• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Daya Dukung Kawasan (DDK) .1 Analisis Daya Dukung Fisik (PCC) .1 Analisis Daya Dukung Fisik (PCC)

DAFTAR LAMPIRAN

V. ANALISIS SITUASI PARIWISATA KAWASAN PUNCAK

5.3 Analisis Daya Dukung Kawasan (DDK) .1 Analisis Daya Dukung Fisik (PCC) .1 Analisis Daya Dukung Fisik (PCC)

Daya dukung fisik/Physical Carrying Capacity (PCC) adalah jumlah maksimal pengunjung yang dapat secara fisik memenuhi suatu ruang yang telah ditentukan pada waktu tertentu. Hasil penghitungan PCC terhadap objek wisata yang diamati dapat dilihat pada tabel 47.

Tabel 47. Daya dukung fisik (PCC) untuk kendaraan dan wisatawan berdasarkan lokasi objek tujuan wisata di Kawasan Puncak

No. LOKASI PCC PARKIR PCC RUANG

1 Taman Safari Indonesia 5.556 88.888

2 Telaga Warna 100 2.400

3 Agrowisata Gunung Mas 2.354 11.880

4 Curug Cilember 167 6,000

5 Taman Melrimba 313 8.750

6 Curug Panjang 296 8.889

7 Taman Wisata Matahari 5.149 15.833

PCC yang diukur dalam penelitian ini meliputi PCC untuk tempat parkir dan PCC untuk ruang berwisata, PCC tempat parkir dinyatakan dengan jumlah kendaraan yang dapat ditampung di areal parkir selama masa operasional wisata. Ukuran kendaraan yang digunakan diasumsikan berukuran 2 x 3 m dengan perkiraan 54 m2 cukup untuk 3 mobil atau 18 m2/mobil. Lokasi objek wisata Taman Safari Indonesia menempati urutan terbanyak dalam hal kemampuan menampung kendaraan yaitu 5.556 kendaraan dalam kurun waktu 8 jam waktu operasional wisata dengan waktu pemanfaatan rata-rata pengunjung selama 6 jam. Terbanyak kedua adalah Taman Wisata Matahari dengan jumlah kendaraan 5.149 kendaraan selama waktu operasional 9,5 jam dengan rata-rata waktu yang dimanfaatkan pengunjung 8 jam.

Diantara 7 lokasi yang diamati, objek wisata Taman safari Indonesia dan Taman Wisata Matahari merupakan objek wisata yang menyediakan lahan parkir terluas yaitu masing-masing 75.000 m2 dan 78.055 m2. Kapasitas daya tampung

kendaraan terendah terdapat pada objek wisata Telaga Warna dan Curug Cilember dengan kapasitas masing-masing 100 dan 167 kendaraan dalam kurun waktu rata-rata pemanfaatan selama 5 jam dan 8 jam dengan areal luas lahan parkir masing-masing 20.000 m2 dan 30.000 m2. Berdasarkan gambaran jumlah kendaraan tersebut dapat menjadi alat pengendali bagi pihak manajemen dan pemerintah daerah dalam pengaturan luas lahan parkir dan kapasitas kendaraan yang diperbolehkan atau diizinkan.

Daya dukung fisik (PCC) adalah jumlah maksimal pengunjung yang dapat ditampung secara fisik di suatu OTW akan tergantung dari: (1) Luas areal OTW; 2) Luas areal OTW yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata; (3) Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (jam/hari); (4) Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung; serta 5) Area yang dimanfaatkan oleh 1 pengguna per m2. Nilai PCC diperoleh setelah mengidentifikasi dan pengumpulan data kepada responden serta data-data sekunder tentang OTW yang bersangkutan. Data-data luas lahan keseluruhan dan luas lahan yang benar-benar dimanfaatkan wisatawan serta data waktu operasional OTW diperoleh dari hasil wawancara dengan manajemen OTW sedangkan waktu pengunjung menghabiskan waktu berwisata diperoleh dari hasil wawancara dengan pengunjung di lokasi OTW tersebut.

Adapun batasan atau standar potensi ekologis seorang pengunjung per luasan tertentu diperoleh dari referensi. Berdasarkan pendapat Wong (1991) dalam Rahmawati (2009), standar kelas rendah kebutuhan ruang berwisata didaerah pesisir adalah 10 m2/orang, kelas menengah adalah 15 m2/orang, kelas mewah 20 m2 dan kelas istimewa 30 m2/orang. Pada penelitian ini digunakan standar kelas menengah 15 m2/orang dengan pertimbangan sebagian besar pengunjung ke Kawasan Puncak berada pada kondisi tersebut, salah satu cirinya adalah kedatangan pengunjung berwisata secara berombongan atau keluarga yang tidak terlalu membutuhkan ruang terlalu luas/mewah.

Berdasarkan batasan tersebut maka OTW Taman Safari mempunyai kapasitas menampung pengunjung yang terbesar dibandingkan 6 OTW lain yang diamati yaitu dapat menampung sebanyak 88.889 pengunjung pada luasan lahan 100 ha dalam waktu operasional sekitar 8 jam dengan waktu pemanfaatan rata-rata pengunjung selama 6 jam. Terbanyak kedua adalah pada OTW Taman Wisata Matahari dengan nilai PCC sebesar 15.833 artinya dapat menampung

15.833 pengunjung selama waktu operasional 9,5 jam dengan rata-rata waktu yang dimanfaatkan pengunjung 8 jam pada lahan yang disediakan seluas 20 ha. Sebaliknya untuk luas lahan yang relatif sempit tidak dapat menampung kunjungan dalam jumlah banyak seperti halnya di lokasi Curug Cilember dan Telaga Warna yang hanya dapat menampung 6.000 dan 2.400pengunjung pada luasan lahan masing-masing 3 ha dan 2 ha.

5.3.2 Analisis Daya Dukung Sebenarnya (RCC)

Daya dukung sebenarnya/Real Carrying Capacity (RCC) adalah jumlah kunjungan maksimal untuk sebuah lokasi setelah mempertimbangkan faktor-faktor koreksi yang terjadi di suatu lokasi. Faktor koreksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah curah hujan dengan pertimbangan bahwa curah hujan merupakan faktor yang dapat menghambat kunjungan wisata. Perhitungan RCC di lokasi pengamatan didasarkan data curah hujan di tiga kecamatan seperti yang tampak pada tabel 48.

Tabel 48. Curah hujan dan Hari hujan di Kawasan Puncak

No. IKLIM Cisarua Ciawi Megamendung Rata-rata

1. Curah Hujan (mm/bln) 278,8 49,3 49 125,7

2. Hari Hujan (hh) 19 18 19 18,7

Sumber : Kecamatan Dalam Angka, 2009

Berdasarkan klasifikasi Oldeman tipe iklim di Kawasan Puncak termasuk pada tipe B2 dan C1. Tipe iklim B2 merupakan daerah yang mempunyai 7 sampai 9 bulan basah dan 2 sampai 4 bulan kering. Sedangkan tipe iklim C1 yaitu daerah yang mempunyai 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering. Bulan basah didefinisikan sebagai bulan yang mempunyai curah hujan rata-rata lebih dari 200 mm, sedangkan bulan kering adalah bulan yang mempunyai curah hujan rata-rata kurang dari 100 mm. Tipe iklim B2 terdapat di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Sedangkan tipe ikllim C1 terdapat di Kecamatan Ciawi. Curah hujan di Kawasan Puncak rata-rata 125,7 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 18,7 hh. Berdasarkan data curah hujan, didapati waktu hujan turun rata-rata 6 jam per hari per tahun. Hasil hitungan faktor koreksi curah hujan disajikan pada tabel 49.

Tabel 49. Faktor koreksi curah hujan di lokasi objek wisata tahun 2009

Lokasi Faktor Koreksi (%)

Taman Safari Indonesia 61,37

Telaga Warna 22,74

Agrowisata Gunung Mas 73,65

Curug Cilember 46,03

Taman Melrimba 92,05

Curug Panjang 40,91

Taman Wisata Matahari 46,03

Faktor koreksi merupakan faktor pembatas yang dapat mempengaruhi jumlah pengunjung berdasarkan daya dukung fisik (PCC). Keberadaan faktor pembatas yang mengoreksi jumlah kunjungan berdasarkan daya dukung fisik (PCC), maka daya dukung untuk kunjungan wisatawan yang realistis atau sebenarnya pada setiap lokasi yang diamati, dapat dilihat pada tabel 50.

Tabel 50. Kondisi PCC dan RCC pada setiap lokasi objek tempat wisata

No. LOKASI PCC

(kunjungan/hari)

RCC (kunjungan/hari)

1 Taman Safari Indonesia 88.889 34.338

2 Telaga Warna 2.400 633

3 Agrowisata Gunung Mas 11.880 3.131

4 Curug Cilember 6.000 3.238

5 Taman Melrimba 8.750 695

6 Curug Panjang 8.889 5.252

7 Taman Wisata Matahari 15.833 8.,545

Berdasarkan hasil perhitungan PCC dan RCC diatas, terdapat perbedaan kapasitas daya tampung pengunjung per hari antara sebelum dan setelah diperhitungkan faktor pembatas. Setelah diperhitungkan faktor pembatas berupa faktor koreksi dari curah hujan, maka kapasitas daya dukung pengunjung pada setiap OTW menjadi lebih kecil atau berkurang. Rata-rata pengurangan dari nilai PCC (daya dukung fisik) menuju RCC (daya dukung sebenarnya) adalah antara 1,7 sampai 12,5 kali lipat. Pengurangan terkecil terjadi di OTW Curug Panjang sedangkan terbesar adalah di OTW Taman Melrimba. Perbedaan kelipatan

pengurangan PCC ke RCC dipengaruhi oleh faktor lamanya pengunjung berada di suatu OTW. Rendahnya pengurangan PCC menjadi RCC di OTW Taman Melrimba dipengaruhi masa kunjungan yang relatif pendek di lokasi tersebut yaitu sekitar 4 jam yang sebagian besar digunakan untuk kegiatan makan di restoran, sedangkan waktu kunjungan di OTW yang lain lebih lama yaitu sekitar 6 sampai 9 jam, sehingga faktor pembatas curah hujan tidak seluruhnya mengganggu atau membatasi aktivitas wisata.

5.3.3 Analisis Daya Dukung yang Diperbolehkan/Efektif (ECC)

Setelah mengukur RCC maka dilanjutkan dengan penghitungan ECC atau analisis daya dukung efektif yang dihitung dengan mempertimbangkan kapasitas infrastruktur dan kapasitas manajemen. Kapasitas infrastruktur didasarkan pada lamanya rata-rata pemanfaatan waktu operasional suatu objek wisata oleh pengunjung dibandingkan dengan waktu jarak tempuh dari jalan arteri ke lokasi objek wisata, sedangkan kapasitas manajemen adalah kemampuan pengelola dalam menjalankan usaha wisatanya agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Perbandingan hasil analisis PCC,RCC dan ECC dapat dilihat pada tebel 51 berikut.

Tabel 51. Kondisi PCC, RCC, ECC dan kunjungan wisatawan pada setiap lokasi objek tempat wisata

No. LOKASI PCC (kunjungan/ hari) RCC (kunjungan/ hari) ECC (kunjungan/ hari) Kunjungan Wisatawan (kunjungan/ hari)

1 Taman Safari Indonesia 88.889 34.338 1.771 1.753

2 Telaga Warna 2.400 633 600 41

3 Agrowisata Gunung Mas 11.880 3.131 714 754

4 Curug Cilember 6.000 3.238 424 525

5 Taman Melrimba 8.750 695 1.811 167

6 Curug Panjang 8.889 5.252 532 47

7 Taman Wisata Matahari 15.833 8.546 591 312

Unsur manajemen yang diamati pada penghitungan ini meliputi kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia pegawai dan alokasi anggaran bagi pemeliharaan objek wisata tersebut. Ketiga unsur ini sangat penting karena selain berkaitan dengan kondisi fisik tempat objek wisata yang terpelihara

dengan baik juga dengan kemampuan pelayanan pengelola terhadap pengunjung demi menciptakan kenyamanan berwisata. Gambaran kondisi PCC, RCC dan ECC serta kondisi kunjungan wisatawan disajikan pada gambar 21.

Gambar 21. Kondisi perbandingan antara, RCC dan kunjungan wisatawan pada setiap lokasi objek tempat wisata.

Pada saat kapasitas untuk mengelola sumberdaya kawasan meningkat, maka ECC akan meningkat, namun tidak pernah lebih besar dari RCC meskipun dalam kondisi yang mendukung. Berdasarkan uraian PCC, RCC dan ECC di atas dinyatakan bahwa setiap tingkat urutan merupakan tingkat kapasitas yang telah diperbaiki (dikurangi) dari tingkat sebelumnya, sehingga PCC selalu lebih besar jumlahnya dari RCC, dan RCC lebih besar atau sama dengan ECC, yang dapat dinotasikan dengan: PCC > RCC dan RCC > ECC (Khair Uzunu 2008).

Gambar 22. Kondisi perbandingan antara, ECC dan kunjungan wisatawan pada setiap lokasi objek tempat wisata.

Persamaan diatas dijadikan standar dalam menentukan kapasitas daya dukung fisik di Kawasan Puncak. Jika ECC lebih besar dari RCC dan RCC lebih besar PCC berarti jumlah pengunjung yang memasuki kawasan wisata telah melewati daya dukung fisik kawasan. Manning (1992) dalam Khair Uzunu ((2008) mengatakan ketika indikator variabel tidak sesuai dengan standar yang dibuat, berarti daya dukung terlampaui sehingga diperlukan langkah-langkah kegiatan pengelolaan kawasan. Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 51 dan gambar 22, dapat dijelaskan sebagai berikut: