• Tidak ada hasil yang ditemukan

Elemen Lembaga yang Terkait dalam Pengelolaan Pariwisata di Kawasan Puncak Kawasan Puncak

DAFTAR LAMPIRAN

VII. ANALISIS STRUKTURISASI KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PARIWISATA DI KAWASAN PUNCAK

7.1.1 Elemen Lembaga yang Terkait dalam Pengelolaan Pariwisata di Kawasan Puncak Kawasan Puncak

Identifikasi elemen lembaga dalam pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak menghasilkan 20 sub elemen yaitu: (1) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; (2) Kepolisian; (3) Dinas Tata Ruang dan Pertanahan; (4) DLLAJ; (5) Dinas Tata Bangunan dan Pemukiman; (6) BAPPEDA; (7) Badan Perizinan Terpadu; (8) Pemerintah Kecamatan; (9) Pemerintah Provinsi Jawa Barat, (10). Pemerintah Desa; (11) SATPOL PP; (12) PHRI; (13) LSM; (14) Perum Perhutani; (15) ASITA; (16) BPD; (17) Badan Lingkungan Hidup; (18) Kelompok Budayawan; (19) Pemerintah Pusat; dan (20) Perbankan.

Hasil kajian sub elemen pada analisis ISM berupa: (1) Matriks jawaban pakar (VAXO), yang disajikan pada tabel 60; (2) Matriks Reachability dan interpretasi dari elemen lembaga, yang disajikan pada tabel 61; (3) Diagram model struktural ISM dari elemen lembaga, seperti disajikan pada gambar 35; dan (4) Matriks driver power-dependence untuk elemen lembaga, disajikan pada gambar 34.

Tabel 64. Matriks jawaban pakar untuk elemen lembaga yang terkait dalam pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak

DISBUDPAR POLISI DTRP DLLAJ DTBP BAPPEDA BPT PEM.KECMT PEMPROV PEMDES SATPOLPP PHRI LSM PERHUTANI ASITA BPD BLH BUDAYAWAN PEM.PUSAT BANK

DISBUDPAR X X X X X X X X X X X V X X X X X X X POLISI X X X X X X X X X X A A X A X X X X DTRP X X A X X X X V V V V V X X V X X DLLAJ X A A A X X X V V X X X X X X X DTBP X X O X X X O O X 0 X X X X X BAPPEDA V V X V V V X X V X V V X X BPT 0 X X X X X X V X X X X X PEM.KECMT X X X A X X X V A X X X PEMPROV V X X X A X X X X X X PEMDES A A X X X A X X X X SATPOLPP X X X X V A V X X PHRI X X X V X X X X LSM X X X X X X X PERHUTANI X X X X X X ASITA V X X X X BPD V V X 0 BLH X X V BUDAYAWAN A V PEM.PUSAT O BANK

Berdasarkan matriks jawaban pakar, kemudian disusun reachability

matriks sebagaimana tertera pada tabel 65.

Tabel 65. Reachability matriks elemen lembaga yang terkait dalam pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak

DISBUDPAR POLISI DTRP DLLAJ DTBP BAPPEDA BPT PEM.KECMT PEMPROV PEMDES SATPOLPP PHRI LSM PERHUTANI ASITA BPD BLH BUDAYAWAN PEM.PUSAT BANK DP RANK

DISBUDPAR 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 1 POLISI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 17 4 DTRP 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 2 DLLAJ 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 4 DTBP 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 16 5 BAPPEDA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19 2 BPT 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 3 PEM.KECMT 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 15 6 PEMPROV 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 2 PEMDES 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 15 6 SATPOLPP 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17 4 PHRI 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 5 LSM 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 5 PERHUTANI 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 2 ASITA 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 5 BPD 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 15 6 BLH 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 17 4 BUDAYAWAN 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 15 6 PEM.PUSAT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 19 2 BANK 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 16 5 DEPT 19 20 14 18 16 10 17 16 19 20 17 16 16 18 18 15 17 19 18 18 RANK 2 1 7 3 5 8 4 5 2 1 4 5 5 3 3 6 4 2 3 3

Selanjutnya, gambaran dari elemen lembaga yang terkait dengan pengelolaan pariwisata, disusun berdasarkan matriks driver power dan

Ma trik s D riv e r P o we r v s D e p e n d e n t K e le m b a g a a n d i K a wa s a n P a riwis a ta P u n c a k L 1 L 14 L 3 L 4 L 5 L 7 L 8 L 9 L 10 L 11 L 12 L 13 L 2 L 1 5 L 16 L 17 L 18 L 19 L 20 13 14 15 16 17 18 19 20 21 13 14 15 16 D ep en d en t17 18 19 20 21 D ri v e r P o w e r A u to n o mo u s In d ep en d en t

Gambar 34. Matriks driver power-dependent elemen lembaga pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak.

Berdasarkan gambar 34, sub elemen dikelompokkan ke dalam empat sektor yakni autonomous, dependent, linkage dan independent. Lembaga yang termasuk ke dalam sektor autonomous terdapat tujuh lembaga, yaitu: (1) Kepolisian (L2); (2) Dinas Tata Bangunan dan Pemukiman (DTBP) (L5); (3) Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) (L11); (4) Persatuan Hotel dan Restoran Seluruh Indonesia (PHRI) (L12); (5) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) (L13); (6) Badan Permusyawaratan Desa (BPD) (L16); dan (7) Badan Lingkungan Hidup (BLH) (L17). Ketujuh lembaga ini memiliki daya dorong yang rendah dan tingkat ketergantungan yang rendah, jadi tidak tergantung pada sub elemen lain dalam mempengaruhi sistem pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak.

Lembaga yang masuk ke dalam sektor dependent ada dua sub elemen, yaitu: (1) Dinas Tata Ruang dan Pertanahan (DTRP) (L3); dan (2) Badan Perizinan Terpadu (BPT) (L7). Kedua lembaga ini memiliki daya dorong yang rendah dan tingkat ketergantungan yang tinggi, sehingga sangat tergantung pada lembaga lain dan tidak dapat mendorong lembaga lain (kedudukannya lemah dalam pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak). Hasil analisis ini memberikan makna bahwa kedua sub elemen lembaga yang berada di sektor

dependent sangat tergantung pada sistem dan tidak mempunyai kekuatan

penggerak yang besar. Berdasarkan strategi pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak posisinya akan mengikuti elemen lainnya yang berada di sektor

independent.

Linkage

Berdasarkan hasil analisis, yang termasuk kedalam sektor linkage ada empat lembaga, yaitu: (1) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (L1); (2) Kepolisian (L2); (3) Pemerintah Provinsi Jawa Barat (L9); dan (4) Pemerintah Pusat (L19). Pada sektor linkage, keempat lembaga ini sangat tergantung pada lembaga lain untuk dapat mendorong lembaga lain dalam pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak. Namun keempat lembaga ini di masa mendatang sebenarnya potensial apabila dikelola dengan baik, karena memiliki daya dorong yang tinggi/kuat, sehingga tingkat ketergantungannya terhadap lembaga lain dapat ditekan.

Berdasarkan hasil analisis, yang termasuk kedalam sektor independent ada tujuh lembaga, yaitu: (1) Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) (L4); (2) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) (L6); (3) Pemerintah Desa (L10); (4) Perum Perhutani (L14); (5) Association of Indonesian

travel agencies (ASITA) (L15); (6) Kelompok budayawan (L18); dan (7)

Perbankan (L20).

Berkenaan dengan pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak, keberadaan Perum Perhutani dan association of Indonesian travel agencies (ASITA), kelompok budayawan dan perbankan tidak mempunyai hubungan hierarkhi yang kuat dengan pemerintah daerah, namun demikian keempat lembaga ini mempunyai daya dorong yang kuat dalam sistem pengelolaan pariwisata dan tingkat dependensi yang rendah atau lebih mandiri. Berkaitan dengan ketujuh lembaga tersebut, ternyata yang berperan sebagai sektor kunci dalam matriks driver power-dependent adalah pemerintah desa (L10) dan kelompok budayawan (L18). Kedua sub elemen lembaga tersebut berada pada sektor independent dengan nilai driver power-dependence memiliki ranking tertinggi, yang berarti dalam strategi pengelolaan kawasan pariwisata Puncak berperan sebagai peubah bebas berkekuatan penggerak besar namun tidak tergantung kepada sistem, karena merupakan garda terdepan bagi lembaga pengelola pariwisata di Kawasan Puncak.

Hasil analisis menggunakan model ISM menghasilkan struktur hirarki sub elemen lembaga dalam pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak seperti yang disajikan pada gambar 35. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat enam level, dimana level pertama adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, yang memiliki daya dorong yang paling besar atau merupakan sektor kunci kelembagaan dalam pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak.

Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bogor terhadap pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak lebih besar dibandingkan Dinas Tata Ruang dan Pertanahan, BAPPEDA, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Perhutani dan Pemerintah Pusat yang berada pada level kedua sehingga Disbudpar menjadi instansi utama yang memberikan masukan dalam menangani urusan pariwisata termasuk didalamnya urusan penataan ruang dan pertanahan, perencanaan pembangunan, kehutanan dan kebijakan pemerintah Provinsi Jawa Barat serta pemerintah pusat yang masuk ke kawasan pariwisata Puncak.

Gambar 35. Strukturisasi lembaga pengelola pariwisata di Kawasan Puncak. Kemudian Perum Perhutani bertugas mengawasi kawasan hutan agar dapat berjalan sesuai fungsinya. Pemerintah Provinsi Jawa Barat berwenang untuk memfasilitasi kawasan pariwisata Puncak sebagai kawasan pariwisata yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dengan kawasan konservasi lingkungan yang terkait dengan daerah hulu-hilir agar tidak terjadi kerusakan lingkungan yang berakibat fatal bagi daerah di sekitar Kawasan Puncak akibat dari kesalahan pengelolaan pariwisata yang kurang memperhatikan daya dukung lingkungan. Apabila ditemukan bangunan liar yang dibangun di kawasan hutan, maka berkoordinasi dengan DTBP, SatPol PP dan Kepolisian untuk melakukan tindakan penertiban. Pada level ketiga terdiri dari Badan Perizinan Terpadu, merupakan instansi yang lebih operasional dalam rangka memberikan perizinan di Kawasan Puncak. Kinerja instansi yang berada dalam level 3 sangat membantu untuk suksesnya pelaksanaan tugas dan fungsi instansi yang berada pada level selanjutnya (level 4), yaitu Kepolisian, Dinas Lalu Lintas dan Angkutan

L20 Level 6 Level 5 Level 4 Level 3 Level 2 Level 1 L19 L16 L13 L18 L8 L10 L15 L4 L11 L17 L12 L5 L2 L14 L6 L3 L7 L1 L9

Jalan, Dinas Tata Bangunan dan Pemukiman, Satuan Polisi among Praja serta Badan Lingkungan Hidup.

Kepolisian dan DLLAJ bertugas untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di sekitar Kawasan Puncak. Dinas Tata Bangunan bertugas mengawasi perizinan yang dihasilkan BPT apakah dalam pelaksanaannya sudah sesuai site plan atau tidak, selain itu fungsi Dinas Tata Bangunan dan Pemukiman juga melakukan pengawasan terhadap seluruh bangunan di Kawasan Puncak apakah memiliki izin atau tidak. SatPol PP bertugas untuk menertibkan bangunan liar di Kawasan Puncak dan penegakan peraturan daerah tentang pariwisata dan tata ruang. Badan Lingkungan Hidup yang menangani urusan pengendalian kualitas lingkungan hidup di kawasan pariwisata Puncak.

Tugas dan fungsi instansi dari level 1 sampai 4 membantu kinerja instansi yang berada pada level 5 dan 6 secara bertahap yaitu Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Association

of Indonesian Travel Agencies (ASITA) dan perbankan. Informasi dan peran

serta PHRI sangat berguna bagi instansi lainnya dalam rangka pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak. Kondisi pariwisata di Kawasan Puncak akan berjalan baik jika kerjasama dengan LSM dapat terlaksana harmonis. Beberapa LSM di Kawasan Puncak antara lain LSM Puncak Lestari memberikan banyak masukan kepada instansi pemerintah untuk terus peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup agar pengelolaan pariwisata dapat terus berkelanjutan.

Association of Indonesian Travel Agencies (ASITA) turut berperan dalam

menyampaikan aspirasi tentang pariwisata di Kawasan Puncak. Sementara perbankan merupakan instansi yang diharapkan berperan aktif dalam pembiayaan pengelolaan pariwisata di Kawasan Puncak.

Selanjutnya level kelima akan mendorong level keenam, yaitu pemerintah desa dan kecamatan, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kelompok Budayawan. Pemerintah Desa dan Kecamatan menjadi garda terdepan dan berperan aktif dalam menangani permasalahan yang terjadi khususnya yang berkaitan dengan sosial budaya dan perekonomian masyarakat di Kawasan Puncak. Pemerintah desa dan kecamatan memotivasi kelompok budayawan untuk terus mempertahankan kelestarian seni dan budaya serta mengembangkan atraksi-atraksi kesenian pada tempat-tempat objek wisata. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) juga turut berperan dalam pengelolaan

pariwisata di Kawasan Puncak, terutama dalam memberikan dukungan kebijakan kepada pemerintah desa dan pemerintah kabupaten. Selanjutnya aspirasi dan program-program BPD harus lebih berpihak pada masyarakat setempat dan kelestarian lingkungan, sehingga dapat memperhatikan dan berperan dalam pembangunan dan pengendalian lingkungan di Kawasan Puncak.

7.1.2 Elemen Kendala Kelembagaan yang dihadapi dalam Pengelolaan