• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN PARIWISATA KAWASAN PUNCAK

Analisis status keberlanjutan menggunakan metode penilaian cepat multi disiplin (multi disiplinary rapid appraisal), yaitu Multy Dimensional Scaling (MDS) dengan perangkat lunak rapfish. Data yang digunakan untuk analisis adalah data primer dan sekunder. Data primer berupa data-data yang berkaitan dengan kondisi objek wisata, wisatawan, kebijakan dan permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan pariwisata. Sumber data primer terdiri atas: observasi lapangan, kuesioner dan wawancara/diskusi dengan para pakar serta diambil dari hasil analisis bab sebelumnya. Data sekunder berupa dokumen dari berbagai instansi.

Ridwan (2006), melakukan analisis keberlanjutan dengan menggunakan analisis MDS pada 6 dimensi yaitu dimensi ekonomi, ekologi, hukum, kelembagaan, teknologi dan sosial budaya. Perbedaannya terletak pada analisis yang dilakukan selanjutnya yaitu analisis input output antar wilayah. Sedangkan Marhayudi (2006), meneliti keberlanjutan dalam pengelolaan sumber daya hutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat dengan menggunakan analisis MDS pada enam dimensi kemudian dilanjutkan dengan analisis sistem dinamik dan prospektif. Thamrin (2009) meneliti keberlanjutan di Kalimantan Barat dengan menggunakan MDS pada enam dimensi yang sama, namun dengan tambahan analisis kesesuaian lahan, kelayakan finansial dan prospektif.

Penelitian keberlanjutan kawasan pariwisata Puncak Kabupaten Bogor, dilakukan pada lima dimensi keberlanjutan, yaitu: (1) dimensi hukum dan kelembagaan; (2) dimensi ekologi; (3) dimensi ekonomi; (4) dimensi sosial budaya; dan (5) dimensi sarana prasarana, dengan atribut dan nilai scoring hasil pendapat pakar dan data sekunder seperti pada lampiran hasil penelitian. Terhadap semua dimensi tersebut telah dievaluasi dan ditetapkan atribut-atribut penyusunnya. Hasil penetapan atribut dimensi keberlanjutan pariwisata Kawasan Puncak diperoleh 45 atribut yaitu dimensi Hukum dan kelembagaan sebanyak 10 atribut, dimensi ekologi 10 atribut, dimensi ekonomi 9 atribut, dimensi sosial budaya 8 atribut, dan dimensi sarana prasarana 8 atribut. Berdasarkan data pada kondisi eksisting, setiap atribut pada masing-masing dimensi tersebut telah dinilai dan dianalisis untuk menentukan nilai indeks keberlanjutan masing-masing dimensi. Indeks keberlanjutan gabungan antar dimensi ditentukan melalui proses

pembobotan terhadap masing-masing dimensi. Pembobotan dilakukan oleh

stakeholders didasarkan pada scientific judgement sesuai dengan karakteristik

wilayah. Nilai keberlanjutan pada masing-masing dimensi adalah sebagai berikut: 6.1 Status Keberlanjutan Dimensi Hukum dan Kelembagaan

Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi hukum dan kelembagaan terdiri dari sepuluh atribut, yaitu: (1) frekuensi sosialisasi kebijakan dan program tentang pariwisata dan ruang; (2) kebijakan insentif dan disinsentif pengelolaan pariwisata Puncak; (3) frekuensi koordinasi antara berbagai instansi/stakeholder dalam pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak; (4) ketersediaan pedoman teknis dan operasional dalam pengelolaan pariwisata Puncak; (5) jumlah bangunan tidak berizin yang ditertibkan di kawasan Puncak; (6) ketersediaan lembaga yang menangani pengelolaan pariwisata Puncak secara terintegrasi; (7) prosentase jumlah sumber daya manusia yang bekerja di lingkup pariwisata yang telah dilatih kepariwisataan; (8) jumlah kebijakan yang mengatur pariwisata di kawasan Puncak; (9) jumlah lembaga yang terkait dengan pengelolaan pariwisata di kawasan Puncak; dan (10) frekuensi pembinaan dan pengendalian pemerintah kepada pengelola wisata di kawasan Puncak Kabupaten Bogor.

Hasil analisis MDS dengan rap-tourism Puncak menunjukkan indeks keberlanjutan dimensi hukum dan kelembagaan pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak Kabupaten Bogor sebesar 31,86 dengan status tidak berkelanjutan, sebagaimana tertera pada gambar 23.

R A P -T O UR IS M P U NC A K D im en s i H u k u m d an K elem b ag aan 3 1 .8 6 G O O D B A D UP D O W N -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100 120

N ilai In d ikato r K e b e rlan ju tan D ime n s i H u k u m d an K e le mb ag aan R ap -T o u ris m P u n c ak O th e r D is ti n g is h in g F e a tu re s R eal V alue R eferenc es A nc hors

Gambar 23. Indeks keberlanjutan dimensi hukum dan kelembagaan di kawasan Puncak Kabupaten Bogor.

Status tidak berkelanjutan tersebut disebabkan karena terdapatnya lima atribut yang bernilai rendah, yaitu kebijakan insentif dan disinsentif pengelolaan pariwisata Puncak, frekuensi koordinasi antara berbagai instansi/stakeholder dalam pengelolaan pariwisata di kawasan Puncak, jumlah bangunan tidak berizin yang ditertibkan di kawasan Puncak, ketersediaan lembaga yang menangani pengelolaan pariwisata Puncak secara terintegrasi serta prosentase jumlah SDM yang bekerja di lingkup pariwisata yang telah dilatih kepariwisataan. Atribut yang telah dilaksanakan dengan baik adalah frekuensi sosialisasi kebijakan dan program tentang pariwisata dan ruang, ketersediaan pedoman teknis dan operasional dalam pengelolaan pariwisata serta jumlah kebijakan dan kelembagaan yang mengatur pariwisata di kawasan Puncak.

Guna melihat atribut-atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi hukum dan kelembagaan, dilakukan analisis

leverage. Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh 7 atribut yang sensitif

terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi hukum dan kelembagaan yaitu: ketersediaan lembaga yang menangani pengelolaan pariwisata Puncak secara terintegrasi (8,57%), jumlah kebijakan yang mengatur pariwisata (8,35%), ketersediaan pedoman teknis dan operasional dalam pengelolaan pariwisata Puncak (8,28%), prosentase jumlah sumber daya manusia yang bekerja di lingkup pariwisata yang telah dilatih kepariwisataan (7,63%), jumlah bangunan tidak berizin yang ditertibkan di kawasan Puncak (7,46%), jumlah lembaga yang terkait dengan pengelolaan pariwisata di kawasan Puncak (5,38%), dan frekuensi koordinasi antara berbagai instansi/stakeholder dalam pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak (4,72%).

Berdasarkan pendapat pakar dan praktisi serta hasil analisis leverage, maka dapat diketahui pentingnya ketersediaan lembaga yang menangani pengelolaan pariwisata Puncak secara terintegrasi untuk memaduserasikan antara berbagai kebijakan dan kelembagaan yang cukup banyak berperan dan mengatur pengelolaan kawasan Puncak. Demikian pula untuk meningkatkan kinerja pengelolaan pariwisata sangat penting dikelola oleh lembaga secara terintegratif serta didukung dengan ketersediaan pedoman teknis dan operasional pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak yang komprehensif. Hasil analisis leverage dapat dilihat pada gambar 24.

L ev erag e o f A ttrib u tes D im en s i H u k u m d an K elem b ag a an R ap -T o u ris m P u n c a k 4 .1 6 3 .4 6 4 .7 2 8 .2 8 7 .4 6 8 .5 7 7 .6 3 8 .3 5 5 .3 8 3 .9 7 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 F R E K U E NS I S O S IA L IS A S I K E B IJ A K A N K E B IJ A K A N INS E NT IF D A N D IS IN S E N T IF F R E K U E N S I K O O R D IN A S I D L M P E NG E L O L A A N P U NC A K K E T E R S E D IA A N P E D O MA N T E K N IS O P E R A S IO N A L J ML B A N G UN A N T D K B E R IZ IN Y G D IT E R T IB K A N K E T E R S E D IA A N L E MB A G A Y G ME N A NG A N I S E C A R A IN T E G R A T IF P E R S E N TA S E S D M Y G T L H B E K E R J A Y G D IL A T IH P A R IW IS A T A J U ML A H K E B IJ A K A N Y G ME N G A T U R P A R IW IS A T A J UML A H L E MB A G A Y G T E R K A IT P A R IW IS A T A F R E K UE N S I P E MB IN A A N D A N P E N G E N D A L IA N A tt ri b u te R o o t Me a n S q u a re C h a n g e i n O rd i n a ti o n w h e n S e l e c te d A ttri b u te R e m o v e d (o n S u s ta i n a b i l i ty s c a l e 0 to 100)

Gambar 24. Atribut pengungkit dimensi hukum dan kelembagaan di kawasan Puncak Kabupaten Bogor.

6.2 Status Keberlanjutan Dimensi Ekologi

Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi ekologi terdiri dari sepuluh atribut, yaitu: (1) kandungan COD (mg/liter); (2) kepadatan penduduk (jiwa/km2); (3) kepadatan lalu lintas (jumlah kendaraan/luas jalan); (4) luas tutupan lahan hutan (%); (5) kadar total colliform (jumlah/100 ml); (6) jumlah timbulan sampah; (7) daya dukung kawasan wisata; (8) tingkat kebisingan (dBA); (9) frekuensi kejadian bencana alam; dan (10) luas lahan kritis di zona lindung (%).

Adapun nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi di kawasan pariwisata Puncak Kabupaten Bogor sebesar 31,38 dengan status tidak berkelanjutan, sebagaimana tertera pada gambar 25. Nilai indeks keberlanjutan kurang dari 50% ini menunjukkan buruknya kondisi ekologi wilayah. Kemampuan ekologi untuk mendukung aktivitas di wilayah tersebut semakin berkurang. Bilamana daya dukung ekologis ini dibiarkan maka akan berpengaruh terhadap keberlanjutan dimensi lainnya.

R A P -T O UR IS M P UNC A K