• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. PERTANYAAN PERSETUJUAN v

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. PERTANYAAN PERSETUJUAN v"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

i DAFTAR ISI PERTANYAAN PERSETUJUAN ……… iv PERTANYAAN PERSETUJUAN ……… v KATA PENGANTAR ………... vi ABSTRAK ………... viii ABSTRACT……… ix DAFTAR ISI ……….. x

DAFTAR TABEL ………... xiii

DAFTAR GAMBAR ………... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………. xv BAB I PENDAHULUAN ……….. 1 1.1 Latar Belakang ………... 1 1.2 Rumusan Masalah ……….. 5 1.3 Pertanyaan Penelitian ………. 6 1.4 Tujuan Penelitian ……… 7 1.5 Manfaat Penelitian ……….. 7

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ……….. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 9

2.1 Diare ……….... 9

2.1.1 Definisi Diare ……….. 9

2.1.2 Penyebab Terjadinya Diare ………. 9

2.1.3 Jenis Diare ………. 10

2.1.4 Gejala Diare ……….. 11

2.1.5 Klasifikasi dan Patofisiologi ………. 11

2.1.6 Pencegahan Diare ……….. 12

2.1.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyakit Diare ………. 15

2.2 Lingkungan ………... 21

(2)

ii

2.2.2 Faktor Lingkungan ……… 22

2.3 Air Susu Ibu (ASI) ……… 28

2.3.1 Definisi ASI ……….. 28

2.3.2 Definisi Makanan Prelakteal ………. 30

2.3.3 Fisiologi ASI ………. 31

2.3.4 Jenis-jenis ASI ……….. 32

2.3.5 ASI Eksklusif ……….... 32

2.3.6 Manfaat Pemberian ASI ………... 34

2.4 Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) ……….. 38

2.4.1 Definisi MP-ASI ………... 38

2.4.2 Pemberian MP-ASI ………...… 39

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ………. 41

3.1 Kerangka Konsep ……….. 41

3.2 Variabel dan Definisi Operasional ……… 42

BAB IV METODE PENELITIAN ………... 47

4.1 Karakteristik Penelitian ………. 47

4.1.1 Kriteria Inklusi ……….. 48

4.1.2 Kriteria Eksklusi ………...… 48

4.2 Peran Peneliti ……… 48

4.3 Strategi Pengumpulan Data ……….. 49

4.3.1 Metode ……….. 49

4.3.2 Sampling ……….….. 50

4.4 Pengolahan dan Analisis Data ……….. 51

4.5 Strategi Validasi Data ………... 53

BAB V HASIL ………... 54

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian ……….… 54

5.2 Karakteristik Informan Penelitian ………... 55

5.2.1 Informan Wawancara Mendalam ……….. 55

5.2.2 Informan Kunci (key informan) ……… 56

(3)

iii

5.3.1 Gambaran Kejadian Diare ……… 57

5.3.2 Riwayat Pemberian ASI Eksklusif ……….…….…. 60

5.3.3 Faktor Lingkungan Dalam Kejadian Diare ………..… 65

5.3.4 Faktor Perilaky Ibu yang Menyebabkan Kejadian Diare …………. 68

5.4 Hasil Observasi di Lapangan ……….….. 72

BAB VI PEMBAHASAN ………... 74

6.1 Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Puskesmas III Denpasar Utara ……….… 74

6.2 Hubungan Faktor Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Puskesmas III Denpasar Utara ……….. 77

6.3 Hubungan Faktor Perilaku dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Puskesmas III Denpasar Utara ……….…. 79

BAB VII PENUTUP ……….... 83

7.1 Simpulan ……….. 83

7.2 Saran ……… 83

DAFTAR PUSTAKA ………... 85

(4)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional..………... 40 Tabel 5.1 Karakteristik Infroman Ibu……… 55 Tabel 5.2 Karakteristik Key Informan dari Petugas Kesehatan... 56

(5)

v

DAFTAR GAMBAR

(6)

6

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance Penelitian……… 86

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian……….. 87

Lampiran 3. Lembar Informasi ……… 86

Lampiran 2. Lembar Permohonan Menjadi Responden …..……… 88

Lampiran 3. Pedoman Wawancara Mendalam ……….………... 89

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Mendalam ……… 94

(7)

7 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT SKRIPSI

AGUSTUS 2017 A.A Ayuna Iswari

FAKTOR LINGKUNGAN DAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS III DENPASAR

UTARA

ABSTRAK

Diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Prevalensi kejadian diare menurut Dinas Kesehatan Provinsi Bali cukup tinggi di Denpasar. Pada tahun 2016 angka kejadian diare pada balita laki-laki lebih banyak dari pada balita perempuan. Cakupan ASI Eksklusif di Puskesmas III Denpasar Utara tergolong masih rendah, pada tahun 2016 sebanyak 41,52%. Peningkatan kejadian diare pada bayi dapat disebabkan dalam kesalahan pemberian makanan pada bayi dan karena lingkungan yang tidak bersih menjadi pemicu terjadinya diare.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Pada penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam (in depth interview) dan observasi langsung (direct observation), sampel yang digunakan yaitu 7 ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan dengan riwayat diare di lingkungan Puskesmas III Denpasar Utara.

Hasil penelitian menunjukkan banyak informan yang tidak memberikan ASI eksklusif karena jumlah ASI yang dihasilkan sedikit, informan menganggap nutrisi yang dimiliki ASI tidak memenuhi kebutuhan bayi, dan faktor budaya dari mertua yang sudah memberikan pisang sebelum usia 6 bulan. Tidak semua informan memiliki jamban, sehingga ibu kesehariannya melakukan kegiatan yang berhubungan dengan air dilakukan di sungai contohnya seperti mandi, buang air besar (BAB), mencuci peralatan makan, mencuci baju dan mencuci daging. Tidak semua informan membuang sampah pada tempatnya karena lokasi pembuangan sampah yang jauh sehingga mereka membuang sampah di sungai. Semua informan mengatakan telah mencuci tangan sebelum makan dan sesudah mencuci tangan namun mengeringkan tangan dengan handuk yang di cuci di sungai.

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah menyarankan bagi ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi agar produksi ASI menjadi lancar dan berkualitas. Menjadikan suami atau mertua sebagai sasaran dalam penyuluhan dan pelatihan mengenai ASI eksklusif. Menginformasikan pada pemerintah untuk menyediakan sarana sanitasi bagi warga yang tidak memiliki jamban. Meningkatkan kebersihan lingkungan sekitar dan meningkatkan

personal hygiene dengan cara mencuci tangan menggunakan sabun.

(8)

8 SCHOOL OF PUBLIC HEALTH

FACULTY OF MEDICINE UDAYANA UNIVERSITY NUTRITION OF PUBLIC HEALTH POLICY

MINI THESIS AUGUST 2017

THE ENVIRONMENTAL FACTOR AND HISTORY OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING WITH THE INCIDENCE OF DIARRHEA IN BABIES AGE

BETWEEN 6 – 12 MONTHS IN PUSKESMAS III NORTH DENPASAR

ABSTRACT

Diarrhea is the number one cause of worldwide infants mortality. The prevalence of diarrhea occurrence according to Bali Provincial Health Office is quite high in Denpasar, In 2016 the incidence diarrhea of man toddlers more than women toddlers. Exclusive Breastfeeding coverage at Puskesmas III North Denpasar is still low, in 2016 as much as 41.52%. Increased incidence of diarrhea in infants can be caused in infant feeding errors and because the unclean environment is a trigger for diarrhea.

This study use descriptive with qualitative approach, the sampling technique using the

purposive sampling. In this study using in-depth interview and direct observation, the sample

used were 7 mothers with infants aged 6-12 months with history of diarrhea in the environment of Puskesmas III North Denpasar.

The results showed that many informants did not gave exclusive breastfeeding becaused of the small amount of breastmilk produced, the informants thought that the nutrition of breast milk did not met the baby's needs, and the cultural factor of the in-laws who had given bananas before 6 months of age. Not all informants had latrines, so their daily mothers did activities related to water carried out in rivers such as bathing, defecating, washed cutlery, washed their clothes and washed meat. Not all informants throwed garbage in their place becaused of the remote waste disposal site so they throwed garbage in the river. All informants said they had washed their hands before eating and after washed their hands but dried their hands with a towel which was washed in the river.

Suggestions that can be given from this research is suggest for mother to consume nutritious food for milk production become smoothly and better quality. Making husband or mother-in-law a target in counseling and training on exclusive breastfeeding. Inform the government to provide sanitation facilities for people who do not have latrines and improve the cleanliness of the surrounding environment and improve personal hygiene by washing hands with soap.

(9)

9

BAB I

PE

NDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia, dimana setiap tahun 1,5 juta balita meninggal dunia akibat diare. Berdasarkan survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011, proporsi terbesar penderita diare pada balita adalah kelompok umur 6 – 11 bulan yaitu sebesar 21,65% lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar 14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37%. Hal ini merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan terutama diare yang umumnya diderita oleh bayi dan balita dapat menjadi penyumbang kematian terbesar. Faktor hygiene dan sanitasi lingkungan, kesadaran orang tua untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta pemberian ASI menjadi faktor yang penting dalam menurunkan angka kesakitan diare pada bayi (Oktaviani, et. al, 2014).

Penyakit saluran pencernaan seperti Diare masih cukup tinggi ditemukan di Provinsi Bali. Pada tahun 2015 diperkirakan jumlah target penemuan kasus diare sekitar 88,870 orang meningkat dibandingkan tahun 2014 sebesar 87.845 orang, hal ini dikarenakan perumusan target penemuan kasus berdasarkan jumlah penduduk {10% X (jumlah penduduk/1000) X Angka Kesakitan (214)}. Sementara kasus Diare yang tertangani

(10)

10 sebanyak 79.254 kasus (89,2%) meningkat dari tahun 2014 sebesar 79,5%, dan angka kesakitan diare 214 per 1000 penduduk (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2015).

Menurut UNICEF tahun 2012, diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama pada anak di bawah usia 5 tahun. Diare, pneumonia, dan malaria masih menjadi penyebab utama kematian anak secara global, mengklaim kehidupan sekitar 6.000 anak balita setiap hari. Peningkatan kejadian diare pada bayi dapat disebabkan dalam kesalahan pemberian makanan pada bayi, dimana bayi telah diberikan makanan selain ASI (Air Susu Ibu). Hal tersebut dapat memicu bayi terkena penyakit diare (Razak, 2012).

Perilaku tersebut sangat beresiko bagi bayi untuk terkena diare karena alasan sebagai berikut; (1) pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI, (2) bayi kehilangan kesempatan untuk mendapatkan zat kekebalan yang hanya dapat diperoleh dari ASI, (3) adanya kemungkinan makanan yang diberikan bayi sudah terkontaminasi oleh bakteri karena alat yang digunakan untuk memberikan makanan atau minuman kepada bayi tidak steril. Berbeda dengan makanan padat ataupun susu formula, ASI bagi bayi merupakan makanan yang paling sempurna. Pemberian ASI secara dini dan eksklusif sekurang-kurangnya 4-6 bulan akan membantu mencegah penyakit pada bayi. Hal ini disebabkan karena adanya antibodi penting yang ada dalam kolostrum dan ASI (dalam jumlah yang sedikit). Selain itu ASI juga selalu aman dan bersih sehingga sangat kecil kemungkinan bagi kuman penyakit untuk dapat masuk ke dalam tubuh bayi (Mufida, et.al, 2015). Hasil penelitian pada tahun 2015, diketahui bahwa ada 4 anak atau 11,1% yang terkena diare dari total 7 orang atau 30,6% kelompok yang tidak mendapat ASI eksklusif, dan terdapat 1 anak yang menderita diare dari total 25 anak dari kelompok yang mendapat ASI eksklusif (Prabowo, 2015).

(11)

11 Susu formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang diubah komposisinya menyerupai air susu ibu (ASI), namun tidak bisa sama persis dengan ASI karena komposisi susu formula yang berasal dari susu sapi, yang hanya cocok untuk anak sapi. Masih banyak ibu menyusui yang beranggapan bahwa susu formula lebih baik ketimbang air susu ibu (ASI). Jika dari kandungan gizi yang ada di dalamnya, ASI jauh lebih baik ketimbang susu formula dan lebih aman dikonsumsi. Wakil Ketua Ikatan Konselor Menyusui Indonesia (IKMI) mengatakan, yang perlu diketahui oleh para ibu menyusui adalah bahwa tidak ada satu pun susu formula yang bebas dari kuman. Menurut WHO dan Food and Drugs Association (FDA) semua susu formula tidak steril dan berisiko terkena bakteri termasuk sakazakii (Pudjiadi, 2002).

Ibu memerlukan dukungan dari orang-orang sekitarnya untuk menunjang keberhasilan perilaku ASI eksklusif, baik itu dari keluarga maupun dari petugas kesehatan atau yang menolong persalinan. Peranan keluarga terhadap berhasil tidaknya subjek memberikan ASI Eksklusif sangat besar. Walaupun ibu mengetahui bahwa pemberian MP-ASI terlalu dini dapat mengganggu kesehata bayi namun mereka beranggapan bahwa jika bayi tidak mengalami gangguan makan pemberian MP-ASI dapat dilanjutkan. Selain itu kebiasaan memberikan MP-ASI dini telah dilakukan turun temurun dan tidak pernah menimbulkan masalah. Faktor-faktor penguat berupa peranan tenaga kesehatan, dukun bayi, dan keluarga sebagian besar bersifat negatif sehingga terjadi kegagalan pemberian ASI Eksklusif (Josefa, 2011).

Permasalahan utama dalam pemberian ASI ekslusif adalah sosial budaya antara lain kurangnya kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung, gencarnya promosi susu formula, ibu bekerja dan dukungan keluarga. Adapun

(12)

12 kebiasaan ibu yang tidak mendukung pemberian ASI adalah memberi makanan/minuman setelah bayi lahir seperti madu, air kelapa, nasi papah, pisang dan memberi susu formula sejak dini, orang tua dan keluarga juga masih menyediakan dan menganjurkan pemberian susu formula dan kepercayaan seperti adanya kepercayaan kalau menyusui dapat merusak payudara dan adanya kepercayaan memberikan madu/air manis merupakan suatu ajaran agama. Kemajuan teknologi dan canggihnya komunikasi, serta gencarnya promosi susu formula sebagai pengganti ASI, membuatmasyarakat kurang mempercayai kehebatan ASI, sehingga akhirnya memilih susu formula. Padahal, promosi penambahan Arachidonic Acid (AA), DHA, ARA dan lain sebagainya pada susu formula, ternyata sudah terkandung dalam komposisi ASI. Demikian pula dengan zat kekebalan tubuh (antibodi), kebutuhan gizi dan nutrisi untuk bayi (Prasetyono, 2009).

Lingkungan yang tidak bersih bisa menjadi pemicu munculnya bakteri-bakteri penyebab diare dalam tubuh. Sistem penyebaran diare dalam tubuh diantaranya melalui air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari pun bila memiliki kebersihan yang minim tanah dapat menyebabkan diare. Keluarga hendaknya mempunyai jamban yang baik untuk membuang tinja, balita yang sering membuang tinja sembarang tempat dapat meningkatkan resiko terserang diare karena penyebaran kuman, hendaknya jarak pembuangan tinja 10 meter dari sumber air. Pengelolaan sampah yang tidak benar juga meningkatkan resiko penyakit diare, apabila pembuangan sampah yang di buang di tempat yang tidak tertutup dan dapat dihinggapi lalat kemungkinan resiko penyakit diare lebih rentan (Siswanto dan Widywati, 2016). Prevalensi kejadian diare menurut Dinas Kesehatan Provinsi Bali cukup tinggi di Denpasar, pada tahun 2014 angka kejadian diare pada balita laki-laki sejumlah 365 kejadian dan pada balita perempuan sejumlah 375

(13)

13 kejadian. Selanjutnya pada tahun 2015 angka kejadian diare berkisar 517 pada balita laki-laki dan 672 pada balita perempuan. Sedangkan pada tahu 2016 angka kejadian diare berkisar 528 pada balita laki-laki dan 410 pada balita perempuan. Cakupan ASI Eksklusif di Puskesmas III Denpasar Utara tergolong masih rendah, pada tahun 2016 sebanyak 41,52% cakupan ibu yang memberikan ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas III Denpasar Utara.

Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud melakukan studi kualitatif mengenai faktor lingkungan dan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas III Denpasar Utara.

1.2 Rumusan Masalah

Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Faktor yang penting dalam menurunkan angka kesakitan diare pada bayi adalah faktor higiene dan sanitasi lingkungan, kesadaran orang tua untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta pemberian ASI. Prevalensi kejadian diare menurut Dinas Kesehatan Provinsi Bali cukup tinggi di Denpasar, pada tahun 2014 angka kejadian diare pada balita laki-laki sejumlah 365 kejadian dan pada balita perempuan sejumlah 375 kejadian. Selanjutnya pada tahun 2015 angka kejadian diare berkisar 517 pada balita laki-laki dan 672 pada balita perempuan. Sedangkan pada tahu 2016 angka kejadian diare berkisar 528 pada balita laki-laki dan 410 pada balita perempuan. Cakupan ASI Eksklusif di Puskesmas III Denpasar Utara tergolong masih rendah, pada tahun 2016 sebanyak 41,52% cakupan ibu yang

(14)

14 memberikan ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas III Denpasar Utara. Peningkatan kejadian diare pada bayi dapat disebabkan dalam kesalahan pemberian makanan pada bayi, dimana bayi telah diberikan makanan selain ASI (Air Susu Ibu) dan karena lingkungan yang tidak bersih menjadi pemicu munculnya bakteri-bakteri penyebab diare dalam tubuh. Pada penelitian sebelumnya yang berjudul Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare pada Bayi Umur 0-6 Bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta terdapat hubungan yang signifikan anatara pemberian ASI dengan angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan studi kualitatif terhadap faktor lingkungan dan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas III Denpasar Utara.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka timbul pertanyaan “Bagaimana riwayat pemberian ASI Eksklusif dan bagaimana faktor lingkungan dan faktor perilaku sehingga terjadinya kejadian diare pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas III Denpasar Utara”.

(15)

15 1.4 Tujuan Penelitan

a. Tujuan Umum

Mendapat gambaran tentang peranan riwayat pemberian ASI Eksklusif, faktor lingkungan dan faktor perilaku yang dapat menyebabkan kejadian diare pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas III Denpasar Utara.

b. Tujuan Khusus

- Diketahuinya peranan riwayat pemberian ASI Eksklusif dalam kejadian diare pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas III Denpasar Utara.

- Diketahuinya peranan faktor lingkungan dalam kejadian diare pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas III Denpasar Utara.

- Diketahuinya peranan faktor perilaku dalam kejadian diare pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas III Denpasar Utara.

1.5 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat bahwa pemberian ASI eksklusif, kebersihan lingkungan dan perilaku berdampak sangat baik pada bayi ditinjau dari segi kesehatan. Karena ASI merupakan sumber nutrisi yang dapat memberi perlindungan kepada bayi melalui berbagai zat kekebalan yang dikandungnya dan kebersihan lingkungan serta perilaku yang baik dapat mengurangi angka kejadian diare dengan dapat menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

(16)

16 Memberikan gambaran tentang peranan riwayat pemberian ASI Eksklusif, faktor lingkungan dan faktor perilaku yang dapat menyebabkan kejadian diare pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas III Denpasar Utara untuk menjadi satu pertimbangan dalam pemberian ASI eksklusif dengan memperhatikan kebersihan lingkungan agar tidak menimbulkan penyakit diare.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

a. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab kejadian diare ditinjau dari riwayat pemberian ASI Eksklusif, faktor lingkungan dan faktor perilaku yang dapat mempengaruhinya. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas III Denpasar Utara pada ibu yang memiliki bayi usia 6 sampai 12 bulan, penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni tahun 2017.

b. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan pengumpulan sekunder dan primer. Data sekunder di ambil dari profil Dinas Kesehatan Kota Denpasar dan Puskesmas III Denpasar Utara. Data primer didapatkan dengan melakukan Indepth Interview (wawancara mendalam) kepada ibu bayi dan petugas kesehatan.

Referensi

Dokumen terkait

Tidak hanya pestisida merugikan bagi lingkungan, bahan kimia di dalamnya juga bisa berbahaya bagi manusia atau setiap rumah tangga dapat membuat taman kecil mereka sendiri untuk

[r]

kemandirian, hasil belajar di setiap akhir siklus, dan kinerja guru dalam pembelajaran.. Instrumen pengambil data dirinci tabel

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul ” Pembelajaran Bermodel Siklus Belajar 7E untuk Meningkatkan Keterampilan

Select an operator that has not yet been applied to the current state and apply it to produce a new state. Evaluate the

Kondisi ini menjadi potensi besar dalam upaya pencegahan perambahan hutan TNKS oleh masyarakat penyangga karena juga memperlihatkan bahwa frekuensi masyarakat

Tepat w aktu, informasi yang diterima harus tepat pada waktunya, sebab informasi yang usang (terlambat) tidak mempunyai niali yang baik, sehingga bila digunakan sebagai dasar

Arus kas operasi adalah kegiatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan