1
I. PENDAHULUAN
Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat membuat tuntutan terhadap kebutuhan pangan, papan, dan energi meningkat drastis sampai melebihi kapasitas daya dukung lingkungan. Peningkatan kebutuhan hidup yang melebihi daya dukung lingkungan tersebut berdampak pada peningkatan emisi gas rumah kaca di atamosfer. Hal tersebut dapat mengganggu kelestarian dan keseimbangan lingkungan (Dumadi, 2009).
Emisi gas rumah kaca dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, diantaranya emisi dengan mekanisme alami dan antropogenik. Emisi alami terjadi tanpa campur tangan manusia, misalnya adalah akibat letusan gunung berapi, reaksi dinamik seperti respirasi makhluk hidup, dekomposisi bahan organik, serta pembakaran biomasa. Sedangkan emisi melalui mekanisme antropogenik adalah emisi akibat dari adanya aktifitas manusia, misalnya adalah emisi dari sistem pertanian (seperti budidaya tanaman pertanian, peternakan, dan perikanan), pengadaan energi listrik, transportasi, industri, dan pembukaan lahan untuk tata guna lain. Emisi melalui aktifitas antropogenik diyakini sebagai emisi yang paling besar.
Karbondioksida (CO2) merupakan senyawa kimia yang terdiri atas
dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. Secara alami CO2 dapat diserap oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis.
CO2 yang diserap oleh tumbuhan tersebut selanjutnya diubah menjadi
karbohidrat dengan bantuan sinar matahari. Dengan demikian, salah satu upaya untuk mengurangi CO2 adalah dengan memperbanyak tanaman.
Semakin banyak tanaman yang tumbuh maka akan semakin banyak CO2
yang diserap. Menurut Hairiah, (2007) Hasil karbondioksida antar tanaman berbeda-beda karena beberapa faktor diantaranya adalah jumlah karbon yang diserap dan tersimpan pada vegetasi dan keragaman tumbuhan. Oleh karena itu diperlukan pengujian kemampuan penyerapan berbagai jenis tanaman dalam menyerap CO2.
Tanaman yang banyak dibudidayakan diantaranya adalah kacang panjang. Kacang panjang adalah tanaman sayuran semusim yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan sayuran oleh masyarakat, sehingga tanaman kacang panjang banyak dibudidayakan oleh petani. Asal usul
2
tanaman kacang panjang adalah dari kawasan benua Afrika kemudian meluas ke berbagai negara di dunia. Tanama kacang panjang mempunyai prospek yang cukup bagus karena menjadi bahan makanan yang digermari oleh masyarakat.
Di wilayah Jawa Tengah, kacang panjang banyak dibudidayakan di Kabupaten Banyumas, diantaranya adalah Desa Tambaksoga Kecamatan Sumbang. Desa Tambaksogra berada di bawah lereng selatan Gunung Slamet memiliki sumber pengairan yang cukup melimpah untuk tambak ikan dan lahan pertanian. Lahan pertanian di Tambaksogra banyak ditanami oleh tanaman padi, jagung dan kacang panjang.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut, berapakah jumlah CO2 yang dapat diserap oleh
tanaman kacang panjang, dan apakah umur tanaman kacang panjang mempunyai hubungan dengan jumlah CO2 yang diserap. Berdasarkan
permasalahan di atas, maka tujuan penelitian diarahkan untuk mengetahui jumlah CO2 yang dapat diserap oleh tanaman kacang panjang, serta untuk
mengetahui hubungan umur tanaman kacang panjang dengan daya serap CO2.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung program penurunan gas rumah kaca. Selain itu, manfaat dari hasil penelitian ini diantaranya adalah dapat dijadikan dasar dalam menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan dalam sistem pertanian terutama dalam penyusunan pola tanam dalam pengelolaan lahan sawah, tegalan, maupun hutan rakyat, sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi dan ekologi yang tinggi.