• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian preparasi dan pengemasan merupakan bagian yang prosesnya dapat dikategorikan sebagai kegiatan produksi tipe flow shop karena proses produksi terjadi secara terus menerus dan berulang-ulang, menghasilkan produk dalam jumlah yang besar, spesifikasi produk sedikit dan standar dalam jangka waktu yang lama, dan siklus waktu produksi relatif singkat.

4.1 Proses Produksi biskuit long stick

Pada proses produksi long stick terdapat banyak sekali kegiatan yang dilakukan, mulai dari preparasi tepung yang baru masuk dari supplier sampai biskuit long stick yang sudah jadi dan siap untuk dikemas dan dimassukkan ke dalam gudang penyimpanan untuk dikirim ke distributor. Beberapa kegiatan untuk memproduksi biskuit long stick ada yang sudah menggunakan mesin, ada pula yang masih menggunakan tenaga manusia.

Proses preparasi adalah proses dilakukannya persiapan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat biskuit sebelum menjadi adonan, salah satu bahan yang digunakan untuk adonan tersebut adalah tepung. Sebelum tepung masuk ke dalam proses produksi untuk dibuat menjadi adonan, tepung perlu melewati beberapa proses agar lebih steril dan memiliki ukuran yang seragam, sehingga adonan yang nantinya akan terbentuk pun menjadi adonan yang baik. Proses yang perlu dilewati oleh tepung di antaranya adalah proses pengayakan, kemudian tepung akan ditempatkan di dalam karung yang telah ditetapkan beratnya sebelumnya. Setelah tepung melewati beberapa proses dan dinyatakan steril maka tepung langsung dibawa ke bagian yang akan membuat adonan untuk produk, seperti untuk bagian pembuatan long stick. Pada proses preparasi tepung ini masih banyak menggunakan tenaga manual (manusia), namun menggunakan beberapa alat bantu seperti mesin pengayak tepung, timbangan, forklift, dan lain-lain. Proses preparasi dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.

Manusia

Manusia Mesin

Manusia Manusia

Gambar 6. Diagram alir proses preparasi tepung

Ruangan untuk mengayak tepung berada di lantai 2 dengan lubang yang diberi pipa sebagai penyalur tepung yang sudah diayak ke ruang pengemasan di bawahnya yang biasa dipakai untuk membungkus tepung ke dalam plastik. Ruangan pengayak ini berlantaikan besi dan selalu terasa

Mulai Menuang Tepung Mengayak tepung Membuka karung tepung Memindahkan tepung ke pallet Menampung dan menimbang Selesai

(2)

bergetar karena adanya mesin pengayak. Menurut Wignjosoebroto (2003) ruangan yang selalu bergetar dirasa kurang baik karena dapat menghilangkan konsentrasi pekerjanya bila terlalu lama berada di ruangan tersebut. Bukan tidak mungkin nantinya getaran ini akan menyebabkan tubuh dari pekerja yang bekerja dalam jangka waktu yang lama di ruangan tersebut akan selalu terasa bergetar. Untuk mengurangi efek getaran yang sangat terasa, sebaiknya mesin pengayak yang ada di ruangan ini diberi bantalan karet atau peredam getaran dan jarak antara lubang peletakan mesin pengayak dengan lantai diperbesar.

Ruangan ini kurang memiliki ventilasi yang baik untuk menjadi tempat kerja selama 8 jam karena tidak terdapat jendela yang menjadi tempat sirkulasi udara yang ada di dalam ruang ayak dengan udara yang lebih segar di luar, hanya terdapat satu pintu besar yang biasanya menjadi tempat masuknya pallet-pallet berisi tepung yang akan diayak yang diangkat naik dengan menggunakan forklift. Pallet-pallet itu biasanya tidak akan dipindahkan mendekat dengan mesin sampai tepung-tepung yang berada pada pallet yang dekat dengan mesin telah habis diayak. Pallet-pallet yang tidak dipindahkan ini dibiarkan saja di ambang pintu besar tersebut dan tidak dipindahkan kemana-mana karena tidak terlalu banyak bagian yang kosong yang terdapat di ruangan ini.

Menurut Wignjosoebroto (2003) ruangan yang baik untuk menjadi tempat kerja selama 8 jam sebaiknya memiliki sedikit ruang gerak bebas agar ruang kerja dari pekerja tidak terbatas, untuk itu sebaiknya ruangan ini agak sedikit diperluas dan ditambah dengan adanya ventilasi alami (jendela) yang baik karena tidak mungkin di dalam ruangan ini diberikan ventilasi buatan seperti kipas angin, hal ini dapat menyebabkan tepung-tepung terbang dan berhamburan, jika menggunakan air conditioner maka dapat dipastikan air conditioner yang ada di ruangan ini akan cepat rusak karena pori-porinya tertutupi oleh tepung-tepung yang diproses. Ventilasi buatan yang mungkin dibuat di ruangan ini adalah exhaust fan yang diletakkan di atap ruangan. Lantainya pun sebaiknya bukan menggunakan besi/baja, melainkan menggunakan semen dan permukaannya dibuat kasar. Lantai yang terbuat dari semen dapat mengurangi resiko pekerja terjatuh akibat lantai yang licin karena banyak tepung yang berceceran, apalagi gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pekerja ini cukup berbahaya mengingat bahwa tepung-tepung yang akan diayak berat satu karungnya adalah 25 sampai 50 kilogram. Denah ruang pengayakan tepung ini dapat dilihat pada Lampiran 8.

Satu pallet yang diangkut ke ruang ayak berisi 30 karung tepung. Jika tepung yang akan diayak berat satu karungnya adalah 25 kilogram maka satu pallet ini beratnya 750 kilogram atau sekitar 0.75 ton, sementara jika tepung yang akan diayak berat satu karungnya adalah 50 kilogram maka berat satu palletnya adalah 1500 kilogram atau sekitar 1.5 ton. Pekerja biasanya mengangkat satu karung tepung ini sendiri atau berdua dengan rekannya saat menuang ke mesin pengayak, mungkin pada saat karungnya masih banyak pekerja tidak perlu mengeluarkan tenaga yang besar karena hanya menggeser tepung tersebut ke mulut mesin pengayak, namun jika tepung yang akan diayak sudah sedikit pekerja akan sangat mengalami kesulitan saat menuang tepung ke mesin pengayak. Hal berbahaya yang dapat terjadi adalah jatuhnya pekerja dari ketinggian saat sedang menuang tepung ke mesin pengayak. Aktivitas dari gerakan-gerakan seperti menarik dan mengangkat adalah aktivitas yang paling sering dilakukan oleh pekerja di ruangan ini, hal ini dapat menyebabkan pegal-pegal atau sakit di daerah sekitar pinggang, bahu kiri dan kanan, serta lengan atas kiri dan kanan.

Untuk kegiatan menuang tepung ke dalam mesin pengayak, jika pekerja melakukannya di atas tepung yang masih tinggi biasanya pekerja akan membungkuk, sementara jika tepung sudah sedikit maka pekerja harus mengangkat karung-karung tepung tersebut untuk menuangnya ke dalam mesin pengayak. Hal ini tidak seharusnya terjadi karena satu karung tepung tersebut beratnya antara 25-50 kg, sebaiknya mesin pengayak ditempatkan pada posisi yang lebih rendah atau bahkan hampir disejajarkan dengan lantai, jika hal ini dirasa memperpendek perjalanan tepung untuk sampai pada

(3)

proses pembungkusan dengan plastik, maka sebaiknya jarak antara atap ruang pengemasan dengan lantai ruangan ayak perlu diperbesar. Keadaan lingkungan yang kurang baik ditambah dengan pekerjaan berat yang harus dilakukan pekerja akan menyebabkan pekerja lebih cepat merasa kelelahan, untuk itu mungkin perlu dilakukan adanya perbaikan-perbaikan lingkungan kerja seperti yang telah disebutkan di atas.

Tempat membuang sampah yang terlalu jauh menyebabkan waktu yang dipakai untuk membuang sampah menjadi lebih lama, sebaiknya tempat sampah atau pallet-pallet yang sudah tidak terpakai dan karung-karung bekas diletakkan di tengah-tengah antara mesin ayak satu dengan mesin ayak lain sehingga tidak dibutuhkan waktu yang lama untuk membuang sampah, hal ini akan mengurangi waktu yang dibutuhkan pekerja untuk membuang sampah. Pekerja juga sering terlihat meratakan tepung yang ada di atas mesin pengayak, hal ini mungkin disebabkan oleh masih penuhnya pipa penyalur karena tepung belum dimasukkan ke dalam plastik oleh pekerja-pekerja yang berada di ruangan pengemasan yang bertugas membungkus tepung-tepung yang telah diayak ke dalam plastik dengan berat maksimum nantinya adalah 25 kilogram. Tersumbatnya mesh atau saringan yang terdapat pada mesin pengayak juga bisa menjadi salah satu penyebab terhambatnya aliran tepung ke pipa penyalur.

Mesin pengayak yang digunakan di ruangan ini terdiri dari tiga tingkat, tingkat pertama (yang paling atas) adalah kawat yang ukuran lubangnya masih besar, kemudian di bawahnya adalah kawat kotak, sementara lapisan yang paling bawah adalah mesh dengan bola dan gelang di atasnya. Bola dan gelang yang terdapat di atas mesh ini berfungsi sebagai perata agar tepung yang sudah tersaring langsung turun ke bawah. Mesh yang digunakan pada mesin ini adalah mesh 40.

Untuk mengambil air minum pekerja harus turun ke bawah, sebaiknya air minum untuk pekerja yang bekerja di ruang ayak ini diletakkan di setiap ruangan agar pekerja tidak perlu turun untuk mengambil air minum. Hal ini selain dapat memperlambat kerja dari pekerja juga dapat membuat terjadinya gangguan metabolisme pada pekerja karena kurang minum.

Setelah tepung selesai diayak dan masuk ke pipa penyalur maka tepung-tepung ini dikemas oleh tiga operator, dua operator yang bertugas untuk mengemas tepung dan satu orang yang lain bertugas mengikat plastik, memindahkan pallet, dan lain-lain. Mereka bertiga melakukan pekerjaan ini secara bergantian, hal ini dirasa cukup baik karena mengurangi kejenuhan dan keletihan dalam menjalankan satu jenis pekerjaan. Denah ruang pengemasan tepung dapat dilihat pada Lampiran 9.

Setelah proses preparasi selesai dilakukan, proses selanjutnya adalah proses pembuatan long stick. Proses pembuatan long stick dianggap merupakan proses pembuatan biskuit yang paling sulit, alasan di antaranya adalah karena bentuk long stick dan cetakannya yang pipih dan panjang, sering terselip sisa adonan di dalam cetakan yang membuat biskuit hasil cetakan yang berikutnya menjadi kurang sempurna, sementara parameter yang dikontrol untuk produk biskuit long stick sangat banyak, seperti warna harus kuning kecoklatan, permukaaan biskuit halus dan tidak retak, bentuknya harus sempurna, tidak boleh bertumpuk, tidak boleh bengkok, tidak boleh mengkerut, dan lain-lain. Pada proses pembuatan biskuit long stick ini terdapat empat proses utama yang berurutan sampai pada akhirnya biskuit sudah dalam keadaan finished goods dan siap didistribusikan ke bagian pengemasan. Berikut ini adalah empat proses utama yang dilakukan pada saat pembuatan biskuit long stick.

Pencampuran atau mixing adalah proses pertama yang dilakukan pada proses pembuatan biskuit, pada proses ini dilakukan pemasukan beberapa bahan untuk dijadikan satu adonan yang baik. Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan bahan-bahan yang akan dimasukkan, jika ada biskuit yang tidak memenuhi standar maka biskuit tersebut tidak dibuang melainkan ikut dimasukkan untuk diolah kembali, awalnya masukkan biskuit dan tambahkan air, nyalakan mesin dan mesin akan mengaduk sesaat, setelah biskuit hancur dan menjadi larutan encer maka bahan-bahan dimasukkan,

(4)

setelah bahan-bahan dimasukkan maka dilakukan mixing sebanyak 150 putaran, setelah itu masukkan tepung, setelah menjadi adonan maka adonan tersebut diukur temperaturnya, jika temperatur dinyatakan baik maka adonan dituang ke bak adonan dan diistirahatkan selama 15 menit, kemudian dilanjutkan ke reduction roller. Dari mixer menuju reduction roller dibutuhkan waktu 5 menit. Pekerja yang mengerjakan semua pekerjaan di bagian mixing ini adalah 3-4 orang. Temperatur di bagian mixer adalah sekitar 32-32.3oC dengan kelembaban 56-58%. Temperatur ini akan mempengaruhi kinerja dari para pekerja yang bekerja di bagian ini, namun pada bagian ini sudah tersedia kipas angin untuk mengurangi panasnya temperatur yang dirasakan oleh pekerja. Setelah melewati tahap pencampuran maka tahap selanjutnya adalah pemotongan.

Proses pemotongan (cutting) adalah proses lanjutan pada pembuatan biskuit long stick, yang dilakukan pada proses ini adalah pencetakan atau pemotongan adonan menjadi bentuk seperti yang diinginkan yaitu bentuk seperti batang yang panjangnya 60.5 mm dan tebalnya 6 mm . Proses pencetakan atau pemotongan ini dilakukan dengan menggunakan mesin, sementara untuk memeriksa kualitas baik tidaknya biskuit yang tercetak ini biasanya ditempatkan dua orang pekerja di sana. Pekerja tersebut bertugas memeriksa kualitas dan menimbang berat biskuit yang telah tercetak. Biskuit yang tercetak dikumpulkan sebanyak 20 pieces, setelah 20 pieces biskuit tersebut ditimbang. Waktu yang dibutuhkan biskuit dari reduction roller sampai dengan oven adalah 10 menit.

Pekerja yang bertugas di bagian cutting ini melakukan tugasnya dengan cara duduk di samping mesin dan posisinya hampir seperti bersujud, pekerjaan ini dilakukan selama 8 jam. Temperatur yang ada di sekitar mesin cutting (tempat bekerjanya operator) adalah sekitar 33-34oC dengan kelembaban 51-58%. Temperatur yang tinggi akan menyebabkan ketidaknyamanan pada pekerja sehingga pekerja akan cepat merasa lelah, namun adanya kipas angin sebagai ventilasi buatan cukup membantu meringankan beban pekerja akibat tingginya temperatur di bagian cutting tersebut. Pekerja yang bekerja di bagian cutting harus memiliki sifat fokus dan teliti karena harus memperhatikan biskuit-biskuit tersebut selama 8 jam. Mata dari pekerja harus bekerja ekstra karena memperhatikan benda yang bentuknya sama secara terus menerus, pencahayaan di ruangan ini juga harus baik agar mendukung kerja dari mata pekerja yang dituntut untuk teliti memeriksa hasil cetakan.

Sebaiknya tinggi dari mesin cutting ini dikurangi agar pekerja tidak perlu lagi naik untuk duduk di samping mesin memeriksa biskuit yang tercetak, lebih baik mesin dibuat lebih rendah dan pekerja bekerja di samping mesin namun duduk di atas kursi. Agar mengurangi kelelahan yang terjadi pada pekerja akibat jenuh yang dirasakan maka pekerja perlu diberikan jadwal menimbang biskuit secara bergantian tiap jamnya, biasanya penimbangan biskuit dilakukan setiap 15 menit, sehingga dalam 1 jam pekerja akan menimbang biskuit sebanyak 4 kali. Setelah biskuit melewati proses pemotongan maka proses selanjutnya adalah proses pemanggangan.

Pemanggangan (baking) adalah proses pematangan biskuit yang telah dicetak dengan cara dibakar/dipanggang. Oven yang digunakan untuk proses pemanggangan ini panjangnya mencapai 79 meter, yang terdiri dari empat zona, masing-masing zona harus diatur temperaturnya agar kematangan biskuit benar-benar sempurna. Pada zona pertama oven dilengkapi dengan proses preheating atau pemanasan awal yang berguna untuk mencegah terjadinya biskuit yang bengkok ataupun tidak mengembang, untuk preheating ini temperatur yang diatur pada oven adalah 230.7oC, namun aktualnya yang terjadi temperatur pada bagian preheating adalah antara 177.7-177.9oC, preheating juga berfungsi untuk mengembangkan biskuit. Sebenarnya temperatur di oven dapat terus diubah asal kadar air dari biskuit yang sudah matang masih memenuhi standar yang telah ditetapkan dan temperaturnya harus di atas 100oC.

Zona 1-3 adalah zona pengembangan dan pematangan, kemudian zona 4 dan 5 adalah zona untuk membuat warna menjadi sesuai dengan yang diinginkan. Waktu yang digunakan untuk

(5)

pemanggangan biskuit ini adalah 5 menit. Pada oven ini terdapat banyak sekali burner, burner ini dibagi menjadi dua tempat yaitu burner bawah dan burner atas.

Pada bagian baking ini operator yang bekrja hanya satu orang. Pekerja yang bekerja di bagian baking ini mempunyai tugas untuk selalu memeriksa kadar air, warna, berat, tebal, dan panjang long stick setiap 15 menit. Selain itu pekerja yang bekerja pada bagian baking ini harus selalu memeriksa burner oven setiap saat, karena itulah hampir tidak pernah ditemukan pekerja di bagian baking ini diam. Temperatur di sekitar oven ini sangat tinggi dan menyebabkan ketidaknyamanan dalam bekerja, yaitu sekitar 35-38oC dengan kelembaban 47-55%. Untuk mengurangi kelelahan akibat kondisi lingkungan yang kurang baik maka di bagian ini disediakan exhaust fan agar terjadi sirkulasi udara antara udara yang di dalam ruangan dengan udara luar. Setelah melewati proses pemanggangan maka long stick harus disiapkan untuk dikirim ke bagian pengemasan.

Pada bagian ini dilakukan pembungkusan long stick dengan menggunakan bantuan bak, baik bak kecil dan bak besar, jika menggunakan bak besar maka long stick yang dimasukkan seberat 9 kilogram, namun jika yang digunakan adalah bak kecil maka berat long stick yang dimasukkan adalah 7 kilogram. Bagian ini merupakan bagian yang paling banyak menggunakan tenaga manusia dibandingkan dengan bagian-bagian lain pada proses pembuatan long stick ini yaitu 7-8 orang, pekerjaan yang dilakukan diantaranya adalah memeriksa atau menyortir long stick sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, menyiapkan bak dan plastik sebagai wadah long stick, menimbang dan membungkus long stick, memindahkan bak-bak yang telah terisi long stick, dan juga membawa pallet yang telah terisi bak ke gudang untuk dikirimkan ke bagian pengemasan long stick.

Untuk menyortir long stick dipekerjakan 2 orang operator, tugas mereka hanya menyortir long stick yang masuk ke ruang pengemasan long stick, sementara itu untuk menampung, menimbang dan membungkus long stick dipekerjakan 3 orang operator. Satu orang operator dipekerjakan untuk memindahkan bak yang telah terisi long stick dan juga membawa pallet ke gudang, satu orang pekerja lainnya yang menyiapkan plastik dan bak untuk menjadi wadah long stick. Kondisi lingkungan di ruangan ini cukup baik untuk bekerja karena temperatur di ruangan ini memenuhi standar temperatur yang baik untuk bekerja, yaitu antara 27-29oC dengan kelembaban ruangan sebesar 50-54%. Kondisi ini dirasa cukup baik untuk bekerja sehingga pekerja yang bekerja di bagian ini tidak cepat merasa lelah, apalagi pekerjaan yang harus dilakukannya tidak begitu mengharuskan mereka untuk bekerja dengan cepat. Long stick yang sudah dibungkus dibawa ke ruang pengemasan.

Proses pengemasan dilakukan setelah wadah (cup) dan biskuitnya sudah siap untuk dikemas. Biasanya saat wadah (cup) tiba di bagian pengemasan maka cup tersebut disimpan di gudang pengemasan sampai pada saat yang ditentukan untuk dipakai, sedangkan biskuit yang baru tiba dari oven 4 (long stick) yang baru tiba biasanya diambil sampel pada salah satu baknya, sampel diambil dari bagian atas bak, tengah bak, dan bawah bak. Sampel yang sudah diambil kemudian ditumbuk dan dimasukkan ke sebuah alat pengukur kadar air. Setelah kadar air dari biskuit ini didapat maka selanjutnya biskuit yang kadar airnya layak untuk dipakai akan diproses, sementara jika kadar airnya tidak laayak untuk diproses maka biskuit tersebut akan dikembalikan ke proses pembuatan.

Proses pengemasan (packaging) ini dilakukan di sebuah ruangan yang atapnya terbuat dari seng dan kurangnya ventilasi. Di ruangan ini memang terdapat ventilasi alami dan ventilasi buatan, namun hal ini dirasa kurang karena di dalam ruangan ini masih sangat terasa panas, kecuali di officenya. Ventilasi alami yang terdapat di ruangan ini hanya berupa lubang angin yang terdapat di atap ruangan, sedangkan ventilasi buatan yang ada di ruangan ini adalah kipas angin. Kipas angin yang ada di ruangan ini pun kebanyakan sudah tidak dapat bekerja seperti seharusnya. Sebaiknya ruangan ini dilengkapi dengan exhaust fan di atapnya agar terjadi pertukaran udara antara udara di

(6)

dalam ruangan dengan yang berada di luar ruangan. Denah ruang pengemasan dapat dilihat pada Lampiran 10.

Proses yang terjadi pada bagian pengemasan di antaranya adalah penyatuan antara cup dan ring, pemasukan biskuit, pemasukan cream, sealing cup, pengkodean cup, pemasukan cup-cup ke dalam tray, sampai penyusunan karton yang telah terisi beberapa tray ke atas pallet. Diagram alir proses pengemasan ini dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah ini. Pada proses memasukkan cup yang dilakukan adalah beberapa cup dimasukkan ke dalam feeder mesin, gasket yang terdapat dalam mesin yang akan memisahkan satu per satu cup tersebut dan memasukkannya ke dalam jalur conveyor berlubang untuk kemudian dimasukkan ring ke dalamnya. Setelah cup sudah berada di dalam conveyor, maka dilakukan pemasukan ring yang biasanya dikerjakan juga oleh mesin, namun mesin yang digunakan kebanyakan rusak pada bagian ini, maka akhirnya pekerjaan ini dikerjakan oleh pekerja sebanyak dua orang, sedangkan satu orang operator yang lain bertugas untuk mengambil cup dan ring ke gudang, mengisi mesin dengan cup-cup yang telah diambil, membuka dan menyiapkan ring untuk diberikan ke dua operator lainnya yang bertugas untuk meletakkan ring di atas cup.

Mesin Manusia Mesin

Manusia Mesin Mesin Manusia

Mesin Mesin Mesin Mesin

Manusia

Gambar 7. Diagram alir proses pengemasan long stick

Ketiga operator yang bekerja pada proses meletakkan cup diharuskan untuk memakai ear muff karena berada sangat dekat dengan sumber bising yaitu mesin press (welding) yang memiliki kebisingan sebesar 89 dB. Batas yang diizinkan untuk tidak memakai ear plug atau ear muff adalah 85 dB, jika kebisingan lebih besar dari 85 dB maka pekerja diwajibkan menggunakan ear plug atau ear muff. Setelah ring diletakkan di atas cup, maka ring dan cup tersebut disatukan dengan cara mengepress ring kepada cup agar dapat merekat dan tidak terlepas. Pengepressan ini dilakukan oleh

Mulai Meletakkan cup

ke conveyor

Sealing cup and Cutting Seal Meletakkan cup ke tray Memasukkan cream ke cup Jalan di atas conveyor Welding Memasukkan biskuit ke cup Meletakkan ring ke atas cup Shrinking Wrapping Memasukkan tray ke dalam Jalan di atas conveyor Selesai

(7)

mesin welding yang memiliki tekanan 30 bar. Dengan adanya tekanan yang besar maka cup dan ring akan melekat dan sangat sulit untuk dilepaskan dan mencegah terjadinya kebocoran. Hal ini dimaksudkan agar biskuit yang ada di dalamnya tidak berkurang kerenyahannya.

Setelah cup dan ring menyatu, barulah dilakukan pengisian biskuit long stick ke dalam cup. Biskuit dimasukkan dengan cara manual menggunakan tenaga manusia sebanyak 8-10 orang. Biskuit yang dimasukkan harus disesuaikan dengan standar baik dari bentuk, ukuran, kadar air, maupun banyaknya biskuit yang dimasukkan. Cream yang dimasukkan ke dalam cup ini berasal dari holding tank yang dialirkan melalui pipa dan masuk ke dalam penampungan di mesin cup sealer dan seal cutter dengan cara manual yaitu dibuka katupnya oleh operator.

Operator yang bertugas memasukkan biskuit ke dalam cup ini sebenarnya memiliki tugas tambahan yaitu memeriksa keadaan cup, sebelum ia memasukkan biskuit ke dalamnya ia harus memeriksa cup yang akan diisikan biskuit tersebut, jika cup kurang memenuhi standar maka ia harus mengganti cupnya dengan cup baru yang sudah memenuhi standar.

Penimbangan cream dan biskuit dilakukan setiap 30 menit sekali oleh pekerja yang memang ditugaskan untuk menimbang banyaknya cream dan biskuit yang terdapat di dalam satu cup, namun untuk lebih mengetahui adanya perubahan yang terjadi dengan lebih teliti maka operator melakukan penimbangan cream dan biskuit setiap 15 menit sekali, jika berat per cup kurang memenuhi standar maka cup akan melewati proses yang sama seperti di awal sampai berat per cupnya sudah memenuhi standar.

Pada proses pemberian kode pada cup ini yang terjadi adalah pemberian kode pada tutup cup dengan menggunakan mesin yang diisi oleh tinta kemudian diinjeksikan. Kode yang tertera pada tutup cup ini sebelumnya harus diatur terlebih dahulu. Kode ini terdiri dari tanggal pembuatan, tanggal kadaluarsa, dan shift yang mengemas biskuit long stick tersebut.

Sealing cup terjadi pada mesin cup sealer dan seal cutter, yang dilakukan pada saat sealing cup adalah menekan plastik Oriented Polypropylene ke cup agar dapat merekat dengan sempurna sehingga tidak terjadi kebocoran yang dapat menyebabkan biskuit yang ada di dalamnya melempem atau cream yang ada di dalamnya tumpah, penekanan yang dilakukan juga ditambah dengan adanya panas yang dihasilkan oleh heater. Mesin cup sealer dan seal cutter selain melakukan sealing cup, juga melakukan cutting seal atau pemotongan tutup pada cup, jika potongan yang dihasilkan oleh mesin ini kurang sempurna maka pekerja yang akan melanjutkan potongan tersebut untuk diperbaiki agar standar pada tutup cup tersebut dapat terpenuhi.

Pekerja yang memasukkan cup ke dalam tray berjumlah 2-4 orang, pekerja ini selain memasukkan cup ke dalam tray, mereka juga bertugas untuk menyortir cup, apabila ada cup yang kurang memenuhi standar tampilan maka cup tersebut dimasukkan ke dalam keranjang kemudian akan diproses seperti proses awal sampai cup tersebut memenuhi standar yang telah ditetapkan. Standar yang biasanya sering tidak terpenuhi adalah kurang tepatnya pemotongan tutup cup sehingga cup harus kembali melewati proses sealing cup dan cutting seal.

Pada bagian pemasukan cup ke dalam tray ini ada satu orang operator yang bertugas untuk memeriksa kualitas cup yang baru saja keluar dari mesin cup sealer dan seal cutter, biasanya operator ini tidak ikut memasukkan cup ke dalam tray. Operator lainnya yang bertugas memasukkan cup ke dalam tray juga harus tetap memeriksa cup yang mereka masukkan ke tray untuk menghindari masuknya cup yang kualitasnya kurang baik ke dalam tray.

Cup yang sudah dimasukkan ke dalam tray akan dialirkan dengan menggunakan conveyor untuk melewati proses-proses selanjutnya. Sebelum tray yang terisi cup ini diberi plastik dan di shrink, tray-tray ini akan melewati beberapa titik, titik yang pertama adalah titik penimbangan.

(8)

Penimbangan ini dilakukan per tray dengan menggunakan mesin, berat cup per tray yang masih kurang akan dihempaskan oleh angin yang dihembuskan mesin.

Tray yang sudah terisi penuh oleh cup dan melewati beberapa proses agar sesuai standar, kemudian diplastikkan dengan menggunakan mesin wrapping. Tray yang sudah diberi plastik kemudian dirapatkan/shrink dengan menggunakan mesin yang meniupkan uap panas agar plastik merekat erat dengan tray yang sudah terisi cup. Tujuan dari wrapping dan shrinking plastik ini adalah agar lebih mudah untuk mendistribusikan tray dan membuat cup-cup yang ada di dalam tray tidak tumpah. Pada bagian ini hanya terdapat satu operator yang bertugas untuk mengawasi plastik dan shrink agar sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan.

Setelah tray dishrink, maka tray-tray tersebut dimasukkan ke dalam karton. Satu karton diisi oleh 9 tray. Karton yang sudah terisi penuh oleh tray kemudian direkatkan dengan perekat karton berupa isolasi. Perekat karton ini pun menggunakan alat bantu sehingga operator hanya perlu memasukkan karton ke bibir alat bantu perekat, kemudian alat tersebut akan dengan sendirinya menjalankan karton, apabila karton sudah terekatkan bagian atas dan bawahnya maka karton akan keluar dari sisi yang lain.

Pada bagian ini terdapat satu orang operator yang bertugas memasukkan tray-tray ke dalam karton, mengisolasi/merekatkan karton, dan membawa karton-karton yang telah siap ke atas pallet dan menyusunnya. Biasanya akan ada satu orang operator sebagai operator tambahan karena ia hanya akan membantu jika operator di bagian ini tidak mampu mengerjakan tugasnya seorang diri.

Setelah karton direkatkan maka operator melakukan pemindahan dari alat bantu perekat ke atas pallet, setelah itu karton juga harus disusun di atas pallet agar mudah dalam transportasinya. Penyusunan di atas pallet ini juga harus dilakukan secara hati-hati sedemikian sehingga membentuk posisi yang aman agar tidak terjatuh.

4.2 Analisis Gerakan Kerja

Sikap dan posisi kerja para pekerja yang bekerja pada proses pengayakan tepung di bagian preparasi tepung ini dirasakan kurang baik karena mereka harus berdiri dalam jangka waktu yang lama dan mengangkat karung tepung yang beratnya melebihi kapasitas angkat yang seharusnya. Berat beban yang dapat ditolerir untuk kegiatan angkat yang sering dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebenarnya pekerjaan ini masih dapat ditolerir karena mereka mengangkat beban seberat 25 kilogram setiap 1.5 menit, waktu 1.5 menit ini didapat dari banyaknya tepung yang harus diolah dibagi dengan jumlah jam kerja yaitu 7.5 jam dan banyaknya pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut yaitu dua orang pekerja. Hal ini berlaku pula pada proses pengemasan tepung di bagian preparasi tepung. Sebenarnya untuk mengangkat tepung yang beratnya 25 kilogram ini pekerja masih belum memerlukan alat angkat, namun perlu adanya perbaikan pada metode angkat yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan Tabel 3 yang memperlihatkan tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkatnya. Metode kerja yang mungkin perlu untuk diperbaiki adalah tidak menitik beratkan beban yang diangkat (dalam hal ini adalah tepung) hanya pada satu titik seperti tangan. Saat mengangkat beban yang berat ini sebaiknya beban yang diangkat dapat disebarkan di beberapa titik sehingga tidak menimbulkan sakit di satu titik akibat terlalu lama menjadi titik berat beban yang diangkat. Saat mengangkat karung tepung posisi pekerja sebaiknya tidak membungkuk melainkan berjongkok untuk menyebarkan beban agar beban tidak terasa memberatkan satu titik, sehingga pekerja tidak merasa cepat lelah.

(9)

Tabel 2. Berat beban yang dapat ditolerir untuk aktivitas angkut yang sering

Frekuensi Angkut Berat yang boleh diangkat

30 menit 95 kg

15 menit 85 kg

12 menit 66 kg

10 menit 56 kg

5 menit 33 kg

Sumber : Nurmianto, Eko (2004)

Selama ini pekerja menjangkau tepung dengan posisi badan yang agak membungkuk, sebaiknya pekerja tidak terlalu banyak membungkuk atau berjinjit, terutama saat menuang tepung ke mesin pengayak dan meletakkan plastik tepung ke atas pallet. Untuk pekerja yang menuang tepung ke mesin pengayak, sebaiknya mesin pengayak ini dibuat agak sedikit lebih rendah, misalnya sejajar dengan perut pekerja, tinggi dari mesin pengayak ini sebaiknya dibuat kurang lebih 100 cm dari lantai, hal ini dimaksudkan agar pekerja tidak perlu mengangkat tinggi-tinggi karung tepung yang akan dituang. Mesin pengayak yang ada di ruang ayak saat ini tingginya kurang lebih 150 cm, jika tinggi mesin dibuat menjadi 100 cm diharapkan pekerja akan membutuhkan waktu yang lebih sedikit karena tidak perlu terlalu bersusah payah mengangkat tepung untuk menuangnya ke mesin pengayak. saat mesin pengayak tingginya 150cm dari lantai pekerja membutuhkan waktu selama 10 detik untuk membawa tepung ke mulut mesin pengayak, jika mesin pengayak dibuat lebih rendah bukan tidak mungkin jika waktu yang dibutuhkan pekerja untuk membawa karung tepung ke mulut mesin pengayak hanya 5 detik. Pekerja yang bekerja pada bagian preparasi tepung ini diduga dapat merasakan sakit pada bagian pinggang karena terlalu sering membungkuk, sakit pada bagian bahu dan lengan kanan dan kiri atas karena mengangkat tepung yang berat dengan frekuensi yang tinggi.

Tabel 3. Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkat

Level Batas Angkat (kg) Tindakan

1 =16 Tidak diperlukan tindakan khusus 2 16-25 - Tidak diperlukan alat dalam mengangkat

- Ditekankan pada metode angkut 3 25-34 - Tidak diperlukan alat dalam mengangkat

- Dipilih job redesign (raancangan ulang terhadap tipe pekerjaan)

4 >34 Harus dibantu dengan peralatan mekanis

Sumber : Worksafe Australia (1986) dalam Nurmianto, Eko (2004)

Dimensi ruang kerja proses pengayakan tepung di bagian preparasi ini secara teori kurang memadai karena kurangnya ruang gerak bebas bagi pekerja, pekerja masih agak sedikit kesulitan saat ingin mendekatkan pallet yang berisi karung-karung tepung yang akan diayak ke mesin pengayak, sebaiknya ruangan di bagian pengayakan ini agak diperluas agar pekerja dapat dengan mudah mendekatkan pallet ke mesin pengayak dan masih terdapat ruang gerak bebas bagi pekerja, selain itu penempatan tempat sampah di antara kedua mesin pengayak juga akan meningkatkan efisiensi gerakan yang dilakukan pekerja di bagian ini. Jika ruangan ini dirasa sulit untuk diperluas mungkin cara peletakan mesinnya dapat diubah, selain itu warna tembok pada ruangan ini juga bisa diubah untuk memberi efek lebih luas, seperti warna kuning. Warna ini juga akan meningkatkan kenyamanan pekerja yang bekerja di dalamnya karena dalam ruangan yang sempit biasanya dapat membuat pekerja tegang dan stres dalam melakukan pekerjaannya. Untuk ruangan pengemasan tepung perlu ditambahkan adanya jendela sebagai ventilasi untuk tempat terjadinya pertukaran udara yang ada di dalam dengan udara yang ada di luar ruangan. Sama halnya dengan ruang pengemasan tepung, ruang

(10)

pengayakan tepung pun dirasa perlu untuk menambahkan jendela sebagai ventilasi. Jika ventilasi di kedua ruangan ini kurang maka tidak ada pertukaran antara udara yang ada di dalam ruangan dengan udara yang ada di luar ruangan, hal ini akan menyebabkan pekerja lebih cepat merasa lelah dan debu-debu halus dari tepung akan terhisap oleh pekerja, debu-debu-debu-debu halus yang terhisap oleh pekerja ini akan menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan yang diderita oleh pekerja.

Temperatur pada ruang ayak berkisar antara 30.7-32.1oC dengan kelembaban 52-58%, sedangkan pada ruang pengemasan tepung adalah 30-31.8oC dengan kelembaban 54-64%. Tentu saja hal ini membuat pekerja merasa kurang nyaman dalam bekerja, biasanya pekerja mengatasi hal ini dengan menggunakan alat pembersih pakaian mereka yang dapat menghembuskan angin. Berdasarkan Tabel 4 yang membahas mengenai akibat yang ditimbulkan jika pekerja bekerja pada temperatur tertentu, dapat disimpulkan bahwa pekerja yang bekerja di ruang pengayakan tepung bagian preparasi tepung ini akan cepat merasa lelah.

Kelembaban di ruangan pengemasan tergolong tinggi, menurut Wignjosoebroto (2003) suatu keadaan dimana udara sangat panas dan kelembaban tinggi akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran karena sistem penguapan, pengaruh lainnya adalah semakin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, sehingga pekerja akan cepat merasa lelah.

Kelembaban udara yang ekstrim dapat berkaitan dengan buruknya kualitas udara. RH yang rendah dapat mengakibatkan terjadinya gejala SBS (Sick Building Syndrome) iritasi mata, iritasi tenggorokan, dan batuk-batuk. Dalam menjaga kualitas udara dalam ruangan, Kepmen telah memberikan standar parameter kimia, fisik, dan biologi yang dapat memberikan kenyamanan terhadap pekerja. Adapun standar parameter fisik yaitu debu, suhu, kelembaban, dan pencahayaan yang diatur sebagaimana daam SK Gubernur No. 54 tahun 2008 mengenai Baku Mutu Kualitas Udara dalam Ruangan (khususnya tempat kerja perkantoran) yaitu suhu (23-28oC) ; kelembaban (40-60%); dan pencahayaan minimal 100 lux (Sari, 2009).

Tabel 4. Pengaruh temperatur terhadap pekerja

Temperatur Akibat yang ditimbulkan

± 49°C Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas tingkat kemampuan fisik dan mental

± 30°C Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik

± 24°C Kondisi optimum

± 10°C Kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul

Sumber : Nurmianto, Eko (2004)

Pada proses preparasi ini tidak dibutuhkan ketelitian yang tinggi sehingga faktor pencahayaan pada ruangan ini tidak begitu berpengaruh dalam kegiatan yang dilakukan di dalamnya. Kebisingan yang terjadi di ruangan ini disebabkan oleh adanya getaran yang ditimbulkan oleh mesin pengayak, karena itu maka pekerja diharuskan menggunakan ear plug/ear muff. Getaran yang dirasakan di ruangan pengayakan tepung cukup kuat sehingga bisa mempengaruhi konsentrasi dari pekerja yang terlalu lama bekerja di dalam ruangan tersebut, untuk mengurangi getaran yang dirasakan pekerja di ruangan ini sebaiknya diberikan karet atau alat peredam getaran yang dapat mengurangi getaran yang dirasakan pekerja. Peredam getaran ini perlu diberikan pada mesin pengayak yang terus bergetar, selain itu mungkin sebaiknya lantai ruangan pengayakan ini tidak terbuat dari besi atau baja,

(11)

melainkan dari semen. Bau-bauan yang terdapat di ruangan pengayakan dan pengemasan tepung dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pernafasan pada pekerja yang terlalu lama bekerja di dalamnya, oleh karena itu pekerja sebaiknya menggunakan masker agar dapat mengurangi bau yang tercium, ventilasi yang baik juga akan membantu mengurangi bau-bauan tersebut karena udara dapat terus bersirkulasi.

Untuk mendukung efisiensi ekonomi gerakan dan pengaturan fasilitas kerja, maka sebaiknya dilakukan pengaturan fasilitas kerja seperti tempat sampah yang ditempatkan di antara kedua mesin pengayak yang ada di ruang ayak, tempat mengambil air minum berada di masing-masing ruangan, dan sebaiknya kegiatan mencari pisau dihilangkan karena hal ini merupakan kegiatan yang tidak efektif. Pisau yang akan digunakan untuk membuka karung tepung ini sebaiknya ditempatkan di satu tempat saja dan tidak pernah dipindahkan dari tempat tersebut, misalnya membuatkan wadah seperti tas yang diletakkan di tubuh pekerja, atau agar lebih mudah mungkin bisa dibuatkan tempat seperti tempat pisau pramuka dan diletakkan di paha pekerja, jika sudah dibuatkan wadah seperti ini maka pekerja tidak perlu meletakkan pisau di sembarang tempat hingga waktu untuk mencari pisau saat akan membuka karung bisa dihilangkan.

Pada proses meletakkan ring di atas cup pada bagian pengemasan posisi duduk pekerja adalah duduk saling berhadapan selama 7.5 jam, namun terkadang pekerja menghadap ke depan seperti saling berdampingan saat meletakkan ring, hal ini disebabkan oleh pekerja yang harus mengambil ring yang ada di dalam karton. Dimensi ruang kerja pada bagian ini dianggap kurang baik karena pekerja masih terbatas melakukan gerakan kerjanya, hal ini dapat dilihat dari tinggi meja di bagian meletakkan ring ini yaitu 74.5 cm dari lantai, sedangkan tinggi kursi yang digunakan adalah 59.5 cm dari lantai, dengan meja yang tidak ada lubang di bagian bawahnya, tentu hal ini membuat pekerja akan merasa kurang nyaman saat sedang bekerja. Saat posisi duduk pekerja saling berhadapan salah satu kaki pekerja diletakkan di atas siku mesin karena pada bagian bawah mesin tidak terdapat lubang atau pijakan kaki, walaupun disediakan pijakan kaki pada tempat duduk yang dipakai, pekerja lebih nyaman dengan posisi kerja seperti itu, padahal posisi kerja seperti itu diduga dapat menyebabkan sakit di beberapa titik seperti pada pinggang, leher, dan kaki.

Temperatur pada proses meletakkan ring ke atas cup di bagian pengemasan ini adalah 33.7-34.6oC dengan kelembaban antara 46-55%. Sama seperti pada proses preparasi, hal ini dianggap dapat membuat pekerja menjadi lebih cepat lelah, kelembaban yang rendah dengan temperatur yang tinggi ini membuat tubuh pekerja melakukan penguapan udara terus-menerus sehingga motivasi dan stamina dari pekerja menjadi jauh berkurang (Wignjosoebroto, 2003). Ventilasi yang ada di bagian ini adalah ventilasi buatan yaitu kipas angin, namun kipas angin yang ada di bagian ini sudah tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya karena sudah rusak. Kerusakan ini sebaiknya segera diperbaiki, karena dengan ketidak nyamanan pekerja saat bekerja di bagian itu pekerja akan berkurang semangat bekerjanya sehingga produktivitasnya pun menjadi rendah.

Pada bagian ini tidak diperlukan pencahayaan yang begitu baik karena pekerja tidak diharuskan untuk memeriksa produk, namun di bagian ini tingkat kebisingannya paling tinggi (89 dB) daripada di bagian-bagian lain yang ada di ruangan pengemasan, oleh karena itu pekerja diharuskan untuk menggunakan ear plug/ear muff. Tidak terdapat bau-bauan yang dapat mengganggu pernafasan pekerja dan getaran yang mengganggu konsentrasi pekerja yang bekerja di bagian ini. Tidak terdapat banyak gerakan yang dilakukan pekerja pada bagian pengemasan karena pada bagian pengemasan hampir seluruh kegiatan dilakukan sambil duduk sampai pekerja beristirahat. Pekerja yang bekerja pada proses meletakkan ring ini dianggap sudah dapat mengefisiensikan gerakannya karena ia melakukan dua gerakan sekaligus saat ia harus mengambil ring yang ada di dalam karton dengan menggunakan satu tangan dan tangan yang lainnya tetap bekerja meletakkan ring ke atas cup.

(12)

Pada proses memasukkan biskuit posisi duduk pekerja adalah duduk di samping conveyor karena pekerja harus mengambil cup yang berada di atas conveyor dan juga mengambil biskuit di samping tempat duduk pekerja, karena butuh kecepatan yang tinggi maka pekerja duduk dengan posisi duduk seperti ini. Posisi duduk yang seperti ini diduga dapat membuat leher, pingang, bahu, dan bagian seperti lengan kanan dan kiri atas terasa sakit dan menjadi cepat lelah. Hal ini dapat diatasi jika sebelum bekerja operator tersebut melakukan warming up (pemanasan), hal ini setidaknya dapat menguarangi kram ataupun sakit dan pegal-pegal yang dialami operator, apalagi operator tersebut akan bekerja selama 8 jam di bagian tersebut.

Warming up (pemanasan) seringkali dianggap bukan merupakan sesuatu yang penting jika ingin memulai suatu pekerjaan, padahal dengan adanya warming up (pemanasan) sebelum bekerja ini akan memperkecil resiko kelelahan dan kecelakaan operator saat sedang bekerja. Dalam warming up (pemanasan) yang dilakukan sebelum memulai pekerjaan ini gerakan yang dilakukan tidak perlu yang terlalu rumit dan sulit, yang penting dapat meregangkan otot-otot pekerja yang nantinya akan bekerja di bagian-bagian yang membutuhkan ketahanan fisik yang baik. Warming up (pemanasan) ini dapat dilakukan pada saat sedang dilakukannya DDS (Daily Direction Setting) , jadi di dalam DDS pekerja ini tidak hanya memberitahukan target yang harus diraih, evaluasi harian mengenai apa yang telah dicapai, dan berapa jumlah kecelakaan kerja yang terjadi. Dalam warming up ini gerakan yang perlu dilakukan adalah peregangan otot bahu kiri dan kanan, peregangan otot leher, dan peregangan otot pinggang.

Menurut Nurmianto (2004) tempat duduk yang baik adalah yang tingginya sesuai dengan standar, terdapat busa pada bagian dudukan dan terdapat sandarannya, karena itulah tempat duduk yang ada di bagian ini dianggap kurang mendukung pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja karena tempat duduk yang ada di bagian ini tidak dilengkapi dengan busa pada bagian dudukannya dan tidak terdapat sandarannya, namun untuk pekerjaan ini memang sebaiknya tidak diberi sandaran karena pekerja harus melakukan kerjanya dengan gerakan yang cepat. Tempat duduk yang dipakai pada bagian ini dapat membuat bokong merasa sakit, sebaiknya tempat duduk di bagian ini diperbaiki dengan adanya pemberian busa pada bagian dudukannya agar dapat mengurangi rasa sakit dan cepat lelah yang dirasakan pekerja. Tinggi dari meja di sini adalah 74.5 cm dari lantai, sedangkan kursi yang dipakai tingginya adalah 48 cm dari lantai. Posisi tangan saat pekerja sedang melakukan kerjanya dianggap baik karena pekerja tidak perlu membungkuk untuk menjangkau cup yang berada di dalam conveyor.

Temperatur pada proses memasukkan biskuit ini adalah 34-36°C dengan kelembaban 43-45%. Temperatur yang tinggi ini membuat pekerja tidak nyaman, oleh karena itu perusahaan menyediakan kipas angin. Secara keseluruhan temperatur ruangan pengemasan ini memang cukup tinggi, begitu pula dengan kelembabannya, pada ruangan ini tidak mungkin diberi ventilasi buatan seperti air conditioner karena akan merusak biskuit yang akan dikemas. Panas yang terasa oleh pekerja semakin terasa di siang hari karena atap ruangan ini terbuat dari seng, sebaiknya pada atap ruangan ini diberi blower/fan agar terjadi sirkulasi antara udara yang ada di luar dengan udara yang ada di dalam sehingga panas yang ada di dalam pun dapat bertukar dengan udara segar. Ventilasi alami yang ada di ruangan ini hanya berupa jendela/lubang angin kecil, hal ini dianggap tidak mencukupi untuk pergantian udara di ruangan yang sebesar ini.

Pencahayaan yang baik sangat diperlukan pada bagian ini karena pekerja harus memeriksa cup yang akan diisi biskuit dan juga memeriksa biskuit yang layak untuk dimasukkan ke dalam cup. Kebisingan pada area ini adalah 81-89 dB, kebisingan tertinggi terjadi di titik yang paling dekat dengan mesin welding, karena mesin inilah yang dianggap menjadi sumber kebisingan. Pekerja sebaiknya menggunakan ear plug untuk mengurangi resiko kerusakan dan gangguan pendengaran,

(13)

namun kebanyakan pekerja masih belum menyadari bahwa hal ini bertujuan untuk keselamatan dan kesehatan kerjanya sendiri. Mereka masih menganggap kebisingan yang terjadi bukanlah hal penting sehingga alat pelindungan diri seperti ear plug tidak perlu dipakai. Tidak terdapat bau-bauan yang dapat mengganggu pernafasan pekerja dan juga getaran mekanis yang terjadi pada bagian ini.

Pada proses meletakkan cup ke dalam tray pekerja duduk berhadapan dan terkadang menjangkau cup dengan daerah jangkauan terjauh yang mereka bisa, hal ini tidak seharusnya dilakukan karena masing-masing pekerja seharusnya menjangkau cup yang letaknya paling dekat dengan tempat ia duduk. Pada bagian ini pekerja dapat duduk dengan agak santai karena pada bagian bawah meja terdapat penyangga kaki, selain itu tempat duduk yang mereka duduki juga terdapat busa di bagian dudukannya. Sakit yang diduga dapat dialami pekerja adalah sakit pada punggung, pinggang, dan bahu, hal ini mungkin disebabkan duduk terlalu lama, namun dimensi ruang kerja di bagian ini dianggap sudah cukup baik karena pekerja tidak terbatas dalam melakukan gerakan. Tinggi dari meja di bagian ini adalah 72.5 cm dari lantai, sedangkan tinggi kursinya adalah 42 cm dari lantai.

Temperatur pada area ini adalah 35-36oC dengan kelembaban antara 43-45%, tingginya temperatur pada bagian ini mungkin disebabkan karena adanya heater pada mesin cup sealer dan seal cutter yang berfungsi untuk sealing cup dan seal cutter. Pada area ini terdapat kipas angin yang dapat mengurangi panas yang dirasakan oleh pekerja. Pencahayaan menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan di bagian ini, karena pekerja harus memeriksa cup yang telah melewati proses sealing cup dan seal cutter, pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan tutup cup apakah ada kebocoran atau tidak, dan juga pemotongan tutup cup tersebut dari seal cutter sudah sesuai standar. Kebisingan di area ini adalah 81-85 dB sehingga kebisingan dapat menganggu konsentrasi dari pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja, oleh karena itu pekerja yang bekerja di bagian ini harus menggunakan ear plug. Tidak terdapat bau-bauan yang mengganggu pernafasan dan juga getaran mekanis yang dirasakan oleh pekerja pada area ini.

Pada proses memasukkan tray ke dalam karton pekerja melakukan pekerjaannya sambil berdiri, meskipun di sana telah disediakan kursi tinggi yang sudah standar untuk pekerjaan yang dilakukan sambil berdiri namun pekerja tidak menggunakannya sampai mereka merasa lelah berdiri. Hal ini sebenarnya baik karena pekerja dianggap mampu menentukan batas kemampuan ia melakukan pekerjaan dengan posisi badannya, hal ini akan mengurangi kelelahan yang dirasakan pekerja. Tinggi dari meja di bagian ini adalah 78 cm dari tanah, sedangkan tinggi kursinya adalah 67 cm dari tanah, ini dianggap akan mempermudah pekerjaan yang dilakukan pekerja yang seharusnya dilakukan sambil berdiri meskipun tinggi dari kursi tidak masuk ke dalam standar tinggi kursi untuk pekerjaan yang harus dilakukan sambil berdiri seperti yang terlihat pada Tabel 5. Pekerja akan merasakan sakit di daerah sekitar pinggang dan kaki akibat terlalu lama duduk atau berdiri, namun dengan posisi bekerja yang berdiri dan duduk setelah lelah ini pekerja dianggap sudah memahami prinsip ekonomi gerakan.

Tabel 5. Standar tinggi kursi untuk pekerjaan yang dilakukan sambil berdiri

Sumber data Wanita Pria

R. Farley (1985) 940 mm 1020 mm

Dreyfuss (1967) 810-860 mm 910-970 mm

E. Grandjean (1980) Untuk kerja ringan

850-900 mm 900-950 mm

Standard Australia 900 mm 950-1000 mm

(14)

Temperatur pada area ini adalah antara 33-34oC dengan kelembaban 58-59%. Pada bagian ini karena frebiskuitnsi pekerja melakukan pekerjaannya tidak terlalu tinggi maka temperatur ini tidak dianggap terlalu mengganggu dan mempengaruhi pekerjaan tersebut. Pencahayaan juga bukan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan di area ini karena pekerja hanya bertugas memasukkan tray-tray yang sudah diwrapping dan shrinking ke dalam karton yang sudah mereka bentuk sebelumnya.

4.3 Analisis Waktu Kerja

Suatu pekerjaan akan dikatakan diselesaikan secara efisien apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan guna memilih alternatif metode kerja yang terbaik, maka perlu diterapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengukuran kerja. Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan.

Definisi Pekerjaan

Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk pengukuran waktu kerja adalah dengan teknik micromotion study. Metode ini baik sekali diaplikasikan untuk meneliti siklus operasi kerja yang pendek, berlangsung secara berulang-ulang dan dilaksanakan secara manual. Menurut Wignjosoebroto (2003) aktivitas pengukuran kerja ini memiliki kriteria-kriteria pekerjaan yang harus dipenuhi, yaitu :

a. Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan secara repetitive dan uniform. b. Isi atau macam pekerjaan itu harus homogen.

c. Hasil kerja (output) harus dapat dihitung secara nyata (kuantitatif) baik secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang berlangsung.

d. Pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur sifatnya sehingga akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu bakunya.

Sesuai dengan batasan masalah yang diuraikan, bahwa proses produksi yang dimaksud adalah mulai dari proses penyiapan tepung untuk membuat biskuit long stick yang kegiatannya dimulai dari proses pengayakan tepung sampai pengemasan tepung untuk dikirim ke bagian pembuatan biskuit long stick, kemudian dilanjutkan dengan proses pembuatan biskuit long stick yang kegiatannya dimulai dari pencampuran (pembuatan adonan) sampai penyiapan biskuit long stick untuk dikirim ke bagian pengemasan, sampai pada kegiatan pengemasan biskuit long stick yang kegiatannya dimulai dari pemasukan cup dan ring di dalam conveyor sampai pada peletakan karton di atas pallet untuk dibawa ke gudang, namun batasan masalah yang ditetapkan secara spesifik adalah membahas mengenai proses preparasi dan pengemasan long stick saja. Pekerjaan pada unit preparasi 100% kegiatannya dikerjakan oleh tenaga kerja pria karena mengharuskan pekerjanya untuk mengangkat barang-barang yang berat, sedangkan pada unit pembuatan biskuit long stick 80% pekerjaannya dikerjakan oleh tenaga kerja pria, namun ada pula 20% pekerjaan yang dikerjakan oleh tenaga kerja wanita seperti pengecekan berat adonan, pemeriksaan kualitas adonan, dan penyiapan biskuit long stick untuk dikirim ke pengemasan. Untuk bagian pengemasan 80% pekerjaannya dikerjakan oleh tenaga kerja wanita karena butuh ketelitian dan kecermatan dalam setiap pekerjaannya, namun ada 20% pekerjaan yang dikerjakan oleh tenaga kerja pria yaitu pekerjaan-pekerjaan berat yang membutuhkan tenaga besar, seperti menarik pallet, menuang biskuit dan cream. Output dari masing-masing pekerjaan yang dilakukan di setiap bagian ini berbeda, untuk bagian preparasi output yang

(15)

dihasilkan dihitung dengan sistem pallet, yaitu berapa pallet yang dihasilkan oleh pekerja dalam 8 jam yang dikirim ke bagian lainnya. Output dari bagian pembuatan biskuit long stick adalah sistem berat dalam kilogram, yaitu banyaknya biskuit long stick dalam kilogram output yang dihasilkan selama 8 jam. Output dari bagian pengemasan menggunakan sistem banyaknya karton yang dihasilkan selama 8 jam kerja.Untuk kontinuitas, pekerjaan pada bagian preparasi dan pengemasan dilakukan selama lima hari, dari hari senin sampai dengan hari jum’at dan terbagi dalam tiga shift, shift pertama pukul 06.30-14.30 WIB, shift kedua pukul 06.30-14.30-22.30 WIB, dan shift ketiga pukul 22.30-06.30 WIB, sedangkan untuk bagian pembuatan biskuit long stick hanya dilakukan jika ada permintaan dari bagian pengemasan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan pada bagian preparasi tepung dan pengemasan memang layak untuk dilakukan aktivitas pengukuran kerja.

Pembagian Operasi Menjadi Elemen-Elemen Kerja

Mengukur waktu kerja sekaligus dari saat awal persiapan sampai akhir pekerjaan tersebut selesai dilakukan adalah satu hal yang tidak bisa dibenarkan (Wignjosoebroto, 2003). Dalam pelaksanaan pengukuran kerja, umumnya yang dilakukan terlebih dahulu adalah membagi operasi menjadi elemen-elemen kerja. Berdasarkan 17 gerakan dasar yang telah diuraikan oleh Gilbreth,maka satu operasi preparasi tepung dan pengemasan dapat diuraikan menjadi beberapa segmen gerakan yang diberi nama sesuai elemen gerak yang terjadi. Segmen-segmen tersebut antara lain :

1. Mencari (Search)

Mencari (Sh) adalah elemen dasar gerakan pekerja untuk menentukan lokasi suatu obyek. Gerakan ini dilakukan oleh mata. Gerakan dimulai pada saat mata bergerak mencari obyek dan berakhir bila obyek tersebut sudah ditemukan. Berdasarkan definisi gerakan ini, pada proses pengayakan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika mata pekerja bergerak mencari pisau untuk membuka karung tepung sampai pekerja menemukan dimana letak pisau yang akan digunakan untuk membuka karung tepung tersebut. Gerakan ini termasuk gerakan tidak efektif dan sebisa mungkin dieliminasi, waktu yang dibutuhkan untuk mencari pisau ini adalah 1.9 detik yang dilanjutkan dengan gerakan menjangkau pisau yang membutuhkan waktu selama 1,5 detik. Waktu siklus gerakan ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Sebenarnya kegiatan mencari dapat dihilangkan oleh pekerja yaitu dengan cara meletakkan pisau dalam posisi menancap pada karung tepung yang akan dibuka selanjutnya. Hal ini sudah dapat mengurangi bahkan menghilangkan gerakan mencari karena gerakan ini merupakan gerakan tidak efektif, namun terkadang pekerja sendiri tidak meletakkan pisau di karung yang akan dibuka, melainkan meletakkannya sembarangan sehingga ia lupa dimana meletakkan pisau itu.

Hal yang dapat dilakukan untuk menghindari kejadian seperti ini sebaiknya dibuatkan wadah atau tas pinggang yang terbuat dari plastik keras yang kaku seperti bahan plastik yang digunakan untuk celengan, plastik ini akan difungsikan sebagai wadah pisau dan dipakai di pinggang atau di kaki sehingga pekerja tidak perlu lagi menaruh pisau di karung tepung atau di tempat-tempat lainnya yang memungkinkan untuk dilupakan oleh pekerja, penggunaan wadah ini akan mempercepat waktu pengerjaan yang mereka butuhkan, sehingga diharapkan dapat memperbesar produktivitas kerja dari pekerja pada bagian preparasi. Waktu yang diharapkan dapat dicapai jika perusahaan membuat wadah untuk meletakkan pisau ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

2. Memilih (Select)

Memilih (Sl) adalah gerakan kerja untuk menemukan atau memilih suatu obyek di antara dua atau lebih obyek yang sama lainnya. Gerakan ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai bergerak

(16)

memilih dan berakhir bila obyek yang dikehendaki sudah ditemukan. Berdasarkan definisi ini, pada proses memasukkan biskuit ke dalam cup di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika tangan dan mata mulai bergerak memilih biskuit di genggaman tangan dan berakhir saat biskuit dimasukkan ke dalam cup, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 8 di bawah ini. Gerakan ini termasuk gerakan tidak efektif dan sebisa mungkin dihilangkan, waktu yang dibutuhkan untuk memilih biskuit ini adalah 1.2 detik. Waktu yang dibutuhkan untuk tiap siklusnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Kegiatan memilih dapat dihapuskan jika kualitas biskuit long stick yang masuk ke bagian pengemasan sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan perusahaan, namun di bagian penyiapan biskuit long stick untuk dikirim ke bagian pengemasan masih banyak melewatkan biskuit long stick yang kurang memenuhi standar, terkadang juga biskuit long stick yang sudah memenuhi standar menjadi rusak dan tidak memenuhi standar karena proses pendistribusian biskuit long stick dari bagian penyiapan ke pengemasan. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi bahkan menghilangkan kegiatan memilih ini adalah adanya pekerja yang memeriksa atau memilih biskuit long stick ini saat tiba di ruang pengemasan, setelah dipilih dan diperiksa biskuit long stick yang sudah memenuhi standar diletakkan di tempat tersendiri dengan perlakuan yang baik dan tidak ditumpuk-tumpuk untuk menghindari terjadinya kerusakan.

Gambar 8. Simulasi gerakan memilih biskuit

3. Menjangkau (Transport Empty) dan Memegang (Grasp)

Menjangkau (TE) adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhi objek, sedangkan memegang (G) sendiri didefinisikan sebagai gerakan tangan yang dilakukan dengan menutup jari-jari tangan pada suatu objek yang dikehendaki dalam suatu operasi kerja. Berdasarkan definisi tersebut, dalam proses pengayakan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju karung tepung yang akan dibuka, sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang karung tepung. Elemen gerak ini dilakukan oleh tangan kanan dan kiri, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah ini.Gerakan tangan kanan dan kiri ini termasuk dalam gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau karung tepung ini adalah 1.8 detik, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Gerakan menjangkau karung tepung ini dirasa kurang baik karena pekerja harus membungkuk untuk menjangkau tepung, gerakan yang sebaiknya dilakukan adalah berjongkok atau menggunakan alat bantu untuk menjangkau karung tepung yang diinginkan. Terdapat beberapa hal yang membuat gerakan menjangkau karung tepung ini menjadi lebih lama yaitu letak dari karung tepung yang jauh dari tempat berdirinya pekerja, namun keterlambatan yang tak dapat dihindarkan ini tidak terlalu berpengaruh terhadap waktu pengerjaan yang dilakukan pekerja. Sebaiknya pekerja diberi alat bantu seperti gancu (gagang yang terbuat dari besi dan bentuknya seperti tanda tanya dengan ujung yang runcing) agar lebih mudah dalam gerakan menjangkau karung tepung ini.

(17)

Gambar 9. Simulasi gerakan menjangkau tepung

Pada proses pengemasan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju kantung plastik yang akan dipakai sebagai wadah tepung, sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang kantung plastik. Kedua elemen gerak ini dominan dilakukan oleh tangan kanan. Tangan kiri sendiri pada bagian ini tidak melakukan gerak apapun.Gerakan tangan kanan ini termasuk dalam gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau kantung plastik yang akan dipakai ini adalah 5 detik, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 3. Banyak hal yang dapat memperlambat pekerja untuk menjangkau kantung plastik yang akan dipakai ini, diantaranya adalah terlalu rapatnya jarak antara satu plastik dengan plastik yang lainnya karena pengaruh bahan dari plastik yang digunakan, bisa juga keterlambatan ini terjadi akibat dari pekerja yang sudah lelah melakukan pekerjaan. Untuk menghindari terjadinya plastik yang merekat dengan plastik yang lain karena bahannya, mungkin bahan plastik bisa diganti dengan plastik yang permukaannya lebih lembut sehingga tidak melekat dengan plastik sebelumnya.

Pada proses peletakan ring di atas cup pada bagian pengemasan gerakan ini dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju ring yang akan diletakkan di atas cup yang berada di conveyor, sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang ring. Kedua elemen gerak ini dominan dilakukan oleh tangan kanan. Tangan kiri sendiri pada bagian ini meletakkan ring di atas cup yang berada di conveyor. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan dan kiri ini termasuk dalam gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau ring yang masih di dalam karton adalah 4.4 detik, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 4. Terdapat beberapa hal yang dapat memperlambat waktu penjangkauan ring ini, diantaranya adalah karena operator terpecah konsentrasinya, karena selain harus menjangkau ring ia juga melakukan pekerjaan meletakkan ring di atas cup.

Pada proses memasukkan biskuit ke dalam cup pada bagian pengemasan gerakan ini dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju cup yang berada di conveyor untuk menjadi wadah biskuit long stick, sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang cup, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 10 di bawah ini. Kedua elemen gerak ini dominan dilakukan oleh tangan kiri. Tangan kanan sendiri pada bagian ini juga melakukan gerakan menjangkau yang dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju biskuit long stick yang akan dimasukkan ke dalam cup, sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang biskuit.Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan dan kiri ini termasuk dalam gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau cup ini adalah 1.2 detik, waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau cup ini dapat dilihat pada Lampiran 5. Hal yang dapat memperlambat pengambilan cup saat akan memasukkan biskuit ini adalah karena pekerja harus memeriksa dulu kualitas dari cup yang baru keluar dari mesin welding, untuk menghindari terjadinya keterlambatan ini adalah dengan cara menempatkan 2 orang pekerja yang bertugas untuk memeriksa kualitas dari cup yang baru saja mengalami proses pengepressan oleh

(18)

mesin welding, sehingga pekerja yang bertugas untuk memasukkan biskuit tidak perlu lagi memeriksa kulaitas dari cup yang baru dipress.

Gambar 10. Simulasi gerakan menjangkau cup

Pada proses memasukkan cup ke dalam tray pada bagian pengemasan gerakan ini dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju tray yang akan menjadi tempat cup, sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang tray, gerakan ini dapat dilihat pada Gambar 11 di bawah ini. Kedua elemen gerak ini dilakukan oleh tangan kanan. Tangan kiri sendiri pada bagian ini hanya memegang busa sebagai alas tray tanpa melakukan gerakan apapun.Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan termasuk dalam gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri termasuk ke dalam gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau tray ini adalah 1.18 detik, yang membuat penjangkauan tray ini menjadi lama adalah karena masih terekatnya tray yang terbuat dari karton dengan tray lainnya, karena tidak terlalu mempengaruhinya waktu keterlambatan ini maka waktu keterlambatan dapat dianggap tidak ada.

Gambar 11. Simulasi gerakan menjangkau tray

Pada proses memasukkan cup ke dalam tray pada bagian pengemasan gerakan ini dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju cup yang akan diletakkan di dalam tray, sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang cup. Kedua elemen gerak ini dilakukan oleh tangan kanan dan kiri. Gerakan yang dilakukan oleh kedua tangan ini termasuk dalam gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau cup ini adalah 1.01 detik, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 6, yang dapat menyebabkan keterlambatan saat menjangkau cup ini adalah posisi dari pekerja yang jauh dari mesin cup sealer dan seal cutter, dapat juga disebabkan oleh mesin dikurangi kecepatannya atau mati sama sekali.

Pada proses pemasukan tray ke dalam karton di bagian pengemasan gerakan ini dimulai pada saat operator mulai menggerakkan tangannya menuju karton yang akan dipakai sebagai wadah tray,

(19)

sampai menutupnya jari-jari tangan setelah memegang karton. Kedua elemen gerak ini dominan dilakukan oleh tangan kanan. Tangan kiri sendiri pada bagian ini tidak melakukan gerak apapun. Gerakan tangan kanan ini termasuk dalam gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau karton ini adalah 1.54 detik, waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau karton ini dapat dilihat pada Lampiran 7. Hal yang dapat memperlambat penjangkauan karton ini adalah letak karton yang mungkin jauh dari dari pekerja, jika karton habis pun pekerja harus mengambil karton di tempat yang agak jauh dari tempat memasukkan tray ke dalam karton.

4. Membawa dengan beban (Transport Loaded)

Membawa dengan beban (TL) merupakan gerak perpindahan tangan, hanya saja tangan yang berpindah ini bergerak dalam kondisi membawa beban (obyek). Gerakan ini dimulai dan diakhiri pada saat yang sama dengan elemen gerakan menjangkau hanya saja tangan yang menjangkau ini dalam kondisi membawa beban. Berdasarkan definisi ini, pada proses pengayakan di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika pekerja membawa karung tepung yang sudah dibuka ke mulut mesin pengayak dan berakhir ketika melepas karung tersebut. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja dan merupakan gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk membawa karung tepung yang sudah dibuka ke mulut mesin pengayak adalah 10 detik. Hal yang dapat memperlambat pekerja dalam membawa karung tepung menuju ke mulut mesin pengayak adalah berat karung tepung yang minimal 25 kilogram, lantai ruang ayak yang licin, dan stamina dari pekerja itu sendiri. Untuk mengurangi terjadinya keterlambatan yang tidak dapat dihindarkan maka sebaiknya dibuat alat atau mesin yang dapat mengangkat tepung seperti katrol, karena tepung yang harus diangkat mendekati mesin pengayak kapasitasnya melebihi kapasitas angkat manusia dalam bekerja, apalagi pekerjaan ini harus dilakukan selama 8 jam.

Pada proses pengemasan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika pekerja membawa kantung plastik yang sudah terisi tepung ke atas pallet dan berakhir ketika melepas kantung plastik tersebut. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja dan merupakan gerakan efektif. Waktu yang digunakan untuk membawa plastik yang sudah terisi tepung ke atas pallet adalah 5 detik. Hal yang mempengaruhi keterlambatan waktu saat membawa plastik tepung ke atas pallet adalah pallet yang mulai agak penuh sehingga pekerja harus berjalan lebih jauh untuk mencapai pallet di sisi yang lain. Untuk itu sebaiknya pallet diletakkan di antara kedua mesin pengayak, sehingga operator yang satu tidak perlu berjalan lebih jauh untuk mencapai sisi yang lainnya saat membawa kantung plastik, ia hanya mengisi pallet di sisi yang paling dekat dengan dirinya, hal ini juga dapat diterapkan untuk proses pengayakan tepung.

Pada proses meletakkan ring di atas cup di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika pekerja membawa ring dan berakhir ketika melepas ring ke atas cup di conveyor. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kiri, tangan kanan sendiri saat ini hanya memegang ring yang lain saja. Gerakan yang dilakukan tangan kiri merupakan gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan tangan kanan merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk membawa ring ke atas cup adalah 0.94 detik. Hal yang dapat memperlambat kerja operator membawa ring ke atas cup adalah sulitnya ring dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Sebenarnya pada bagian pengemasan ini sudah terdapat mesin yang berfungsi meletakkan ring ke atas cup, namun mesin itu sudah tidak berfungsi. Hal ini sebenarnya merupakan sesuatu yang kurang baik karena apabila mesin itu dapat berfungsi seperti yang seharusnya maka bukan tidak mungkin jika output yang dihasilkan perusahaan akan menjadi lebih banyak. Perbaikan dan perawatan mesin memang sangat diperlukan agar tidak terjadi hal serupa.

(20)

Pada proses meletakkan cup yang telah terisi biskuit ke conveyor di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika pekerja membawa cup yang telah terisi biskuit dan berakhir ketika melepas cup yang telah terisi biskuit ke conveyor. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kiri, tangan kanan sendiri saat ini menjangkau biskuit yang akan dimasukkan ke dalam cup berikutnya. Gerakan yang dilakukan oleh kedua tangan ini merupakan gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk membawa cup ini adalah 1.5 detik, yang memperlambat waktu pembawaan cup adalah pekerja yang memeriksa kualitas cup terlebih dahulu.

Pada proses memasukkan cup ke dalam tray di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika pekerja membawa cup dan berakhir ketika melepas cup tersebut ke tray. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja. Gerakan yang dilakukan oleh kedua tangan ini merupakan gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk membawa cup ini adalah 13 detik, yang memeperlambat waktu tersebut adalah pekerja yang bercanda atau mengobrol dengan rekan kerjanya sehingga tidak fokus, selain itu hal lain yang dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan adalah memperbaiki posisi dari cup yang sudah dimasukkan ke dalam tray ataupun posisi dari itu sendiri.

Pada proses memasukkan tray ke dalam karton di bagian pengemasan gerakan ini dimulai ketika pekerja membawa tray dan berakhir ketika melepas tray ke karton. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kanan, tangan kiri sendiri saat ini hanya memegang karton saja. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan merupakan gerakan efektif, sedangkan gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri merupakan gerakan tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk memasukkan tray ke dalam karton adalah 3 detik. Hal yang memperlambat waktu pengerjaan ini adalah karton yang masih sering kembali ke bentuk awalnya karena pekerja melipatnya tidak begitu baik, pekerja kelelahan ataupun bekerja sambil mengobrol dengan rekan kerjanya.

5. Memegang untuk memakai (Hold)

Gerakan ini terjadi saat tangan yang satu melakukan gerak kerja memegang dan mengontrol obyek sedangkan tangan yang lain melakukan kerja terhadap obyek tersebut. Gerakan ini dimulai pada saat satu tangan memegang dan memakai (mengendalikan) obyek dan berakhir ketika tangan yang lainnya selesai melakukan kerja terhadap obyek tersebut. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada proses pengemasan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika pekerja memegang kantung plastik sambil menimbang, sementara tangan lainnya membuka tutup katup pipa penyalur, gerakan ini berakhir ketika pekerja menutup katup yang ada di pipa penyalur tepung. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja. Gerakan yang dilakukan oleh kedua tangan ini merupakan gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk memegang untuk memakai adalah 44 detik. Hal yang dapat memperlambat adalah tepung yang tidak turun dari atas entah karena tersendat ataupun belum dituang untuk diayak dari atas.

6. Melepas (Release)

Elemen gerakan melepas (RL) terjadi pada saat tangan operator melepaskan kembali obyek yang dipegang sebelumnya. Gerakan ini diawali saat jari-jari tangan membuka lepas dari obyek yang dibawa dan berakhir ketika semua jari sudah tidak menyentuh obyek lagi. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada proses pengayakan tepung di bagian preparasi gerakan ini dimulai ketika pekerja melepas karung tepung yang telah terbuka ke atas mesin pengayak dan berakhir ketika tangan pekerja tidak lagi menyentuh karung tepung. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja. Gerakan yang dilakukan oleh kedua tangan ini merupakan gerakan efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk melepas karung tepung ini adalah 6 detik. Hal yang dapat memperlambat waktu pelepasan karung ini adalah menyangkutnya karung di mulut pengayak.

Gambar

Gambar 7. Diagram alir proses pengemasan long stick
Tabel 2. Berat beban yang dapat ditolerir untuk aktivitas angkut yang sering  Frekuensi Angkut  Berat yang boleh diangkat
Gambar 8. Simulasi gerakan memilih biskuit
Gambar 9. Simulasi gerakan menjangkau tepung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat Praktis, diharapkan hasil penelitian ini memberikan masukan bagi pemerintah dalam merumuskan peraturan perundang-undangan mamupun kontrak berdimensi

3 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemurnian sapi Bali di Kabupaten Barru berdasarkan identifikasi fenotipe (bentuk tanduk, warna bulu,

3.1.6.1 Penggunaan kod warna adalah bagi tujuan membezakan memo yang diterima oleh penerima itu adalah berbentuk rasmi atau tidak rasmi dan bagi memo yang tidak rasmi

Perencanaan usaha (business plan) merupakan kumpulan dokumen yang menyatakan keyakinan akan kemampuan sebuah bisnis/usaha untuk menjual barang ataupun jasa

Form Master Ketua Investasi Bisnis Data grid master ketua investasi bisnis digunakan sebagai tampilan data, pencarian berdasarkan kolom, navigasi data dan pengurutan

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948, tentang pendaftaran dan pemberian izin kepemilikan senjata api pada Pasal 9 dinyatakan, bahwa setiap orang yang bukan anggota

Strategi Pengembangan Tari Topeng Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. BAB I

Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang