• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL LEUKOSIT SAPI FRIESIAN HOLSTEIN (FH) BUNTING YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA (AI) INAKTIF SUBTIPE H5N1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL LEUKOSIT SAPI FRIESIAN HOLSTEIN (FH) BUNTING YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA (AI) INAKTIF SUBTIPE H5N1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL LEUKOSIT SAPI FRIESIAN HOLSTEIN (FH) BUNTING

YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA (AI)

INAKTIF SUBTIPE H5N1

FAISAL MUHAMAD NU’MAN SUMANTRI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “Profil Leukosit Sapi Friesian Holstein (FH) Bunting yang Divaksin dengan Vaksin Avian Influenza (AI) Inaktif Subtipe H5N1” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2009

Faisal Muhamad Nu’man Sumantri NRP B04104032

(3)

ABSTRAK

FAISAL MUHAMAD NU’MAN SUMANTRI. Profil Leukosit Sapi Friesian Holstein (FH) Bunting yang Divaksin dengan Vaksin Avian Influenza (AI) Inaktif Subtipe H5N1. Dibimbing oleh ANITA ESFANDIARI dan SRI MURTINI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran leukosit sapi Friesian Holstein (FH) bunting yang divaksin dengan vaksin Avian Influenza (AI) inaktif subtipe H5N1. Tiga ekor induk sapi FH bunting digunakan dalam penelitian ini. Induk sapi divaksin sebanyak 3 kali menggunakan vaksin AI inaktif subtipe H5N1 pada 8, 6, dan 4 minggu sebelum diperkirakan melahirkan. Sampel darah diambil sebelum induk sapi divaksin, yaitu pada minggu ke-8 sebelum melahirkan dan setiap minggu selama 6 minggu. Parameter leukosit yang diamati meliputi jumlah leukosit total dan diferensiasi leukosit. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah leukosit total meningkat pada 1 minggu setelah vaksinasi I, II, dan III. Jumlah limfosit juga meningkat pada 1 minggu setelah vaksinasi I dan II, sedangkan setelah vaksinasi III jumlah limfosit relatif konstan. Jumlah monosit mengalami penurunan setelah vaksinasi I dan III, dan meningkat setelah vaksinasi II. Jumlah neutrofil meningkat 2 minggu setelah vaksinasi I serta pada 1 dan 2 minggu setelah vaksinasi III, dan menurun setelah vaksinasi II. Jumlah eosinofil menurun setelah vaksinasi I dan III, meningkat setelah vaksinasi II. Basofil tidak ditemukan di dalam pemeriksaan preparat ulas darah. Namun demikian peningkatan dan penurunan semua parameter leukosit ini masih berada dalam kisaran normal. Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa vaksinasi AI inaktif subtipe H5N1 pada sapi perah FH bunting tidak mengakibatkan perubahan gambaran leukosit di dalam sirkulasi darah.

(4)

PROFIL LEUKOSIT SAPI FRIESIAN HOLSTEIN (FH) BUNTING

YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA (AI)

INAKTIF SUBTIPE H5N1

FAISAL MUHAMAD NU’MAN SUMANTRI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Profil Leukosit Sapi Friesian Holstein (FH) Bunting yang Divaksin dengan Vaksin Avian Influenza (AI) Inaktif Subtipe H5N1

Nama : Faisal Muhamad Nu’man Sumantri NRP : B04104032

Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Drh. Anita Esfandiari, MSi Dr. Drh. Sri Murtini, MSi NIP : 131 841 741 NIP :132 133 967

Diketahui,

Wakil Dekan

Fakultas Kedokteran Hewan

Dr. Nastiti Kusumorini NIP. 131 669 942

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Shalawat dan salam kita curahkan kepada Nabi akhirul zaman Muhammad SAW, yang menjadi suri teladan untuk umatnya untuk melakukan yang terbaik dalam hidup ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. drh. Anita Esfandiari, M.Si dan Dr. drh. Sri Murtini, M.Si selaku pembimbing, dan Dr. drh. Aryani Sismin Satyaningtijas, M.Sc selaku penguji yang telah banyak memberikan saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah dan Ibu serta seluruh keluarga yang senantiasa memberikan doa restu, teman-teman sekelompok penelitian (Hasan, Icha, Novi, Winda, Tresna dan Ita), Pak Ngkos, Pak Dahlan dan Pak Djadjat, teman-teman Asteroidea (angkatan 41) untuk semua kebersamaannya dalam angkatan yang terbaik dan teristimewa, teman-teman Goblet (angkatan 42) dan Aesculapius (angkatan 43), Keluarga Besar Orenz (Andika, Zein, Kiki, Abi, Casnan, Okoy, Eko Bumen, Bama, dan Kukuh Galih), Keluarga Besar Sunrise dan Sekret ’41 (Budi, Nanang, Dwimas, Eki, dan Uloh), Bg Uus, dan Novi Handayani Setia Mareta untuk semua bantuan, do’a, perhatian, kasih sayang, semangat, serta kesediaanya menjadi tempat berbagi penulis untuk senantiasa menjadi lebih baik, serta kepada seluruh penguat, pemotivasi dan pendukung jiwa ini disaat semangat telah turun, dan untuk semua penginspirasi yang telah banyak memberikan pelajaran berharga bagi penulis untuk lebih menghargai hidup ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2009

(7)

RIWAYAT HIDUP

Faisal Muhamad Nu’man Sumantri lahir pada 11 Desember 1986 di Sukabumi, Jawa Barat dari pasangan Bapak H. Imam Syamsudin dan Ibu Hj. Neneng Maria Ulfa. Penulis merupakan anak pertama dari enam bersaudara.

Penulis lulus dari SMA Al-Masthuriyah Cisaat Sukabumi Jawa Barat pada tahun 2004, dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama mengikuti masa perkuliahan penulis aktif dalam organisasi intra dan ekstra kampus. Penulis pernah aktif di Dewan Keluarga Musholla (DKM) An-nahl FKH IPB 2005-2006, Forum Ilmiah Mahasiswa (FIM) 2005-2006, menjadi Kepala Departemen Pendidikan BEM FKH IPB 2006-2007, Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FKH IPB 2007-2008, dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FKH IPB 2008-2009.

Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kampus. Penulis pernah ikut menjadi Tim Penilai Kebersihan Kampus IPB 2005, peserta Pembuatan Lubang Biopori se-Kota Bogor 2007, Peserta Pengobatan Massal Filariasis di-Kota Bogor 2007, dan sebagai Koordinator Kabupaten Pinrang dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat Veteriner BEM FKH IPB di Kawasan Sulawesi Selatan 2007.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR GAMBAR ... ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang .………..………... 1 1.2. Tujuan ………... 2 1.3. Manfaat ………….………... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi perah FH ... 3

2.2. Kebuntingan ….………... 3

2.3. Avian Influenza ……….... 4

2.4. Vaksinasi Avian Influenza ...………... 6

2.5. Leukopoiesis ……….…... 8 2.6. Leukosit ..………... 11 2.6.1. Limfosit ………... 12 2.6.2. Monosit ………..…... 12 2.6.3. Neutrofil ………..…... 13 2.6.4. Eosinofil ……….... 14 2.6.5. Basofil ………... 14

III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ….………... 16

3.2. Alat dan Bahan ………... 16

3.3. Metode Penelitian ……….………... 16

3.3.1. Hewan Percobaan ... 16

3.3.2. Persiapan dan Pemeliharaan Hewan Coba ... 16

3.3.3. Vaksinasi ... 17

3.3.4. Pengambilan Darah ... 17

3.3.5. Pemeriksaan Darah ... 18

3.3.5.1. Menghitung Jumlah Leukosit Total ... 18

3.3.5.2. Diferensiasi Leukosit ... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Jumlah Leukosit Total ………... 20

4.2. Limfosit ... 23

4.3. Monosit …...………... 26

4.4. Neutrofil ... 28

4.5. Eosinofil ... 30

4.6. Basofil ... 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 32

5.2. Saran ... 32

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Sapi Friesian Holstein ... 3

2. Struktur Virus AI ... 5

3. Tahap pembentukan sel-sel darah ... 9

4. Berbagai jenis sel darah putih ... 11

5. Sistematika jadwal vaksinasi AI dan pengambilan darah pada hewan coba ... 17

6. Rataan jumlah leukosit total pada induk sapi bunting sebelum dan setelah vaksinasi ... 21

7. Rataan jumlah limfosit pada induk sapi bunting sebelum dan setelah vaksinasi ... 23

8. Rataan jumlah monosit pada induk sapi bunting sebelum dan setelah vaksinasi ... 27

9. Rataan jumlah neutrofil pada induk sapi bunting sebelum dan setelah vaksinasi ... 29

10. Rataan jumlah eosinofil pada induk sapi bunting sebelum dan setelah vaksinasi... 30

(10)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Virus influenza tipe A subtipe H5N1 menyerang ternak ayam di Indonesia sejak bulan Oktober 2003, yang mengakibatkan kematian lebih dari 14,7 juta ekor ayam. Virus influenza tipe A merupakan famili orthomixoviridae. Avian Influenza (AI/ flu burung) adalah penyakit menular yang menyebabkan kematian tinggi pada unggas yaitu 40-100 %. Virus ini dapat menyerang semua jenis unggas seperti ayam, kalkun, itik. Data terakhir menyebutkan bahwa selain unggas, hewan lain seperti kucing, harimau dan babi dapat pula terserang (Soejoedono & Handaryani 2005). Di beberapa negara di Eropa dan Asia telah dilaporkan bahwa flu burung menyerang hewan mamalia (Asmara 2007).

Kasus flu burung dalam perkembangannya tidak hanya menyerang unggas saja, tetapi juga manusia. Kasus flu burung strain H5N1 pada manusia pertama kali terjadi pada tahun 1997 di Hongkong, dari 18 kasus 6 orang diantaranya meninggal dunia (Chan 2002). Tahun 2003 virus H5N1 kembali menyerang wilayah Hongkong dan Guandong serta menyebabkan seorang penderita meninggal dunia. Virus juga menyerang Vietnam dan Thailand dengan jumlah kasus 34 orang dan 23 diantaranya meninggal dunia. Pada pertengahan tahun 2004, H5N1 menyerang lagi Vietnam dengan tiga kasus seluruhnya meninggal dunia. Data WHO menunjukkan hingga 10 September 2008 jumlah kumulatif kasus H5N1 pada manusia yang sudah dikonfirmasi laboratorium 387 orang, dengan 245 orang diantaranya meninggal dunia (WHO 2008). Kejadian penyakit flu burung yang menyerang manusia di Indonesia dilaporkan pertama kali pada pertengahan Juli 2005 (Infovet 2005). Jumlah korban flu burung pada manusia di Indonesia dari tahun 2005-2008 sampai dengan Oktober 2008, sebanyak 137 kasus dengan 113 orang meninggal dunia (WHO 2008).

Dewasa ini terdapat 4 jenis obat antiviral untuk pengobatan ataupun pencegahan terhadap influenza pada manusia, yaitu amantadine, rimantadine, zanamivir, dan oseltamivir (tamiflu). Amantadine dan rimantadine sudah tidak efektif lagi untuk membunuh virus H5N1 yang saat ini beredar luas (Beigel et al. 2005). Zanamivir dan oseltamivir merupakan inhibitor neuraminidase. Neuraminidase diperlukan oleh virus H5N1 untuk lepas dari sel hospes pada fase budding dan membentuk virion yang

Referensi

Dokumen terkait

Pada fraksi ke-2 di atas pelat silika gel berwarna hijau, dari ekstrak pigmen total membentuk kurva dengan serapan maksimum spektrofotometer pada panjang

Tujuan penelitian uni untuk mengungkap pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan rumah makan yang menyediakan sarana Wi-Fi, melalui pendekatan kuantitatif yang

Sedangkan untuk variabel terikat yakni hasil belajar melakukan pekerjaan dengan mesin bubut (variabel Y) sudah berupa data interval. 5) Penerapan data sesuai dengan

Penelitian ini menggunakan variabel keadilan sistem perpajakan, norma ekspektasi (norma sosial dan moral), sanksi legal, religiusitas dan niat dalam penelitian Basri dkk

Compared with the other ethnic group, more parents from Malay Malaysian prepare their children for bias, like telling their children that their ethnic is different with

,enar! tentu berbeda. 2rang akan lebih merasa terpuaskan dengan kenyang karena sepiring nasi dan lauk dibanding kenyang karena segelas air putih. Disitulah letak unsur atau

– Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki obyek tersendiri yaitu memiliki kemampuan untuk. menciptakan sesuatu yang baru