• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN INDUK DAN KABUPATEN PEMEKARANNYA DI PROPINSI SUMATERA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN INDUK DAN KABUPATEN PEMEKARANNYA DI PROPINSI SUMATERA BARAT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

47 - Volume 3, No. 1, Februari 2015

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN INDUK DAN

KABUPATEN PEMEKARANNYA DI PROPINSI SUMATERA BARAT

Yefirson1, Prof. Dr. Raja Masbar, M.Sc2, Dr. Muhammad Nasir, M.Si, MA3 1)

Mahasiswa Magister Ilmu EkonomiPascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3)Dosen Fakultas Ekonomi dan Pasca SarjanaUniversitas Syiah Kuala

Abstract: This study aims to compare the fiscal capacity ,determine whether the General Allocation Fund (DAU) from the central government and Local Revenue (PAD) affects Government Expenditures and to detecets the flypaper effect. The objects of this study are the main and new autonomy districs in West Sumatera Province base on UU Nomor 38/2003. The study used secondary data in the period 2006-2013. The analysis technique used in this research is Financial Performance Index (IKK) and paired test. The estimation by using panel data regression. The results show that the average IKK of main districs is 32,44 and the average IKK of new autonomy districs is 35,20. The results of t-paired test show there are no difference between main distric’s IKK and new autonomy’s IKK. Regression results show that the effect of General Alocation Fund (DAU) and Local Revenue (PAD) are positive and significant on both Regional Expenditure, the main and new autonomy districs. The flypaper effect are not found on the main and new autonomy districts. Expected local government to manage local revenues corresponding dominant economic aspects and better manage regional finances.

Keywords : Financial Performance Indexs (IKK),General Allocation Fund (DAU), Local Revenue (PAD), regional expenditure, flypaper effect.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan kemampuan keuangan daerah dan untuk mengetahui apakah Dana Alokasi Umum (DAU) dari pemerintah pusat dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap Belanja Daerah serta untuk mendeteksi terjadinya flypaper effect. Objek penelitian ini adalah kabupaten induk dan kabupaten pemekarannya di Propinsi Sumatera Barat berdasarkan UU Nomor 38/2003. Data yang digunakan adalah data sekunder periode 2006-2013.Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Indeks Kinerja Keuangan (IKK) dan uji beda-t. Estimasi dilakukan dengan regresi panel menggunakan program Eviews. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata IKK kabupaten induk sebesar 32,44 dan rata-rata IKK kabupaten pemekarannya sebesar 35,20. Hasil uji beda-t menunjukkan tidak ada perbedaan IKK kabupaten induk dan IKK kabupaten pemekarannya. Hasil regresi menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Daerah baik pada kabupaten induk maupun pada kabupaten pemekarannya. Tidak terjadi flypaper effect pada kabupaten induk dan pemekarannya. Diharapkan pemerintah daerah untuk mengelola pendapatan asli daerah sesuai aspek ekonomi yang dominan dan lebih baik dalam pengelolaan keuangan daerah.

Kata kunci : Indeks Kinerja Keuangan (IKK), Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Belanja Daerah, flypaper effect.

PENDAHULUAN

Pelaksanaan pemerintahan daerah menurut Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 yang disempurnakan dengan Undang-undang

Nomor 32 tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 mengenai Pemerintah Daerah menekankan bahwa titik berat ekonomi ada pada kabupaten/kota dengan pertimbangan kabupaten/kota yang langsung berhubungan

(2)

Volume 3, No. 1, Februari 2015 - 48 dengan keadaan masyarakat, sehingga

diharapkan lebih mengerti dan memenuhi aspirasi masyarakat daerah yang bersangkutan.

Pelaksanaan otonomi daerah juga bermuara pada keinginan daerah untuk memekarkan wilayahnya yang kemudian diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 129/2000 tentang Persyaratan Pembentukan, dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah tersebut, pemekaran daerah dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperbaiki pemerataan pembangunan.Konsekuensi dari penerapan otonomi daerah yaitu setiap daerah dituntut untuk meningkatkan pendapatan asli daerah guna membiayai urusan rumah tangganya sendiri.

Propinsi Sumatera Barat sampai dengan tahun 1998 memiliki 14 (empat belas) kabupaten/kota.Semenjak tahun 1999 terdapat pemekaran daerah dan sudah terbentuk 5 kabupaten/kota baru sehingga sampai sekarang terdapat 19 (sembilan belas) kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Barat.Salah satu alasan pemekaran kabupaten/kota tersebut adalah karena pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat belum sepenuhnya terjangkau sehingga diatasi dengan memperpendek rentang kendali pemerintahan melalui pembentukan daerah otonom baru.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 38 Tahun 2003, Propinsi Sumatera Barat membentuk 3 (tiga) Daerah Otonom Baru (DOB) yaitu Kabupaten Dharmasraya

pemekaran dari Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Solok Selatan pemekaran dari Kabupaten Solok dan Kabupaten Pasaman Barat pemekaran dari Kabupaten Pasaman.

Realisasi Pendapatan Daerah kabupaten induk maupun kabupaten pemekarannya meningkat setiap tahunnya. Hal ini didukung oleh peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU).

Keuangan pemerintah daerah tidak saja mencerminkan arah dan pencapaian kebijakan fiskal dalam mendorong pembangunan di daerah secara umum, tetapi juga menggambarkan sejauhmana pelaksanaan tugas dan kewajiban yang diembankan pada pemerintah daerah (kabupaten) dalam konteks desentralisasi fiskal. Aspek keuangan daerah ini melihat beberapa kriteria evaluasi seperti keuangan pusat-daerah (independesi fiskal), fokus belanja (modal, belanja tetap), dan kontribusi ekonomi (total belanja terhadap PDRB). Secara umum kinerja keuangan daerah otonom baru menunjukkan kondisi yang lebih rendah dibandingkan daerah induk.Kinerja keuangan DOB cenderung konstan, sementara kinerja keuangan daerah induk cenderung meningkat.DOB memiliki ketergatungan fiskal yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah induk, dengan kesenjangan yang semakin melebar (Bappenas, 2007).

Masalah keuangan merupakan hal penting dalam kegiatan pemerintah untuk menjalankan fungsi pemerintahannya. Untuk itu pemerintah daerah harus dapat mengetahui kemampuan keuangan daerahnya yang bersumber dari

(3)

49 - Volume 3, No. 1, Februari 2015

Pendapatan Asli Daerah dan sumber lain berupa bantuan dari pemerintah. Fenomena yang terjadi saat ini adalah sumber pembiayaan belanja pemerintah daerah lebih dominan dari Dana Alokasi Umum dan kurang mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Transfer DAU yang diterima tahun berikutnya diusahakan lebih besar dari tahun sekarang sehingga menyebabkan PAD tidak signifikan berpengaruh terhadap Belanja Daerah yang menyebabkan terjadinya flypaper effect. atau pemerintah daerah merespon belanja lebih banyak dari transfer DAU daripada potensi pendapatan asli daerahnya. Dengan arti lain pemberian DAU yang seharusnya menjadi stimulus peningkatan kemandirian daerah, justru direspon berbeda oleh daerah. Daerah tidak menjadi lebih mandiri, malah semakin bergantung pada pemerintah pusat (Ndadari dan Adi, 2008).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan studi tentang kemampuan keuangan daerah dan untuk mengetahui apakah Dana Alokasi Umum dari pemerintah pusat dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap belanja pemerintah daerah pada kabupaten induk dan kabupaten pemekarannya di Provinsi Sumatera Barat serta untuk mendeteksi terjadinya flypaper effect.Untuk itu penulis membuat penelitian dengan judul “Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Induk dan Kabupaten Pemekarannya di Propinsi Sumatera Barat”.

STUDI KEPUSTAKAAN

Otonomi Daerah, Pemekaran Wilayah dan Desentralisasi Fiskal

Menurut Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang merupakan perubahan Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999, menyatakan bahwa otonomi daerah sebagai hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundang-undangan. Implikasi lain dari otonomi daerah adalah adanya pemekaran wilayah/daerah atau pembentukan Daerah Otonom Baru (DOB) yang merupakan konsekuensi logis dari penerapan kebijakan desentralisasi politik oleh pemerintah pusat di daerah.

Desentralisasi fiskal adalah salah satu kebijakan Pemerintah Pusat yang mempunyai prinsip dan tujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (vertical fiscal imbalance) dan antar daerah (horizontal fiscal imbalance), meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah, meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya nasional, tata kelola, transparan, dan akuntabel dalam pelaksanaan kegiatan pengalokasian transfer ke daerah yang tepat sasaran, tepat waktu, efisien, dan adil dalam mendukung kesinambungan fiskal dalam kebijakan ekonomi makro (Mardiasmo, 2002).

Untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, kepada daerah

(4)

Volume 3, No. 1, Februari 2015 - 50 diberikan kewenangan memungut pajak daerah

dan retribusi daerah (local taxing power).Kebijakan transfer ke daerah, terdiri dari Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus. Adapun Dana Perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK), yang merupakan komponen terbesar dari dana transfer ke daerah.

Pendapatan Daerah

Pendapatan Daerah menurut Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 adalah semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar yang merupakan hak pemerintah daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

Sumber Pendapatan Daerah menurut undang-undang tersebut terdiri dari ;

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Adapun sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, yaitu:

1) Hasil Pajak Daerah 2) Retribusi Daerah

3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

b. Dana Perimbangan

c. Lain-lain penerimaan yang sah. Belanja Daerah

Belanja Daerah menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran yang bersangkutan. Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupeten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Flypaper Effect

Flypapereffect merupakan suatu kondisi pada saat pemerintah daerah merespon berbeda (lebih boros) dalam menentukan belanja daerah dengan mendasarkan pada transfer dari pemerintah pusat dibandingkan dengan pendapatan asli daerahnya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pemerintah daerah menunggu alokasi DAU yang diperolehnya sebelum menentukan berapa besar belanja yang akan dihabiskannya, sehingga belanja periode mendatang cenderung lebih besar jumlahnya. Produk Domestik Regional Bruto.

(5)

51 - Volume 3, No. 1, Februari 2015

PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Kuncoro (2006) menyatakan bahwa pendekatan pembangunan tradisional lebih dimaknai sebagai pembangunan yang lebih memfokuskan pada peningkatan PDRB suatu provinsi, Kabupaten, atau kota. Sedangkan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto).

Kemampuan Keuangan Daerah

Kemampuan keuangan dan anggaran daerah pada dasarnya adalah kemampuan dari pemerintah daerah dalam meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerahnya. Kajian kemampuan keuangan daerah pada studi ini dibatasi pada sisi pendapatan dan fokus pada aspek Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) pada Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Solok dan Kabupaten Pasaman sebagai kabupaten induk serta Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Pasaman Barat sebagai kabupaten pemekarannya.

Penelitian Sebelumnya

Penelitian Maimunah (2006) melakukan pengujian adanya flypaper effect pada daerah pemerintah Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera. Dari penelitian diperoleh kesimpulan bahwa adanya flypaper effect Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Daerah pada

kabupaten/kota di Sumatera.Hasil penelitiannya juga menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan flypaper effect terhadap daerah yang PAD tinggi dengan PAD rendah.

Kurniawati (2010) melakukan Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten di Indonesia. Dari penelitian diperoleh kesimpulan bahwa DAU dan PAD berpengaruh positif secara signifikan terhadap belanja daerah.Juga disimpulkan bahwa DAU lebih berpengaruh terhadap belanja daerah dibandingkan PAD.

Selanjutnya Zakiah (2012) dengan penelitiannya berjudul Analisis Perbandingan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) di Kabupaten Aceh Timur, Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Tamiang. Kesimpulan dari hasil penelitiannya adalah ketiga kabupaten belum mandiri dari kemampuan keuangan karena masih mengandalkan bantuan dari pemerintah pusat berupa Dana Perimbangan.

Penelitian Oktavia (2014) dengan penelitiannya berjudul Flypaper Effect : Fenomena Serial Waktu dan Lintas Kabupaten Kota di Jawa Timur 2003-2013 menyimpulkan Pendapatan asli daerah (PAD) dan dana alokasi umum (DAU) secara umum berpengaruh positif terhadap belanja daerah (BD) dan terjadi flypaper effect yang ditunjukkan dengan pengaruh DAU lebih signifikan terhadap Belanja Daerah dari pada pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah.

(6)

Volume 3, No. 1, Februari 2015 - 52 METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan keuangan daerah dan pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah serta mendeteksi adanya flypaper effect. Penelitian ini menggunakan data sekunder berdasarkan runtun waktu (time series) selama kurun waktu 2006-2013 dan cross-section dari 3 (tiga) kabupaten induk dan 3 (tiga) kabupaten pemekarannya.

Analisis data dalam penelitian ini

menggunakan dua metode analisis yaitu

analisis

deskriptif

dan

analisis

kuantitatif.Analisis deskriptif digunakan

untuk

mendeskripsikan

kemampuan

keuangan daerah dan membandingkan

antara kabupaten induk dan kabupaten

pemekarannya.

Analisis

kuantitatif

digunakan untuk mengetahui perbedaan

kemampuan keuangan kabupaten induk

dengan kabupaten pemekaran, berapa

pengaruh

dana

alokasi

umum

dan

pendapatan asli daerah terhadap belanja

daerah

pada

kabupaten

induk

dan

kabupaten pemekarannya serta mendeteksi

apakah terjadi flypaper effect .

Indeks Kemampuan Keuangan Daerah

(IKKD)

Indeks Kinerja Keuangan Daerah (IKKD) untuk kabupaten-i tahun-t, yang secara formal dirumuskan dengan menggunakan sejumlah indikator-indikator (Bappenas, 2007) sebagai

berikut :

Dimana :

IKK = Indeks Kinerja Keuangan. KF = Ketergantungan Fiskal.

KPP = Kapasitas Penciptaan Pendapatan. PBM = Proporsi Belanja Modal.

KSP = Kontribusi Sektor Pemerintah. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan keuangan daerah antara kabupaten induk dan kabupan pemekaran, dilakukan uji beda (T-test) dengan hipotesis :

H

0

: Kemampuan

keuangan

daerah

kabupaten

induk

sama

dengan

kemampuan

keuangan

daerah

kabupaten pemekaran,

H

1

: Kemampuan

keuangan

daerah

kabupaten induk tidak sama dengan

kemampuan

keuangan

daerah

kabupaten pemekaran

Pengaruh DAU dan PAD terhadap Belanja Daerah

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda menggunakan aplikasi Eviews 7.Spesifikasi model yang digunakan diadaptasi dari beberapa penelitian sebelumnya. Model yang dibangun merupakan suatu fungsi matematis sebagai berikut :

Dimana :

BDi,t = Belanja Daerah kabupaten-i tahun-t.

DAUi,t = Dana Alokasi Umum kabupaten-i tahun-t

PADi,t = Pendapatan Asli Daerah kabupaten-i tahun-t

βo = Konstanta β1, β2 = Koefisien regresi

(7)

53 - Volume 3, No. 1, Februari 2015

ei = error term pada kabupaten/kota ke-i pada periode ke-t

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji t Paired

Untuk melihat perbedaan kemampuan keuangan antara kabupaten induk dan kabupaten pemekaran, maka dilakukan dilakukan uji-t dengan perbandingan rata-rata dua sampel / kelompok independent.

Hasil uji-t pada Lampiran 1.10 penelitian ini disimpulkan bahwa kemampuan keuangan kabupaten induk sama dengan kemampuan keuangan kabupaten pemekaran.

Hasil Estimasi Kabupaten Induk

Pengujian fungsi belanja daerah pada kabupaten induk dan kabupaten pemekarannya di Propinsi Sumatera Barat dengan menggunakan regresi panel.

Hasil regresi penelitian pada kabupaten induk dengan metode common effect dapat ditulis sebagai berikut :

BD = -56503,82 + 1,345983*DAU + 3,006194*PAD

Nilai R-square = 0,9507, artinya bahwa variabel dependen (Belanja Daerah) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen (Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah) sebesar 95,07% sedangkan sisanya sebesar 4,93% dijelaskan faktor-faktor lainnya di luar model. Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diinterpretasikan sebagai berikut :

1. Konstanta = -56503,82

Yaitu terjadi defisit anggaran sebesar 56503,82 juta rupiah, dengan asumsi variabel lain dianggap konstan, ceteris paribus.

2. Koefisien parameter variabel dana alokasi umum = 1,345983

Nilai koefisien yang sebesar 1,345983 berarti apabila dana alokasi umum naik sebesar satu juta rupiah, maka jumlah belanja daerah akan naik sebesar 1,345983 juta rupiah, dengan asumsi variabel lain dianggap konstan, ceteris paribus. Dari hasil uji t yang dilakukan, variabel dana alokasi umum terbukti secara statistik berpengaruh positif terhadap jumlah belanja daerah dan signifikan.

3. Koefisien parameter variabel pendapatan asli daerah = 3,006194

Nilai koefisien yang sebesar 3,006194 berarti apabila pendapatan asli daerah naik sebesar satu juta rupiah, maka jumlah belanja daerah akan naik sebesar 3,006194 juta rupiah, dengan asumsi variabel lain dianggap konstan, ceteris paribus. Dari hasil uji t yang dilakukan, variabel pendapatan asli daerah terbukti secara statistik berpengaruh positif terhadap jumlah belanja daerah dan signifikan.

Hasil Estimasi Kabupaten Pemekaran Hasil regresi penelitian pada kabupaten pemekaran dengan metode fixed effect dapat ditulis sebagai berikut :

BD = - 4761,34 + 0,999597*DAU + 5,900342*PAD

(8)

Volume 3, No. 1, Februari 2015 - 54 variabel dependen (Belanja Daerah) dapat

dijelaskan oleh variabel-variabel independen (Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah) sebesar 94,36% sedangkan sisanya sebesar 5,64% dijelaskan faktor-faktor lainnya di luar model. Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diinterpretasikan sebagai berikut : 1. Konstanta = -4761,34

Yaitu terjadi defisit anggaran sebesar 4761,34 juta rupiah, dengan asumsi variabel lain dianggap konstan, ceteris paribus. 2. Koefisien parameter variabel dana alokasi

umum= 0,999597

Nilai koefisien yang sebesar 0,999597 berarti apabila dana alokasi umum naik sebesar satu juta rupiah, maka jumlah belanja daerah akan naik sebesar 0,999597 juta rupiah, dengan asumsi variabel lain dianggap konstan, ceteris paribus. Dari hasil uji t yang dilakukan, variabel dana alokasi umum terbukti secara statistik berpengaruh positif terhadap jumlah belanja daerah dan signifikan.

3. Koefisien parameter variabel pendapatan asli daerah = 5,900342

Nilai koefisien yang sebesar 5,900342 berarti apabila pendapatan asli daerah naik sebesar satu juta rupiah, maka jumlah belanja daerah akan naik sebesar 5,900342 juta rupiah, dengan asumsi variabel lain dianggap konstan, ceteris paribus. Dari hasil uji t yang dilakukan, variabel pendapatan asli daerah terbukti secara statistik berpengaruh positif terhadap jumlah belanja daerah dan signifikan.

Pembahasan

Analisis Kemampuan Keuangan

Dari hasil penelitian, baik kabupaten induk maupun kabupaten pemekaran memiliki ketergantungan fiskal yang tinggi terhadap pemerintah pusat dalam membiayai APBD di daerahnya. Rasio DAU terhadap total belanja daerah pada kabupaten induk berkisar antara 60,72%-78,67% sedangkan pada kabupaten pemekaran berkisar antara 58,85%-80,23%.

Hasil uji beda terhadap kinerja keuangan kabupaten induk dan kabupaten pemekarannya di Propinsi Sumatera Barat, disimpulkan bahwa kinerja keuangan antara kabupaten induk dan kabupaten pemekarannya adalah sama. Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Bappenas (2007) yang menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan antara kabupaten induk dan kabupaten pemekaran, dimana kinerja keuangan daerah pemekaran lebih rendah dari daerah induk

Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah

Hasil estimasi antara Dana Alokasi Umum(DAU) terhadap Belanja Daerah pada kabupaten induk maupun pemekarannya di Propinsi Sumatera Barat, menunjukkan bahwa DAU berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah.

Nilai koefisien DAU pada kabupaten induk diperoleh sebesar 1,345983 dan pada kabupaten pemekaran nilai koefisien DAU sebesar 0,999597.Ini berarti peningkatan DAU lebih besar pengaruhnya terhadap peningkatan

(9)

55 - Volume 3, No. 1, Februari 2015

belanja daerah di kabupaten induk daripada kabupaten pemekarannya.

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah

Berdasarkan hasil estimasi antara pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah pada kabupaten induk maupun kabupaten pemekarannya di Propinsi Sumatera Barat menunjukkan bahwa PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah.

Nilai koefisien PAD pada kabupaten induk diperoleh sebesar 3,006194 dan pada kabupaten pemekaran nilai koefisien PAD sebesar 5,900342.Ini berarti peningkatan DAU lebih besar pengaruhnya terhadap peningkatan belanja daerah di kabupaten pemekaran daripada kabupaten induk.

Flypaper Effect

Hasil penelitian yang dilakukan pada 3 (tiga) kabupaten induk dan 3 (tiga) kabupaten pemekarannya di Propinsi Sumatera Barat periode tahun 2006 sampai tahun 2013, ditemukan fakta bahwa kapasitas fiskal daerah memiliki pengaruh yang lebih dominan terhadap belanja daerah daripada pengaruh dana alokasi umum terhadap belanja daerah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terjadi flypaper effect pada belanja daerah, baik kabupaten induk maupun kabupaten pemekaran di propinsi Sumatera Barat.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan keuangan daerah antara kabupaten induk dan kabupaten pemekaran. Kabupaten induk maupun kabupaten pemekarannya masih mempunyai ketergantungan fiskal yang tinggi terhadap pemerintah pusat.

2. Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Daerah baik pada kabupaten induk maupun pada kabupaten pemekarannya, hasil penelitian menunjukkan kesesuaian dengan hipotesis penelitian ini.

3. Tidak terjadi flypaper effect pada belanja daerah, baik kabupaten induk maupun kabupaten pemekarannya. Dari hasil penelitian, koefisien PAD lebih besar daripada koefisien DAU dan keduanya signifikan. Hasil penelitian bertentangan dengan hipotesis bahwa terjadi flypaper effect pada belanja daerah.

Saran

Dari hasil penelitian yang telah disimpulkan diatas, ada beberapa hal yang menjadi saran dari penulis, yaitu :

1. Dengan lebih besarnya pengaruh pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah namun rasio pendapatan asli daerah terhadap pendapatan daerah yang sangat rendah, diharapkan kepada pemerintah daerah mengelola pendapatan

(10)

Volume 3, No. 1, Februari 2015 - 56 asli daerah di daerahnya sesuai dengan

aspek perekonomian yang dominan. Dalam usaha peningkatan pendapatan asli daerah, pemerintah daerah dilarang menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi, menghambat mobilisasi penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah dan kegiatan ekspor/impor. 2. Pemerintah daerah diharapkan lebih baik

dalam pengelolaan keuangan daerah. Salah satu strateginya adalah melakukan perencanaan keuangan, dengan selalu menggali potensi pendapatan dan melakukan efesiensi belanja sehingga bisa mengurangi atau menghilangkan defisit anggaran.

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas. 2007. Studi Evaluasi Pemekaran Daerah. Jakarta : BRIDGE.

Kuncoro, M. 2006. Otonomi dan Pembangunan Daerah.Jakarta : Erlangga.

Kurniawati, F.R. 2010. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah Provinsi, Kota, dan Kabupaten di Indonesia. Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta Maimunah, M. 2006, Flypaper Effect Pada

Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah Pada

Kabupaten/Kota di Pulau

Sumatra.Simposium Nasional Akuntansi IX.

Mardiasmo. 2002. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Ndadari, L.W., dan Adi, P.H. 2008. Perilaku Asimetris Pemerintah Daerah terhadap Transfer Pemerintah Pusat. The 2nd National Conference UKWMS Surabaya, 6 September 2008

Oktavia, D. 2014. Flypaper Effect : Fenomena Serial Waktu dan Lintas Kabupaten Kota di Jawa Timur 2003-2013. Jurnal Akuntansi Universitas Jember – Vol. 12 No. 2 Desember 2014

Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Pasaman Barat di Propinsi Sumatera Barat.

_____________, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

_____________, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

_____________, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Pertama peneliti ingin bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rachmat dan hidayahnya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Penilaian Kinerja Dengan ROI

Untuk dapat menjalankan aplikasi ini, sebaiknya telepon selular harus yang mendukung GPRS dan terkoneksi dengan internet agar server dapat terhubung dengan

Untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih ( good governance) , selaras dengan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawab, maka instansi

Peneliti mengambil posisi sebagai perempuan dengan menggunakan perspektif psikologi perempuan untuk melihat diri ibu dan anak perempuan dalam keluarga Tionghoa secara holistik

Sasaran strategis Persentase Perkara Yang Tidak Mengajukan Upaya Hukum Kasasi dimaksudkan untuk menggambarkan upaya Pengadilan Negeri Lubuklinggau dalam memutus

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang dilakukan peneliti selama pembelajaran di kelas eksperimen dengan menggunakan media pembelajaran komik matematika, yaitu

Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru ]alur seleksi Mandiri (sM) Gelombang II universitas Negeri yogyakarta memberikan. penghargaan dan mengucapkan terima kasih,

Guru menjelaskan materi tentang pengertian, jenis, fungsi dan simbol estetika karya seni musik dengan Prezi Desktop yang didalamnya terdapat slide presentasi materi