• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPACARA WAYONAN DALAM NGEBEKIN DI DESA PAKRAMAN BANYUNING KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPACARA WAYONAN DALAM NGEBEKIN DI DESA PAKRAMAN BANYUNING KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

390 UPACARA WAYONAN DALAM NGEBEKIN DI DESA PAKRAMAN BANYUNING

KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

I Putu Arta Buana

Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar phutu.artha@yahoo.com

Abstrak

Upacara yang memiliki fungsi sebagai suatu cara untuk menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan manifestasi-nya sebagai wujud syukur umat manusia atas apa yang telah di dapat. Upacara Wayonan yang memiliki makna sebagai Upacara untuk memohon kerahayuan, sebagai pembuktian ataupun saksi bahwa segala Upacara yang di laksanakan sudah sesuai dengan aturan yang ada, dan untuk mengetahui keadaan desa Pakraman banyuning secara niskala. Setiap kegiatan Upacara yang dilaksanakan tentunya memiliki fungsi dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya yang belum sepenuhnya di pahami oleh masyarakat banyuning khususnya para generasi muda yang akan menjadi penerus pelaksanaan Upacara Wayonan. Maka dari itu skripsi ini di buat agar masyarakat dapat memahami tentang pelaksanaan Upacara Wayonan dalam Ngebekin.

Adapun permasalahan yang di bahas adalah 1) Bagaimana Prosesi Upacara Wayonan dalam Ngebekin di Desa Pakraman Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng, 2) Apakah Fungsi Upacara Wayonan dalam Ngebekin di Desa Pakraman Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng, 3) Nilai-nilai Pendidikan Agama Hindu Apakah yang terdapat pada Upacara Wayonan dalam Ngebekin di Desa Pakraman Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng.

Teori yang digunakan untuk menganalisis rumusan masalah adalah Teori Interaksi, Teori Religi, Teori Nilai. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan studi dokumentasi. Data yang terkumpul di analisis dengan langkah-langkah reduksi data, display data, dan verifikasi/ kesimpulan data.

Hasil penelitian yang di dapat dalam penelitian ini adalah makna dari pelaksanaan Upacara Wayonan dalam Ngebekin di Desa Pakraman Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng, yang bermakna sebagai Upacara memohon kerahayuan, sebagai bukti tentang bagaima pelaksanaan Upacara untuk mengetahui keadaan desa pakraman banyuning secara Niskala. Fungsi Upacara Wayonan dalam Ngebekin adalah Fungsi Religius dan fungsi sosial. Nilai Pendidikan yang terkandung dalam pelaksanaan Upacara Wayonan adalah nilai pendidikan Tattwa, nilai pendidikan Etika, dan Nilai pendidikan Upacara.

Kata Kunci : Upacara Wayonan, Ngebekin, Pendidikan Agama Hindu I. PENDAHULUAN

Upacara atau Yadnya yang bersumber dari ketiga unsur kerangka dasar agama Hindu, dalam pelaksanaannya pada masing-masing daerah di Bali memiliki perbedaan. Hal ini disebut dengan istilah “Desa Mawacara” yaitu pelaksanaan Upacara atau Yadnya disesuaikan dengan Desa, Kala, dan Patra yang dapat diuraikan sebagai berikut: Desa adalah tempat dari dilaksanakannya Upacara atau Yadnya, Kala adalah waktu kapan dilaksanakannya Upacara atau Yadnya tersebut dan Patra adalah bagaimana keadaan dan bentuk pelaksanaan Upacara

(2)

391 atau Yadnya tersebut. Salah satunya adalah Upacara Wayonan dalam Ngebekin di desa Pakraman Banyuning, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng (Perspektif Pendidikan Agama Hindu).

Upacara Wayonan dalam Ngebekin di Desa Pakraman Banyuning, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng merupakan suatu Upacara yang dilaksanakan pada saat purnama kapat yang bertempat di Pura Desa Banyuning. Upacara Wayonan dalam Ngebekin bertujuan sebagai suatu Upacara untuk nedunang (menurunkan) Ida Bhatara/Bhatari atau para Leluhur untuk memohon keselamatan dalam kehidupan Sekala dan Niskala. Upacara ini memiliki suatu rangkaian pelaksanaan dari upacara, yang diawali dengan mendak ilikita kepura kerta, mendak ngubeng (mepiuning) yang dilaksanakan oleh pemangku di Pura Desa Banyuning bersama dengan masyarakat, lalu masyarakat bersama-sama ngaturang bakti memohon kehadapan Bhatara/Bhatari dan para Leluhur yang telah suci untuk berkenan tedun (turun).

Turunnya Ida Bhatara maupun bhatari dirangkaiakan dengan ngaturang banten penyanggra sebagai suatu persembahan atas berkenan tedunnya Ida Bhatara/Bhatari dan para Leluhur yang telah suci, lalu dilanjutkan dengan Nuur Nabdab Linggih pada saat rangkaian ini dilaksanakan banyak masyarakat mengalami kerauhan (kemasukan) Ida Bhatara/Bhatari dan para leluhur dan pada saat itu juga yang kerauhan (kemasukan) ngeraos (berbicara) bahwa yang ada dalam tubuh masyarakat ini adalah Ida Bhatara/Bhatari dan para Leluhur yang tedun (turun), masyarakat yang kerauhan (kemasukan) Ida Bhatara /Bhatari dan para Leluhur ini juga Ngraos (berbicara) tentang bagaimana pelaksanaan Upacara Wayonan ini dari segi kelengkapan atau kekurangan sarana prasarana pelaksanaan Upacara tersebut, sehingga dari pengeraos (berbicara) tersebut masyarakat meyakini bahwa yang tedun (turun) itu adalah Ida Bhatara/Bhatari dan para Leluhur yang telah suci. Rangkaian selanjutnya adalah pelaksanaan pementasan Tari Baris Gede sebagai wujud penyambutan tedunnya (turun) Ida Bhatara/Bhatari dan Para Leluhur, setelah itu Ngaturang Banten Prani, dan diakhiri dengan Nunas Paica Ida Bhatara/Bhatari dan para Leluhur.

Pada akhir pelaksanaan Upacara Wayonan ini Ida Bhatara/Bhatari dan para leluhur akan mepaica (memberikan) Tirtha dan Wangi-wangian yang nantinya semua itu akan ditunas (diminta) oleh masyarakat yang ikut dalam pelaksanaan Upacara Wayonan tersebut. Kenyataannya dalam penelitian ini masyarakat Desa Banyuning dalam melaksanakan Upacara Wayonan dalam Ngebekin sangat antusias demi terjaganya warisan budaya secara turun-temurun, tetapi dalam pelaksanaannya ada juga sebagian masyarakat kususnya generasi muda kurang memahami fungsi dan nilai-nilai yang terkandung dalam Upacara Wayonan tersebut. Berawal dari hal diatas maka peneliti mencoba mengkaji fungsi dan nilai yang terdapat pada Upacara Wayonan dalam Ngebekin di Desa Pakraman Banyuning, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng (Perspektif Pendidikan Agama Hindu). Harapan peneliti terhadap Upacara Wayonan dalam Ngebekin agar Upacara ini senantiasa dilaksanakan dengan landasan hati yang tulus iklas serta rasa bergotong royong masyarakat demi menjaga kelestarian warisan budaya leluhur secara turun-temurun.

II. PEMBAHASAN

Adapun hasil penelitian dari Upacara Wayonan Dalam Ngebekin di Desa Pakraman Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng.

Upacara Wayonan Dalam Ngebekin yang dibahas dalam sub bab ini adalah yang meliputi: Prosesi Upacara Ngebekin , Fungsi Upacara Ngebekin, dan Nilai-nilai pendidikan dalam Upacara wayonan. Berikut Upacara Wayonan Dalam Ngebekin:

1. Prosesi Ngebekin, Ngebekin dilaksanakan pada Purnama sasih kapat yaitu 1 tahun sekali.Ngebekin dilaksanakan di Desa Pakraman Banyuning yang bertempat di Pura Desa di mana pelaksanaannya yaitu pada Purnama Sasih Kapat yang menjadi puncak karya. Sebelum di laksanakannya Ngebekin seluruh kalangan masyarakat orang tua, sekeha

(3)

392 truna-truni, ataupun anak-anak melaksanakan pembersihan di areal pura sebagai wujud kerja bakti agar lingkungan Pura terlihat bersih sebelum melaksanakan kegiatan. Karena ketika areal pura sudah terlihat bersih maka pikiran pun akan sejuk dan proses Ngebekin pun akan terlaksana dengan baik.

2. Upacara Wayonan, untuk membuktikan ataupun mengetahui sejauh mana upacara ngebekin itu berjalan dengan baik dan untuk mengetahui keberadaan Desa Banyuning secara Niskala, jadi pada saat Upacara Wayonan tersebut terdapat suatu petunjuk-petunjuk tentang situasi atau keadaan Desa Pakraman Banyuning, maka dari itu sangat penting masyarakat untuk melaksanakan Upacara Wayonan agar keadaan Desa dapat di ketahui dan ketika akan terjadi sesuatu dapat di atasi secara langsung.

3. Sarana Upacara Wayonan, Sarana atau banten yang di gunakan dalam Upacara Wayonan adalah 1) Pejati, 2) penebas, 3) Sanggah Urip, 4) Pengulapan Pengambean, 5) Pula Gembal Sekar Petaman, 6) Guru Piduka, 7) pekutusan, 8) Pesipatan Pengiring, 9) jerimpen, 10) Sate Pajegan, 11) Banten Ajang (Banten Penuur), 12) Sesetan Sagi-Sagi,dll. Sedemikian banyak banten yang di buat oleh masyarakat khususnya para Jro Sarati yang ada di Desa Pakraman Banyuning.

4. Pihak yang terlibat dalam Upacara Wayonan 1) Krama Desa, 2) Krama Adat, 3) Krama Banjar, 4) Krama Subak, dan 5) Krama Pemaksan, semuanya ikut serta untuk Nyanggra (menunggu) kedatangan Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk menerima Wahyu yang Akan di sampaikan pada saat Upacara Wayonan tersebut.

Secara khusus, Upacara Wayonan dalam Ngebekin di Desa pakraman Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng mempunyai fungsi yang sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Dalam keterbatas umat Hindu dalam melakukan pendekatan dengan Tuhan sangat terbatas. Atas dasar hal tersebut, umat Hindu banyak mengenal suatu Yadnya yang diantaranya adalah Upacara Dewa Yadnya. Begitu juga dengan masyarakat di Desa Pakraman Banyuning. Upacara Wayonan dalam Upacara Ngebekin. mempunyai Fungsi Religius, dan Fungsi Sosial.

1. Fungsi Religius

merupakan kepercayaan pada berbagai bentuk seperti Dewa, jiwa, serta akhirat, maupun kepercayaan akan benda-benda atau hal-hal yang mengandung kekuatan sakti dan kelahiran kembali, yang dapat membuat pikiran seseorang benar-benar meyakininya. Tentu merupakan satu komlek pikiran yng sering berkaitan dan tidak terpisah-pisah. Sistim Kepercayaan dalam religi berhubungan dengan bayangan manusia terhadap dunia gaib.

2. Fungsi Sosial

nilai yang di pergunakan dalam tatanan pergaulan manusia yang mengatur hubungan yang harmonis antara sesama manusia demi kelangsungan hidup manusia. Jelasnya nilai ini mengatur, membina, dan mengarahkan yang akan terciptanya hubungan yang selaras dan seimbang. Sebagai umat manusia tidak akan bisa melangsungkan kehidupan tanpa adanya suatu kerja sama antara sesama. Jadi dalam sistem sosial adanya suatu interaksi antar masyarakat yang nantinya akan terjalin suatu hubungan yang erat, dalam interaksi tersebut pasti memiliki tujuan yang akan di capai. Begitu pula dalam pelaksanaan Upacara Wayonan terjalinannya interaksi sesama masyarakat banyuning untuk bergotong royong menyukseskan pelaksanaan Upacara tersebut.

Nilai Pendidikan agama Hindu yang terkandung dalam Upacara Wayonan Dalam Ngebekin di Desa Pakraman Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. diantaranya adalah: Nilai Pendidikan Tattwa, dan Nilai Pendidikan Upacara

1. Nilai Pendidikan Tattwa

kebenaran atau suatu pandangan yang benar terhadap apa yang harus dilakukan oleh seseorang baik moral atau material untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan tertinggi termasuk pula apa yang harus diyakini secara langsung sebagai suatu kenyataan langsung sebagai suatu kenyataan dalam kehidupannya. Keyakinan adalah suatu yang bersifat hakiki

(4)

393 yang harus didasari pikiran logis, sehingga timbul rasa kepercayaan dan keimanan. Nilai pendidikan dari aspek tattwa dalam Upacara Wayonan ini mengandung inti bahwa umat manusia telah menyadari keberadaannya di dunia ini tidak terlepas dari pengaruh Tuhan sebagai Maha Pencipta. Oleh karena itu dengan mengadakan upacara ini berarti mengakui kebesaran Tuhan dan mengembalikan apa yang telah didapatkan melalui persembahan atau yajña.

2. Nilai Pendidikan Etika.

pelaksanaan Upacara Wayonan sangat penting, karena semua ketika pelaksana Upacara tidak sesuai dengan aturan dan tata cara berlaku akan berhimbas pada resiko dan kosekwensi jika pelanggaran etika tersebut di lakukan, semua aturan tersebut sudah di wariskan dengan adil oleh para leluhurnya terdahulu, seperti dalam pembuatan sara prasarana banten sudah di bagi secara adil oleh karma desa. Pelaku-pelaku pelaksana Upacara Wayonan dengan sangat disiplin menjaga etikanya dalam menjaga setiap prosesi Upacara karena setiap hal tersebut akan berdampak dalam kehidupan sosial masyarakat Desa Pakraman Banyuning.

3. Nilai Pendidikan Upacara.

Upacara saat Upacara Wayonan memiliki aturan tersendiri tapi tidak melenceng dari aturan yang sudah ada, sarana tersebut di buat sesuai dengan aturan yang sudah di wariskan oleh leluhurnya terdahulu. Masing-masing Krama Desa sudah mempunyai tugas dalam membuat sarana Upacara jadi semua masyarakat ikut adil dalam pelaksanaan Upacara Wayonan, dengan demikian akan memberikan pengetahuan bagi generasi penerus tentang bagaimana cara membuat sarana Upacara yang di gunakan dalam Upacara Wayonan.

III. SIMPULAN

Berdasarkan penyajian analisa data dari bab IV tersebut diatas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

5.1.1 Proses Upacara Wayonan dlam Ngebekin di Desa pakraman Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng dilaksanakan sehari setelah bulan purnama pada sasih kapat, dimana Upacara ini merupakkan wujud sembah bahti masyarakat kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena telah di berikan keselamatan, melalui Upacara meayu-ayu (wayonan). Latar belakang dari pelaksanaan Upacara Wayonan yaitu untuk mengetahui sejauh mana Upacara itu sedah berjalan dengan baik dan untuk mengetahui keberadaan desa banyuning secara niskala, jadi ketika pelaksanaan Upacara Wayonan tersebut terdapat petunjuk-petunjuk tentang keadaan atau situasi yang ada di desa pakraman banyuning.

5.1.2 Fungsi dari pelaksanaan Upacara Wayonan dalam Ngebekin di Desa Pakraman Banyuning kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng, di tinjau dari tiga segi yaitu: 1). Fungsi Religius yaitu fungsi sebagai wujud sembah bakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan leluhur, untuk memohon kerahayuan dalam kehidupan, 2). Fungsi Sosial yaitu dapat dilihat dari serangkaian prosesi Upacara Wayonan yang melibatkan seluruh kalangan masyarakat Banyuning sehingga terjadinya interaksi sosial antar masyarakat baik orang tua, anak-anak, dan truna-truni desa pakraman banyuning. 5.1.3 Nilai Pendidikan Agama Hindu yang terkandung pada Upacara Wayonan dalam

Ngebekin di Desa Pakraman Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng yaitu sebagai berikut: 1). Nilai Pendidikan Tatwa dapat dilihat dari cara masyarakat meyakini keberadaan di dunia ini tidak terlepas dari Pengaruh Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pencipta. . Oleh karena itu dengan mengadakan upacara ini berarti mengakui kebesaran-nya dan mengembalikan apa yang telah didapatkan melalui persembahan atau yajña, 2) Nilai Pendidikan Etika yang terkandung dalam Upacara Wayonan yaitu pelaku-pelaku Upacara senantisa menjalankan proses Upacara sesuai dengan aturan yang telah berlaku dan wariskan oleh leluhurnya terdahulu, sehingga nilai etikanya selalu terjaga demi kelancaran pelaksanaan Upacara Wayonan, 3). Nilai

(5)

394 Upacara yang terkandung dalam Upacara Wayonan terlihat dari segi pembuatan sarana Upacara memberikan pengetahuan dan pendidikan untuk masyarakat terutama pada generasi muda sebagai penerus pelaksana Upacara Wayonan, tentang bagaimana cara membuat sarana Upacara yang digunakan serangkaian Upacara Wayonan yang selalu berpedoman pada ajaran suci dan sastra-sastra agama.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Krisna Adi, Gede.(2015. “Tadisi Mageburan dalam Rangkaian Upacara Piodalan di Pura Desa Sekumpul Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng”,. Skripsi Denpasar: Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.

Angora, etal, 2003, Metoda Penelitian, Jakarta: Universitas Terbuka.

Antari, Novi, Ni Wayan. 2015. “Upacara Ngebekin di Desa Pakraman Sulahan Kecamatan Susut Kabupaten Bangli”. Skripsi Denpasar: Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.

Ari Nuryani, Ni Wayan. 2008.“Upacara Ngebekin di Desa Adat Tinggan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung (Persfaktif Pendidikan Sosioreligius)”, Skripsi Denpasar: Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.

Bandur, Agustinus. 2016. Metodologi, Desain, dan Teknik dengan Analisis Data: Mitra Wacana Media

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.

Dewigita Cahyani. 2013. “Tradisi Meli Bok Dalam Rangkaian Upacara Nelu Bulanin Di Desa Wanagiri Kauh Kecamatan Selemadeg Kabupaten Tabanan (perspektif pendidikan agama hindu)”. Skripsi Denpasar: Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.

Ihsan, Faud. 2005. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Iqbal, Hasan. M. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Iskandar. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada, Restu Agung. Koentjaraningrat. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mardalis, 2014. Metode penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. Margono. 1996. Metodologi penelitian Pendidikan. Jakarta: RinekaCipta.

Moleong, Lexy. J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja. Moleong, Lexy. J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja. Moleong, Lexy. J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja.

Muhibbin, Syah.1999. Psikologi Pendidikan dan Pendekatan Baru. Rosdakarya, Bandung. PT Remaja.

Nasution. 2004. Metode Rescarch (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

Parisada Hindu Dharma. 2014, UPADESA. Tentang Ajaran-ajaran Agama Hindu. Denpasar: ESBE Buku.

Parwata, I Dewa Made Baja. 2015. Prosesi Melukat Tanpa Busana di Pasiraman Pangsut Desa Pakraman Bebalang Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli. Skripsi IHDN Denpasar.

PHDI Pusat. 2001, Himpunan Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-aspek Agama Hindu – I-XV, Denpasar, Proyek Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan Beragama.

Sanjaya, Putu. 2010. Acara Agama Hindu. Surabaya: Paramita.

Sudarsana, I. K. (2016, October). The Importance Of Morals Teaching In Shaping The Students’ Characters In School. In Dharma Acarya Faculty International Seminar (DAFIS) (No. ISBN : 978-602-71567-5-3, pp. 367-376). Dharma Acarya Faculty Hindu Dharma State Institute (IHDN) Denpasar in Association with Jayapangus Press.

Sudarsana, I. K. (2016, June). Praksis Teori Sosial Kognitif dalam Mengembangkan Karakter Peduli Sosial Pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Agama. In

(6)

395 Seminar Nasional (No. ISBN : 978-602-74659-3-0, pp. 82-87). Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.

Sudarsana, I. K. (2016, May). Membentuk Karakter Siswa Sekolah Dasar melalui Pendidikan Alam Terbuka. In Seminar Nasional (No. ISBN : 978-602-72630-6-2, pp. 214-221). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Hindu Fakultas Dharma Acarya IHDN Denpasar.

Redana, Made. 2006. Panduan Praktis Penulisan karya Ilmiah dan Proposal Risert. IHDN: Denpasar.

Ridwan. 2004. Metodologi Teknik Penyusunan Tesis. Bandung: Alfabet Cetakan Pertama. Subagio, Jokop. 1999. Metodologi Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung: Alfabet

Sujarwen, Wiratna.V.2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS. Surayin. 2004. Seri 1 Upacara Yadnya Melangkah Kearah Persiapan Upacara-upacara

Yadnya. Surabaya:Paramita.

Sura, Drs. I Gede, dkk. (2001). Pemghantar Tattwa Darsana. Jakarta : Bimbingan Masayarakat Hindu di Bali

Surpha, I Wayan. 2004. Eksistensi Desa Adat dan Desa Dinas di Bali. Denpasar: Pustaka Bali Pos.

Surya.2014. “Tradisi Colek-colekan Endut dalam Upacara Yadnya di Pura Dede Pemayun Desa Pakraman Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Sekripsi Denpasar: Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Program

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan anugrah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

ii Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karenaatas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Program

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Program

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Program Pendampingan

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Program

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi