• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-1 MARET 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-1 MARET 2013"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KINERJA SIM PM-BLM TRIWULAN KE-1 MARET 2013

PERHITUNGAN EVALUASI KINERJA SIM Sama hal nya dengan hasil evaluasi kinerja SIM Triwulan 4 Tahun 2012 yang telah ditayangkan di web p2kp.org, perhitungan evaluasi kinerja SIM untuk triwulan 1 Tahun 2013 masih menggunakan instrumen yang sama. Nilai akhir didapat dari penjumlahan 4 aspek utama penilaian dengan bobot nilainya. Formulasinya tertera seperti di bawah ini.

Evkin SIM= ([35% Kelengkapan] + [35% Akurasi] + [15% Ketepatan Kirim Data] + [15% Konsistensi])

Variabel kelengkapan merupakan agregasi dari kelengkapan data Quick Status, PM-BLM mulai dari tahun 2010-2012.

Variabel akurasi didapat dari perbandingan jumlah data infrastruktur yang tidak terindikasi anomali dibagi dengan jumlah data keseluruhan infrastruktur.

Variabel ketepatan pengiriman data yang dimaksud adalah pengiriman data dari setiap pelaku SIM di Kota Kabupaten ke Database Server, dikatakan tepat waktu bila pengiriman data pertama maksimal tanggal 5 setiap bulannya, dan maksimal tanggal 25 untuk pengiriman data kedua. Bila terpenuhi persyaratan tersebut diberikan nilai 1 sedangkan kebalikannya diberi nilai 0.

Variabel konsistensi data didapat dari pengecekan khusus untuk 11 item data informasi umum, dengan cara membandingkan profil kota kabupaten pada bulan Januari dengan bulan Pebruari.

Hasil akhir dari aspek pengukuran dengan variabel dan bobot nilai, maka didapatkan interval skor dan kategorisasinya sebagai

Skor Kategori

85 -100 Sangat Memuaskan 70 - 84 Memuaskan

0 - 69 Tidak Memuaskan

Tabel 1. Skor dan kategori kinerja SIM

Skor dan kategori di atas diberlakukan sama untuk hasil akhir evaluasi kinerja SIM tingkat Kota Kabupaten, Provinsi dan OSP.

KINERJA SIM TINGKAT KOTA KABUPATEN

Mulai dari triwulan pertama tahun 2013 ini tingkat kedalaman evaluasi kinerja SIM menyertakan tingkat Kota Kabupaten. Mengingat cakupan Kota Kabupaten begitu besar (157 Kota Kabupaten) maka paparan evaluasi kinerja SIM nya tidak dianalisa secara menyeluruh cukup hanya menampilkan hasil akhir 10 Kota Kabupaten tertinggi dan 10 Kota Kabupaten terendah kinerja SIM nya, akan tetapi secara prinsip kinerja SIM tingkat Kota Kabupaten pasti membawa pengaruh pada capaian kinerja tingkat Provinsi dan OSP. Berikut ini hasil tabulasi 10 peringkat tertinggi kinerja SIM tingkat Kota Kabupaten.

Tabel 2. 10 Kota Kabupaten tertinggi berdasarkan 4 aspek penilaian kinerja SIM Keterangan : N1=Kelengkapan, N2=Akurasi, N3=Ketepatan Pengiriman, N4=Konsistensi

Tabulasi di atas bila berdasarkan perhitungan Bobot dan Skor didapatkan hasil kategorinya seperti di bawah ini.

(2)

Tabel 3. 10 Kota Kabupaten tertinggi berdasarkan Bobot dan Skor 4 aspek penilaian kinerja SIM Keterangan : Skor1=Kelengkapan, Skor2=Akurasi, Skor3=Ketepatan Pengiriman, Skor4=Konsistensi

Grafik 1. 10 Kota Kabupaten capaian kinerja SIM tertinggi

Tabulasi berikutnya adalah 10 Kota Kabupaten capaian kinerja SIM terendah.

Tabel 4. 10 Kota Kabupaten terendah berdasarkan 4 aspek penilaian kinerja SIM Keterangan : N1=Kelengkapan, N2=Akurasi, N3=Ketepatan Pengiriman, N4=Konsistensi

Sedangkan berdasarkan perhitungan Bobot dan Skor didapatkan hasil kategorinya seperti di bawah ini.

Tabel 5. 10 Kota Kabupaten terendah berdasarkan Bobot dan Skor 4 aspek penilaian kinerja SIM Keterangan : Skor1=Kelengkapan, Skor2=Akurasi, Skor3=Ketepatan Pengiriman, Skor4=Konsistensi

Grafik 2. 10 Kota Kabupaten capaian kinerja SIM terendah

Bila Komparasi dilakukan antara 10 Kota Kabupaten dengan capaian tertinggi dengan 10 Kota Kabupaten dengan capaian terendah, maka dapat disarikan bebepa hasil analisa sebagai berikut:

Kota Belitung menduduki capaian tertinggi dengan hasil akhir 97.55% (Sangat Memuaskan), sedangkan capaian terendah disandang oleh Kota Gorontalo dengan hasil akhir 50.03% (Tdk. Memuaskan).

Kota Kabupaten yang terdapat dalam rangking 10 besar seluruhnya masuk dalam kategori "Sangat Memuaskan", dengan hasil akhir diatas 90%, sedangkan untuk 10 Kota Kabupaten dengan capaian terendah semua masuk dalam kategori "Tdk Memuaskan".

Aspek akurasi data dan ketepatan pengiriman data dapat mencapai bobot maksimal (35% dan 15% Kota Bitung) untuk 10 Kota Kabupaten yang masuk capaian tertinggi, sebaliknya untuk 10 Kota Kabupaten capaian terendah juga masuk dalam aspek akurasi data (0% Kota Gorontalo) dan ketepatan pengiriman data (0% Kota Baubau).

Capaian rata-rata Kota Kabupaten untuk Kelengkapan Data baru mencapai angka 71.03% dengan skor 24.86%. Angka capaian ini masih dibawah target KPI Kelengkapan data yakni angka diatas 90%

(3)

Capaian rata-rata Kota Kabupaten untuk akurasi data baru mencapai angka 78.03% dengan skor 27.31%.

Capaian rata-rata Kota Kabupaten untuk ketepatan pengiriman data baru mencapai angka 76.15% dengan skor 11.40%.

Capaian rata-rata Kota Kabupaten untuk konsistensi data telah mencapai angka 98.66%, yang merupakan capaian rata-rata tertinggi dari 3 aspek lainnya.

Dengan jumlah cakupan 157 Kota Kabupaten dampingan, dapat dipetakan kota kabupaten tersebut dalam 3 kategori sebagi berikut:

1. Sangat Memuaskan terdapat 51 Kota Kabupaten atau 32%. 2. Memuaskan terdapat 75 Kota

Kabupaten atau 48%.

3. Tidak Memuaskan terdapat 31 Kota Kabupaten atau 20%

4. Untuk kategori "Sangat Memuaskan" hanya tersebar dalam OSP 5 (Jawa), OSP 6 (Kalimantan) dan OSP 8 (Sulawesi). Dua OSP lainnya tidak ada satupun Kota Kabupaten yang memenuhi kategori "Sangat Memuaskan"

Grafik 3. Kategori capaian kinerja sim Kota Kabupaten KINERJA SIM TINGKAT PROVINSI

Kinerja SIM tingkat Provinsi merupakan hasil agregasi dari capaian tingkat Kota Kabupaten,

triwulan ke-1 bulan Maret 2013 tingkat provinsi.

Tabel 6.Capaian 4 aspek penilaian kinerja SIM tingkat Provinsi

Tabel 7. Capaian kinerja SIM tingkat Provinsi

(4)

Berdasarkan tabulasi dan grafik di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

Terdapat 6 provinsi (31%) yang memiliki skor di atas 85% dengan kategori "Sangat Memuaskan" yakni; Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, DI Jogyakarta, Jawa Tengah dan Sulawesi Tengah. Ada peningkatan 3 provinsi dari evaluasi bulan Desember 2012.

Terdapat 7 provinsi (37%) yang memiliki skor di atas 70% dengan kategori "Memuaskan" yakni; Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Jawa Timur, Papua Barat, Papua, Kalimantan Timur dan Sulawesi Tenggara.

Selainnya 6 provinsi (32%) yang memiliki skor kurang dari 70% dengan kategori "Tidak memuaskan"

Skor rata-rata capaian kinerja SIM PM-BLM secara umum untuk periode I Maret tahun 2013 adalah 76.84 % atau masuk dalam kategori "Memuaskan". Terdapat peningkatan dari evaluasi sebelumnya baik dari nilai skor yang dicapai maupun kategorinya dengan delta progres rata-rata 12.01%. Khusus untuk provinsi Jogyakarta, Jawa Tengah, Maluku, Papua Barat, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan dan Bali capaian delta progresnya di atas delta progres nilai rata-rata.

Provinsi Jogyakarta dan Jawa Tengah melakukan meningkat drastis baik dari capaian skor maupun ranking yang didapat dibanding dengan evaluasi sebelumnya, sehingga peta komposisi rangking untuk evaluasi Maret 2013 sangat berubah komposisi provinsi naik dan turunnya. Hanya ada provinsi yang posisi rangkingnya diam di tempat yakni provinsi Nusa Tenggara Barat (ranking 15).

Grafik 6. Komposisi Capaian Evaluasi Kinerja SIM berdasarkan Kategori per Provinsi

Provinsi Kalimantan Tengah menduduki ranking pertama dengan skor akhir 91.51% menggeser provinsi Sulawesi Barat (91.44%) yang pada evaluasi sebelumnya menduduki rangking pertama.

Berikut capaian rincian berdasakan 4 aspek pengukurannya untuk tingkat provinsi, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

Kelengkapan Data (Bobot 35%).

Sumber data yang digunakan untuk menghitung kelengkapan data adalah data dari SIM PM-BLM mulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dan kelengkapan data Quick Status, sedangkan status data yang digunakan adalah tanggal 29 Pebruari 2013. Beberapa capaian yang didapat dari kelengkapan data tingkat provinsi adalah sebagai berikut:

Capaikan kelengkapan tertinggi dengan skor 32.11% dan masih dipertahankan oleh provinsi Sulawesi Barat, sedangkan capaian terendah adalah skor 18.34% dicapai oleh provinsi Papua. Dan masih tidak ada satu pun provinsi yang mencapai skor 35% sebagai nilai tertinggi. Capaian rata-rata untuk kelengkapan data baru mencapai skor 25.33% dengan deviasi 9.67%.

(5)

Akurasi Data ( Bobot 35%).

Sumber data yang digunakan untuk mengukur tingkat akurasi data SIM PM-BLM masih bersumber pada ambang batas kegiatan khususnya untuk data SIM kegiatan infrastruktur dengan status data 29 Pebruari 2013.

Perhitungan akurasi untuk evaluasi kinerja Maret 2013 ini, ada sedikit perubahan dari evaluasi sebelumnya; yakni variabelnya berdasarkan ([Jumlah kegiatan infrastruktur]-[Jumlah kegiatan indikasi anomali]/infrastruktur]-[Jumlah Kegiatan infrastruktur]). Beberapa capaian yang didapat dari tingkat akurasi data SIM PM-BLM provinsi adalah sebagai berikut:

Tidak ada satupun provinsi yang mencapai skor akurasi datanya mencapai skor maksimal (35%), akan tetapi masuk dalam kategori maksimal yakni; Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat. Capaian akurasi data terendah adalah 14.76% disandang oleh provinsi Bali. Terjadi penurunan untuk capaian bobot kelengkapan dari evaluasi sebelumnya, karena pada evaluasi sebelumnya terdapat 3 provinsi yang dapat mencapai skor dan bobot maksimal 35%.

Capaian skor rata-rata untuk akurasi data telah mencapai 25.88% terjadi delta progres dari evaluasi sebelumnya sebesar 10.76% atau dengan tingkat deviasi dari total bobot akurasi (35%) sebesar 9.12%.

Konsitensi Data (15%)

Sumber data yang digunakan untuk mengukur tingkat konsistensi data SIM PM-BLM adalah dari arsip/profil SIM tingkat Kota Kabupaten untuk bulan Januari dan bulan Pebruari 2013 PNPM-MP tahun 2012 (siklus tahun 2, 3 dan 4). Langkahnya adalah dengan

telah dianggap statik khususnya untuk 11 item data-data yang terdapat dalam informasi umum, seperti data jumlah kelurahan, jumlah dusun, Jumlah RW, Jumlah RT, Jumlah KK dan Jumlah Penduduk Dewasa. Bila data-data tersebut terjadi perubahan, maka dapat disimpulkan telah terjadi inkonsistensi data didalamnya. Berikut ringkasan capaian.

Tidak ada satu pun provinsi yang mencapai skor maksimal 15%. Hal ini berarti terjadi penurunan capaian skor dari hasil evaluasi sebelumnya, yang mencapai 11 provinsi dengan skor maksimal 15%. Artinya dari 2 bulan profil yang dibandingkan tersebut mengindikasikan masih terjadinya perubahan pada 11 item yang ada di data informasi umum.

Capaian rata-rata untuk konsistensi data sudah mencapai skor 14.80% dengan deviasi 0.20%.

Ketepatan Pengiriman Data (Bobot 15%)

Aspek penilaian berikutnya adalah status pengiriman data setiap bulannya. Pencatatan dilakukan untuk provinsi yang tidak mengirim data SIM PM-BLM atau juga mengirim tapi tidak tepat waktu. Berikut ringkasan capaian untuk ketepatan pengiriman data selama bulan Pebruari 2013.

Terdapat 3 provinsi yang tingkat ketepatan pengiriman datanya mencapai angka skor maksimal 15% yakni; Kalimantan Timur, DI Yogyakarta, dan Papua. 8 Provinsi mencapai skor 10% ke atasnya dan sisanya 8 provinsi yang capaiannya di bawah skor 10%.

Capaian rata-rata untuk ketepatan pengiriman data SIM mencapai skor 10.83% dengan deviasi 4.17%. Terjadi penurunan skor dari evaluasi sebelumnya.

(6)

Grafik 7. 4 Aspek capaian rata-rata kinerja SIM

KINERJA SIM TINGKAT OC-OSP

Perhitungan kinerja SIM untuk tingkat OSP merupakan hasil agregasi dari tingkat Provinsi. Nilai akhir yang didapat merupakan akumulasi nilai rata-rata dari jumlah nilai dari provinsi-provinsi yang berada dalam satu OSP. Di bawah ini peta capaian dari hasil evaluasi kinerja SIM tingkat OSP dalam bentuk tabel dan grafik.

Tabel 8. Kinerja SIM OSP

Grafik 8.Kinerja SIM OSP

Capaian kinerja SIM PNPM-MP untuk data SIM PM dan BLM tingkat OSP sesuai dengan tabulasi dan grafik di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

Skor tertinggi dicapai oleh OSP 5 dan OSP 8 dengan kategori "Sangat Memuaskan"

dan yang terendah adalah OSP-7 dengan kategori "Tidak Memuaskan".

Kelengkapan data untuk tingkat OSP angka tertinggi yang dicapai 28.46% (OSP 8) dan yang terendah 21.10% (OSP 9), nilai rata-rata yang dicapai adalah 25.14% dengan deviasi 9.86% dari bobot maksimal.

Akurasi data untuk tingkat OSP angka tertinggi yang dicapai 32.39% (OSP 5) dan yang terendah 17.90% (OSP 7), nilai rata-rata yang dicapai adalah 25.98% dengan deviasi 4.02% dari bobot maksimal. Konsistensi data untuk tingkat OSP angka tertinggi yang dicapai 14.92% (OSP 8) dan nilai yang terendah 14.53% (OSP 5), nilai rata-rata yang dicapai adalah 14.76% dengan deviasi 0.24% dari bobot maksimal. Secara keseluruhan terjadi peningkatan yang merata disemua OSP. Ketepatan pengiriman data untuk tingkat OSP angka tertinggi yang dicapai 14.82% (OSP 5) dan nilai yang terendah 8.27% (OSP 7), nilai rata-rata yang dicapai adalah 11.19% dengan deviasi 4.81% dari bobot maksimal. Terjadi penurunan dari hasil capaian evaluasi sebelumnya.

KENDALA DAN PERMASALAHAN

Ketiadaan dan terlambatnya mobilisasi TA SIM Provinsi membawa pengaruh yang signifikan terhadap capaian kinerja SIM khususnya di Provinsi Bali, NTB, NTT dan Gorontalo.

Evaluasi Kinerja SIM dengan 4 aspek pengukurannya belum menjaring kualitas data yang rigit dan menyeluruh, seperti data kosong untuk setiap item data, data tidak logis, prosentasi melebihi 100%, hasil pemilu di atas 100%, pemanfaat dengan 1 KK Miskin dll. Kendalanya karena muatan dan item data yang ada di SIM PM-BLM sangat besar. Ke depan perlu langkah-langkah penyempurnaan

(7)

lebih lanjut agar hasilnya lebih menggambarkan kualitas data yang sesungguhnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan paparan di atas, maka hasil evaluasi triwulanan ke-1 kinerja SIM PNPM-MP Wilayah 2 untuk bulan Maret 2013 dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

Sekalipun hasil skor akhir rata-rata evaluasi kinerja mencapai angka 76,84% dan telah terjadi delta progres skor akhir 12,01% dari hasil skor akhir rata-rata evaluasi kinerja sebelumnya. Jika cermati delta progres sebesar 12,01 belum bisa mendongkrak capaian yang diharapkan diatas angka 90%.

Delta progres 12,01% tersebut hanya mendongkrak beberapa capaian provinsi khusususnya DI Jogyakarta dan Jawa Tengah, memang dengan jelas delta progres 2 propinsi tersebut progresnya diatas rata-rata. Hal yang paling berpengaruh dari peningkatan 12,01% tersebut adalah perubahan komposisi provinsi saja.

Bila 3 bulan kemudian evaluasi kinerja SIM diharapkan dapat mencapai angka yang diharapkan diatas 90%, maka diperlukan pengungkit progres dari hasil yang dicapai sekarang minimal 14% secara nasional.

Untuk mendapatkan pengungkit sebesar 14% diperlukan semangat dan kerja yang lebih kuat lagi khususnya dari pelaku SIM mulai dari asmandat Kota, TA SIM Provinsi, Monev, TL dan KMP.

Bagaimana caranya? caranya adalah dengan mengurangi bahkan kalau memungkinkan menghilangkan capaian kota kabupaten dengan kategori memuaskan sebanyak 75 kota

Memuaskan" dan 31 Kota kabupaten yang masih masuk kategori "Tidak memuaskan" menjadi kategori "Sangat Memuaskan", minimal menjadi "Memuaskan".

PNPM RUAARRR BIASAA!!!

Kegiatan EGM TA SIM 29 April - 2 Mei 2012 di Kantor KMP Jakarta.

Gambar

Tabel 2. 10 Kota Kabupaten tertinggi berdasarkan 4 aspek penilaian kinerja SIM Keterangan : N1=Kelengkapan, N2=Akurasi, N3=Ketepatan Pengiriman, N4=Konsistensi
Tabel 3. 10 Kota Kabupaten tertinggi berdasarkan Bobot dan Skor 4 aspek penilaian kinerja SIM Keterangan : Skor1=Kelengkapan, Skor2=Akurasi, Skor3=Ketepatan Pengiriman, Skor4=Konsistensi
Tabel 7. Capaian  kinerja SIM tingkat Provinsi
Grafik 6. Komposisi Capaian Evaluasi Kinerja SIM berdasarkan Kategori per Provinsi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Progres pengaduan sampai dengan bulan April 2016 berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan program KOTAKU pencegahan & peningkatan kumuh tingkat kelurahan/desa serta

Berdasarkan data pada bulan Nopember 2016 pengaduan yang paling banyak berdasarkan pelaku yang diadukan adalah Fasilitator Kelurahan/Senior Fasilitator

Berdasarkan data pada bulan Juli 2016 pengaduan yang paling banyak berdasarkan pelaku yang diadukan adalah Fasilitator Kelurahan/Senior Fasilitator (Faskel/SF) dengan 5 (lima)

pengaruh tidak langsung independensi board, serta melakukan pengujian pengaruh pengungkapan sukarela terhadap biaya modal ekuitas melalui kualitas laba sebagai

Setelah melalui proses yang cukup panjang, akhirnya penulis menetapkan penelitian disertasi dengan judul Model Pendidikan Petualangan berbasis Lingkungan Alam dalam

Kondisi dominan horizontal diperoleh saat posisi tuas simulator horizontal, Target perbandingan arah getar baik pada saat arah getar dominan vertikal maupun pada

Rekomendasi Untuk mengatasi permasalah tersbut, sebaiknya perusahaan membuat Faktur Penjualan pada saat terjadinya pengakuan piutang penjualan oleh perusahaan, agar

Devi Nuraini Santi, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikiran serta dengan sabar memberikan bimbingan, saran dan pengarahan kepada penulis