar 22. Kondisi perbandingan antara, ECC dan kunjungan ... 133

Gambar 23. Indeks keberlanjutan dimensi hukum dan kelembagaan di kawasan Puncak Kabupaten Bogor ... 140

Gambar 24. Atribut pengungkit dimensi hukum dan kelembagaan di kawasan Puncak Kabupaten Bogor ... 142

Gambar 25. Indeks keberlanjutan dimensi ekologi kawasan Puncak Kabupaten Bogor ... 143

Gambar 26. Atribut pengungkit dimensi ekologi di Kawasan Puncak Kabupaten Bogor ... 144

Gambar 27. Indeks keberlanjutan dimensi ekonomi kawasan Puncak Kabupaten Bogor ... 148

Gambar 28. Atribut pengungkit dimensi ekonomi di Kawasan Puncak Kabupaten Bogor ... 150

Gambar 29. Indeks keberlanjutan dimensi sosial budaya kawasan Puncak Kabupaten Bogor ... 151

(22)

x

Gambar 30. Atribut pengungkit dimensi sosial budaya di Kawasan

Puncak Kabupaten Bogor ... 152 Gambar 31. Indeks keberlanjutan dimensi sarana prasarana di

Kawasan Puncak Kabupaten Bogor ... 154 Gambar 32 Atribut pengungkit dimensi sarana prasarana

pariwisata di kawasan Puncak Kabupaten Bogor ... 155 Gambar 33. Diagram layang-layang nilai keberlanjutan kawasan

Puncak ... 159 Gambar 34. Matriks driver power-dependent elemen lembaga

pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak ... 166 Gambar 35. Strukturisasi lembaga pengelola pariwisata

di Kawasan Puncak ... 168 Gambar 36. Matriks driver power-dependent elemen kendala

kelembagaan yang dihadapi dalam pengelolaan

pariwisata di Kawasan Puncak ... 172 Gambar 37. Strukturisasi kendala kelembagaan yang dihadapi

dalam pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak ... 175 Gambar 38. Matriks driver power-dependent elemen tujuan yang

diinginkan dalam pengelolaan pariwisata di Kawasan

Puncak ... 178 Gambar 39. Strukturisasi tujuan yang diinginkan dalam pengelolaan

pariwisata di Kawasan Puncak ... 181 Gambar 40. Matriks driver power-dependent elemen aktivitas/

program yang diharapkan dalam pengelolaan

pariwisata di Kawasan Puncak ... 184 Gambar 41. Strukturisasi aktivitas/program yang diharapkan dalam

pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak ... 186 Gambar 42. Hubungan Hierarkhi Rencana Tata Ruang ... 201 Gambar 43. Diagram input-output (black box) pengelolaan

pariwisata di Kawasan Puncak ... 220 Gambar 44. Diagram lingkar sebab akibat (causal loop)

pengembangan pariwisata di Kawasan Puncak

Kabupaten Bogor ... 222 Gambar 45. Diagram lingkar sebab akibat (causal loop) sub model

penduduk ... 226 Gambar 46. Struktur Model Dinamik sub model penduduk ... 226 Gambar 47. Grafik hasil simulasi jumlah penduduk periode

2009-2029 ... 229 Gambar 48. Diagram lingkar sebab akibat (causal loop) sub model

transportasi dan akomodasi. ... 229 Gambar 49. Struktur model dinamik sub model transportasi dan

akomodasi ... 230 Gambar 50. Grafik hasil simulasi jumlah kendaraan dan luas

akomodasi periode 2009-2029 ... 232 Gambar 51. Diagram lingkar sebab akibat (causal loop) sub model

fisik lingkungan ... 233 Gambar 52. Struktur Model Dinamik sub model fisik dan

lingkungan ... 234 Gambar 53. Grafik hasil simulasi jumlah wisatawan, dan jumlah

sampah periode 2009-2029 ... 235 Gambar 54. Diagram lingkar sebab akibat (causal loop) sub

(23)

xi

Gambar 55 Struktur model dinamik sub model hukum dan

kelembagaan. ... 236 Gambar 56. Grafik hasil simulasi bangunan tidak berijin periode

2009-2029. ... 237 Gambar 57. Model pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak. ... 238 Gambar 58. Grafik perbandingan penduduk aktual dan penduduk

hasil simulasi. ... 240 Gambar 59. Grafik perbandingan jumlah kendaraan aktual dan

jumlah kendaraan hasil simulasi. ... 241 Gambar 60. Ruas Jalan alternatif wisata di Kawasan Puncak ... 246 Gambar 61. Perbandingan hasil simulasi pada ketiga skenario

untuk Jml Penduduk, Jml wisatawan, Jml kendaraan, Kapasitas ECC, Biaya Lingkungan, Luas Akomodasi,

Luas Tutupan Lahan, dan jml sampah. ... 249 Gambar 62. Titik Rawan Macet di Wilayah Puncak ... 266 Gambar 63. Sketsa konsep pengaturan jalur angkutan wisata. ... 267 Gambar 64. Dimensi Hukum dan Kelembagaan Hasil Simulasi ... 271 Gambar 65. Analisis Monte Carlo Dimensi Hukum Kelembagaan

Hasil Simulasi ... 272 Gambar 66. Dimensi Ekologi Hasil Simulasi ... 273 Gambar 67. Analisis Monte Carlo Dimensi Ekologi Hasil Simulasi ... 274 Gambar 68. Dimensi Sarana Prasarana Hasil Simulasi ... 275 Gambar 69. Analisis Monte Carlo Dimensi Sarana Prasarana Hasil

Simulasi ... 275 Gambar 70. Dimensi Sosial Budaya Hasil Simulasi ... 278 Gambar 71. Analisis Monte Carlo Dimensi Sosial Budaya Hasil

Simulasi ... 279 Gambar 71. Diagram Layang-Layang Hasil Simulasi ... 281

(24)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. GLOSSARY ... 290 Lampiran 2. Jenis dan Sumber Data ... 293 Lampiran 3. Hotel/Vila/Wisma di Kawasan Puncak ... 297 Lampiran 4 Nama Obyek Wisata di Kabupaten Bogor ... 301 Lampiran 5 Data kunjungan wisatawan ke Hotel Bintang dan

Melati ... 302 Lampiran 6 Seni Tradisional di Kabupaten Bogor ... 303 Lampiran 7. Rekapitulasi Sumber Data Daya Dukung OTW ... 304 Lampiran 8. Rekapitulasi sumber data Daya Dukung OTW ... 304 Lampiran 9 Hasil Pengolahan Analisis Regresi ... 305 Lampiran 10. Data Pajak dan Retribusi dari Sektor Pariwisata 2004 –

2010 ... 306 Lampiran 11. Hasil Pengolahan Data Faktor yang Berpengaruh pada

Kunjungan Wisatawan ... 307 Lampiran 12. Hasil Pengolahan Data Analisis Daya Saing Kawasan

Puncak ... 312 Lampiran 13. Hasil Pengolahan Ranking Daya Saing Kawasan

Puncak ... 313 Lampiran 14. Hasil Pengolahan Ranking Daya Saing Lembang ... 314 Lampiran 15. Kuesioner MDS ... 315 Lampiran 16. Kuesioner ISM ... 322 Lampiran 17. AVE dan AME sub model penduduk dan kendaraan ... 327 Lampiran 18. Asumsi yang digunakan dalam membuat model ... 328 Lampiran 19. Equation Sistim Dinamis ... 328

(25)

1.1 Latar Belakang

Industri pariwisata merupakan industri penting sebagai penyumbang Gross

Domestic Product (GDP) suatu negara dan bagi daerah sebagai penyumbang

Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal tersebut mengakibatkan daerah berlomba-lomba untuk memperkenalkan potensi pariwisata yang dimilikinya, sehingga dapat menarik kunjungan wisata (turis), baik lokal maupun mancanegara. Berkembangnya sektor ini akan membawa dampak yang cukup besar pada industri-industri yang terkait seperti hotel, rumah makan, biro travel dan Usaha Kecil Menengah (UKM) di daerah-daerah kunjungan pariwisata.

Dampak positif yang ditimbulkan pariwisata terhadap perekonomian bukan hanya dari pengeluaran/konsumsi wisatawan mancanegara, tetapi juga berasal dari pengeluaran wisatawan nusantara dan pengeluaran wisatawan outbound (wisatawan Indonesia keluar negeri). Investasi yang dilakukan industri pariwisata seperti hotel dan restoran serta pengeluaran pemerintah pusat dan daerah di sektor pariwisata turut memberi dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Pertumbuhan sektor pariwisata juga mendorong laju pertumbuhan sektor-sektor lain termasuk pertanian, perdagangan dan jasa. Dampak pariwisata terhadap ekonomi dapat berupa pembentukan output nasional, Produk Domestik Bruto (PDB), pembayaran upah/gaji, penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja.

Kepariwisataan Kabupaten Bogor dalam perwilayahan pariwisata Provinsi Jawa Barat ditetapkan sebagai wilayah yang termasuk dalam satu dari sembilan kawasan wisata unggulan Provinsi Jawa Barat, yaitu kawasan wisata alam pegunungan puncak (Disbudpar 2008). Pola pemanfaatan ruang untuk Kawasan Puncak, ditentukan struktur pengembangannya yaitu: (a) Kawasan Puncak didominasi fungsi lindung; (b) Pengembangan prasarana wilayah khususnya jalan raya, relatif terbatas dengan maksud tidak merangsang perkembangan budidaya yang ada; (c) Pola pengelolaan kawasan pariwisata, pengaturan alokasi kawasan wisata harus menunjang fungsi utama Kawasan Puncak sebagai kawasan konservasi air dan alam serta sosial budaya, adat istiadat dan karakteristik fungsi lingkungan setempat; (d) Bangunan yang diperkenankan di kawasan hutan suaka alam dan hutan wisata hanya bangunan yang berfungsi

(26)

penunjang kawasan tersebut dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum 5% (Disparsenibud 2003).

Persoalan lingkungan utama dalam pengembangan pariwisata Puncak adalah telah terjadinya degradasi DAS Ciliwung Hulu yang diperlihatkan dengan penambahan lahan kritis (Sabar 2004) dan peningkatan erosi serta run off (Qodariah et al. 2004, Sawiyo 2005). Hal ini disebabkan antara lain karena peningkatan luas tutupan lahan oleh bangunan. Sebelum tahun 2000 kenaikan tutupan lahan permukiman relatif lambat yaitu dari 3,96% (1992) menjadi 8,49% (2000) atau meningkat sebesar 4,53%. Selanjutnya setelah tahun 2000 kenaikan tutupan lahan relatif lebih cepat selama kurun waktu 6 tahun (2000-2006) dimana tutupan lahan meningkat sebesar 12% (Dewi 2010). Perubahan tutupan lahan tersebut secara tidak langsung dipengaruhi oleh daya tarik kawasan sebagai daerah pariwisata. Kontribusi sektor pariwisata terhadap APBD Kabupaten Bogor, berupa pajak dan retribusi menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Nilai pajak dan retribusi yang disumbangkan dari sektor pariwisata meningkat menjadi Rp. 35.509.323.990 pada tahun 2009, dari Rp.17.873.667.000 pada tahun 2005.

Dampak aktivitas pariwisata yang nampak terlihat jelas adalah terjadinya kemacetan lalu lintas terutama pada saat-saat akhir minggu atau hari libur. Berdasarkan survey data primer (traffic counting/TC) yang dilakukan oleh DLLAJ pada tahun 2001, volume lalu lintas di jalan raya Puncak rata-rata adalah 28.800 kendaraan per hari atau sekitar 1.200 kendaraan per jam. Pada tahun 2009 dilakukan kembali survey data primer di pos pengamatan Ciawi dengan hasil rata-rata jumlah kendaraan yang melintas adalah sebanyak 39.564 kendaraan per hari atau 1.649 kendaraan per jam. Sebagian besar kendaraan adalah kendaraan ringan (kendaraan penumpang pribadi dan angkutan kota), rata-rata setiap harinya 21.531 kendaraan per hari atau 897 kendaraan per jam, sedangkan bus atau truk jumlahnya 2.094 kendaraan per hari atau 87 kendaraan per jam. Akibat kondisi kemacetan lalu lintas tersebut, 46,67% wisatawan menyatakan tidak menyukai kemacetan dan kondisi ini dapat menurunkan minat wisatawan untuk mengunjungi Kawasan Puncak (Disparsenibud 2003).

Peran multifungsi Kawasan Puncak sebagai kawasan konservasi dan pariwisata memerlukan suatu penanganan yang terpadu dan komprehensif antar berbagai sektor, lembaga dan kewenangan untuk bersama-sama merumuskan

(27)

dan mengelola Kawasan Puncak dengan baik. Pengelolaan lingkungan tersebut meliputi penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan dan pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup (UU No. 32 Tahun 2009).

Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian diarahkan pada topik “Model Kebijakan Pengelolaan Pariwisata yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan di Kawasan Puncak Kabupaten Bogor”, melalui penelitian ini diharapkan pariwisata di Kawasan Puncak dapat berkembang dengan baik, memiliki daya saing dan berkelanjutan sebagai output dari penanganan yang terintegrasi dengan mempertimbangkan unsur-unsur ekonomi, ekologi, sosial budaya, sarana prasarana, kelembagaan dan hukum.

1.2 Kerangka Pemikiran

Pembangunan pariwisata di Kawasan Puncak tidak terlepas dari permintaan, sediaan dan batasan. Prospek permintaan pasar wisata di Kawasan Puncak menunjukkan peningkatan yang signifikan. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Puncak pada tahun 2004 adalah sebanyak 1.102.680 orang, meningkat menjadi 1.347.625 orang pada tahun 2009 (Disbudpar 2009). Penambahan wisatawan dan aktivitas wisata memiliki konsekuensi terhadap penambahan dan pengembangan objek/sarana/prasarana dan atraksi wisata. Selain itu diperlukan pula ketersediaan dan kesiapan pelayanan transportasi bagi wisatawan maupun non wisatawan pengguna akses transportasi tersebut. Pengembangan Kawasan Puncak selain akibat aktivitas wisata juga dipengaruhi oleh pertumbuhan kota besar seperti Jakarta, Bogor dan Bandung, sehingga mempercepat pertumbuhan daerah-daerah di Kawasan Puncak menjadi bersifat kota (Kabupaten Bogor 2003).

Kawasan Puncak berdasarkan hidrologis/tata air berada pada hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung, seluruh aliran sungai akan mengalir ke arah Utara dan bermuara pada Sungai Ciliwung melewati ke arah Teluk Jakarta, dengan demikian kawasan Puncak mempunyai fungsi eksternal untuk menjaga tata air Kota Jakarta sebagai wilayah hilirnya. Selain itu berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Provinsi Jawa Barat yang telah didasari dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 48 tahun 2006, kawasan wisata alam pegunungan Puncak yang mencakup areal wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, ditetapkan sebagai Kawasan Wisata Unggulan (KWU) Provinsi Jawa Barat.

(28)

Walaupun pengembangan struktur tata ruang untuk Kawasan Puncak sudah dibatasi secara maksimal, namun masih banyaknya bangunan-bangunan fisik yang baru, baik berizin maupun tidak berizin. Sampai dengan tahun 2006 jumlah bangunan yang memiliki IMB dan tidak ber-IMB di Kawasan Puncak (Kecamatan Ciawi, Cisarua dan Megamendung) dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Jumlah bangunan ber-IMB dan tidak ber-IMB

Uraian Jumlah

Bangunan Ber-IMB Tidak ber-IMB

Villa :

1. Kecamatan Ciawi 634 580 54

2. Kecamatan Megamendung 704 402 302

3. Kecamatan Cisarua 1.901 1.335 566

Rumah Tinggal 2.749 2.749

PKL sepanjang Ciawi s/d batas Cianjur 446 - 446

Jumlah 6.434 5.066 1.368

Sumber : Dinas Cipta Karya, 2006.

Berdasarkan jumlah bangunan tersebut, banyak bangunan yang berdiri di atas tanah negara dan tanah perkebunan serta eks perkebunan sulit untuk dikendalikan. Selain itu banyak bangunan yang melebihi ketentuan teknis tutupan bangunan, melanggar garis sempadan atau bangunan yang berubah fungsi dari rumah tinggal menjadi villa, wisma dan hotel. Permasalahan lain adalah bermunculannya PKL di sepanjang jalan Ciawi sampai dengan Cisarua. Permasalahan munculnya bangunan-bangunan tidak berizin tersebut sebagai akibat kurang intensifnya pengendalian dan pengawasan pembangunan fisik di kawasan puncak dalam kaitannya dengan fungsi Kawasan Puncak sebagai kawasan lindung (Kabupaten Bogor 2008).

Peningkatan jumlah kunjungan wisata ke kawasan pariwisata Puncak, pertambahan jumlah bangunan, berkurangnya tutupan lahan, peningkatan timbulan sampah, pencemaran lingkungan, kemacetan lalu lintas, berkurangnya estetika karena lingkungan kumuh, peningkatan resiko kejadian longsor merupakan beberapa kondisi yang terjadi di kawasan pariwisata Puncak. Jika kondisi ini tidak ditangani, maka diduga akan mengakibatkan penurunan citra dan daya saing kawasan puncak sebagai kawasan pariwisata andalan. Ciri kawasan wisata akan hilang sebagai akibat adanya pengaruh urbanisasi dari

(29)

daerah-daerah disekitarnya seperti Kota Bogor, Kabupaten Cianjur dan Sukabumi. Kerangka pikir penelitian ini disajikan pada gambar 1.

Pariwisata di Kawasan Puncak

Permintaan Sediaan dan Batasan

Prospek Permintaan Pasar Wisata

Pengembangan Objek, Sarana/Prasar

ana dan Atraksi Wisata Kebutuhan Pelayanan Transportasi Pengaruh Pertumbuhan Kota Besar (Jakarta, Bogor, Ba ndung) Prospek Permintaan Pasar Wisata Pertumbuhan dan Perkembangan bersifat Kota Fungsi Ekologi Pengatur Tata Air Penyedia Air Tanah & Permukaan Keanekaraga man Hayati Penyedia Plasma Nutfah Jasa Lingkungan Keindahan Alam Peran dalam Konstelasi Willayah Kawasan Strategis Nasional (Konservasi air dan Tanah) Kawasan Andalan (Agribisnis, Pariwi sata) Kawasan Khusus Kab. Bogor (Pariwisata, Pertanian) Konflik Penggunaan Lahan Degradasi Lahan Kapasitas Daya Dukung Kapasitas Sosial, Budaya Ekonomi Masyarakat Lokal Pertumbuhan Sektor Informal

Menurunkan Citra dan Daya Saing Pariwisata

Pengelolaan Pariwisata yang berdaya saing dan

berkelanjutan

Pergerakan Wisatawan

Pergerakan Non Wisatawan

Gambar 1. Kerangka pemikiran pengelolaan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan di Kawasan Puncak Kabupaten Bogor.

1.3 Perumusan Masalah

Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui prinsip-prinsipnya. Prinsip-prinsip tersebut antara lain partisipasi, keikutsertaan para pelaku (stakeholder), kepemilikan lokal, penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap daya dukung, monitor dan evaluasi, akuntabilitas, pelatihan serta promosi. Berdasarkan hal tersebut maka kondisi Kawasan Puncak perlu ditinjau dari sisi lingkungan, sosial-budaya, ekonomi, infrastruktur, tata ruang, hukum dan kelembagaan. Serangkaian kajian yang dilakukan tersebut dibuat suatu model yang komprehensif dan saling terkait sebagai dasar rekomendasi kebijakan

(30)

pembangunan pariwisata di Kawasan Puncak yang berdaya saing dan berkelanjutan. Berkenaan dengan hal tersebut, maka rumusan permasalahan yang perlu dipecahkan adalah:

a) Kinerja pembangunan di suatu kawasan atau wilayah akan ditentukan oleh arahan pemanfaatan ruang serta perizinan yang diberikan oleh pemerintah daerah, sehingga perlu dilakukan pengkajian untuk mengevaluasi kembali bentuk-bentuk regulasi pemanfaatan ruang dan perizinan pariwisata yang sudah dilaksanakan di Kawasan Puncak;

b) Kawasan Puncak dengan potensi alamnya menjadi andalan bagi Kabupaten Bogor dan Provinsi Jawa Barat sebagai kawasan pariwisata alam pegunungan. Kegiatan pariwisata tersebut dapat berlangsung terus jika dikelola secara berkelanjutan, karenanya perlu dilakukan analisis untuk mengetahui status keberlanjutan kegiatan pariwisata di Kawasan Puncak; c) Pengelolaan pariwisata yang baik, akan memberikan rasa aman dan nyaman

bagi para wisatawan serta memberikan dampak positif bagi kehidupan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat lokal maka akan meningkatkan daya saing wisata di kawasan tersebut. Berdasarkan hal tersbut perlu dilakukan kajian untuk mengukur tingkat daya saing pariwisata di Kawasan Puncak;

d) Kelembagaan merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan suatu program. Pengelolaan pariwisata di suatu kawasan akan dipengaruhi oleh kondisi kelembagaan yang terkait didalamnya. Koordinasi, konsistensi dan tumpang tindih kewenangan sering menjadi permasalahan didalam pengelolaan pariwisata. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan kajian untuk mengetahui kondisi kelembagaan pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak;

e) Pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak agar berdaya saing dan berkelanjutan harus mempertimbangkan dimensi sosial, budaya, ekologi, ekonomi, hukum dan kelembagaan. Berdasarkan hal tersebut perlu diketahui bagaimana rancangan model pengelolaan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan di Kawasan Puncak Kabupaten Bogor.

Rumusan permasalahan pengelolaan pariwisata disajikan dalam gambar 2. berikut ini.

(31)

Pariwisata di Kawasan Puncak Ekonomi Analisis Kebijakan Pemanfaatan Ruang dan Perizinan Pariwisata di Kawasan Puncak

Nilai Strategis dalam Konstelasi Regional Jabotabek

Ekologi Hukum &

kelembagaan

Sarpras

Sosbud

Konflik Antar Fungsi

Daya Saing dan Keberlanjutan

Analisis Keberlanjutan Pariwisata di Kawasan

Puncak Analisis Daya Saing

Pariwisata di Kawasan Puncak

Analisis Kelembagaan Pengelolaan Pariwisata

di Kawasan Puncak Model Kebijakan Pengelolaan

Pariwisata yang Berdaya Saing & Berkelanjutan di

Kawasan Puncak

Kebijakan Makro

Gambar 2. Perumusan masalah penelitian.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah merumuskan model kebijakan pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak agar memiliki daya saing dan dapat dilaksanakan atau dikelola secara berkelanjutan. Guna mencapai tujuan utama maka dirancang beberapa sub tujuan sebagai berikut:

a) Mengetahui performansi wisatawan di Kawasan Puncak;

b) Menghasilkan analisis terhadap kebijakan yang mengatur penataan ruang dan pariwisata di Kawasan Puncak;

c) Menghasilkan analisis tingkat daya saing pariwisata di Kawasan Puncak; d) Menghasilkan analisis daya dukung lingkungan di Kawasan Puncak;

e) Menghasilkan analisis status keberlanjutan kegiatan pariwisata di Kawasan Puncak;

(32)

f) Menghasilkan analisis kondisi kelembagaan pengelola pariwisata di Kawasan Puncak;

g) Menghasilkan model kebijakan pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak. 1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bentuk:

a) Memberikan kontribusi positif sebagai koreksi terhadap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pariwisata;

b) Sebagai acuan bagi para pelaku usaha pariwisata dalam mengembangkan usaha yang berkelanjutan;

c) Sebagai bahan referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang pariwisata;

d) Sebagai alternatif model bagi pengelolaan pariwisata terutama dalam memadukan unsur konservasi dan pengembangan pariwisata;

e) Sebagai acuan untuk penyempurnaan kebijakan penataan ruang, perizinan, pengelolaan lingkungan, pembinaan sosial budaya, hukum dan kelembagaan, ekonomi serta sarana dan prasarana, agar dalam implementasinya dapat berkelanjutan.

1.6 Kebaruan Penelitian (Novelty)

Penelitian ini dilakukan di sebuah kawasan wisata yang merupakan Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang dikenal secara nasional. Masalah yang diteliti merupakan masalah aktual dan strategis yaitu tentang kebijakan pembangunan pariwisata di kawasan puncak yang merupakan daerah konservasi penting bagi Propinsi DKI Jakarta selaku ibukota Negara Republik Indonesia. Rekomendasi kebijakan pariwisata yang dihasilkan mempertimbangkan unsur daya saing dan berkelanjutan, sehingga metode yang digunakan harus mampu mengakomodasi dua tujuan tersebut.

Berkenaan dengan hal tersebut maka kebaruan penelitian (novelty) terletak pada upaya untuk memadukan beberapa metode analisis secara komprehensif, yaitu metode pengukuran indeks daya saing dengan memperhitungkan 8 indikator, indeks keberlanjutan (MDS), daya dukung, Travel Cost Method (TCM), analisis kelembagaan, Focus Group Discussion (FGD) dan analisis sistem dinamik, untuk mendapatkan arahan kebijakan agar pariwisata di Kawasan Puncak memiliki daya saing dan berkelanjutan.

(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batasan Pariwisata

Istilah pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta yang komponen-komponennya terdiri atas: (1) Pari = penuh, lengkap, berkeliling; (2) Wis (man)= rumah, property, kampong, komunitas; (3) Ata = pergi terus menerus, mengembara (roaming about), bila dirangkai menjadi satu kata berarti pergi secara lengkap meninggalkan rumah (kampong), berkeliling terus menerus (Pendit 2002).

Yoeti (1988) dan Pendit (2002), mengutip berbagai pengertian pariwisata seperti tertera dibawah ini:

1. Pariwisata adalah gabungan berbagai kegiatan, pada umumnya bidang ekonomi yang langsung berkaitan dengan kedatangan dan tinggal serta kegiatan pendatang di negara tertentu atau daerah tertentu (Schulaland, 1910);

2. Pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan diluar tempat tinggal dan pekerjaan sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat tujuan tersebut (Tourism Society in Britain 1976);

3. Pariwisata adalah suatu kegiatan kemanusiaan berupa hubungan antar orang, baik dari negara yang sama atau antar negara atau hanya dari daerah geografis yang terbatas, didalamnya termasuk tinggal untuk sementara waktu di daerah lain atau negara lain atau benua lain untuk memenuhi berbagai kebutuhan, kecuali kegiatan untuk memperoleh penghasilan (Wahab 1992); 4. Pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi

wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya (Robert McIntosh dan Gupta 1980);

5. Pariwisata adalah setiap peralihan tempat yang bersifat sementara dari seseorang atau beberapa orang, dengan maksud memperoleh pelayanan yang diperuntukkan bagi kepariwisataan itu oleh lembaga-lembaga yang digunakan untuk maksud tersebut (Hans Buchli);

6. Pariwisata adalah lalu lintas orang-orang yang meninggalkan tempat kediamannya untuk sementara waktu, untuk berpesiar di tempat lain,

(34)

semata-mata sebagai konsumen dari bu ah hasil perekonomian dan kebudayaan, guna memenuhi kebutuhan hidup dan budayanya atau keinginan yang beranekaragam dari pribadinya (Kurt Morgenroth);

7. Pariwisata adalah keseluruhan hubungan antara manusia yang hanya berada untuk sementara waktu dalam suatu tempat kediaman dan berhubungan dengan manusia-manusia yang tinggal di tempat itu (Gluckmann 1998); 8. Pariwisata adalah kegiatan perjalanan seseorang ke dan tinggal di tempat lain

di luar lingkungan tempat tinggalnya untuk waktu kurang dari satu tahun terus menerus dengan maksud bersenang-senang, berniaga dan keperluan-keperluan lainnya (Santoso 2000);

Berdasarkan Undang-Undang nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.

Berbagai definisi yang dikutip menunjukkan beragam aspek yang menjadi titik tolak pandangan masing-masing ahli dalam mendefinisikan pengertian pariwisata. Terdapat kesamaan yang dapat ditangkap dari definisi-definisi tersebut, sehingga Yoeti (1988), mengemukakan empat faktor yang menjadi dasar pengertian pariwisata yakni:

1. Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu, sekurang-kurangnya 24 jam dan kurang dari satu tahun;

2. Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain;

3. Perjalanan itu, apapun bentuknya harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan atau rekreasi;

4. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di tempat itu.

Pariwisata adalah suatu fenomena yang ditimbulkan oleh kegiatan perjalanan (travel) sebagai salah satu bentuk kegiatan manusia yang digunakan untuk memenuhi keinginan (rasa ingin tahu) yang bersifat rekreatif dan edukatif. Adapun dalam melakukan kegiatan pariwisata seseorang mempunyai motivasi sendiri yang akan diwujudkan dalam bentuk wisata yang dipilihnya.

Piknik dapat menjadi bagian dari pariwisata atau menjadi salah satu kegiatan dalam pariwisata, sedangkan rekreasi biasanya dilakukan dengan santai pada waktu luang atau sengaja meluangkan waktu untuk itu (Warpani dan

(35)

Warpani 2007). Menurut Banapon (2008), motivasi berpariwisata dapat dibagi kedalam empat kategori yaitu: motivasi fisik, motivasi budaya, motivasi antar pribadi, motivasi status dan martabat.

STIPAR (2006), menguraikan 8 (delapan) tipologi pariwisata berdasarkan produk pariwisata, yaitu:

1. Ecotourism (ekowisata): wisata yang bertujuan untuk menikmati kondisi alam yang unik maupun keindahan alam yang ada juga kehidupan tanaman dan binatang liar yang ada didalamnya;

2. Cultural tourism (wisata budaya): wisata untuk mendapatkan pengalaman mengenai suatu cara/gaya hidup yang sedang mengalami kepunahan atau bahkan turut serta hidup dalam cara/gaya hidup dimaksud;

3. Agri-tourism (agrowisata): wisata yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di bidang agro;

4. Adventure tourism (wisata petualangan): wisata yang terkait dengan alam dan lingkungan seperti gunung, sungai, hutan dan sebagainya. Wisata petualang membawa wisatawan berinteraksi sangat dekat dengan alam dan merasakan tantangan alam;

5. Health tourism (wisata kesehatan): wisata yang memiliki fasilitas penyembuhan kesehatan atau manfaat yang berkaitan dengan kesehatan atau dipercaya dapat memulihkan kondisi kesehatan kembali seperti semula; 6. Religion tourism (wisata religi): wisata yang dikaitkan dengan acara

keagamaan, misalnya kunjungan/ziarah ke fasilitas-fasilitas peribadatan atau tempat-tempat religius lainnya;

7. Educational tourism (wisata pendidikan): wisata yang lebih mengutamakan kepada perjalanan yang memiliki kegiatan-kegiatan formal yang berkaitan dengan pelajaran atau dunia pendidikan;

8. Shopping tourism (wisata belanja): wisata ke suatu destinasi wisata untuk memenuhi kebutuhan berbelanja.

Tingkatan daur hidup produk sangat penting diketahui untuk mengukur posisi produk pariwisata saat ini. Konsep daur hidup produk dijelaskan STIPAR (2006) sebagai berikut:

1. Potential: Pada tahap ini, produk masih berupa daya tarik atau atraksi saja, tetapi produk tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan. Pada

Referensi

Dokumen terkait